Modul Dasar-Dasar Fotografi dan Kamera TV

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Dasar-dasar
Fotografi &
Kamera TV
Multi Kamera
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Broadcasting
Abstract
Perkuliahan
12
Kode MK
Dosen Pengampu
Eppstian Syah As’ari, M.Si
Kompetensi
Penerapan Multi Camera Dalam Karya Audio
Visual
Karya Audio visual dalam format apapun, selalu direncanakan dari berbagai macam aspek
agar segala apa yang diciptakan dapat menggiring penonton atau pemirsa ke arah
penghayatan terhadap rangkaian gambar-gambar dalam dinamisasi frame, dimana pada
akhirnya nanti pemirsa melalui proses imajinasi alam pikiranya itu dapat merasakan arti
ketegangan, kegembiraan, ketakutan, kesedihan, keharuan, dibalik alur cerita yang
ditontonnya. Dari banyakanya aspek perencanaan dalam merancang karya audio visual itu,
salah satu kunci utama daya tarik dalam karya audio visual entah itu format film, sinetron,
video clip, konser musik atau format apapun juga namanya, adalah dari aspek pengambilan
gambar meskipun tanpa menyepelehkan aspek ceritanya. Ada sebuah istilah yang sering kita
dengar dan mungkin para pembaca sudah pernah mendengarnya, yaitu dengan kata
“Sebuah Gambar lebih banyak bercerita dari pada Seribu Bahasa”. Pernyataan ini lebih
menegaskan pada aspek visualisasinya bahwa sebuah gambar lebih banyak menceritakan
atau mengilustrasikan suatu peristiwa di hadapan penonton dari pada harus menceritakan
dengan seribu kata-kata ataupun kalimat. Deri penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan,bahwa gambarlah yang akan menggiring persepsi pemirsa terhadap tersajinya
suatu realita imajinasi dalam alur sebuah cerita film ataupun suguhanprogram acara dari
salah satu stasiun televisi.
Di dalam produksi sebuah film ataupun dunia television broadcasting yang selalu bermain
dalam gambar-gambar imajinatif maupun realitas kehidupan, aspek pengambilan gambar
dalam memproduksi sebuah karya audio visual sering disebut dengan istilah Teknik Kamera
Elektronik atau dengan menyingkatnya dengan kata yang lebih sederhana yaitu memakai
sebutan Teknik Kamera. Dalam membahas Teknik Kamera Elektronik terdapat 4
komponen terkait dimana kedudukannya sama pentingnya seakan-akan tidak bisa saling
terpisah, sehingga dalam implementasinya dilapangan harus sinergi dan menyatu dalam
menciptakan gambar-gambar menarik hingga penonton bisa merasakan apa yang ada di
depan matanya ketika sedang menontonnya, keempat komponen tersebut
diantaranya Camera Angle, Type of Shot, Type of Character dan Moving Camera. Demikian
juga dalam proses pembuatan sebuah film atau sinetron, tak lepas dari peran kamera
sebagai unsur perekam dari adegan-adegan sebagai bentuk visualisasi cerita yang telah
dirancang dalam suatu skenario. Di dalam produksi sebuah film segala hal yang terkait
dengan kamera lebih sering disebutkan dengan istilah Penata Fotografi atau Penata Kamera,
sedangkan orang yang berprofesi sebagai pelaksana pengambilan gambar suatu adegan
dalam produksi film disebut sebagai Cameraman atau Director of Photography.
Dalam mengeksekusi naskah atau skenario film ke dalam bentuk gambar-gambar saling
berkesinambungan antara satu dengan lainnya itu disebut juga dengan istilah Shooting.
Pada tahap melakukan shooting ini dunia audio visual menyebutkan tahap produksi yaitu
‘14
2
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tahap melakukan kerja lapangan untuk melakukan perekaman adegan demi adegan
berdasarkan scene-scene yang telah dipecah dalam skenario. Tahapan ini merupakan proses
kerja yang cukup panjang dan rumit serta melelahkan dalam pengeksekusiannya. Banyak
aspek perlu diperhitungkan secara matang dalam proses kerjanya, dimana pembagian kerja
crew produksi sudah dibagi melalui beberapa departemen dengan rincian tanggung
jawabnya. Sutradara sebagai pengendali produksi film di lapangan sangat dituntut untuk
mesinergikan secara maksimal terhadap seluruh komponen yang terdiri dari beberapa
departemen tersebut agar bisa berjalan mulus dan efisien serta tepat sasaran hingga
terciptanya rekman pengadegan secara menarik dan mengagumkan sesuai dengan
rancangan scene hasil pembedahan skenarionya.
