Non-Hazardous Waste Landfill

advertisement
TUGAS B PENGELOLAAN B3 TL-3204
LIMBAH BATERAI SEBAGAI B3
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan B3 TL-3204
Oleh :
Doli Rionari
15307025
Dita Amalia
15307043
Benedikta Ariningsih
15307047
Yulianty Harja
15307049
Asriningtias Andarini
15307051
Setra Ragasta
15307065
Mitha Pratiwi
15307075
Caecilia Ardianovita P
15307085
Ratu Keni Atika
15307095
Paramitha Prameswari
15307097
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan berkat rahmat dan hikmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah dengan tema “Baterai Bekas” ini merupakan tugas kedua (Tugas B) dari
Mata Kuliah Pengelolaan B3 TL-3204, mata kuliah yang saat ini sedang kami
pelajari. Kiranya makalah ini bukan hanya berupa pertanggungjawaban dari tugas
kuliah saja, tapi kedepannya diharapkan dapat berguna bagi literatur kajian
tentang pengelolaan B3, khususnya mengenai baterai. Makalah ini merupakan
salah satu wujud realita yang ada di masyarakat yang telah kami kaji dengan
sedemikian rupa hingga kami buat berbobot.
Akhirnya kami sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen
kami Prof. Enri Damanhuri atas saran, kritik dan ilmu-ilmu, baik yang kami
dapatkan secara lisan di kelas kuliah maupun dari diktat kuliah, sehingga kami
dapat mengimplementasikannya dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan
terima kasih juga diberikan kepada semua pihak yang telah bekerja keras sejak
penyusunan materi sampai diselesaikannya makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk-Nya
serta memberikan kekuatan kepada kita semua dalam memajukan pengelolaan
sampah di Bandung dan Indonesia pada umumnya.
Bandung, April 2010
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... 2
DAFTAR ISI .............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4
I.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
I.2 Tujuan .......................................................................................... 5
I.3 Ruang Lingkup ............................................................................ 5
I.4 Sistematika Penulisan ................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6
II.1 Penjelasan Umum ...................................................................... 6
II.2 Senyawa-Senyawa Penyusun Baterai ...................................... 7
II.3 Pengelolaan Limbah Baterai .................................................... 22
BAB III KASUS DAN EVALUASI ......................................................... 34
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 44
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baterai merupakan salah satu barang yang umum digunakan. Dalam kehidupan
sehari-hari, baterai digunakan sebagai suatu sumber energi pada mainan, jam, ponsel,
kamera, remote TV, dan lain sebagainya. Dari jumlah konsumsi baterai, hampir semua
baterai yang sudah tidak digunakan lagi (baterai bekas) langsung dibuang ke tempat
sampah dan bercampur dengan sampah-sampah lainnya. Masyarakat pada umumnya tidak
mengetahui bahwa sesungguhnya baterai bekas yang sudah tidak digunakan lagi
merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah bahan berhabaya dan
beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak dan membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No.18
tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999).
Ciri-ciri limbah yang termasuk B3 antara lain mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan apabila diuji dengan
metode toksilogi dapat diketahui termasuk jenis limbah B3. Baterai bekas termasuk
limbah B3 karena didalamnya mengandung bahan kimia berbagai logam berat, seperti
merkuri, mangan, timbal, kadmium, nikel dan lithium. Jika sampah baterai ini dibuang ke
tanah, kandungan zat kimanya akan merembes hingga ke bagian dasar dan mencemari air
tanah. Zat kimia berbahaya ini bisa mengkontaminasi semuanya, mulai dari tanah tempat
makanan kita tumbuh hingga ke air yang kita konsumsi. Banyak dari zat-zat kimia ini
tidak bisa dihilangkan dari air minum maupun dari tanaman yang dipanen dari ladang
yang terkontaminasi. Resiko ancaman hal ini terhadap kesehatan manusia sangat besar.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai baterai bekas serta pengelolaan dan
pengolahannya dengan ketentuan yang berlaku layaknya pengelolaan limbah B3 pada
umumnya penting diketahui oleh masyarakat agar penanganan kedepannya dapat lebih
baik lagi.
4
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kandungan senyawa kimia dalam baterai
2. Mengetahui jenis-jenis dan klasifikasi baterai
3. Mengetahui kasus-kasus yang terjadi akibat baterai
4. Mengetahui cara pengelolaan dan pengolahan baterai bekas
1.3 Ruang Lingkup
Judul yang ditetapkan dalam makalah ini yaitu “Baterai Bekas”. Dalam makalah
ini kami bermaksud mendapatkan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan
dengan baterai, termasuk pengelolaan dan pengolahannya secara benar.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I
: Pendahuluan
Bagian pendahuluan menguraikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup serta sistematika
penulisan.
Bab II : Pembahasan
Bab ini berisi jenis-jenis, kalsifikasi, kandungan, pengelolaan dan pengolahan baterai
bekas yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam tugas makalah ini.
Bab III : Kasus dan Evaluasi
Bab ini berisi kasus-kasus terkait
limbah baterai yang pernah terjadi di dunia dan
evaluasi peraturan mengenai limbah baterai tersebut.
Bab IV : Penutup
Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh hasil kajian dan dilengkapi dengan saran
yang berkaitan dengan hasil yang diperoleh.
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Penjelasan Umum
Baterai adalah suatu komponen penyimpan energi dengan mengubah energi listrik
menjadi energi kimia dan yang dapat mengeluarkan energi dengan mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Baterai terdiri dari tiga komponen penting, yaitu :

Batang karbon sebagai anoda (kutub positif baterai)

Seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai)

Pasta sebagai elektrolit (penghantar).
Secara umum, baterai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Menurut bahan elektrolitnya terbagi menjadi dua, yaitu:
 Baterai Timah Hitam dari larutan asam belerang
 Baterai Alkali dari larutan alkali.
2. Prinsip kerja suatu baterai terbagi menjadi dua, yaitu:
 Baterai Timah Hitam
 Baterai Alkali
Bentuk baterai bermacam-macam. Ada yang berbentuk tabung ada juga yang
berbentuk kotak. Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan
listrik 1,5 volt. Baterai ini disebut juga sebagai baterai primer. Ada juga yang dinamakan
rechargeable battery (baterai sekunder), yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti yang
biasa terdapat pada telepon genggam atau ponsel.
Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat merubah energi
kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa dipakai sekali, karena menggunakan
reaksi kimia yang bersifat tidak bisa dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai
sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction).
Kelebihan dan kekurangan Baterai Alkali dengan Timah Hitam antara lain adalah
baterai alkali lebih tahan terhadap goncangan bila dibandingkan dengan baterai timah hitam,
baterai alkali tidak mengeluarkan gas yang menyebabkan korosi sedangkan baterai timah
hitam menghasilkan gas penyebab korosi dan baterai alkali cukup tahan terhadap arus
pengosongan yang besar serta pengisian yang berlebihan dibandingkan dengan baterai timah
hitam.
6
Dalam pembuatan baterai, banyak senyawa kimia yang digunakan sebagai bahan baku
ataupun bahan pelengkap, antara lain:
-
Belerang
- Air raksa
-
Asam sulfat
- Seng
-
Amonium klorida
- Antimon
-
Kadmium
- Perak
-
Nikel
- Hidrida logam nickel
-
Litium
- Hidrida
-
Kobalt
- Mangan
-
Nitrogliserin
- Rubidium
II.2 Senyawa-Senyawa Penyusun Baterai

Belerang (SO2)
Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme. Belerang
banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak
bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan peledak,
pertenunan, film dan fotografi, industri logam dan besi baja.
Potensi dan penyebaran endapan belerang di Indonesia saat ini baru diketahui di enam
propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi, karena proses
terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif,
sumber daya belerang sublimasi dapat dianggap tidak terbatas.
Sifat-sifat fisik belerang adalah :
- Kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena
pengaruh dari unsur pengotornya
- Berat Jenis : 2,05 – 2,09
- Kekerasan : 1,5 – 2,5 pada skala Mohs
- Ketahanan : getas atau mudah hancur(brittle)
- Pecahan : berbentuk konkoidal dan tidak rata
- Kilap : damar
- Goresan berwarna putih
Sifat-sifat lainnya adalah :
- Tidak larut dalam air, atau H2S04
7
- Titik lebur 129oC
- Titik didih 446oC
- Mudah larut dalam CS2, CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anlin
- Pengantar panas dan listrik yg buruk
- Apabila dibakar apinya berwarna biru dan menghasilkan gas-gas SO2 yang berbau busuk
Beberapa efek belerang :
Efek dari gas belerang terhadap manusia sangatlah bervariasi. Dimana dengan
konsentrasi rendah pada 1 ppm yang telah dihirup, manusia akan mengalami pengurangan
fungsi paru-paru. Sedangkan bila selama 10 hingga 30 menit kedapatan konsentrasi mencapai
5 ppm, maka akan mengakibatkan sesak napas pada cabang tenggorokan kita. Bila dalam 20
menit mencapai konsentrasi 8 ppm maka akan memerahkan tenggorokan, gangguan pada
hidung, dan iritasi pada tenggorokan. Konsentrasi sekitar 20 ppm merupakan titik kritis dari
iritasi konsentrasi SO2, meskipun ada beberapa laporan yang menyatakan bahwa ada orangorang yang bekerja pada konsentrasi melampaui 20 ppm. Konsentrasi sebesar 500 ppm
sangat tidak dianjurkan untuk dihirup oleh manusia.
Pada beberapa kasus dimana terdapat konsentrasi SO2 yang sangat tinggi pada
ruangan tertutup, terjadi gangguan saluran udara, hypoxemia (kekurangan oksigen pada
darah), dan kematian dalam hitungan menit. Efek dari pulmonary edema (gangguan pada
paru-paru) meliputi batuk dan napas pendek yang dialami selama berjam-jam atau berharihari setelah kedapatan menghirup konsentrasi SO2. Efek dari kedapatan menghirup
konsentrasi dalam waktu yang sering adalah luka permanen pada paru-paru.

