Modul Etik UMB [TM1]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIK UMB
Etika dan Sikap Profesional
Sarjana
Fakultas
Program Studi
Teknik
Teknik Elektro
Tatap Muka
01
Kode MK
Disusun Oleh
90004
Ayatullah, M. Pd
Abstract
Kompetensi
Etika dan Sikap Profesional Sarjana
Memahami Etika dan Sikap Profesional
harus dipahami dengan baik.
Sarjana dengan baik dan benar.
Pendahuluan
Latar Belakang
Harapan target Milenium Development Goals (MDGs) bagi kualitas manusia
Indonesia kelak adalah harus menjadi insan pembelajar yang mandiri dan kreatif. Sejalan
dengan berlangsungnya proses tersebut, tugas lembaga pendidikan bergeser dari teaching
university ke knowledge server bahkan menjadi mitra jasa dalam bidang research and
innovation. Dalam kondisi seperti itu kelak lembaga pendidikan tidak hanya menampung
real students tetapi menjaring virtual students untuk melahirkan berbagai inovasi.
Tantangan inovasi mendatang akan berupa survivability kehidupan manusia di muka
bumi untuk mengelola jumlah penduduk bumi, perubahan iklim, dan ketersediaan pangan
secara terpadu. Pendidikan menuju kondisi seperti itu perlu dipikirkan dan dikembangkan
dengan berbasis pada konsep humanosphere. Konsep ini tidak menjadikan dunia harus
terpisah-pisah, sehingga terkadang kemajuan satu komponen mempengaruhi secara negatif
perubahan komponen lainnya. Namun, inovasi yang terbangun diharapkan dapat
menciptakan dunia beragam yang harmonis (harmonious worldly worlds), agar kemajuan
satu komponen memacu komponen lainnya untuk maju pula. Untuk mencapai target dan
harapan itu semua diperlukan tenaga SDM yang unggul dan professional di bidangnya.
2014
2
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ETIKA
A. Definisi Etika
Etika adalah salah satu cabang dari Ilmu Filsafat yang bertitik tolak dari masalah nilai
(value) dan moral manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia. Secara etimologis,
kata etika berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang artinya cara bertindak, adat, tempat
tinggal, kebiasaan. Sedangkan kata moral berasal dari bahasa Latin, yakni mos yang berarti
sama dengan etika. Istilah etika dipakai oleh Aristoteles (384 – 322 SM) untuk menunjukkan
pengertian tentang filsafat moral.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993), etika adalah ilmu mengenai
apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban (ahlak). Dalam KBBI dibedakan
pula antara etika, etik dan etiket. Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan ahlak (nilai benar dan salah yang dianut masyarakat/golongan), misalnya kode etik
dokter, dll. Etiket adalah tatacara (adat, sopan santun, dll.) di masyarakat dalam memelihara
hubungan yang baik sesama manusia. Etiket juga dikenal sebagai label atau penamaan
sesuatu yang dituliskan pada secarik kertas dan dilekatkan pada benda (botol, kaleng, dll.).
Dari ketiganya, yang berhubungan erat dengan nilai dan moral adalah etika dan etik. Etika
sering disebut sebagai filsafat moral, sedangkan etik tidak berkaitan dengan moral.
Secara filosofis, etika merupakan bagian dari ilmu filsafat yang mempelajari berbagai
nilai (value) yang diarahkan pada perbuatan manusia, khususnya yang berkaitan dengan
kebaikan dan keburukan dari hasil tindakannya. Dalam berbuat baik, manusia memerlukan
pertimbangan yang bersifat rasional. Pertimbangan rasional artinya mempertimbangkan
berbagai kemungkinan untuk berbuat baik atau melakukan tindakan secara jernih, tanpa
dilandasi dengan sikap emosional yang berlebihan. Mempelajari etika harus dilandasi
dengan pendekatan rasional dan kritis, agar etika itu dapat diterapkan pada tindakan
keseharian seseorang.
Etika sebagai filsafat moral berarti melakukan perenungan secara mendalam
mengenai berbagai ajaran moral (kebaikan) secara kritis. Namun harus dibedakan antara
etika dan moral. Etika mempelajari berbagai ajaran moral secara kritis dan logis. Sedangkan
moral adalah nasihat-nasihat yang berupa ajaran-ajaran pada adat istiadat suatu
masyarakat/golongan/agama. Moral bersifat aplikatif mengenai tindakan manusia yang baik
dan buruk.
