POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Totok Hardiyanto, Sutaryono, Muchson Arrosyid INTISARI Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Reumatik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki. Reumatik biasa disebut juga dengan nama arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi-sendi lain, gangguan di otot dan tendon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengobatan pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010. Dan untuk mengetahui obatobat yang diresepkan pada pasien reumatik berdasarkan jenis dan golongan obat reumatik. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis diskriptif. Populasi diambil dari pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010. Dari hasil penelitian diperoleh populasi sebanyak 512 kasus reumatik sehingga diperoleh sampel sebanyak 224 kasus yang dihitung dengan metode random sampling. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan peresepan obat reumatik diperoleh jenis obat reumatik yaitu: Natrium Diklofenak yang berjumlah 87 obat (22,30%), Metil Predniosolon yang berjumlah 84 obat (21,53%), Meloxicam yang berjumlah 76 obat (19,48%), Allopurinol yang berjumlah 49 obat (12,56%), Asam Mefenamat yang berjumlah 45 obat (11,53%), Prednison yang berjumlah 39 obat (10,00%) dan Ibuprofen yang berjumlah 10 obat (2,56%). Kata kunci : pola pengobatan, penyakit, obat, reumatik. Totok Hardiyanto, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … PENDAHULUAN Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Reumatik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki. Reumatik biasa disebut juga dengan nama arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi-sendi lain, gangguan di otot dan tendon (Pribadi, 1996). Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos, yang berarti mukus; suatu cairan yang dianggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi (mukopolisakarida, asam hialuronat) pada beberapa jenis penyakit reumatik. Sehingga istilah yang telah agak lama dipakai itu agaknya masih sesuai sampai saat ini (Setiyohadi, 1996). Gejala Reumatik ini diawali dengan peradangan di persendian yang diikuti dengan rasa sakit, peningkatan suhu (menjadi hangat), dan pembengkakan. Penyebab reumatik arthritis ini pastinya belum diketahui, tapi Wongso meyakini bahwa hal ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Seseorang kemungkinan memiliki kecenderungan genetik yang jika diserang bakteri atau virus tertentu, bisa mengalami Reumatik ini. Tapi hingga saat ini, peneliti belum menemukan infeksi khusus. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) dipergunakan untuk semua jenis penyakit reumatik baik yang akut maupun kronis tanpa memandang penyebabnya. Oleh karena itu sampai sekarang obat ini masih dianggap obat simtomatis. OAINS walaupun mempunyai potensi anti inflamasi dan analgesik yang cukup kuat, pemberian dalam jangka waktu lama selalu diikuti efek samping seperti gastropati, nefropati serta toksisitas lain. Oleh sebab itu perlu pengetahuan yang luas mengenai klasifikasi, mekanisme kerja, indikasi dan efek samping obat sehingga dokter dapat memilih obat AINS yang tepat untuk pasien reumatik (Wongso, 1996). Obat-obat AINS sangat efektif menghilangkan rasa nyeri dan inflamasi dengan menekan produksi prostaglandin pada metabolisme asam arakidonat dengan cara penghambatan siklooksigenase dan lipoksigenase pada kaskade inflamasi (Wongso, 1996). Apotek Sehat Farma merupakan apotek di Kabupaten Klaten yang melayani pasien Askes, oleh karena itu, semua kalangan masyarakat mengambil resepnya di Apotek Sehat Farma dan jika semakin banyak masyarakat yang menebus resep disana maka data penelitian yang diperoleh akan semakin valid. Sekitar 25 % dari 300 resep yang masuk di Apotek Sehat Farma Klaten setiap harinya merupakan resep 29 30 CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … untuk pasien reumatik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Apotek Sehat Farma Klaten. Rumusan Masalah : Bagaimana pola peresepan yang banyak digunakan untuk pengobatan reumatik di Apotek Sehat Farma tahun 2010 berdasarkan penggolongan obat dan jenis obat? Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui obat-obat apa saja yang digunakan untuk pengobatan pada penderita reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010 berdasarkan penggolongan dan jenis obat. Manfaat Penelitian : Menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit reumatik, memberikan masukan informasi mengenai pengobatan reumatik. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah penelitian analisis deskriptif. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu obat yang digunakan pada penyakit reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten Tahun 2010 berdasarkan penggolongan obat dan jenis obat. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan resep penderita reumatik yang membeli obat di Apotek Sehat Farma Klaten dari bulan Januari-Desember Tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 512 resep. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Simple Random Sampling (SRS) pada penderita reumatik yang membeli obat di Apotek Sehat Farma periode Januari sampai Desember Tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 224 resep. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa data resep periode Bulan Januari - Desember tahun 2010. Metode atau cara pengumpulan data dengan cara merekap seluruh resep yang didalamnya merupakan resep penderita reumatik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari jumlah populasi sebanyak 512 resep didapatkan sampel sebanyak 224 resep dan setelah dilakukan penelitian didapatkan data obatobat reumatik yang sering dipakai di Apotek Sehat Farma Klaten sebagai berikut: 1. Data Kombinasi Obat Reumatik CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Kombinasi Obat Reumatik No Golongan Obat Jumlah Prosentase (%) 1 Vitamin 124 31.39 2 Antasida 76 19.24 3 Analgesik 58 14.68 4 Antibiotik 37 9.30 5 Penenang 27 6.83 6 Hipertensi 24 6.07 7 Batuk 20 5.06 8 Diabetes Mellitus 14 3.54 9 Jantung 9 2.27 10 Antihiperlipid 4 1.01 11 Asma 2 0.50 Total 395 100 Sumber data: Lembar resep Apotek Sehat Farma Klaten Periode JanuariDesember 2010 . Gambar 4.1 Grafik Kombinasi Obat Reumatik Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas dapat diketahui prosentase kombinasi obat reumatik yang diberikan pada pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten adalah sebagai berikut: Vitamin sebanyak 124 obat (31,39%), Obat Antasida sebanyak 76 obat (19,24%), Obat Anlgesik sebanyak 58 obat (14,68%), Obat Antibiotik sebanyak 37 obat (9,36%), Obat Penenang sebanyak 27 obat (6,83%), Obat Hipertensi sebanyak 24 obat (6,07%), Obat Batuk sebanyak 20 obat (5,06%), Obat DM sebanyak 14 obat (3,54%), Obat Jantung sebanyak 9 obat (2,27%), Obat Pusing sebanyak 6 obat (1,51%), Obat Kolesterol sebanyak 4 obat (1,01%) dan Obat Asma sebanyak 2 obat (0,50%). 2. Data Golongan Obat Reumatik Dari data resep yang telah dikumpulkan berdasarkan golongan obat reumatik didapatkan hasil sebagai berikut: 31 CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … 32 Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Golongan Obat Reumatik No Golongan Obat Reumatik Jumlah Prosentase (%) 1 AINS 267 68.46 2 Kortikosteroid 123 31.54 Total 390 100 Sumber data: Lembar resep Apotek Sehat Farma Klaten Periode JanuariDesember 2010 Gambar 4.3 Grafik Prosentase Golongan Obat Reumatik Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 diatas dapat diketahui prosentase peresepan obat reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten berdasarkan golongan obat reumatik yaitu golongan AINS (natrium diklofenak, meloxicam, allopurinol, asam mefenamat, ibuprofen) menduduki urutan pertama dengan jumlah obat sebanyak 267 obat atau dengan prosentase sebesar 68,46%, kedua golongan kortikosteroid (metil prednisolon, prednison) dengan jumlah obat sebanyak 123 obat atau dengan prosentase sebesar 31,54%. 