Air raksa
Air raksa adalah satu-satunya logam yang secara alami berwujud cair pada suhu
kamar. Air raksa atau merkuri banyak digunakan untuk kegiatan penambangan emas,
produksi gas khlor dan soda kaustik, termometer, tambal gigi, dan baterai.
Sifat fisik air raksa :
- Unsur logam pada golongan II B pada sistem periodik, bernomor atom 80 dengan nomor
massa 200.59
- Logam murni berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap
- Memiliki titik beku pada -39oC
8
- Bila dipanaskan sampai suhu 357oC akan menguap (merupakan logam yang paling mudah
menguap)
- Berwujud cair pada suhu kamar
- Memiliki tahanan listrik yang rendah sehingga merupakan penghantar listrik yang baik
- Dapat membentuk alloy dengan logam lain (disebut juga amalgam)
Air raksa dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor,
belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan
putih. Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri
anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area
industri. Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan
limbah, dan aktivitas volkanik.
Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organomerkuri.
Senyawa organomerkuri yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan
oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Karena bakteri itu kemudian termakan oleh
ikan, maka konsentrasi merkuri dalam tubuh ikan cenderung tinggi. Bila pembuangan zat ini
tidak diperhatikan, dikhawatirkan kasus seperti di Minamata, Jepang dapat terulang kembali.
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat
sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya
dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih
banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam,
maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.
Pengaruh pada fungsi otak adalah dapat mengakibatkan tremor, pengurangan
pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat
pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah,
peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan
lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri bersifat
karsiogenik.
Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang
mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana.
Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya pada anak dapat berupa kerusakan
otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat
terjadi.
9
Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, aerta dijauhkan dari anakanak dan wanita yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional
untuk merkuri adalah sebagai berikut : Di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu
milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram)
atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m 3,
0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari).

Asam Sulfat
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat dan larut dalam
air pada semua perbandingan. Asam ini banyak digunakan pada pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Sifat-sifat fisik asam sulfat :
- Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak dan tidak berbau
- Massa molar : 98.08 g/mol
- Densitas : 1.84 g/cm3 (liquid)
- Titik leleh : 10oC , 283 K, 50oF
- Titik didih : 337oC, 610 K, 639oF
- Viskositas : 26.7 cP , 20oC
- pKa : -3
- H2SO4 anhidrat merupakan cairan yang sangat polar dengan tetapan dielektrik sekitar 100,
dan memiliki konduktivitas tinggi juga memiliki viskositas tinggi
- Bersifat sangat korosif (diperburuk oleh eksotermiknya dengan air), tidak mudah terbakar
Dampak paparan asam sulfat :
Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam
sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan aerosol
asam. Paparan dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata,
saluran pernafasan, dan membran mukosa yang parah. Iritasi akan mereda dengan cepat
setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema paru apabila kerusakan jaringan lebih parah.
Pada konsentrasi rendah, simtom-simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang
paling umum dilaporkan adalah pengikisan gigi. Indikasi kerusakan kronis saluran pernafasan
masih belum jelas. Di Amerika Serikat, batasan paparan yang diperbolehkan ditetapkan
10
sebagai 1 mg/m³. Terdapat pula laporan bahwa penelanan asam sulfat menyebabkan
defisiensi vitamin B12 dengan degenarasi gabungan subakut.
Sifat korosif asam sulfat menyebabkan luka bakar akibat paparannya. Luka bakar
akibat asam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya, hal
ini dikarenakan adanya tambahan kerusakan jaringan dikarenakan dehidrasi dan kerusakan
termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.
Bahaya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam
sulfat. Namun, bahkan asam sulfat encer (sekitar 1 M, 10%) akan dapat mendehidrasi kertas
apabila tetesan asam sulfat tersebut dibiarkan dalam waktu yang lama. Oleh karenanya,
larutan asam sulfat yang sama atau lebih dari 1,5 M diberi label "CORROSIVE" (korosif),
manakala larutan lebih besar dari 0,5 M dan lebih kecil dari 1,5 M diberi label "IRRITANT"
(iritan). Asam sulfat berasap (oleum) tidaklah dianjurkan untuk digunakan dalam sekolah
oleh karena bahaya keselamatannya yang sangat tinggi.
Perawatan pertama yang standar dalam menangani tumpahnya asam sulfat ke kulit
adalah dengan membilas kulit tersebut dengan air sebanyak-banyaknya. Pembilasan
dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit untuk mendinginkan jaringan disekitar luka bakar
asam dan untuk menghindari kerusakan sekunder. Pakaian yang terkontaminasi oleh asam
sulfat harulah dilepaskan dengan segera dan segera bilas kulit yang berkontak dengan pakaian
tersebut.
Dalam penggunaannya di bidang industri, keberadaan aerosol asam sulfat dapat
meningkatkan bahaya kebakaran. Walaupun asam sulfat tidak mudah terbakar, kontak dengan
logam dalam kasus tumpahan asam dapat menyebabkan pelepasan gas hidrogen. Penyebaran
aerosol asam dan gas sulfur dioksida menambah bahaya kebakaran yang melibatkan asam
sulfat.

Seng
Seng adalah salah satu elemen yang paling umum di bagian kerak bumi. Seng
ditemukan di udara, tanah, dan air dan hadir di semua makanan. Dalam bentuk murni (atau
logam), seng adalah logam-putih kebiruan yang mengkilap. Tidak ada informasi tentang rasa
dan bau logam seng. Seng bubuk mudah meledak dan dapat terbakar jika disimpan di tempat
lembab. Seng metalik memiliki banyak kegunaan dalam industri. Penggunaan umum dari
seng adalah sebagai pelapis besi atau logam lainnya agar tidak berkarat atau korosi. Seng
11
juga dapat bercampur dengan logam lain dan membentuk paduan seperti kuningan dan
perunggu. Seng metalik juga digunakan untuk membuat baterai sel kering.
Seng juga dapat berkombinasi dengan unsur-unsur lainnya, seperti klorin, oksigen,
dan belerang, untuk membentuk senyawa seng. Senyawa seng yang dapat ditemukan pada
limbah berbahaya antara lain seng klorida, seng oksida, seng sulfat, dan sulfida seng.
Kebanyakan bijih seng ditemukan secara alami di lingkungan dalam bentuk sulfida seng.
Sifat fisik seng :
- Merupakan logam diamagnetic, berwarna putih kebiruan, berkilau, memiliki densitas lebih
kecil daripada besi dan memiliki struktur kristal heksagonal
- Berupa logam keras dan rapuh pada sebagian besar temperatur namun lunak pada 100 oC –
150oC.
- Di atas 210oC, logam akan menjadi rapuh lagi dan dapat dilumatkan dengan pukulan
- Memiliki tingkat konduktivitas listrik sedang
- Memiliki titik leleh rendah 420°C dan titik didih 900°C (merupakan logam transisi dengan
titil leleh terendah di samping merkuri dan cadmium)
Senyawa seng tidak mudah meledak atau terbakar. Seng sulfida berwarna abu-abuputih atau kuning, dan seng oksida berwarna putih. Kedua senyawa ini digunakan untuk
membuat putih cat, keramik, dan produk lainnya. Seng oksida digunakan dalam
memproduksi karet. Senyawa seng, seperti seng asetat, seng klorida, dan seng sulfat,
digunakan dalam pengolahan kayu dan di bidang manufaktur dan pencelupan kain. Seng
klorida juga merupakan bahan utama dalam asap dari bom asap. Senyawa seng juga
digunakan pada industri obat-obatan sebagai bahan beberapa produk, seperti sun block, salep
ruam popok, deodoran, obat jerawat, dan shampoo antidandruff.
Seng dapat memasuki tubuh melalui saluran pencernaan akibat konsumsi makanan
atau minum air yang mengandung seng. Seng juga dapat masuk melalui pernafasan akibat
menghirup debu atau uap seng dari peleburan seng atau pengelasan dengan seng. Jumlah seng
yang masuk secara langsung melalui kulit relatif kecil. Mayoritas paparan terjadi melalui air
minum yang mengandung kadar seng tinggi. Seng disimpan di seluruh tubuh dan meningkat
dengan cepat pada darah dan tulang segera setelah paparan. Seng dapat tinggal di tulang
selama beberapa hari setelah terpapar. Biasanya, seng meninggalkan tubuh melalui air seni
dan kotoran.
12
Efek kesehatan
Menghirup sejumlah besar seng (sebagai debu atau uap dari peleburan atau mengelas)
dapat menyebabkan penyakit jangka pendek tertentu yang disebut demam asap logam.
Namun, sangat sedikit yang diketahui tentang efek jangka panjang dari menghirup debu atau
uap seng. Paparan seng ke dalam tubuh melalui makanan, air, atau suplemen makanan yang
terlalu banyak juga dapat mempengaruhi kesehatan. Kadar seng yang menghasilkan efek
merugikan kesehatan adalah jika melebihi Recommended Daily Allowances (RDAs) untuk
seng (15 mg / hari untuk pria dan 12 mg / hari untuk wanita). Jika dosis seng (10-15 kali lebih
tinggi dari RDA) yang masuk melalui mulut bahkan untuk waktu yang singkat, dapat terjadi
kram perut, mual dan muntah. Menelan seng dalam jumlah besar untuk beberapa bulan dapat
menyebabkan anemia, kerusakan pankreas, dan penurunan tingkat kolesterol high density
lipoprotein (HDL). Paparan senyawa seng dapat menyebabkan iritasi kulit. EPA telah
menetapkan bahwa seng tidak dapat diklasifikasikan sebagai senyawa karsinogen pada
manusia.

