TUGAS B PENGELOLAAN B3 TL-3204 LIMBAH BATERAI SEBAGAI B3 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan B3 TL-3204 Oleh : Doli Rionari 15307025 Dita Amalia 15307043 Benedikta Ariningsih 15307047 Yulianty Harja 15307049 Asriningtias Andarini 15307051 Setra Ragasta 15307065 Mitha Pratiwi 15307075 Caecilia Ardianovita P 15307085 Ratu Keni Atika 15307095 Paramitha Prameswari 15307097 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat rahmat dan hikmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan tema “Baterai Bekas” ini merupakan tugas kedua (Tugas B) dari Mata Kuliah Pengelolaan B3 TL-3204, mata kuliah yang saat ini sedang kami pelajari. Kiranya makalah ini bukan hanya berupa pertanggungjawaban dari tugas kuliah saja, tapi kedepannya diharapkan dapat berguna bagi literatur kajian tentang pengelolaan B3, khususnya mengenai baterai. Makalah ini merupakan salah satu wujud realita yang ada di masyarakat yang telah kami kaji dengan sedemikian rupa hingga kami buat berbobot. Akhirnya kami sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen kami Prof. Enri Damanhuri atas saran, kritik dan ilmu-ilmu, baik yang kami dapatkan secara lisan di kelas kuliah maupun dari diktat kuliah, sehingga kami dapat mengimplementasikannya dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga diberikan kepada semua pihak yang telah bekerja keras sejak penyusunan materi sampai diselesaikannya makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk-Nya serta memberikan kekuatan kepada kita semua dalam memajukan pengelolaan sampah di Bandung dan Indonesia pada umumnya. Bandung, April 2010 Penyusun 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................... 2 DAFTAR ISI .............................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4 I.1 Latar Belakang ............................................................................ 4 I.2 Tujuan .......................................................................................... 5 I.3 Ruang Lingkup ............................................................................ 5 I.4 Sistematika Penulisan ................................................................. 5 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6 II.1 Penjelasan Umum ...................................................................... 6 II.2 Senyawa-Senyawa Penyusun Baterai ...................................... 7 II.3 Pengelolaan Limbah Baterai .................................................... 22 BAB III KASUS DAN EVALUASI ......................................................... 34 BAB IV PENUTUP ................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 44 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baterai merupakan salah satu barang yang umum digunakan. Dalam kehidupan sehari-hari, baterai digunakan sebagai suatu sumber energi pada mainan, jam, ponsel, kamera, remote TV, dan lain sebagainya. Dari jumlah konsumsi baterai, hampir semua baterai yang sudah tidak digunakan lagi (baterai bekas) langsung dibuang ke tempat sampah dan bercampur dengan sampah-sampah lainnya. Masyarakat pada umumnya tidak mengetahui bahwa sesungguhnya baterai bekas yang sudah tidak digunakan lagi merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah bahan berhabaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No.18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999). Ciri-ciri limbah yang termasuk B3 antara lain mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan apabila diuji dengan metode toksilogi dapat diketahui termasuk jenis limbah B3. Baterai bekas termasuk limbah B3 karena didalamnya mengandung bahan kimia berbagai logam berat, seperti merkuri, mangan, timbal, kadmium, nikel dan lithium. Jika sampah baterai ini dibuang ke tanah, kandungan zat kimanya akan merembes hingga ke bagian dasar dan mencemari air tanah. Zat kimia berbahaya ini bisa mengkontaminasi semuanya, mulai dari tanah tempat makanan kita tumbuh hingga ke air yang kita konsumsi. Banyak dari zat-zat kimia ini tidak bisa dihilangkan dari air minum maupun dari tanaman yang dipanen dari ladang yang terkontaminasi. Resiko ancaman hal ini terhadap kesehatan manusia sangat besar. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai baterai bekas serta pengelolaan dan pengolahannya dengan ketentuan yang berlaku layaknya pengelolaan limbah B3 pada umumnya penting diketahui oleh masyarakat agar penanganan kedepannya dapat lebih baik lagi. 4 1.2 Tujuan 1. Mengetahui kandungan senyawa kimia dalam baterai 2. Mengetahui jenis-jenis dan klasifikasi baterai 3. Mengetahui kasus-kasus yang terjadi akibat baterai 4. Mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan baterai bekas 1.3 Ruang Lingkup Judul yang ditetapkan dalam makalah ini yaitu “Baterai Bekas”. Dalam makalah ini kami bermaksud mendapatkan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan baterai, termasuk pengelolaan dan pengolahannya secara benar. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bagian pendahuluan menguraikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup serta sistematika penulisan. Bab II : Pembahasan Bab ini berisi jenis-jenis, kalsifikasi, kandungan, pengelolaan dan pengolahan baterai bekas yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam tugas makalah ini. Bab III : Kasus dan Evaluasi Bab ini berisi kasus-kasus terkait limbah baterai yang pernah terjadi di dunia dan evaluasi peraturan mengenai limbah baterai tersebut. Bab IV : Penutup Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh hasil kajian dan dilengkapi dengan saran yang berkaitan dengan hasil yang diperoleh. 5 BAB II PEMBAHASAN II.1 Penjelasan Umum Baterai adalah suatu komponen penyimpan energi dengan mengubah energi listrik menjadi energi kimia dan yang dapat mengeluarkan energi dengan mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai terdiri dari tiga komponen penting, yaitu : Batang karbon sebagai anoda (kutub positif baterai) Seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai) Pasta sebagai elektrolit (penghantar). Secara umum, baterai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Menurut bahan elektrolitnya terbagi menjadi dua, yaitu: Baterai Timah Hitam dari larutan asam belerang Baterai Alkali dari larutan alkali. 2. Prinsip kerja suatu baterai terbagi menjadi dua, yaitu: Baterai Timah Hitam Baterai Alkali Bentuk baterai bermacam-macam. Ada yang berbentuk tabung ada juga yang berbentuk kotak. Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan listrik 1,5 volt. Baterai ini disebut juga sebagai baterai primer. Ada juga yang dinamakan rechargeable battery (baterai sekunder), yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti yang biasa terdapat pada telepon genggam atau ponsel. Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat merubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction). Kelebihan dan kekurangan Baterai Alkali dengan Timah Hitam antara lain adalah baterai alkali lebih tahan terhadap goncangan bila dibandingkan dengan baterai timah hitam, baterai alkali tidak mengeluarkan gas yang menyebabkan korosi sedangkan baterai timah hitam menghasilkan gas penyebab korosi dan baterai alkali cukup tahan terhadap arus pengosongan yang besar serta pengisian yang berlebihan dibandingkan dengan baterai timah hitam. 6 Dalam pembuatan baterai, banyak senyawa kimia yang digunakan sebagai bahan baku ataupun bahan pelengkap, antara lain: - Belerang - Air raksa - Asam sulfat - Seng - Amonium klorida - Antimon - Kadmium - Perak - Nikel - Hidrida logam nickel - Litium - Hidrida - Kobalt - Mangan - Nitrogliserin - Rubidium II.2 Senyawa-Senyawa Penyusun Baterai Belerang (SO2) Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme. Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri logam dan besi baja. Potensi dan penyebaran endapan belerang di Indonesia saat ini baru diketahui di enam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif, sumber daya belerang sublimasi dapat dianggap tidak terbatas. Sifat-sifat fisik belerang adalah : - Kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh dari unsur pengotornya - Berat Jenis : 2,05 – 2,09 - Kekerasan : 1,5 – 2,5 pada skala Mohs - Ketahanan : getas atau mudah hancur(brittle) - Pecahan : berbentuk konkoidal dan tidak rata - Kilap : damar - Goresan berwarna putih Sifat-sifat lainnya adalah : - Tidak larut dalam air, atau H2S04 7 - Titik lebur 129oC - Titik didih 446oC - Mudah larut dalam CS2, CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anlin - Pengantar panas dan listrik yg buruk - Apabila dibakar apinya berwarna biru dan menghasilkan gas-gas SO2 yang berbau busuk Beberapa efek belerang : Efek dari gas belerang terhadap manusia sangatlah bervariasi. Dimana dengan konsentrasi rendah pada 1 ppm yang telah dihirup, manusia akan mengalami pengurangan fungsi paru-paru. Sedangkan bila selama 10 hingga 30 menit kedapatan konsentrasi mencapai 5 ppm, maka akan mengakibatkan sesak napas pada cabang tenggorokan kita. Bila dalam 20 menit mencapai konsentrasi 8 ppm maka akan memerahkan tenggorokan, gangguan pada hidung, dan iritasi pada tenggorokan. Konsentrasi sekitar 20 ppm merupakan titik kritis dari iritasi konsentrasi SO2, meskipun ada beberapa laporan yang menyatakan bahwa ada orangorang yang bekerja pada konsentrasi melampaui 20 ppm. Konsentrasi sebesar 500 ppm sangat tidak dianjurkan untuk dihirup oleh manusia. Pada beberapa kasus dimana terdapat konsentrasi SO2 yang sangat tinggi pada ruangan tertutup, terjadi gangguan saluran udara, hypoxemia (kekurangan oksigen pada darah), dan kematian dalam hitungan menit. Efek dari pulmonary edema (gangguan pada paru-paru) meliputi batuk dan napas pendek yang dialami selama berjam-jam atau berharihari setelah kedapatan menghirup konsentrasi SO2. Efek dari kedapatan menghirup konsentrasi dalam waktu yang sering adalah luka permanen pada paru-paru. Air raksa Air raksa adalah satu-satunya logam yang secara alami berwujud cair pada suhu kamar. Air raksa atau merkuri banyak digunakan untuk kegiatan penambangan emas, produksi gas khlor dan soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai. Sifat fisik air raksa : - Unsur logam pada golongan II B pada sistem periodik, bernomor atom 80 dengan nomor massa 200.59 - Logam murni berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap - Memiliki titik beku pada -39oC 8 - Bila dipanaskan sampai suhu 357oC akan menguap (merupakan logam yang paling mudah menguap) - Berwujud cair pada suhu kamar - Memiliki tahanan listrik yang rendah sehingga merupakan penghantar listrik yang baik - Dapat membentuk alloy dengan logam lain (disebut juga amalgam) Air raksa dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas volkanik. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organomerkuri. Senyawa organomerkuri yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Karena bakteri itu kemudian termakan oleh ikan, maka konsentrasi merkuri dalam tubuh ikan cenderung tinggi. Bila pembuangan zat ini tidak diperhatikan, dikhawatirkan kasus seperti di Minamata, Jepang dapat terulang kembali. Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin. Pengaruh pada fungsi otak adalah dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri bersifat karsiogenik. Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi. 9 Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, aerta dijauhkan dari anakanak dan wanita yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut : Di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m 3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari). Asam Sulfat Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat dan larut dalam air pada semua perbandingan. Asam ini banyak digunakan pada pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Sifat-sifat fisik asam sulfat : - Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak dan tidak berbau - Massa molar : 98.08 g/mol - Densitas : 1.84 g/cm3 (liquid) - Titik leleh : 10oC , 283 K, 50oF - Titik didih : 337oC, 610 K, 639oF - Viskositas : 26.7 cP , 20oC - pKa : -3 - H2SO4 anhidrat merupakan cairan yang sangat polar dengan tetapan dielektrik sekitar 100, dan memiliki konduktivitas tinggi juga memiliki viskositas tinggi - Bersifat sangat korosif (diperburuk oleh eksotermiknya dengan air), tidak mudah terbakar Dampak paparan asam sulfat : Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan aerosol asam. Paparan dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata, saluran pernafasan, dan membran mukosa yang parah. Iritasi akan mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema paru apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah, simtom-simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling umum dilaporkan adalah pengikisan gigi. Indikasi kerusakan kronis saluran pernafasan masih belum jelas. Di Amerika Serikat, batasan paparan yang diperbolehkan ditetapkan 10 sebagai 1 mg/m³. Terdapat pula laporan bahwa penelanan asam sulfat menyebabkan defisiensi vitamin B12 dengan degenarasi gabungan subakut. Sifat korosif asam sulfat menyebabkan luka bakar akibat paparannya. Luka bakar akibat asam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya, hal ini dikarenakan adanya tambahan kerusakan jaringan dikarenakan dehidrasi dan kerusakan termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air. Bahaya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam sulfat. Namun, bahkan asam sulfat encer (sekitar 1 M, 10%) akan dapat mendehidrasi kertas apabila tetesan asam sulfat tersebut dibiarkan dalam waktu yang lama. Oleh karenanya, larutan asam sulfat yang sama atau lebih dari 1,5 M diberi label "CORROSIVE" (korosif), manakala larutan lebih besar dari 0,5 M dan lebih kecil dari 1,5 M diberi label "IRRITANT" (iritan). Asam sulfat berasap (oleum) tidaklah dianjurkan untuk digunakan dalam sekolah oleh karena bahaya keselamatannya yang sangat tinggi. Perawatan pertama yang standar dalam menangani tumpahnya asam sulfat ke kulit adalah dengan membilas kulit tersebut dengan air sebanyak-banyaknya. Pembilasan dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit untuk mendinginkan jaringan disekitar luka bakar asam dan untuk menghindari kerusakan sekunder. Pakaian yang terkontaminasi oleh asam sulfat harulah dilepaskan dengan segera dan segera bilas kulit yang berkontak dengan pakaian tersebut. Dalam penggunaannya di bidang industri, keberadaan aerosol asam sulfat dapat meningkatkan bahaya kebakaran. Walaupun asam sulfat tidak mudah terbakar, kontak dengan logam dalam kasus tumpahan asam dapat menyebabkan pelepasan gas hidrogen. Penyebaran aerosol asam dan gas sulfur dioksida menambah bahaya kebakaran yang melibatkan asam sulfat. Seng Seng adalah salah satu elemen yang paling umum di bagian kerak bumi. Seng ditemukan di udara, tanah, dan air dan hadir di semua makanan. Dalam bentuk murni (atau logam), seng adalah logam-putih kebiruan yang mengkilap. Tidak ada informasi tentang rasa dan bau logam seng. Seng bubuk mudah meledak dan dapat terbakar jika disimpan di tempat lembab. Seng metalik memiliki banyak kegunaan dalam industri. Penggunaan umum dari seng adalah sebagai pelapis besi atau logam lainnya agar tidak berkarat atau korosi. Seng 11 juga dapat bercampur dengan logam lain dan membentuk paduan seperti kuningan dan perunggu. Seng metalik juga digunakan untuk membuat baterai sel kering. Seng juga dapat berkombinasi dengan unsur-unsur lainnya, seperti klorin, oksigen, dan belerang, untuk membentuk senyawa seng. Senyawa seng yang dapat ditemukan pada limbah berbahaya antara lain seng klorida, seng oksida, seng sulfat, dan sulfida seng. Kebanyakan bijih seng ditemukan secara alami di lingkungan dalam bentuk sulfida seng. Sifat fisik seng : - Merupakan logam diamagnetic, berwarna putih kebiruan, berkilau, memiliki densitas lebih kecil daripada besi dan memiliki struktur kristal heksagonal - Berupa logam keras dan rapuh pada sebagian besar temperatur namun lunak pada 100 oC – 150oC. - Di atas 210oC, logam akan menjadi rapuh lagi dan dapat dilumatkan dengan pukulan - Memiliki tingkat konduktivitas listrik sedang - Memiliki titik leleh rendah 420°C dan titik didih 900°C (merupakan logam transisi dengan titil leleh terendah di samping merkuri dan cadmium) Senyawa seng tidak mudah meledak atau terbakar. Seng sulfida berwarna abu-abuputih atau kuning, dan seng oksida berwarna putih. Kedua senyawa ini digunakan untuk membuat putih cat, keramik, dan produk lainnya. Seng oksida digunakan dalam memproduksi karet. Senyawa seng, seperti seng asetat, seng klorida, dan seng sulfat, digunakan dalam pengolahan kayu dan di bidang manufaktur dan pencelupan kain. Seng klorida juga merupakan bahan utama dalam asap dari bom asap. Senyawa seng juga digunakan pada industri obat-obatan sebagai bahan beberapa produk, seperti sun block, salep ruam popok, deodoran, obat jerawat, dan shampoo antidandruff. Seng dapat memasuki tubuh melalui saluran pencernaan akibat konsumsi makanan atau minum air yang mengandung seng. Seng juga dapat masuk melalui pernafasan akibat menghirup debu atau uap seng dari peleburan seng atau pengelasan dengan seng. Jumlah seng yang masuk secara langsung melalui kulit relatif kecil. Mayoritas paparan terjadi melalui air minum yang mengandung kadar seng tinggi. Seng disimpan di seluruh tubuh dan meningkat dengan cepat pada darah dan tulang segera setelah paparan. Seng dapat tinggal di tulang selama beberapa hari setelah terpapar. Biasanya, seng meninggalkan tubuh melalui air seni dan kotoran. 