EFEKTIFITAS BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM PEMBUATAN PERIZINAN DI KOTA SAMARINDA Emmy Mariani [email protected] Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Abstrak Emmy Mariani, Nim 0710015051, Efektifitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Pembuatan Perizinan Di Kota Samarinda. Dosen Pembimbing I Bapak Suradiyanto, S.E., S.H., M.Hum dan Pembimbing II Bapak Insan Tajali Nur, SH. MH Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah efektifitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dalam memberikan pelayanannya kepada Pemohon izin usaha. Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan Yuridis empiris yaitu dengan melakukan penelitian dilapangan untuk mengetahui seberapa efektif Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Kota Samarinda dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pengurus izin usaha. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi lapangan dan penelitian kepustakaan yaitu melakukan wawancara dan mendokumentasikan data-data dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda serta mengkaji segala bentuk peraturan dan bukubuku yang relevan dengan objek penelitian. Analisis data yang digunakan penulis adalah Deskriptif kualitatif artinya menganalisis dan memberikan gambaran sesuai dengan data hasil kajian pustaka serta data-data dari lapangan baik itu dari hasil observasi, wawancara, dan kuisioner, kemudian digabungkan dengan masalah yang diteliti menurut kualitas dan kebenaran sehingga dapat menjawab permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa efektifitas Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda belum sepenuhnya berjalan efektif, karena terhambat oleh berbagai faktor seperti kurangnya sarana dan prasarana serta kurangnya kualitas/kinerja pegawai yang bertugas. Kata kunci : Efektifitas hukum, Perizinan, Pelayanan publik EFFECTIVENESS OF THE BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU IN THE MAKING OF LICENSING IN SAMARINDA Emmy Mariani [email protected] Faculty of Law, University of Mulawarman Abstract This study aims to determine how the effectiveness of the Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPPTSP) Samarinda in providing services to the business license applicant. The type of research used by the authorin this research is a qualitative descriptive research using empirical juridical approach is to conduct field studies to determine how effective the Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Samarinda in providing excellent service to the business license administrator. The method of data collection is done by field studies and literature research and document the interview data from the Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Samarinda and review all forms of regulation and books relevant to the research object. Analysis of the data used by the authoris descriptive qualitative and provides a means to analyze the data according to the results of literature review and data from both the field of observations, interviews, and questionnaires, then combined with the problems examined by the quality and truth so as to answer the problems that occurred. Based on the results of this research is that the effectiveness of the Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu in Samarinda not fully effective, because it is hampered by a variety of factors such as lack of infrastructure and lack of quality/performance of the employee in charge. Keywords : Effectiveness of law, Licensing, Public service Pendahuluan Latar Belakang, Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah “untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Amanat tersebut mengandung makna bahwa negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. Untuk mengakomodir dari tugas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka saat sekarang terhitung sejak tahun 2009 telah disahkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038). Sudah selayaknya pemerintah melakukan kewajibannya yaitu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang disebut dengan Pelayanan Prima atau pelayanan publik. Berdasarkan pada terbentuknya Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda (Lembaran Daerah Kota Samarinda Tahun 2008 Nomor 12). Atas Perda tersebut, maka dibentuklah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut BPPTSP. Agar tercapainya Pelayanan yang terpadu pemerintah kota dalam penyelenggaraannya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di daerah. Pengaturan Tugas pokok Lembaga Teknis Daerah berbentuk BPPTSP