Pokok bahasan yang sangat khusus pada etika adalah sikap kritis manusia dalam
menerapkan ajaran-ajaran moral terhadap perilaku manusia yang bertanggung jawab.
2014
3
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ajaran-ajaran tersebut sangat menentukan bagaimana moral manusia itu “dibina” baik
melalui pendidikan formal maupun non formal.
B. Etika Normatif dan Etika Terapan
Dalam perkembangannya etika terbagi atas etika deskriptif, etika normatif dan
metaetika.
1.
Etika Deskriptif
Etika deskriptif memberikan gambaran tingkah laku moral dalam arti luas,
seperti norma dan aturan yang berbeda dalam suatu masyarakat atau individu yang
berada dalam kebudayaan tertentu atau yang berada dalam kurun atau periode
tertentu. Norma dan aturan tersebut ditaati oleh individu atau masyarakat yang berasal
dari kebudayaan atau kelompok tertentu. Ajaran tersebut lazim diajarkan para pemuka
masyarakat dari kebudayaan atau kelompok tersebut.
Contoh:
Masyarakat Jawa mengajarkan tatakrama terhadap orang yang lebih tua dengan
menghormatinya, bahkan dengan sapaan yang halus sebagai ajaran yang harus
diterima. Bila tidak dilakukakan, masyarakat menganggapnya aneh atau bukan orang
Jawa.
2.
Etika Normatif
Etika normatif mempelajari studi atau kasus yang berkaitan dengan masalah
moral. Etika normatif mengkaji rumusan secara rasional mengenai prinsip-prinsip etis
dan bertanggung jawab yang dapat digunakan oleh manusia. Dalam etika normatif
yang paling menonjol adalah penilaian mengenai norma-norma. Penilaian ini sangat
menentukan perilaku manusia yang baik dan buruk.
Etika normatif terbagi atas dua kajian yakni etika yang bersifat umum dan khusus.
Etika normatif umum mengkaji norma etis/moral, hak dan kewajiban, dan hati nurani.
Sedangkan etika normatif khusus menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum pada
perilaku manusia yang khusus, misalnya etika keluarga, etika profesi (etika
kedokteran, etika perbankan, etika bisnis, dll.), etika politik, dll.
3.
Metaetika
Metaetika adalah kajian etika yang membahas tentang ucapan-ucapan ataupun
kaidah-kaidah bahasa aspek moralitas, khususnya berkaitan dengan bahasa etis
(bahasa yang digunakan dalam bidang moral). Kebahasaan seseorang dapat
menimbulkan penilaian etis terhadap ucapan mengenai yang baik, buruk dan kaidah
logika.
Contoh:
2014
4
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bahasa iklan yang berlebihan dan menyesatkan, seperti pada tayangan iklan obat
yang menganjurkan meminum obat tersebut agar sembuh dan sehat kembali. Ketika
orang mulai mengkritik iklan tersebut, maka dimunculkanlah ucapan etis: “jika sakit
berlanjut, hubungi dokter”. Ucapan etis tersebut seolah dihadirkan oleh sekelompok
produsen untuk disampaikan kepada masyarakat agar lebih bijak dalam meminum
obat tersebut.
4.
Etika Terapan
Etika terapan adalah studi etika yang menitikberatkan pada aspek aplikatif
atas dasar teori etika atau norma yang ada. Etika terapan muncul karena
perkembangan pesat etika dan kemajuan ilmu lainnya. Etika terapan bersifat praktis
karena memperlihatkan sisi kegunaan dari penerapan teori dan norma etika pada
perilaku manusia.
Contoh:
Etika terapan yang menyoroti permasalahan iklim dan lingkungan menghasilkan kajian
mengenai etika lingkungan hidup.
PROFESI
a)
Pengertian Etika Profesi
Etika profesi adalah etika yang berkaitan dengan profesi manusia atau etika
yang diterapkan dalam dunia kerja manusia. Di dalam dunia kerjanya, manusia
membutuhkan pegangan, berbagai pertimbangan moral dan sikap yang bijak. Secara
khusus, etika profesi membahas masalah etis yang berkaitan dengan profesi tertentu.