12 Efek kesehatan Menghirup sejumlah besar seng (sebagai debu atau uap dari peleburan atau mengelas) dapat menyebabkan penyakit jangka pendek tertentu yang disebut demam asap logam. Namun, sangat sedikit yang diketahui tentang efek jangka panjang dari menghirup debu atau uap seng. Paparan seng ke dalam tubuh melalui makanan, air, atau suplemen makanan yang terlalu banyak juga dapat mempengaruhi kesehatan. Kadar seng yang menghasilkan efek merugikan kesehatan adalah jika melebihi Recommended Daily Allowances (RDAs) untuk seng (15 mg / hari untuk pria dan 12 mg / hari untuk wanita). Jika dosis seng (10-15 kali lebih tinggi dari RDA) yang masuk melalui mulut bahkan untuk waktu yang singkat, dapat terjadi kram perut, mual dan muntah. Menelan seng dalam jumlah besar untuk beberapa bulan dapat menyebabkan anemia, kerusakan pankreas, dan penurunan tingkat kolesterol high density lipoprotein (HDL). Paparan senyawa seng dapat menyebabkan iritasi kulit. EPA telah menetapkan bahwa seng tidak dapat diklasifikasikan sebagai senyawa karsinogen pada manusia. Amonium Klorida Amonium klorida (NH4Cl), disebut juga sal amoniak, salmiak, garam nushadir, sal amagnac, sal armoniak, garam armoniak, dan dalam bentuk murni berupa garam ammonia kristal berwarna putih yang larut dalam air. Larutan ammonium klorida merupakan asam sedang. Sifat fisik ammonium klorida : - Massa molar : 53.56 g/mol - Tidak berbau - Densitas : 1.5274 g/cm3 - Titik didih : 338oC (terdekomposisi) - Kelarutan dalam air : 29.7 g/100ml (0oC), 37.2 g/100ml (20oC), 77.3 g/100ml (100oC) - Kelarutan dalam alcohol : 0.6 g/100ml (19oC) - pKa : 1.642 Efek kesehatan akibat paparan ammonium klorida antara lain : - Inhalasi : iritasi pada saluran pernafasan ( gejala : batuk, nafas tersenggal- senggal) - Pencernaan : iritasi saluran pencernaan ( gejala : muntah, diare dan mual) 13 - Kontak kulit : iritasi (gejala : kemerahan, gatal dan perih) - Kontak mata : iritas, kemerahan dan perih - Paparan kronis : tidak diketahui Antimon Antimon atau stibium (Sb) adalah sebuah elemen dengan bentuk putih keperakan, rapuh, dan menguap pada suhu rendah. Antimon menyerupai metalloid logam dari bentuk dan fisiknya tetapi secara reaksi kimia tidak demikian. Antimon sedang dikembangkan dalam produksi industri semikonduktor, dalam produksi dioda, dan detektor infra merah. Sebagai sebuah campuran semi logam, antimon dapat meningkatkan kekuatan mekanik bahan. Manfaat yang paling penting dari antimon adalah sebagai penguat timbal untuk baterei. Kegunaan lain : Campuran anti gores Korek api Obat-obatan Pipa-pipa Senyawa antimon dengan oksida, sulfida, sodium, antimonate, dan antimon triclorid diguanakan dalam pembuatan senyawa tahan api, keramik, gelas, dan cat. Antimon sulfida alami, stibnite diketahui dan digunakan dalam blibical time sebagai obat-obatan dan kosmetik. Antimon juga digunakan untuk peralatan Hall-effect. Ia dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan timbal. Baterai, logam anti friksi, senjata ringan dan tracer bullets (peluru penjejak), pembungkus kabel, dan produk-produk minor lainnya menggunakan sebagian besar antimon yang diproduksi. Senyawa-senyawa yang mengambil setengah lainnya adalah oksida, sulfida, dan natrium. Antimon dan senyawanya adalah racun. Secara klinik, racun antimon hampir mirip dengan racun arsen. Dalam dosis rendah, antimon menyebabkan sakit kepala, muntah, kejang dan depresi. Dalam dosis besar antimon dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa hari. Sifat fisik antimon : - Merupakan konduktor panas dan listrik yang buruk - Antimon dan banyak senyawanya bersifat toksik (beracun) - Merupakan golongan metalloid, bernomor atom 51 - Massa atom : 121.760 g/mol 14 - Berwujud padat - Massa jenis (sekitar suhu kamar) : 6.697 g/cm3 - Massa jenis (pada titik lebur) : 6.53 g/cm3 - Titik lebur : 903.78 K , 630.63oC, 1167.13oF - Titik didih : 1860 K, 1587oC, 2889oF - Kalor peleburan : 19.79 kJ/mol - Kalor penguapan : 193.43 kJ/mol - Kapasitas kalor (25oC) : 25.23 J/(mol.K) Kadmium Kadmium merupakan elemen kimia dengan lambang Cd dan bernomor atom 48. Logam ini berwarna putih kebiruan, mirip dengan seng (memiliki tingkat oksidasi +2) dan merkuri (titik lebur rendah dibanding logam transisi). Kadmium hampir selalu ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam bijih-bijih seng, seperti sphalerite (ZnS). Greenokcite (CdS) merupakan mineral satu-satunya yang mengandung kadmium. Hampir semua kadmium diambil sebagai hasil produksi dalam persiapan bijih-bijih seng, tembaga dan timbal. Kadmium merupakan komponen campuran logam yang memiliki titik cair terendah. Unsur ini digunakan dalam campuran logam poros dengan koefisien gesek yang rendah dan tahan lama. Ia juga banyak digunakan dalam aplikasi sepuhan listrik (electroplating). Sulfat merupakan garamnya yang paling banyak ditemukan dan sulfidanya memiliki pigmen kuning. Senyawa dengan kandungan cadmium sejak dahulu digunakan sebagai pigmen, pelapis anti korosi pada baja dan untuk menstabilisasi plastik. Kadmium digunakan pula dalam pembuatan solder, baterai Ni-Cd, dan sebagai penjaga reaksi nuklir fisi. Senyawa kadmium juga digunakan dalam fosfor tabung TV hitam-putih dan fosfor hijau dalam TV bewarna. Penggunaan cadmium berkurang, kecuali pada baterai Ni-Cd dan panel surya cadmium-telluride karena toksisitas dan karsinogenitas yang tinggi. Sifat fisik cadmium : - Merupakan logam bivalen berwarna putih kebiruan yang lembut, lunak, dan elastis. - Hampir menyerupai seng namun membentuk senyawa yang lebih kompleks - Densitas : 8.65 g/cm3 - Densitas cairan : 7.996 g/cm3 - Titik lebur : 594.22 K, 321.07 °C, 609.93 °F 15 - Titik didih : 1040 K, 767 °C, 1413 °F - Struktur kristal : heksagonal Penanganan kadmium harus hati-hati karena uap dari kadmium sangat berbahaya, contohnya solder perak. Pengeksposan terhadap debu-debu kadmium tidak boleh melewati 0.01 mg/m3 (rata-rata waktu-berat selama 8 jam, 40 jam seminggu). Konsentrasi maksimum, selama 15 menit, tidak boleh melewati 0.14 mg/m3. Pengeksposan terhadap uap kadmium oksida tidak boleh melewati 0.05 mg/m3 dan konsentrasi maksimum tidak boleh melewati 0.05 mg/m3. Nilai-nilai konsentrasi di atas sedang dievaluasi kembali dan rekomendasi sementara yang ditetapkan adalah mengurangi pengeksposan terhadap kadmium. Nikel Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi. Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga. Oksidasi nikel yang paling umum adalah 2, tetapi juga terdapat senyawa Ni 0, Ni +, dan Ni3+. Nikel (0) Tetracarbonylnickel (Ni (CO) 4) yang ditemukan oleh Ludwig Mond, adalah cairan yang mudah menguap pada suhu kamar. Pada pemanasan, senyawa tersebut terurai kembali menjadi nikel dan karbon monoksida: Ni (CO) 4 Ni + 4 CO Sifat ini dimanfaatkan dalam proses Monod untuk memurnikan nikel, seperti yang dijelaskan di atas. Nikel (0) yang terdapat pada senyawa kompleks bis(cyclooctadiene)nikel (0) adalah sebuah katalis berguna dalam kimia organonickel karena dapat mudah menyingkirkan ligan cod . Nikel (II) Nikel (II) senyawa yang dikenal dengan semua anion umum, yaitu sulfida, sulfat, karbonat, hidroksida, carboxylates, dan halida. Nikel (II) sulfat diproduksi dalam jumlah besar dengan 16 melarutkan logam nikel atau oksida dalam asam sulfat. Senyawa ini ada sebagai hexa-dan heptahydrates. Senyawa ini berguna untuk elektroplating nikel. Nikel (II) klorida dihasilkan dengan melarutkan residu nikel dalam asam klorida. Diklorida biasanya ditemukan sebagai hexahydrate hijau, tetapi bisa mengalami dehidrasi untuk memberikan anhidrat kuning NiCl2. Beberapa nikel tetracoordinate (II) berstruktur kompleks tetrahedral dengan bentuk persegi geometri planar. Kompleks tetrahdral terdiri atas paramagnetik dan kompleks planar kuadrat diamagnetic . Nikel (III) Nikel (III) oksida adalah jenis nikel yang digunakan sebagai katoda dalam banyak baterai yang dapat diisi ulang , termasuk nikel-kadmium , nikel-besi , hidrogen nikel , nikel-metal hidrida , dan juga digunakan oleh beberapa produsen di Li-ion baterai. Paparan terhadap nikel logam dan senyawa terlarut tidak boleh melebihi 0.05mg/cm³ pada paparan nikel dengan 40-jam kerja per minggu. Nikel sulfida asap dan debu diyakini karsinogenik , dan begitu juga dengan berbagai senyawa nikel lainnya. Nikel karbonil, [Ni (CO) 4], adalah gas yang sangat beracun. Logam karbonil dikatakan toksik karena bersifat toksik sebagai logam itu sendiri dan karena logam karbonil memiliki kemampuan untuk dapat mengeluarkan gas karbon monoksida yang sangat beracun serta dapat menyebabkan terjadinya ledakan di udara. Individu yang peka mungkin akan menunjukkan alergi terhadap nikel yang mempengaruhi kulit, atau dikenal juga sebagai efek dermatitis. Sensitivitas terhadap nikel juga dapat hadir pada pasien dengan pompholyx . Nikel adalah penyebab penting dari alergi kontak, sebagian karena penggunaannya dalam perhiasan yang umumnya dimaksudkan untuk menindik telinga . Alergi karena nikel yang dipengaruhi