sebagaimana diatur dalam pasal 52 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda adalah menyelenggarakan Pelayanan Administrasi dibidang perizinan secara terpadu, namun Kota Samarinda mulai menjalankan program Pelayanan Terpadu Satu Pintu berawal sejak tahun 2009 hingga sekarang. Sejauh ini dari sisi pemenuhan secara kualitas pelayanan yang diberikan memang mengalami peningkatan, tetapi prosedural dalam pengurusan izin usaha dengan tidak terlibatnya secara langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kota Samarinda, membuat masyarakat dalam mengurus izin usaha masih harus pergi ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena tidak adanya alternatif tempat lain untuk mengurus izin usaha selain di BPPTSP kota Samarinda yang menyediakan sarana untuk melegalkan suatu izin usaha yang sedang dan akan dilaksanakan. Tata cara pengurusannya masih berbelit membuat masyarakat tidak ada pilihan selain menempuh jalur yang ditentukan oleh BPPTSP kota Samarinda tanpa mengetahui bagaimana alur/prosedural pelayanan yang semestinya diberikan. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dimaksud pada BPPTSP kota Samarinda adalah Tim teknis yang seharusnya tersedia langsung pada saat Pemohon izin mengurus izin usahanya seperti perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dalam pengurusan izin usaha. Tidak adanya perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait, membuat jalannya proses pembuatan perizinan menjadi tidak berjalan efektif. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul: “Efektifitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Pembuatan Perizinan Usaha di Kota Samarinda” Permasalahan, Berdasarkan latar belakang yang penulis sampaikan di atas, maka permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu, bagaimana efektifitas Pelayanan Perizinan yang dilakukan oleh BPPTSP kota Samarinda? serta apakah faktor-faktor yang menghambat dalam pembuatan perizinan usaha sehingga mempengaruhi pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda? Tujuan, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda terhadap izin-izin usaha dan untuk mengetahui dan menganalisa efektifitas pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu yang ada di kota Samarinda. Metode Penelitian, Penelitian memerlukan suatu cara atau metode penelitian karena metode peneltian merupakan sarana untuk mendapatkan permasalahan lalu melakukan pengolahan data. Sehingga dalam menjalankan metode penelitian di mulai dari : Pendekatan Penelitian, Metode yang penulis gunakan adalah Yuridis empiris yaitu dengan melakukan penelitian dilapangan untuk mengetahui seberapa efektif Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pengurus izin usaha. Sehingga Penulis dengan penelitian yuridis empiris ini bermaksud agar ditemukannya solusi dari masalah yang langsung berada di lapangan dengan menggunakan teori-teori hukum yang ada termasuk Peraturan Perundang-undangan. Jenis Penelitian, deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Sumber Data, Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dua cara yaitu, data Primer adalah data utama, di mana peneliti akan melakukan observasi di tempat yang akan dijadikan objek penelitian yaitu BPPTSP Kota Samarinda, wawancara atau interview pada beberapa pihak yang terkait yang berkompeten dengan permasalahan yang diteliti seperti wawancara kepada Kepala BPPTSP Kota Samarinda dan beberapa staf yang terdapat pada Badan terkait, serta pengurus izin usaha di BPPTSP kota Samarinda sebanyak 10 orang. Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini antara lain Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di daerah, Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda, Peneliti mencari data dari buku-buku literatur dan Website yang relevan dengan permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan efektifitas BPPTSP Kota Samarinda dan mengambil istilah-istilah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti pada kamus hukum, kamus bahasa. Teknik Pengumpulan Data, Data Primer : Observasi (pengamatan lapangan)/secara tidak langsung, Wawancara, Kuisioner atau angket. Data Sekunder : Data-data yang diambil dari kajian pustaka dan dokumentasi. Teknik Pengolahan Data : Pemeriksaan data (editing) yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah lengkap, sudah benar, serta sudah relevan dengan permasalahan yang diteliti. Rekonstruksi data (reconstructing) yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, dan sistematis sehingga mudah dipahami. Sistematisasi data (systematizing) yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematis pembahasan berdasarkan urutan masalah dalam skripsi. Teknik Analisis Data, Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah Deskriptif kualitatif artinya menganalisis dan memberikan gambaran sesuai dengan data hasil kajian pustaka serta data-data dari lapangan baik itu dari hasil observasi, wawancara, dan kuisioner. Pembahasan A. Pelayanan Perizinan yang Dilakukan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda Masih Belum Efektif, Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda memiliki tiga Bidang yaitu Bidang Pendataan dan penetapan, Bidang Pelayanan Perizinan, serta Bidang Pengendalian dan Pengawasan. Setiap Bidang ini mempunyai tugasnya masing-masing dan bekerja secara efektif dibawah pimpinan Kepala Bidang yang diberi tanggung jawab serta kewenangan yang diarahkan oleh Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda guna tercapainya komitmen visi dan misi dari badan itu sendiri. Menurut Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda : ”tugas dari struktur internal pada Badan ini sudah sesuai dengan tupoksinya dan kemampuan dari masing-masing pegawainya”1 Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda penulis melakukan penelitian pada Bidang Pelayanan Perizinan dimana bidang ini bersentuhan langsung dengan kebutuhan pemohon izin. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan mengatakan :”Bidang ini merupakan unsur pelaksana teknis manajemen pelayanan dan perizinan serta melakukan pengkoordinasian dengan SKPD terkait, melakukan penetapan biaya atas semua jenis izin serta menerbitkan dan menyimpan arsip-arsip pemohon izin usaha. Loket-loket pelayanan juga kami yang mengawasi dan menempatkan tim teknis pada kemampuan mereka di masing-masing bidang”2 Efektifitas dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda juga dipengaruhi oleh faktor pengkoordinasian dengan SKPD atau Instansi yang terkait. Adanya prosedur pendaftaran hingga penerbitan izin memang diperlukan proses. Apabila proses panjang dan berbelit-belit hanya menghambat pelayanan yang terpadu. Dimana dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda (Lembaran Daerah Kota Samarinda Tahun 2008 Nomor 12) disertai dengan pedoman penyelenggaraanya yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dibentuk agar terciptanya Penyederhanaan Pelayanan. Hal ini diharapkan dapat terwujud dengan adanya tim teknis yang mempunyai kewenangan untuk memberikan saran dan pertimbangan. Tujuannya dalam rangka memberikan rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan perizinan serta kemampuan dari masing-masing SKPD atau instansi yang mereka wakili bekerja dan tergabung dalam satu tempat yaitu Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda. Maksudnya agar proses perizinan tidak berjalan terlalu lama dan tidak memberi peluang agar tidak terjadinya pungutan liar dan gratifikasi. Kenyataannya yang ada di lapangan tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Bapak Israruddin, beliau mengatakan bahwa : ”Tim teknis dari SKPD atau Instansi terkait tidak sepenuhnya terdapat di Kantor ini karena tempat yang terbatas dan karena hal ini juga terkadang diperlukan waktu untuk mengurus berkas ke SKPD atau instansi terkait. Disamping itu kantor kami memang masih perlu pembenahan karena baru beberapa bulan pindah”3 1 Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, 12/11/2011 Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, 12/11/ 2011 3 Wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, 12/11/2011 2 Dari penelitian yang penulis lakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda masih terdapat beberapa kekurangan dalam penyelenggaraannya. Apabila permasalahan yang terdapat di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dikaitkan dengan teori efektifitas dimana pendapat Soerjono Soekanto ada 4 faktor penting agar suatu kaidah hukum atau peraturan (tertulis) benar-benar berfungsi, yaitu : “Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri, Penegak hukum atau petugas yang menegakkan dan menerapkan, Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaidah hukum, Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut”4 Menjelaskan kaidah hukum, aturan perundang-undangan serta pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan publik baik secara umum maupun Terpadu Satu Pintu sudah tersusun dengan baik, mengenai fungsi sudah menyangkut segala aspek. Apabila suatu aturan sudah tertata dengan baik, namun penegak hukum atau birokrasi atau penyelenggara yang menjalankan tidak sesuai dengan aturan yang ada serta tidak memiliki kesadaran