PERAMALAN VOLATILITAS IHSG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL STOCHASTIC VOLATILITY Ali Rojin, Heni Kusdarwati, Eni Sumarminingsih Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya Email : [email protected] Abstrak. Model Stochastic Volatility (SV) seperti yang dikenalkan Taylor (1986). Model Stochastic Volatility (SV) adalah Pendekatan lain untuk melihat perubahan – perubahan volatilitas atas waktu pada data keuangan dengan menggunakan model yang mengandung suatu komponen variansi yang tidak terobservasi atau tersembunyi yang logaritmanya dimodelkan secara langsung sebagai suatu model stokastik linier. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan indeks harga saham yang bersifat heterokedastik ke dalam model SV, Meramalkan,dan mengetahui seberapa besar Value at Risk untuk satu periode ke depan bila dialokasikan dana dengan nilai tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data indeks harga saham S & P 500, JKSE dan FTSE. Hasil penelitian ini adalah dari ketiga indeks harga saham ini mengandung efek ARCH sehingga dapat dimodelkan ke dalam model Stochatic Volatility (SV) dan memiliki Value at Risk yang relatif rendah pada masing masing data Indeks Harga Saham. Kata Kunci: Model Stochastic Volatility (SV) ,Value at Risk. 1. PENDAHULUAN Harga saham setiap detik dapat berubah dan memberikan implikasi ke berbagai pihak yang berkepentingan. Indeks Harga saham yang digunakan adalah S & P 500, JKSE dan FTSE. Perilaku dari harga aset finansial dapat diamati melalui dua parameter yaitu rata rata dan standar deviasi. Dalam hal ini standar deviasi dari residual dinamakan volatilitas. Volatilitas adalah suatu ukuran ketidakpastian dari suatu deret waktu keuangan atau resiko yang mungkin dihadapi investor dalam perdagangan saham. Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) sering digunakan dalam pemodelan data deret waktu. Model ini mempunyai asumsi stasioner pada rata-rata dan ragam sisaan. Asumsi ini tidak mudah dipenuhi pada data deret waktu ekonomi dan keuangan yang memiliki fluktuasi yang tidak tetap, sehingga ragam dari sisaan tidak konstan (berubah-ubah) dari suatu periode ke periode yang lain. Untuk menangani hal tersebut maka Engle (1982) memperkenalkan model ARCH yang memiliki kemampuan memodelkan data yang bersifat heteroscedastic (ARCH). Penelitian ini memodelkan Indeks Harga Saham yang bersifat heterokedastik ke dalam model Stochastic Volatility (SV). Menurut Taylor (1986), model Stochastic Volatility merupakan Pendekatan lainnya untuk melihat perubahan-perubahan volatilitas atas waktu pada data keuangan adalah dengan menggunakan model yang mengandung suatu komponen variansi tidak terobservasi atau tersembunyi dengan logaritmanya dimodelkan secara langsung sebagai suatu model stokastik linier. Oleh karena itu, model Stochastic Volatility perlu diterapkan untuk memodelkan serta meramalkan data yang bersifat heteroscedastic. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada calon investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi dengan mempertimbangkan Value at Risk yang dihasilkan dari perhitungan model Stochastic Volatility terhadap Indeks Harga Saham. 2. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data Indeks Harga Saham yaitu S & P 500, JKSE dan FTSE. Langkah langkah yang dilakukan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: 2.1. Perhitungan Return Data Indeks Harga Saham X t X t 1 Zt X t `1 (1) 2.2. Pemodelan ARIMA Model time series yang non-stasioner dapat dikatakan sebagai proses AutoRegressive Integrated Moving Average ordo (p,d,q) atau disingkat ARIMA (p,d,q) (Box dan Jenkins, 1976). Wt d Zt (2) Wt 1Wt 1 ... pWt p at 1at 1 ... q at q di mana Wt : data hasil penstasioneran pada waktu ke-t : data pengamatan pada waktu ke-t : parameter moving average : derajat autoregressive Zt p a t : galat acak (white noise) : parameter autoregressive d : derajat pembedaan (difference) q : derajat moving average 2.3. Pengujian Keberadaan Unsur ARCH / GARCH Dengan Uji Lagrange Multiplier (LM) 2.4. Pemodelan Stochastic Volatility (SV) t exp ht / 2 ht ht 1 t h 2 t exp t vt vt ≈ iid N (0,1) log log t 2 2 t 1 t (3) (4) Keterangan ht = log volatilitasnya dan t = volatilitas t dan vt saling bebas 2.5. Pendugaan Parameter Model SV Pendugaan parameter model SV menggunakan metode MM (Method of Moment) 2.6. Peramalan Peramalan model SV dilakukan secara rekursif. Maka peramalan volatilitas satu periode mendatang adalah (Melino dan Turnbull 1990): ht 1 ht t 1 (5) 2.7. Value at Risk Value at Risk diartikan sebagai batas risiko pasar yang dapat diperkirakan sehingga kerugian selama waktu horizon tertentu lebih kecil dari batas kerugian tersebut dengan tingkat kepercayaan tertentu. VaR S .Z t 1 t (6) di mana: VaR S adalah nilai risiko pada tingkat kepercayaan sebesar α adalah dana yang akan dialokasikan 1 Zt adalah penduga return ke-t adalah titik kritis distribusi normal pada tingkat kepercayaan sebesar α yang ditentukan. Pada kasus ini α=5% sehingga t adalah akar dari ragam bersyarat ke-t yang diperoleh dari model (Dowd,2002) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Deskripsi Data Data dan pola pergerakan indeks harga saham JKSE, FTSE dan S & P 500 terhadap waktu secara berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 1. 214 Time Series Plot of JKSE Time Series Plot of S & P 500 450 3000 400 2500 3000 350 2000 250 FTSE 2500 300 JKSE S & P 500 Time Series Plot of FTSE 3500 1500 2000 1000 200 1500 500 150 100 1000 0 1 278 556 834 1112 1390 Index 1668 1946 2224 2502 1 2780 255 510 (a) 765 1020 1275 1530 Index 1785 2040 2295 2550 1 (b) 272 544 816 1088 1360 1632 Index 1904 2176 2448 (c) Gambar1. Plot Indeks Harga Saham S &P 500 (a) , JKSE (b), dan FTSE (c) terhadap waktu Analisis deskriptif secara umum indeks harga saham ( JKSE, S & P 500, dan FTSE ) hampir sama berupa pergerakan indeks harga saham yang bertambah naik. S & P 500 dan FTSE memiliki pola yang hampir sama hanya S & P 500 dimulai dengan tahun yang lebih dahulu dibanding FTSE. Pergerakan indeks harga saham memiliki tren naik dan turun. Statistik deskriptif return yang menunjukkan bahwa 3 rata-rata return berada di sekitar nol dengan ragam relatif sama. Return tertinggi pada indeks S & P 500, JKSE dan FTSE sebesar 0,090994, 0,140265, dan 0,078930, sedangkan return terendah berturut-turut sebesar -0,204669, -0,119546, dan -0,122156. Fluktuasi tinggi terjadi ketika terdapat return tinggi dan return rendah pada jangka waktu tidak terlalu lama. 3.2. Pemodelan ARIMA Identifikasi merupakan langkah pertama dalam membentuk model ARIMA yang dilakukan dengan cara melihat plot ACF dan PACF terhadap lag data stasioner. Pada return S & P 500, JKSE, dan FTSE, ACF dan PACF berbeda nyata pada lag 1, sehingga model ARIMA sementara yang terbentuk: ARIMA(1,0,0), ARIMA(0,0,1) dan ARIMA(1,0,1). Hasil pendugaan parameter model ARIMA sementara return S & P 500, JKSE, dan FTSE dan diringkas pada Tabel 1. Tabel 1. Penduga Parameter Model ARIMA ARIMA(1,0,0) ARIMA(0,0,1) Return ARIMA(1,0,1) S & P 500 -0.446631 -0.998873 0.102619 -0.997493 JKSE -0.415884 -1.000981 0.147651 -0.997465 FTSE -0.481760 -0.999034 0.050019 -0.997496 Tabel 1 di atas adalah tabel penduga parameter Model ARIMA sementara. Uji Model ARIMA yang terbentuk dikatakan layak jika sisaan model adalah white noise. Uji kelayakan atau diagnostik model dengan statistic Ljung-Box (Q). Hasil pengujian kelayakan model memperlihatkan bahwa beberapa model tentative memiliki statistik Q lag 20 berbeda nyata pada taraf 5% pada semua indeks. Pada indeks S & P 500 pada