karena menindik telinga sering ditandai dengan gatal, kulit merah. Banyak anting sekarang dibuat nikel-bebas karena masalah ini. Jumlah nikel yang diperbolehkan dalam produk yang bersentuhan dengan kulit manusia diatur oleh Uni Eropa . Hidrida Logam Nikel Hidrida logam nikel termasuk dalam jenis hidrida logam (MHx). Hidrida MHx yang menunjukkan sifat logam, biasanya bertipe intertisi dan non stoikiometri. Hidrogen menempati sebagian lubang dalam kisi logam. Biasanya x bukan bilangan bulat dalam 17 senyawa ini. Hidrida jenis ini yang dikenal meliputi hidrida dari Golongan 3 (Sc, Y), Golongan 4 (Ti, Zr, Hf), Golongan 5 (V, Nb, Ta), Cr, Ni, Pd, dan Cu, tetapi hidrida logam lain di Golongan 6 sampai 11 relatif tidak dikenal. Paladium (Pd) merupakan salah satu unsur yang bereaksi dengan gas hidrogen pada suhu kamar, dan membentuk hidrida yang mempunyai komposisi PdHx (x < 1). Banyak hidrida logam yang menunjukkan sifat hantaran logam. LaNi5 adalah senyawa paduan antara lantanum dan nikel, yang dapat menampung sampai 6 atom hidrogen per sel satuan dan berubah menjadi LaNi5H6. Paduan ini menjadi salah satu kandidat untuk digunakan sebagai bahan penyimpan hidrogen dalam pengembangan mobil berbahan hidrogen. Hidrida logam nikel merupakan salah satu jenis baterai telepon selular. Baterai jenis ini memiliki memori yang lebih lama dan daya tahan yang cukup lama. Jenis baterai ini baik untuk digunakan oleh orang-orang yang membutuhkan pengisian cepat dan jika dilakukan pengisian dengan pengisi daya mobil dapat terisi penuh dalam 1 jam. Jenis baterai ini disukai oleh banyak pengguna telepon selular karena dayanya bertahan lama dan murah. Baterai hidrida logam nikel juga tidak beracun dan baik untuk lingkungan. Litium Litium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Li dan nomor atom 3. Unsur ini termasuk dalam logam alkali dengan warna putih perak. Dalam keadaan standar, litium adalah logam paling ringan sekaligus unsur dengan densitas paling kecil. Seperti logam-logam alkali lainnya, litium sangat reaktif, dapat terkorosi dengan cepat dan menjadi hitam di udara lembab. Oleh karena itu, logam litium biasanya disimpan dengan dilapisi minyak. Menurut teorinya, litium (kebanyakan 7Li) adalah salah satu dari sedikit unsur yang disintesis dalam kejadian “Big Bang” walaupun kelimpahannya sudah jauh berkurang. Sebab-sebab menghilangnya litium dan proses pembentukan litium yang baru menjadi topik penting dalam astronomi. Litium adalah unsur ke-33 paling melimpah di bumi, namun karena reaktivitasnya yang sangat tinggi membuat unsur ini hanya bisa ditemukan di alam dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain. Litium ditemukan di beberapa mineral pegmatit, namun juga bisa didapatkan dari air asin dan lempung. Pada skala komersial, logam litium didapatkan dengan elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium klorida. Logam Lithium bersifat korosif dan membutuhkan penanganan khusus untuk menghindari kontak dengan kulit. Selain itu, debu atau senyawa litium yang terhirup pada 18 awalnya dapat mengganggu hidung dan tenggorokan, sementara dalam paparan yang lebih tinggi dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru dan menyebabkan edema paru. Dalam penggunaan litium sebagai salah satu jenis baterai yang memiliki pasaran tinggi, beberapa aturan dan proteksi bagi konsumen ditetapkan. Pengangkutan dan pengiriman beberapa jenis baterai lithium dilarang menggunakan transportasi tertentu seperti pesawat karena kemampuan sebagian besar jenis baterai lithium untuk bereaksi sangat cepat ketika terjadi arus pendek. Hal yang dikenal dengan reaksi termal ini dapat menyebabkan panas dan mungkin ledakan, oleh karena itu sebagian besar konsumen baterai lithium memiliki perlindungan thermal overload built-in untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Solusi lain adalah dengan mendesain secara inheren batas arus pendek sirkuit. Namun, saat ini terdapat beberapa yurisdiksi yang mulai membatasi penjualan baterai lithium karena alasan diatas. Hidrida Hidrida merupakan nama yang diberikan untuk ion negatif hidrogen H−. Walaupun ion ini tidak akan ada tanpa kondisi yang khusus, istilah hidrida digunakan secara luas untuk menyebut sebuah senyawa hidrogen dengan unsur lain, terutama untuk unsur golongan 1–16. Senyawa-senyawa yang dibentuk oleh hidrogen sangatlah banyak, melebihi senyawa yang dapat dibentuk oleh unsur lain. Berbagai macam hidrida logam sedang dikaji untuk digunakan sebagai penyimpan hidrogen dalam sel bahan bakar mobil listrik dan dalam baterai. Golongan hidrida 14 sangatlah penting dalam teknologi penyimpanan energi listrik dalam baterai. Ia juga memiliki peran yang penting dalam kimia organik sebagai reduktor kuat. Setiap unsur dalam tabel periodik (kecuali beberapa gas mulia) dapat membentuk satu atau lebih hidrida. Senyawa-senyawa ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut sifat-sifat ikatan kimianya : Hidrida salin, yang mempunyai sifat-sifat ionik secara signifikan Hidrida kovalen, yang meliputi hidrokarbon dan senyawa lainnya Hidrida interstitial (selitan), yang mempunyai ikatan logam. 19 Kobal Kobal terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan eritrit. Kobal juga sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Selain itu, kobal juga terdapat dalam meteorit. Bijih mineral kobal yang penting ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada. Survei badan geologis Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah ke utara Lautan Pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif dangkal, lebih dekat ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat lainnya. Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel. Kobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi. Kobal cenderung terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar. Transformasi antara dua bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan dengan variasi tinggi sebagaimana dilaporkan pada sifat fisik kobal. Mangan Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk, seperti oksida, silikat, dan karbonat yang merupakan jenis senyawa paling umum. Kebanyakan senyawa mangan saat ini ditemukan di Rusia, Brazil, Australia, Afrika Selatan, Gabon, dan India. Irolusi dan rhodokhrosit adalah mineral mangan yang paling banyak dijumpai, sedangkan logam mangan dapat diperoleh dengan mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminum atau dengan proses elektrolisis. Mangan umumnya berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh. Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin secara perlahan-lahan. Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting. Dalam baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi kekuatan, kekerasan, dan kemampuan pengerasan. Sedangkan dengan aluminum dan bismut, khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, mangan dapat membentuk alloy yang bersifat ferromagnetik. Senyawa mangan kurang beracun bila dibandingkan dengan logam luas lain seperti nikel dan tembaga. Namun, paparan terhadap debu dan asap mangan tidak boleh melebihi nilai batas atas 5 mg/m3 bahkan untuk periode singkat karena tingkat toksisitasnya. Keracunan mangan dapat mengakibatkan gangguan saraf motorik dan gangguan kognitif. 20 Nitrogliserin Nitrogliserin atau dikenal juga sebagai trinitroglycerin, trinitroglycerine, 1,2,3- trinitroxypropane dan trinitrate gliseril adalah senyawa yang berat, tidak berwarna, berminyak, dan merupakan peledak cair yang diperoleh dari nitrating gliserol. Sejak tahun 1860-an, senyawa ini telah digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan bahan peledak , khususnya dinamit untuk digunakan dalam konstruksi dan penghancuran industri. Demikian pula, sejak tahun 1880-an, Nitrogliserin telah digunakan oleh militer sebagai bahan aktif, dan gellatinizer untuk nitroselulosa , di beberapa solid propellants , seperti mesiu dan Ballistite . Selain untuk bahan peledak, Nitrogliserin juga digunakan secara medis sebagai vasodilator untuk mengobati penyakit jantung, seperti angina dan gagal jantung kronis . Ini adalah salah satu obat tertua dan paling berguna untuk mengobati penyakit jantung dengan memperpendek atau bahkan mencegah serangan jantung. Nitrogliserin datang dalam bentuk tablet, semprotan atau patch dan dapat juga digunakan untuk membantu menghancurkan kanker prostat. Paparan Nitrogliserin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan sakit kepala parah yang dikenal sebagai "kepala NG". Sakit kepala ini cukup parah untuk dapat melumpuhkan beberapa orang, namun daya tahan tubuh manusia mengembangkan toleransi yang dapat menyebabkan ketergantungan pada paparan nitrogliserin jangka panjang setelahnya. Jadi, paparan singkat akan menyebabkan gangguan kesehatan, namun gangguan kesehatan tersebut akan hilang setelah paparan nitrogliserin dalam jangka panjang diterapkan. Rubidium Unsur ini ternyata ditemukan lebih banyak dari yang diperkirakan beberapa tahun lalu. Sekarang ini, rubidium dianggap sebagai elemen ke-16 yang paling banyak ditemukan di kerak bumi. Rubidium dapat menjelma dalam bentuk cair pada suhu ruangan. Ia merupakan logam akali yang lembut, keperak-perakan dan unsur akali kedua yang paling elektropositif. Ia terbakar secara spontan di udara dan bereaksi keras di dalam air, serta membakar hidrogen yang terlepaskan. Rubidium juga mudah bereaksi dengan logam-logam alkali yang lain. Ia dapat membuat lidah api bewarna ungu kekuning-kuningan. Logam rubidium juga dapat dibuat dengan cara mereduksi rubidium klorida dengan kalsium dan dengan beberapa metoda lainnya. Unsur ini harus disimpan dalam minyak mineral yang kering, di dalam vakum atau diselubungi gas mulia. 