Efektifitas hukum, Perizinan, Pelayanan publik

advertisement
EFEKTIFITAS BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM PEMBUATAN
PERIZINAN DI KOTA SAMARINDA
Emmy Mariani
[email protected]
Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Abstrak
Emmy Mariani, Nim 0710015051, Efektifitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam
Pembuatan Perizinan Di Kota Samarinda. Dosen Pembimbing I Bapak Suradiyanto, S.E., S.H., M.Hum
dan Pembimbing II Bapak Insan Tajali Nur, SH. MH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah efektifitas Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dalam memberikan pelayanannya kepada Pemohon izin usaha.
Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan Yuridis empiris yaitu dengan melakukan
penelitian dilapangan untuk mengetahui seberapa efektif Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPPTSP) Kota Samarinda dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pengurus
izin usaha. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi lapangan dan penelitian
kepustakaan yaitu melakukan wawancara dan mendokumentasikan data-data dari Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda serta mengkaji segala bentuk peraturan dan bukubuku yang relevan dengan objek penelitian. Analisis data yang digunakan penulis adalah Deskriptif
kualitatif artinya menganalisis dan memberikan gambaran sesuai dengan data hasil kajian pustaka
serta data-data dari lapangan baik itu dari hasil observasi, wawancara, dan kuisioner, kemudian
digabungkan dengan masalah yang diteliti menurut kualitas dan kebenaran sehingga dapat
menjawab permasalahan yang terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa efektifitas Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
di Kota Samarinda belum sepenuhnya berjalan efektif, karena terhambat oleh berbagai faktor
seperti kurangnya sarana dan prasarana serta kurangnya kualitas/kinerja pegawai yang bertugas.
Kata kunci : Efektifitas hukum, Perizinan, Pelayanan publik
EFFECTIVENESS OF THE BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU IN THE MAKING OF
LICENSING IN SAMARINDA
Emmy Mariani
[email protected]
Faculty of Law, University of Mulawarman
Abstract
This study aims to determine how the effectiveness of the Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPPTSP) Samarinda in providing services to the business license applicant.
The type of research used by the authorin this research is a qualitative descriptive research using
empirical juridical approach is to conduct field studies to determine how effective the Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Samarinda in providing excellent service to the business
license administrator. The method of data collection is done by field studies and literature research
and document the interview data from the Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Samarinda and review all forms of regulation and books relevant to the research object. Analysis of
the data used by the authoris descriptive qualitative and provides a means to analyze the data
according to the results of literature review and data from both the field of observations, interviews,
and questionnaires, then combined with the problems examined by the quality and truth so as to
answer the problems that occurred.
Based on the results of this research is that the effectiveness of the Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu in Samarinda not fully effective, because it is hampered by a variety of factors
such as lack of infrastructure and lack of quality/performance of the employee in charge.
Keywords : Effectiveness of law, Licensing, Public service
Pendahuluan
Latar Belakang, Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia,
antara lain adalah “untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Amanat tersebut mengandung makna bahwa negara berkewajiban memenuhi
kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung
terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan
administratif.
Untuk mengakomodir dari tugas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, maka saat sekarang terhitung sejak tahun 2009 telah disahkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038). Sudah selayaknya pemerintah melakukan kewajibannya yaitu memberikan pelayanan
terbaik bagi masyarakat yang disebut dengan Pelayanan Prima atau pelayanan publik.
Berdasarkan pada terbentuknya Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 12 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dan Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda (Lembaran Daerah Kota Samarinda Tahun 2008
Nomor 12). Atas Perda tersebut, maka dibentuklah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu yang selanjutnya disebut BPPTSP. Agar tercapainya Pelayanan yang terpadu pemerintah
kota dalam penyelenggaraannya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja Unit
Pelayanan Perizinan Terpadu di daerah.
Pengaturan Tugas pokok Lembaga Teknis Daerah berbentuk BPPTSP sebagaimana diatur
dalam pasal 52 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda adalah menyelenggarakan Pelayanan Administrasi
dibidang perizinan secara terpadu, namun Kota Samarinda mulai menjalankan program
Pelayanan Terpadu Satu Pintu berawal sejak tahun 2009 hingga sekarang.