dan tanggungjawab dalam menjalankan tugasnya maka tidak akan ada kemajuan dalam perbaikan pelayanan publik. Contoh nyata selama penulis melakukan penelitian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda. Dari hasil wawancara dan observasi langsung dilapangan mengenai fasilitas atau sarana prasarana masih belum memadai, belum terdapat ruangan yang cukup untuk penempatan tim teknis dari SKPD terkait sehingga memperlambat proses pengurusan izin, dimana seharusnya proses pemberkasan dilakukan dalam satu tempat saja. Keterlibatan masyarakat pengurus izin juga diperlukan dalam perbaikan pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda maka diperlukan keterbukaan informasi kepada masyarakat. Baik itu tata cara pengaduan, yang seharusnya dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat, agar masyarakat terkait dapat turut serta mengontrol perkembangan BPPTSP Kota Samarinda, jika dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pada pasal 21 huruf i dan j yaitu pengawasan internal serta penanganan pengaduan dan saran, BPPTSP masih belum menyediakan sarana dan prasarana tersebut sehingga tidak ada masukkan untuk membuat perubahan atau peningkatan yang lebih baik lagi langsung dari masyarakat pengurus izin yang pernah mengalami hal-hal yang dianggap merugikan dari pihak pemberi pelayanan. B. Faktor-Faktor yang Menghambat dalam Pembuatan Perizinan Usaha Sehingga Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda 1. Kurangnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Mendaftarkan Izin Usaha Keberadaan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda saat sekarang menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dalam menjalankan usaha. Karena sebagai salah satu syarat untuk legalitas dalam usaha yang dijalani. Namun kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya mendaftarkan izin usaha masih kurang hal ini disebabkan adanya kecenderungan masyarakat mengalami krisis kepercayaan dimana seharusnya ada jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan. Sehingga salah satu cara menilai baik buruknya tingkat pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat ditentukan oleh jumlah keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terhadap aparatur pemerintah. Semakin banyaknya keluhan yang disampaikan oleh masyarakat kepada aparatur pemerintah baik, keluhan tersebut disebabkan oleh adanya pungutan-pungutan liar, penyalahgunaan wewenang dan prosedur yang memerlukan 4 Lihat buku Soerjono Soekanto, penegakan hukum (1983) hal. 30-32 waktu lama menunjukan bahwa tingkat pelayanan masyarakat oleh aparatur pemerintah masih belum seperti yang diinginkan. Apabila Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dapat melakukan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang ada dan memliliki kualitas standar pelayanan yang baik, kepedulian masyarakat dalam mendaftarkan usahanya akan lebih meningkat dari tahun sebelumnya serta menumbuhkan kesadaran hukum pada masyarakat lainnya. Secara yuridis telah diatur dalam pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik berbunyi : “penyelenggara wajib memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik” dan mengenai kepuasan masyarakat sebagaimana disebutkan dalam pasal 20 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu berbunyi : ”PPTSP wajib melakukan penelitian kepuasan masyarakat secara berkala sesuai peraturan perundang-undangan”. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut setelah Penulis melakukan penelitian ternyata masih terdapat rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda. Rendahnya kualitas pelayanan mempengaruhi terhadap tingkat kepuasan masyarakat dalam memohonkan izin usaha. Ini terbukti dari hasil jawaban responden yang telah melakukan pengurusan izin. Ternyata salah satu ketidakefektifan mengenai waktu yang masih lama dalam proses masuk hingga keluarnya izin usaha. Terbukti responden menjawab cukup lama dalam proses keluarnya suatu izin usaha yang diberikan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda sebanyak 5 jawaban dominan dari 10 responden. Serta dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada pasal 11 menyebutkan bahwa : “Jangka waktu penyelesaian pelayanan perizinan dan non perizinan ditetapkan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung mulai sejak diterimanya berkas permohonan beserta seluruh kelengkapannya”. Setelah penulis mengkaji permasalahan ini dengan menggunakan teori efektifitas hukum oleh Soerjono Soekanto, yaitu warga masyarakat yang terkait dalam ruang lingkup peraturan. Sebagian Masyarakat seperti tidak taat hukum karena masih kurang menyadari pentingnya mendaftarkan izin usaha mereka namun apabila dilihat dari penyebab apa yang membuat masyarakat kurang sadar dapat disimpulkan bahwa kurangnya pemenuhan fasilitas dan kualitas penegak hukum atau pelaksana pelayanan yang tidak maksimal. 