Pembicaraan kali ini difokuskan pada bagaimana teknik perekaman adegan acting dalam
menggambarkan isi cerita skenario itu dapat terwujud dengan baik. Tentu saja dalam
mewujudkan perekaman adegan shooting itu terdiri dari beberapa teknik baik melalui
teknik perekaman dengan menggunakan “single camera” atau menggunakan dengan “multi
camera”. Untuk mefokuskan alaur pembicaraan agar lebih terarah dan jelas hasilnya, maka
pembahasan diarahkan pada teknik perekaman dengan menggunakan “multi camera” saja.
Berikut ini adalah uraiannya
Pengertian Multi Camera
Istilah teknik “Multi Camera” lebih menegaskan pada metode atau model cara perekaman
gambar pengadegan suatu cerita, apakah dengan metode satu kamera sebagai alat
perekamannya ataukah dengan menggunakan beberapa kamera. Pernyataan ini
menegaskan, jika keputusan perekaman menggunakan “Multi Camera”, maka kamera yang
dipakai dalam membidik obyek atau dengan istilah lebih populer “Obyek dalam View
Camera” itu, direkam dengan menggunakan beberapa kamera tergantung dari kebutuhan,
bisa 2, 3, 4 ataupun 5 kamera dalam waktu bersamaan merekam terjadinya suatu
pengadegan.
‘14
3
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penerapannya
Dalam penerapannya teknik “Multi Camera”, pada umumnya digunakan dalam perekaman
gambar yang sifat penayangannya tunda atau dalam format typing. Teknik ini dalam
implementasinya merekam adegan-adegan yang telah tersusun dalam deretan scene, hasil
pembedahan rancangan skenario film. Satu per satu scene-scene dalam rancangan skenario
tersebut direkam baik melalui penggunaan teknik “Single Camera” atau dengan “Multi
Camera”. Tidak semua rancangan scene-scene yang ada di dalam skenario film itu,
dimonopoli oleh satu teknik perekaman saja, akan tetapi kedua teknik perekaman itu saling
mengisi berdasarkan tingkat kategori kesulitan pengadegannya. Secara umum penggunaan
“Single Camera” hanya diperlakukan bersifat kenormalan peristiwa atau kenormalan
pengadegannya. Terkadang dalam perekaman kenormalan pengadeganpun masih saja
menggunakan 2 kamera hal ini dilakukan supaya tidak terjadi pengulangan pengadegan
terlalu banyak atau dituntut oleh producer untuk cepat selesai kerjanya alias produksi “Kejar
tayang” yang menjadi hoby dari Production Housenya sinetron televisi Indonesia itu…
weleeeh… weleeeh… weleeeh… memang benerkan… ?… kita gak perlu membohongi diri…
kalau masih ingin mau maju gitu…!!!. Pada kenyataannya pembuatan sebuah film tidak
didominasi dengan menggunakan kamera tunggal saja, akan tetapi ada beberapa scene
yang sifat pengadegannya khusus dan menimbulkan kerumitan dalam menceritakan
keadaan atau katakanlah menggambarkan suatu peristiwa spektakuler hingga menimbulkan
ketegangan penonton nantinya, maka cara mewujudkan arti ketegangan tersebut dengan
menggunakan “Multi Camera” atau kamera yang digunakan dalam perekaman peristiwa
tersebut menggunakan banyak kamera . Misalkan suatu contoh penciptaan gambar yang
menimbulkan ketegangan atau kegemparan suasana yaitu kejar-kejaran 3 mobil dan salah
satu mobil menabrak mobil di depannya hingga melanting terbalik dan meledak serta
terbakar dengan nyala api yang dasyat sekali. Perencanaan setting untuk adegan tersebut
adalah rumit dan membahayakan serta besar biayanya dalam proses produksinya. Agar
efisien, maka teknik perekamannya hanya dilakukan sekali itu saja, kalau dilakukan secara
berulang-ulang dengan menggunakan “Single Camera” jelas mengeluarkan biaya cukup
mahal, oleh karena itulah perekamannya harus menggunakan teknik “Multi Camera”,
dimana beberapa kamera ditempatkan pada sudut yang berbeda, demikian juga dengan
penggunaan Camera Angle dan Type of Shotnya ataupun Moving Camera antara kamera
satu dengan kamera lainnya tidak sama dan kesemuanya itu dilakukan secara serentak
perekamannya ketika sang sutradara meneriakkan tanda-tanda perekaman yaitu…
Camera…Rolling…Action…!!!. Ketika pengadegan yang membahayakan itu dilakukan, maka
dalam keadaan bersamaan telah dihasilkan berbagai macam gambar dengan sudut pandang
berbeda yang mengilustrasikan peristiwa tersebut.