Misalnya, etika dokter (kedokteran), etika pustakawan (perpustakaan), etika humas
(kehumasan), dll.
Profesi berasal dari bahasa Latin: professues yang berarti suatu kegiatan
manusia atau pekerjaan manusia yang dikaitkan dengan sumpah suci. Pengertian lain
mengartikan sebagai perbuatan seseorang yang dilakukan untuk memperoleh nilai
komersial. Ada pula yang mengartikan etika profesi sebagai komunitas moral yaitu
adanya cita-cita dan nilai bersama yang dimiliki seseorang ketika ia berada dan
bersama-sama dengan teman sejawat dalam dunia kerjanya.
Seorang profesional dituntut memiliki keahlian yang diperolehnya secara
formal melalui pendidikan tinggi. Perolehan keahlian secara formal sangat penting
ketika seorang profesional bersumpah atas dasar profesi tertentu, seperti dokter,
pengacara, dll. Dengan profesinya tersebut, seorang profesional berhadapan dengan
2014
5
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pemakai jasanya. Sehingga ia mendapatkan kompensasi atau pembayaran atas jasa
yang diberikannya. Hubungan antara pemberi jasa (profesional) dan penerima jasa
terkait dengan kontrak atau perjanjian yang disepakati bersama. Dalam hubungan ini
terdapat beberapa aspek moral dan pertimbangan-pertimbangan etis yang menjadi
dasar menjaga kepercayaan diantara keduanya.
Segala bentuk pelayanan harus mempunyai aspek pro bono publico (segala bentuk
pelayanan untuk kebaikan umum). Untuk kebaikan umum mempunyai aspek ganda,
yakni:
• Aspek pro lucro, yaitu demi keuntungan maka pelayanan itu diberikan kepada
klien (komersial).
• Aspek pro bono, yaitu demi kebaikan si klien maka pelayanan diberikan si
profesional tidak semata-mata karena pembayaran. Aspek ini memunculkan
profesi luhur seperti tenaga medis, tenaga pengajar, rohaniwan, dll.
Etika profesi berhubungan erat dengan kode etik profesi. Kode etik profesi
merupakan akibat hadirnya etika profesi. Kode etik profesi merupakan aturan atau
norma yang diberlakukan pada profesi tertentu. Didalam norma tersebut terdapat
beberapa persyaratan yang bersifat etis dan harus ditaati oleh pemilik profesi.
Misalnya kode etik dokter, kode etik pustakawan, dll. Kode etik tertua dimunculkan
oleh Hippocrates, bapak Ilmu Kedokteran di abad ke-5 SM yang terkenal dengan
“Sumpah Hippocrates”. Refleksi muncul pada kode etik profesi, dan itu berarti kode
etik profesi dapat diubah atau diperbaharui sesuai dengan perkembangan yang ada.
Perubahan kode etik tidak mengurangi nilai etis atau nilai moral yang telah ada, tetapi
justru memberi nilai tambah bagi kode etik profesi itu sendiri. Pelanggaran terhadap
kode etik akan mendapat sanksi dari kelompoknya. Tujuan sanksi adalah untuk
menyadarkan betapa pentingnya tanggung jawab moral ditegakkan di dalam dunia
kerjanya.
b)
Etika Profesi sebagai Ilmu Praktis dan Ilmu Terapan
Etika profesi sebagai ilmu praktis memiliki sifat mementingkan tujuan
perbuatan dan kegunaannya, baik kegunaan secara pragmatis maupun secara
utilitaristis dan deontologis. Secara pragmatis, berarti melihat kegunaan itu memiliki
makna bagi seorang profesional melalui tindakan yang positif berupa pelayanan
kepada klien. Secara utilitaristis akan sangat bermanfaat bila menghasilkan perbuatan
yang baik.
Contoh:
Seorang arsitek mendapatkan kebahagiaan apabila desainnya dipakai oleh klien dan
memberikan kepuasan pada klien tersebut juga orang sekitarnya atas desain
rumahnya.
