KAJIAN DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

advertisement
Kajian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol...
KAJIAN DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG DAN BUAH
KERSEN (Muntingia calabura) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DAN Staphylococcus
aureus SECARA in vitro
Mucharommah Sartika Ami
Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
[email protected]
ABSTRAK
Tanaman Kersen (Muntingia calabura) merupakan tanaman yang banyak dijumpai di tepi jalan sebagai
pohon peneduh. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa beberapa bagian tanaman Kersen
mengandung senyawa-senyawa bioaktif seperti flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol. Adapula
penelitian yang menyebutkan adanya daya antibakteri dalam ekstrak daun Kersen. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kandungan senyawa bioaktif dalam ekstrak etanol kulit batang dan buah Kersen
(Muntingia calabura) secara kuantitatif, serta menganalisis daya antibakteri dan konsentrasi yang paling
efektif dari kedua macam ekstrak tersebut secara in vitro terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Pengujian kandungan senyawa bioaktif menggunakan metode spektrofotometri. Pengujian daya
antibakteri secara in vitro menggunakan metode difusi cakram. Ekstrak etanol kulit batang dan buah
Kersen diketahui mengandung flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol dengan kadar yang berbeda. Kadar
senyawa-senyawa bioaktif tersebut pada ekstrak kulit batang Kersen lebih tinggi dibandingkan dengan
kadar yang ditemukan di dalam ekstrak buahnya. Kedua macam ekstrak tersebut memiliki daya
antibakteri terhadap Escherichiacoli dan Staphylococcus aureus. Ekstrak kulit batang Kersen memiliki
daya antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak buahnya. Konsentrasi yang paling efektif
ekstrak etanol kulit batang terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus adalah 500 mg/ml dan
700 mg/ml, sedangkan ekstrak etanol buah adalah 400 mg/ml dan 600 mg/ml. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tanaman Kersen memiliki potensi sebagai tanaman berkhasiat obat, karena memiliki
kandungan senyawa-senyawa bioaktif yang bersifat antibakteri.
Kata kunci: daya antibakteri, Muntingia calabura, Escherichia coli, Staphylococcus aureus
PENDAHULUAN
Tanaman Kersen (Muntingia calabura) adalah
tanaman asli Amerika Selatan yang telah tersebar di
wilayah Asia, termasuk Indonesia. Tanaman ini dapat
mencapai ketinggian lima meter dan memiliki kanopi
yang rindang, sehingga sering dijumpai di tepi jalan
sebagai pohon peneduh. Masyarakat di beberapa negara
menggunakan tanaman Kersen sebagai bahan obat
tradisional untuk mengobati sakit kepala, batuk, peluruh
haid, anti kejang, asam urat, dan penambah stamina
(Zakaria, dkk, 2006 dan Isnarianti, dkk, 2013). Beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa daun Kersen
mengandung flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol
yang bersifat antibakteri (Surjowardojo, dkk, 2014). Ada
beberapa penelitian yang telah mengungkapkan daya
antibakteri daun Kersen secara in vitro (Zakaria, dkk,
2006 dan Chuah, dkk, 2014).
Bagian tanaman Kersen yang lain, yaitu kulit
batang dan buah, juga diketahui mengandung senyawa
bioaktif (Chen, dkk, 2004 dan Gomathi, dkk, 2013).
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
merupakan contoh bakteri penyebab penyakit infeksi.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kedua spesies
bakteri ini telah resisten terhadap beberapa macam
antibiotik (Kinge, dkk, 2010 dan Patel, dkk, 2012). Hal
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
ini menunjukkan bahwa pengobatan penyakit infeksi
melalui pemberian antibiotik memiliki efek samping
yang merugikan. Eksplorasi tanaman berkhasiat obat
perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini.