Sejauh ini dari sisi pemenuhan secara kualitas pelayanan yang diberikan memang
mengalami peningkatan, tetapi prosedural dalam pengurusan izin usaha dengan tidak
terlibatnya secara langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kota Samarinda, membuat
masyarakat dalam mengurus izin usaha masih harus pergi ke Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena tidak adanya alternatif tempat lain untuk
mengurus izin usaha selain di BPPTSP kota Samarinda yang menyediakan sarana untuk
melegalkan suatu izin usaha yang sedang dan akan dilaksanakan. Tata cara pengurusannya
masih berbelit membuat masyarakat tidak ada pilihan selain menempuh jalur yang ditentukan
oleh BPPTSP kota Samarinda tanpa mengetahui bagaimana alur/prosedural pelayanan yang
semestinya diberikan. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dimaksud pada BPPTSP kota
Samarinda adalah Tim teknis yang seharusnya tersedia langsung pada saat Pemohon izin
mengurus izin usahanya seperti perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan, dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dalam pengurusan izin usaha.
Tidak adanya perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait,
membuat jalannya proses pembuatan perizinan menjadi tidak berjalan efektif. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul: “Efektifitas Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Pembuatan Perizinan Usaha di Kota Samarinda”
Permasalahan, Berdasarkan latar belakang yang penulis sampaikan di atas, maka permasalahan
yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu, bagaimana efektifitas Pelayanan Perizinan yang
dilakukan oleh BPPTSP kota Samarinda? serta apakah faktor-faktor yang menghambat dalam
pembuatan perizinan usaha sehingga mempengaruhi pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu di Kota Samarinda?
Tujuan, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda terhadap izin-izin usaha dan untuk mengetahui dan
menganalisa efektifitas pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu yang ada di kota
Samarinda.
Metode Penelitian, Penelitian memerlukan suatu cara atau metode penelitian karena metode
peneltian merupakan sarana untuk mendapatkan permasalahan lalu melakukan pengolahan
data. Sehingga dalam menjalankan metode penelitian di mulai dari :
Pendekatan Penelitian, Metode yang penulis gunakan adalah Yuridis empiris yaitu dengan
melakukan penelitian dilapangan untuk mengetahui seberapa efektif Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat
pengurus izin usaha. Sehingga Penulis dengan penelitian yuridis empiris ini bermaksud agar
ditemukannya solusi dari masalah yang langsung berada di lapangan dengan menggunakan
teori-teori hukum yang ada termasuk Peraturan Perundang-undangan.
Jenis Penelitian, deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat.
Sumber Data, Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua cara
yaitu, data Primer adalah data utama, di mana peneliti akan melakukan observasi di tempat yang
akan dijadikan objek penelitian yaitu BPPTSP Kota Samarinda, wawancara atau interview pada
beberapa pihak yang terkait yang berkompeten dengan permasalahan yang diteliti seperti
wawancara kepada Kepala BPPTSP Kota Samarinda dan beberapa staf yang terdapat pada Badan
terkait, serta pengurus izin usaha di BPPTSP kota Samarinda sebanyak 10 orang. Data sekunder
yang penulis gunakan dalam penelitian ini antara lain Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja Unit Pelayanan Perizinan
Terpadu di daerah, Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota
Samarinda, Peneliti mencari data dari buku-buku literatur dan Website yang relevan dengan
permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan efektifitas BPPTSP
Kota Samarinda dan mengambil istilah-istilah yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan diteliti pada kamus hukum, kamus bahasa.
Teknik Pengumpulan Data, Data Primer : Observasi (pengamatan lapangan)/secara tidak
langsung, Wawancara, Kuisioner atau angket. Data Sekunder : Data-data yang diambil dari kajian
pustaka dan dokumentasi.
Teknik Pengolahan Data : Pemeriksaan data (editing) yaitu mengoreksi apakah data yang
terkumpul sudah lengkap, sudah benar, serta sudah relevan dengan permasalahan yang diteliti.
Rekonstruksi data (reconstructing) yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, dan
sistematis sehingga mudah dipahami. Sistematisasi data (systematizing) yaitu menempatkan
data menurut kerangka sistematis pembahasan berdasarkan urutan masalah dalam skripsi.
Teknik Analisis Data, Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah
Deskriptif kualitatif artinya menganalisis dan memberikan gambaran sesuai dengan data hasil
kajian pustaka serta data-data dari lapangan baik itu dari hasil observasi, wawancara, dan
kuisioner.