2. Birokrasi dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Masih Belum Optimal Dilihat dari hasil penelitian di lapangan melalui kuisioner mengenai pengalaman responden untuk penambahan biaya selama berjalannya proses pengurusan izin usaha. Responden menjawab pernah mengalami pungutan diluar ketentuan atau tarif yang sebenarnya sebanyak 6 jawaban dominan dari 10 responden. Hal ini membuktikan bahwa masih terdapat beberapa oknum birokrasi yang merugikan masyarakat melalui pungutan-pungutan liar selama proses pengurusan izin berjalan. Sehingga tidak tersedianya sarana untuk menyampaikan keluhan masyarakat kepada aparatur penyelenggara membuat tidak adanya perbaikan dalam memberikan Pelayanan. Padahal hal ini sudah diatur dengan tegas dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, berbunyi : “PPTSP wajib menyediakan sarana pengaduan dengan menggunakan media yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya”. Serta diatur pula PPTSP wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat secara tepat dan cepat. Terkait mengenai Keterbukaan informasi pada pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, berbunyi : “PPTSP wajib menyediakan dan menyebarluaskan informasi berkaitan dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme, penelusuran posisi dokumen pada setiap proses, biaya dan waktu perizinan dan non perizinan, serta tata cara pengaduan, yang dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat.” Menjelaskan kepastian dan rincian biaya pelayanan publik harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket pelayanan sebagai bentuk transparansi mengenai biaya perizinan. Unit pemberi pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola keuangan atau Bank yang ditunjuk oleh pemerintah atau unit pelayanan, namun setelah penulis meneliti langsung di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda penjaga loket pembayaran (kasir) adalah pegawai dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda. Menurut penulis setelah melakukan penelitian mendapatkan cara pandang pemerintah daerah yang lebih melihat izin usaha sebagai sumber pendapatan. Keberhasilan pelayanan perizinan dilihat dari jumlah izin yang dikeluarkan dan retribusi yang diterima. Penerimaan retribusi ditetapkan sebagai target Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa memikirkan apakah pelayanan yang diberikan sudah sepenuhnya efektif. Pihak birokrasi pelayanan perizinan harus mampu memenuhi atau bahkan harus mendapatkan lebih besar dari target yang telah ditetapkan. Target penerimaan menjadi lebih penting dari kualitas pelayanan yang diberikan. Sementara fungsi utama dari pemberian izin tersebut bagi pemerintah daerah sangat penting, seperti untuk fungsi pengendalian, pengawasan, dan pembinaan kepada pengusaha baik besar maupun pengusaha kecil. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu seharusnya memiliki Tim teknis dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dengan terbitnya izin. Hal ini secara yuridis diatur dalam Pasal 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah, dibutuhkan agar pemohon izin tidak perlu lagi mendatangi SKPD terkait untuk mendapatkan rekomendasi, demi kelancaran percepatan perizinan. Apabila berkas belum lengkap maka dapat ditolak, dan diberikan tenggat waktu selama sehari untuk melengkapinya. Menurut pernyataan dari Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda mengenai permasalahan tim teknis: ”Kendala yang terdapat di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Saru Pintu Kota Samarinda menyangkut permasalahan penempatan tim teknis adalah tidak cukup tempat untuk menanpung keseluruhan perwakilan tim teknis dari masing-masing SKPD terkait, dan adanya kecemburuan dari pegawai SKPD tersebut yang tidak pernah ditunjuk oleh atasan mereka untuk ditugaskan sebagai tim teknis. Lalu alasan dari pegawai tim teknis yang ditugasi menolak untuk terus menerus berada di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, karena tidak setiap hari pemohon izin membutuhkan jasa mereka.”5 5 Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda 21/10/2011 Hambatan yang terjadi dalam penempatan tim teknis ini merupakan faktor dari kurangnya sarana dan prasarana (Fasilitas) serta kesadaran dan tanggung jawab pegawai yang dipilih untuk menjalankan