Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 5, Oktober 2015 ISSN 2087-3557 PENERAPAN METODE NHT PADA PEMBELAJARAN MATERI MAKNA DAN LANGKAH RETORIKA DALAM ESSAY PENDEK Titi Budi Lestari SMP Negeri 3 Comal Kab. Pemalang, Jawa Tengah Abstrak Latar belakang peneliti mengambil judul ini disebabkan beberapa kendala yang dialami peserta didik selama pra siklus, diantaranya yaitu: (1) peserta didik seringkali mengeluh dan mengatakan sulit bila guru memberi tugas pada peserta didik untuk mengungkapkan makna dalam essay; (2) peserta didik terlihat tidak percaya diri bila diberi soal tentang makna essay pendek; dan (3) peserta didik merasa takut tidak dapat menyelesaikan tugas menulis, karena tidak tahu apa yang harus ditulis, bagaimana cara memulai dan mengakhirinya. Target penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam essay pendek sederhana melalui penerapan model pembelajaran NHT. Subjek penelitian peserta didik kelas IX D SMP Negeri 3 Comal berjumlah 40 orang terdiri dari 18 putra dan 22 putri. Data dikumpulkan dengan teknik tes formatif, pengamatan, dan catatan interaksi guru dan peserta didik. Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran Bahasa Inggris materi makna dan langkah retorika dalam esay pendek sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menunjukkan sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu memahami makna dan langkah retorika dalam esay pendek sederhana. ©2015 Didaktikum Kata Kunci: Langkah Retorika; Esay Pendek; NHT PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional merupakan bahasa yang penting untuk dikuasai baik secara tulis ataupun lisan. Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau mengasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. 60 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5. (2015) Hasil pra siklus juga menunjukkan hasil belajar yang kurang menggembirakan. Hal ini disebabkan karena: (1) peserta didik seringkali mengeluh dan mengatakan sulit bila guru memberi tugas pada peserta didik untuk mengungkapkan makna dalam essay; (2) peserta didik terlihat tidak percaya diri bila diberi soal tentang makna essay pendek; dan (3) peserta didik merasa takut tidak dapat menyelesaikan tugas menulis, karena tidak tahu apa yang harus ditulis, bagaimana cara memulai dan mengakhirinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran NHT memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) terjadinya interaksi antar peserta didik melalui diskusi/peserta didik secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; (2) peserta didik memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif; (3) melalui bekerja secara kooperatif, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar; dan (4) dapat memberikan kesempatan kepada pesertra didik untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan sebagai akibat dari hasil pengalaman. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar meme-gang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sedang Oemar Hamalik (1986: 40) mengatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses seseorang yang dilakukan secara sadar, dirancang untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku seseorang sehingga dapat mengembangkan dirinya kearah kemajuan yang lebih baik dari pengalaman dan interaksi yang telah dialaminya. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003: 9). Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning, pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran memiliki hakikat perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses dan cara menjadikan peserta didik untuk belajar. Pembelajaran di sekolah merupakan upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan menyiapkan menjadi warga negara yang baik. Pembelajaran yang baik harus didukung interaksi yang baik antara komponenkomponen pembelajaran untuk mencapai tujuasn pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2008:162) kemampuan belajar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: (1) kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik; dan (2) kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Ibrahim (2000: 29) mengemukakan 3 (tiga) tujuan yang hen-dak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu: (1) hasil belajar akademik struktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik; (2) pengakuan adanya keragaman, PENERAPAN METODE NHT PADA PEMBELAJARAN MATERI MAKNA DAN LANGKAH RETORIKA DALAM ESSAY PENDEK Titi Budi Lestari 61 bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang; dan (3) pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengem-bangkan keterampilan sosial peserta didik (seperti: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide/pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya). Langkah-langkah penerapan NHT dalam pembelajaran menurut Ibrahim dalam Herdian (2009) ada 6 (enam) langkah, yaitu: (1) Persiapan. Guru mempersiapkan RPP dan LKPD yang sesuai dengan model NHT. (2) Pembentukan kelompok. Guru membagi para peserta didik menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3–5 orang peserta didik. Guru memberi nomor kepada setiap peserta didik dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu, digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. (3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan LKPD atau masalah yang diberikan oleh guru. (4) Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok setiap peserta didik berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKPD. (5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Guru menyebut 1 (satu) nomor dan para peserta didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada peserta didik di kelas. (6) Memberi kesimpulan. Guru bersama peserta didik menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Model pembelajaran NHT memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) terjadinya interaksi antar peserta didik melalui diskusi/peserta didik secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; (2) peserta didik pandai maupun peserta didik lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif; (3) konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk peserta didik dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan; dan (4) memberikan kesempatan kepada pesertra didik untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (diadaptasi dari Suharsimi Arikunto, 2006). Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru mitra/pengamat untuk mendukung kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif. Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran Bahasa Inggris materi makna dan langkah retorika dalam esay pendek sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menunjukkan sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mema-hami makna dan langkah retorika dalam esay pendek sederhana. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Pengamatan, yaitu tindakan mencatat segala sesuatu baik yang dilakukan guru maupun peserta didik terutama yang berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh guru dan guru mitra. (2) Tes formatif, untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Tes formatif dilaksanakan pada setiap akhir siklus. (3) Catatan interaksi guru dan peserta didik, yaitu kegiatan untuk mencatat segala kegiatan guru dan peserta didik mulai dari awal sampai akhir pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan tahapan-tahapan kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP. 62 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5. (2015) Hasil masukan pra siklus dianalisis dan solusinya diterapkan pada siklus 1. Pada siklus 1, perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru mitra mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik. Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik materi sistem pencernaan makanan melalui model pembelajaran NHT. Semua data yang diperoleh pada siklus 1, dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan yang direkomendasikan pada tahap refleksi. Pada siklus 2, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang direkomendasikan dan dilaksanakan secara cermat. Guru mitra melakukan pengawasan secara detail terutama untuk mengetahui apakah perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan dilaksanakan. Akhir siklus 2 diberi tes formatif, dan semua data yang diperoleh dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 3.Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil tes formatif pada kegiatan pra siklus menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari peserta didik yang nilainya mencapai KKM. Peserta didik yang mencapai KKM hanya 18 peserta didik atau sebesar 45%. Pencapaian ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah sistem pembelajaran yang kurang menarik dan variatif sehingga kurang menumbuhkan minat belajar peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya. Beberapa hal lain yang nampak adalah kurangnya interaksi antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya, kurangnya keberanian peserta didik dalam berdiskusi, berpendapat serta bertanya pada guru, proses pembeljaarn yang berjalan juga masih berpusat pada guru. Pada siklus 1, penyampaian materi menggunakan metode ekspositori dengan menuliskan beberapa hal yang penting di papan tulis. Pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran model Numbered Heads Together (NHT). Hasil tes formatif siklus 1 menunjukkan peningkatan dari hasil pra siklus. Namun hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM pada tes formatif. Adapun hasil tes formatif pada siklus 1 adalah sebanyak 29 peserta didik (72,50%) mencapai KKM. Beberapa hal yang menghambat tercapai indikator pada siklus 1 adalah sebagai berikut: (1) masih banyak peserta didik yang