Temuan tentang kandungan senyawa bioaktif yang
bersifat antibakteri di dalam kulit batang dan buah
Kersen, menjadi landasan dilakukannya penelitian
tentang pengujian daya antibakteri ini. Kulit batang dan
buah Kersen yang digunakan dalam penelitian ini akan
diekstraksi terlebih dahulu menggunakan pelarut etanol
95%. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis
kandungan senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan
polifenol dalam ekstrak etanol kulit batang dan buah
Kersen secara kuantitatif.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis
kandungan senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan
polifenol dalam ekstrak etanol kulit batang dan buah
Kersen secara kuantitatif; (2) menganalisis pengaruh
ekstrak etanol kulit batang dan buah Kersen dalam
beberapa macam konsentrasi terhadap daya antibakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in
vitro; dan (3) menentukan konsentrasi ekstrak etanol kulit
batang dan buah Kersen yang paling efektif dalam
162
Kajian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol...
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1)
penyiapan ekstrak etanol kulit batang dan buah Kersen,
(2) uji kandungan senyawa bioaktif dalam kedua macam
ekstrak, dan (3) uji daya antibakteri kedua macam ekstrak
terhadap Escherichia coli dan Staphylococcusaureus
secara in vitro. Tahap pertama dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi
Universitas
Negeri
Malang
dan
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Islam
Negeri Malang pada bulan Maret 2015. Tahap kedua
dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas
Muhammadiyah Malang pada bulan April 2015. Adapun
tahap ketiga dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Negeri Malang pada bulan April 2015 hingga
Mei 2015.
Penyiapan ekstrak etanol kulit batang dan buah
Kersen dilakukan dengan proses maserasi menggunakan
pelarut etanol 95% selama 3 x 24 jam, selanjutnya hasil
maserasi disaring steril menggunakan vacuum flask, dan
hasil penyaringan steril tersebut diuapkan menggunakan
rotary evaporator untuk menghilangkan sisa-sisa etanol.
Ekstrak etanol kulit batang dan buah Kersen ini
selanjutnya diuji kandungan flavonoid, saponin, tanin,
dan polifenol di dalamnya secara kuantitatif
menggunakan metode spektrofotometri. Hasil pengujian
senyawa bioaktif ini dianalisis secara deskriptif
kuantitatif. Ekstrak etanol kulit batang dan buah Kersen
selanjutnya diuji daya antibakterinya secara in vitro
menggunakan metode difusi cakram. Bakteri uji yang
digunakan adalah Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus yang telah diinkubasi selama 1 x 16 jam dan telah
disetarakan kekeruhan suspensinya dengan larutan
standar McFarland 0,5. Larutan standar McFarland 0,5
setara dengan jumlah koloni bakteri 1,5 x 108 CFU/ml
(Hudzicki, 2010). Medium yang digunakan adalah
Mueller Hinton Agar dengan volume 15 ml untuk setiap
cawan petri berdiameter 9 cm. Cakram kertas yang
digunakan adalah cakram kertas kosong berukuran 6 mm
dan steril. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah
200 mg/ml, 300 mg/ml, 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600
mg/ml, 700 mg/ml, dan 800 mg/ml. Kontrol positif yang
digunakan adalah larutan antibiotik Ofloxacin 5 μg/ml,
sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah
aquades steril. Volume ekstrak, kontrol positif, dan
kontrol negatif yang diteteskan pada cakram kertas
adalah 15 μl.
Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
Medium yang telah diinokulasi dengan bakteri uji dan
diberi perlakuan ekstrak etanol kulit batang maupun buah
Kersen, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 oC selama 1
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
x 16 jam. Daya antibakteri ditentukan berdasarkan
diameter zona hambat yang terbentuk di sekeliling
cakram. Diameter zona hambat adalah diameter daerah
bening yang terbentuk di sekeliling cakram, termasuk
daerah di bawah cakram. Satuan yang digunakan untuk
mengukur diameter zona hambat adalah milimeter (mm).
