proporsi pengguna katup babi pada operasi katup jantung mitral di

advertisement
PROPORSI PENGGUNA KATUP BABI
PADA OPERASI KATUP JANTUNG MITRAL
DI RS. JANTUNG HARAPAN KITA
PERIODE 2005-2009
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Tiara Bunga Melati Jelita
NIM: 107103001629
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatanm Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Oktober 2010
Tiara Bunga Melati Jelita
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING
PROPORSI PENGGUNA KATUP BABI PADA OPERASI KATUP
JANTUNG MITRAL DI RS. JANTUNG HARAPAN KITA
PERIODE 2005-2009
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Tiara Bunga Melati Jelita
NIM: 107103001629
Pembimbing
Pembimbing
Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD.
dr. muniroh
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul PROPORSI PENGGUNA KATUP BABI PADA
OPERASI KATUP JANTUNG MITRAL DI RS. JANTUNG HARAPAN
KITA PERIODE 2005-2009 yang diajukan oleh Tiara Bunga Melati Jelita (NIM:
107103001629), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan pada 06 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program
Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 06 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji
Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD.
dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd
DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
iv
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya penelitian Proporsi Pengguna Katup Babi pada
Operasi Katup Jantung Mitral di RS. Jantung Harapan Kita Periode 2005-2009,
Peneliti memanjatkan Puji Syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan bimbingannya. Dengan petunjuk-Nya jualah, Peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam proses penelitian ini, Peneliti mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang membuat proses penelitian menjadi lebih mudah dan
lancar. Pada kesempatan ini, Peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada para pembimbing riset ini serta pihak-pihak lain yang juga turut serta
mempermudah jalannya penelitian, yaitu:
1. Prof. DR (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib,
MA selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku dosen pembimbing penelitian
yang tak pernah letih mengingatkan, membimbing, dan juga memotivasi
Peneliti dari awal proses hingga akhir penelitian ini dan selaku ketua
modul
riset
yang telah
membimbing
kelompok
Peneliti
dalam
menyelesaikan penelitian.
4. dr. Muniroh selaku dosen pembimbing penelitian kedua yang juga selalu
mengingatkan dan memotivasi Peneliti dari awal proses hingga akhir
penelitian ini.
5. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT selaku penguji yang telah memberikan
banyak masukan serta dukungan kepada Peneliti.
v
6. Mbak Asna dan Mbak Lia, Staf RS. Jantung Harapan Kita, yang telah
banyak membantu Peneliti dalam proses pengumpulan data.
7. Seluruh staf dan karyawan RS. Jantung Harapan Kita yang secara tidak
langsung telah membantu proses kelancaran jalannya penelitian ini dari
awal hingga akhir.
8. Kedua orang tua Peneliti, dr.Tarmizi Hakim dan Burlini Hakim yang
selalu memberikan cinta dan dukungan yang tak berbatas selama ini.
Kakak-kakak Peneliti, Muhammad Ronggy, Sulaiman Rangga, Tommy
Dharmawan dan Tiara Bunga Mayang Permata yang telah memenuhi harihari saya dengan semangat dan optimisme.
9. Sahabat-sahabat Peneliti yang tercinta, Arianti Arifin, Desy Nurhuda, dan
Rani Budiwidyaningrum, dan Yusuf Brilliant yang bersama-sama Peneliti
dalam penyelesaian proses riset ini telah bahu-membahu menghadapi
berbagai kesulitan dan juga telah membuat keseluruhan proses ini menjadi
menyenangkan.
Peneliti berharap semoga selanjutnya penelitian Persentase Pengguna
Katup Babi pada Operasi Katup Jantung Mitral di RS. Jantung Harapan Kita
Periode 2005-2009 ini dapat dimanfaatkan oleh para klinisi, peneliti, dan juga
masyarakat.
Jakarta, 06 Oktober 2010
Tiara Bunga Melati Jelita
vi
ABSTRAK
Tiara Bunga Melati Jelita. Program Studi Pendidikan Dokter. Proporsi Pengguna
Katup Babi pada Operasi Katup Jantung Mitral di RS. Jantung Harapan Kita
Periode 2005-2009. 2010
Latar Belakang Indonesia adalah sarang penyakit infeksi dengan kekerapan
faringitis yang tinggi mengakibatkan penyakit jantung rematik. Penyakit jantung
rematik sering menyebabkan risiko terjadinya stenosis mitral yang pada akhirnya
akan meningkatkan tindakan intervensi penggantian katup. Saat ini di RS. Jantung
Harapan Kita hanya menggunakan 2 jenis katup, yaitu mekanik dan biologi.
Dimana katup biologi terdiri dari katup babi dan sapi. Hingga saat ini, jumlah
pengguna katup babi masih belum diketahui, sedangkan mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam dan hukum akan babi adalah haram.
Tujuan untuk mengetahui proporsi pasien pengguna katup babi pada operasi katup
jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009.
Metode Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada data pasien yang
telah menjalankan operasi katup jantung mitral.
Hasil 349 pasien yang menjalani operasi penyakit katup jantung mitral di RSJHK
pada tahun 2005-2009. Didapatkan jumlah terbanyak kasus pasien pengguna
katup babi adalah pada perempuan usia muda dengan usia dibawah 30 tahun
dalam periode 2005-2009.
Kesimpulan Terdapat peningkatan kasus pasien pengguna katup babi dari tahun
2005 sampai 2009 dan adanya pengaruh usia serta jenis kelamin dalam pemilihan
katup pengganti pada operasi katup jantung mitral.
Kata kunci: Penyakit katup jantung, pengguna katup babi, usia pasien, jenis
kelamin pasien, dan agama pasien
vii
ABSTRACT
Tiara Bunga Melati Jelita. General Medicine. Proportion of Bioprosthetic Valve
Usage in Mitral Valve Surgery in RS. Jantung Harapan Kita in 2005-2009. 2010.
Background Indonesia is a nest for infection disease with a high frequency of
pharyngitis resulted from rheumatic heart disease. Rheumatic heart disease often
causes the risk of mitral stenosis, which in the end will increase a valve
intervention action. In RS. Jantung Harapan Kita (National Center Heart Disease
hospital, Harapan Kita) nowadays, only use two types of valve, mechanical valve
and bioprosthetic valve. As for bioprosthetic valve, there are porcine and bovine
valve. Up to this day, the proportion of using the porcine valve is still unknown.
On the other hand, majority of Indonesian are moslems, and pigs are forbidden in
the religion.
Objective to find out the number of patients that chose bioprosthetic valve in
mitral valve operations in Harapan Kita from 2005 to 2009.
Method this research is using a cross sectional method on data of patients who
have undergone mitral valve operations with bioprosthetic valve.
Result As subjects to this research, there are 349 case surgery of patients with
mitral valve disease in Harapan Kita during 2005 to 2009. The case escalation for
these five years has shown that the number of 2 cases in 2005 has increased to 48
cases in 2009. The highest percentage of bioprosthetic case patient resides in
young females with age under 30 years old in 2005-2009.
Conclusion There is an escalation in case patients that use bioprosthetic valve
from 2005 to 2009, in addtion to influential factors, such as age and sex in
choosing valve replacement in mitral valve operations.
Keywords: valve mitral disease, bioprosthetic valve user, patient age, patient sex,
patient religion.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xiii
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................... ....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
BAB 2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 4
2.1 Kerangka Teori ........................................................................................... 4
2.1.1 Anatomi Jantung ............................................................................... 4
2.1.2 Fisiologi Jantung ............................................................................. 10
2.1.2.1 Fungsi Jantung .................................................................... 11
2.1.2.2 Pembuluh Darah .................................................................. 11
2.1.2.3 Pasokan Darah ke Jantung .................................................. 12
2.1.3 Penyakit Katup Jantung .................................................................. 12
2.1.3.1 Stenosis Mitral .................................................................... 13
2.1.3.2 Insufisiensi Mitral ............................................................... 17
2.1.4 Penyakit Jantung Rematik ............................................................... 20
2.1.4.1 Tanda dan Gejala PJR ......................................................... 21
2.1.4.2 Penegakan Diagnosis PJR ................................................... 21
2.1.4.3 Pengobatan PJR ................................................................... 22
2.1.4.4 Pencegahan PJR .................................................................. 22
2.1.5 Indikasi Operasi Katup Jantung Mitral ........................................... 23
2.1.6 Operasi Katup Jantung .................................................................... 23
2.1.7 Jenis Katup Jantung ........................................................................ 25
2.1.8 Prognosis dan Komplikasi Operasi Katup Jantung ......................... 28
2.1.9 Pandangan Islam Terhadap Penggunaan Katup Babi ..................... 29
2.2 Kerangka Konsep ..................................................................................... 31
2.3 Definisi Operasional ................................................................................. 31
BAB 3 Metodologi Penelitian ............................................................................ 32
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 32
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................. 32
ix
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 32