2014
6
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sedangkan secara deontologis, kegunaan itu akan dinilai baik bila disertai kehendak
yang baik. Kegunaan ini tidak hanya memiliki unsur kehendak tetapi juga kewajiban
yang telah menjadi tanggung jawabnya.
Contoh:
Pelayanan Rumah Sakit X akan dinilai baik dan berguna bagi masyarakat umum, bila
para tenaga medisnya memiliki kehendak baik dalam bertugas.
c)
Metode atau Pendekatan Etika Profesi
Dalam mempelajari etika profesi, metode yang dipakai adalah metode kritis
refleksif, dialogis. Metode ini dipakai oleh seorang profesional dalam menilai perilaku
kerja terhadap bidang pekerjaan tertentu. Orang perlu merenungkan secara kritis dan
mendialogkan apa yang telah dikerjakannya baik saat itu maupun yang akan datang.
Metode ini bertujuan agar seorang profesional dapat bekerja dengan sebaik mungkin
sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
d)
Peran Etika Profesi dalam Ilmu-ilmu Lainnya
Etika profesi dapat diberlakukan pada:
1)
Individu-individu yang memiliki kewajiban-kewajiban tertentu seperti dokter
kepada pasiennya.
2)
Kelompok-kelompok tertentu yang memiliki profesi tertentu seperti asosiasi
jurnalis kepada masyarakat pembacanya.
Peran etika profesi adalah:
1)
Sebagai “kompas” moral atau penunjuk jalan bagi profesional berdasarkan nilainilai etisnya, hati nurani, kebebasan-tanggung jawab, kejujuran, kepercayaan,
hak-kewajiban dalam bentuk pelayanan kepada klien.
2)
Sebagai “penjamin” kepercayaan masyarakat (klien) terhadap pelayanan yang
diberikan oleh si profesional.
C. Kaidah atau Norma Etika
Berikut adalah kaidah atau norma etika/moral yang lazim dimunculkan pada etika
normatif, yakni:
1. Hati Nurani
Hati nurani adalah penghayatan tentang yang baik dan yang buruk yang berkaitan
dengan tindakan nyata atau perilaku konkret manusia. Hati nurani dikendalikan oleh
kesadaran
manusia
(akal
budi).
Kesadaran
membuat
manusia
mampu
mempertimbangkan tentang mana yang baik dan buruk baginya. Kesadaran itu
merupakan kemampuan manusia untuk merefleksikan perbuatannya. Hati nurani
terbagi atas dua bagian:
2014
7
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Hati nurani retrospektif, yakni hati nurani yang menilai perilaku kita di masa lalu.
b. Hati nurani prospektif, yakni hati nurani yang merencanakan perbuatan yang akan
kita lakukan di masa datang.
2. Kebebasan dan Tanggung Jawab
Kebebasan adalah salah satu unsur yang sangat hakiki dan manusiawi yang
dimiliki oleh manusia. Manusia adalah mahluk sosial yang berarti manusia hidup
bersama dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Maka kebebasan yang dimiliki
manusia bukanlah kesewenangan, melainkan kebebasan yang secara hakiki terbatas
oleh kenyataan sebagai anggota masyarakat. Dengan pembatasan yang ada, maka
kebebasan yang dimiliki harus diisi dengan sikap dan tindakan yang tepat. Penentuan
sikap dan tindakan yang tepat ini adalah bentuk tanggung jawab individu. Terdapat
hubungan yang erat antara kebebasan dengan tanggung jawab. Keputusan dan
tindakan yang diambil seseorang harus dapat dipertanggungjawabkan oleh diri sendiri.
3. Nilai dan Norma
Nilai adalah suatu perangkat untuk melakukan penilaian tentang sesuatu.
Dalam penilaian itu memunculkan hasil penilaian dari penilaian tersebut. Hasil
penilaian dapat berupa positif maupun negatif. Positif dalam artian memuaskan,
menguntungkan,
menyenangkan,
dll.
Sedangkan
negatif
dapat
berarti
tidak
memuaskan, namun dapat juga berarti kesalahan.
