PROPORSI PENGGUNA KATUP BABI PADA OPERASI KATUP JANTUNG MITRAL DI RS. JANTUNG HARAPAN KITA PERIODE 2005-2009 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Tiara Bunga Melati Jelita NIM: 107103001629 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatanm Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 06 Oktober 2010 Tiara Bunga Melati Jelita ii LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING PROPORSI PENGGUNA KATUP BABI PADA OPERASI KATUP JANTUNG MITRAL DI RS. JANTUNG HARAPAN KITA PERIODE 2005-2009 Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh Tiara Bunga Melati Jelita NIM: 107103001629 Pembimbing Pembimbing Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD. dr. muniroh PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M iii LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul PROPORSI PENGGUNA KATUP BABI PADA OPERASI KATUP JANTUNG MITRAL DI RS. JANTUNG HARAPAN KITA PERIODE 2005-2009 yang diajukan oleh Tiara Bunga Melati Jelita (NIM: 107103001629), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 06 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 06 Oktober 2010 DEWAN PENGUJI Pembimbing Penguji Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD. dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM iv KATA PENGANTAR Dengan selesainya penelitian Proporsi Pengguna Katup Babi pada Operasi Katup Jantung Mitral di RS. Jantung Harapan Kita Periode 2005-2009, Peneliti memanjatkan Puji Syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan bimbingannya. Dengan petunjuk-Nya jualah, Peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam proses penelitian ini, Peneliti mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang membuat proses penelitian menjadi lebih mudah dan lancar. Pada kesempatan ini, Peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada para pembimbing riset ini serta pihak-pihak lain yang juga turut serta mempermudah jalannya penelitian, yaitu: 1. Prof. DR (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku dosen pembimbing penelitian yang tak pernah letih mengingatkan, membimbing, dan juga memotivasi Peneliti dari awal proses hingga akhir penelitian ini dan selaku ketua modul riset yang telah membimbing kelompok Peneliti dalam menyelesaikan penelitian. 4. dr. Muniroh selaku dosen pembimbing penelitian kedua yang juga selalu mengingatkan dan memotivasi Peneliti dari awal proses hingga akhir penelitian ini. 5. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan serta dukungan kepada Peneliti. v 6. Mbak Asna dan Mbak Lia, Staf RS. Jantung Harapan Kita, yang telah banyak membantu Peneliti dalam proses pengumpulan data. 7. Seluruh staf dan karyawan RS. Jantung Harapan Kita yang secara tidak langsung telah membantu proses kelancaran jalannya penelitian ini dari awal hingga akhir. 8. Kedua orang tua Peneliti, dr.Tarmizi Hakim dan Burlini Hakim yang selalu memberikan cinta dan dukungan yang tak berbatas selama ini. Kakak-kakak Peneliti, Muhammad Ronggy, Sulaiman Rangga, Tommy Dharmawan dan Tiara Bunga Mayang Permata yang telah memenuhi harihari saya dengan semangat dan optimisme. 9. Sahabat-sahabat Peneliti yang tercinta, Arianti Arifin, Desy Nurhuda, dan Rani Budiwidyaningrum, dan Yusuf Brilliant yang bersama-sama Peneliti dalam penyelesaian proses riset ini telah bahu-membahu menghadapi berbagai kesulitan dan juga telah membuat keseluruhan proses ini menjadi menyenangkan. Peneliti berharap semoga selanjutnya penelitian Persentase Pengguna Katup Babi pada Operasi Katup Jantung Mitral di RS. Jantung Harapan Kita Periode 2005-2009 ini dapat dimanfaatkan oleh para klinisi, peneliti, dan juga masyarakat. Jakarta, 06 Oktober 2010 Tiara Bunga Melati Jelita vi ABSTRAK Tiara Bunga Melati Jelita. Program Studi Pendidikan Dokter. Proporsi Pengguna Katup Babi pada Operasi Katup Jantung Mitral di RS. Jantung Harapan Kita Periode 2005-2009. 2010 Latar Belakang Indonesia adalah sarang penyakit infeksi dengan kekerapan faringitis yang tinggi mengakibatkan penyakit jantung rematik. Penyakit jantung rematik sering menyebabkan risiko terjadinya stenosis mitral yang pada akhirnya akan meningkatkan tindakan intervensi penggantian katup. Saat ini di RS. Jantung Harapan Kita hanya menggunakan 2 jenis katup, yaitu mekanik dan biologi. Dimana katup biologi terdiri dari katup babi dan sapi. Hingga saat ini, jumlah pengguna katup babi masih belum diketahui, sedangkan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan hukum akan babi adalah haram. Tujuan untuk mengetahui proporsi pasien pengguna katup babi pada operasi katup jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009. Metode Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada data pasien yang telah menjalankan operasi katup jantung mitral. Hasil 349 pasien yang menjalani operasi penyakit katup jantung mitral di RSJHK pada tahun 2005-2009. Didapatkan jumlah terbanyak kasus pasien pengguna katup babi adalah pada perempuan usia muda dengan usia dibawah 30 tahun dalam periode 2005-2009. Kesimpulan Terdapat peningkatan kasus pasien pengguna katup babi dari tahun 2005 sampai 2009 dan adanya pengaruh usia serta jenis kelamin dalam pemilihan katup pengganti pada operasi katup jantung mitral. Kata kunci: Penyakit katup jantung, pengguna katup babi, usia pasien, jenis kelamin pasien, dan agama pasien vii ABSTRACT Tiara Bunga Melati Jelita. General Medicine. Proportion of Bioprosthetic Valve Usage in Mitral Valve Surgery in RS. Jantung Harapan Kita in 2005-2009. 2010. Background Indonesia is a nest for infection disease with a high frequency of pharyngitis resulted from rheumatic heart disease. Rheumatic heart disease often causes the risk of mitral stenosis, which in the end will increase a valve intervention action. In RS. Jantung Harapan Kita (National Center Heart Disease hospital, Harapan Kita) nowadays, only use two types of valve, mechanical valve and bioprosthetic valve. As for bioprosthetic valve, there are porcine and bovine valve. Up to this day, the proportion of using the porcine valve is still unknown. On the other hand, majority of Indonesian are moslems, and pigs are forbidden in the religion. Objective to find out the number of patients that chose bioprosthetic valve in mitral valve operations in Harapan Kita from 2005 to 2009. Method this research is using a cross sectional method on data of patients who have undergone mitral valve operations with bioprosthetic valve. Result As subjects to this research, there are 349 case surgery of patients with mitral valve disease in Harapan Kita during 2005 to 2009. The case escalation for these five years has shown that the number of 2 cases in 2005 has increased to 48 cases in 2009. The highest percentage of bioprosthetic case patient resides in young females with age under 30 years old in 2005-2009. Conclusion There is an escalation in case patients that use bioprosthetic valve from 2005 to 2009, in addtion to influential factors, such as age and sex in choosing valve replacement in mitral valve operations. Keywords: valve mitral disease, bioprosthetic valve user, patient age, patient sex, patient religion. viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xiii BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................... ....................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3 BAB 2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 4 2.1 Kerangka Teori ........................................................................................... 4 2.1.1 Anatomi Jantung ............................................................................... 4 2.1.2 Fisiologi Jantung ............................................................................. 10 2.1.2.1 Fungsi Jantung .................................................................... 11 2.1.2.2 Pembuluh Darah .................................................................. 11 2.1.2.3 Pasokan Darah ke Jantung .................................................. 12 2.1.3 Penyakit Katup Jantung .................................................................. 