bingung dengan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT); (2) minimnya minat beberapa peserta didik dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris; (3) masih adanya peserta didik yang merasa malu untuk berdiskusi dengan lawan jenis; (4) peserta didik masih ragu dalam menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok; dan (5) peserta didik merasa malu serta kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Silkus 2 dilaksanakan dengan berpedoman pada hasil refleksi pada siklus 1. Pembelajaran diawali dengan guru mengadakan presensi peserta didik, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan kondisi fisik dan psikis, serta memberi motivasi agar peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hasil penelitian siklus 2 berdasarkan hasil tes formatif menunjukkan bahwa peserta didik yang melampaui KKM adalah sebanyak 34 peserta didik atau sebesar 85%. PENERAPAN METODE NHT PADA PEMBELAJARAN MATERI MAKNA DAN LANGKAH RETORIKA DALAM ESSAY PENDEK Titi Budi Lestari 63 Pembahasan Hasil belajar peserta didik terus mengalami peningkatan mulai dari pra siklus (45%), siklus 1 (72,5%), dan siklus 2 (85%). Hal tersebut dapat terajadi karene pembelajaran pada pra siklus menggunakan metode konvensional atau metode ceramah. Pembelajaran dengan ceramah kurang menarik minat belajar peserta didik sehingga tidak menunjang hasil pengetahuan yang maksimal. Selain itu, peserta didik pada kegiatan pembelajaran pra siklus tampak kurang berinteraksi dengan teman maupun guru, peserta didik cenderung kurang aktif berdiskusi, tidak berani bertanya ataupun mengeluarkan pendapatnya. Pembelajaran yang baik adalah yang melibatkan guru dan peserta didik secara aktif. Guru seta peserta didik saling mempengaruhi serta memberi masukan sehingga menghasilkan suatu kualitas pembelajaran yang maksimal. Pembelajaran pada siklus 1 mengikuti langkah-langkah model NHT, namun demikian hasil yang diperoleh belum mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Peserta didik belum menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu (1) berada dalam tugas, yaitu tetap berada dalam kerja kelompok dan menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya; (2) mengambil giliran dan mengambil tugas, yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas; (3) mendorong partisipasi, yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok; (4) mendengarkan dengan aktif, yaitu mendengar dengan menyerap informasi yang disampaikan oleh teman dan menghargai pendapat teman; dan (5) bertanya, yaitu terampil menanyakan informasi/penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok. Beberapa hal yang dirasa masih kurang dan perlu perbaikan pada siklus 1 antara lain adalah (1) menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) agar peserta didik lebih memanfaatkan waktu secara efektif; (2) untuk lebih menarik minat dan perhatian peserta didik dalam pembelajaran melalui apersepsi yang lebih bervariasi; dan (3) memberikan penghargaan pada peserta didik yang aktif agar peserta didik merasa yakin dan penuh percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Hasil rekomendasi pada siklus 1 diperbaiki dan diterapkan pada siklus 2. Hasil tes formatif siklus 2 menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik mencapai 85% dan telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu memahami makna dan langkah retorika dalam esay pendek sederhana. Adapun gambaran peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 100,00% 72,5% 80,00% 60,00% 85,00% 45,00% 40,00% 20,00% 0,00% Pra Siklus 64 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 5. (2015) Siklus 1 Siklus 2 Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Penerapan Metode NHT pada Pembelajaran Materi Makna dan Langkah Retorika dalam Essay Pendek”, peneliti menyimpulkan: (1) Penerapan Metode NHT dapat meningkatkan kemampuan peserta didik pada pembelajaran materi makna dan langkah retorika dalam essay pendek pada kelas IX D SMP Negeri 3 Comal. (2) Penerapan Metode NHT dapat meningkatkan sikap dan minat belajar peserta didik pada pembelajaran materi makna dan langkah retorika dalam essay pendek pada kelas IX D SMP Negeri 3 Comal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni ________. 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Ed.1, Cet.8. Jakarta: Bumi Aksara Herdian, 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together). Diakses tanggal 3 Maret 2013 dari http://herdy07.wordpress.com. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Titi Budi Lestari. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Materi Makna dan Langkah Retorika dalam Essay Pendek Melalui Metode Numbered Head Together (NHT) Kelas IX D SMP Negeri 3 Comal. Laporan PTK SMP Negeri 3 Comal: Pemalang (Tidak Dipublikasikan). PENERAPAN METODE NHT PADA PEMBELAJARAN MATERI MAKNA DAN LANGKAH RETORIKA DALAM ESSAY PENDEK Titi Budi Lestari 65