3.3.1 Populasi Penelitian .......................................................................... 32
3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 32
3.4 Kriteria Penelitian .................................................................................... 32
3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 32
3.4.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................. 33
3.5 Cara Kerja ................................................................................................ 33
3.5.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 33
3.5.2 Pengolahan Data .............................................................................. 33
3.5.3 Analisis dan Interpretasi Data ......................................................... 33
3.5.4 Pelaporan Hasil Penelitian .............................................................. 33
BAB 4 Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 34
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 34
4.1.1 Perbandingan Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik pada
Penggantian Katup Jantung Mitral di RSJHK Periode 2005-2009 .. 34
4.1.2 Karakteristik Pasien Pengguna Katup Babi pada Penggantian Katup
Jantung Mitral di RSJHK Tahun 2005-2009 .................................. 36
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 38
BAB 5 Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 41
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 41
5.2 Saran ......................................................................................................... 41
Daftar Referensi ................................................................................................ 42
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Proporsi Jumlah Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik di
RSJHK Tahun 2005-2009 ............................................................. 34
Diagram 4.2 Proporsi Jenis Kelamin pada Pasien Pengguna Katup Babi di RSJHK
Tahun 2005-2009 ............................................................................. 36
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembuluh Darah Besar dalam Tubuh Manusia .................................. 4
Gambar 2.2 Anatomi Jantung ................................................................................ 5
Gambar 2.3 Ruang dalam Jantung dan Aliran Darah Jantung .............................. 7
Gambar 2.4 Katup Trikuspid ................................................................................. 8
Gambar 2.5 Katup Pulmonal .................................................................................. 8
Gambar 2.6 Katup Mitral ....................................................................................... 9
Gambar 2.7 Katup Aorta ........................................................................................ 9
Gambar 2.8 Aktifitas Listrik Jantung ................................................................... 10
Gambar 2.9 Etiologi Penyakit Jantung Rematik .................................................. 21
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Proporsi Pasien Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik di RSJHK
Tahun 2005-2009 ............................................................................... 35
Grafik 4.2 Proporsi Usia dan Jenis Kelamin pada Pasien Pengguna Katup Babi di
RSJHK Tahun 2005 ........................................................................... 37
Grafik 4.7 Proporsi Agama pada Pasien Pengguna Katup Babi di RSJHK Tahun
2005-2009 .......................................................................................... 38
xiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benda sebesar kepalan tangan ini sangat istimewa. Kerjanya independen,
sistem persyarafan bahkan sistem konduksinya berbeda dari semua organ. Organ
itu adalah jantung. Jantung terbagi 2 bilik dan 2 serambi yang dipisahkan oleh
katup. Dokter umum memegang peranan penting untuk mendiagnosis dini
kelainan jantung, terutama penyakit jantung katup, mengingat penyakit
kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu. (Farmacia Edisi Februari 2008)
Katup jantung merupakan topik yang terus berkembang pesat selama dua
dekade terakhir dalam teknik diagnostik, pemahaman patofisiologi secara lebih
komprehensif, serta intervensi kardiologi dan prosedur bedah jantung.
Perkembangan ini disusun dalam guideline kelas dunia dari American College of
Cardiology, European Society of Cardiology, hingga Ikatan Kesepeminatan
Kardiologi Indonesia (IKKI) yang tediri dari dokter-dokter umum yang tertarik
dengan kardiologi. Hasilnya, semakin ketat kriteria pasien untuk mendapat operasi
atau dilakukan kateterisasi. (Farmacia Edisi Februari 2008)
Negara berkembang, seperti Indonesia, menjadi sarang penyakit infeksi.
Dengan kekerapan faringitis yang tinggi, risiko terjadinya stenosis mitral akibat
penyakit jantung rematik menjadi makin tinggi, pada akhirnya juga akan
meningkatkan tindakan intervensi penggantian katup menggunakan balloon mitral
valvuloplasty (BMV) dengan metode yang terus direvisi. (Farmacia Edisi Februari
2008)
Stenosis mitral mesti didiagnosis dengan cepat dan tepat guna penanganan
akurat. Angka kejadian demam rematik di Indonesia dapat mencapai 5 kasus per
100.000 penduduk dengan manifestasi yang sangat beraneka ragam dan relatif
lebih buruk. Fakta ini juga membuat stenosis mitral tumbuh sangat cepat hingga
menjadi isu kesehatan masyarakat yang penting. Bagi dokter umum, adanya
kriteria mayor dan minor dari Jones yang dapat menegakkan diagnosis demam
rematik harus segera ditatalaksana dengan antibiotik untuk gram positif serta
2
rujukan ke ahli jantung guna memantau adanya kerusakan lanjut hingga ke katup.
(Farmacia Edisi Februari 2008)
Follow up jangka panjang demam rematik menunjukkan bahwa hingga 20%
pasien akan mengalami gejala yang berulang dalam satu tahun, dikenal sebagai restenosis, terjadinya regurgitasi mitral akibat prosedur, serta dilatasi awal yang
tidak memadai. Dengan mortalitas yang rendah (1%), komplikasi yang ringan
(12%) dibanding mortalitas operasi penggantian katup yang relatif tinggi (30%),
maka prosedur ini sangat menjanjikan untuk tata laksana penyakit jantung katup.
(Farmacia Edisi Februari 2008)
Jantung babi digunakan untuk keperluan transplantasi untuk mengganti katup
jantung yang sudah tidak berfungsi lagi. Katup jantung babi yang digunakan pada
manusia ternyata sangat minimal mengalami penolakan pada tubuh manusia.
Tidak mengherankan karena memang manusia dengan babi memiliki banyak
persamaan dalam sistem fisiologi. Dari gen pun, manusia dengan babi memiliki
kesamaan sebesar 96%. Bagi agama Islam, masih diperdebatkan akan bolehnya
pemasangan katup babi untuk orang muslim. Tetapi ada juga yang mengatakan,
bila keadaan darurat dalam arti mengancam nyawa diperbolehkan apa saja yang
ingin ditindakkan. (Farmacia Edisi Februari 2008)
Sampai saat ini, seberapa banyak pasien yang menggunakan katup babi pada
operasi katup jantung mitral masih belum diketahui. Oleh karena itu, peneliti
merasa perlu untuk meneliti persentase jumlah banyaknya pasien yang mengganti
katup jantung mitralnya dengan katup babi di RS. Jantung Harapan Kita (RSJHK)
yang merupakan pusat jantung nasional di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memerhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
o Bagaimana proporsi pengguna katup babi pada operasi katup jantung
mitral di RSJHK periode 2005-2009?
o Bagaimana karakteristik (usia, jenis kelamin, dan agama) pasien pengguna
katup babi pada penggantian katup jantung mitral di RSJHK periode
2005-2009?
3
1.3 Tujuan
o Tujuan Umum
Mengetahui proporsi pasien pengguna katup babi pada operasi katup
jantung mitral di RSJHK periode 2005-2009.
o Tujuan Khusus
 Mengetahui proporsi usia dan jenis kelamin pada pasien pengguna
katup babi pada operasi katup jantung mitral di RSJHK periode
2005-2009.
 Mengetahui proporsi agama pasien yang menggunakan katup babi
di RSJHK periode 2005-2009.
1.4 Manfaat Penelitian
o Bagi peneliti :
 Mengembangkan minat dan kemampuan peneliti dalam bidang
penelitian.
 Olahan data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan
untuk digunakan dalam penelitian-penelitian lanjutan mengenai
penyakit katup jantung.
o Bagi kalangan medis :
 Data ini dapat digunakan oleh kalangan medis sebagai informasi
tambahan yang dapat dipertimbangkan dalam menangani kasus
penyakit yang berhubungan dengan katup jantung.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Anatomi Jantung
Gambar 2.1 Pembuluh Darah Besar dalam Tubuh Manusia
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri
yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju
jantung. (Martini and Nath, 2009)
Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2
ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke
berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran
sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus
oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
5
mempertahankan
aliran
darah
dengan
bantuan
sejumlah
katup
yang
melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi
secara periodik. (Martini and Nath, 2009)
Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan.
Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontraksi yang
diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan dibahas dalam makalah
ini, diantaranya yaitu : (Martini and Nath, 2009)
a. Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri
serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar
8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. (Martini and Nath, 2009)
Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit
lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan
dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan
7.571 liter darah. (Martini and Nath, 2009)
Gambar 2.2 Anatomi Jantung
6
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal
berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral
sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II
sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5,
kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis. (Martini and Nath, 2009)
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri
antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum perikardium berisi 50 cc yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan
epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan
berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang
paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium. (Martini and Nath,
2009)
b. Ruang Dalam Jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium
dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi
dan ventrikel dikenal dengan bilik. Kedua atrium merupakan ruang dengan
dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium.
Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri
yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium
dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum inter-atriorum), sementara kedua
ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum).
(Martini and Nath, 2009)
Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu
sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler.
Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup
AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan
katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid. (Martini and Nath, 2009)
7
Gambar 2.3 Ruang dalam Jantung dan Aliran Darah Jantung
c. Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan
keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga
mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/bikuspid. Kedua katup ini
berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah
masuk dari atrium ke ventrikel. (Martini and Nath, 2009)
1) Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila
katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel
kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju
atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan
namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup. (Martini and Nath, 2009)
8
Gambar 2.4 Katup Trikuspid
2) Katup Pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel
kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan
dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri
dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel
kanan menuju arteri pulmonalis. (Martini and Nath, 2009)
Gambar 2.5 Katup Pulomonal
3) Katup Bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri
menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat
kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup. (Martini and Nath,
2009)
9
Gambar 2.6 Katup Mitral
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah
akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat
ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam
ventrikel kiri. (Martini and Nath, 2009)
Gambar 2.7 Katup Aorta
d. Komponen Sistem Induksi Jantung
1) Sinoatrial
2) Atrioventrikular
3) RA, LA, RV, LV
4) Peace Meker (Pusat Picu Jantung)
10
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana
pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak.
Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimbulkan
rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh
tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus
sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava superior dan
atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan
sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel
otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan
akhirnya ke seluruh otot ventrikel. (Martini and Nath, 2009)
Gambar 2.8 Aktifitas Listrik Jantung
2.1.2 Fisiologi Jantung
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas (atrium
yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi
utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). (Martini and Nath, 2009)
Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang
kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru,
11
dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung
kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. (Martini and Nath, 2009)
2.1.2.1 Fungsi Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang
jantung (sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan
kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang
kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh
mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan.
Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel
kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke
dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. (Martini and Nath, 2009)
Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang
mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan
karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen
mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah
diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi
pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang
selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup
aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini
disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru. (Martini and Nath, 2009)
2.1.2.2 Pembuluh Darah
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari
arteri,arteriola, kapiler, venula dan vena. Arteri (kuat dan lentur) membawa darah
dari jantung dan menanggung tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya
membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang
lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya
untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu. (Martini
and Nath, 2009)
12
Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat
tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari
jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan
oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan
memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah. Dari
kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa
darah kembali ke jantung. (Martini and Nath, 2009)
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar
daripada arteri, sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi
dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. (Martini
and Nath, 2009)
2.1.2.3 Pasokan Darah ke Jantung
Otot jantung sendiri menerima sebagian dari sejumlah volume darah yang
mengalir melalui atrium dan ventrikel. Suatu sistem arteri dan vena (sirkulasi
koroner) menyediakan darah yang kaya akan oksigen untuk miokardium dan
kemudian mengembalikan darah yang tidak mengandung oksigen ke dalam atrium
kanan. (Martini and Nath, 2009)
Arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri merupakan cabang dari aorta;
vena kardiak mengalirkan darah ke dalam sinus koroner, yang akan
mengembalikan darah ke dalam atrium kanan. Sebagian besar darah mengalir ke
dalam sirkulasi koroner pada saat jantung sedang mengendur diantara denyutnya
(selama diastol ventrikuler). (Martini and Nath, 2009)
2.1.3 Penyakit Katup Jantung
Jantung adalah sebuah pompa muskuler yang memiliki empat katup, yang
terbuka dan tertutup untuk menjaga agar darah mengalir pada arah yang tepat.
Katup mitral menghubungkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Penyakit katup
jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katupkatup tersebut. Katup normal memiliki dua ciri aliran yang kritis, yaitu aliran
searah dan aliran yang tidak dihalangi. Katup akan terbuka jika tekanan dalam
ruang jantung di proksimal katup lebih besar dari tekanan dalam ruang atau
13
pembuluh di sebelah distal katup. Daun katup sedemikian responsifnya sehingga
perbedaan tekanan yang kecil (kurang dari 1 mmHg) antara dua ruang jantung
sudah mampu membuka dan menutup daun katup tersebut. (Leonard S. Lilly,
2007)
Katup yang terserang penyakit dapat menimbulkan dua jenis gangguan
fungsional:
(1) Insufisiensi katup: katup tidak dapat menutup dengan rapat sehingga darah
dapat mengalir balik (sinonimnya adalah regurgitasi katup dan
inkompetensi katup).
(2) Stenosis katup: katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah
mengalami hambatan.
Insufisiensi dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal
sebagai “lesi campuran” atau sendiri-sendiri. Yang terakhir ini disebut “lesi
murni”. (Leonard S. Lilly, 2007)
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup
memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah
darah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan
volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya
agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan
meningkatkan tekanan kerja miokardium. Respon miokardium yang khas terhadap
peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi
otot. Dilatasi ruang dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang
bertujuan meningkatkan kemampuan pemompaan jantung. (Leonard S. Lilly,
2007)
2.1.3.1 Stenosis Mitral
Mitral stenosis adalah suatu penyempitan jalan aliran darah ke ventrikel.
Pasien dengan mitral stenosis secara khas memiliki daun katup mitral yang
menebal, kommisura yang menyatu, dan korda tendineae yang menebal dan
memendek. Diameter transversal jantung biasanya dalam batas normal, tetapi
kalsifikasi dari katup mitral dan pembesaran sedang dari atrium kiri dapat terlihat.
Meningkatnya tekanan vena pulmonalis menyebabkan diversi darah yang nampak
14
dengan radiografi berupa pelebaran relatif pembuluh darah untuk bagian atas paru
dibandingkan dengan pembuluh darah untuk bagian bawah paru. (Leonard S.
Lilly, 2007)
Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat
dan menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup mitral
menyempit (stenosis), darah tidak dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi
ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek serta gejala
lainnya. (Leonard S. Lilly, 2007)