‘14
4
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemakaian Peralatan
Untuk mengeksekusi perekaman adegan dengan teknik “Multi Camera”, diperlukan
peralatan yang cukup rumit dalam pengerjaannya. Peralatan tersebut menyangkut
persiapan penyetingan lokasi dimana property terkait dapat diwujudkan atau dibuat
terlebih dahulu dengan sumber daya manusia yang memang profesional dalam menangani
proyek tersebut. Juga peralatan pendukung dari kamera seperti Dolly Rel Camera, Jimmy
Jip, Portal Jip atau Crane sebagai penopang kamera untuk sudut pandang Top Angle dan
High Angle.
‘14
5
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
* Penerapan Teknik “Multi Camera” dalam produksi sebuah film, merupakan langkah
pengeksekusian adegan yang dinilai mempunyai tingkat kerumitan dalam setting dan
penyiapan property serta memakan pembiayaan tinggi hingga eksekusi perekamannya
dilakukan secara serentak dengan menggunakan beberapa kamera di bawa arahan
sutradara, hingga hasilnya dalam waktu bersamaan tercipta beberapa gambar menarik dan
spektakuler dari keragaman sudut pandang *
‘14
6
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Multi Camera pada Television Broadcasting
Penerapan “Multi Camera” juga dipakai dalam memproduksi materi penyiaran televisi.
Produksi materi dari siaran televisi ini, biasanya pada program acara yang sifat penyiarannya
berupa siaranlangsung atau live juga disebut On Air. Bentuk acara yang sering menerapkan
teknik Multi Camera ini adalah program acara berita khususnya kategori Paket Berita dan
Talk Show. Untuk program Paket Berita yang dibawakan oleh presenternya sebagai
pembaca berita itu dalam penyiarannya dilakukan di dalam Studio dengan memakai 3
Kamera yang dihubungkan dengan mixer sebagai pengontrol gambar untuk ditayangkan
sebagai outputnya. Pengaturan ini biasanya disebuah ruangan khusus yang lebih dikenal
dengan istilah Control Ro0m. Bentuk acara berita lainnya diantaranya model Talk Show,
seperti dalam forum dialog dari berbagai macam narasumber dipandu dengan seorang
presenter sebagai moderator yang berfungsi mengatur jalannya pembiacaraan atau
diskusi. Penataan Kamera biasanya di taruh sebelah kiri dan kanan serta tengah. dimana
ketiga kamera tersebut selama acara berlangsung dalam keadaan on yang dikendalikan oleh
kamerawan atas intruksi dari sutradara kamera atau producer camera yang bertugas
mengendalikan gambar out putnya acara. Pada Kategori lain bisa juga diterapkan di luar
studio dalam bentuk konser musik misalnya di pelataran Parkir sebuah Mall. Pada Konser
Musik Penerapan “Multi Camera” jumlah kamera yang dipakai banyak yaitu ada 5-6 Kamera.