21 Perak Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn silver (AgCl). Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan sumber-sumber penting untuk menambang perak. Perak juga dapat diambil dalam proses pemurnian tembaga secara elektrolisis. Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur ini sangat lunak dan mudah dibentuk. Perak murni memiliki konduktivitas kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi kontak yang sangat kecil. Elemen ini sangat stabil di udara murni dan air, namun menjadi reaktif ketika diekspos pada ozon, hidrogen sulfida atau udara yang mengandung belerang. Dalam kehidupan sehari-hari, perak dapat ditemukan diberbagai jenis produk seperti perhiasan, perabotan perak, fotografi, campuran logam pengganti gigi, solder, kotak listrik, dan baterai perak-timah serta perakcadmium. Meskipun unsur perak tidak beracun, banyak senyawa garam perak yang sangat berbahaya. Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa-senyawanya yang dapat larut) di udara tidak boleh melebihi 0.01 g/m3 (berdasarkan 8 jam berat rata-rata, selama 40 jam per minggu). Senyawa-senyawa perak dapat diserap dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil reduksi perak dapat terdepositkan pada banyak jaringan tubuh. Sebuah kondisi (argyria) dapat menimbulkan pigmen-pigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous. Akan tetapi, perak memiliki sifat-sifat yang dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan binatang-binatang besar. II.3 Pengelolaan Limbah Baterai II.3.1 Metode Pengelolaan Limbah Baterai Menurut PPLi Sampah baterai termasuk sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) karena di dalamnya mengandung berbagai logam berat, seperti merkuri, mangan, timbal, kadmium, nikel dan lithium, yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan kita. Baterai bekas yang dibuang ke TPS atau TPA akan mencemari tanah, air tanah, sungai, danau dan . Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang menangani pengelolaan sampah baterai. Sampah baterai tidak boleh dibuang ke tempat sampah. Baterai yang sudah tidak dipergunakan, dikumpulkan dan diserahkan kepada pihak penyedia jasa pengelolaan limbah B3 (bahan berbahaya & beracun) yang sudah memenuhi standar manajemen limbah. Di Indonesia, limbah baterai tersebut dapat diserahkan kepada Waste Management Indonesia 22 (WMI) yang selanjutnya akan melakukan pengolahan limbah tersebut. Salah satu pengelola limbah B3, termasuk sampah baterai adalah PPLi. Penanganan dan pengelolaan yang dilakukan adalah mendaur ulang sebagian besar komponen baterai, sementara komponen seperti kadmium dan mangan akan dinetralisir dan kemudian dikubur dengan mekanisme yang sudah memenuhi standar manajemen limbah agar tidak mencemari air tanah. Pelayanan yang disediakan di PPLi dalam menangani limbah baterai B3 antara lain: Hazardous Waste Landfill Landfill limbah B3 yang dimiliki PPLi dirancang berdasarkan standar Indonesia, Bank Dunia, dan US-EPA. Limbah B3 yang bersifat stabil didepositkan secara langsung ke tempat landfill. Metode dan material yang digunakan dalam pembangunan landfill dipastikan berintegritas. Air yang dihasilkan dari limbah (leachate) ditampung oleh saluran impermeable yang terbuat dari lapisan HDPE, kemudian dikumpulkan dan diolah secara setempat. Kemampuan pekerja yang bertugas sebagi operator landfill sekelas dengan standar internasional. Monitoring sistem terhadap lingkungan yang berlebih merupakan bukti dari sistem yang berintegritas. Landfill memiliki 4 lapisan impermeable. PPLi bersikap responsive terhadap penutupan landfill dan melakukan pengawasan terhadap landfill tersebut pasca penutupan. Pembiayaan terhadap proses ini diadakan secara eksplisit untuk tujuan tersebut. PPLi biasa membolehkan konsumen melihat kewajiban jangka panjang ini (site closure) agar mereka merasa aman dengan mengetahui limbah B3 mereka diolah semestinya dan mendapatkan pengamanan permanen. Hazardous & Non-Hazardous Liquid Treatment Kebanyakan proses industri menghasilkan limbah cair dengan jumlah bervariasi. Limbah cair mungkin bersifat berbahaya atau tidak tergantung dari proses dan material yang digunakan. PPLi dapat menangani semua buangan limbah cair tersebut. PPLi telah membangun liquid treatment process berintegrasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. PPLi dapat menerima dan mengolah berbagai jenis limbah buangan cair dengan tingkat kontaminasi tinggi. Proses pengolahan menggabungkan antara proses fisik dan kimia, ditambah proses pengolahan 23 biologi baru yang dirancang dengan tahap wetland treatment sehingga dapat diperoleh standar air bersih terbaik. Stabilization PPLi menawarkan proses stabilisasi untuk limbah dengan sifat tidak stabil. Limbah B3 tidak stabil tidak dapat menggunakan landfill sampai limbah tersebut dipastikan stabil secara fisik dan kimia. Proses stabilisasi meliputi beragam bentuk chemical pre-treatment diikuti mixing process yang membutuhkan portland cement, absorbent clay, air dan reagen lain dalam proporsi beragam untuk membentuk substansi stabil. Laboratorium stabilisasi menggunakan pengembangan “resep” unik untuk proses tersebut. Thermal Destruction Untuk penghasil limbah organik berbahaya, PPLi berlisensi untuk menggunakan teknologi thermal destruction dengan menggunakan cement kiln modern untuk melengkapi insinerasi dan pengolahan limbah tersebut. Temperatur tinggi (1,200 – 1,400 0C) dan waktu retensi panjang meyakinkan proses pencampuran terjadi sempurna. Teknologi ini memperbolehkan proses recoveri nilai kalor dan atau material berguna yang terkandung dalam limbah tersebut dengan mengkonversinya menjadi Alternative Fuel and Raw Material (AFR). Limbah organik berbahanya (sludge/liquid) dicampur bersama untuk membentuk bahan bakar sintetik. Produk akhir dicoba untuk memastikan proses ini membentuk bahan bakar dengan spesifikasi sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Limbah organik berbahaya lainnya (sludge/solid) diolah dahulu (pretreatment) dengan dibakar untuk menghilangkan kadar air dan membentuk solid. Cerobong asap dari pembakaran diawasi (monitoring) untuk memasikan tidak ada gas berbahaya, termasuk PCDDs/ PCDFs, yang dilepaskan ke lingkungan. Pemeriksaan bakaran dan regular monitoring dilakukan untuk memastikan batas keras Destruction and Removal Efficiency (DRE) (99.9999%) dapat diterima secara aman dan menunjukkan destruksi limbah organik klorin secara lengkap. Laboratory Service Laboratorium fisika dan kimia yang dimiliki PPLi dilengkapi dengan fasilitas modern yang dioperasikan oleh teknisi berpengalaman. Laboratorium ini memungkinkan PPLi untuk mengembangkan meminitor kualitas variasi sample air proses pengolahan dan yang dihasilkan pada 24 pembuangan. Non-Hazardous Waste Landfill Selain mengembangkan sistem pengolahan limbah B3, PPLi membangun landfill limbah non B3 yang bersifat modern. PPLi menggunakan pelatihan terbaik kelas dunia dan akan menambahkan pedoman sesuai US-EPA dengan mengimplementasikan kemungkinan teknologi terbaik untuk mengawasi dan melindungi lingkungan sekitar. Contoh teknologi yang termasuk adalah geosynthetic membrane liner systems berupa HDPE and GCL, clay liners, advanced leachate collection dan fasilitas pengolahan , pengawasan terhadap kualitas air tanah dan permukaan, pengumpul dan pengontrol gas, dan seluruh proses yang digunakan dengan manajemen dan metoda operasional terjamin. Sarana dan prasarana banyak digunakan PPLi dalam menangani limbah B3. Sarana dan prasarana tersebut antara lain: Secure Landfill PPLI hanya mengoperasikan landfill limbah B3 yang didesain, dirancang, dan dibangun sesuai standar yang berlaku di Indonesia, Bank Dunia, EU, dan US-EPA. Total kapasitas landfill seluas 50 ha adalah lebih dari 3 juta ton, dengan kemampuan untuk memproses 22.000 ton limbah pada umumnya. Lapisan double landfill dibangun dari bentonite clay dan high density polyethylene (HDPE), yaitu lapisan dasar landfill yang mencegah kontaminasi leachate ke lingkungan sekitarnya. Limbah ditutupi dengan tanah atau material sintetik secara harian. Setiap area landfill diisi sesuai kapasitas, serta dilapisi dengan clay dan lapisan HDPE untuk mencegah leachate merembes ke dalam lapisan cell landfill yang tertutup. Sistem pengumpulan leachate primer dan sekunder adalah dengan memompa leachate dari dalam landfill menuju fasilitas pengolahan setempat secara berkelanjutan agar dapat diolah dan diawasi kualitasnya secara tertutup. Setelah diolah, air hasil olahan disalurkan ke badan air. PPLi selalu mengimplementasikan groundwater monitoring system yang efektif sesuai dengan international waste management standards. Sistem tersebut dilakukan secara konsisten dengan monitoring tiap seri sumur di tempat strategis di sekitar tempat pengolahan limbah, yang memungkinkan sampel diambil dari air tanah. Teknisi menganalisis sampel dalam selang waktu 3 bulan untuk menguji berbagai jenis parameter polutan dan kandungan bahan berbahaya, serta melaporkan kualitas tersebut sebagai kualitas lingkungan sekitarnya. 