Amonium Klorida
Amonium klorida (NH4Cl), disebut juga sal amoniak, salmiak, garam nushadir, sal
amagnac, sal armoniak, garam armoniak, dan dalam bentuk murni berupa garam ammonia
kristal berwarna putih yang larut dalam air. Larutan ammonium klorida merupakan asam
sedang.
Sifat fisik ammonium klorida :
- Massa molar : 53.56 g/mol
- Tidak berbau
- Densitas : 1.5274 g/cm3
- Titik didih : 338oC (terdekomposisi)
- Kelarutan dalam air : 29.7 g/100ml (0oC), 37.2 g/100ml (20oC), 77.3 g/100ml (100oC)
- Kelarutan dalam alcohol : 0.6 g/100ml (19oC)
- pKa : 1.642
Efek kesehatan akibat paparan ammonium klorida antara lain :
- Inhalasi : iritasi pada saluran pernafasan ( gejala : batuk, nafas tersenggal- senggal)
- Pencernaan : iritasi saluran pencernaan ( gejala : muntah, diare dan mual)
13
- Kontak kulit : iritasi (gejala : kemerahan, gatal dan perih)
- Kontak mata : iritas, kemerahan dan perih
- Paparan kronis : tidak diketahui

Antimon
Antimon atau stibium (Sb) adalah sebuah elemen dengan bentuk putih keperakan,
rapuh, dan menguap pada suhu rendah. Antimon menyerupai metalloid logam dari bentuk
dan fisiknya tetapi secara reaksi kimia tidak demikian.
Antimon sedang dikembangkan dalam produksi industri semikonduktor, dalam
produksi dioda, dan detektor infra merah. Sebagai sebuah campuran semi logam, antimon
dapat meningkatkan kekuatan mekanik bahan. Manfaat yang paling penting dari antimon
adalah sebagai penguat timbal untuk baterei. Kegunaan lain :

Campuran anti gores

Korek api

Obat-obatan

Pipa-pipa
Senyawa antimon dengan oksida, sulfida, sodium, antimonate, dan antimon triclorid
diguanakan dalam pembuatan senyawa tahan api, keramik, gelas, dan cat. Antimon sulfida
alami, stibnite diketahui dan digunakan dalam blibical time sebagai obat-obatan dan kosmetik.
Antimon juga digunakan untuk peralatan Hall-effect. Ia dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan timbal. Baterai, logam anti friksi, senjata ringan dan tracer bullets
(peluru penjejak), pembungkus kabel, dan produk-produk minor lainnya menggunakan
sebagian besar antimon yang diproduksi. Senyawa-senyawa yang mengambil setengah
lainnya adalah oksida, sulfida, dan natrium.
Antimon dan senyawanya adalah racun. Secara klinik, racun antimon hampir mirip
dengan racun arsen. Dalam dosis rendah, antimon menyebabkan sakit kepala, muntah, kejang
dan depresi. Dalam dosis besar antimon dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa hari.
Sifat fisik antimon :
- Merupakan konduktor panas dan listrik yang buruk
- Antimon dan banyak senyawanya bersifat toksik (beracun)
- Merupakan golongan metalloid, bernomor atom 51
- Massa atom : 121.760 g/mol
14
- Berwujud padat
- Massa jenis (sekitar suhu kamar) : 6.697 g/cm3
- Massa jenis (pada titik lebur) : 6.53 g/cm3
- Titik lebur : 903.78 K , 630.63oC, 1167.13oF
- Titik didih : 1860 K, 1587oC, 2889oF
- Kalor peleburan : 19.79 kJ/mol
- Kalor penguapan : 193.43 kJ/mol
- Kapasitas kalor (25oC) : 25.23 J/(mol.K)

Kadmium
Kadmium merupakan elemen kimia dengan lambang Cd dan bernomor atom 48.
Logam ini berwarna putih kebiruan, mirip dengan seng (memiliki tingkat oksidasi +2) dan
merkuri (titik lebur rendah dibanding logam transisi). Kadmium hampir selalu ditemukan
dalam jumlah yang kecil dalam bijih-bijih seng, seperti sphalerite (ZnS). Greenokcite (CdS)
merupakan mineral satu-satunya yang mengandung kadmium. Hampir semua kadmium
diambil sebagai hasil produksi dalam persiapan bijih-bijih seng, tembaga dan timbal.
Kadmium merupakan komponen campuran logam yang memiliki titik cair terendah. Unsur
ini digunakan dalam campuran logam poros dengan koefisien gesek yang rendah dan tahan
lama. Ia juga banyak digunakan dalam aplikasi sepuhan listrik (electroplating). Sulfat
merupakan garamnya yang paling banyak ditemukan dan sulfidanya memiliki pigmen kuning.
Senyawa dengan kandungan cadmium sejak dahulu digunakan sebagai pigmen,
pelapis anti korosi pada baja dan untuk menstabilisasi plastik. Kadmium digunakan pula
dalam pembuatan solder, baterai Ni-Cd, dan sebagai penjaga reaksi nuklir fisi. Senyawa
kadmium juga digunakan dalam fosfor tabung TV hitam-putih dan fosfor hijau dalam TV
bewarna. Penggunaan cadmium berkurang, kecuali pada baterai Ni-Cd dan panel surya
cadmium-telluride karena toksisitas dan karsinogenitas yang tinggi.
Sifat fisik cadmium :
- Merupakan logam bivalen berwarna putih kebiruan yang lembut, lunak, dan elastis.
- Hampir menyerupai seng namun membentuk senyawa yang lebih kompleks
- Densitas : 8.65 g/cm3
- Densitas cairan : 7.996 g/cm3
- Titik lebur : 594.22 K, 321.07 °C, 609.93 °F
15
- Titik didih : 1040 K, 767 °C, 1413 °F
- Struktur kristal : heksagonal
Penanganan kadmium harus hati-hati karena uap dari kadmium sangat berbahaya,
contohnya solder perak. Pengeksposan terhadap debu-debu kadmium tidak boleh melewati
0.01 mg/m3 (rata-rata waktu-berat selama 8 jam, 40 jam seminggu). Konsentrasi maksimum,
selama 15 menit, tidak boleh melewati 0.14 mg/m3. Pengeksposan terhadap uap kadmium
oksida tidak boleh melewati 0.05 mg/m3 dan konsentrasi maksimum tidak boleh melewati
0.05 mg/m3. Nilai-nilai konsentrasi di atas sedang dievaluasi kembali dan rekomendasi
sementara yang ditetapkan adalah mengurangi pengeksposan terhadap kadmium.

Nikel
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan
nomor atom 28. Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak
baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat
menghasilkan alloy yang sangat berharga. Oksidasi nikel yang paling umum adalah 2, tetapi
juga terdapat senyawa Ni 0, Ni +, dan Ni3+.
Nikel (0)
Tetracarbonylnickel (Ni (CO) 4) yang ditemukan oleh Ludwig Mond, adalah cairan yang
mudah menguap pada suhu kamar. Pada pemanasan, senyawa tersebut terurai kembali
menjadi nikel dan karbon monoksida:
Ni (CO)   4 Ni + 4 CO
Sifat ini dimanfaatkan dalam proses Monod untuk memurnikan nikel, seperti yang dijelaskan
di atas. Nikel (0) yang terdapat pada senyawa kompleks bis(cyclooctadiene)nikel (0) adalah
sebuah katalis berguna dalam kimia organonickel karena dapat mudah menyingkirkan ligan
cod .
Nikel (II)
Nikel (II) senyawa yang dikenal dengan semua anion umum, yaitu sulfida, sulfat, karbonat,
hidroksida, carboxylates, dan halida. Nikel (II) sulfat diproduksi dalam jumlah besar dengan
16
melarutkan logam nikel atau oksida dalam asam sulfat. Senyawa ini ada sebagai hexa-dan
heptahydrates. Senyawa ini berguna untuk elektroplating nikel.
Nikel (II) klorida dihasilkan dengan melarutkan residu nikel dalam asam klorida. Diklorida
biasanya ditemukan sebagai hexahydrate hijau, tetapi bisa mengalami dehidrasi untuk
memberikan anhidrat kuning NiCl2. Beberapa nikel tetracoordinate (II) berstruktur kompleks
tetrahedral dengan bentuk persegi geometri planar. Kompleks tetrahdral terdiri atas
paramagnetik dan kompleks planar kuadrat diamagnetic .
Nikel (III)
Nikel (III) oksida adalah jenis nikel yang digunakan sebagai katoda dalam banyak baterai
yang dapat diisi ulang , termasuk nikel-kadmium , nikel-besi , hidrogen nikel , nikel-metal
hidrida , dan juga digunakan oleh beberapa produsen di Li-ion baterai.
Paparan terhadap nikel logam dan senyawa terlarut tidak boleh melebihi 0.05mg/cm³ pada
paparan nikel dengan 40-jam kerja per minggu. Nikel sulfida asap dan debu diyakini
karsinogenik , dan begitu juga dengan berbagai senyawa nikel lainnya. Nikel karbonil, [Ni
(CO) 4], adalah gas yang sangat beracun. Logam karbonil dikatakan toksik karena bersifat
toksik sebagai logam itu sendiri dan karena logam karbonil memiliki kemampuan untuk
dapat mengeluarkan gas karbon monoksida yang sangat beracun serta dapat menyebabkan
terjadinya ledakan di udara.
Individu yang peka mungkin akan menunjukkan alergi terhadap nikel yang mempengaruhi
kulit, atau dikenal juga sebagai efek dermatitis. Sensitivitas terhadap nikel juga dapat hadir
pada pasien dengan pompholyx . Nikel adalah penyebab penting dari alergi kontak, sebagian
karena penggunaannya dalam perhiasan yang umumnya dimaksudkan untuk menindik
telinga . Alergi karena nikel yang dipengaruhi karena menindik telinga sering ditandai
dengan gatal, kulit merah. Banyak anting sekarang dibuat nikel-bebas karena masalah ini.
Jumlah nikel yang diperbolehkan dalam produk yang bersentuhan dengan kulit manusia
diatur oleh Uni Eropa .