Setiap penilaian terhadap sesuatu selalu berkaitan dengan kaidah atau
norma atau aturan yang mendasarinya. Norma selalu mempunyai kriteria untuk
dipenuhi seseorang dalam menilai sesuatu. Norma sering dianggap sebagai tolok ukur
untuk menilai sesuatu. Misalnya, norma benda, norma hukum, norma etiket, norma
moral. Dari norma-norma yang ada, norma moral dianggap paling tinggi, karena
memberikan kita berbagai pertimbangan secara rasional tentang apa yang menjadi
tolok ukur ketika seseorang melakukan perbuatan tertentu. Oleh karena itu
pertimbangan yang bersifat rasional sangat menentukan kualitas atau mutu dari
tindakan seseorang.
4. Hak dan Kewajiban
Hak adalah elemen yang sangat manusiawi dimiliki oleh manusia. Hak
merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain
atau terhadap masyarakat. Dengan mempunyai hak, orang dapat menuntut bahwa
orang lain akan memenuhi dan menghormati hak itu. Bermacam jenis hak dapat
memperjelas tentang hak yang berkaitan dengan moral.
a.
Hak legal, adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk yang
dimunculkan melalui UU, peraturan, dokumen resmi. Hak legal berfungsi dalam
sistem hukum dan didasari oleh prinsip hukum.
2014
8
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b.
Hak khusus dan hak umum. Hak khusus adalah hak yang dimiliki oleh seseorang
atau beberapa orang. Hak tersebut timbul karena ada relasi khusus antata
beberapa orang atau karena fungsi khusus yang dimiliki seseorang kepada orang
lain. Misalnya orang tua mempunyai hak bahwa anaknya akan patuh kepadanya.
Sedangkan hak umum adalah hak yang diberikan kepada seseorang karena ia
adalah manusia, atau disebut juga Hak Asasi Manusia, misalnya hak untuk hidup.
c.
Hak individual dan hak sosial. Hak individual adalah hak yang dimiliki oleh individu
terhadap negara atau suatu masyarakat. Hak individual dapat berupa kebebasan
berpendapat, hak berserikat, hak beragama, dll. Hak individual sebenarnya
memperjuangkan hak hati nurani masing-masing individu. Apabila hak individual
diarahkan pada anggota masyarakat atau suatu kelompok kan memunculkan hak
yang sifatnya sosial. Jadi hak sosial adalah hak yang diperoleh seseorang ketika
ia sebagai anggota masyarakat berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya.
Contoh hak sosial adalah hak atas pelayanan kesehatan, hak atas pendidikan, dll.
d.
Hak positif dan hak negatif. Hak positif akan terjadi bila seseorang berhak atas
tindakan orang lain kepada orang itu. Misalnya orang yang tertabrak sepeda
motor sehingga terjatuh dijalan berhak atas pertolongan orang lain. Hak negatif
terjadi apabila seseorang bebas mendapatkan atau melakukan sesuatu. Misalnya
ketika seseorang mendapatkan hak untuk berbicara di depan kelas atau
mendapatkan pendidikan tinggi di luar negeri, dll. Dalam hak negatif terkandung
maksud bahwa pihak lain atau orang lain tidak boleh menghalangi keinginan
orang tersebut.
e.
Hak moral, adalah hak seseorang yang didasari atas prinsip atau peraturan etis
dan oleh karenanya hak moral berada dalam sistem moral. Sistem moral adalah
sistem yang memiliki beberapa elemen atau kaidah moral (hati nurani, kebebasan,
tanggung jawab, hak dan kewajiban) dan kaidah itu saling terjalin sedemikian rupa
dan hasil sistem itu terwujud dalam tindakan dan perilaku baik atau berilaku buruk
manusia. Contohnya, seorang dosen yang berhak menuntut mahasiswanya
berlaku jujur dalam ujian.
Sedangkan
kewajiban
seseorang
bergantung
pada
hak-hak
yang
diperolehnya. Setiap kewajiban yang harus dilakukan seseorang tidak selalu sama
dengan orang lain. Semuanya bergantung pada bagaimana hak itu diperoleh.
Misalnya, hak individual seseorang akan pendidikan tinggi, maka ia juga
diwajibkan untuk melakukan kewajibannya yaitu membayar SPP secara tepat
waktu. Kewajiban terbagi dalam dua hal, yakni:
a.