12 2.1.3.1 Stenosis Mitral .................................................................... 13 2.1.3.2 Insufisiensi Mitral ............................................................... 17 2.1.4 Penyakit Jantung Rematik ............................................................... 20 2.1.4.1 Tanda dan Gejala PJR ......................................................... 21 2.1.4.2 Penegakan Diagnosis PJR ................................................... 21 2.1.4.3 Pengobatan PJR ................................................................... 22 2.1.4.4 Pencegahan PJR .................................................................. 22 2.1.5 Indikasi Operasi Katup Jantung Mitral ........................................... 23 2.1.6 Operasi Katup Jantung .................................................................... 23 2.1.7 Jenis Katup Jantung ........................................................................ 25 2.1.8 Prognosis dan Komplikasi Operasi Katup Jantung ......................... 28 2.1.9 Pandangan Islam Terhadap Penggunaan Katup Babi ..................... 29 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................................... 31 2.3 Definisi Operasional ................................................................................. 31 BAB 3 Metodologi Penelitian ............................................................................ 32 3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 32 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................. 32 ix 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 32 3.3.1 Populasi Penelitian .......................................................................... 32 3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 32 3.4 Kriteria Penelitian .................................................................................... 32 3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 32 3.4.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................. 33 3.5 Cara Kerja ................................................................................................ 33 3.5.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 33 3.5.2 Pengolahan Data .............................................................................. 33 3.5.3 Analisis dan Interpretasi Data ......................................................... 33 3.5.4 Pelaporan Hasil Penelitian .............................................................. 33 BAB 4 Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 34 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 34 4.1.1 Perbandingan Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik pada Penggantian Katup Jantung Mitral di RSJHK Periode 2005-2009 .. 34 4.1.2 Karakteristik Pasien Pengguna Katup Babi pada Penggantian Katup Jantung Mitral di RSJHK Tahun 2005-2009 .................................. 36 4.2 Pembahasan .............................................................................................. 38 BAB 5 Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 41 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 41 5.2 Saran ......................................................................................................... 41 Daftar Referensi ................................................................................................ 42 x DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Proporsi Jumlah Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik di RSJHK Tahun 2005-2009 ............................................................. 34 Diagram 4.2 Proporsi Jenis Kelamin pada Pasien Pengguna Katup Babi di RSJHK Tahun 2005-2009 ............................................................................. 36 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pembuluh Darah Besar dalam Tubuh Manusia .................................. 4 Gambar 2.2 Anatomi Jantung ................................................................................ 5 Gambar 2.3 Ruang dalam Jantung dan Aliran Darah Jantung .............................. 7 Gambar 2.4 Katup Trikuspid ................................................................................. 8 Gambar 2.5 Katup Pulmonal .................................................................................. 8 Gambar 2.6 Katup Mitral ....................................................................................... 9 Gambar 2.7 Katup Aorta ........................................................................................ 9 Gambar 2.8 Aktifitas Listrik Jantung ................................................................... 10 Gambar 2.9 Etiologi Penyakit Jantung Rematik .................................................. 21 xii DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Proporsi Pasien Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik di RSJHK Tahun 2005-2009 ............................................................................... 35 Grafik 4.2 Proporsi Usia dan Jenis Kelamin pada Pasien Pengguna Katup Babi di RSJHK Tahun 2005 ........................................................................... 37 Grafik 4.7 Proporsi Agama pada Pasien Pengguna Katup Babi di RSJHK Tahun 2005-2009 .......................................................................................... 38 xiii 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benda sebesar kepalan tangan ini sangat istimewa. Kerjanya independen, sistem persyarafan bahkan sistem konduksinya berbeda dari semua organ. Organ itu adalah jantung. Jantung terbagi 2 bilik dan 2 serambi yang dipisahkan oleh katup. Dokter umum memegang peranan penting untuk mendiagnosis dini kelainan jantung, terutama penyakit jantung katup, mengingat penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu. (Farmacia Edisi Februari 2008) Katup jantung merupakan topik yang terus berkembang pesat selama dua dekade terakhir dalam teknik diagnostik, pemahaman patofisiologi secara lebih komprehensif, serta intervensi kardiologi dan prosedur bedah jantung. Perkembangan ini disusun dalam guideline kelas dunia dari American College of Cardiology, European Society of Cardiology, hingga Ikatan Kesepeminatan Kardiologi Indonesia (IKKI) yang tediri dari dokter-dokter umum yang tertarik dengan kardiologi. Hasilnya, semakin ketat kriteria pasien untuk mendapat operasi atau dilakukan kateterisasi. (Farmacia Edisi Februari 2008) Negara berkembang, seperti Indonesia, menjadi sarang penyakit infeksi. Dengan kekerapan faringitis yang tinggi, risiko terjadinya stenosis mitral akibat penyakit jantung rematik menjadi makin tinggi, pada akhirnya juga akan meningkatkan tindakan intervensi penggantian katup menggunakan balloon mitral valvuloplasty (BMV) dengan metode yang terus direvisi. (Farmacia Edisi Februari 2008) Stenosis mitral mesti didiagnosis dengan cepat dan tepat guna penanganan akurat. Angka kejadian demam rematik di Indonesia dapat mencapai 5 kasus per 100.000 penduduk dengan manifestasi yang sangat beraneka ragam dan relatif lebih buruk. Fakta ini juga membuat stenosis mitral tumbuh sangat cepat hingga menjadi isu kesehatan masyarakat yang penting. Bagi dokter umum, adanya kriteria mayor dan minor dari Jones yang dapat menegakkan diagnosis demam rematik harus segera ditatalaksana dengan antibiotik untuk gram positif serta 2 rujukan ke ahli jantung guna memantau adanya kerusakan lanjut hingga ke katup. (Farmacia Edisi Februari 2008) Follow up jangka panjang demam rematik menunjukkan bahwa hingga 20% pasien akan mengalami gejala yang berulang dalam satu tahun, dikenal sebagai restenosis, terjadinya regurgitasi mitral akibat prosedur, serta dilatasi awal yang tidak memadai. Dengan mortalitas yang rendah (1%), komplikasi yang ringan (12%) dibanding mortalitas operasi penggantian katup yang relatif tinggi (30%), maka prosedur ini sangat menjanjikan untuk tata laksana penyakit jantung katup. (Farmacia Edisi Februari 2008) Jantung babi digunakan untuk keperluan transplantasi untuk mengganti katup jantung yang sudah tidak berfungsi lagi. Katup jantung babi yang digunakan pada manusia ternyata sangat minimal mengalami penolakan pada tubuh manusia. Tidak mengherankan karena memang manusia dengan babi memiliki banyak persamaan dalam sistem fisiologi. Dari gen pun, manusia dengan babi memiliki kesamaan sebesar 96%. Bagi agama Islam, masih diperdebatkan akan bolehnya pemasangan katup babi untuk orang muslim. Tetapi ada juga yang mengatakan, bila keadaan darurat dalam arti mengancam nyawa diperbolehkan apa saja yang ingin ditindakkan. (Farmacia Edisi Februari 2008) Sampai saat ini, seberapa banyak pasien yang menggunakan katup babi pada operasi katup jantung mitral masih belum diketahui. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk meneliti persentase jumlah banyaknya pasien yang mengganti katup jantung mitralnya dengan katup babi di RS. Jantung Harapan Kita (RSJHK) yang merupakan pusat jantung nasional di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memerhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: o Bagaimana proporsi pengguna katup babi pada operasi katup jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009? o Bagaimana karakteristik (usia, jenis kelamin, dan agama) pasien pengguna katup babi pada penggantian katup jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009? 3 1.3 Tujuan o Tujuan Umum Mengetahui proporsi pasien pengguna katup babi pada operasi katup jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009. o Tujuan Khusus Mengetahui proporsi usia dan jenis kelamin pada pasien pengguna katup babi pada operasi katup jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009. Mengetahui proporsi agama pasien yang menggunakan katup babi di RSJHK periode 2005-2009. 1.4 Manfaat Penelitian o Bagi peneliti : Mengembangkan minat dan kemampuan peneliti dalam bidang penelitian. Olahan data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk digunakan dalam penelitian-penelitian lanjutan mengenai penyakit katup jantung. o Bagi kalangan medis : Data ini dapat digunakan oleh kalangan medis sebagai informasi tambahan yang dapat dipertimbangkan dalam menangani kasus penyakit yang berhubungan dengan katup jantung. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Anatomi Jantung Gambar 2.1 Pembuluh Darah Besar dalam Tubuh Manusia Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung. (Martini and Nath, 2009) Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk 5 mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah katup yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. (Martini and Nath, 2009) Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontraksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf. Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya yaitu : (Martini and Nath, 2009) a. Bentuk Serta Ukuran Jantung Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. (Martini and Nath, 2009) Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. (Martini and Nath, 2009) Gambar 2.2 Anatomi Jantung 6 Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis. (Martini and Nath, 2009) Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum perikardium berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium. (Martini and Nath, 2009) b. Ruang Dalam Jantung Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik. Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum inter-atriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). (Martini and Nath, 2009) Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid. (Martini and Nath, 2009) 7 Gambar 2.3 Ruang dalam Jantung dan Aliran Darah Jantung c. Katup-Katup Jantung Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel. (Martini and Nath, 2009) 1) Katup Trikuspid Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup. (Martini and Nath, 2009) 8 Gambar 2.4 Katup Trikuspid 2) Katup Pulmonal Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis. (Martini and Nath, 2009) Gambar 2.5 Katup Pulomonal 3) Katup Bikuspid Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup. (Martini and Nath, 2009) 9 Gambar 2.6 Katup Mitral 4) Katup Aorta Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri. (Martini and Nath, 2009) Gambar 2.7 Katup Aorta d. Komponen Sistem Induksi Jantung 1) Sinoatrial 2) Atrioventrikular 3) RA, LA, RV, LV 4) Peace Meker (Pusat Picu Jantung) 10 Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava superior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel. (Martini and Nath, 2009) Gambar 2.8 Aktifitas Listrik Jantung 2.1.2 Fisiologi Jantung Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). (Martini and Nath, 2009) Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, 11 dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. (Martini and Nath, 2009) 2.1.2.1 Fungsi Jantung Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. (Martini and Nath, 2009) Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru. (Martini and Nath, 2009) 2.1.2.2 Pembuluh Darah Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,arteriola, kapiler, venula dan vena. Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu. (Martini and Nath, 2009) 12 Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah. Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung. (Martini and Nath, 2009) Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. (Martini and Nath, 2009) 2.1.2.3 Pasokan Darah ke Jantung Otot jantung sendiri menerima sebagian dari sejumlah volume darah yang mengalir melalui atrium dan ventrikel. Suatu sistem arteri dan vena (sirkulasi koroner) menyediakan darah yang kaya akan oksigen untuk miokardium dan kemudian mengembalikan darah yang tidak mengandung oksigen ke dalam atrium kanan. (Martini and Nath, 2009) Arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri merupakan cabang dari aorta; vena kardiak mengalirkan darah ke dalam sinus koroner, yang akan mengembalikan darah ke dalam atrium kanan. Sebagian besar darah mengalir ke dalam sirkulasi koroner pada saat jantung sedang mengendur diantara denyutnya (selama diastol ventrikuler). (Martini and Nath, 2009) 2.1.3 Penyakit Katup Jantung Jantung adalah sebuah pompa muskuler yang memiliki empat katup, yang terbuka dan tertutup untuk menjaga agar darah mengalir pada arah yang tepat. Katup mitral menghubungkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katupkatup tersebut. Katup normal memiliki dua ciri aliran yang kritis, yaitu aliran searah dan aliran yang tidak dihalangi. Katup akan terbuka jika tekanan dalam ruang jantung di proksimal katup lebih besar dari tekanan dalam ruang atau 13 pembuluh di sebelah distal katup. Daun katup sedemikian responsifnya sehingga perbedaan tekanan yang kecil (kurang dari 1 mmHg) antara dua ruang jantung sudah mampu membuka dan menutup daun katup tersebut. (Leonard S. Lilly, 2007) Katup yang terserang penyakit dapat menimbulkan dua jenis gangguan fungsional: (1) Insufisiensi katup: katup tidak dapat menutup dengan rapat sehingga darah dapat mengalir balik (sinonimnya adalah regurgitasi katup dan inkompetensi katup). (2) Stenosis katup: katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan. Insufisiensi dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai “lesi campuran” atau sendiri-sendiri. Yang terakhir ini disebut “lesi murni”. (Leonard S. Lilly, 2007) Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium. Respon miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi ruang dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan meningkatkan kemampuan pemompaan jantung. (Leonard S. Lilly, 2007) 2.1.3.1 Stenosis Mitral Mitral stenosis adalah suatu penyempitan jalan aliran darah ke ventrikel. Pasien dengan mitral stenosis secara khas memiliki daun katup mitral yang menebal, kommisura yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal dan memendek. Diameter transversal jantung biasanya dalam batas normal, tetapi kalsifikasi dari katup mitral dan pembesaran sedang dari atrium kiri dapat terlihat. Meningkatnya tekanan vena pulmonalis menyebabkan diversi darah yang nampak 14 dengan radiografi berupa pelebaran relatif pembuluh darah untuk bagian