Hidrida Logam Nikel
Hidrida logam nikel termasuk dalam jenis hidrida logam (MHx). Hidrida MHx yang
menunjukkan sifat logam, biasanya bertipe intertisi dan non stoikiometri. Hidrogen
menempati sebagian lubang dalam kisi logam. Biasanya x bukan bilangan bulat dalam
17
senyawa ini. Hidrida jenis ini yang dikenal meliputi hidrida dari Golongan 3 (Sc, Y),
Golongan 4 (Ti, Zr, Hf), Golongan 5 (V, Nb, Ta), Cr, Ni, Pd, dan Cu, tetapi hidrida logam
lain di Golongan 6 sampai 11 relatif tidak dikenal.
Paladium (Pd) merupakan salah satu unsur yang bereaksi dengan gas hidrogen pada
suhu kamar, dan membentuk hidrida yang mempunyai komposisi PdHx (x < 1). Banyak
hidrida logam yang menunjukkan sifat hantaran logam. LaNi5 adalah senyawa paduan antara
lantanum dan nikel, yang dapat menampung sampai 6 atom hidrogen per sel satuan dan
berubah menjadi LaNi5H6. Paduan ini menjadi salah satu kandidat untuk digunakan sebagai
bahan penyimpan hidrogen dalam pengembangan mobil berbahan hidrogen.
Hidrida logam nikel merupakan salah satu jenis baterai telepon selular. Baterai jenis
ini memiliki memori yang lebih lama dan daya tahan yang cukup lama. Jenis baterai ini baik
untuk digunakan oleh orang-orang yang membutuhkan pengisian cepat dan jika dilakukan
pengisian dengan pengisi daya mobil dapat terisi penuh dalam 1 jam. Jenis baterai ini disukai
oleh banyak pengguna telepon selular karena dayanya bertahan lama dan murah. Baterai
hidrida logam nikel juga tidak beracun dan baik untuk lingkungan.

Litium
Litium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Li dan
nomor atom 3. Unsur ini termasuk dalam logam alkali dengan warna putih perak. Dalam
keadaan standar, litium adalah logam paling ringan sekaligus unsur dengan densitas paling
kecil. Seperti logam-logam alkali lainnya, litium sangat reaktif, dapat terkorosi dengan cepat
dan menjadi hitam di udara lembab. Oleh karena itu, logam litium biasanya disimpan dengan
dilapisi minyak.
Menurut teorinya, litium (kebanyakan 7Li) adalah salah satu dari sedikit unsur yang
disintesis dalam kejadian “Big Bang” walaupun kelimpahannya sudah jauh berkurang.
Sebab-sebab menghilangnya litium dan proses pembentukan litium yang baru menjadi topik
penting dalam astronomi. Litium adalah unsur ke-33 paling melimpah di bumi, namun karena
reaktivitasnya yang sangat tinggi membuat unsur ini hanya bisa ditemukan di alam dalam
keadaan bersenyawa dengan unsur lain. Litium ditemukan di beberapa mineral pegmatit,
namun juga bisa didapatkan dari air asin dan lempung. Pada skala komersial, logam litium
didapatkan dengan elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium klorida.
Logam Lithium bersifat korosif dan membutuhkan penanganan khusus untuk
menghindari kontak dengan kulit. Selain itu, debu atau senyawa litium yang terhirup pada
18
awalnya dapat mengganggu hidung dan tenggorokan, sementara dalam paparan yang lebih
tinggi dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru dan menyebabkan edema paru.
Dalam penggunaan litium sebagai salah satu jenis baterai yang memiliki pasaran
tinggi,
beberapa aturan dan proteksi bagi konsumen ditetapkan. Pengangkutan dan
pengiriman beberapa jenis baterai lithium dilarang menggunakan transportasi tertentu seperti
pesawat karena kemampuan sebagian besar jenis baterai lithium untuk bereaksi sangat cepat
ketika terjadi arus pendek. Hal yang dikenal dengan reaksi termal ini dapat menyebabkan
panas dan mungkin ledakan, oleh karena itu sebagian besar konsumen baterai lithium
memiliki perlindungan thermal overload built-in untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan. Solusi lain adalah dengan mendesain secara inheren batas arus pendek sirkuit.
Namun, saat ini terdapat beberapa yurisdiksi yang mulai membatasi penjualan baterai lithium
karena alasan diatas.

Hidrida
Hidrida merupakan nama yang diberikan untuk ion negatif hidrogen H−. Walaupun
ion ini tidak akan ada tanpa kondisi yang khusus, istilah hidrida digunakan secara luas untuk
menyebut sebuah senyawa hidrogen dengan unsur lain, terutama untuk unsur golongan 1–16.
Senyawa-senyawa yang dibentuk oleh hidrogen sangatlah banyak, melebihi senyawa yang
dapat dibentuk oleh unsur lain.
Berbagai macam hidrida logam sedang dikaji untuk digunakan sebagai penyimpan
hidrogen dalam sel bahan bakar mobil listrik dan dalam baterai. Golongan hidrida 14
sangatlah penting dalam teknologi penyimpanan energi listrik dalam baterai. Ia juga memiliki
peran yang penting dalam kimia organik sebagai reduktor kuat.
Setiap unsur dalam tabel periodik (kecuali beberapa gas mulia) dapat membentuk satu
atau lebih hidrida. Senyawa-senyawa ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok
menurut sifat-sifat ikatan kimianya :



Hidrida salin, yang mempunyai sifat-sifat ionik secara signifikan
Hidrida kovalen, yang meliputi hidrokarbon dan senyawa lainnya
Hidrida interstitial (selitan), yang mempunyai ikatan logam.
19

Kobal
Kobal terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan eritrit. Kobal juga sering terdapat
bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan
sebagai hasil samping produksi. Selain itu, kobal juga terdapat dalam meteorit.
Bijih mineral kobal yang penting ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada. Survei
badan geologis Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah ke utara
Lautan Pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif dangkal, lebih dekat
ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat lainnya.
Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel. Kobal
memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi. Kobal cenderung terdapat
sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar. Transformasi antara dua
bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan dengan variasi tinggi sebagaimana dilaporkan
pada sifat fisik kobal.

Mangan
Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk, seperti oksida, silikat, dan
karbonat yang merupakan jenis senyawa paling umum. Kebanyakan senyawa mangan saat ini
ditemukan di Rusia, Brazil, Australia, Afrika Selatan, Gabon, dan India. Irolusi dan
rhodokhrosit adalah mineral mangan yang paling banyak dijumpai, sedangkan logam mangan
dapat diperoleh dengan mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, aluminum
atau dengan proses elektrolisis.
Mangan umumnya berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh.
Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin secara perlahan-lahan.
Mangan digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting. Dalam baja, mangan
meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi kekuatan, kekerasan, dan kemampuan
pengerasan. Sedangkan dengan aluminum dan bismut, khususnya dengan sejumlah kecil
tembaga, mangan dapat membentuk alloy yang bersifat ferromagnetik.
Senyawa mangan kurang beracun bila dibandingkan dengan logam luas lain seperti
nikel dan tembaga. Namun, paparan terhadap debu dan asap mangan tidak boleh melebihi
nilai batas atas 5 mg/m3 bahkan untuk periode singkat karena tingkat toksisitasnya.
Keracunan mangan dapat mengakibatkan gangguan saraf motorik dan gangguan kognitif.
20

Nitrogliserin
Nitrogliserin atau dikenal juga sebagai trinitroglycerin, trinitroglycerine, 1,2,3-
trinitroxypropane dan trinitrate gliseril adalah senyawa yang berat, tidak berwarna,
berminyak, dan merupakan peledak cair yang diperoleh dari nitrating gliserol. Sejak tahun
1860-an, senyawa ini telah digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan bahan peledak ,
khususnya dinamit untuk digunakan dalam konstruksi dan penghancuran industri. Demikian
pula, sejak tahun 1880-an, Nitrogliserin telah digunakan oleh militer sebagai bahan aktif, dan
gellatinizer untuk nitroselulosa , di beberapa solid propellants , seperti mesiu dan Ballistite .
Selain untuk bahan peledak, Nitrogliserin juga digunakan secara medis sebagai
vasodilator untuk mengobati penyakit jantung, seperti angina dan gagal jantung kronis . Ini
adalah salah satu obat tertua dan paling berguna untuk mengobati penyakit jantung dengan
memperpendek atau bahkan mencegah serangan jantung. Nitrogliserin datang dalam bentuk
tablet, semprotan atau patch dan dapat juga digunakan untuk membantu menghancurkan
kanker prostat.
Paparan Nitrogliserin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan sakit kepala parah
yang dikenal sebagai "kepala NG". Sakit kepala ini cukup parah untuk dapat melumpuhkan
beberapa orang, namun daya tahan tubuh manusia mengembangkan toleransi yang dapat
menyebabkan ketergantungan pada paparan nitrogliserin jangka panjang setelahnya. Jadi,
paparan singkat akan menyebabkan gangguan kesehatan, namun gangguan kesehatan tersebut
akan hilang setelah paparan nitrogliserin dalam jangka panjang diterapkan.