tugasnya. Keseluruhan dari permasalahan dalam pembahasan ini sekali lagi masih terdapat kekurangan mengenai fasilitas yang diberikan pelaksana pelayanan dan kurangnya tanggung jawab penegak hukum dalam menjalankan tugas, dimana dalam Teori Efektifitas Hukum yang digunakan penulis dua unsur ini penting dan harus terpenuhi guna mencapai Keefektifan pelayanan publik yang diberikan pada masyarakat. Menurut Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda keseluruhan Tim teknis yang di tempatkan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu memiliki tugas antara lain sebagai berikut : “Melaksanakan pemeriksaan teknis dilapangan dan membuat berita acara pemeriksaan serta analisis dan kajian sesuai bidangnya; dan Memberikan rekomendasi kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Walikota sebagai bahan pertimbangan penerbitan atau penolakan perizinan.”6 3. Keterbukaan dan Akuntabilitas Pelayanan Pemberi Izin Usaha oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda Masih Belum Optimal Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Maksud petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas transparansi dan akuntabilitas pelayanan meliputi prosedur, persyaratan teknis dan administratif, biaya, waktu, dan standar pelayanan. Tujuan petunjuk teknis ini untuk memberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik dalam melaksanakan pelayanan publik agar berkualitas sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan mempunyai beberapa arti antara lain, yang dapat dipertanggungjawabkan, yang dapat dipertanyakan, yang dapat dipersalahkan dan yang mempunyai ketidakbebasan.7 Pengertian lain dari akuntabilitas adalah Penyelenggaraan pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.8 Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun standar pelayanan masingmasing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar tersebut merupakan ukuran kualitas kinerja yang dibakukan dan wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan. Standar tersebut hendaknya realistis, jelas dan mudah dimengerti oleh para pemberi dan penerima pelayanan. Tuntutan terhadap akuntabilitas dari suatu pelayanan publik saat ini harus lebih dikedepankan, dengan kenyataan bahwa masyarakat semakin kritis terhadap tarif dan kualitas pelayanan yang telah diberikan. Dengan adanya akuntabilitas pelayanan, baik itu dengan diketahuinya program, target, dan anggaran dari pemberian layanan, pihak 6 Wawancara dengan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda 21/10/2011 www.wikipedia.org/wiki/Akuntabilitas diakses pada tanggal 05/09/2011 8 www.bpk.go.id/diakses pada tanggal 09/08/2011 7 terkait dapat turut mengontrol proses pelayanan, sehingga pada satu waktu dapat dipahami mengapa diperlukan peningkatan tarif dan lain sebagainya. Selain dari itu, dengan dilaksanakannya pelayanan publik oleh lembaga yang akuntabel, masyarakat akan percaya dan ikut mendorong pelaksanaan pelayanan yang berkelanjutan. Hak masyarakat dalam mendapatkan Keterbukaan informasi penyelenggaraan pelayanan diatur dalam pasal 18 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yaitu berbunyi : ”Masyarakat berhak mengetahui kebenaran isi standar pelayanan dan masyarakat berhak mengawasi pelaksanaan standar pelayanan”. Menurut penulis Pertanggung jawaban oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu kepada publik dan pelayanan publik dari aparat birokrasi ditentukan oleh perilaku kepemimpinan birokrasi, kejelasan tugas dan prosedur kerja, perlengkapan sarana dan prasarana kerja, serta dilihat dari sudut pandang luar seperti persepsi, sikap, dan penilaian masyarakat terhadap kinerja aparat birokrasi. Masalah tanggung jawab publik dan pelayanan aparat birokrasi merupakan masalah semua pihak yang terlibat dalam urusan pemerintahan. Permasalahan yang penulis dapatkan mengenai apakah prilaku penyelenggara pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda sudah akuntabel, penulis mendapatkan jawaban dari responden melalui kuisioner yang dibagikan mereka menjawab bahwa sebagian besar dari mereka pernah mengalami tambahan biaya dalam proses pengurusan izin. Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa orang staff yang bertugas untuk memproses pemberkasan izin yang diajukan, mereka berdalih bahwa itu bukan uang pungli, karena pemohon tersebut meminta agar proses keluarnya izin dapat lebih cepat, setelah izin keluar lalu pemohon izin tersebut memberikan upah atau dengan kata lain uang lelah. Sebenarnya dalam hal ini tidak ada yang dirugikan baik bagi pemohon dan pelaksana pelayanan, karena saling membutuhkan. Namun apabila dibiarkan berkelanjutan ditambah lagi karena pungli tidak menggunakan surat resmi seperti kwitansi, nota dan sebagainya yang merupakan tanda bukti telah terjadi transaksi ekonomi, dapat menjadi kebiasaan buruk bagi pegawai tersebut sehingga tidak menutup kemungkinan timbul koruptor baru yang awalnya mengambil pungutan yang tidak seberapa nilainya menjadi berani melakukan korupsi yang nilanya semakin besar yang dapat merugikan hidup orang banyak khususnya masyarakat yang membutuhkan. Kembali pada teori efektifitas hukum yang penulis gunakan berkaitan dengan salah unsur yaitu penegak hukum, di dalam Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda masih terdapat pegawai (penegak hukum) yang melakukan perbuatan menyimpang dari peraturan atau prosedur yang sudah ditentukan. Sehingga di dalam Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dalam pelaksanaanya masih belum berjalan Efektif, sesuai dengan aturan-aturan dan standar pelayanan publik yang ditentukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penutup A. Kesimpulan, Efektifitas dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dipengaruhi oleh faktor pengkoordinasian dengan SKPD atau Instansi yang terkait, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dibentuk agar terciptanya Penyederhanaan Pelayanan. Tujuannya dalam rangka memberikan rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan perizinan serta kemampuan dari masing-masing SKPD atau instansi yang mereka wakili bekerja dan tergabung dalam satu tempat. Maksudnya agar proses perizinan tidak berjalan terlalu lama dan tidak memberi peluang agar tidak terjadinya pungutan liar dan gratifikasi. Di dalam penelitian penulis menggunakan teori efektifitas mengenai fasilitas atau sarana prasarana di BPPTSP Kota samarinda masih belum memadai, belum terdapat ruangan yang cukup untuk penempatan tim teknis dari SKPD terkait. Keterlibatan masyarakat pengurus izin juga diperlukan dalam perbaikan pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda maka diperlukan keterbukaan informasi kepada masyarakat. Baik itu tata cara pengaduan, yang seharusnya dilakukan secara jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat, agar masyarakat terkait dapat turut serta mengontrol perkembangan BPPTSP Kota Samarinda. Faktor-Faktor yang Menghambat dalam Pembuatan Perizinan Usaha Sehingga Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda antara lain : Kurangnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Mendaftarkan Izin Usaha, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya mendaftarkan izin usaha masih kurang hal ini disebabkan adanya kecenderungan masyarakat mengalami krisis kepercayaan dimana seharusnya ada jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan. Setelah penulis mengkaji permasalahan ini dengan menggunakan teori efektifitas hukum oleh Soerjono Soekanto, yaitu warga masyarakat yang terkait dalam ruang lingkup peraturan. Sebagian Masyarakat seperti tidak taat hukum karena masih kurang menyadari pentingnya mendaftarkan izin usaha mereka namun apabila dilihat dari penyebab apa yang membuat masyarakat kurang sadar dapat disimpulkan bahwa kurangnya pemenuhan fasilitas dan kualitas penegak hukum atau penyelenggara pelayanan yang tidak maksimal ; Birokrasi dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Masih Belum Optimal, dalam hal ini masih terdapat beberapa oknum birokrasi yang merugikan masyarakat melalui pungutan-pungutan liar selama proses pengurusan izin berjalan ketidakefektifan terjadi juga diimbangi dengan tidak tersedianya sarana untuk menyampaikan keluhan masyarakat kepada aparatur penyelenggara membuat tidak adanya perbaikan dalam memberikan Pelayanan. Keseluruhan dari permasalahan dalam pembahasan ini sekali lagi masih terdapat kekurangan mengenai fasilitas yang diberikan pelaksana pelayanan dan kurangnya tanggung jawab penegak hukum dalam menjalankan tugas, dimana dalam Teori Efektifitas Hukum yang digunakan penulis dua unsur ini penting dan harus terpenuhi guna mencapai Keefektifan pelayanan publik yang diberikan pada masyarakat; Keterbukaan dan Akuntabilitas Pelayanan Pemberi Izin Usaha oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kota Samarinda Masih Belum Optimal, Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun standar pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Permasalahan yang penulis dapatkan mengenai apakah prilaku penyelenggara pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda sudah akuntabel, penulis mendapatkan jawaban dari responden melalui kuisioner yang dibagikan mereka menjawab bahwa sebagian besar dari mereka pernah mengalami tambahan biaya dalam proses pengurusan izin. Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa orang staff yang bertugas untuk memproses pemberkasan izin yang diajukan, mereka berdalih bahwa itu bukan uang pungli, karena pemohon tersebut meminta agar proses keluarnya izin dapat lebih cepat, setelah izin keluar lalu pemohon izin tersebut memberikan upah atau dengan kata lain uang lelah. Saran, Diharapkan bagi BPPTSP Kota Samarinda dapat melakukan pengkoordinasian dengan SKPD atau Instansi yang terkait agar tercapai Penyederhanaan Pelayanan dengan cara Menempatkan petugas atau tim teknis yang bertanggung jawab melakukan pengecekan kelengkapan persyaratan permohonan untuk kepastian mengenai diterima atau ditolaknya berkas permohonan tersebut langsung ditempat. Dibutuhkan pengawasan internal serta penanganan pengaduan dan saran untuk pemohon izin yang merasakan pelayanan di BPPTSP sudah seharusnya menyediakan sarana dan prasarana tersebut sehingga dapat masukkan untuk membuat perubahan atau peningkatan yang lebih baik lagi langsung dari masyarakat pengurus izin yang pernah mengalami hal-hal yang dianggap merugikan dari pihak pemberi pelayanan; saran yang dapat diberikan penulis terhadap ulasan mengenai faktor-faktor yang menghambat dalam pembuatan perizinan usaha sehingga mempengaruhi pelaksanaan pelayanan perizinan terpadu satu pintu di Kota Samarinda antara lain; BPPTSP dapat Melakukan penelitian kepuasan pelanggan/masyarakat atas pelayanan yang diberikan. Berdasarkan Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, berbunyi : “PPTSP wajib menyediakan sarana pengaduan dengan menggunakan media yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya”. Serta diatur pula PPTSP wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat secara tepat dan cepat; Diharapkan pula BPPTSP Kota Samarinda dapat mempertegas aturan-aturan mengenai pedoman pelayanan yang memuat persyaratan, prosedur, biaya/tarif pelayanan dan batas waktu penyelesaian pelayanan. Melarang dan atau menghapus biaya tambahan, meniadakan segala bentuk pungutan liar serta melakukan tindakan tegas terhadap oknum yang melanggar aturan. BPPTSP Kota Samarinda diharapkan juga dapat menata sistem dan prosedur pelayanan secara berkesinambungan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dinamika masyarakat. Daftar Pustaka 1. Literatur Abdulkadir, Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Aditya Citra Bakti, Bandung Adrian Sutedi, 2011, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta. Amirudin, Zainal asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Dahlan, Alwi, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Darji Darmodihardjo, 1999, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta H.A.S Moenir, 2008, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta. Kins, Et all, 1981, Tanya Jawab Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Armico, Jakarta. Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra Aditya Bakti, Bandung. Nina Rahmayanty, 2010, Manajemen Pelayanan Prima, Graha Ilmu, Yogyakarta. Niniek Suparni, 2005, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Rineka Cipta. Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Grup, Jakarta Ridwan. HR, 2010, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta. R.Soeroso, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar grafika, Jakarta. Satjipto Rahardjo, 1986, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung. Soerjono Soekanto & Mustafa Abdullah, 1982, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Rajawali, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Binacipta, Bandung. Sutopo dan Suryanto, Adi. 2003. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta. Waluyo, 2007, Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi, dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah), Mandar Maju, Bandung. 2. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 17. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 18. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3674). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 456, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoneisa Nomor 4756) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038). Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Samarinda. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik. 3. Media Elektronik - http://id.wikipedia.org/wiki/akuntabilitas - http://id.wikipedia.org/wiki/ transparansi_(politik)/2011/09/06 - http://www.bpk.go.id/web/files/2009/03/mp116 web3pd/11/08/09