atas paru dibandingkan dengan pembuluh darah untuk bagian bawah paru. (Leonard S. Lilly, 2007) Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat dan menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup mitral menyempit (stenosis), darah tidak dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek serta gejala lainnya. (Leonard S. Lilly, 2007) Insidens Di negara-negara maju, insidens dari mitral stenosis telah menurun karena berkurangnya kasus demam rematik sedangkan di negara-negara yang belum berkembang cenderung meningkat. Katup mitral adalah katup jantung yang paling banyak terkena pada pasien dengan penyakit jantung rematik. Dua pertiga pasien kelainan ini adalah wanita. Gejala biasanya timbul antara umur 20 sampai 50 tahun. Gejala dapat pula nampak sejak lahir, tetapi jarang sebagai defek tunggal. Mitral stenosis kongenital lebih sering sebagai bagian dari deformitas jantung kompleks. (Leonard S. Lilly, 2007) Etiologi Penyebab tersering dari mitral stenosis adalah demam reumatik. Penyebab lainnya adalah mitral stenosis kongenital, lupus eritematosus sistemik (SLE), artritis reumatoid (RA), atrial myxoma, dan endokarditis bacterial. Selain itu, virus seperti coxsackie diduga memegang peranan pada timbulnya penyakit katup jantung kronis. Gejala dapat dimulai dengan suatu episode atrial fibrilasi atau dapat dicetuskan oleh kehamilan dan stress lainnya terhadap tubuh misalnya infeksi atau gangguan jantung yang lain. (Leonard S. Lilly, 2007) Patofisiologi Stenosis mitral murni terdapat pada kurang lebih 40% dari semua penderita penyakit jantung reumatik. Terdapat periode laten antara 10-20 tahun, atau lebih, setelah suatu episode penyakit jantung rematik; dengan demikian tidak akan terjadi onset dari gejala stenosis mitral sebelumnya. Penyempitan dari katup mitral menyebabkan perubahan pada peredaran darah, terutama di atas katup. Ventrikel kiri yang berada di bawah katup tidak banyak mengalami perubahan 15 kecuali pada mitral stenosis yang berat, ventrikel kiri dan aorta dapat menjadi kecil. (Leonard S. Lilly, 2007) Luas normal orifisium katup mitral adalah 4-6 cm2. Ketika daerah orifisium ini berkurang hingga 2 cm2 maka akan terjadi peningkatan tekanan atrium kiri yang dibutuhkan agar aliran transmitral tetap normal. Stenosis mitral yang parah terjadi ketika pembukaan berkurang hingga 1 cm2. Pada tahap ini dibutuhkan tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal. (Leonard S. Lilly, 2007) Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolic ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup yang menyempit. Karena itu, selisih tekanan atau gradient tekanan antara kedua ruang tersebut meningkat. Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut minimal. Otot atrium kiri mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan memompa darah. Makin lama peranan kontraksi atrium makin penting sebagai faktor pembantu pengisian ventrikel. Dilatasi atrium kiri terjadi oleh karena volume atrium kiri meningkat karena ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal. (Leonard S. Lilly, 2007) Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri dipantulkan ke belakang ke dalam pembuluh paru-paru. Tekanan dalam vena pulmonalis dan kapiler meningkat, akibatnya terjadi kongesti paru-paru, mulai dari kongesti vena yang ringan sampai edema interstitial yang kadang-kadang disertai transudasi dalam alveoli. Pada akhirnya, tekanan arteri pulmonalis harus meningkat sebagai akibat dari resistensi vena pulmonalis yang meninggi. Respon ini memastikan gradient tekanan yang memadai untuk mendorong darah melalui pembuluh paru-paru. Akan tetapi, hipertensi pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria pulmonalis. Ventrikel kanan memberi respons terhadap peningkatan beban tekanan ini dengan cara hipertrofi. (Leonard S. Lilly, 2007) Lama-kelamaan hipertrofi ini akan dikuti oleh dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi ventrikel kanan ini nampak pada foto jantung pada posisi lateral dan posisi PA. Pembesaran ventrikel kanan ini lama kelamaan mempengaruhi fungsi 16 katup trikuspid. Katup ini akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel kanan mengalami kegagalan, maka darah yang mengalir ke paru berkurang. Dilatasi ventrikel kanan akan bertambah, sehingga kemungkinan terjadinya insufisisiensi katup trikuspid semakin besar pula. (Leonard S. Lilly, 2007) Pengobatan Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan hanya bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung, atau pencegahan terhadap infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin sering digunakan untuk demam rematik atau pencegahan endokardirtis. Obat-obatan inotropik negatif seperti ßblocker atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan. (Leonard S. Lilly, 2007) Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang bermakna akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel yang cepat. Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium. (Leonard S. Lilly, 2007) Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena tromboemboli. (Leonard S. Lilly, 2007) Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup (komisurotomi) pertama kali diajukan oleh Brunton pada tahun 1902 dan berhasil pertama kali pada tahun 1920. Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena adanya mesin jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat jelas antara pemisahan komisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat dilakukan dengan lebih baik. Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil apakah itu reparasi atau penggantian katup mitral dengan protesa. (Leonard S. Lilly, 2007) Prognosis Prognosis penyakit ini bervariasi. Gangguan dapat saja ringan, tanpa gejala, atau menjadi berat. Riwayat yang banyak terjadi pada stenosis mitral adalah: 17 a) Timbulnya murmur 10 tahun setelah masa demam rematik b) 10 tahun berikutnya gejala berkembang c) 10 tahun berikutnya sebelum penderita mengalami sakit serius Komplikasi dapat berat atau mengancam jiwa. Stenosis mitral biasanya dapat dikontrol dengan pengobatan dan membaik dengan valvuloplasty atau pembedahan. Tingkat mortalitas post operatif pada mitral commisurotomy adalah 1-2% dan pada mitral valve replacement adalah 2-5%. (Leonard S. Lilly, 2007) 2.1.3.2 Insufisiensi Mitral Insufisiensi mitral merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat sistol. (Leonard S. Lilly, 2007) Etiologi Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia, penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik. (Leonard S. Lilly, 2007) Patofisiologi Stenosis mitral diawali dengan demam reumatik. Adapun demam reumatik merupakan kelanjutan dari infeksi faring yang disebabkan streptokok beta hemolitik grup A. Reaksi autoimun terhadap infeksi streptokok secara hipotetif akan menyebabkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik, sebagai berikut : (Leonard S. Lilly, 2007) (1) Streptokok grup A akan menyebabkan infeksi faring. (2) Antigen streptokok akan menyebabkan pembentukan antibody pada hospes yang hiperimun. (3) Antibodi akan bereaksi dengan antigen streptokok, dan dengan jaringan hospes yang secara antigenik sama seperti streptokok dengan kata lain antibodi tidak dapat membedakan antara antigen streptokok dengan antigen jaringan jantung. 