Rubidium
Unsur ini ternyata ditemukan lebih banyak dari yang diperkirakan beberapa tahun lalu.
Sekarang ini, rubidium dianggap sebagai elemen ke-16 yang paling banyak ditemukan di
kerak bumi. Rubidium dapat menjelma dalam bentuk cair pada suhu ruangan. Ia merupakan
logam akali yang lembut, keperak-perakan dan unsur akali kedua yang paling elektropositif.
Ia terbakar secara spontan di udara dan bereaksi keras di dalam air, serta membakar hidrogen
yang terlepaskan. Rubidium juga mudah bereaksi dengan logam-logam alkali yang lain. Ia
dapat membuat lidah api bewarna ungu kekuning-kuningan. Logam rubidium juga dapat
dibuat dengan cara mereduksi rubidium klorida dengan kalsium dan dengan beberapa metoda
lainnya. Unsur ini harus disimpan dalam minyak mineral yang kering, di dalam vakum atau
diselubungi gas mulia.
21

Perak
Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn silver
(AgCl). Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan
sumber-sumber penting untuk menambang perak. Perak juga dapat diambil dalam proses
pemurnian tembaga secara elektrolisis. Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur
ini sangat lunak dan mudah dibentuk. Perak murni memiliki konduktivitas kalor dan listrik
yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi kontak yang sangat kecil.
Elemen ini sangat stabil di udara murni dan air, namun menjadi reaktif ketika diekspos pada
ozon, hidrogen sulfida atau udara yang mengandung belerang. Dalam kehidupan sehari-hari,
perak dapat ditemukan diberbagai jenis produk seperti perhiasan, perabotan perak, fotografi,
campuran logam pengganti gigi, solder, kotak listrik, dan baterai perak-timah serta perakcadmium.
Meskipun unsur perak tidak beracun, banyak senyawa garam perak yang sangat
berbahaya. Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa-senyawanya yang dapat larut)
di udara tidak boleh melebihi 0.01 g/m3 (berdasarkan 8 jam berat rata-rata, selama 40 jam per
minggu). Senyawa-senyawa perak dapat diserap dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil
reduksi perak dapat terdepositkan pada banyak jaringan tubuh. Sebuah kondisi (argyria) dapat
menimbulkan pigmen-pigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous. Akan
tetapi, perak memiliki sifat-sifat yang dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan
binatang-binatang besar.
II.3 Pengelolaan Limbah Baterai
II.3.1 Metode Pengelolaan Limbah Baterai Menurut PPLi
Sampah baterai termasuk sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) karena di
dalamnya mengandung berbagai logam berat, seperti merkuri, mangan, timbal, kadmium,
nikel dan lithium, yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan kita. Baterai bekas yang
dibuang ke TPS atau TPA akan mencemari tanah, air tanah, sungai, danau dan . Oleh karena
itu, diperlukan suatu sistem yang menangani pengelolaan sampah baterai.
Sampah baterai tidak boleh dibuang ke tempat sampah. Baterai yang sudah tidak
dipergunakan, dikumpulkan dan diserahkan kepada pihak penyedia jasa pengelolaan limbah
B3 (bahan berbahaya & beracun) yang sudah memenuhi standar manajemen limbah. Di
Indonesia, limbah baterai tersebut dapat diserahkan kepada Waste Management Indonesia
22
(WMI) yang selanjutnya akan melakukan pengolahan limbah tersebut. Salah satu pengelola
limbah B3, termasuk sampah baterai adalah PPLi.
Penanganan dan pengelolaan yang dilakukan adalah mendaur ulang sebagian besar
komponen baterai, sementara komponen seperti kadmium dan mangan akan dinetralisir dan
kemudian dikubur dengan mekanisme yang sudah memenuhi standar manajemen limbah agar
tidak mencemari air tanah.
Pelayanan yang disediakan di PPLi dalam menangani limbah baterai B3 antara lain:

Hazardous Waste Landfill
Landfill limbah B3 yang dimiliki PPLi dirancang
berdasarkan standar Indonesia, Bank Dunia, dan US-EPA.
Limbah B3 yang bersifat stabil didepositkan secara langsung
ke tempat landfill. Metode dan material yang digunakan
dalam pembangunan landfill dipastikan berintegritas. Air
yang dihasilkan dari limbah (leachate) ditampung oleh saluran impermeable yang terbuat dari
lapisan HDPE, kemudian dikumpulkan dan diolah secara setempat. Kemampuan pekerja
yang bertugas sebagi operator landfill sekelas dengan standar internasional. Monitoring
sistem terhadap lingkungan yang berlebih merupakan bukti dari sistem yang berintegritas.
Landfill memiliki 4 lapisan impermeable. PPLi bersikap responsive terhadap penutupan
landfill dan melakukan pengawasan terhadap landfill tersebut pasca penutupan. Pembiayaan
terhadap proses ini diadakan secara eksplisit untuk tujuan tersebut. PPLi biasa membolehkan
konsumen melihat kewajiban jangka panjang ini (site closure) agar mereka merasa aman
dengan mengetahui limbah B3 mereka diolah semestinya dan mendapatkan pengamanan
permanen.

Hazardous & Non-Hazardous Liquid Treatment
Kebanyakan proses industri menghasilkan limbah
cair dengan jumlah bervariasi. Limbah cair mungkin bersifat
berbahaya atau tidak tergantung dari proses dan material
yang digunakan. PPLi dapat menangani semua buangan
limbah cair tersebut. PPLi telah membangun liquid treatment
process berintegrasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. PPLi dapat menerima dan
mengolah berbagai jenis limbah buangan cair dengan tingkat kontaminasi tinggi. Proses
pengolahan menggabungkan antara proses fisik dan kimia, ditambah proses pengolahan
23
biologi baru yang dirancang dengan tahap wetland treatment sehingga dapat diperoleh
standar air bersih terbaik.

Stabilization
PPLi menawarkan proses stabilisasi untuk limbah dengan sifat tidak stabil. Limbah
B3 tidak stabil tidak dapat menggunakan landfill sampai limbah tersebut dipastikan stabil
secara fisik dan kimia. Proses stabilisasi meliputi beragam bentuk chemical pre-treatment
diikuti mixing process yang membutuhkan portland cement, absorbent clay, air dan reagen
lain dalam proporsi beragam untuk membentuk substansi stabil. Laboratorium stabilisasi
menggunakan pengembangan “resep” unik untuk proses tersebut.

Thermal Destruction
Untuk penghasil limbah organik berbahaya, PPLi berlisensi untuk menggunakan
teknologi thermal destruction dengan menggunakan cement kiln modern untuk melengkapi
insinerasi dan pengolahan limbah tersebut. Temperatur tinggi (1,200 – 1,400 0C) dan waktu
retensi panjang meyakinkan proses pencampuran terjadi sempurna. Teknologi ini
memperbolehkan proses recoveri nilai kalor dan atau material berguna yang terkandung
dalam limbah tersebut dengan mengkonversinya menjadi Alternative Fuel and Raw Material
(AFR).
Limbah organik berbahanya (sludge/liquid) dicampur bersama untuk membentuk
bahan bakar sintetik. Produk akhir dicoba untuk memastikan proses ini membentuk bahan
bakar dengan spesifikasi sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Limbah
organik berbahaya lainnya (sludge/solid) diolah dahulu (pretreatment) dengan dibakar untuk
menghilangkan kadar air dan membentuk solid.
Cerobong asap dari pembakaran diawasi (monitoring) untuk memasikan tidak ada
gas berbahaya, termasuk PCDDs/ PCDFs, yang dilepaskan ke lingkungan. Pemeriksaan
bakaran dan regular monitoring dilakukan untuk memastikan batas keras Destruction and
Removal Efficiency (DRE) (99.9999%) dapat diterima secara aman dan menunjukkan
destruksi limbah organik klorin secara lengkap.

Laboratory Service
Laboratorium fisika dan kimia yang dimiliki PPLi
dilengkapi dengan fasilitas modern yang dioperasikan oleh
teknisi berpengalaman. Laboratorium ini memungkinkan PPLi
untuk
mengembangkan
meminitor
kualitas
variasi
sample
air
proses
pengolahan
dan
yang
dihasilkan
pada
24
pembuangan.

Non-Hazardous Waste Landfill
Selain mengembangkan sistem pengolahan limbah B3, PPLi membangun landfill
limbah non B3 yang bersifat modern. PPLi menggunakan pelatihan terbaik kelas dunia dan
akan menambahkan pedoman sesuai US-EPA dengan mengimplementasikan kemungkinan
teknologi terbaik untuk mengawasi dan melindungi lingkungan sekitar. Contoh teknologi
yang termasuk adalah geosynthetic membrane liner systems berupa HDPE and GCL, clay
liners, advanced leachate collection dan fasilitas pengolahan , pengawasan terhadap kualitas
air tanah dan permukaan, pengumpul dan pengontrol gas, dan seluruh proses yang digunakan
dengan manajemen dan metoda operasional terjamin.
Sarana dan prasarana banyak digunakan PPLi dalam menangani limbah B3. Sarana
dan prasarana tersebut antara lain:

