1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga softball adalah permainan yang mirip dengan permainan kasti. Permainan ini merupakan permainan beregu terdiri-dari dua tim. Dalam satu tim minimal memiliki 9 orang pemain dan selebihnya merupakan cadangan. Permainan ini pertama kali ditemukan oleh George Hancock pada tahun 1887 di kota Chicago, Amerika Serikat. Olahraga ini terdiri-dari 9 babak yang disebut inning. Di dalam satu inning, tim yang bertanding masing-masing mempunyai kesempatan memukul (batting) untuk mencetak angka (run). Ketika tim yang menyerang mendapat giliran memukul, seorang pelempar bola tim bertahan melemparkan bola ke arah penangkap bola sekencang-kencangnya agar bola tidak dapat dipukul. Tim yang mendapat giliran memukul bergantian seorang demi seorang untuk memukul bola. Tim yang berjaga berusaha mematikan anggota tim yang mendapat giliran memukul. Tim yang mendapat giliran memukul mendapat kesempatan 3 kali mati (out) sebelum giliran memukul digantikan tim yang bertahan. Sebelum perang kemerdekaan softball sudah ada yang memainkan di Indonesia, namun sifatnya masih sangat terbatas. Yaitu hanya dimainkan di sekolah-sekolah tertentu saja. Pada mulanya ada anggapan bahwa permainan olahraga softball hanya pantas dimainkan oleh golongan wanita saja. Hal ini terus berlangsung sampai tahun 1966. Oleh karenanya sampai tahun itu, softball hanya dimainkan oleh putri. Ketika Asian Games Bangkok 2 pada tahun 1966, terbukalah mata kita bahwa sebenarnya olahraga softball itu dapat dimainkan baik oleh putri maupun putra. Pada waktu itu putra-putra kita, masih menyenangi olahraga baseball. Melihat perkembangan softball sedemikan cepatnya dan adanya kompetisi antara negara setiap tahunnya. Timbul perhatian kita terhadap cabang olahraga ini secara serius. Mulanya softball hanya berkembang di Jakarta, Bandung, Palembang, Semarang dan Surabaya. Tetapi kini telah menjadi salah satu cabang olahraga yang sangat digemari masyarakat, terutama para pelajar dan mahasiswa. Untuk menyalurkan kegiatan-kegiatan softball di Indonesia, diperlukan suatu badan yang mengaturnya, maka dibentuklah organisasi induk dengan nama PERBASASI (Perserikatan Baseball dan Softball Amatir Seluruh Indonesia). Dengan adanya wadah Pengurus Besar PERBASASI ini mulailah diadakan kompetisi softball tingkat nasional. Kejuaraan Nasional I diselenggarakan tahun 1967 di Jakarta. Di samping itu sejak PON VII di Surabaya, softball menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Salah satu komponen penting dalam membangun sebuah tim softball yang baik adalah adanya komunikasi yang efektif dalam tim tersebut. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Secara sederhana, komunikasi dapat dirumuskan sebagai proses pengoperan isi pesan berupa lambang-lambang dari komunikator ke 3 komunikan. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi dapat memperkuat ataupun memperlemah bahkan menghancurkan sebuah tim. Komunikasi yang baik dapat membangun kekuatan sebuah tim, sedangkan komunikasi yang buruk dapat menghancurkannya. Untuk dapat membangun kerjasama dalam sebuah tim, diperlukan komunikasi antarpribadi agar tujuan bersama dapat tercapai. Komunikasi antarpribadi adalah sebuah interaksi tatap muka secara verbal dan non-verbal pada tataran psikologis antara individu yang satu dengan individu yang lain, dimana arus pesan terjadi dari dua arah secara aktif. Softball merupakan olahraga tim, sebisa mungkin harus terjaga kualitas komunikasi antara pelatih dengan atlet dan atlet dengan atlet. Faktor yang sangat penting dalam perilaku komunikasi antara pelatih dan atlet adalah saling pengertian dan saling terbuka. Hal ini merupakan sebuah sistem hubungan kerjasama untuk memperoleh tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas dalam sebuah tim. Apabila dalam sebuah tim, pelatih dapat berkomunikasi dengan baik dengan atletnya dan begitu pula sebaliknya, maka akan menghasilkan situasi dan kondisi yang sangat menyenangkan. Perilaku komunikasi yang baik seperti ini, dapat memberikan hasil yang sangat memuaskan dalam sebuah tim. Banyak pelatih olah raga yang baik mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk membangun hubungan erat antara pemimpin dan pengikut. Sebagian menyatakan bahwa ikatan tersebut merupakan hasil perangai yang 4 disebut “kharisma”, karena kharismalah yang membuat pelatih dapat meyakinkan atletnya bahwa mereka mampu mengatasi rintangan macam apapun. Pelatih yang mencapai keberhasilan