18 (4) Autoantibodi tesebut bereaksi dengan jaringan hospes sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. (Leonard S. Lilly, 2007) Adapun kerusakan jaringan ini akan menyebabkan peradangan pada lapisan jantung khususnya mengenai endotel katup, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir daun katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun katup mitral menutup pada saat sistolik sehingga mengakibatkan penurunan suplai darah ke aorta dan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri,hal ini mengakibatkan penurunan curah sekuncup ventrikel sehingga jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding ventrikel dan dinding atrium sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa darah hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan. (Leonard S. Lilly, 2007) Pemeriksaan 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisis: Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan tekanan arteri Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya. Auskultasi : - Bising pansistolik yang bersifat meniup (blowing) di apeks, menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi - Bunyi jantung I lemah karena katuo tidak menutup sempurna - Bunyi jantung III yang jelas karena pengisian yang cepat dari atrium ke ventrikel pada saat distol. (Leonard S. Lilly, 2007) 3. Pemeriksaan penunjang : - Elektrokardiogram : 19 a. Menilai derajat insufisiensi, lamanya, ada/tidaknya penyakit penyerta b. Gambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang normal c. Aksis yang bergeser ke kiri dan adanya hipertrofi ventrikel kiri d. Ekstra sistol atrium 4. Foto Toraks : Ukuran jantung biasanya normal Pada kasus yang berat dapat terlihat pembesaran jantung Bendungan paru Perkapuran pada anulus mitral 5. Fonokardiogram : menilai gerakan katup, ketebalan dan perkapuran serta menilai derajat regurgitasi insufisiensi mitral 6. Laboratorium : mengetahui ada/tidaknya reuma aktif/reaktivasi. (Leonard S. Lilly, 2007) Terapi medikamentosa 1. Digoxin Digoxin amat berguna terhadap penanganan fibrilasi atrium. Ia adalah kelompok obat digitalis yang bersifat inotropik positif. Ia meningkatkan kekuatan denyut jantung dan menjadikan denyutan jantung kuat dan sekata. 2. Antikoagulan oral Antikoagulan di berikan kepada pasien untuk mengelakkan terjadinya pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli bisa terjadi akibat regurgitasi dan turbulensi aliran darah. 3. Antibiotik profilaksis Administrasi antibiotik dilakukan untuk mengelakkan infeksi bacteria yang bisa menyebabkan endokarditis. (Leonard S. Lilly, 2007) Terapi surgikal Dalam kasus insufisiensi mitralis kronik, terapi surgical adalah penting untuk memastikan survival pasien. Untuk itu katup prostetik digunakan untuk menggantikan katup yang rusak. (Leonard S. Lilly, 2007) 20 Prognosis Prognosis untuk penderita insufisiensi mitral adalah tergantung pada penyebab berlakunya masalah ini. Dalam kasus yang disebabkan oleh panyakit arteri koronaria, prognosisnya lebih buruk jika dibandingkan dengan yang disebabkan oleh perubahan myxomatous. Sedangkan, bila disebabkan oleh demam reumatik prognosisnya lebih baik. (Leonard S. Lilly, 2007) 2.1.4 Penyakit Jantung Reumatik Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR). (Robbins and Cotran, 2004) Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun. (Robbins and Cotran, 2004) Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurang terarah menyebabkan racun atau toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran. (Robbins and Cotran, 2004) 21 Gambar 2.9 Etiologi Penyakit Jantung Rematik 2.1.4.1 Tanda dan Gejala PJR Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam. (Robbins and Cotran, 2004) 2.1.4.2 Penegakan Diagnosis PJR Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik, umumnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya; pemeriksaan darah rutin, ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan dilakukannya echocardiografi untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung. (Robbins and Cotran, 2004) 22 2.1.4.3 Pengobatan PJR Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin. (Robbins and Cotran, 2004) Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin. (Robbins and Cotran, 2004) PJR tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang. (Robbins and Cotran, 2004) 2.1.4.4 Pencegahan PJR Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu DR, Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami DR (terserang infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus). (Robbins and Cotran, 2004) Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi DR. (Robbins and Cotran, 2004) 23 Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan PJR. (Robbins and Cotran, 2004) 2.1.5 Indikasi Operasi Katup Jantung Mitral Indikasi penggantian katup mitral bervariasi. Indikasi penggantian katup jantung ini biasanya untuk orang yang memang mempunyai masalah dengan katup jantungnya yang akan dioperasi oleh dokter bedah jantung dan mempunyai jangka waktu hidup yang buruk. Indikasi ini dilihat dari seberapa besar pasien ini membutuhkan operasi dan tipe atau jenis katup apa yang sesuai dengan pasien tersebut. Operasi ini akan dilakukan pada pasien yang menderita penyakit stenosis mtiral dan regurgitasi/insufisiensi mitral. (Lawrence H. Cohn, 2008) Indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut: Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan keluhan Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti: - Usia tua dengan fibrilasi atrium - Pernah mengalami emboli sistemik - Pembesaran yang nyata dari appendage atrium kiri (Leonard S. Lilly, 2007) 2.1.6 Operasi Katup Jantung Katup jantung yang berpenyakit dapat dirawat dengan cara operasi (operasi katup jantung tradisional) dan bukan secara operasi (balloon valvuloplasty). Selama operasi katup jantung tradisional, ahli bedah akan membuat sayatan menuruni pusat dari sternum (tulang dada), untuk mendapatkan akses langsung pada jantung. Ahli bedah kemudian memperbaiki atau menggantikan katup jantung yang abnormal. (Lawrence H. Cohn, 2008) Operasi katup jantung invasif yang minimal adalah tipe operasi yang dilakukan melalui sayatan-sayatan yang lebih kecil. Tipe operasi ini mengurangi 24 kehilangan darah, trauma, dan panjangnya rawat inap di rumah sakit. Ahli bedah akan meninjau ulang tes-tes diagnostik sebelum operasi untuk menentukan apakah pasien adalah calon operasi katup invasif yang minimal. (Lawrence H. Cohn, 2008) Seringkali, ahli bedah dan cardiologist (dokter jantung) akan menggunakan transesophogeal echo (ultrasound transducer probe yang diturunkan melalui tenggorokan) untuk membantu menentukan berfungsinya katup sebelum dan setelah operasi. (Lawrence H. Cohn, 2008) Kelainan katup mitral adalah katup jantung yang paling sering diperbaiki, namun katup-katup lainnya seperti aorta, pulmonal, dan trikuspid mungkin juga menjalani beberapa dari teknik-teknik perbaikan ini. Jika katup jantung dapat diperbaiki, ahli bedah akan melakukan beberapa prosedur-prosedur perbaikan katup sebagai berikut: (Lawrence H. Cohn, 2008) Commissurotomy: Daun-daun katup dipisahkan untuk melebarkan bukaan katup. Decalcification: Endapan-endapan kalsium dikeluarkan agar leaflet menjadi lebih lentur dan menutup secara benar. Reshape leaflets: Jika salah satu dari leaflet terkulai, segmen mungkin dipotong dan leaflet dijahit kembali agar katup dapat menutup lebih rapat. Prosedur ini disebut quadrangular resection. Chordal transfer: Jika leaflet dari katup mitral mempunyai prolapse (terkulai; kurang dukungan), chordae ditransfer dari satu leaflet ke lainnya. Kemudian, leaflet dimana chordae dikeluarkan diperbaiki dengan quandrangular resection (lihat atas). Annulus support: Jika annulus pada katup (cincin dari jaringan yang mendukung katup) terlalu lebar, annulus akan dibentuk kembali atau dirapatkan dengan menjahit struktur cincin sekitar annulus. Cincin mungkin dibuat dari jaringan atau material sintetik. Patched leaflets: Ahli bedah mungkin menggunakan tempelan-tempelan jaringan untuk memperbaiki leaflet dengan robekan-robekan atau lubanglubang. (Lawrence H. Cohn, 2008) Keuntungan-keuntungan dari operasi perbaikan katup jantung termasuk: 25 Keperluan yang berkurang untuk obat pengencer darah (anticoagulant) seumur hidup Mengawetkan kekuatan otot jantung (Lawrence H. Cohn, 2008) Pilihan lain yang bukan dengan operasi adalah balloon valvotomy, digunakan untuk meningkatkan bukaan dari katup jantung yang menyempit (stenosis). Ballon valvotomy ini digunakan untuk pasien yang menderita penyakit stenosis katup mitral (penyempitan dari katup mitral) disertai gejala, geriatri yang menderita penyakit stenosis aorta (penyempitan dari katup aorta) namun tidak mampu untuk menjalani operasi, dan beberapa pasien dengan stenosis pulmonal (penyempitan dari