Secure Landfill
PPLI hanya mengoperasikan landfill limbah B3 yang didesain, dirancang, dan
dibangun sesuai standar yang berlaku di Indonesia, Bank Dunia, EU, dan US-EPA. Total
kapasitas landfill seluas 50 ha adalah lebih dari 3 juta ton, dengan kemampuan untuk
memproses 22.000 ton limbah pada umumnya. Lapisan double landfill dibangun dari
bentonite clay dan high density polyethylene (HDPE), yaitu lapisan dasar landfill yang
mencegah kontaminasi leachate ke lingkungan sekitarnya. Limbah ditutupi dengan tanah atau
material sintetik secara harian. Setiap area landfill diisi sesuai kapasitas, serta dilapisi dengan
clay dan lapisan HDPE untuk mencegah leachate merembes ke dalam lapisan cell landfill
yang tertutup.
Sistem pengumpulan leachate primer dan sekunder adalah dengan memompa
leachate dari dalam landfill menuju fasilitas pengolahan setempat secara berkelanjutan agar
dapat diolah dan diawasi kualitasnya secara tertutup. Setelah diolah, air hasil olahan
disalurkan ke badan air. PPLi selalu mengimplementasikan groundwater monitoring system
yang efektif sesuai dengan international waste management standards. Sistem tersebut
dilakukan secara konsisten dengan monitoring tiap seri sumur di tempat strategis di sekitar
tempat pengolahan limbah, yang memungkinkan sampel diambil dari air tanah. Teknisi
menganalisis sampel dalam selang waktu 3 bulan untuk menguji berbagai jenis parameter
polutan dan kandungan bahan berbahaya, serta melaporkan kualitas tersebut sebagai kualitas
lingkungan sekitarnya.
25
Secure Landfill

Bottom Liner
Waste Water Treatment
Treatment Facilities
Teknisi akan mengambil sampel dan melakukan tes terhadap limbah cair yang sampai
di PPLi untuk memastikan limbah cair tersebut dapat diolah ke dalam waste water treatment
system secara aman. Jika limbah cair tersebut tidak dapat langsung diolah di waste water
treatment system, limbah tersebut akan mengalami perlakuan untuk pengolahan fisik dan
kimia di dalam PChem (Physical & Chemical) tanks. PPLi selalu menggunakan proses
pengolahan fisik dan kimia terhadap limbah B3 non organik untuk mengurangi kadar
bahayanya.
Pada proses stabilisasi, produk akhir yang dihasilkan dibuang pada cell landfill
dengan pengamanan tertentu. Water jets mengontrol produk hasil proses stabilisasi, termasuk
debu dan bau busuk yang dihasilkan, agar menjamin tidak ada efluent atau emisi yang
dihasilkan.
Fuel Blending

Stabilization
PChem Tank
Operational Facilities
Setiap kali kendaraan pengangkut masuk atau meninggalkan tempat pengolahan,
teknisi mengukur berat kendaraan dengan jembatan timbang untuk memastikan jumlah
limbah terolah sesuai dengan laporan konsumen. Closed circuit television cameras (CCTV)
mengawasi jembatan timbang setiap 24 jam per hari untuk memastikan kemanan dan sebagai
alat perekam dokumentasi.
26
Weighbridge
CCTV
Drum Storage
II.3.2 Daur Ulang Limbah Baterai
Baterai mengandung berbagai logam yang dapat dipergunakan kembali sebagai bahan
baku sekunder. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendaur ulang baterai yang
mengandung timah, nikel-kadmium, nikel hidrida dan merkuri. Untuk beberapa baterai,
seperti hidrida-nikel terbaru dan sistem lithium, daur ulang masih berada dalam tahap awal.
Ada beberapa proses berbeda dalam daur ulang baterai, yang digunakan untuk
mengembalikan berbagai bahan, yaitu :

Lead dapat dipulihkan dengan memisahkan material berbeda yang membentuk baterai
(Lead, plastik, asam, dll) sebelum proses metalurgi. Alternatif lain, baterai dapat diproses
secara keseluruhan melalui pemanasan dalam tungku tipe tertentu dengan merecoveri
logam pada akhir proses tersebut.

Ni-Cd baterai dapat diolah kembali dengan teknik termal yang sama, yaitu merecoveri
cadmium dan besi-nikel untuk produksi baja.

Baterai yang mengandung merkuri paling sering diolah dengan perlakuan vakum-panas,
di mana merkuri akan menguap, kemudian terjadi kondensasi dan akhirnya membeku
ketika temperatur berkurang sehingga dapat dipergunakan kembali ke dalam siklus bahan.

Baterai NiMH diolah kembali oleh pemisah mekanik bahan individu (plastik, hidrogen
dan nikel) dalam ruang vakum untuk mencegah hidrogen keluar. Hasil dari proses ini
adalah produk dengan kandungan nikel tinggi, yang dapat digunakan dalam pembuatan
stainless steel.

Baterai lithium-ion saat ini diolah kembali melalui pirolisis (perlakuan panas) dengan
recoveri utama isi logam.