melalui sifat kharismatik kepribadiannya semua mempunyai sifat dasar yang sama. Mereka semua memimpin dari dalam kerangka tim daripada memimpin dari atas. Mereka berkomunikasi dengan atletnya dan dengan asisten pelatih. Mereka sangat yakin bahwa komunikasi sangat penting bagi keberhasilan tim. Dalam dunia olahraga fungsi dan peran seorang pelatih sangat erat hubungannya dengan capaian prestasi yang diukir oleh atlet. Pelatih adalah seorang yang harus tahu tentang semua kebutuhan yang menjadi dasar bagi terpenuhinya kondisi dimana atlet memiliki peluang untuk mencapai prestasi. Hubungan antara pelatih atlet yang dibina harus merupakan hubungan yang mencerminkan kebersamaan pandangan dalam mewujudkan apa yang dicitacitakan. Seorang pelatih dituntut mampu mejalani profesinya dengan tidak semata-mata bermodalkan dirinya sebagai bekas atlet, melainkan harus melengkapi dirinya dengan seperangkat kompetensi pendukung yang penting. Diantaranya adalah kemampuan untuk mentransfer pengetahuan keolahragaannya kepada atlet secara lengkap baik dari segi teknik, taktik, maupun mental. Kemampuan untuk mengorganisir dinamika mental atlet merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai pelatih. Kompetensi ini akan lebih banyak terlihat ketika dirinya menghadapi suasana kompetensi 5 yang penuh dengan tekanan. Pengalaman akan menjadi modal utama dalam menghadapi situasi ini. Penguasaan kecabangan olahraga dan dalamnya pengalaman tidak serta merta akan menjadikan dirinya sebagai pelatih yang dihormati dan disegani kecuali jika dirinya sudah memiliki karakter dan filosofi sebagai seorang pelatih. Karakter adalah konsistensi sikap dan cara pandang dalam menghadapi suatu masalah. Sedangkan filosofi adalah bingkai kepribadian yang akan menjadi jembatan bagi aktualisasi seluruh komponen yang dimiliki agar apa yang dilakukan dapat diterima oleh orang lain. Dengan memiliki filosofi seorang melatih akan dapat memiliki pegangan ketika menjalankan tugas profesionalnya. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah, ini mencakup berbicara dan mendengarkan orang lain. Seringkali pelatih berpendapat bahwa merekalah yang harus berbicara dan atlet harus selalu mendengarkan. Pelatih yang baik harus selalu belajar kapan dan bagaimana harus bicara dan mendengarkan atletnya. Berkomunikasi dengan atlet seharusnya merupakan bagian dari tanggung jawab pelatih, karena itu berkomunikasi secara formal dengan atlet harus dilakukan secara teratur. Dengan kata lain berkomunikasi dengan atlet tidak hanya dilakukan ketika atlet mempunyai masalah atau kesalahan. Bila itu terjadi, dampak positif boleh dikatakan sangat kecil. Mendengar secara aktif berarti membiarkan lawan bicara mengatakan suatu hal yang ingin dibicarakan dan disampaikan, pendengar menyimak dan peduli.Intinya adalah pendengar mengkonsentrasikan diri terhadap maksud 6 dari pesan yang disampaikan. Weinberg dan Gould (1995) mengatakan, “seorang pendengar aktif seringkali menguraikan isi perkataan yang disampaikan oleh pembicaranya. Mendengarkan secara aktif menjadi sangat penting ketika pelatih dengan atlet berinteraksi, atlet seringkali menyampaikan persoalan dan motivasinya. Seorang pelatih harus dapat mendengarkan secara aktif, karena salah satu tanggung jawab utamanya adalah memotivasi atlet agar dapat mencapai potensi tertinggi. Tim softball Sulawesi Selatan merupakan tim yang selalu berusaha meningkatkan kualitas tim untuk meningkatkan prestasi. Upaya tersebut mancakup mengenai kemampuan berkomunikasi antara pelatih dan atletnya, hal inilah yang menjadi perhatian dan fokus penelitian ini, yaitu untuk mengamati penerapan komunikasi dalam meningkatkan prestasi tim. Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Komunikasi Antarpribadi Antara Pelatih dan Atlet Softball Sulawesi Selatan” 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan komunikasi antarpribadi antar pelatih dan atlet softball Sulawesi Selatan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berlangsungnya komunikasi antar pelatih dan atlet softball Sulawesi Selatan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan komunikasi antarpribadi antar pelatih dan atlet softball Sulawesi Selatan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berlangsungnya komunikasi antar pelatih dan atlet softball Sulawesi Selatan. D. Kegunaan Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan ilmu komunikasi. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. 