Insidens
Di negara-negara maju, insidens dari mitral stenosis telah menurun karena
berkurangnya kasus demam rematik sedangkan di negara-negara yang belum
berkembang cenderung meningkat. Katup mitral adalah katup jantung yang paling
banyak terkena pada pasien dengan penyakit jantung rematik. Dua pertiga pasien
kelainan ini adalah wanita. Gejala biasanya timbul antara umur 20 sampai 50
tahun. Gejala dapat pula nampak sejak lahir, tetapi jarang sebagai defek tunggal.
Mitral stenosis kongenital lebih sering sebagai bagian dari deformitas jantung
kompleks. (Leonard S. Lilly, 2007)

Etiologi
Penyebab tersering dari mitral stenosis adalah demam reumatik. Penyebab
lainnya adalah mitral stenosis kongenital, lupus eritematosus sistemik (SLE),
artritis reumatoid (RA), atrial myxoma, dan endokarditis bacterial. Selain itu,
virus seperti coxsackie diduga memegang peranan pada timbulnya penyakit katup
jantung kronis. Gejala dapat dimulai dengan suatu episode atrial fibrilasi atau
dapat dicetuskan oleh kehamilan dan stress lainnya terhadap tubuh misalnya
infeksi atau gangguan jantung yang lain. (Leonard S. Lilly, 2007)