Baterai alkaline-mangan dan zinc-carbone/air dapat diproses ulang dengan menggunakan
beberapa metode berbeda, termasuk elektrolisis dan proses termal-metalurgi lainnya
untuk memulihkan kadar logam (terutama seng) .
27
Menurut definisi, daur ulang adalah penggunaan kembali bahan, baik pra-konsumsi
atau pasca-konsumsi, yang biasanya akan dianggap sampah. Daur ulang membantu
mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah, membantu
mengurangi jumlah bahan kimia beracun yang diserap oleh bumi, dan dalam beberapa kasus,
secara signifikan mengurangi biaya produksi dan konsumsi energi.
Daur ulang baterai adalah tindakan pengolahan baterai yang telah digunakan atau
ditinggalkan, yang jika tidak diolah akan dianggap limbah dan berbahaya bagi lingkungan
kita. Kegiatan daur ulang baterai ini baik untuk bumi dan baik untuk generasi mendatang.
Banyak komunitas atau organisasi melayani daur ulang baterai untuk membantu dan terdapat
pusat daur ulang baterai di seluruh negara di mana baterai bekas dapat diambil.
Terdapat banyak kesalahpahaman tentang bahan apa yang bisa dan tidak bisa didaur
ulang. Kesalahpahaman ini menghambat keberhasilan dan efisiensi biaya program daur ulang
di dunia. Namun, dengan sedikit pendidikan terhadap konsumen, daur ulang dapat menjadi
hal yang penting dan solusi ramah lingkungan untuk pengelolaan sampah.
Pabrik daur ulang baterai mensyaratkan bahwa baterai akan dipilah menurut bahan
kimia. Beberapa penyortiran harus dilakukan sebelum tiba di pabrik daur ulang baterai.
Nikel-kadmium, nikel-logam-hidrida, dan baterai lithium-ion asam Lead ditempatkan di
tempat pengumpulan yang ditentukan. Pendaur ulang baterai mengklaim bahwa baterai
beraliran tetap, jika disortir berdasarkan bahan kimianya tidak akan ada aliran. Proses daur
ulang baterai dapat menguntungkan, tetapi persiapan dan transportasi dapat menambah biaya.
Dalam proses daur ulang untuk mendapatkan logam murni, langkah pertama dimulai
dengan membuang bahan yang mudah terbakar seperti plastik dan isolasi, dengan merilis
pembakaran gas panas. Gas dari pembakaran panas dikirim ke pabrik pemurnian agar
dinetralkan untuk menghilangkan polutan. Proses pembakaran meninggalkan sel yang bersih,
murni, yang merupakan logam mulia.
Sel-sel yang berukuran kecil kemudian dipanaskan sampai logam mencair. Zat nonlogam yang terbakar meninggalkan bekas hitam. Tiap paduan diselesaikan secara berbeda
sesuai dengan berat agar terbentuk skim off seperti krim dari susu mentah.
Kadmium yang relatif ringan dan menguap pada suhu tinggi dimurnikan dalam proses
yang muncul seperti proses panci yang mendidih. Kepulan uap kadmium terbentuk dalam
sebuah tabung besar yang didinginkan dengan kabut air. Hal ini menyebabkan uap
mengembun dan menghasilkan cadmium murni 99,95 persen.
28
Metode daur ulang baterai cara ini memerlukan jumlah energi yang tinggi.
Dibutuhkan enam sampai sepuluh kali jumlah energi untuk mendapatkan kembali logam dari
daur ulang baterai dibandingkan dengan cara lain.
II.3.2 Peraturan Pemerintah
Adapun peraturan pemerintah mengenai baterai adalah sebagai berikut :
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR:
TENTANG
PEMBERLAKUAN SECARA WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA
(SNI)
BATERAI PRIMER
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka penerapan standar produk hasil industri, guna menjamin mutu hasil
industri dan mencapai daya guna produksi serta melindungi konsumen terhadap mutu
produk, serta menciptakan persaingan usaha yang sehat, perlu memberlakukan secara
wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) Baterai Primer;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu dikeluarkan
Peraturan Menteri Perindustrian;
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun
1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
2. Undang-Undang No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentuka Organisasi Perdaganga Dunia) (Lembaran
Negara Tahun 1994 No.57, Tambahan Lembaran Negara No.3564);
3. Undang-Undang No.17 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang No.10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 No.75, Tambahan Lembaran
Negara No.3612);
29
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);
5. Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara tahun
2004 No.125, Tambahan Lembaran Negaran No.4437) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No.8 tahun 2005 (Lembaran Negara tahun 2005 No.108, Tambahan
Lembaran Negara No.4548)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan
dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor:
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 94 tahun 2006;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/ Kep/9/2002 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan atau Jasa Yang Beredar Di Pasar;
12. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Perindustrian;
13. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M-IND/PER/5/2006 tentang Standardisasi,
Pembinaan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Bidang Industri;
14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi
Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib
terhadap Barang dan Jasa yang Diperdagangkan;
30
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PEMBERLAKUAN SECARA WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BATERAI
PRIMER.
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor:
Pasal 1
(1) Pemberlakuan secara wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap:
(2) Baterai primer adalah baterai yang terdiri dari satu atau lebih sel primer, meliputi wadah,
terminal dan penandaan;
Pasal 2
Perusahaan industri yang memproduksi Baterai Primer, wajib:
a. menerapkan SNI dan memiliki Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (SPPT- SNI)
Baterai Primer sesuai dengan ketentuan perundangan;
b. membubuhkan tanda SNI pada setiap produk dan kemasan luar Baterai Primer.
Pasal 3
Setiap Baterai Primer yang diperdagangkan, yang berasal dari hasil produksi dalam negeri,
atau impor wajib memenuhi ketentuan SNI sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2.
Peraturan Menteri Perindustrian
31
Nomor:
Pasal 4
(1) Penerbitan SPPT-SNI Baterai Primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a,
dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang telah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) atau ditunjuk oleh Menteri Perindustrian, melalui:
a. Pengujian kesesuaian mutu Baterai Primer sesuai dengan ketentuan dalam SNI dan;
b. Audit penerapan sistem manajemen mutu SNI 19-9001-2001/ISO 9001-2000 dan revisinya
atau sistem manajemen mutu lainnya yang diakui.
(2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat di sub kontrakan pada
laboratorium penguji yang telah diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau di sub
kontrakan pada laboratorium penguji diluar negeri, sepanjang telah mempunyai perjanjian
saling pengakuan antara KAN dengan badan akreditasi negara yang bersangkutan, serta
mempunyai perjanjian bilateral atau multilateral di bidang regulasi teknis antara pemerintah
Republik Indonesia dengan negara perusahaan pemohon;
(3) Audit sistem manajemen mutu dimaksud pada ayat (1) huruf b berdasarkan jaminan yang
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi sistem mutu yang telah di akreditasi oleh KAN atau
badan akreditasi diluar negeri yang memiliki perjanjian saling pengakuan dengan KAN.
Pasal 5
Lembaga Sertifikasi Produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) melaporkan
pelaksanaan sertifikasinya kepada Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan
Telematika, dengan tembusan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,
Departemen Perindustrian.
Pasal 6
(1) Baterai Primer impor yang akan memasuki daerah Pabean Indonesia wajib memenuhi
ketentuan SNI yang dibuktikan dengan SPPT-SNI.
(2) Baterai Primer impor yang telah memiliki SPPT-SNI harus didaftarkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
Pasal 7
Baterai Primer impor yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilarang masuk ke daerah Pabean Indonesia dan harus dire-ekspor atau dimusnahkan.
32
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor:
Pasal 8
(1) Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika melaksanakan pembinaan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberlakuan secara wajib SNI Baterai Primer.
(2) Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika menetapkan petunjuk teknis
dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini.
(3) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri melaksanakan pembinaan terhadap lembaga
penilaian kesesuaian dalam rangka pemberlakuan secara wajib SNI Baterai Primer.
Pasal 9
Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangan
Pasal 10
Dengan ditetapkan Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Perindustrian nomor
256/M/SK/II/1979 tentang Penerapan Standar Industri Indonesia dan Pemakaian Tanda SII
terhadap sepuluh macam produk-produk industri, sepanjang terkait dengan pemberlakuan
SNI Baterai Primer dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
33
BAB III
KASUS DAN EVALUASI
Contoh Kasus Baterai Pertama
Baterai Ponsel Nokia Memakan Korban
India - Baterai ponsel Nokia kembali meledak di India. Ledakan tersebut, kali ini
melukai tiga orang yang terdiri dari dua anak kecil dan seorang kakek. Kejadian ini menimpa
keluarga Varma yang tinggal di jalan Netaji Subhas wilayah Mallik Fatak, India, ketika
mereka tengah tertidur di Minggu pagi.
Pagi itu, baterai ponsel berjenis BL-5C ini meledak saat di-charging pemiliknya.
Sialnya, dalam kamar tempat ponsel tersebut sedang di-charging terdapat tiga orang yang
tengah terlelap. Tak pelak, ledakan tersebut sontak mengagetkan seisi rumah dan melukai tiga
orang di dalam kamar.
Dua orang anak yang menjadi korban -- Aman dan Nishika – berumur tujuh dan tiga
tahun, terluka di bagian jari dan punggung, sedangkan sang kakek yang berumur 54 tahun,
Kanai, terluka di leher. Mereka terkena serpihan komponen baterai yang terlempar serta luka
bakar.
"Komponen baterai yang berterbangan menakutkan mereka. Beberapa diantaranya
sampai menghujani tubuh mereka," ujar Uday, salah seorang anggota keluarga mereka,
seperti dikutip detikINET dari India Times, Selasa (18/9/2007).
34
Informasi seputar baterai Nokia BL-5C yang bermasalah dan dapat mengakibatkan
overheat (panas berlebih) sebenarnya sudah diketahui Kanai. Ia bahkan sudah memeriksakan
dua baterai miliknya ke outlet Nokia setelah mendengar kabar adanya penarikan baterai
tersebut. Pada akhirnya, pihak keluarga mengajukan keluhan kepada dealer dan pihak dealer
pun menyatakan telah menerima keluhan tersebut dan segera melakukan investigasi.
Meledaknya baterai Nokia seperti ini bukanlah yang kali pertama. Beberapa waktu
lalu, rentetan tiga ledakan baterai Nokia juga pernah terjadi di India. Ketiganya meledak
dalam keadaan serupa, yaitu saat sedang di-charging dan juga sempat menciderai pemilik
ponsel.
Kala itu, pihak Nokia juga melontarkan komentar serupa dengan menganggap si
pemilik ponsel telah menggunakan baterai Nokia palsu. Namun dugaan itu dibantah salah
satu pemilik ponsel dengan mengatakan tidak pernah mengganti komponen asli apapun
termasuk baterai pada ponselnya sejak pertama kali membeli.
Sebelumnya, Nokia telah secara resmi mengumumkan penarikan baterai jenis BL-5C
yang mencapai 46 juta unit di seluruh dunia akibat diduga dapat menimbulkan overheat.
Perusahaan juga menyebar pengumuman mengenai bagaimana cara mengidentifikasi baterai
yang bermasalah tersebut di setiap ponsel.
Contoh Kasus Baterai Dua
Packard Bell Tarik Baterai Easynote
Kamis, 10 Desember 2009 | 17:16 WIB
35
JAKARTA, KOMPAS.com – Di Indonesia notebook Packard Bell mungkin tidak
banyak, atau bahkan tidak ada. Namun di negara Eropa, produk ini (dulu) cukup ternama.
Kini terbetik berita bahwa masalah baterai juga mendera notebook lama tersebut.
Produsen PC Packard Bell mengumumkan penarikan secara sukarela demi keamanan
terhadap baterai yang berada di beberapa laptop Easynote-nya. Penarikan ini berlaku untuk
notebook Packard Bell Easynote MX36, MX37, MX51 dan MX52, tetapi hanya untuk yang
diproduksi di antara bulan Juli dan Desember 2007.
Kebanyakan unit yang diperkirakan terpengaruh isu ini ada di daratan Eropa. Namun
bisa jadi notebook-notebook itu telah berpindah tangan.
Dalam pernyataannya, Packard Bell mengatakan “Sel-sel baterai yang ada dalam unit
yang terpengaruh mungkin mengalami masalah hubungan pendek yang dapat menyebabkan
sel-sel kepanasan dan/atau terbakar. Tidak ada resiko tersengat listrik bagi penggunanya.”
Namun Packard Bell juga menandaskan, “Belum ada laporan tentang cedera (akibat
hal tersebut). Perusahaan lalu menyarankan pengguna untuk melepas baterai dan
menggunakan jala-jala listrik.
Kasus-kasus Batere yang Dapat Terjadi
Explosion/Ledakan
Baterai meledak karena penyalah gunaan atau malfungsi dari baterai. Hal ini dapat
terjadi akibat usaha untuk mengcharge baterai yang non-rechargeable atau terjadi hubungan
singkat baterai. Untuk baterai mobil alias aki, ledakan sangat mungkin terjadi kerika
hubungan singkat menghasilkan arus yang sangat besar apalagi aki membebaskan hidrogen
ketika overcharged.
Ketika baterai di charge secara berlebihan, gas eksplosif campuran antara hidrogen
dan oksigen dapat diproduksi lebih cepat daripada perpindahannya melalui dinding baterai,
sehingga menghasilkan tekanan yang bisa menyebabkan baterai hancur berkeping-keping.
Pada kasus yang ekstrim, asam pada baterai bisa menyebar dari casing baterai dan
menyebabkan cedera.
36
Zat-zat yang dapat ada dalam baterai primer
Chemistry
Zinc–carbon
Zinc chloride
Cell
Voltage
1.5
Energy
Density
Elaboration
[MJ/kg]
0.13
1.5
Inexpensive.
Also
known
as
"heavy
duty",
inexpensive.
Moderate
alkaline
(zinc–
manganese
energy
1.5
0.4-
density.
0.59
Good for high
dioxide)
and low drain
uses.
oxy
nickel
hydroxide
Moderate
(zinc-
energy
manganese
1.7
density.
dioxide/oxy
Good for high
nickel
drain uses
hydroxide)
No
longer
Lithium
manufactured.
(lithium–
Replaced
copper
1.7
silver
by
oxide
oxide)
(IEC-type
Li–CuO
"SR")
batteries.
Lithium
(lithium–iron
disulfide)
Expensive.
Used in 'plus'
1.5
or
LiFeS2
Lithium
'extra'
batteries.
3.0
0.83-
Expensive.
37
(lithium–
1.01
Only used in
manganese
high-drain
dioxide)
devices or for
LiMnO2
long shelf life
due
to
very
low
rate
of
self
discharge.
'Lithium' alone
usually refers
to this type of
chemistry.
High
drain
and constant
voltage.
Mercury
oxide
Banned
1.35
in
most
countries
because
of
health
concerns.
Zinc–air
1.35–
1.65
1.59
Mostly used in
hearing aids.
Very
expensive.
Silver
oxide (silverzinc)
1.55
0.47
Only
used
commercially
in
'button'
cells.
MSDS Zat Kandungan Baterai
Zinc
Flamabilitas Produk: Flammable.
38
Auto-Ignition Temperature: 480°C (896°F)
Fire Hazards in Presence of Various Substances:
Sedikit dapat terbakar hingga terbakar ketika ada api, listrik, panas, zat pengoksidasi, asam,
basa, dapat juga kelembaban.
Tidak flammable akibat guncangan.
Kontak dengan asam dan basa hidroksida mengakibatkan terbentuknya gas hydrogen dengan
panas yang cukup untuk menyalakan gas tersebut.
Zn reaktif ketika kontak dengan air. Zn dapat menyala ketika kontak dengan air dan
kelembaban
Mn
Flammability of the Product: Non-flammable.
Stability: The product is stable.
Li
39
Flammability of the Product: Flammable.
Auto-Ignition Temperature: 179°C (354.2°F)
Lithium adalah logam yang lunak, merupakan unsur padat yang paling ringan dan dapat
mengapung pada produk minyak bumi. Bahan ini digunakan dalam industri porselen,
keramik, agen pemutih, farmasi. Bila bereaksi dengan air akan menghasilkan reaksi:
2 Li(s) + 2 H2O(l)  2 LiOH(l) + H2(g)
Reaksi berlangsung lambat bila dibandingkan dengan reaksi alkali yang lain, sehingga tidak
berbahaya dibandingkan logam alkali lainnya. Oleh karena titik didihnya lebih tinggi dari air,
maka bila bereaksi dengan air akan tetap sebagai padatan, sedangkan logam alkali lainnya
akan meleleh.
Leakage/Bocor
Kebanyakan bahan kimia baterai merupakan korosif, beracun, atau keduanya. Jika
kebocoran terjadi apakah secara spontan atau karena kecelakaan, zat kimia yang keluar dapat
berbahaya. Sebagai contoh, baterai yang sekali pakai sering menggunakan logam Zn sebagai
reaktan dan sebagai container untuk menampung reagen lain. Jika baterai ini di recharge
ketika sudah hampir habis, reagen ini bisa keluar melalui cardboard dan dari bagian
container yang lain. Zat kimia yang aktif dapat merusak peralatan.
Efek dari Zat Kandungan Baterai
Zn
Routes of Entry: Inhalation. Ingestion.
Potensi masalah kesehatan akut
Kulit
: dapat menyebabkan iritasi kulit. Eksposure dermal dengan zn dapat
menyebakan sakit kaki, keletihan, anorexia, dan berat
Mata
: dapat menyebakan iritasi mata
Ditelan
: berbahaya jika ditelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan
dengan sesak di tenggorokan, nausea, muntah-muntah, diare, kehilangan selera makan, tidak
enak badan, sakit bagian perut, demam, dan menggigil. Dapat juga berpengaruh pada system
syaraf dan syaraf autonom
Inhalasi
: infeksi saluran pernafasan. Juga dapat menyebakan metal fume fever
40
Secara toksikologi belum diteliti secara keseluruhan.
Mn
Routes of Entry: Skin. Eye contact
Efek Kronis:
Efek karsinogenik diklasifikasikan 3 (tidak dapat diklasifikasikan untuk manusia) oleh IARC
Mengandung material yang dapat merusak organ yaitu darah, paru-paru, otak, saluran
pernafasan bagian atas.
Li
Efek Potensial Akut Bagi Kesehatan:
Efek yang sangat berbahaya akan ditimbulkan saat terjadi kontak secara langsung. Untuk
kulit adalah bersifat korosif, iritan, sensitizer, efek inflamasi (mata merah dan perih) dan
melepuh sedangkan kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi serta dapat merusak
kornea dan menyebabkan kebutaan.
Dari debu litium dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan khususnya gastrointestinal dengan karakteristik bersin-bersin, batuk dan dada serasa terbakar. Paparan dalam
jumalah yang berlebih dapat meyebabkan kanker paru-paru, sesak nafas bahkan sampai
menimbulkan kematian.
Evaluasi Peraturan Pemerintah
Berdasarkan peraturan pemerintah khususnya untuk pasal 6 ayat 1 yang berbunyi:
“Baterai Primer impor yang akan memasuki daerah Pabean Indonesia wajib memenuhi
ketentuan SNI yang dibuktikan dengan SPPT-SNI.”
Kami menganalisis bahwa SNI yang ada hanya mencakup ukuran saja, sedangkan
seharusnya SNI tersebut memuat lebih banyak lagi faktor penting lainnya agar keamanan
dalam penggunaan baterai lebih terjaga sehingga tidak terjadi kasus-kasus yang tidak
diinginkan.
Berdasarkan PP no 74 tahun 2001 pasal 1 ayat 2 :
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
menggunakan dan atau membuang B3.
41
Dan berdasarkan UU 32 2009 pasal 58 ayat 1:
Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
menghasilkan,
mengangkut,
mengedarkan,
menyimpan,
memanfaatkan,
membuang,
mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
Dilihat dari kedua peraturan diatas seharusnya yang melakukan pengelolaan B3
khususnya baterai dalam kasus ini adalah produsen baterai, pengimpor baterai, distributor,
dsb. Tetapi pada kenyataannya hal ini tidak terjadi. Tanggung jawab penggunaan baterai
berada di tangan konsumen sepenuhnya. Banyak baterai yang berakhir di TPA dan banyak
juga yang dibakar.
42
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Baterai mengandung berbagai senyawa kimia, antara lain
-
Belerang
- Air raksa
-
Asam sulfat
- Seng
-
Amonium klorida
- Antimon
-
Kadmium
- Perak
-
Nikel
- Hidrida logam nickel
-
Litium
- Hidrida
-
Kobalt
- Mangan
-
Nitrogliserin
- Rubidium
2. Baterai berdasarkan kemampuannya untuk diisi ulang terbagi menjadi baterai primer
dan baterai sekunder, sedangkan menurut bahan elektrolitnya terdiri atas baterai timah
hitam dari larutan asam belerang dan baterai alkali dari larutan alkali.
3. Beberapa kasus baterai yang pernah terjadi di dunia adalah kasus baterai ponsel nokia
di India dan kasus baterai easynote yang terjadi di daratan Eropa.
4. Baterai dapat diolah dengan metode daur ulang atau dengan metode yang diterapkan
oleh PPLi sebagai salah satu lembaga pengelola B3 di Indonesia
IV.2 Saran
Dalam menangani limbah B3 seperti baterai, diperlukan tindakan pemilahan dari
tingkat sumber agar limbah baterai lebih mudah untuk ditangani, sedangkan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dari penggunaaan baterai, ada baiknya kita
lebih memperhatikan prosedur penggunaan baterai tersebut.
43
DAFTAR PUSTAKA