Pembahasan
A. Pelayanan Perizinan yang Dilakukan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kota Samarinda Masih Belum Efektif, Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda memiliki tiga Bidang yaitu Bidang Pendataan dan
penetapan, Bidang Pelayanan Perizinan, serta Bidang Pengendalian dan Pengawasan. Setiap
Bidang ini mempunyai tugasnya masing-masing dan bekerja secara efektif dibawah pimpinan
Kepala Bidang yang diberi tanggung jawab serta kewenangan yang diarahkan oleh Kepala
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda guna tercapainya komitmen
visi dan misi dari badan itu sendiri.
Menurut Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda :
”tugas dari struktur internal pada Badan ini sudah sesuai dengan tupoksinya dan
kemampuan dari masing-masing pegawainya”1
Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda penulis melakukan
penelitian pada Bidang Pelayanan Perizinan dimana bidang ini bersentuhan langsung dengan
kebutuhan pemohon izin. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Bidang Pelayanan
Perizinan mengatakan :”Bidang ini merupakan unsur pelaksana teknis manajemen pelayanan
dan perizinan serta melakukan pengkoordinasian dengan SKPD terkait, melakukan
penetapan biaya atas semua jenis izin serta menerbitkan dan menyimpan arsip-arsip
pemohon izin usaha. Loket-loket pelayanan juga kami yang mengawasi dan menempatkan
tim teknis pada kemampuan mereka di masing-masing bidang”2
Efektifitas dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda juga
dipengaruhi oleh faktor pengkoordinasian dengan SKPD atau Instansi yang terkait. Adanya
prosedur pendaftaran hingga penerbitan izin memang diperlukan proses. Apabila proses
panjang dan berbelit-belit hanya menghambat pelayanan yang terpadu. Dimana dengan
adanya Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota
Samarinda (Lembaran Daerah Kota Samarinda Tahun 2008 Nomor 12) disertai dengan
pedoman penyelenggaraanya yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dibentuk agar terciptanya Penyederhanaan
Pelayanan.
Hal ini diharapkan dapat terwujud dengan adanya tim teknis yang mempunyai
kewenangan untuk memberikan saran dan pertimbangan. Tujuannya dalam rangka
memberikan rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan perizinan
serta kemampuan dari masing-masing SKPD atau instansi yang mereka wakili bekerja dan
tergabung dalam satu tempat yaitu Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Samarinda. Maksudnya agar proses perizinan tidak berjalan terlalu lama dan tidak memberi
peluang agar tidak terjadinya pungutan liar dan gratifikasi. Kenyataannya yang ada di
lapangan tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini
terbukti dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Bapak Israruddin,
beliau mengatakan bahwa : ”Tim teknis dari SKPD atau Instansi terkait tidak sepenuhnya
terdapat di Kantor ini karena tempat yang terbatas dan karena hal ini juga terkadang
diperlukan waktu untuk mengurus berkas ke SKPD atau instansi terkait. Disamping itu kantor
kami memang masih perlu pembenahan karena baru beberapa bulan pindah”3
1
Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, 12/11/2011
Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, 12/11/ 2011
3
Wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, 12/11/2011
2
Dari penelitian yang penulis lakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu Kota Samarinda masih terdapat beberapa kekurangan dalam penyelenggaraannya.
Apabila permasalahan yang terdapat di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Samarinda dikaitkan dengan teori efektifitas dimana pendapat Soerjono Soekanto ada 4
faktor penting agar suatu kaidah hukum atau peraturan (tertulis) benar-benar berfungsi,
yaitu : “Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri, Penegak hukum atau petugas yang
menegakkan dan menerapkan, Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung
pelaksanaan kaidah hukum, Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan
tersebut”4
Menjelaskan kaidah hukum, aturan perundang-undangan serta pedoman dalam
penyelenggaraan pelayanan publik baik secara umum maupun Terpadu Satu Pintu sudah
tersusun dengan baik, mengenai fungsi sudah menyangkut segala aspek. Apabila suatu
aturan sudah tertata dengan baik, namun penegak hukum atau birokrasi atau penyelenggara
yang menjalankan tidak sesuai dengan aturan yang ada serta tidak memiliki kesadaran dan
tanggungjawab dalam menjalankan tugasnya maka tidak akan ada kemajuan dalam
perbaikan pelayanan publik. Contoh nyata selama penulis melakukan penelitian di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda. Dari hasil wawancara dan observasi
langsung dilapangan mengenai fasilitas atau sarana prasarana masih belum memadai, belum
terdapat ruangan yang cukup untuk penempatan tim teknis dari SKPD terkait sehingga
memperlambat proses pengurusan izin, dimana seharusnya proses pemberkasan dilakukan
dalam satu tempat saja.