Teknik settingnya hampir sama seperti di dalam studio televisi dimana setiap kamera
terhubung dengan mixer sebagai pengontrolnya. Ke lima Kamera itu ditempatkan 2 kamera
berada di kiri kanan panggung dengan tugas membidik semua obyek secara bergantian di
atas panggung tersebut tentusaja atas instruksi dari producer kamera. 1 kamera
ditempatkan didepan panggung dengan menggunakan Dolly Rel Kamera dalam posisi sejajar
dengan panggung, bertugas membidik obyek dipanggung secara dinamis melalui gerakan
kamera berjalan di atas rel. 1 Kamera ditempatkan di tengah penonton dalam posisi center
ke arah panggung bertugas membidik secara jauh atau Long Shot terhadap obyek yang ada
termasuk keseluruhan panggung dapat dijangkau dalam satu frame gambar. Satu lagi adalah
Jimmy Jip yang ditaruh sebelah kiri atau kanan, bahkan untuk panggung yang besar bisa
memakai 2 Jimmy Jip. Tugas Jimmy Jip ini adalah feksibel merekam segala penjuru bisa ke
atas panggung maupun penontonnya dengan gerakan memutar kesana kemari namun
kestabilan gambarnya tetap terjaga. Biasanya dalam konser musik ini disiarkan langsung,
maka dari mini Control Room biasanya dalam bentuk mobil itu gambar dikirim ke Satelit
disebut juga dengan istilah Up Links, Dan dari satelit tersebut Stasiun Pusat mupun Stasiun
Relay mendown links untuk kemudian disebar luaskan melalui pemancar di sekitarnya
hingga tertangkap antena dari rumah-rumah penduduk. Contoh model acara seperti ini
adalah konser yang diselenggarakan oleh SCTV dalam program acaranya bernama INBOX.
‘14
7
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘14
8
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘14
9
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
* Penerapan teknik “Multi Camera” pada television Broadcasting digunakan untuk acaraacara yang sifat penyiarannya langsung atau Live baik yang ada di dalam studio atau di luar
studio, dimana penggunaan kamera sebagai perekam gambar biasanya terhubung dengan
mixer sebagai pengontrolan gambar outputnya hingga siaran tersebut dapat dinikmati pada
waktu bersamaan ketika acara tersebut diselenggarakan dengan tempat yang berbeda
lokasinya*
Daftar Pustaka :
* Beberapa foto diunduh dari situs-situs terkait sesuai topik permasalahan semata-mata
untuk “Kepentingan Misi Sosial” dalam bentuk pembelajaran maya berbagi pengetahuan
pada sesama, Bukan untuk “Kepentingan Bisnis” *
Mamer, Bruce. 2009. Film Production Technique : Creating Accomplished Image. Belmont,
California : Wadsworth Cengage Learning.
Zettl, Herbert. 2004. Television Production Handbook. Belmont, California : Wadsworth
Cengage Learning.
Ward, Peter. 2000. Digital Video Camerawork. Jordan Hill, Qxford : Focal Press An Imprint
Butterworth-Heinemann.
Jacobson, Mitch. 2010. Mastering Multi Camera Techniques : From Pre Production to
Editing and Deliverables. Kidlington, Oxford : Focal Press is an imprint of Elsevier.
Dale, Edgarv. 1991. How to film appreciated Motion Pictures. New York : Arno Press Fourt
edition.
Monaco, James. 1981. How to Read a Film. New York : Oxford University Press, revised
edition
Sumarno, Marselli. 1996. Apresiasi Film. Jakarta : Grasindo
‘14
10
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Effendy, Heru., 2002, Mari Membuat Film. Jakarta, Konfiden
Atmaja, Tony. 2002. Makalah Video and special effect for broadcasting in digital era. Jakarta
Baksin, Askurifal. 2003. Membuat Film Idie itu gampang. Bandung : Kartasis
Sugiarto, Atok. 2006. Indah Itu Mudah, Buku Paduan Fotografi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Bayu Tapa Brata, Vicent. 2007. Videografi dan Cinematografi Praktis. Jakarta : PT. Elek Media
Komputindo.
TM, Handry. 2006. Yok Bikin Film Gito Loh. Jakarta : Laba-Laba Publisher.
What’s Editing mean? oleh Ahsan Adrian, Diki Umbara, 2007
Grammar of The Edit, Roy Thompson and Christopher Bowen, Focal Press, USA, Second
Edition, 2009
The Technique of Film Editing, Karel Reisz and Gavin Millar, ocal Press, USA, Second
Edition, 2009
In The Blink of an Eye : A Perspective on Film Editing, Walter Murch, Silman-James Press,
Second Edition, 2001
Film Art: An Introduction, Borwell, David and Kristin Thomson, McGraw-Hill, New York,
2001
Library Binus ac id
Handbook Sinematografi SMAK St.Paulus Jember
‘14
11
Dasar-dasar Fotografi & Kamera TV
Dosen: Eppstian Syah As’ari, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download