Patofisiologi
Stenosis mitral murni terdapat pada kurang lebih 40% dari semua
penderita penyakit jantung reumatik. Terdapat periode laten antara 10-20 tahun,
atau lebih, setelah suatu episode penyakit jantung rematik; dengan demikian tidak
akan terjadi onset dari gejala stenosis mitral sebelumnya. Penyempitan dari katup
mitral menyebabkan perubahan pada peredaran darah, terutama di atas katup.
Ventrikel kiri yang berada di bawah katup tidak banyak mengalami perubahan
15
kecuali pada mitral stenosis yang berat, ventrikel kiri dan aorta dapat menjadi
kecil. (Leonard S. Lilly, 2007)
Luas normal orifisium katup mitral adalah 4-6 cm2. Ketika daerah
orifisium ini berkurang hingga 2 cm2 maka akan terjadi peningkatan tekanan
atrium kiri yang dibutuhkan agar aliran transmitral tetap normal. Stenosis mitral
yang parah terjadi ketika pembukaan berkurang hingga 1 cm2. Pada tahap ini
dibutuhkan tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac
output yang normal. (Leonard S. Lilly, 2007)
Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
selama fase diastolic ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adekuat dan
mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang
lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup yang menyempit. Karena
itu, selisih tekanan atau gradient tekanan antara kedua ruang tersebut meningkat.
Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut minimal. Otot atrium kiri
mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan memompa darah. Makin lama
peranan kontraksi atrium makin penting sebagai faktor pembantu pengisian
ventrikel. Dilatasi atrium kiri terjadi oleh karena volume atrium kiri meningkat
karena ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal.
(Leonard S. Lilly, 2007)
Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri dipantulkan ke belakang ke
dalam pembuluh paru-paru. Tekanan dalam vena pulmonalis dan kapiler
meningkat, akibatnya terjadi kongesti paru-paru, mulai dari kongesti vena yang
ringan sampai edema interstitial yang kadang-kadang disertai transudasi dalam
alveoli. Pada akhirnya, tekanan arteri pulmonalis harus meningkat sebagai akibat
dari resistensi vena pulmonalis yang meninggi. Respon ini memastikan gradient
tekanan yang memadai untuk mendorong darah melalui pembuluh paru-paru.
Akan tetapi, hipertensi pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan
menuju arteria pulmonalis. Ventrikel kanan memberi respons terhadap
peningkatan beban tekanan ini dengan cara hipertrofi. (Leonard S. Lilly, 2007)
Lama-kelamaan hipertrofi ini akan dikuti oleh dilatasi ventrikel kanan.
Dilatasi ventrikel kanan ini nampak pada foto jantung pada posisi lateral dan
posisi PA. Pembesaran ventrikel kanan ini lama kelamaan mempengaruhi fungsi
16
katup trikuspid. Katup ini akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel kanan
mengalami kegagalan, maka darah yang mengalir ke paru berkurang. Dilatasi
ventrikel kanan akan bertambah, sehingga kemungkinan terjadinya insufisisiensi
katup trikuspid semakin besar pula. (Leonard S. Lilly, 2007)

Pengobatan
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan
hanya bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung,
atau pencegahan terhadap infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotik
golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin sering digunakan untuk demam
rematik atau pencegahan endokardirtis. Obat-obatan inotropik negatif seperti ßblocker atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus
yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.
(Leonard S. Lilly, 2007)
Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang
bermakna akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta
frekuensi ventrikel yang cepat. Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan
indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium.
(Leonard S. Lilly, 2007)
Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan
fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus
untuk mencegah fenomena tromboemboli. (Leonard S. Lilly, 2007)
Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup (komisurotomi) pertama kali
diajukan oleh Brunton pada tahun 1902 dan berhasil pertama kali pada tahun
1920. Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena
adanya mesin jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat jelas antara pemisahan
komisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat dilakukan
dengan lebih baik. Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil apakah itu
reparasi atau penggantian katup mitral dengan protesa. (Leonard S. Lilly, 2007)

Prognosis
Prognosis penyakit ini bervariasi. Gangguan dapat saja ringan, tanpa
gejala, atau menjadi berat. Riwayat yang banyak terjadi pada stenosis mitral
adalah:
17
a) Timbulnya murmur 10 tahun setelah masa demam rematik
b) 10 tahun berikutnya gejala berkembang
c) 10 tahun berikutnya sebelum penderita mengalami sakit serius
Komplikasi dapat berat atau mengancam jiwa. Stenosis mitral biasanya
dapat dikontrol dengan pengobatan dan membaik dengan valvuloplasty atau
pembedahan. Tingkat mortalitas post operatif pada mitral commisurotomy adalah
1-2% dan pada mitral valve replacement adalah 2-5%. (Leonard S. Lilly, 2007)
2.1.3.2 Insufisiensi Mitral
Insufisiensi mitral merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari
ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup
secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat
menutupnya katup dengan sempurna pada saat sistol. (Leonard S. Lilly, 2007)

Etiologi
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi
atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit jantung
koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya). Di negara
berkembang seperti Indonesia, penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah
demam reumatik. (Leonard S. Lilly, 2007)

Patofisiologi
Stenosis mitral diawali dengan demam reumatik. Adapun demam reumatik
merupakan kelanjutan dari infeksi faring yang disebabkan streptokok beta
hemolitik grup A. Reaksi autoimun terhadap infeksi streptokok secara hipotetif
akan menyebabkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik, sebagai
berikut : (Leonard S. Lilly, 2007)
(1) Streptokok grup A akan menyebabkan infeksi faring.
(2) Antigen streptokok akan menyebabkan pembentukan antibody pada
hospes yang hiperimun.
(3) Antibodi akan bereaksi dengan antigen streptokok, dan dengan jaringan
hospes yang secara antigenik sama seperti streptokok dengan kata lain
antibodi tidak dapat membedakan antara antigen streptokok dengan
antigen jaringan jantung.
18
(4) Autoantibodi
tesebut
bereaksi
dengan
jaringan
hospes
sehingga
mengakibatkan kerusakan jaringan. (Leonard S. Lilly, 2007)
Adapun kerusakan jaringan ini akan menyebabkan peradangan pada
lapisan jantung khususnya mengenai endotel katup, yang mengakibatkan
pembengkakan daun katup dan erosi pinggir daun katup. Hal ini mengakibatkan
tidak sempurnanya daun katup mitral menutup pada saat sistolik sehingga
mengakibatkan penurunan suplai darah ke aorta dan aliran darah balik dari
ventrikel kiri ke atrium kiri,hal ini mengakibatkan penurunan curah sekuncup
ventrikel sehingga jantung berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri,
peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding ventrikel dan dinding
atrium sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa darah
hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru
mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis,
hipertensi ventrikel kanan sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan.
(Leonard S. Lilly, 2007)

Pemeriksaan
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis:
 Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan
 Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan
tekanan arteri
 Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya.
 Auskultasi :
-
Bising pansistolik yang bersifat meniup (blowing) di apeks,
menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi
-
Bunyi jantung I lemah karena katuo tidak menutup
sempurna
-
Bunyi jantung III yang jelas karena pengisian yang cepat
dari atrium ke ventrikel pada saat distol. (Leonard S. Lilly,
2007)
3. Pemeriksaan penunjang :
-
Elektrokardiogram :
19
a. Menilai
derajat
insufisiensi,
lamanya,
ada/tidaknya
penyakit penyerta
b. Gambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang
normal
c. Aksis yang bergeser ke kiri dan adanya hipertrofi ventrikel
kiri
d. Ekstra sistol atrium
4. Foto Toraks :

Ukuran jantung biasanya normal

Pada kasus yang berat dapat terlihat pembesaran jantung

Bendungan paru

Perkapuran pada anulus mitral
5. Fonokardiogram
:
menilai
gerakan
katup,
ketebalan
dan
perkapuran serta menilai derajat regurgitasi insufisiensi mitral
6. Laboratorium : mengetahui ada/tidaknya reuma aktif/reaktivasi.
(Leonard S. Lilly, 2007)

Terapi medikamentosa
1. Digoxin
Digoxin amat berguna terhadap penanganan fibrilasi atrium. Ia adalah
kelompok obat digitalis yang bersifat inotropik positif. Ia meningkatkan kekuatan
denyut jantung dan menjadikan denyutan jantung kuat dan sekata.
2. Antikoagulan oral
Antikoagulan di berikan kepada pasien untuk mengelakkan terjadinya
pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli bisa terjadi
akibat regurgitasi dan turbulensi aliran darah.
3. Antibiotik profilaksis
Administrasi antibiotik dilakukan untuk mengelakkan infeksi bacteria
yang bisa menyebabkan endokarditis. (Leonard S. Lilly, 2007)

Terapi surgikal
Dalam kasus insufisiensi mitralis kronik, terapi surgical adalah penting
untuk memastikan survival pasien. Untuk itu katup prostetik digunakan untuk
menggantikan katup yang rusak. (Leonard S. Lilly, 2007)
20