lag 30, indeks JKSE pada lag 10 dan indeks FTSE pada lag 30 dan lag 40. Oleh karena itu model layak ditentukan dari ada atau tidaknya autokorelasi sisaan. ARIMA(1,0,1) merupakan satu-satunya model layak bagi return S & P 500, JKSE, dan FTSE karena hanya pada model tersebut statistik Q tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Ditunjukkan bahwaARIMA(1,0,1) adalah model terbaik bagi tiga return, karena mempunyai AIC terkecil di antara model sementara. Berikut model terbaik bagi return S & P 500, JKSE dan FTSE adalah ARIMA(1,0,1) dengan bentuk: 1. S & P 500 Z t 0,102619Z t 1 et 0,9974935et 1 2. JKSE Z t 0,147651Z t 1 et 0,9974654et 1 3. FTSE Z t 0,050019Z t 1 et 0,9974963et 1 3.3. Uji Keberadaan Efek ARCH / GARCH Model SV yang digunakan untuk memodelkan ragam bersyarat atau volatilitas, dapat dibentuk setelah diketahui bahwa sisaan model ARIMA mengandung unsur ARCH/GARCH. Uji Lagrange Multiplier (LM) dilakukan untuk mengetahui keberadaan unsur ARCH/GARCH pada sisaan model 215 ARIMA. Hasil pengujian LM return S & P 500, JKSE dan FTSE nyata pada taraf 5% yang memberi kesimpulan bahwa terdapat unsur ARCH/GARCH pada sisaan model ARIMA(1,0,1) sehingga pemodelan SV dapat dilakukan. 3.4. Pemodelan SV Pemodelan Stochastic Volatility pada data indeks harga saham. Ketiga data yang digunakan dalam penelitian ini mengandung unsur ARCH. Selanjutnya dilakukan pendugaan parameter model SV pada masing – masing data yang disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Pendugaan Parameter model SV Indeks Parameter p value -0.83616 <.0001 S & P 500 0.887652 <.0001 -0.83746 <.0001 JKSE 0.887081 <.0001 -0.83201 <.0001 FTSE 0.888638 <.0001 Dari tabel 2 di atas maka didapatkan parameter model yang layak kemudian memodelkan parameter yang sudah layak dengan pengujian uji kelayakan Ljung – box sehingga terbentuk model Stochastic Volatility yang layak. 3.5. Peramalan Model SV Hasil ramalan volatilitas return S & P 500, JKSE dan FTSE satu periode mendatang berturutturut 0,027543, 0,024521, dan 0,023859 yang menunjukkan bahwa S & P 500 lebih berisiko dibandingkan JKSE dan FTSE karena memiliki volatilitas lebih tinggi. 3.6. Value at Risk Berdasarkan hasil ramalan return (𝑍𝑡) dan volatilitas (𝜎𝑡) pada subbab sebelumnya dapat dihitung Value at Risk (VaR) masing-masing indeks harga saham menggunakan persamaan 9. Ramalan VaR bagi S & P 500, JKSE dan FTSE satu periode mendatang berturut-turut Rp 3.004.376,358, Rp 1.217.422,018, dan Rp 1.180.974,954 yang juga memperlihatkan bahwa indeks S & P 500 berisiko lebih tinggi daripada indeks JKSE dan FTSE. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis menggunakan model Stochastic Volatility (SV) terhadap indeks harga saham maka didapatkan model ARIMA (1,0,1) dan model SV pada masing-masing IHSG dengan model yang layak. Model yang layak tersebut digunakan sebagai model peramalan. Hasil ramalan indeks harga saham untuk satu periode ke depan pada data S & P 500 sebesar 461,049, pada data JKSE sebesar 2.789,731 dan pada data FTSE sebesar 3.178,572. Apabila dialokasikan dana sebesar Rp 500.000.000,00 dengan tingkat kesalahan sebesar 5%, maka besarnya risiko (Value at Risk) yang akan dihadapi oleh investor yang menanamkan modal pada perusahaan yang tergabung dalam S & P 500 untuk satu periode ke depan sebesar Rp 3.004.376,358, dalam saham JKSE sebesar Rp 1.217.422,018, dan dalam saham FTSE sebesar Rp 1.180.974,954. DAFTAR PUSTAKA Box, G.E.P. dan Jenkins, G.M., (1976), Time Series Analysis, Forecasting and Control, Holden-Day, San Fransisco. Dowd, K.,( 2002), An Introduction to Market Risk Measurement, John Wiley & Sons, Inc. United State American. Melino, A. and Turnbull, S.M., (1990), Pricing foreign currency options with stochastic volatility, Journal of Econometrics, 45, hal. 239 – 265. 216