25 Secure Landfill Bottom Liner Waste Water Treatment Treatment Facilities Teknisi akan mengambil sampel dan melakukan tes terhadap limbah cair yang sampai di PPLi untuk memastikan limbah cair tersebut dapat diolah ke dalam waste water treatment system secara aman. Jika limbah cair tersebut tidak dapat langsung diolah di waste water treatment system, limbah tersebut akan mengalami perlakuan untuk pengolahan fisik dan kimia di dalam PChem (Physical & Chemical) tanks. PPLi selalu menggunakan proses pengolahan fisik dan kimia terhadap limbah B3 non organik untuk mengurangi kadar bahayanya. Pada proses stabilisasi, produk akhir yang dihasilkan dibuang pada cell landfill dengan pengamanan tertentu. Water jets mengontrol produk hasil proses stabilisasi, termasuk debu dan bau busuk yang dihasilkan, agar menjamin tidak ada efluent atau emisi yang dihasilkan. Fuel Blending Stabilization PChem Tank Operational Facilities Setiap kali kendaraan pengangkut masuk atau meninggalkan tempat pengolahan, teknisi mengukur berat kendaraan dengan jembatan timbang untuk memastikan jumlah limbah terolah sesuai dengan laporan konsumen. Closed circuit television cameras (CCTV) mengawasi jembatan timbang setiap 24 jam per hari untuk memastikan kemanan dan sebagai alat perekam dokumentasi. 26 Weighbridge CCTV Drum Storage II.3.2 Daur Ulang Limbah Baterai Baterai mengandung berbagai logam yang dapat dipergunakan kembali sebagai bahan baku sekunder. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendaur ulang baterai yang mengandung timah, nikel-kadmium, nikel hidrida dan merkuri. Untuk beberapa baterai, seperti hidrida-nikel terbaru dan sistem lithium, daur ulang masih berada dalam tahap awal. Ada beberapa proses berbeda dalam daur ulang baterai, yang digunakan untuk mengembalikan berbagai bahan, yaitu : Lead dapat dipulihkan dengan memisahkan material berbeda yang membentuk baterai (Lead, plastik, asam, dll) sebelum proses metalurgi. Alternatif lain, baterai dapat diproses secara keseluruhan melalui pemanasan dalam tungku tipe tertentu dengan merecoveri logam pada akhir proses tersebut. Ni-Cd baterai dapat diolah kembali dengan teknik termal yang sama, yaitu merecoveri cadmium dan besi-nikel untuk produksi baja. Baterai yang mengandung merkuri paling sering diolah dengan perlakuan vakum-panas, di mana merkuri akan menguap, kemudian terjadi kondensasi dan akhirnya membeku ketika temperatur berkurang sehingga dapat dipergunakan kembali ke dalam siklus bahan. Baterai NiMH diolah kembali oleh pemisah mekanik bahan individu (plastik, hidrogen dan nikel) dalam ruang vakum untuk mencegah hidrogen keluar. Hasil dari proses ini adalah produk dengan kandungan nikel tinggi, yang dapat digunakan dalam pembuatan stainless steel. Baterai lithium-ion saat ini diolah kembali melalui pirolisis (perlakuan panas) dengan recoveri utama isi logam. Baterai alkaline-mangan dan zinc-carbone/air dapat diproses ulang dengan menggunakan beberapa metode berbeda, termasuk elektrolisis dan proses termal-metalurgi lainnya untuk memulihkan kadar logam (terutama seng) . 27 Menurut definisi, daur ulang adalah penggunaan kembali bahan, baik pra-konsumsi atau pasca-konsumsi, yang biasanya akan dianggap sampah. Daur ulang membantu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah, membantu mengurangi jumlah bahan kimia beracun yang diserap oleh bumi, dan dalam beberapa kasus, secara signifikan mengurangi biaya produksi dan konsumsi energi. Daur ulang baterai adalah tindakan pengolahan baterai yang telah digunakan atau ditinggalkan, yang jika tidak diolah akan dianggap limbah dan berbahaya bagi lingkungan kita. Kegiatan daur ulang baterai ini baik untuk bumi dan baik untuk generasi mendatang. Banyak komunitas atau organisasi melayani daur ulang baterai untuk membantu dan terdapat pusat daur ulang baterai di seluruh negara di mana baterai bekas dapat diambil. Terdapat banyak kesalahpahaman tentang bahan apa yang bisa dan tidak bisa didaur ulang. Kesalahpahaman ini menghambat keberhasilan dan efisiensi biaya program daur ulang di dunia. Namun, dengan sedikit pendidikan terhadap konsumen, daur ulang dapat menjadi hal yang penting dan solusi ramah lingkungan untuk pengelolaan sampah. Pabrik daur ulang baterai mensyaratkan bahwa baterai akan dipilah menurut bahan kimia. Beberapa penyortiran harus dilakukan sebelum tiba di pabrik daur ulang baterai. Nikel-kadmium, nikel-logam-hidrida, dan baterai lithium-ion asam Lead ditempatkan di tempat pengumpulan yang ditentukan. Pendaur ulang baterai mengklaim bahwa baterai beraliran tetap, jika disortir berdasarkan bahan kimianya tidak akan ada aliran. Proses daur ulang baterai dapat menguntungkan, tetapi persiapan dan transportasi dapat menambah biaya. Dalam proses daur ulang untuk mendapatkan logam murni, langkah pertama dimulai dengan membuang bahan yang mudah terbakar seperti plastik dan isolasi, dengan merilis pembakaran gas panas. Gas dari pembakaran panas dikirim ke pabrik pemurnian agar dinetralkan untuk menghilangkan polutan. Proses pembakaran meninggalkan sel yang bersih, murni, yang merupakan logam mulia. Sel-sel yang berukuran kecil kemudian dipanaskan sampai logam mencair. Zat nonlogam yang terbakar meninggalkan bekas hitam. Tiap paduan diselesaikan secara berbeda sesuai dengan berat agar terbentuk skim off seperti krim dari susu mentah. Kadmium yang relatif ringan dan menguap pada suhu tinggi dimurnikan dalam proses yang muncul seperti proses panci yang mendidih. Kepulan uap kadmium terbentuk dalam sebuah tabung besar yang didinginkan dengan kabut air. Hal ini menyebabkan uap mengembun dan menghasilkan cadmium murni 99,95 persen. 28 Metode daur ulang baterai cara ini memerlukan jumlah energi yang tinggi. Dibutuhkan enam sampai sepuluh kali jumlah energi untuk mendapatkan kembali logam dari daur ulang baterai dibandingkan dengan cara lain. II.3.2 Peraturan Pemerintah Adapun peraturan pemerintah mengenai baterai adalah sebagai berikut : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN SECARA WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BATERAI PRIMER MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penerapan standar produk hasil industri, guna menjamin mutu hasil industri dan mencapai daya guna produksi serta melindungi konsumen terhadap mutu produk, serta menciptakan persaingan usaha yang sehat, perlu memberlakukan secara wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) Baterai Primer; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 2. Undang-Undang No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentuka Organisasi Perdaganga Dunia) (Lembaran Negara Tahun 1994 No.57, Tambahan Lembaran Negara No.3564); 3. Undang-Undang No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 No.75, Tambahan Lembaran Negara No.3612); 29 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 5. Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara tahun 2004 No.125, Tambahan Lembaran Negaran No.4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.8 tahun 2005 (Lembaran Negara tahun 2005 No.108, Tambahan Lembaran Negara No.4548) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3330); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007; 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 tahun 2006; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/ Kep/9/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan atau Jasa Yang Beredar Di Pasar; 12. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; 13. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M-IND/PER/5/2006 tentang Standardisasi, Pembinaan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Bidang Industri; 14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan Jasa yang Diperdagangkan; 30 MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERLAKUAN SECARA WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BATERAI PRIMER. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: Pasal 1 (1) Pemberlakuan secara wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap: (2) Baterai primer adalah baterai yang terdiri dari satu atau lebih sel primer, meliputi wadah, terminal dan penandaan; Pasal 2 Perusahaan industri yang memproduksi Baterai Primer, wajib: a. menerapkan SNI dan memiliki Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT- SNI) Baterai Primer sesuai dengan ketentuan perundangan; b. membubuhkan tanda SNI pada setiap produk dan kemasan luar Baterai Primer. Pasal 3 Setiap Baterai Primer yang diperdagangkan, yang berasal dari hasil produksi dalam negeri, atau impor wajib memenuhi ketentuan SNI sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2. Peraturan Menteri Perindustrian 31 Nomor: Pasal 4 (1) Penerbitan SPPT-SNI Baterai Primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau ditunjuk oleh Menteri Perindustrian, melalui: a. Pengujian kesesuaian mutu Baterai Primer sesuai dengan ketentuan dalam SNI dan; b. Audit penerapan sistem manajemen mutu SNI 19-9001-2001/ISO 9001-2000 dan revisinya atau sistem manajemen mutu lainnya yang diakui. (2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat di sub kontrakan pada laboratorium penguji yang telah diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau di sub kontrakan pada laboratorium penguji diluar negeri, sepanjang telah mempunyai perjanjian saling pengakuan antara KAN dengan badan akreditasi negara yang bersangkutan, serta mempunyai perjanjian bilateral atau multilateral di bidang regulasi teknis antara pemerintah Republik Indonesia dengan negara perusahaan pemohon; (3) Audit sistem manajemen mutu dimaksud pada ayat (1) huruf b berdasarkan jaminan yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi sistem mutu yang telah di akreditasi oleh KAN atau badan akreditasi diluar negeri yang memiliki perjanjian saling pengakuan dengan KAN. Pasal 5 Lembaga Sertifikasi Produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) melaporkan pelaksanaan sertifikasinya kepada Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, dengan tembusan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian. Pasal 6 (1) Baterai Primer impor yang akan memasuki daerah Pabean Indonesia wajib memenuhi ketentuan SNI yang dibuktikan dengan SPPT-SNI. (2) Baterai Primer impor yang telah memiliki SPPT-SNI harus didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. Pasal 7 Baterai Primer impor yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilarang masuk ke daerah Pabean Indonesia dan harus dire-ekspor atau dimusnahkan. 32 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: Pasal 8 (1) Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberlakuan secara wajib SNI Baterai Primer. (2) Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika menetapkan petunjuk teknis dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini. (3) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri melaksanakan pembinaan terhadap lembaga penilaian kesesuaian dalam rangka pemberlakuan secara wajib SNI Baterai Primer. Pasal 9 Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangan Pasal 10 Dengan ditetapkan Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Perindustrian nomor 256/M/SK/II/1979 tentang Penerapan Standar Industri Indonesia dan Pemakaian Tanda SII terhadap sepuluh macam produk-produk industri, sepanjang terkait dengan pemberlakuan SNI Baterai Primer dinyatakan tidak berlaku. Pasal 11 Peraturan Menteri ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. 33 BAB III KASUS DAN EVALUASI Contoh Kasus Baterai Pertama Baterai Ponsel Nokia Memakan Korban India - Baterai ponsel Nokia kembali meledak di India. Ledakan tersebut, kali ini melukai tiga orang yang terdiri dari dua anak kecil dan seorang kakek. Kejadian ini menimpa keluarga Varma yang tinggal di jalan Netaji Subhas wilayah Mallik Fatak, India, ketika mereka tengah tertidur di Minggu pagi. Pagi itu, baterai ponsel berjenis BL-5C ini meledak saat di-charging pemiliknya. Sialnya, dalam kamar tempat ponsel tersebut sedang di-charging terdapat tiga orang yang tengah terlelap. Tak pelak, ledakan tersebut sontak mengagetkan seisi rumah dan melukai tiga orang di dalam kamar. Dua orang anak yang menjadi korban -- Aman dan Nishika – berumur tujuh dan tiga tahun, terluka di bagian jari dan punggung, sedangkan sang kakek yang berumur 54 tahun, Kanai, terluka di leher. Mereka terkena serpihan komponen baterai yang terlempar serta luka bakar. "Komponen baterai yang berterbangan menakutkan mereka. Beberapa diantaranya sampai menghujani tubuh mereka," ujar Uday, salah seorang anggota keluarga mereka, seperti dikutip detikINET dari India Times, Selasa (18/9/2007). 34 Informasi seputar baterai Nokia BL-5C yang bermasalah dan dapat mengakibatkan overheat (panas berlebih) sebenarnya sudah diketahui Kanai. Ia bahkan sudah memeriksakan dua baterai miliknya ke outlet Nokia setelah mendengar kabar adanya penarikan baterai tersebut. Pada akhirnya, pihak keluarga mengajukan keluhan kepada dealer dan pihak dealer pun menyatakan telah menerima keluhan tersebut dan segera melakukan investigasi. Meledaknya baterai Nokia seperti ini bukanlah yang kali pertama. Beberapa waktu lalu, rentetan tiga ledakan baterai Nokia juga pernah terjadi di India. Ketiganya meledak dalam keadaan serupa, yaitu saat sedang di-charging dan juga sempat menciderai pemilik ponsel. Kala itu, pihak Nokia juga melontarkan komentar serupa dengan menganggap si pemilik ponsel telah menggunakan baterai Nokia palsu. Namun dugaan itu dibantah salah satu pemilik ponsel dengan mengatakan tidak pernah mengganti komponen asli apapun termasuk baterai pada ponselnya sejak pertama kali membeli. Sebelumnya, Nokia telah secara resmi mengumumkan penarikan baterai jenis BL-5C yang mencapai 46 juta unit di seluruh dunia akibat diduga dapat menimbulkan overheat. Perusahaan juga menyebar pengumuman mengenai bagaimana cara mengidentifikasi baterai yang bermasalah tersebut di setiap ponsel. Contoh Kasus Baterai Dua Packard Bell Tarik Baterai Easynote Kamis, 10 Desember 2009 | 17:16 WIB 35 JAKARTA, KOMPAS.com – Di Indonesia notebook Packard Bell mungkin tidak banyak, atau bahkan tidak ada. Namun di negara Eropa, produk ini (dulu) cukup ternama. Kini terbetik berita bahwa masalah baterai juga mendera notebook lama tersebut. Produsen PC Packard Bell mengumumkan penarikan secara sukarela demi keamanan terhadap baterai yang berada di beberapa laptop Easynote-nya. Penarikan ini berlaku untuk notebook Packard Bell Easynote MX36, MX37, MX51 dan MX52, tetapi hanya untuk yang diproduksi di antara bulan Juli dan Desember 2007. Kebanyakan unit yang diperkirakan terpengaruh isu ini ada di daratan Eropa. Namun bisa jadi notebook-notebook itu telah berpindah tangan. Dalam pernyataannya, Packard Bell mengatakan “Sel-sel baterai yang ada dalam unit yang terpengaruh mungkin mengalami masalah hubungan pendek yang dapat menyebabkan sel-sel kepanasan dan/atau terbakar. Tidak ada resiko tersengat listrik bagi penggunanya.” Namun Packard Bell juga menandaskan, “Belum ada laporan tentang cedera (akibat hal tersebut). Perusahaan lalu menyarankan pengguna untuk melepas baterai dan menggunakan jala-jala listrik. Kasus-kasus Batere yang Dapat Terjadi Explosion/Ledakan Baterai meledak karena penyalah gunaan atau malfungsi dari baterai. Hal ini dapat terjadi akibat usaha untuk mengcharge baterai yang non-rechargeable atau terjadi hubungan singkat baterai. Untuk baterai mobil alias aki, ledakan sangat mungkin terjadi kerika hubungan singkat menghasilkan arus yang sangat besar apalagi aki membebaskan hidrogen ketika overcharged. Ketika baterai di charge secara berlebihan, gas eksplosif campuran antara hidrogen dan oksigen dapat diproduksi lebih cepat daripada perpindahannya melalui dinding baterai, sehingga menghasilkan tekanan yang bisa menyebabkan baterai hancur berkeping-keping. Pada kasus yang ekstrim, asam pada baterai bisa menyebar dari casing baterai dan menyebabkan cedera. 36 Zat-zat yang dapat ada dalam baterai primer Chemistry Zinc–carbon Zinc chloride Cell Voltage 1.5 Energy Density Elaboration [MJ/kg] 0.13 1.5 Inexpensive. Also known as "heavy duty", inexpensive. Moderate alkaline (zinc– manganese energy 1.5 0.4- density. 0.59 Good for high dioxide) and low drain uses. oxy nickel hydroxide Moderate (zinc- energy manganese 1.7 density. dioxide/oxy Good for high nickel drain uses hydroxide) No longer Lithium manufactured. (lithium– Replaced copper 1.7 silver by oxide oxide) (IEC-type Li–CuO "SR") batteries. Lithium (lithium–iron disulfide) Expensive. Used in 'plus' 1.5 or LiFeS2 Lithium 'extra' batteries. 3.0 0.83- Expensive. 