Keterlibatan masyarakat pengurus izin juga diperlukan dalam perbaikan pelayanan
di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda maka diperlukan
keterbukaan informasi kepada masyarakat. Baik itu tata cara pengaduan, yang seharusnya
dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh
masyarakat, agar masyarakat terkait dapat turut serta mengontrol perkembangan BPPTSP
Kota Samarinda, jika dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik pada pasal 21 huruf i dan j yaitu pengawasan internal serta penanganan pengaduan
dan saran, BPPTSP masih belum menyediakan sarana dan prasarana tersebut sehingga tidak
ada masukkan untuk membuat perubahan atau peningkatan yang lebih baik lagi langsung
dari masyarakat pengurus izin yang pernah mengalami hal-hal yang dianggap merugikan dari
pihak pemberi pelayanan.
B. Faktor-Faktor yang Menghambat dalam Pembuatan Perizinan Usaha Sehingga
Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda
1. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Mendaftarkan Izin Usaha
Keberadaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda saat
sekarang menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dalam menjalankan usaha. Karena
sebagai salah satu syarat untuk legalitas dalam usaha yang dijalani. Namun kesadaran
dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya mendaftarkan izin usaha masih kurang
hal ini disebabkan adanya kecenderungan masyarakat mengalami krisis kepercayaan
dimana seharusnya ada jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan.
Sehingga salah satu cara menilai baik buruknya tingkat pelayanan aparatur pemerintah
kepada masyarakat ditentukan oleh jumlah keluhan yang disampaikan oleh masyarakat
terhadap aparatur pemerintah. Semakin banyaknya keluhan yang disampaikan oleh
masyarakat kepada aparatur pemerintah baik, keluhan tersebut disebabkan oleh adanya
pungutan-pungutan liar, penyalahgunaan wewenang dan prosedur yang memerlukan
4
Lihat buku Soerjono Soekanto, penegakan hukum (1983) hal. 30-32
waktu lama menunjukan bahwa tingkat pelayanan masyarakat oleh aparatur
pemerintah masih belum seperti yang diinginkan.
Apabila Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dapat melakukan
kewajibannya sesuai dengan peraturan yang ada dan memliliki kualitas standar
pelayanan yang baik, kepedulian masyarakat dalam mendaftarkan usahanya akan lebih
meningkat dari tahun sebelumnya serta menumbuhkan kesadaran hukum pada
masyarakat lainnya.
Secara yuridis telah diatur dalam pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik berbunyi : “penyelenggara wajib memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik” dan mengenai
kepuasan masyarakat sebagaimana disebutkan dalam pasal 20 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu berbunyi : ”PPTSP wajib melakukan penelitian kepuasan masyarakat secara
berkala sesuai peraturan perundang-undangan”.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut setelah Penulis melakukan penelitian
ternyata masih terdapat rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda.
Rendahnya kualitas pelayanan mempengaruhi terhadap tingkat kepuasan masyarakat
dalam memohonkan izin usaha. Ini terbukti dari hasil jawaban responden yang telah
melakukan pengurusan izin. Ternyata salah satu ketidakefektifan mengenai waktu yang
masih lama dalam proses masuk hingga keluarnya izin usaha. Terbukti responden
menjawab cukup lama dalam proses keluarnya suatu izin usaha yang diberikan oleh
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda sebanyak 5 jawaban
dominan dari 10 responden. Serta dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24
Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada
pasal 11 menyebutkan bahwa : “Jangka waktu penyelesaian pelayanan perizinan dan
non perizinan ditetapkan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung mulai sejak
diterimanya berkas permohonan beserta seluruh kelengkapannya”.
Setelah penulis mengkaji permasalahan ini dengan menggunakan teori efektifitas hukum
oleh Soerjono Soekanto, yaitu warga masyarakat yang terkait dalam ruang lingkup
peraturan. Sebagian Masyarakat seperti tidak taat hukum karena masih kurang
menyadari pentingnya mendaftarkan izin usaha mereka namun apabila dilihat dari
penyebab apa yang membuat masyarakat kurang sadar dapat disimpulkan bahwa
kurangnya pemenuhan fasilitas dan kualitas penegak hukum atau pelaksana pelayanan
yang tidak maksimal.
