rencana strategis bidang pertanahan

advertisement
Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI Tahun 2010 -2014.
II.
VISI, MISI, DAN TUJUAN
PEMBANGUNAN PERTANAHAN
A. Visi Pembangunan Pertanahan
R
encana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2010
– 2014 menggambarkan kelanjutan, peningkatan, pengembangan, dan
pemantapan pengelolaan pertanahan yang selama ini telah dilaksanakan
dengan memperhatikan kondisi faktual yang terjadi saat ini, maupun refleksi obyektif
ke depan. Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tersebut
diperlukan sebagai arah pengelolaan pertanahan di Indonesia, sebagaimana arahan
Presiden Republik Indonesia dalam Sidang Paripurna Pertama Kabinet Indonesia
Bersatu II pada tanggal 23 Oktober 2009.
Dalam rangka melaksanakan visi Pembangunan Jangka Panjang yang
telah dicanangkan, selanjutnya disusun RPJM ke-2 (2010-2014) yang ditujukan
untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
Berkenaan dengan upaya untuk memberikan dukungan dalam mewujudkan visi
dan pelaksanaan agenda pembangunan nasional, maka dalam rangka pembangunan
pertanahan telah ditetapkan visi pembangunan pertanahan 2010 - 2014 yang
merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan Badan Pertanahan Nasional, yaitu :
““Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan
pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,
serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan,
kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.”
B. Misi Yang Akan Dilaksanakan
Berdasarkan arah kebijakan pembangunan nasional dan visi serta kondisi yang
ingin dicapai dalam lima tahun kedepan dalam rangka peningkatan pengelolaan
pertanahan dan pengembangan administrasi pertanahan, ditetapkan misi pembangunan
pertanahan yang akan diemban/dilaksanakan BPN dalam tahun 2010 – 2014 yang
mengacu pada 4 (empat) prinsip bahwa Pengelolaan Pertanahan berkontribusi pada
terwujudnya : Prosperity, Equity, Social Welfare, dan Sustainability bagi Rakyat.
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2009
22
Rencana Strategis (RENSTRA) BPN Tahun 2010-2014.
Beranjak dari Visi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, ditetapkan
misi pembangunan pertanahan yang akan diemban/dilaksanakan Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia yaitu :
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran
rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan
ketahanan pangan;
2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat
dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah (P4T);
3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai
sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan
perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan
sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari;
4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap
tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat, dan
5. Penguatan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan
yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas untuk mencapai tujuan
pembangunan bidang pertanahan yaitu “Mengelola tanah seoptimal mungkin
untuk mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya sistem pengelolaan pertanahan
yang efisien, efektif dan terlaksananya penegakkan hukum terhadap hak atas tanah
masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi dan demokrasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Prinsip dan azas
pengelolaan pertanahan nasional dijalankan dengan 4 prinsip pertanahan yaitu:
1. Pengelolaan pertanahan harus berkonstribusi pada kesejahteraan rakyat (welfare);
2. Pengelolaan pertanahan harus berkonstribusi pada keadilan (justice);
3. Pengelolaan pertanahan harus berkonstribusi pada Indonesian Sustainibility Society
(sustainability);
4. Pengelolaan pertanahan harus berkonstribusi pada harmoni kemasyarakatan
(harmony).
Keempat prinsip pengelolaan pertanahan tersebut diatas, diturunkan dari
Pancasila, Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Tap MPR Nomor IX/MPR/2001, Pasal 1
sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Pokok Agraria, dan peraturan perundangundangan lain yang langsung mengatur pertanahan. Dengan terwujudnya kebijakan dan
strategi Pengelolaan Pertanahan sebagaimana di uraikan dalam keempat prinsip
tersebut di atas, pada gilirannya akan menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan
jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat
secara luas.
Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pertanahan tersebut, Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, telah menetapkan 11 agenda prioritas dalam
menangani persoalan pertanahan yang meliputi :
Badan Pertanahan Nasional 2009
23
Rencana Strategis (RENSTRA) BPN Tahun 2010-2014.