Prognosis
Prognosis untuk penderita insufisiensi mitral adalah tergantung pada
penyebab berlakunya masalah ini. Dalam kasus yang disebabkan oleh panyakit
arteri koronaria, prognosisnya lebih buruk jika dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh perubahan myxomatous. Sedangkan, bila disebabkan oleh
demam reumatik prognosisnya lebih baik. (Leonard S. Lilly, 2007)
2.1.4 Penyakit Jantung Reumatik
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic
Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup
jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik
(DR). (Robbins and Cotran, 2004)
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat
akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi
Streptococcus beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas.
Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar
keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok
usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan
penduduk di atas 50 tahun. (Robbins and Cotran, 2004)
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara
adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung
rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang
menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya
peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan
pengobatannya yang kurang terarah menyebabkan racun atau toxin dari kuman ini
menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung.
Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau
menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi
kebocoran. (Robbins and Cotran, 2004)
21
Gambar 2.9 Etiologi Penyakit Jantung Rematik
2.1.4.1 Tanda dan Gejala PJR
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya
sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak
kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak
terkendali atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut
menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu
saja demam. (Robbins and Cotran, 2004)
2.1.4.2 Penegakan Diagnosis PJR
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari
fisik, umumnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium,
misalnya; pemeriksaan darah rutin, ASTO, CRP, dan kultur ulasan tenggorokan.
Bentuk
pemeriksaan
yang
paling
akurat
adalah
dengan
dilakukannya
echocardiografi untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
(Robbins and Cotran, 2004)
22
2.1.4.3 Pengobatan PJR
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih
adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas
dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya
pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G.
Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah
pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang
yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin. (Robbins and Cotran,
2004)
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi
seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan
diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin. (Robbins and
Cotran, 2004)
PJR tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal
jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya.
Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif.
Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan
biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang. (Robbins and
Cotran, 2004)
2.1.4.4 Pencegahan PJR
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi
dengan adanya kejadian awal yaitu DR, Tentu saja pencegahan yang terbaik
adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami DR (terserang infeksi
kuman Streptococcus beta hemolyticus). (Robbins and Cotran, 2004)
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman
tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek,
kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan
determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga
mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi
DR. (Robbins and Cotran, 2004)
23
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan
antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya
atau bahkan menyebabkan PJR. (Robbins and Cotran, 2004)
2.1.5 Indikasi Operasi Katup Jantung Mitral
Indikasi penggantian katup mitral bervariasi. Indikasi penggantian katup
jantung ini biasanya untuk orang yang memang mempunyai masalah dengan
katup jantungnya yang akan dioperasi oleh dokter bedah jantung dan mempunyai
jangka waktu hidup yang buruk. Indikasi ini dilihat dari seberapa besar pasien ini
membutuhkan operasi dan tipe atau jenis katup apa yang sesuai dengan pasien
tersebut. Operasi ini akan dilakukan pada pasien yang menderita penyakit stenosis
mtiral dan regurgitasi/insufisiensi mitral. (Lawrence H. Cohn, 2008)
Indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut:

Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan
keluhan

Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal

Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti:
-
Usia tua dengan fibrilasi atrium
-
Pernah mengalami emboli sistemik
-
Pembesaran yang nyata dari appendage atrium kiri (Leonard S. Lilly,
2007)
2.1.6 Operasi Katup Jantung
Katup jantung yang berpenyakit dapat dirawat dengan cara operasi (operasi
katup jantung tradisional) dan bukan secara operasi (balloon valvuloplasty).
Selama operasi katup jantung tradisional, ahli bedah akan membuat sayatan
menuruni pusat dari sternum (tulang dada), untuk mendapatkan akses langsung
pada jantung. Ahli bedah kemudian memperbaiki atau menggantikan katup
jantung yang abnormal. (Lawrence H. Cohn, 2008)
Operasi katup jantung invasif yang minimal adalah tipe operasi yang
dilakukan melalui sayatan-sayatan yang lebih kecil. Tipe operasi ini mengurangi
24
kehilangan darah, trauma, dan panjangnya rawat inap di rumah sakit. Ahli bedah
akan meninjau ulang tes-tes diagnostik sebelum operasi untuk menentukan apakah
pasien adalah calon operasi katup invasif yang minimal. (Lawrence H. Cohn,
2008)
Seringkali, ahli bedah dan cardiologist (dokter jantung) akan menggunakan
transesophogeal echo (ultrasound transducer probe yang diturunkan melalui
tenggorokan) untuk membantu menentukan berfungsinya katup sebelum dan
setelah operasi. (Lawrence H. Cohn, 2008)
Kelainan katup mitral adalah katup jantung yang paling sering diperbaiki,
namun katup-katup lainnya seperti aorta, pulmonal, dan trikuspid mungkin juga
menjalani beberapa dari teknik-teknik perbaikan ini. Jika katup jantung dapat
diperbaiki, ahli bedah akan melakukan beberapa prosedur-prosedur perbaikan
katup sebagai berikut: (Lawrence H. Cohn, 2008)

Commissurotomy: Daun-daun katup dipisahkan untuk melebarkan bukaan
katup.

Decalcification: Endapan-endapan kalsium dikeluarkan agar leaflet menjadi
lebih lentur dan menutup secara benar.

Reshape leaflets: Jika salah satu dari leaflet terkulai, segmen mungkin
dipotong dan leaflet dijahit kembali agar katup dapat menutup lebih rapat.
Prosedur ini disebut quadrangular resection.

Chordal transfer: Jika leaflet dari katup mitral mempunyai prolapse (terkulai;
kurang dukungan), chordae ditransfer dari satu leaflet ke lainnya. Kemudian,
leaflet dimana chordae dikeluarkan diperbaiki dengan quandrangular resection
(lihat atas).

Annulus support: Jika annulus pada katup (cincin dari jaringan yang
mendukung katup) terlalu lebar, annulus akan dibentuk kembali atau
dirapatkan dengan menjahit struktur cincin sekitar annulus. Cincin mungkin
dibuat dari jaringan atau material sintetik.

Patched leaflets: Ahli bedah mungkin menggunakan tempelan-tempelan
jaringan untuk memperbaiki leaflet dengan robekan-robekan atau lubanglubang. (Lawrence H. Cohn, 2008)
Keuntungan-keuntungan dari operasi perbaikan katup jantung termasuk:
25

Keperluan yang berkurang untuk obat pengencer darah (anticoagulant) seumur
hidup

Mengawetkan kekuatan otot jantung (Lawrence H. Cohn, 2008)
Pilihan lain yang bukan dengan operasi adalah balloon valvotomy,
digunakan untuk meningkatkan bukaan dari katup jantung yang menyempit
(stenosis). Ballon valvotomy ini digunakan untuk pasien yang menderita penyakit
stenosis katup mitral (penyempitan dari katup mitral) disertai gejala, geriatri yang
menderita penyakit stenosis aorta (penyempitan dari katup aorta) namun tidak
mampu untuk menjalani operasi, dan beberapa pasien dengan stenosis pulmonal
(penyempitan dari katup pulmonic). (Lawrence H. Cohn, 2008)
Selama balloon valvotomy, kateter yang didisain secara khusus dimasukan
kedalam pembuluh darah pada selangkangan dan dipandu ke jantung. Ujungnya
diarahkan kedalam katup jantung yang menyempit, lalu balon yang kecil
dipompa dan dikempiskan beberapa kali untuk melebarkan bukaan katup. Setelah
katup telah cukup dilebarkan, balon akan dikeluarkan. Selama operasi berjalan,
dokter jantung akan melakukan echocardiogram (ultrasound dari jantung) untuk
mendapatkan gambaran yang lebih bagus dari katup. (Lawrence H. Cohn, 2008)
Prosedur bukan operasi ini, berdasarkan penelitian untuk merawat
regurgitasi (katup yang bocor) sedang diuji dan mungkin menyediakan opsi
perawatan tambahan yang menggunakan kateter untuk penyakit katup dimasa
depan. (Lawrence H. Cohn, 2008)
2.1.7 Jenis Katup Jantung
Ada beberapa jenis katup baru, seperi katup mekanik, katup biologi, dan
katup homograft (allograft). Bagi pasien yang menderita kelainan katup jantung
aorta atau pulmonal, operasi penggantian katup biasanya dilakukan. Pada
beberapa kasus, katup aorta dapat diperbaiki. Selama operasi penggantian katup,
katup yang rusak dikeluarkan dan katup yang baru dijahit pada annulus dari katup
orisinil pasien. Beberapa macam katup, diantaranya : (Lawrence H. Cohn, 2008)