Kewajiban sempurna, adalah kewajiban yang berkaitan dengan hak orang
lain, karena terdapat unsur keadilan.
2014
9
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b.
Kewajiban tidak sempurna, adalah kewajiban yang tidak ada unsur
keadilannya, karena ia tidak terkait dengan hak orang lain.
D. Pentingnya Etika Dalam Kehidupan
Beberapa alasan mengapa perlunya etika saat ini:
1. Pandangan moral yang beraneka ragam yang berasal dari berbagai suku, kelompok,
daerah dan agama yang berbeda dan yang hidup berdampingan dalam suatu
masyarakat dan negara.
2. Modernisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan besar dalam struktur
masyarakat yang akibatnya dapat bertentangan dengan pandangan-pandangan moral
tradisional.
3. Munculnya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan
manusia dengan masing-masing ajarannya tentang kehidupan manusia.Etika dapat
membangkitkan kembali semangat hidup agar manusia dapat menjadi manusia yang
baik dan bijaksana melalui eksistensi dan profesinya.
Dalam bidang keilmuan, etika sangat penting karena pokok perhatiannya pada
problem dan proses kerja keilmuan, sehingga memunculkan studi etika keilmuan. Etika
keilmuan menyoroti aspek bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan dalam
kegiatannya. Tanggung jawab mereka dipertaruhkan dalam proses kegiatan ilmiahnya.
Pokok perhatian lain dalam etika keilmuan adalah masalah bebas nilai. Bebas nilai adalah
suatu posisi atau keadaan dimana seseorang ilmuwan memiliki hak berupa kebebasannya
untuk melakukan penelitian ilmiahnya. Mereka bebas meneliti apa saja sesuai dengan
keinginan atau tujuan penelitiannya. Kebalikan bebas nilai adalah tidak bebas nilai, yakni
adanya hambatan dari luar seperti norma agama, norma hukum, norma budaya yang
muncul dalam proses penelitiannya. Norma-norma tersebut semacam “pagar” yang
merintangi kebebasan seorang peneliti atas dasar tujuan dan kepentingan norma tersebut.
Misalnya, pada kasus penelitian kloning untuk manusia.
2014
10
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan
Era globalisasi oleh perguruan tinggi harus disikapi sebagai tantangan yang akan
menjadi peluang dengan mencetak lulusan yang unggul secara intelektual, kompeten
dibidangnya dan menguasai iptek, dan anggun secara moral. Keunggulan secara intelektual
lulusan perguruan tinggi dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tercermin
dalam kelompok mata kuliah MKK, yang di dalamnya mencakup pengetahuan dibidangnya,
pengetahuan manajerial, dan pengetahuan umum.
Kompeten dibidangnya dan menguasai teknologi yang tercermin dalam kelompok
mata kuliah MKB dan MPB, meliputi: terampil dan menguasai bidang kerjanya, menguasai
teknologi informasi dan komunikasi, penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional, dan bahasa asing yang sedang trend digunakan di dunia industri saat ini.
Sedangkan anggun secara moral yang tercermin dalam kelompok mata kuliah MPK dan
MBB, meliputi penanaman nilai-nilai religius, nasionalisme dan berkehidupan sosial, budi
pekerti, kepribadian, serta etiket dan etika profesional.
Dengan demikian, SDM yang dihasilkan perguruan tinggi dapat bersaing ditingkat
regional maupun internasional dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan peluang
secara tidak terbatas sejalan dengan tuntutan globalisasi. Masyarakat duniapun dengan
sendirinya akan menilai dan menanamkan kepercayaan penuh terhadap lulusannya. Etika
dan Sikap Profesional lulusan Perguruan Tinggi yang akan menjadi catatan penting di mata
masyarakat.
2014
11
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. James, J. 1996. Thinking in the Future Tense. Simon & Schuster. Inc
2. Artiningrum, Kurniasih; Nugroho, 2012, Etika Perilaku Profesional Sarjana, Graha
Ilmu, Yogayakarta
3. Srijanti, Purwanto, Artiningrum, 2007, Etika Membangun Sikap Profesionalisme
Sarjana, Graha Ilmu, Yogyakarta
2014
12
ETIK UMB
Ayatullah, M. Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download