katup pulmonic). (Lawrence H. Cohn, 2008) Selama balloon valvotomy, kateter yang didisain secara khusus dimasukan kedalam pembuluh darah pada selangkangan dan dipandu ke jantung. Ujungnya diarahkan kedalam katup jantung yang menyempit, lalu balon yang kecil dipompa dan dikempiskan beberapa kali untuk melebarkan bukaan katup. Setelah katup telah cukup dilebarkan, balon akan dikeluarkan. Selama operasi berjalan, dokter jantung akan melakukan echocardiogram (ultrasound dari jantung) untuk mendapatkan gambaran yang lebih bagus dari katup. (Lawrence H. Cohn, 2008) Prosedur bukan operasi ini, berdasarkan penelitian untuk merawat regurgitasi (katup yang bocor) sedang diuji dan mungkin menyediakan opsi perawatan tambahan yang menggunakan kateter untuk penyakit katup dimasa depan. (Lawrence H. Cohn, 2008) 2.1.7 Jenis Katup Jantung Ada beberapa jenis katup baru, seperi katup mekanik, katup biologi, dan katup homograft (allograft). Bagi pasien yang menderita kelainan katup jantung aorta atau pulmonal, operasi penggantian katup biasanya dilakukan. Pada beberapa kasus, katup aorta dapat diperbaiki. Selama operasi penggantian katup, katup yang rusak dikeluarkan dan katup yang baru dijahit pada annulus dari katup orisinil pasien. Beberapa macam katup, diantaranya : (Lawrence H. Cohn, 2008) Katup Mekanik Katup-katup mekanik merupakan katup-katup buatan yang umumnya ber- bahan dasar logam campuran. Terbuat secara total dari bagian-bagian mekanik 26 yang ditolerir dengan baik oleh tubuh. Sebagai contoh katup berbentuk bola (ball valve), Starr-Edwards, memiliki waktu guna yang luar biasa dan disebut sebagai high-profile valve. Katup yang lebih baru seperti bileaflet St. Jude atau tilting disc valve (contoh: Björk-Shiley) memiliki profil yang lebih rendah. Katup bileaflet adalah katup yang paling sering digunakan karena karakteristik hemodinamika yang bagus dan gampang dimasukkan dan dipasang ke dalam jantung. Katup bileaflet ini terdiri dari dua carbon leaflet dalam cincin yang ditutupi dengan kain yang dirajut polyester. Semua katup menakik memiliki risiko thromboembolisme dan memerlukan antikoagulan jangka panjang. Hemolisis dapat terjadi pada prothesis mekanis, terutama jika terdapat kebocoran perivalvular (disekitar katup). (Lawrence H. Cohn, 2008) Keuntungan dari katup jantung mekanik adalah kekokohan dari katup ini. Mereka didisain untuk berlangsung/bertahan bertahun-tahun. Ada juga kelemahan-kelemahannya, seperti berhubungan dengan material buatan yang terlibat, pasien yang memakai katup ini akan memerlukan pemakaian obat-obat pengencer darah (anticoagulants) seumur hidup untuk mencegah terbentuknya gumpalan-gumpalan pada katup mekanik. Gumpalan-gumpalan ini dapat meningkatkan risiko stroke. (Lawrence H. Cohn, 2008) Katup Biologi Katup-katup jaringan (juga disebut katup biologi atau bioprosthetic) terbuat dari jaringan manusia atau hewan. Katup jantung jaringan hewan mungkin datang dari jaringan babi (porcine) atau jaringan sapi (bovine). Katup jaringan mungkin mempunyai beberapa bagian-bagian buatan untuk membantu memberikan dukungan pada katup dan membantu penempatan. Keuntungan dari katup jantung biologi adalah tidak bersifat trombogenik dalam arti bahwa kebanyakan orangorang tidak memerlukan memakai pegencer-pengencer darah seumur hidup, kecuali mereka mempunyai kondisi-kondisi lain, seperti atrial fibrillation. Katup biologi, secara tradisional, tidak dipertimbangkan dapat bertahan selama katup mekanik, terutama pada orang-orang yang lebih muda. Katup biologi sebelumnya yang tersedia biasanya perlu diganti setelah kira-kira 10 tahun. Bagaimanapun, beberapa studi kasus menunjukan bahwa beberapa katup biologi mungkin bertahan paling sedikit 17 tahun tanpa penurunan dalam fungsinya. Ini 27 menghadirkan tonggak sejarah baru dalam daya tahan dari katup biologi. (Lawrence H. Cohn, 2008) Kekurangannya adalah katup dari jaringan ini terdegenerasi dan mengalami kalsifikasi, dan pasien-pasien memerlukan operasi ulang. Sekitar 50% pasien memerlukan penggantian ulang katup dalam 10 hingga 15 tahun. Katup jenis ini bertahan sedikit lebih lama pada posisi trikuspid daripada dalam posisi disebelah kiri jantung. Katup-katup aortik memiliki durabilitas yang sedikit lebih baik dibandingkan katup-katup mitral. Kegagalan bioprosthetic dapat dideteksi dengan evaluasi klinis dan echocardiography dua-dimensi dan doppler. (Lawrence H. Cohn, 2008) Katup biologi ini daya tahannya sangat tergantung dari usia pasien. Seperti, katup ini lebih baik jika dipasang pada pasien yang berusia diatas 70 tahun karena penurunan fungsinya lebih lambat pada usia geriatri. Pada pasien yang muda (20 tahun atau lebih muda), katup ini dapat terkalsifikasi dengan sangat cepat. Perburukan katup biologi ini akan muncul dalam beberapa bulan atau tahun pada anak-anak dan remaja, sehingga sangat tidak dianjurkan penggantian katup biologi pada anak-anak, remaja, dan usia dibawah 35 sampai 40 tahun. Meskipun demikian, masih ada indikasi penggantian katup jantung dengan katup biologi pada usia muda, yaitu pada perempuan yang masih ingin mengandung, bioprosthesis menghindari pemakaian warfarin dan kematian janin selama kehamilan. (Lawrence H. Cohn, 2008) Katup Homograft (allograft) Katup manusia aorta atau pulmonal yang telah dikeluarkan dari jantung manusia yang didonorkan, dipelihara, dan dibekukan dibawah kondisi-kondisi steril. Homograft mungkin digunakan untuk mengganti katup aorta atau pulmonal yang berpenyakit. (Lawrence H. Cohn, 2008) Homograft adalah katup jantung yang ideal untuk penggantian katup aorta, terutama jika akar aorta berpenyakit atau ada infeksi. Anatomi alami jantung terpelihara dan pasien-pasien tidak memerlukan memakai pengencer-pengencer darah seumur hidup. (Lawrence H. Cohn, 2008) 28 2.1.8 Prognosis dan Komplikasi Operasi Katup Jantung Prognosis pada pasien dengan penggantian katup jantung sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis katup yang digunakan, usia pasien, dan kelanjutan pengawasan dan medikasi pasca implantasi. Secara umum penggantian katup dapat memperpanjang harapan hidup bagi pasien-pasien dengan indikasi penggantian katup jantung. Namun beberapa komplikasi juga dapat terjadi seperti perdarahan dan tromboemboli, yang pada tingkatan tertentu jika tidak terkontrol secara baik dan mencukupi dapat mengancam jiwa pasien. (Lawrence H. Cohn, 2008) Komplikasi pada operasi katup biologi dalam tingkat tahunan (annual rates) biasanya terjadi thrombosis katup 0.03%, thromboembolisme 0.87%, perdarahan 0.38%, dan disfungsi non-struktural sekitar 0.38%. Diperkirakan pada pasien lakilaki usia 65 tahun pasca implantasi katup, perkiraan harapan hidup (life expectancy) sekitar 11,3 tahun. Risiko aktual untuk re-operasi sekitar 28%, dan kejadian-kejadian terkait katup (valve-related events) sekitar 47%. (Lawrence H. Cohn, 2008) Sedangkan pada operasi yang menggunakan katup mekanik, katup ini memerlukan antikoagulan dalam jangka panjang sehingga komplikasi antikoagulan termasuk perdarahan ketika rasio normalisasi internasional terlalu tinggi dan thrombosis ketika rasio dibawah rasion terapi (subtherapeutic). Tingkat perdarahan minor adalah 2% hingga 4% per tahun, dan perdarahan mayor 1% hingga 2% per tahun. Thromboemboli dan perdarahan sering terjadi setelah AVR (aortic valve replacement) dengan prosthesis mekanik (penelitian dengan St. Jude Medical bileaflet prosthesis) dan memiliki dampak penting dalam survival rate, sehingga kontrol optimal International Normalized Ratio adalah yang terpenting. (Lawrence H. Cohn, 2008) Risiko komplikasi dari prosthesis mekanis, termasuk endokarditis, sekitar 1% pertahun. Semua pasien dengan prosthesis katup memerlukan antibiotik profilaksis untuk endokarditis. Angka harapan hidup (life expectancy) dan harapan hidup tanpa komplikasi (event-free life expectancy) sekitar 7 tahun dan 5 tahun pada pasien laki-laki usia 75 tahun. Terhitung risiko seumur hidup untuk thromboemboli 22% dan perdarahan 15% pada pasien laki-laki usia 35 tahun, serta 29 thromboemboli 7% dan perdarahan 37% pada pasien laki-laki usia 75 