Katup Mekanik
Katup-katup mekanik merupakan katup-katup buatan yang umumnya ber-
bahan dasar logam campuran. Terbuat secara total dari bagian-bagian mekanik
26
yang ditolerir dengan baik oleh tubuh. Sebagai contoh katup berbentuk bola (ball
valve), Starr-Edwards, memiliki waktu guna yang luar biasa dan disebut sebagai
high-profile valve. Katup yang lebih baru seperti bileaflet St. Jude atau tilting disc
valve (contoh: Björk-Shiley) memiliki profil yang lebih rendah. Katup bileaflet
adalah katup yang paling sering digunakan karena karakteristik hemodinamika
yang bagus dan gampang dimasukkan dan dipasang ke dalam jantung. Katup
bileaflet ini terdiri dari dua carbon leaflet dalam cincin yang ditutupi dengan kain
yang dirajut polyester. Semua katup menakik memiliki risiko thromboembolisme
dan memerlukan antikoagulan jangka panjang. Hemolisis dapat terjadi pada
prothesis mekanis, terutama jika terdapat kebocoran perivalvular (disekitar katup).
(Lawrence H. Cohn, 2008)
Keuntungan dari katup jantung mekanik adalah kekokohan dari katup ini.
Mereka
didisain
untuk
berlangsung/bertahan
bertahun-tahun.
Ada
juga
kelemahan-kelemahannya, seperti berhubungan dengan material buatan yang
terlibat, pasien yang memakai katup ini akan memerlukan pemakaian obat-obat
pengencer darah (anticoagulants) seumur hidup untuk mencegah terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada katup mekanik. Gumpalan-gumpalan ini dapat
meningkatkan risiko stroke. (Lawrence H. Cohn, 2008)

Katup Biologi
Katup-katup jaringan (juga disebut katup biologi atau bioprosthetic) terbuat
dari jaringan manusia atau hewan. Katup jantung jaringan hewan mungkin datang
dari jaringan babi (porcine) atau jaringan sapi (bovine). Katup jaringan mungkin
mempunyai beberapa bagian-bagian buatan untuk membantu memberikan
dukungan pada katup dan membantu penempatan. Keuntungan dari katup jantung
biologi adalah tidak bersifat trombogenik dalam arti bahwa kebanyakan orangorang tidak memerlukan memakai pegencer-pengencer darah seumur hidup,
kecuali mereka mempunyai kondisi-kondisi lain, seperti atrial fibrillation. Katup
biologi, secara tradisional, tidak dipertimbangkan dapat bertahan selama katup
mekanik, terutama pada orang-orang yang lebih muda. Katup biologi sebelumnya
yang tersedia biasanya perlu diganti setelah kira-kira 10 tahun. Bagaimanapun,
beberapa studi kasus menunjukan bahwa beberapa katup biologi mungkin
bertahan paling sedikit 17 tahun tanpa penurunan dalam fungsinya. Ini
27
menghadirkan tonggak sejarah baru dalam daya tahan dari katup biologi.
(Lawrence H. Cohn, 2008)
Kekurangannya adalah katup dari jaringan ini terdegenerasi dan mengalami
kalsifikasi, dan pasien-pasien memerlukan operasi ulang. Sekitar 50% pasien
memerlukan penggantian ulang katup dalam 10 hingga 15 tahun. Katup jenis ini
bertahan sedikit lebih lama pada posisi trikuspid daripada dalam posisi disebelah
kiri jantung. Katup-katup aortik memiliki durabilitas yang sedikit lebih baik
dibandingkan katup-katup mitral. Kegagalan bioprosthetic dapat dideteksi dengan
evaluasi klinis dan echocardiography dua-dimensi dan doppler. (Lawrence H.
Cohn, 2008)
Katup biologi ini daya tahannya sangat tergantung dari usia pasien. Seperti,
katup ini lebih baik jika dipasang pada pasien yang berusia diatas 70 tahun karena
penurunan fungsinya lebih lambat pada usia geriatri. Pada pasien yang muda (20
tahun atau lebih muda), katup ini dapat terkalsifikasi dengan sangat cepat.
Perburukan katup biologi ini akan muncul dalam beberapa bulan atau tahun pada
anak-anak dan remaja, sehingga sangat tidak dianjurkan penggantian katup
biologi pada anak-anak, remaja, dan usia dibawah 35 sampai 40 tahun. Meskipun
demikian, masih ada indikasi penggantian katup jantung dengan katup biologi
pada usia muda, yaitu pada perempuan yang masih ingin mengandung,
bioprosthesis menghindari pemakaian warfarin dan kematian janin selama
kehamilan. (Lawrence H. Cohn, 2008)

Katup Homograft (allograft)
Katup manusia aorta atau pulmonal yang telah dikeluarkan dari jantung
manusia yang didonorkan, dipelihara, dan dibekukan dibawah kondisi-kondisi
steril. Homograft mungkin digunakan untuk mengganti katup aorta atau pulmonal
yang berpenyakit. (Lawrence H. Cohn, 2008)
Homograft adalah katup jantung yang ideal untuk penggantian katup aorta,
terutama jika akar aorta berpenyakit atau ada infeksi. Anatomi alami jantung
terpelihara dan pasien-pasien tidak memerlukan memakai pengencer-pengencer
darah seumur hidup. (Lawrence H. Cohn, 2008)
28
2.1.8 Prognosis dan Komplikasi Operasi Katup Jantung
Prognosis pada pasien dengan penggantian katup jantung sangat bervariasi.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis katup yang digunakan, usia
pasien, dan kelanjutan pengawasan dan medikasi pasca implantasi. Secara umum
penggantian katup dapat memperpanjang harapan hidup bagi pasien-pasien
dengan indikasi penggantian katup jantung. Namun beberapa komplikasi juga
dapat terjadi seperti perdarahan dan tromboemboli, yang pada tingkatan tertentu
jika tidak terkontrol secara baik dan mencukupi dapat mengancam jiwa pasien.
(Lawrence H. Cohn, 2008)
Komplikasi pada operasi katup biologi dalam tingkat tahunan (annual rates)
biasanya terjadi thrombosis katup 0.03%, thromboembolisme 0.87%, perdarahan
0.38%, dan disfungsi non-struktural sekitar 0.38%. Diperkirakan pada pasien lakilaki usia 65 tahun pasca implantasi katup, perkiraan harapan hidup (life
expectancy) sekitar 11,3 tahun. Risiko aktual untuk re-operasi sekitar 28%, dan
kejadian-kejadian terkait katup (valve-related events) sekitar 47%. (Lawrence H.
Cohn, 2008)
Sedangkan pada operasi yang menggunakan katup mekanik, katup ini
memerlukan
antikoagulan
dalam
jangka
panjang
sehingga
komplikasi
antikoagulan termasuk perdarahan ketika rasio normalisasi internasional terlalu
tinggi dan thrombosis ketika rasio dibawah rasion terapi (subtherapeutic). Tingkat
perdarahan minor adalah 2% hingga 4% per tahun, dan perdarahan mayor 1%
hingga 2% per tahun. Thromboemboli dan perdarahan sering terjadi setelah AVR
(aortic valve replacement) dengan prosthesis mekanik (penelitian dengan St. Jude
Medical bileaflet prosthesis) dan memiliki dampak penting dalam survival rate,
sehingga kontrol optimal International Normalized Ratio adalah yang terpenting. (Lawrence H. Cohn, 2008)
Risiko komplikasi dari prosthesis mekanis, termasuk endokarditis, sekitar
1% pertahun. Semua pasien dengan prosthesis katup memerlukan antibiotik
profilaksis untuk endokarditis. Angka harapan hidup (life expectancy) dan harapan
hidup tanpa komplikasi (event-free life expectancy) sekitar 7 tahun dan 5 tahun
pada pasien laki-laki usia 75 tahun. Terhitung risiko seumur hidup untuk thromboemboli 22% dan perdarahan 15% pada pasien laki-laki usia 35 tahun, serta
29
thromboemboli 7% dan perdarahan 37% pada pasien laki-laki usia 75 tahun.
(Lawrence H. Cohn, 2008)
2.1.9 Pandangan Islam Terhadap Penggunaan Katup Babi
Jantung babi digunakan untuk keperluan transplantasi untuk mengganti
katup jantung yang sudah tidak berfungsi lagi. Katup jantung babi yang digunakan
pada manusia juga ternyata sangat minimal mengalami penolakan pada tubuh
manusia. Bagi agama Islam, masih diperdebatkan akan bolehnya pemasangan
katup babi untuk orang muslim. Tetapi ada juga yang mengatakan, bila keadaan
darurat dalam arti mengancam nyawa diperbolehkan apa saja yang ingin
ditindakkan.
“Diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, yang disembelih atas
nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan
yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
yang disembelih atas berhala-berhala. Dan (diharamkan pula) mengundinasi nasib
dengan anak panah, itu adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang yang kafir
telah berputus asa untuk (mengalahkan) agama kamu, sebab itu jangan lah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku-sempurkan
untuk kamu agama kamu, dan telah Ku-ucapkan kepada kamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhoi Islam menjadi agama bagi kamu. Maka barang siapa terpaksa
karena kelaparan dan tanpa sengaja berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.5:3). (Shihab, 2006)
Terbaca diatas bahwa hanya babi yang secara tegas disertakan kata daging
ketika diuraikan keharamannya, kendati yang lainpun pada hakikatnya yang
diharamkan
adalah
dagingnya.
Berbeda-beda
jawaban
yang
ditemukan
menyangkut hal ini. Bahkan ada yang berpendapat bahwa redaksi itu
menunjukkan bahwa yang haram dimakan pada babi adalah dagingnya. Pada
umumnya ulama menekankan bahwa semua yang berkaitan dengan babi haram
dimakan, bukan hanya dagingnya. (Shihab, 2006)
Thahir Ibn Asyur, berpendapat bahwa kata daging yang bergandengan
dengan babi itu untuk mengisyaratkan bahwa yang haram adalah memakan babi,
karena bila disebut kata daging dalam konteks hukum, maka yang terlintas dalam
30
benak adalah memakannya. Karena itu, peyebutan kata daging disini adalah
sebagai isyarat bahwa selain memakannya, seperti menggunakan anggota
tubuhnya, maka hukumnya sama dengan hukum binatang-binatang lain, pada
kesucian bulunya kalau dicabut, atau kesucian kulitnya bila disamak. Ibn Asyur
melanjutkan bahwa dalam pandangan Daud Azh-Zhahiri dan Abu Yusuf, kulit
babi kalau disamak akan menjadi suci, sama dengan kulit binatang lain,
berdasarkan sabda Nabi SAW: “Kulit apapun yang disamak makan telah menjadi
suci” (HR. Muslim dan At-Tirmidzi melalui Ibn Abbas). (Shihab, 2006)
Atas dasar ini pula, kita dapat berkata bahwa penggunaan katup jantung babi
sebagai pengganti katup jantung manusia yang sakit dapat dibenarkan, karena
tidak digunakan untuk dimakan. Lebih-lebih lagi jika ini disadari bahwa
penggantian katup itu, adalah untuk memelihara kelangsungan hidup manusia.
(Shihab, 2006)
Selain itu, ada juga pendapat lain yang mendukung bolehnya pemakaian
katup babi pada orang muslim jika keadaan yang darurat. Darurat dalam hukum
Islam adalah keadaan sulit dan terpaksa yang tak dapat dihindarkan dan sangat
membahayakan keselamatan. Menjadi sebab adanya keringanan atau penghapusan
beban hukum selama keadaan darurat itu belum hilang. (indonesiaindonesia.com)
Dalam keadaan darurat, seseorang dibolehkan melakukan sesuatu yang
tadinya dilarang. Ahli Ushul Fiqh (hukum islam) menentukan kaidah “Darurat itu
membolehkan apa yang dilarang”. Dalam ayat-Nya, Allah menetapkan:
“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi,
dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.
Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS.2:173).
31
2.2 Kerangka Konsep
Operasi Penggantian
Katup Jantung Mitral
Katup Mekanik
Katup Biologi
Katup babi (porcine)
Karakteristik Pasien:
1. Usia pasien
2. Jenis Kelamin pasien
3. Agama pasien
2.3 Definisi Operasional
1. Pengguna Katup Babi
Pasien yang telah menjalani operasi menjalankan operasi penggantian
katup jantung mitral dengan katup babi.
2. Rekam Medik
Berkas yang berisi catatan di dokumen mengenai identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima
pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
3. Usia Pasien
Usia yang tertera dalam rekam medik pasien berdasarkan tanggal
kelahirannya atau momen penting yang diingatnya berdasarkan informasi
keluarga, hitung dalam tahun saat pasien dirawat di RS. Jantung Harapan
Kita.
4. Jenis kelamin Pasien
Jenis kelamin pasien dibuat kategori laki-laki dan perempuan.
5. Agama Pasien
Agama pasien pengguna katup babi.
32
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain cross
sectional atau uji potong lintang yang disajikan secara deskriptif.
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik RS. Jantung Harapan Kita
pada tanggal 27 Agustus 2010.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi target adalah pasien yang didiagnosis penyakit jantung katup
mitral dan sudah menjalankan operasi penggantian katup jantung dengan
katup babi dan katup mekanik di RS. Jantung Harapan Kita. Populasi
terjangkau adalah pasien yang telah menjalankan operasi katup jantung dari
bulan Januari 2005 sampai Desember 2009
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini merupakan keseluruhan populasi pasien
yang telah menjalankan operasi penggantian katup jantung mitral dengan
katup babi dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2009.
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1 Kriteria inklusi