8 E. Kerangka Konseptual Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya komunikasi dengan manusia lainnya. Namun demikian tidak banyak yang benar-benar mengerti makna kata komunikasi yang selalu dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan. Kata komunikasi sendiri berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Menurut Effendy dengan mendasarkan defenisi dari Harold Laswell (suatu defenisi tua yang sampai saat ini masih digunakan) maka rumusan komunikasi adalah: Siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa (Who says what in which channel to whom with effect). Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication). Komunikasi antar pribadi melibatkan komunikator dan komunikan untuk saling bertatap muka secara langsung (face to face communication). Dengan demikian, bentuk komunikasi ini dianggap paling efektif diantara bentuk komunikasi yang lain karena efek dan timbal balik yang ditimbulkan dari proses komunikasi antarpribadi dapat dirasakan. 9 Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih pun. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi tatap muka, karena itu kemungkinan umpan balik besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Disini ditekankan bahwa hubungan kedekatan atau relasi yang baik antara pelatih dan atlet harus selalu dijaga karena dengan demikian atlet akan merasa dekat secara emosional dan dengan sendirinya atlet akan percaya dan membuka diri kepada pelatihnya. Kegagalan komunikasi terjadi apabila isi pesan dipahami, tetapi hubungan diantara komunikan menjadi rusak. 10 Hal yang sama dikatakan oleh Devito (1997) dalam bukunya Devito mengatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan diantara pribadi yang terlibat dan mengandung lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu: keterbukaan (opennes), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positivenes), dan kesetaraan (equality). 1. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa orang harus membuka semua riwayat tentang hidupnya namun harus ada kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Artinya terbuka adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang orang lontarkan adalah memang miliknya dan harus dipertanggungjawabkan. 2. Empati Henry Backrack dalam Devito (1997) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman 11 orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka di masa mendatang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. 3. Sikap Mendukung Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Sikap mendukung ditandai dengan sikap deskriptif, spontan, dan provisional. a. Deskriptif adalah mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu dan tidak merasakannya sebagai ancaman. Sebaliknya sikap evaluatif seringkali membuat orang bersikap defensif. b. Spontan. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang dalam mengutarakan pikirannya biasanya memperoleh reaksi yang sama. Sebaliknya, bila seseorang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, maka orangpun akan bereaksi secara defensif. c. Provisional. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskannya. Bila seseorang bersikap yakin tak tergoyahkan dan berpikiran tertutup, akan mendorong perilaku defensif pada diri pendengar. 12 4. Sikap Positif Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. a. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. b. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi seseorang dan membuatnya merasa lebih baik. 5. Kesetaraan Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Makin baik hubungan antarpribadi, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara pelaku komunikasi. Hal ini sangat berperan dalam meningkatkan prestasi atlet dimana hubungan antarpribadi yng baik akan 13 membantu pelatih dalam mengenali, menggali, dan mengembangkan potensi yang dimiliki atlet serta membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Untuk lebih jelasnya maka akan digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut: KOMUNIKASI PELATIH 1. Keterbukaan 2. Empati 3. Dukungan 4. Perasaan Positif 5. Kesetaraan ATLET 1. Kerja sama yang baik antar atlet dengan atlet dan antara atlet dengan pelatih. 2. Kualitas komunikasi antara atlet dengan atlet dan atlet dengan pelatih. 3. Perilaku komunikasi yang baik antara atlet dengan atlet dan atlet dengan pelatih. Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual 14 F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu member batasan pengertian sebagai berikut: 1. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antara pelatih dan atlet, yang mana komunikasi ini merupakan komunikasi yang efektif yang mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. 2. Softball Olahraga softball adalah permainan yang mirip dengan permainan kasti. Permainan ini merupakan permainan beregu terdiri dari dua tim. Permainan terdiri dari 9 babak yang disebut inning. Di dalam satu inning, tim yang bertanding masing-masing mempunyai kesempatan memukul (batting) untuk mencetak angka (run). Ketika tim yang menyerang mendapat giliran memukul, seorang pelempar bola tim bertahan melemparkan bola ke arah penangkap bola sekencang-kencangnya agar bola tidak dapat dipukul. Tim yang mendapat giliran memukul bergantian seorang demi seorang untuk memukul bola. Tim yang berjaga berusaha mematikan anggota tim yang mendapat giliran memukul. Tim yang mendapat giliran memukul mendapat kesempatan 3 kali mati (out) sebelum giliran memukul digantikan tim yang bertahan. 15 3. Pelatih Adalah seseorang yang bertugas untuk mempersiapkan fisik dan mental seorang atlet. 4. Atlet Adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga softball. 5. Keterbukaan Adalah cara menyampaikan pesan secara timbal balik antara pelatih dengan atlet dengan bebas (terbuka), jujur, serta tidak ada yang ditutuptutupi. 6. Empati Adalah kemampuan pelatih untuk merasakan masalah yang dihadapi oleh atlet, mengerti keinginan atlet dan memahami apa yang dibutuhkan oleh atlet. 7. Dukungan Adalah semangat yang diberikan oleh pelatih kepada atletnya, utamanya pada saat atlet memiliki masalah dan membantu atlet memecahkan masalah atau keluhan-keluhannya. 8. Perasaan positif Adalah adanya perasaan atau sikap dan perilaku yang baik dari pelatih kepada atletnya yang dapat mendorong atlet berperan secara aktif dan membuka diri atas masalah-masalah ataupun keluhan-keluhan. 9. Kesamaan 16 Adalah adanya saling pengertian antara pelatih dan atlet menyangkut pentingnya pelatih dalam memberikan arahan dan masukan kepada atlet dan sebaliknya atlet akan mampu menanggapi hal tersebut dengan baik tanpa merasa terpaksa. G. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Menggunakan menggambarkan dan tipe penelitian memberikan deskriptif pemaparan kualitatif, serta yaitu menjelaskan mengenai yang diteliti berdasarkan wawancara mendalam serta observasi yang diperoleh dalam penelitian terhadap tim softball Sulawesi Selatan. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tempat latihan atlet softball Sulawesi Selatan yang berada di Lapangan Softball Karebosi. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011-November 2011. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer 1. Observasi, yakni untuk memperoleh data-data yang akurat, penulis melakukan observasi langsung ke lapangan di lokasi penelitian yakni Lapangan Softball Karebosi. Data tersebut dilengkapi dengan berupa dokumentasi. 17 2. Wawancara, pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap yang nantinya menjadi informan dalam penelitian ini, yakni pelatih dan atlet. b. Data Sekunder Diperoleh dari studi literatur, dengan mencari data melalui lembagalembaga yang terkait dengan penelitian. Selain itu juga membaca surat kabar, buku bacaan, majalah, bahan kuliah, laporan serta situs internet yang memiliki relevansi kuat dengan masalah yang diteliti. 4. Informan Sesuai dengan metode penelitian yaitu deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini dipergunakan teknik pengumpulan data yaitu purposive sampling dengan memilih informan yang dianggap layak dalam pemberian data. Dalam penelitian ini penulis memilih informan yakni 3 pelatih dan 3 atlet dengan kriteria sebagai berikut: a. b. Pelatih 1. Usia maksimal 50 Tahun 2. Telah menjadi pelatih softball selama minimal 5 tahun Atlet 1. Usia maksimal 30 Tahun 2. Atlet merupakan pemain softball Sulawesi Selatan yang aktif mengikuti latihan dan pertandingan. 18 5. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan teknik pengolahan data dan analisa dilakukan secara bersamaan pada proses penelitian. Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, seperti wawancara dan observasi yang dituliskan dalam catatan lapangan. Setelah dibaca dan ditelaah maka kemudian mereduksikan data dengan jalan membuat abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti. Kemudian langkah selanjutnya adalah mengkategorikan data berdasarkan tema yang sesuai dengan fokus penelitian.