Kriteria zona hambat pertumbuhan bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus berdasarkan kontrol
positif yang digunakan (Ortho-McNeil-Jansen 4
Pharmaceuticals, 2008) adalah: ≥ 16 mm (susceptible),
13 – 15 mm (intermediet), dan ≤ 12 mm (resistant).
Konsentrasi yang paling efektif ditentukan berdasarkan
konsentrasi ekstrak terendah yang dapat menghasilkan
diameter zona hambat terbesar. Data hasil pengujian daya
antibakteri ini dianalisis secara parametrik menggunakan
uji ANAVA ganda dan dilanjutkan dengan uji Duncan
5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian pertama yang dilakukan adalah
pengujian keberadaan senyawa bioaktif (flavonoid,
saponin, tanin, dan polifenol) dalam ekstrak etanol kulit
batang dan buah Kersen (Muntingia calabura). Gambar 1
menunjukkan hasil pengujian keberadaan senyawa
bioaktif ini. Pengujian kedua adalah pengujian daya
antibakteri ekstrak kulit batang dan buah Kersen terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in
vitro. Gambar 2 menunjukkan hasil pengujian daya
antibakteri ekstrak kulit batang dan buah Kersen terhadap
Escherichia colisecara in vitro. Gambar 3 menunjukkan
hasil pengujian daya antibakteri ekstrak kulit batang dan
buah Kersen terhadapStaphylococcus aureus secara in
vitro.
Kanudngan Senyawa (g/kg)
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
99.81
69.78
55.74
32.82
8.23
Flavonoid
17.8314.64
5.07
Saponin
Tanin
Polifenol
Jenis Senyawa
Kulit Batang
Gambar 1. Kandungan Senyawa Flavonoid, Saponin,
Tanin, dan Polifenol dalam Ekstrak Etanol
Kulit Batang dan Buah Kersen secara
Kuantitatif
163
Rerata Diameter Zona Hambat
Pertumbuhan Bakteri Escherichia
coli (mm)
Kajian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol...
Tabel 1. Hasil Uji Duncan 5% pada Perlakuan Ekstrak
Etanol Kulit Batang dan Buah Kersen terhadap
Escherichia coli
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0
200
300
400
500
600
700
800
Konsentrasi Ekstrak (mg/ml)
Ekstrak Etanol Kulit Batang Kersen
Ekstrak Etanol Buah Kersen
Rerata Diameter Zona Hambat
Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus (mm)
Gambar 2. Rerata Diameter Zona Hambat Pertumbuhan
Escherichia coli yang Diperlakukan dengan
Ekstrak Etanol Kulit Batang dan Buah
Kersen dalam Beberapa Macam Konsentrasi
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Ekstrak
Konsentrasi
Ekstrak
(mg/ml)
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
200
300
500
400
800
600
700
200
300
400
500
600
700
800
Rerata
Diameter
Zona Hambat
(mm)
6,933
8,167
9,200
9,250
9,583
9,667
9,667
11,517
11,667
13,417
16,033
16,333
16,333
16,333
Notasi
DMRT
a
b
bc
bcd
cd
d
d
e
e
f
g
g
g
g
Tabel 2. Hasil Uji Duncan 5% untuk Perlakuan dengan
Ekstrak Etanol Kulit Batang dan Buah Kersen
terhadap Staphylococcus aureus
Ekstrak
0
200
300
400
500
600
700
800
Konsentrasi Ekstrak (mg/ml)
Ekstrak Etanol Kulit Batang Kersen
Ekstrak Etanol Buah Kersen
Gambar 3. Rerata Diameter Zona Hambat Pertumbuhan
Staphylococcus aureus yang Diperlakukan
dengan Ekstrak Etanol Kulit Batang dan
Buah Kersen dalam Beberapa Macam
Konsentrasi
Data hasil pengujian daya antibakteri ekstrak
etanol kulit batang dan buah Kersen terhadap Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro,
selanjutnya dianalisis secara parametrik menggunakan uji
ANAVA ganda. Hasil uji ANAVA ganda menunjukkan
perbedaan yang signifikan, oleh karena itu analisis
dilanjutkan dengan uji Duncan 5%. Tabel 1 menunjukkan