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia (trust building);
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah serta sertipikasi tanah
secara menyeluruh di seluruh Indonesia;
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah;
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan
daerah-daerah konflik di seluruh Indonesia;
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan
secara sistimatik;
6. Membangun Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS)
dan Sistem Pengamanan Dokumen Pertanahan di seluruh Indonesia;
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat;
8. Membangun data base penguasaan dan pemilikan tanah skala besar;
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan pertanahan
yang yang telah ditetapkan;
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ; dan
11. Membangun dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan pertanahan.
C. Tujuan Pengelolaan Pertanahan
Tujuan pembangunan bidang pertanahan yang akan dicapai tahun 2010-2014
pada dasarnya adalah “Mengelola tanah seoptimal mungkin untuk mewujudkan
sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Rincian tujuan pembangunan pertanahan tersebut
menunjukkan kondisi yang harus dilanjutkan di tahun 2010-2014, yaitu :
1. Melanjutkan Pengembangan infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan
sektoral, yang diperlukan bagi seluruh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
RI dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia;
2. Tetap berupaya mewujudkan suatu kondisi yang mampu menstimulasi,
mendinamisasi dan memfasilitasi terselenggaranya survei dan pemetaan tanah secara
cepat, modern dan lengkap serta tetap menjamin akurasi di seluruh wilayah
Indonesia khususnya wilayah yang memiliki potensi ekonomi tinggi serta rawan
masalah pertanahan;
3. Melanjutkan percepatan pendaftaran tanah dan penguatan hak atas tanah melalui
program legalisasi aset pertanahan dengan biaya yang lebih murah, dengan waktu
yang terukur;
4. Melanjutkan Penataan dan mengendalikan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah dan mengokohkan keadilan di bidang sumber daya agraria,
mengurangi kemiskinan, serta membuka lapangan kerja melalui Program Pembaruan
Agraria Nasional (Reforma Agraria);
5. Tetap Mengupayakan pengurangan jumlah konflik, sengketa dan perkara pertanahan
serta mencegah terciptanya konflik, sengketa dan perkara pertanahan baru;
Badan Pertanahan Nasional 2009
24
Rencana Strategis (RENSTRA) BPN Tahun 2010-2014.
6. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas pada semua unit kerja BPN RI;
7. Melanjutkan peningkatan mutu pelayanan publik di bidang pertanahan agar lebih
berkualitas, terukur, akurat, tepat, transparan dan akuntabel, dengan tetap menjaga
kepastian hukum.
D. Sasaran Strategis Pengelolaan Pertanahan
Sasaran pembangunan pertanahan yang akan dicapai dalam tahun 2010 - 2014
pada dasarnya adalah terwujudnya sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif, serta
terlaksananya penegakan hukum terhadap hak atas tanah masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi dan demokrasi. Penjabaran dari masingmasing tujuan pembangunan pertanahan yang akan dicapai dalam tahun 2010 -2014
mengacu pada beberapa isu strategis pengelolaan pertanahan yang terdiri dari :
1. Masih terbatasnya cakupan wilayah yang telah dipetakan kedalam peta dasar, peta
tematik, dan peta nilai tanah sehingga berdampak dalam rangka kegiatan pendaftaran
tanah tidak dapat dilakukan percepatan karena masih terbatasnya peta dasar, dalam
konteks peta tematik belum dapat memberikan akses informasi yang lebih luas
terutama untuk kepentingan investasi, seperti belum jelasnya batas administrasi
wilayah, belum dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan kemampuan
tanah, ketersediaan lahan dan nilai tanah.
2. Masih rendahnya jumlah bidang tanah yang terdaftar atau yang sudah diberikan
legalitas sehingga belum memberikan kepastian hukum atas aset masyarakat, aset
pemerintah dan aset badan hukum yang berdampak rentan terjadinya sengketa
pertanahan serta tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber ekonomi terutama
dalam rangka penguatan modal usaha sehingga belum maksimal memberikan
kontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Terjadinya ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
(P4T) yang berakibat pada terkonsentrasinya aset yang dikuasai oleh pemilik modal
sehingga para petani tidak memiliki lahan untuk kegiatan usahanya, petani hanya
menjadi buruh tani sekalipun petani memiliki tanah, tetapi sangat terbatas sehingga
tidak mencukupi untuk kehidupan keluarganya.