2. Birokrasi dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Masih Belum Optimal
Dilihat dari hasil penelitian di lapangan melalui kuisioner mengenai pengalaman
responden untuk penambahan biaya selama berjalannya proses pengurusan izin usaha.
Responden menjawab pernah mengalami pungutan diluar ketentuan atau tarif yang
sebenarnya sebanyak 6 jawaban dominan dari 10 responden. Hal ini membuktikan
bahwa masih terdapat beberapa oknum birokrasi yang merugikan masyarakat melalui
pungutan-pungutan liar selama proses pengurusan izin berjalan. Sehingga tidak
tersedianya sarana untuk menyampaikan keluhan masyarakat kepada aparatur
penyelenggara membuat tidak adanya perbaikan dalam memberikan Pelayanan.
Padahal hal ini sudah diatur dengan tegas dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu, berbunyi : “PPTSP wajib menyediakan sarana pengaduan dengan
menggunakan media yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya”. Serta diatur pula
PPTSP wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat secara tepat dan cepat.
Terkait mengenai Keterbukaan informasi pada pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu, berbunyi : “PPTSP wajib menyediakan dan menyebarluaskan informasi berkaitan
dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme, penelusuran posisi
dokumen pada setiap proses, biaya dan waktu perizinan dan non perizinan, serta tata
cara pengaduan, yang dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah
diakses dan diketahui oleh masyarakat.” Menjelaskan kepastian dan rincian biaya
pelayanan publik harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket
pelayanan sebagai bentuk transparansi mengenai biaya perizinan. Unit pemberi
pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima
pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola
keuangan atau Bank yang ditunjuk oleh pemerintah atau unit pelayanan, namun setelah
penulis meneliti langsung di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Samarinda penjaga loket pembayaran (kasir) adalah pegawai dari Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda.
Menurut penulis setelah melakukan penelitian mendapatkan cara pandang pemerintah
daerah yang lebih melihat izin usaha sebagai sumber pendapatan. Keberhasilan
pelayanan perizinan dilihat dari jumlah izin yang dikeluarkan dan retribusi yang diterima.
Penerimaan retribusi ditetapkan sebagai target Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa
memikirkan apakah pelayanan yang diberikan sudah sepenuhnya efektif.
Pihak birokrasi pelayanan perizinan harus mampu memenuhi atau bahkan harus
mendapatkan lebih besar dari target yang telah ditetapkan. Target penerimaan menjadi
lebih penting dari kualitas pelayanan yang diberikan. Sementara fungsi utama dari
pemberian izin tersebut bagi pemerintah daerah sangat penting, seperti untuk fungsi
pengendalian, pengawasan, dan pembinaan kepada pengusaha baik besar maupun
pengusaha kecil.
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu seharusnya memiliki Tim teknis dari
masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dengan terbitnya izin. Hal
ini secara yuridis diatur dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan
Terpadu di Daerah, dibutuhkan agar pemohon izin tidak perlu lagi mendatangi SKPD
terkait untuk mendapatkan rekomendasi, demi kelancaran percepatan perizinan.
Apabila berkas belum lengkap maka dapat ditolak, dan diberikan tenggat waktu selama
sehari untuk melengkapinya.
Menurut pernyataan dari Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Samarinda mengenai permasalahan tim teknis: ”Kendala yang terdapat di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Saru Pintu Kota Samarinda menyangkut permasalahan
penempatan tim teknis adalah tidak cukup tempat untuk menanpung keseluruhan
perwakilan tim teknis dari masing-masing SKPD terkait, dan adanya kecemburuan dari
pegawai SKPD tersebut yang tidak pernah ditunjuk oleh atasan mereka untuk ditugaskan
sebagai tim teknis. Lalu alasan dari pegawai tim teknis yang ditugasi menolak untuk
terus menerus berada di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda,
karena tidak setiap hari pemohon izin membutuhkan jasa mereka.”5
5
Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda 21/10/2011
Hambatan yang terjadi dalam penempatan tim teknis ini merupakan faktor dari
kurangnya sarana dan prasarana (Fasilitas) serta kesadaran dan tanggung jawab pegawai
yang dipilih untuk menjalankan tugasnya. Keseluruhan dari permasalahan dalam
pembahasan ini sekali lagi masih terdapat kekurangan mengenai fasilitas yang diberikan
pelaksana pelayanan dan kurangnya tanggung jawab penegak hukum dalam
menjalankan tugas, dimana dalam Teori Efektifitas Hukum yang digunakan penulis dua
unsur ini penting dan harus terpenuhi guna mencapai Keefektifan pelayanan publik yang
diberikan pada masyarakat.