hasil uji Duncan 5% pada perlakuan ekstrak etanol kulit
batang dan buah Kersen terhadap Escherichia coli. Tabel
2 menunjukkan hasil uji Duncan 5% pada perlakuan
ekstrak etanol kulit batang dan buah Kersen
terhadapStaphylococcus aureus.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
kulit batang
Konsentra
si Ekstrak
(mg/ml)
200
300
500
400
800
700
600
200
300
400
500
800
600
700
Rerata
Diameter Zona
Hambat (mm)
7,200
8,167
8,350
8,667
9,167
9,500
9,950
11,017
11,883
12,000
15,583
15,833
16,267
17,583
Notasi DMRT
a
ab
ab
bc
bc
bc
cd
de
e
e
f
f
f
g
Ekstrak etanol kulit batang dan buah Kersen
(Muntingia calabura) diketahui mengandung senyawa
flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol. Kadar keempat
senyawa tersebut dalam ekstrak etanol kulit batang
Kersen lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kadar
yang ditemukan dalam ekstrak etanol buah Kersen. Hal
ini dapat menjadi landasan dalam menentukan bagian
tanaman Kersen yang akan digunakan sebagai bahan
obat, ditinjau dari kuantitas senyawa bioaktif yang
dikandungnya. Nilai taraf signifikansi macam ekstrak,
macam konsentrasi, dan keduanya berdasarkan uji
ANAVA adalah kurang dari α=0,05; hal ini membuktikan
bahwa ada pengaruh ekstrak etanol kulit batang dan buah
Kersen dengan beberapa macam konsentrasi terhadap
164
Kajian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol...
daya antibakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus secara in vitro. Ukuran diameter zona hambat
pertumbuhan Escherichia coli yang dihasilkan melalui
perlakuan dengan ekstrak etanol kulit batang Kersen pada
konsentrasi 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml, dan 800
mg/ml tidak berbeda nyata. Keempat macam konsentrasi
ekstrak ini memperoleh notasi yang sama, yaitu notasi
“g” (notasi tertinggi pada perlakuan ini) yang
menunjukkan daya antibakteri tertinggi. Konsentrasi
ekstrak etanol kulit batang Kersen 500 mg/ml adalah
konsentrasi terendah yang dapat menghasilkan daya
antibakteri tertinggi, sehingga konsentrasi ini disebut
sebagai konsentrasi yang paling efektif. Ukuran diameter
zona hambat pertumbuhan Escherichia coli yang
dihasilkan melalui perlakuan dengan ekstrak etanol kulit
batang Kersen pada konsentrasi 500 mg/ml adalah 16,03
mm. Ukuran diameter ini telah memenuhi kriteria
susceptible untuk Escherichia coli.
Ukuran diameter zona hambat pertumbuhan
Escherichia coli yang dihasilkan melalui perlakuan
dengan ekstrak etanol buah Kersen pada konsentrasi 400
mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml, dan 800 mg/ml tidak
berbeda nyata. Keempat macam konsentrasi ekstrak ini
memperoleh notasi yang sama, yaitu notasi “d” (notasi
tertinggi pada perlakuan ini) yang menunjukkan daya
antibakteri yang tertinggi. Konsentrasi ekstrak etanol
buah Kersen 400 mg/ml adalah konsentrasi terendah yang
dapat menghasilkan daya antibakteri tertinggi, sehingga
disebut sebagai konsentrasi yang paling efektif. Ukuran
diameter zona hambat pertumbuhan Escherichia coli
yang dihasilkan melalui perlakuan dengan ekstrak etanol
buah Kersen pada konsentrasi 600 mg/ml adalah 9,67
mm. Ukuran diameter ini merupakan ukuran diameter
terbesar yang dihasilkan, namun belum memenuhi
kriteria susceptible untuk Escherichia coli. Ukuran
diameter zona hambat ini termasuk dalam kriteria
resistant, yang berarti bahwa bakteri uji resisten terhadap
senyawa antibakteri yang digunakan (CLSI, 2007).