37 (lithium– 1.01 Only used in manganese high-drain dioxide) devices or for LiMnO2 long shelf life due to very low rate of self discharge. 'Lithium' alone usually refers to this type of chemistry. High drain and constant voltage. Mercury oxide Banned 1.35 in most countries because of health concerns. Zinc–air 1.35– 1.65 1.59 Mostly used in hearing aids. Very expensive. Silver oxide (silverzinc) 1.55 0.47 Only used commercially in 'button' cells. MSDS Zat Kandungan Baterai Zinc Flamabilitas Produk: Flammable. 38 Auto-Ignition Temperature: 480°C (896°F) Fire Hazards in Presence of Various Substances: Sedikit dapat terbakar hingga terbakar ketika ada api, listrik, panas, zat pengoksidasi, asam, basa, dapat juga kelembaban. Tidak flammable akibat guncangan. Kontak dengan asam dan basa hidroksida mengakibatkan terbentuknya gas hydrogen dengan panas yang cukup untuk menyalakan gas tersebut. Zn reaktif ketika kontak dengan air. Zn dapat menyala ketika kontak dengan air dan kelembaban Mn Flammability of the Product: Non-flammable. Stability: The product is stable. Li 39 Flammability of the Product: Flammable. Auto-Ignition Temperature: 179°C (354.2°F) Lithium adalah logam yang lunak, merupakan unsur padat yang paling ringan dan dapat mengapung pada produk minyak bumi. Bahan ini digunakan dalam industri porselen, keramik, agen pemutih, farmasi. Bila bereaksi dengan air akan menghasilkan reaksi: 2 Li(s) + 2 H2O(l) 2 LiOH(l) + H2(g) Reaksi berlangsung lambat bila dibandingkan dengan reaksi alkali yang lain, sehingga tidak berbahaya dibandingkan logam alkali lainnya. Oleh karena titik didihnya lebih tinggi dari air, maka bila bereaksi dengan air akan tetap sebagai padatan, sedangkan logam alkali lainnya akan meleleh. Leakage/Bocor Kebanyakan bahan kimia baterai merupakan korosif, beracun, atau keduanya. Jika kebocoran terjadi apakah secara spontan atau karena kecelakaan, zat kimia yang keluar dapat berbahaya. Sebagai contoh, baterai yang sekali pakai sering menggunakan logam Zn sebagai reaktan dan sebagai container untuk menampung reagen lain. Jika baterai ini di recharge ketika sudah hampir habis, reagen ini bisa keluar melalui cardboard dan dari bagian container yang lain. Zat kimia yang aktif dapat merusak peralatan. Efek dari Zat Kandungan Baterai Zn Routes of Entry: Inhalation. Ingestion. Potensi masalah kesehatan akut Kulit : dapat menyebabkan iritasi kulit. Eksposure dermal dengan zn dapat menyebakan sakit kaki, keletihan, anorexia, dan berat Mata : dapat menyebakan iritasi mata Ditelan : berbahaya jika ditelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan dengan sesak di tenggorokan, nausea, muntah-muntah, diare, kehilangan selera makan, tidak enak badan, sakit bagian perut, demam, dan menggigil. Dapat juga berpengaruh pada system syaraf dan syaraf autonom Inhalasi : infeksi saluran pernafasan. Juga dapat menyebakan metal fume fever 40 Secara toksikologi belum diteliti secara keseluruhan. Mn Routes of Entry: Skin. Eye contact Efek Kronis: Efek karsinogenik diklasifikasikan 3 (tidak dapat diklasifikasikan untuk manusia) oleh IARC Mengandung material yang dapat merusak organ yaitu darah, paru-paru, otak, saluran pernafasan bagian atas. Li Efek Potensial Akut Bagi Kesehatan: Efek yang sangat berbahaya akan ditimbulkan saat terjadi kontak secara langsung. Untuk kulit adalah bersifat korosif, iritan, sensitizer, efek inflamasi (mata merah dan perih) dan melepuh sedangkan kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi serta dapat merusak kornea dan menyebabkan kebutaan. Dari debu litium dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan khususnya gastrointestinal dengan karakteristik bersin-bersin, batuk dan dada serasa terbakar. Paparan dalam jumalah yang berlebih dapat meyebabkan kanker paru-paru, sesak nafas bahkan sampai menimbulkan kematian. Evaluasi Peraturan Pemerintah Berdasarkan peraturan pemerintah khususnya untuk pasal 6 ayat 1 yang berbunyi: “Baterai Primer impor yang akan memasuki daerah Pabean Indonesia wajib memenuhi ketentuan SNI yang dibuktikan dengan SPPT-SNI.” Kami menganalisis bahwa SNI yang ada hanya mencakup ukuran saja, sedangkan seharusnya SNI tersebut memuat lebih banyak lagi faktor penting lainnya agar keamanan dalam penggunaan baterai lebih terjaga sehingga tidak terjadi kasus-kasus yang tidak diinginkan. Berdasarkan PP no 74 tahun 2001 pasal 1 ayat 2 : Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3. 41 Dan berdasarkan UU 32 2009 pasal 58 ayat 1: Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3. Dilihat dari kedua peraturan diatas seharusnya yang melakukan pengelolaan B3 khususnya baterai dalam kasus ini adalah produsen baterai, pengimpor baterai, distributor, dsb. Tetapi pada kenyataannya hal ini tidak terjadi. Tanggung jawab penggunaan baterai berada di tangan konsumen sepenuhnya. Banyak baterai yang berakhir di TPA dan banyak juga yang dibakar. 42 BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan 1. Baterai mengandung berbagai senyawa kimia, antara lain - Belerang - Air raksa - Asam sulfat - Seng - Amonium klorida - Antimon - Kadmium - Perak - Nikel - Hidrida logam nickel - Litium - Hidrida - Kobalt - Mangan - Nitrogliserin - Rubidium 2. Baterai berdasarkan kemampuannya untuk diisi ulang terbagi menjadi baterai primer dan baterai sekunder, sedangkan menurut bahan elektrolitnya terdiri atas baterai timah hitam dari larutan asam belerang dan baterai alkali dari larutan alkali. 3. Beberapa kasus baterai yang pernah terjadi di dunia adalah kasus baterai ponsel nokia di India dan kasus baterai easynote yang terjadi di daratan Eropa. 4. Baterai dapat diolah dengan metode daur ulang atau dengan metode yang diterapkan oleh PPLi sebagai salah satu lembaga pengelola B3 di Indonesia IV.2 Saran Dalam menangani limbah B3 seperti baterai, diperlukan tindakan pemilahan dari tingkat sumber agar limbah baterai lebih mudah untuk ditangani, sedangkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dari penggunaaan baterai, ada baiknya kita lebih memperhatikan prosedur penggunaan baterai tersebut. 43 DAFTAR PUSTAKA http://perwira-kuwait.org/2007/09/baterai-ponsel-nokia-makan-korban.html (diakses tanggal 8 April 2010) http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/12/10/17161281/Packard.Bell.Tarik.Baterai.Easynot e (diakses tanggal 8 April 2010) http://www.sciencelab.com/xMSDS-Lithium-9927559 (diakses tanggal 8 April 2010) http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926030 (diakses tanggal 8 April 2010) http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925476 (diakses tanggal 8 April 2010) http://www.tek.com/Measurement/Service/msds/01914600.pdf (diakses tanggal 8 April 2010) http://id.wikipedia.org/wiki/Baterai (diakses tanggal 8 April 2010) http://en.wikipedia.org/wiki/Battery_(electricity) (diakses tanggal 8 April 2010) http://www.bsn.go.id/files/TBTWTO/BATERAI/Regulation%20on%20Primary%20Battery%20(draft%20SK%20%20Menp erin).pdf (diakses tanggal 8 April 2010) http://www.bkprn.org/v2/peraturan/file/UU_32_Tahun_2009.pdf (diakses tanggal 8 April 2010) http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/MerKesMan.pdf (diakses tanggal 10 April 2010) http://www.eco-usa.net/toxics/chemicals/zinc.shtml (diakses tanggal 10 April 2010) http://mualliffachrozi.blogspot.com/2010/03/tugas-kimling-individu-biogeokimia.html (diakses tanggal 10 April 2010) http://id.wikipedia.org/wiki/Kadmium (diakses tanggal 10 April 2010) http://281online.tripod.com/iptek/merkuri.html (diakses tanggal 10 April 2010) http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/phs146.html (diakses tanggal 10 April 2010) http://wihemdra.wordpress.com/2008/10/08/lika-liku-belerang-so2/ (diakses tanggal 10 April 2010) http://irwanfarmasi.blogspot.com/2009/07/efek-merkuri.html (diakses tanggal 10 April 2010) http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat (diakses tanggal 10 April 2010) http://en.wikipedia.org/wiki/Zinc (diakses tanggal 10 April 2010) http://en.wikipedia.org/wiki/Silver (diakses tanggal 10 April 2010) http://www.johns-company.com/index.php?lang=id&cat=59&month=2009-12&id=43271 (diakses tanggal 11 April 2010) http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrida (diakses tanggal 11 April 2010) 44 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsur-nonlogam/hidrogen-dan-hidrida/ (diakses tanggal 11 April 2010) http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/perak/ (diakses tanggal 11 April 2010) http://id.wikipedia.org/wiki/Perak (diakses tanggal 11 April 2010) http://www.snapdrive.net/files/595392/PP%2074%202001%20Pengelolaan%20B3.pdf (diakses tanggal 12 April 2010) http://gbioscience05.wordpress.com/ (diakses tanggal 12 April 2010) http://b3.menlh.go.id/welcome/ (diakses tanggal 12 April 2010) http://greenlifestyle.or.id/channels (diakses tanggal 12 April 2010) 45