Menurut Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda
keseluruhan Tim teknis yang di tempatkan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu memiliki tugas antara lain sebagai berikut : “Melaksanakan pemeriksaan teknis
dilapangan dan membuat berita acara pemeriksaan serta analisis dan kajian sesuai
bidangnya; dan Memberikan rekomendasi kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu dan Walikota sebagai bahan pertimbangan penerbitan atau penolakan
perizinan.”6
3. Keterbukaan dan Akuntabilitas Pelayanan Pemberi Izin Usaha oleh Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda Masih Belum Optimal
Menurut
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Maksud petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan
bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas transparansi
dan akuntabilitas pelayanan meliputi prosedur, persyaratan teknis dan administratif,
biaya, waktu, dan standar pelayanan.
Tujuan petunjuk teknis ini untuk memberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggara
pelayanan publik dalam melaksanakan pelayanan publik agar berkualitas sesuai dengan
tuntutan dan harapan masyarakat.
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik
pemerintahan
mempunyai
beberapa
arti
antara
lain,
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, yang dapat dipertanyakan, yang dapat dipersalahkan dan yang
mempunyai ketidakbebasan.7 Pengertian lain dari akuntabilitas adalah Penyelenggaraan
pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada
pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.8
Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun standar pelayanan masingmasing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat
sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar tersebut
merupakan ukuran kualitas kinerja yang dibakukan dan wajib ditaati oleh pemberi dan
penerima pelayanan. Standar tersebut hendaknya realistis, jelas dan mudah dimengerti
oleh para pemberi dan penerima pelayanan.
Tuntutan terhadap akuntabilitas dari suatu pelayanan publik saat ini harus lebih
dikedepankan, dengan kenyataan bahwa masyarakat semakin kritis terhadap tarif dan
kualitas pelayanan yang telah diberikan. Dengan adanya akuntabilitas pelayanan, baik
itu dengan diketahuinya program, target, dan anggaran dari pemberian layanan, pihak
6
Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda 21/10/2011
www.wikipedia.org/wiki/Akuntabilitas diakses pada tanggal 05/09/2011
8
www.bpk.go.id/diakses pada tanggal 09/08/2011
7
terkait dapat turut mengontrol proses pelayanan, sehingga pada satu waktu dapat
dipahami mengapa diperlukan peningkatan tarif dan lain sebagainya. Selain dari itu,
dengan dilaksanakannya pelayanan publik oleh lembaga yang akuntabel, masyarakat
akan percaya dan ikut mendorong pelaksanaan pelayanan yang berkelanjutan.
Hak masyarakat dalam mendapatkan Keterbukaan informasi penyelenggaraan
pelayanan diatur dalam pasal 18 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik yaitu berbunyi : ”Masyarakat berhak mengetahui kebenaran isi standar
pelayanan dan masyarakat berhak mengawasi pelaksanaan standar pelayanan”.
Menurut penulis Pertanggung jawaban oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu kepada publik dan pelayanan publik dari aparat birokrasi ditentukan oleh perilaku
kepemimpinan birokrasi, kejelasan tugas dan prosedur kerja, perlengkapan sarana dan
prasarana kerja, serta dilihat dari sudut pandang luar seperti persepsi, sikap, dan
penilaian masyarakat terhadap kinerja aparat birokrasi. Masalah tanggung jawab publik
dan pelayanan aparat birokrasi merupakan masalah semua pihak yang terlibat dalam
urusan pemerintahan.
Permasalahan yang penulis dapatkan mengenai apakah prilaku penyelenggara
pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda sudah
akuntabel, penulis mendapatkan jawaban dari responden melalui kuisioner yang
dibagikan mereka menjawab bahwa sebagian besar dari mereka pernah mengalami
tambahan biaya dalam proses pengurusan izin. Penulis juga melakukan wawancara
dengan beberapa orang staff yang bertugas untuk memproses pemberkasan izin yang
diajukan, mereka berdalih bahwa itu bukan uang pungli, karena pemohon tersebut
meminta agar proses keluarnya izin dapat lebih cepat, setelah izin keluar lalu pemohon
izin tersebut memberikan upah atau dengan kata lain uang lelah. Sebenarnya dalam hal
ini tidak ada yang dirugikan baik bagi pemohon dan pelaksana pelayanan, karena saling
membutuhkan. Namun apabila dibiarkan berkelanjutan ditambah lagi karena pungli
tidak menggunakan surat resmi seperti kwitansi, nota dan sebagainya yang merupakan
tanda bukti telah terjadi transaksi ekonomi, dapat menjadi kebiasaan buruk bagi
pegawai tersebut sehingga tidak menutup kemungkinan timbul koruptor baru yang
awalnya mengambil pungutan yang tidak seberapa nilainya menjadi berani melakukan
korupsi yang nilanya semakin besar yang dapat merugikan hidup orang banyak
khususnya masyarakat yang membutuhkan.