http://perwira-kuwait.org/2007/09/baterai-ponsel-nokia-makan-korban.html (diakses tanggal
8 April 2010)

http://tekno.kompas.com/read/xml/2009/12/10/17161281/Packard.Bell.Tarik.Baterai.Easynot
e (diakses tanggal 8 April 2010)

http://www.sciencelab.com/xMSDS-Lithium-9927559 (diakses tanggal 8 April 2010)

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926030 (diakses tanggal 8 April 2010)

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925476 (diakses tanggal 8 April 2010)

http://www.tek.com/Measurement/Service/msds/01914600.pdf (diakses tanggal 8 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Baterai (diakses tanggal 8 April 2010)

http://en.wikipedia.org/wiki/Battery_(electricity) (diakses tanggal 8 April 2010)

http://www.bsn.go.id/files/TBTWTO/BATERAI/Regulation%20on%20Primary%20Battery%20(draft%20SK%20%20Menp
erin).pdf (diakses tanggal 8 April 2010)

http://www.bkprn.org/v2/peraturan/file/UU_32_Tahun_2009.pdf (diakses tanggal 8 April
2010)

http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/MerKesMan.pdf (diakses tanggal 10 April
2010)

http://www.eco-usa.net/toxics/chemicals/zinc.shtml (diakses tanggal 10 April 2010)

http://mualliffachrozi.blogspot.com/2010/03/tugas-kimling-individu-biogeokimia.html
(diakses tanggal 10 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kadmium (diakses tanggal 10 April 2010)

http://281online.tripod.com/iptek/merkuri.html (diakses tanggal 10 April 2010)

http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/phs146.html (diakses tanggal 10 April 2010)

http://wihemdra.wordpress.com/2008/10/08/lika-liku-belerang-so2/ (diakses tanggal 10 April
2010)

http://irwanfarmasi.blogspot.com/2009/07/efek-merkuri.html (diakses tanggal 10 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat (diakses tanggal 10 April 2010)

http://en.wikipedia.org/wiki/Zinc (diakses tanggal 10 April 2010)

http://en.wikipedia.org/wiki/Silver (diakses tanggal 10 April 2010)

http://www.johns-company.com/index.php?lang=id&cat=59&month=2009-12&id=43271
(diakses tanggal 11 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrida (diakses tanggal 11 April 2010)
44

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsur-nonlogam/hidrogen-dan-hidrida/ (diakses tanggal 11 April 2010)

http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/perak/ (diakses tanggal 11 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Perak (diakses tanggal 11 April 2010)

http://www.snapdrive.net/files/595392/PP%2074%202001%20Pengelolaan%20B3.pdf
(diakses tanggal 12 April 2010)

http://gbioscience05.wordpress.com/ (diakses tanggal 12 April 2010)

http://b3.menlh.go.id/welcome/ (diakses tanggal 12 April 2010)

http://greenlifestyle.or.id/channels (diakses tanggal 12 April 2010)
45
Download