Data pasien dengan diagnosis penyakit jantung katup mitral di
RSJHK periode 2005-2009.

Data pasien yang telah menjalani operasi penggantian katup
jantung mitral dengan katup babi dan katup mekanik dari bulan
Januari 2005 sampai Desember 2009.
33

Data usia dan jenis kelamin pasien pengguna katup babi dan katup
mekanik pada operasi penggantian katup jantung mitral di RSJHK
dari bulan Januari 2005 sampai Desember 2009.

Data agama pasien yang menggunakan katup babi pada operasi
penggantian katup jantung mitral di RSJHK tahun 2005-2009.
3.4.2 Kriteria eksklusi

Data pasien yang telah menjalani operasi katup jantung mitral yang
tidak lengkap.
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Pengumpulan Data
Data diperoleh dari bagian rekam medik RS. Jantung Harapan Kita.
3.5.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel 2007. Data disajikan dalam bentuk tekstular, grafikal, dan tabular.
3.5.3 Analisis dan Interpretasi Data
Analisis dan Interpretasi data dilakukan secara deskriptif.
3.5.4 Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan hasil
penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan.
34
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Perbandingan Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik pada
Penggantian Katup Jantung Mitral di RSJHK Periode 2005-2009
Diagram 4.1 Proporsi Jumlah Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik
di RSJHK Tahun 2005-2009
21%
Katup Babi
Katup Mekanik
79%
Berdasarkan diagram diatas, menunjukkan jumlah pasien yang mengganti
katup jantung mitral dengan katup babi dari tahun 2005 sampai 2009 di RSJHK
sebanyak 73 pasien (21%). Sedangkan jumlah pasien yang mengganti katup
jantung mitral dengan katup mekanik sebanyak 276 pasien (79%).
35
Grafik 4.1
Proporsi Pasien Pengguna Katup Babi dan Katup Mekanik
di RSJHK Tahun 2005-2009
80
70
60
50
40
Katup Babi
30
Katup Mekanik
20
10
0
Katup Babi
Katup Mekanik
2005
2
2006
5
2007
3
2008
15
2009
48
43
53
41
66
73
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005, pasien yang
mengganti katup jantung mitral dengan katup babi sebanyak 4.44% dan katup
mekanik sebanyak 95.56%. Pada tahun 2006, pengguna katup babi sebanyak
8.62% dan katup mekanik sebanyak 91.38%. Di tahun 2007, pengguna katup babi
sebanyak 6.82% dan katup mekanik sebanyak 93.18%. Pada tahun 2008,
pengguna katup babi sebanyak 18.52% dan katup mekanik sebanyak 81.48%.
Sedangkan pada tahun 2009, pengguna katup babi sebanyak 39.67% dan katup
mekanik sebanyak 60.33%
36
4.1.2 Karakteristik Pasien Pengguna Katup Babi pada Penggantian Katup
Jantung Mitral di RSJHK Periode 2005-2009
Diagram 4.2
Proporsi Jenis Kelamin pada Pasien Pengguna Katup Babi
di RSJHK Tahun 2005-2009
Laki-laki
30%
Perempuan
70%
Dari gambaran grafik diatas, dapat dilihat bahwa lebih banyak perempuan
yang menggunakan katup babi dibandingkan laki-laki. Dengan jumlah 51 pasien
pada jenis kelamin perempuan dan jumlah 22 pasien pada laki-laki. Pada tahun
2005 diketahui terdapat 2 pasien perempuan, tahun 2006 sebanyak 5 pasien
perempuan, tahun 2007 sebanyak 2 pasien perempuan, tahun 2008 sebanyak 10
pasien perempuan, dan pada tahun 2009 terdapat 32 pasien perempuan yang
mengganti katup jantung mitralnya dengan katup babi. Sedangkan, pasien lakilaki yang menggati katup jantung mitral dengan katup babi hanya muncul di tahun
2007 sebanyak 1 pasien, tahun 2008 sebanyak 5 pasien, dan pada tahun 2009
terdapat 16 pasien.
37
Grafik 4.2
Proporsi Usia dan Jenis Kelamin pada Pasein Pengguna Katup Babi
di RSJHK Tahun 2005-2009
25
20
15
Perempuan
10
Laki-laki
5
0
Perempuan
Laki-laki
<30 tahun
22
30-50 tahun
16
>50 tahun
13
8
8
6
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa pasien pengguna katup babi terbanyak
adalah perempuan dengan usia dibawah 30 tahun. Dari data pasien pengguna
katup babi dengan usia dibawah 30 tahun, diketahui bahwa pada tahun 2005
sebanyak 2 pasien, tahun 2006 sebanyak 3 pasien, tahun 2007 sebanyak 1 pasien,
tahun 2008 sebanyak 3 pasien, dan pada tahun 2009 sebanyak 13 pasien.
Sedangkan pada pasien laki-laki dengan usia dibawah 30 tahun sejumlah 8 pasien.
Pada pasien yang mengganti katup jantung mitral dengan katup babi di rentang
usia 30-50 tahun, didapatkan perempuan sebanyak 16 pasien dan laki-laki
sebanyak 8 pasien. Pada pasien pengguna katup babi dengan usia diatas 50 tahun,
didapatkan perempuan sebanyak 13 pasien dan laki-laki sebanyak 6 pasien.
38
Grafik 4.3
Proporsi Agama pada Pasien Pengguna Katup Babi
di RSJHK Tahun 2005-2009
40
35
30
25
20
Islam
15
Kristen
10
5
0
Islam
2005
2
2006
4
2007
3
2008
12
2009
36
0
1
0
3
12
Kristen
Dari gambaran grafik diatas dapat dilihat pada tahun 2005 dan 2007, seluruh
pasien yang menggunakan katup babi beragama Islam. Pada tahun 2006 dan 2008,
pasien pengguna katup babi yang beragama Islam dan kristen mempunyai
persentase yang sama yaitu 80% untuk agama Islam dan 20% untuk agama
Kristen. Sedangkan pada tahun 2009, pasien pengguna katup babi yang beragama
Islam sebanyak 35(75%) dan yang beragam Kristen 12(25%).
4.2 Pembahasan
Indonesia adalah sarang penyakit infeksi dengan kekerapan faringitis yang
tinggi akibat penyakit jantung rematik. Penyakit jantung rematik sering
menyebabkan risiko terjadinya stenosis mitral yang semakin tinggi akhir-akhir ini,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tindakan intervensi penggantian katup
dengan metode yang terus direvisi. Penggantian katup jantung dapat diganti
dengan 3 jenis katup, yaitu katup mekanik, katup biologi, dan katup homograft.
Tetapi, saat ini di RS. Jantung Harapan Kita hanya menggunakan 2 katup saja,
yaitu katup mekanik dan katup biologi untuk penggantian katup jantung mitral,
39
karena katup homograft lebih ideal untuk penggantian katup jantung aorta. Untuk
katup biologi, katup babi lebih sering digunakan dibandingkan dengan katup sapi
di RS. Jantung Harapan Kita, dan dari tahun 2005 sampai 2009, tidak ada
penggunaan katup sapi pada penggantian katup jantung mitral. Selain karena
ukuran katup babi yang lebih ideal untuk manusia dibandingkan katup sapi yang
lebih besar, ternyata katup babi juga sangat minimal mengalami penolakan pada
tubuh manusia.
Berdasarkan data yang telah diolah, pada tahun 2005 sampai 2009 terjadi
peningkatan kasus pada penggunaan katup babi, yang berjumlah 2 pasien pada
tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 48 pasien di tahun 2009. Akan tetapi,
peneliti tidak membahas lebih lanjut penyebab peningkatan kasus tersebut.
Dari hasil penelitian yang sudah didapat, terlihat bahwa pasien pengguna
katup babi pada penggantian katup jantung mitral yang berjenis kelamin
perempuan dengan usia dibawah 30 tahun mempunyai persentase paling tinggi.
Hal ini disebabkan karena keuntungan dari katup babi yang tidak bersifat
trombogenik dalam arti bahwa kebanyakan orang-orang tidak memerlukan
pengencer darah seumur hidup. Meskipun demikian, katup babi tidak dapat
bertahan lama bila dibandingkan dengan katup mekanik. Katup babi biasanya
perlu diganti setelah kira-kira 10 tahun. Beberapa studi kasus menunjukan bahwa
beberapa katup biologi mungkin bertahan paling lama 17 tahun tanpa penurunan
dalam fungsinya. Sehingga, banyak perempuan usia muda dan belum menikah
atau belum mempunyai anak dan masih ingin mempunyai anak, lebih memilih
untuk menggunakan katup babi dengan pertimbangan pada saat kehamilan tidak
terjadi pengenceran darah berlebih yang dapat menyebabkan kematian janin
akibat obat-obat pengencer darah.
Selain itu, dari hasil penelitian juga terlihat bahwa terdapat perempuan dan
laki-laki usia tua yang memlih untuk menggunakan katup babi. Hal ini
dimungkinkan karena tidak adanya biaya pembelian obat pengencer darah untuk
seumur hidup jika mereka memilih penggunaan katup mekanik. Saat ini, RS.
Jantung Harapan Kita telah membuat kebijakan tentang pembiayaan gratis untuk
operasi, pembelian jenis katup jantung, dan rawat inap setelah operasi. Meskipun
kebijakan tersebut telah meringankan pasien, tetapi yang masih menjadi masalah
40
adalah biaya pembelian obat pengencer darah untuk pasien pengguna katup
mekanik.
Dari segi agama, dapat dilihat dari grafik hasil penelitian diatas, hampir
seluruh pasien yang mengganti katup jantung mitralnya dengan katup babi adalah
beragama Islam. Sesuatu yang sangat darurat dalam hukum Islam adalah keadaan
sulit dan terpaksa yang tak dapat dihindarkan dan sangat membahayakan
keselamatan yang menyebabkan adanya keringanan atau penghapusan beban
hukum selama keadaan darurat itu belum hilang. Keadaan yang benar-benar
darurat, semua akan halal. Dalam keadaan darurat, seseorang dibolehkan
melakukan sesuatu yang tadinya dilarang, terlebih lagi dalam kasus penggantian
katup jantung mitral dengan katup babi yang berhubungan dengan kelangsungan
hidupnya. Meskipun memang belum ada pilihan lain selain katup tersebut sampai
saat ini.
41
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Dari hasil penilitian, disimpulkan bahwa proporsi jumlah pasien pengguna
katup babi pada operasi penggantian katup jantung mitral di RSJHK
periode 2005-2009 sebanyak 73 pasien dan katup mekanik sebanyak 276
pasien.
2. Pada tahun 2005, proporsi pasien pengguna katup babi pada operasi
penggantian katup jantung mitral berjumlah 2 kasus, tahun 2006
berjumlah 5 kasus, tahun 2007 berjumlah 3 kasus, tahun 2008 berjumlah
15 kasus, dan di tahun 2009 berjumlah 48 kasus. Hal ini memperlihatkan
terjadinya peningkatan kasus pengguna katup babi dari tahun 2005
sampai 2009.
3. Proporsi tertinggi pada pasien pengguna katup babi dari tahun 2005 sampai
2009 adalah yang berjenis kelamin perempuan dengan usia dibawah 30
tahun.
4. Mayoritas agama pasien pengguna katup babi dari tahun 2005 sampai 2009
adalah yang beragama Islam.
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut akan hal penggantian atau penyediaan
katup jantung dengan katup biologi lain selain katup babi.
2. Diperlukan tenaga medis yang lebih memperhatikan kemampuan tiap
masyarakat yang akan menjalani operasi, dari segi materi, usia, dan jenis
kelamin.
42
DAFTAR PUSTAKA
Edwards MM, O’Gara PT, Lilly LS. Valvular Heart Disease. In: Lilly LS, editor.
Pathophysiology of Heart Disease. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2007.
Gudbjartsson T, Tarek A, Sary A. Mitral Valve Replacement. In: Loeb MS,
Edmonson K, Boyle PJ, editors. Lawrence H Cohn Cardiac Surgery In the Adult.
3rd ed. United States of America: McGraw-Hill; 2008.
Katz AM. Normal Physiology. In: Destefano FR, Bersin J, editors. Physiology of
The Heart. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
Martini F, Nath JL. The Heart. In: Berriman L, editor. Fundamentals of Anatomy
& Physiology. 8th ed. San Francisco: Benjamin Cummings; 2009.
Schoen FJ. The Heart. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editors. Robbins and
Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004.
Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran.
Volume 3. Jakarta: Lentera Hati; 2006.
http://biologi.com/2009/anatomi-jantung-manusia.html diunduh pada tanggal 07
Juli 2010.
http://cardioconsult.com/Physiology/ diunduh pada tanggal 07 Juli 2010.
http://majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=632
tanggal 07 Juli 2010.
diunduh
pada
Download