Ukuran diameter zona hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus yang dihasilkan melalui perlakuan
dengan ekstrak etanol kulit batang Kersen pada
konsentrasi 700 mg/ml memperoleh notasi “g” (notasi
tertinggi pada perlakuan ini) yang menunjukkan daya
antibakteri tertinggi. Konsentrasi ekstrak etanol kulit
batang Kersen 700 mg/ml adalah konsentrasi terendah
yang dapat menghasilkan daya antibakteri tertinggi,
sehingga konsentrasi ini disebut sebagai konsentrasi yang
paling efektif. Ukuran diameter zona hambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dihasilkan
melalui perlakuan dengan ekstrak etanol kulit batang
Kersen pada konsentrasi 700 mg/ml adalah 17,58 mm.
Ukuran diameter ini telah memenuhi kriteria susceptible
untuk Staphylococcus aureus. Ukuran diameter zona
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yang
dihasilkan melalui perlakuan dengan ekstrak etanol buah
Kersen pada konsentrasi 600 mg/ml memperoleh notasi
“d” (notasi tertinggi pada perlakuan ini) yang
menunjukkan daya antibakteri tertinggi. Konsentrasi
ekstrak etanol kulit batang Kersen 600 mg/ml adalah
konsentrasi terendah yang dapat menghasilkan daya
antibakteri tertinggi, sehingga konsentrasi ini disebut
sebagai konsentrasi yang paling efektif. Ukuran diameter
zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yang
dihasilkan melalui perlakuan dengan ekstrak etanol kulit
batang Kersen pada konsentrasi 600 mg/ml adalah 9,95
mm. Ukuran diameter ini belum memenuhi kriteria
susceptible untuk Staphylococcus aureus. Ukuran
diameter zona hambat ini termasuk dalam kriteria
resistant, yang berarti bahwa bakteri uji resisten terhadap
senyawa antibakteri yang digunakan (CLSI, 2007).
Ekstrak etanol buah Kersen tidak cukup efektif
dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli
maupun Staphylococcus aureus bila dibandingkan
dengan ekstrak etanol kulit batang Kersen. Hal ini dapat
terjadi karena kandungan senyawa bioaktif di dalam
ekstrak etanol buah Kersen lebih rendah konsentrasinya
apabila dibandingkan dengan kandungan senyawa
bioaktif di dalam ekstrak etanol kulit batang Kersen.
Senyawa bioaktif berperan sebagai senyawa antibakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Konsentrasi suatu senyawa antibakteri berpengaruh
terhadap daya antibakteri yang dihasilkannya (Willey,
dkk, 2008). Pada umumnya, semakin tinggi konsentrasi
senyawa antibakteri, akan semakin tinggi pula daya
antibakterinya. Ada empat macam senyawa bioaktif yang
terdeteksi di dalam kedua ekstrak Kersen tersebut, yaitu
flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol. Senyawasenyawa bioaktif ini bersinergi untuk menghambat
pertumbuhan bakteri uji.
SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) ekstrak
etanol kulit batang dan buah Kersen mengandung
senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol dalam
kadar yang berbeda; (2) ekstrak etanol kulit batang dan
buah Kersen dengan beberapa macam konsentrasi
berpengaruh terhadap daya antibakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus secara in vitro; (3)
konsentrasi ekstrak etanol kulit batang Kersen yang
paling efektif untuk menghambat pertumbuhan
Escherichia coli dan Staphylococcus aureusberturut-turut
adalah 500 mg/ml dan 700 mg/ml, sedangkan untuk
ekstrak etanol buah Kersen adalah 400 mg/ml dan 600
mg/ml.