Kembali pada teori efektifitas hukum yang penulis gunakan berkaitan dengan salah
unsur yaitu penegak hukum, di dalam Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kota Samarinda masih terdapat pegawai (penegak hukum) yang melakukan perbuatan
menyimpang dari peraturan atau prosedur yang sudah ditentukan. Sehingga di dalam
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dalam pelaksanaanya
masih belum berjalan Efektif, sesuai dengan aturan-aturan dan standar pelayanan publik
yang ditentukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Penutup
A. Kesimpulan, Efektifitas dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda
dipengaruhi oleh faktor pengkoordinasian dengan SKPD atau Instansi yang terkait, Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dibentuk agar terciptanya
Penyederhanaan Pelayanan. Tujuannya dalam rangka memberikan rekomendasi mengenai
diterima atau ditolaknya suatu permohonan perizinan serta kemampuan dari masing-masing
SKPD atau instansi yang mereka wakili bekerja dan tergabung dalam satu tempat.
Maksudnya agar proses perizinan tidak berjalan terlalu lama dan tidak memberi peluang
agar tidak terjadinya pungutan liar dan gratifikasi. Di dalam penelitian penulis menggunakan
teori efektifitas mengenai fasilitas atau sarana prasarana di BPPTSP Kota samarinda masih
belum memadai, belum terdapat ruangan yang cukup untuk penempatan tim teknis dari
SKPD terkait. Keterlibatan masyarakat pengurus izin juga diperlukan dalam perbaikan
pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda maka
diperlukan keterbukaan informasi kepada masyarakat. Baik itu tata cara pengaduan, yang
seharusnya dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui
oleh masyarakat, agar masyarakat terkait dapat turut serta mengontrol perkembangan
BPPTSP Kota Samarinda.
Faktor-Faktor yang Menghambat dalam Pembuatan Perizinan Usaha Sehingga
Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda
antara lain : Kurangnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Mendaftarkan Izin
Usaha, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya mendaftarkan izin usaha
masih kurang hal ini disebabkan adanya kecenderungan masyarakat mengalami krisis
kepercayaan dimana seharusnya ada jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan.
Setelah penulis mengkaji permasalahan ini dengan menggunakan teori efektifitas hukum
oleh Soerjono Soekanto, yaitu warga masyarakat yang terkait dalam ruang lingkup
peraturan. Sebagian Masyarakat seperti tidak taat hukum karena masih kurang menyadari
pentingnya mendaftarkan izin usaha mereka namun apabila dilihat dari penyebab apa yang
membuat masyarakat kurang sadar dapat disimpulkan bahwa kurangnya pemenuhan
fasilitas dan kualitas penegak hukum atau penyelenggara pelayanan yang tidak maksimal ;
Birokrasi dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Masih Belum Optimal, dalam
hal ini masih terdapat beberapa oknum birokrasi yang merugikan masyarakat melalui
pungutan-pungutan liar selama proses pengurusan izin berjalan ketidakefektifan terjadi juga
diimbangi dengan tidak tersedianya sarana untuk menyampaikan keluhan masyarakat
kepada aparatur penyelenggara membuat tidak adanya perbaikan dalam memberikan
Pelayanan. Keseluruhan dari permasalahan dalam pembahasan ini sekali lagi masih terdapat
kekurangan mengenai fasilitas yang diberikan pelaksana pelayanan dan kurangnya tanggung
jawab penegak hukum dalam menjalankan tugas, dimana dalam Teori Efektifitas Hukum
yang digunakan penulis dua unsur ini penting dan harus terpenuhi guna mencapai
Keefektifan pelayanan publik yang diberikan pada masyarakat; Keterbukaan dan
Akuntabilitas Pelayanan Pemberi Izin Usaha oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu di Kota Samarinda Masih Belum Optimal, Setiap unit pelayanan instansi pemerintah
wajib menyusun standar pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan
kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian
bagi penerima pelayanan. Permasalahan yang penulis dapatkan mengenai apakah prilaku
penyelenggara pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda
sudah akuntabel, penulis mendapatkan jawaban dari responden melalui kuisioner yang
dibagikan mereka menjawab bahwa sebagian besar dari mereka pernah mengalami
tambahan biaya dalam proses pengurusan izin. Penulis juga melakukan wawancara dengan
beberapa orang staff yang bertugas untuk memproses pemberkasan izin yang diajukan,
mereka berdalih bahwa itu bukan uang pungli, karena pemohon tersebut meminta agar
proses keluarnya izin dapat lebih cepat, setelah izin keluar lalu pemohon izin tersebut
memberikan upah atau dengan kata lain uang lelah.