4. Harmonisasi Penataan Ruang Dan Perizinan
a. Harmonisasi kebijakan penataan ruang di daerah, pulau/kepulauan, kawasankawasan srategis dan penataan ruang nasional agar memberikan misi keadilan
spasial bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan dengan menyediakan ruang
yang tepat dan layak, serta memastikan adanya partisipasi masyarakat pada proses
penataan ruang dan perencanaan wilayah dan koordinasi penataan ruang antar
wilayah. Sebagai bagian pula dari strategi ini adalah evaluasi kebijakan penataan
ruang yang bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat miskin
dan terpinggirkan. Disamping itu diperlukan koordinasi untuk penyediaan peta
pembangunan fungsi kawasan serta terpadu. Disamping itu diperlukan koordinasi
untuk penyediaan serta penggunaan fungsi kawasan serta terpadu.
Badan Pertanahan Nasional 2009
25
Rencana Strategis (RENSTRA) BPN Tahun 2010-2014.
b. Perbaikan sistem dan pelaksanaan perizinan di bidang pertanahan melalui
pendataan perizinan yang dilakukan dengan menghormati prinsip-prinsip keadilan
bagi semua pihak.
5. Banyaknya bidang-bidang tanah hak dengan sekala besar (luas) yang tidak
dimanfaatkan (terlantar), sehingga membatasi akses masyarakat atas tanah dan tanah
yang diterlantarkan tersebut tidak dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
6. Banyaknya kasus-kasus pertanahan akibat sengketa dan konflik berpotensi terhadap
timbulnya gejolak/kerawanan sosial sehingga menggangu pertumbuhan iklim
investasi, disisi lain bahwa lahan tidak berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
karena tanah tersebut tidak produktif.
7. Kurang harmoninya beberapa peraturan perundangan di bidang pertanahan yang juga
dimandatkan sebagaimana tertuang dalam TAP MPR No. IX/MPR/2001 yang
mengamanatkan untuk melakukan pengkajian peraturan di bidang pertanahan
gunanya untuk memberikan kemudahan di bidang pelayanan pertanahan, jaminan
kepastian berinvestasi dan jaminan kelestarian lingkungan.
8. Masih sulitnya masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan di bidang
pertanahan yang disebabkan oleh kondisi geografis, sarana transportasi, kemampuan
ekonomi masyarakat, dan minimnya informasi tentang pelayanan pertanahan,
sehingga pemerintah melakukan pembangunan LARASITA sebagai kantor yang
bergerak yang didukung dengan penerapan Teknologi Informasi untuk mendekatkan
pusat-pusat layanan pertanahan kepada masyarakat termasuk pemberdayaan
masyarakat di bidang pertanahan.
9. Rendahnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pertanahan yang berdampak
pada masih rendahnya kinerja pengelolaan pertanahan karena pertumbuhan jumlah
kantor sesuai dengan pertumbuhan wilayah administrasi kabupaten/kota yang jauh
melebihi pertumbuhan jumlah pegawai sehingga pada beberapa kantor kekurangan
staf dan terdapat jabatan-jabatan kosong.
10. Peningkatan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Fisik
Masih terbatasnya prasarana fisik sebagai penunjang kegiatan. Hal ini sangat
mengganggu konsentrasi dalam bekerja mengingat sangat terbatas sarana dan
prasarana kantor, bahkan masih banyak Satuan Kerja yang tidak memiliki kantor.
Dengan telah ditetapkannya sasaran strategis pengelolaan pertanahan tahun
2010-2014 tersebut di atas, diharapkan penyusunan kegiatan-kegiatan pertanahan lebih
focus sehingga lebih spesifik, terinci, terukur dan dapat dicapai. Dalam
pelaksanaannya, Renstra tersebut disamping sebagai acuan dalam perencanaan, khusus
dalam kerangka RPJM Nasional 2010-2014, Renstra tersebut sekaligus merupakan
Action Plan (Rencana Aksi) dengan berpedoman pada kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan.
Badan Pertanahan Nasional 2009
26
Download