165
Kajian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol...
DAFTAR PUSTAKA
Chen, J.; R. Lin; C. Duh; H. Huang; dan I. Chen. 2004.
Flavones and Cytotoxic Constituents from the
Stem Bark of Muntingia calabura. Journal of the
Chinese Chemical Society, Vol. 51: 665-670.
Chuah, E. L.; Z. A. Zakaria; Z. Suhaili; S. A. Bakar; dan
M. N. M. Desa. 2014. Antimicrobial Activities of
Plant Extracts against Methicillin-Susceptible and
Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.
Journal of Microbiology Research, 4 (1): 6-13.
CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute). 2007.
Performance Standards for Antimicrobial
Susceptibility
Testing,
17th
Informational
Supplement. (Online), (http://www.microbiolabbg.com/CLSI.pdf), diunduh tanggal 21 Februari
2015.
Gomathi, R.; N. Anusuya; dan S. Manian. 2013. A
Dietary Antioxidant Supplementation of Jamaican
Cherries (Muntingia calabura L.) Attenuates
Inflammatory Related Disorders. Food Science
Biotechnology,
Vol.
22(3).
(Online),
(http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs1006
8-013-0146-1#page-1), diunduh tanggal 13
Desember 2014.
Hudzicki, J. 2010. Kirby-Bauer Disk Diffusion
Susceptibility
Test
Protocol,
(Online),
(http://www.microbelibrary.org/library/laboratorytest/3189-kirby-bauer-disk-diffusionsusceptibility-test-protocol), diunduh tanggal 26
Desember 2014.
Isnarianti, R.; I. A. Wahyudi; dan R. M. Puspita. 2013.
Muntingia calabura L. Leaves Extract Inhibits
Glucosyltransferase Activity of Streptococcus
mutans. Journal of Dentistry Indonesia, Vol.
20(3): 59-63.
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9
Kinge, C. N. W.; C. N. Ateba; dan D. T Kawadza. 2010.
Antibiotic Resistance Profiles of Escherichia coli
Isolated from Different Water Sources in The
Mmabatho Locality,North-West Province, South
Africa. South African Journal of Science, 106
(1/2).
(Online),
(http://www.sajs.co.za/sites/default/files/publicatio
ns/pdf/14-728-1-PB.pdf), diunduh tanggal 26
Desember 2014.
Ortho-McNeil-Jansen Pharmaceuticals. 2008. Floxin
Tablets
(Ofloxacin
Tablets),
(Online),
(http://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/l
abel/2008/019735s059lbl.pdf), diunduh tanggal 27
Desember 2014.
Patel, H.; Y. Vaghasiya; B. R. M. Vyas; dan S. Chanda.
2012. Antibiotic-resistant Staphylococcus aureus:
A Challenge to Researchers and Clinicians.
Bacteriology
Journal,
2
(2),
(Online),
(http://scialert.net/qredirect.php?doi=bj.2012.23.4
5&linkid=pdf), diunduh tanggal 26 Februari 2015.
Surjowardojo, P.; Sarwiyono; I. Thohari; dan A.
Ridhowi. 2014. Quantitative and Qualitative
Phytochemicals Analysis of Muntingia calabura.
Journal of Biology, Agriculture and Healthcare,
Vol. 4 (16): 84-88.
Willey, J. M.; L. M. Sherwood; dan C. J. Woolverton.
2008. Prescott, Harley, and Klein’s Microbiology,
Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
Zakaria, Z. A.; C. A. Fatimah; A. M. M. Jais; H. Zaiton;
E. F. P. Henie; M. R. Sulaiman; M. N. Somchit;
M. Thenamutha; dan D. Kasthuri. 2006. The in
vitro Antibacterial Activity of Muntingia calabura
Extracts. International Journal of Pharmacology,
Vol. 2 (4): 439-442.
166
Download