Saran, Diharapkan bagi BPPTSP Kota Samarinda dapat melakukan pengkoordinasian dengan
SKPD atau Instansi yang terkait agar tercapai Penyederhanaan Pelayanan dengan cara
Menempatkan petugas atau tim teknis yang bertanggung jawab melakukan pengecekan
kelengkapan persyaratan permohonan untuk kepastian mengenai diterima atau ditolaknya
berkas permohonan tersebut langsung ditempat. Dibutuhkan pengawasan internal serta
penanganan pengaduan dan saran untuk pemohon izin yang merasakan pelayanan di
BPPTSP sudah seharusnya menyediakan sarana dan prasarana tersebut sehingga dapat
masukkan untuk membuat perubahan atau peningkatan yang lebih baik lagi langsung dari
masyarakat pengurus izin yang pernah mengalami hal-hal yang dianggap merugikan dari
pihak pemberi pelayanan; saran yang dapat diberikan penulis terhadap ulasan mengenai
faktor-faktor yang menghambat dalam pembuatan perizinan usaha sehingga mempengaruhi
pelaksanaan pelayanan perizinan terpadu satu pintu di Kota Samarinda antara lain; BPPTSP
dapat Melakukan penelitian kepuasan pelanggan/masyarakat atas pelayanan yang
diberikan. Berdasarkan Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, berbunyi : “PPTSP wajib
menyediakan sarana pengaduan dengan menggunakan media yang disesuaikan dengan
kondisi daerahnya”. Serta diatur pula PPTSP wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat
secara tepat dan cepat; Diharapkan pula BPPTSP Kota Samarinda dapat mempertegas
aturan-aturan mengenai pedoman pelayanan yang memuat persyaratan, prosedur,
biaya/tarif pelayanan dan batas waktu penyelesaian pelayanan. Melarang dan atau
menghapus biaya tambahan, meniadakan segala bentuk pungutan liar serta melakukan
tindakan tegas terhadap oknum yang melanggar aturan. BPPTSP Kota Samarinda diharapkan
juga dapat menata sistem dan prosedur pelayanan secara berkesinambungan sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan dinamika masyarakat.
Daftar Pustaka
1.
Literatur
Abdulkadir, Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Aditya Citra Bakti,
Bandung
Adrian Sutedi, 2011, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika,
Jakarta.
Amirudin, Zainal asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Dahlan, Alwi, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Darji Darmodihardjo, 1999, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
H.A.S Moenir, 2008, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi Aksara,
Jakarta.
Kins, Et all, 1981, Tanya Jawab Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Armico, Jakarta.
Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Nina Rahmayanty, 2010, Manajemen Pelayanan Prima, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Niniek Suparni, 2005, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Rineka Cipta.
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Grup,
Jakarta
Ridwan. HR, 2010, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
R.Soeroso, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar grafika, Jakarta.
Satjipto Rahardjo, 1986, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung.
Soerjono Soekanto & Mustafa Abdullah, 1982, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat,
Rajawali, Jakarta.
Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Binacipta, Bandung.
Sutopo dan Suryanto, Adi. 2003. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia, Jakarta.
Waluyo, 2007, Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi, dan Implementasinya Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah), Mandar Maju, Bandung.
2.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 17.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 18.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3674).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 456,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indoneisa Nomor 4756)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038).
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004
Tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
3.
Media Elektronik
- http://id.wikipedia.org/wiki/akuntabilitas
- http://id.wikipedia.org/wiki/ transparansi_(politik)/2011/09/06
- http://www.bpk.go.id/web/files/2009/03/mp116 web3pd/11/08/09
Download