3. Data Jenis Obat Reumatik Dari jumlah populasi sebanyak 512 resep didapatkan sampel sebanyak 224 resep dan setelah dilakukan penelitian didapatkan data obat- obat reumatik yang sering dipakai di Apotek Sehat Farma Klaten sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Obat Reumatik No Nama Obat Reumatik Jumlah Prosentase (%) 1 Natrium Diklofenak 87 22.30 2 Metil Prednisolon 84 21.53 3 Meloxicam 76 14.48 4 Allopurinol 49 12.56 5 Asam Mefenamat 45 11.53 6 Prednison 39 10.00 7 Ibuprofen 10 2.56 Total 390 100 Sumber data: Lembar resep Apotek Sehat Farma Klaten Periode JanuariDesember 2010 CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … Gambar 4.3 Grafik Prosentase Jenis Obat Reumatik Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa obat-obat yang sering digunakan untuk pasien reumatik berdasarkan jenis obat reumatik yaitu: Natrium Diklofenak yang berjumlah 87 obat (22,30%), Metil Prednisolon yang berjumlah 84 obat (21,53%), Meloxicam yang berjumlah 76 obat (19,48%), Allopurinol yang berjumlah 49 obat (12,56%), Asam Mefenamat yang berjumlah 45 obat (11,53%), Prednison yang berjumlah 39 obat (10,00%) dan Ibuprofen yang berjumlah 10 obat (2,56%). Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa obat-obat reumatik yang diresepkan untuk pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten adalah golongan obat reumatik yaitu golongan AINS menduduki urutan pertama dan kedua golongan kortikosteroid. 1. Obat- obat Kombinasi Obat- obat kombinasi banyak digunakan dalam peresepan obat reumatik karena untuk menunjang dari kerja obat- obat reumatik, untuk mengantisipasi efek samping obat reumatik dan karena obat tersebut relatif murah dan sedikit memiliki efek samping pada tubuh. Dari data obat- obat kombinasi tersebut didapatkan 2 prosentase terbanyak adalah vitamin (31,39) dan obat antasida (19,24) sedangkan prosentase terendah adalah obat asma (0,50). Vitamin sering digunakan dalam pengobatan penyakit reumatik karena vitamin berguna untuk memberikan segala macam zat yang dibutuhkan oleh tulang sehingga penyakit reumatik tidak mudah kambuh lagi, serta untuk membantu kerja obat- obat reumatik supaya lebih cepat dan lebih efektif lagi. 33 34 CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … Obat antasida sering digunakan dalam pengobatan penyakit reumatik karena untuk mengantisipasi efek samping dari obat- obat reumatik yang kebanyakan menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti: mual, muntah, kram perut. Obat asma tidak sering digunakan dalam peresepan obat- obat reumatik karena obat tersebut tidak memiliki interaksi dengan obat- obat reumatik. Apabila ada obat asma dalam peresepan obat reumatik karena pasien selain mengalami reumatik juga mempunyai gejala atau penyakit asma. 2. Golongan AINS Golongan AINS (68,46%) menduduki urutan pertama dalam peresepan pada penderita reumatik. Golongan AINS sering dipakai dalam pengobatan penyakit reumatik karena kerja obat tersebut cepat serta efektif dalam pengobatan penyakit reumatik, pilihan obatnya banyak serta harganya terjangkau bagi masyarakat menengah. Obat Golongan AINS yang sering digunakan untuk mengobati penyakit reumatik adalah natrium diklofenak (22,30%) dan meloxicam (14,48%). Natrium diklofenak merupakan obat AINS dengan sifat analgetik yang relatif aman bagi tubuh sehingga banyak diresepkan untuk penyembuhan penyakit reumatik disamping itu harganyapun relatif murah. Mekanisme kerja natrium diklofenak adalah menghambat aktivitas siklooksigenase dengan pengurangan produksi prostagladin. Secara klinis natrium diklofenak digunakan luas dalam pengobatan rheumatoid artritis dan osteoartritis. Natrium diklofenak juga efektif untuk pengobatan nyeri sesudah operasi. Natrium diklofenak secara cepat diabsorbsi dari saluran gastrointestinal. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal (firstpass effect) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1 sampai dengan 2 jam (Katzung, 2002). Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala seperti semua obat AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada penderita tukak lambung (Wilmana, 2002). Dari pernyataan diatas jadi pada peresepan obat- obat reumatik cocok jika diberi obat antasida untuk mengantisipasi efek samping dari obat AINS tersebut. Meloxicam merupakan obat golongan AINS yang efektif untuk pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Disamping natrium diklofenak obat golongan AINS yang sering digunakan adalah meloxicam, karena meloxicam juga termasuk obat yang relatif aman bagi tubuh dan harganya juga murah jadi obat ini juga sering diresepkan dalam penyembuhan penyakit reumatik.Meloxicam yang tergolong dalam obat-obatan Non CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … Steroid AntiInflamatory Drug (NSAID) efektif bisa mengobati nyeri dan inflamasi, meloxicam mempunyai mekanisme umum dari efek antiinflamasi tersebut adalah melalui penghambatan biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi. Meloxicam memiliki efek samping yang sangat sedikit untuk penyembuhan cidera ligamen antara lain untuk meredakan sakit dapat menggunakan pereda nyeri golongan non steroid antiinflamasi (Anonim, 2000). 3. Golongan Kortikosteroid (metil prednisolon ) Golongan Kortikosteroid (31,54%) menduduki urutan kedua. Obat golongan kortikosteroid juga sering digunakan dalam pengobatan reumatik karena kerja obat tersebut juga cepat dan efektif, tetapi efek samping obat tersebut lebih banyak daripada obat- obat golongan AINS. Obat golongan kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang sangat luas. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak, maka dalam penggunaannya dibatasi. Berdasarkan khasiatnya, kortikosteroid dibagi menjadi mineralokortikoid dan glukokortikoid. Mineralkortikoid mempunyai efek terhadap metabolisme elektrolit Na dan K, yaitu menimbulkan efek retensi Na dan deplesi K, maka mineralokortikoid jarang digunakan dalam terapi. Sedangkan glukokortikoid mempunyai efek terhadap metabolisme glukosa, anti imunitas, efek neuroendokrinologik dan efek sitotoksik. Sebagian besar khasiat yang diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebagai antiinflamasi, antialergi atau imunosupresif. Karena khasiat inilah kortikosteroid banyak digunakan dalam bidang dermatologi (Tjay dan Rahardja, 2002). Metil Prednisolon (21,53%) merupakan obat golongan kortikosteroid yang sering digunakan dalam penyembuhan penyakit reumatik karena obat tersebut bekerja lebih cepat namun efek sampingnya terhadap tubuh lebih banyak dibanding dengan obat- obat golongan AINS. Metil prednisolon mempunyai kelebihan dibanding kortikosteroid yang lebih kuat lainnya sehingga memungkinkan penyesuaian dosis yang lebih bagus. Untuk memperkecil efek samping, dosis metil prednisolon harus dijaga serendah mungkin biasanya 7,5 mg sehari dan jarang melebihi dosis 10 mg/ hari (Tjay dan Rahardja, 2002). 35 36 CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan obat- obat kombinasi yang sering digunakan pada penderita reumatik, obat- obat yang paling sering digunakan adalah vitamin, obat antasida, obat analgesik dan antibiotik. 2. Berdasarkan golongan obat yang digunakan pada penderita reumatik, obat yang paling banyak digunakan adalah golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid ) sebanyak 267 obat atau dengan prosentase sebesar 68,46%. 3. Berdasarkan jenis obat yang digunakan pada kasus reumatik, obat yang paling banyak digunakan adalah natrium diklofenak sebanyak 87 obat atau dengan prosentase sebesar 22,30%. Saran : Perlu penelitian lebih lanjut tentang pola peresepan artritis gout dengan metode yang berbeda, perlu penelitian lebih lanjut tentang interaksi antara obat- obat reumatik dengan obat penyertanya. CERATA Journal Of Pharmacy Science Totok Hardiyanto, dkk., Pola Peresepan Obat … DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Katzung. 2002. Obat- obat reumatik. http://www.kulinet.com/baca/obat-obat-reumatik/874/. Diakses: 15 Mei 2011. Jam: 20.21 Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penellitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Pribadi,M.D. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga, Balai Penerbit PKUI, Jakarta. Setiyohadi. B. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga, Balai Penerbit PKUI, Jakarta. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002, Obat-Obat penting Khasiat Penggunaan dan Efek Samping Edisi ke-5, PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. Wongso, S, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga, Balai Penerbit PKUI, Jakarta 37