tahun. (Lawrence H. Cohn, 2008) 2.1.9 Pandangan Islam Terhadap Penggunaan Katup Babi Jantung babi digunakan untuk keperluan transplantasi untuk mengganti katup jantung yang sudah tidak berfungsi lagi. Katup jantung babi yang digunakan pada manusia juga ternyata sangat minimal mengalami penolakan pada tubuh manusia. Bagi agama Islam, masih diperdebatkan akan bolehnya pemasangan katup babi untuk orang muslim. Tetapi ada juga yang mengatakan, bila keadaan darurat dalam arti mengancam nyawa diperbolehkan apa saja yang ingin ditindakkan. “Diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan yang disembelih atas berhala-berhala. Dan (diharamkan pula) mengundinasi nasib dengan anak panah, itu adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang yang kafir telah berputus asa untuk (mengalahkan) agama kamu, sebab itu jangan lah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku-sempurkan untuk kamu agama kamu, dan telah Ku-ucapkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam menjadi agama bagi kamu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan dan tanpa sengaja berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.5:3). (Shihab, 2006) Terbaca diatas bahwa hanya babi yang secara tegas disertakan kata daging ketika diuraikan keharamannya, kendati yang lainpun pada hakikatnya yang diharamkan adalah dagingnya. Berbeda-beda jawaban yang ditemukan menyangkut hal ini. Bahkan ada yang berpendapat bahwa redaksi itu menunjukkan bahwa yang haram dimakan pada babi adalah dagingnya. Pada umumnya ulama menekankan bahwa semua yang berkaitan dengan babi haram dimakan, bukan hanya dagingnya. (Shihab, 2006) Thahir Ibn Asyur, berpendapat bahwa kata daging yang bergandengan dengan babi itu untuk mengisyaratkan bahwa yang haram adalah memakan babi, karena bila disebut kata daging dalam konteks hukum, maka yang terlintas dalam 30 benak adalah memakannya. Karena itu, peyebutan kata daging disini adalah sebagai isyarat bahwa selain memakannya, seperti menggunakan anggota tubuhnya, maka hukumnya sama dengan hukum binatang-binatang lain, pada kesucian bulunya kalau dicabut, atau kesucian kulitnya bila disamak. Ibn Asyur melanjutkan bahwa dalam pandangan Daud Azh-Zhahiri dan Abu Yusuf, kulit babi kalau disamak akan menjadi suci, sama dengan kulit binatang lain, berdasarkan sabda Nabi SAW: “Kulit apapun yang disamak makan telah menjadi suci” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi melalui Ibn Abbas). (Shihab, 2006) Atas dasar ini pula, kita dapat berkata bahwa penggunaan katup jantung babi sebagai pengganti katup jantung manusia yang sakit dapat dibenarkan, karena tidak digunakan untuk dimakan. Lebih-lebih lagi jika ini disadari bahwa penggantian katup itu, adalah untuk memelihara kelangsungan hidup manusia. (Shihab, 2006) Selain itu, ada juga pendapat lain yang mendukung bolehnya pemakaian katup babi pada orang muslim jika keadaan yang darurat. Darurat dalam hukum Islam adalah keadaan sulit dan terpaksa yang tak dapat dihindarkan dan sangat membahayakan keselamatan. Menjadi sebab adanya keringanan atau penghapusan beban hukum selama keadaan darurat itu belum hilang. (indonesiaindonesia.com) Dalam keadaan darurat, seseorang dibolehkan melakukan sesuatu yang tadinya dilarang. Ahli Ushul Fiqh (hukum islam) menentukan kaidah “Darurat itu membolehkan apa yang dilarang”. Dalam ayat-Nya, Allah menetapkan: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS.2:173). 31 2.2 Kerangka Konsep Operasi Penggantian Katup Jantung Mitral Katup Mekanik Katup Biologi Katup babi (porcine) Karakteristik Pasien: 1. Usia pasien 2. Jenis Kelamin pasien 3. Agama pasien 2.3 Definisi Operasional 1. Pengguna Katup Babi Pasien yang telah menjalani operasi menjalankan operasi penggantian katup jantung mitral dengan katup babi. 2. Rekam Medik Berkas yang berisi catatan di dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap. 3. Usia Pasien Usia yang tertera dalam rekam medik pasien berdasarkan tanggal kelahirannya atau momen penting yang diingatnya berdasarkan informasi keluarga, hitung dalam tahun saat pasien dirawat di RS. Jantung Harapan Kita. 4. Jenis kelamin Pasien Jenis kelamin pasien dibuat kategori laki-laki dan perempuan. 5. Agama Pasien Agama pasien pengguna katup babi. 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain cross sectional atau uji potong lintang yang disajikan secara deskriptif. 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik RS. Jantung Harapan Kita pada tanggal 27 Agustus 2010. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi target adalah pasien yang didiagnosis penyakit jantung katup mitral dan sudah menjalankan operasi penggantian katup jantung dengan katup babi dan katup mekanik di RS. Jantung Harapan Kita. Populasi terjangkau adalah pasien yang telah menjalankan operasi katup jantung dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2009 3.3.2 Sampel Sampel pada penelitian ini merupakan keseluruhan populasi pasien yang telah menjalankan operasi penggantian katup jantung mitral dengan katup babi dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2009. 3.4 Kriteria Penelitian 3.4.1 Kriteria inklusi Data pasien dengan diagnosis penyakit jantung katup mitral di RSJHK periode 2005-2009. Data pasien yang telah menjalani operasi penggantian katup jantung mitral dengan katup babi dan katup mekanik dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2009. 33 Data usia dan jenis kelamin pasien pengguna katup babi dan katup mekanik pada operasi penggantian katup jantung mitral di RSJHK dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2009. Data agama pasien yang menggunakan katup babi pada operasi penggantian katup jantung mitral di RSJHK tahun 2005-2009. 3.4.2 Kriteria eksklusi Data pasien yang telah menjalani operasi katup jantung mitral yang tidak lengkap. 3.5 Cara Kerja 3.5.1 Pengumpulan Data Data diperoleh dari bagian rekam medik RS. Jantung Harapan Kita. 3.5.2 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007. Data disajikan dalam bentuk tekstular, grafikal, dan tabular. 3.5.3 Analisis dan Interpretasi Data Analisis dan Interpretasi data dilakukan secara deskriptif. 3.5.4 Pelaporan Hasil Penelitian Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan. 34 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Perbandingan Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik pada Penggantian Katup Jantung Mitral di RSJHK Periode 2005-2009 Diagram 4.1 Proporsi Jumlah Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik di RSJHK Tahun 2005-2009 21% Katup Babi Katup Mekanik 79% Berdasarkan diagram diatas, menunjukkan jumlah pasien yang mengganti katup jantung mitral dengan katup babi dari tahun 2005 sampai 2009 di RSJHK sebanyak 73 pasien (21%). Sedangkan jumlah pasien yang mengganti katup jantung mitral dengan katup mekanik sebanyak 276 pasien (79%). 35 Grafik 4.1 Proporsi Pasien Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik di RSJHK Tahun 2005-2009 80 70 60 50 40 Katup Babi 30 Katup Mekanik 20 10 0 Katup Babi Katup Mekanik 2005 2 2006 5 2007 3 2008 15 2009 48 43 53 41 66 73 Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005, pasien yang mengganti katup jantung mitral dengan katup babi sebanyak 4.44% dan katup mekanik sebanyak 95.56%. Pada tahun 2006, pengguna katup babi sebanyak 8.62% dan katup mekanik sebanyak 91.38%. Di tahun 2007, pengguna katup babi sebanyak 6.82% dan katup mekanik sebanyak 93.18%. Pada tahun 2008, pengguna katup babi sebanyak 18.52% dan katup mekanik sebanyak 81.48%. Sedangkan pada tahun 2009, pengguna katup babi sebanyak 39.67% dan katup mekanik sebanyak 60.33% 36 4.1.2 Karakteristik Pasien Pengguna Katup Babi pada Penggantian Katup Jantung Mitral di RSJHK Periode 2005-2009 Diagram 4.2 Proporsi Jenis Kelamin pada Pasien Pengguna Katup Babi di RSJHK Tahun 2005-2009 Laki-laki 30% Perempuan 70% Dari gambaran grafik diatas, dapat dilihat bahwa lebih banyak perempuan yang menggunakan katup babi dibandingkan laki-laki. Dengan jumlah 51 pasien pada jenis kelamin perempuan dan jumlah 22 pasien pada laki-laki. Pada tahun 2005 diketahui terdapat 2 pasien perempuan, tahun 2006 sebanyak 5 pasien perempuan, tahun 2007 sebanyak 2 pasien perempuan, tahun 2008 sebanyak 10 pasien perempuan, dan pada tahun 2009 terdapat 32 pasien perempuan yang mengganti katup jantung mitralnya dengan katup babi. Sedangkan, pasien lakilaki yang menggati katup jantung mitral dengan katup babi hanya muncul di tahun 2007 sebanyak 1 pasien, tahun 2008 sebanyak 5 pasien, dan pada tahun 2009 terdapat 16 pasien. 37 Grafik 4.2 Proporsi Usia dan Jenis Kelamin pada Pasein Pengguna Katup Babi di RSJHK Tahun 2005-2009 25 20 15 Perempuan 10 Laki-laki 5 0 Perempuan Laki-laki <30 tahun 22 30-50 tahun 16 >50 tahun 13 8 8 6 Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa pasien pengguna katup babi terbanyak adalah perempuan dengan usia dibawah 30 tahun. Dari data pasien pengguna katup babi dengan usia dibawah 30 tahun, diketahui bahwa pada tahun 2005 sebanyak 2 pasien, tahun 2006 sebanyak 3 pasien, tahun 2007 sebanyak 1 pasien, tahun 2008 sebanyak 3 pasien, dan pada tahun 2009 sebanyak 13 pasien. Sedangkan pada pasien laki-laki dengan usia dibawah 30 tahun sejumlah 8 pasien. Pada pasien yang mengganti katup jantung mitral dengan katup babi di rentang usia 30-50 tahun, didapatkan perempuan sebanyak 16 pasien dan laki-laki sebanyak 8 pasien. Pada pasien pengguna katup babi dengan usia diatas 50 tahun, didapatkan perempuan sebanyak 13 pasien dan laki-laki sebanyak 6 pasien. 38 Grafik 4.3 Proporsi Agama pada Pasien Pengguna Katup Babi di RSJHK Tahun 2005-2009 40 35 30 25 20 Islam 15 Kristen 10 5 0 Islam 2005 2 2006 4 2007 3 2008 12 2009 36 0 1 0 3 12 Kristen Dari gambaran grafik diatas dapat dilihat pada tahun 2005 dan 2007, seluruh pasien yang menggunakan katup babi beragama Islam. Pada tahun 2006 dan 2008, pasien pengguna katup babi yang beragama Islam dan kristen mempunyai persentase yang sama yaitu 80% untuk agama Islam dan 20% untuk agama Kristen. Sedangkan pada tahun 2009, pasien pengguna katup babi yang beragama Islam sebanyak 35(75%) dan yang beragam Kristen 12(25%). 4.2 Pembahasan Indonesia adalah sarang penyakit infeksi dengan kekerapan faringitis yang tinggi akibat penyakit jantung rematik. Penyakit jantung rematik sering menyebabkan risiko terjadinya stenosis mitral yang semakin tinggi akhir-akhir ini, yang pada akhirnya akan meningkatkan tindakan intervensi penggantian katup dengan metode yang terus direvisi. Penggantian katup jantung dapat diganti dengan 3 jenis katup, yaitu katup mekanik, katup biologi, dan katup homograft. Tetapi, saat ini di RS. Jantung Harapan Kita hanya menggunakan 2 katup saja, yaitu katup mekanik dan katup biologi untuk penggantian katup jantung mitral, 39 karena katup homograft lebih ideal untuk penggantian katup jantung aorta. Untuk katup biologi, katup babi lebih sering digunakan dibandingkan dengan katup sapi di RS. Jantung Harapan Kita, dan dari tahun 2005 sampai 2009, tidak ada penggunaan katup sapi pada penggantian katup jantung mitral. Selain karena ukuran katup babi yang lebih ideal untuk manusia dibandingkan katup sapi yang lebih besar, ternyata katup babi juga sangat minimal mengalami penolakan pada tubuh manusia. Berdasarkan data yang telah diolah, pada tahun 2005 sampai 2009 terjadi peningkatan kasus pada penggunaan katup babi, yang berjumlah 2 pasien pada tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 48 pasien di tahun 2009. Akan tetapi, peneliti tidak membahas lebih lanjut penyebab peningkatan kasus tersebut. Dari hasil penelitian yang sudah didapat, terlihat bahwa pasien pengguna katup babi pada penggantian katup jantung mitral yang berjenis kelamin perempuan dengan usia dibawah 30 tahun mempunyai persentase paling tinggi. Hal ini disebabkan karena keuntungan dari katup babi yang tidak bersifat trombogenik dalam arti bahwa kebanyakan orang-orang tidak memerlukan pengencer darah seumur hidup. Meskipun demikian, katup babi tidak dapat bertahan lama bila dibandingkan dengan katup mekanik. Katup babi biasanya perlu diganti setelah kira-kira 10 tahun. Beberapa studi kasus menunjukan bahwa beberapa katup biologi mungkin bertahan paling lama 17 tahun tanpa penurunan dalam fungsinya. Sehingga, banyak perempuan usia muda dan belum menikah atau belum mempunyai anak dan masih ingin mempunyai anak, lebih memilih untuk menggunakan katup babi dengan pertimbangan pada saat kehamilan tidak terjadi pengenceran darah berlebih yang dapat menyebabkan kematian janin akibat obat-obat pengencer darah. Selain itu, dari hasil penelitian juga terlihat bahwa terdapat perempuan dan laki-laki usia tua yang memlih untuk menggunakan katup babi. Hal ini dimungkinkan karena tidak adanya biaya pembelian obat pengencer darah untuk seumur hidup jika mereka memilih penggunaan katup mekanik. Saat ini, RS. Jantung Harapan Kita telah membuat kebijakan tentang pembiayaan gratis untuk operasi, pembelian jenis katup jantung, dan rawat inap setelah operasi. Meskipun kebijakan tersebut telah meringankan pasien, tetapi yang masih menjadi masalah 40 adalah biaya pembelian obat pengencer darah untuk pasien pengguna katup mekanik. Dari segi agama, dapat dilihat dari grafik hasil penelitian diatas, hampir seluruh pasien yang mengganti katup jantung mitralnya dengan katup babi adalah beragama Islam. Sesuatu yang sangat darurat dalam hukum Islam adalah keadaan sulit dan terpaksa yang tak dapat dihindarkan dan sangat membahayakan keselamatan yang menyebabkan adanya keringanan atau penghapusan beban hukum selama keadaan darurat itu belum hilang. Keadaan yang benar-benar darurat, semua akan halal. Dalam keadaan darurat, seseorang dibolehkan melakukan sesuatu yang tadinya dilarang, terlebih lagi dalam kasus penggantian katup jantung mitral dengan katup babi yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya. Meskipun memang belum ada pilihan lain selain katup tersebut sampai saat ini. 41 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Dari hasil penilitian, disimpulkan bahwa proporsi jumlah pasien pengguna katup babi pada operasi penggantian katup jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009 sebanyak 73 pasien dan katup mekanik sebanyak 276 pasien. 2. Pada tahun 2005, proporsi pasien pengguna katup babi pada operasi penggantian katup jantung mitral berjumlah 2 kasus, tahun 2006 berjumlah 5 kasus, tahun 2007 berjumlah 3 kasus, tahun 2008 berjumlah 15 kasus, dan di tahun 2009 berjumlah 48 kasus. Hal ini memperlihatkan terjadinya peningkatan kasus pengguna katup babi dari tahun 2005 sampai 2009. 3. Proporsi tertinggi pada pasien pengguna katup babi dari tahun 2005 sampai 2009 adalah yang berjenis kelamin perempuan dengan usia dibawah 30 tahun. 4. Mayoritas agama pasien pengguna katup babi dari tahun 2005 sampai 2009 adalah yang beragama Islam. 5.2 Saran 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut akan hal penggantian atau penyediaan katup jantung dengan katup biologi lain selain katup babi. 2. Diperlukan tenaga medis yang lebih memperhatikan kemampuan tiap masyarakat yang akan menjalani operasi, dari segi materi, usia, dan jenis kelamin. 42 DAFTAR PUSTAKA Edwards MM, O’Gara PT, Lilly LS. Valvular Heart Disease. In: Lilly LS, editor. Pathophysiology of Heart Disease. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. Gudbjartsson T, Tarek A, Sary A. Mitral Valve Replacement. In: Loeb MS, Edmonson K, Boyle PJ, editors. Lawrence H Cohn Cardiac Surgery In the Adult. 3rd ed. United States of America: McGraw-Hill; 2008. Katz AM. Normal Physiology. In: Destefano FR, Bersin J, editors. Physiology of The Heart. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. Martini F, Nath JL. The Heart. In: Berriman L, editor. Fundamentals of Anatomy & Physiology. 8th ed. San Francisco: Benjamin Cummings; 2009. Schoen FJ. The Heart. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Volume 3. Jakarta: Lentera Hati; 2006. http://biologi.com/2009/anatomi-jantung-manusia.html diunduh pada tanggal 07 Juli 2010. http://cardioconsult.com/Physiology/ diunduh pada tanggal 07 Juli 2010. http://majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=632 tanggal 07 Juli 2010. diunduh pada