stud1 pola pertumbuhan dan serapan hara npk - E

advertisement
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
STUD1 POLA PERTUMBUHAN DAN SERAPAN HARA N P K
TEMU IRENG (CURCUMA AERUGINOSA ROXB.)
ABSTRAK Telah dilakukan kalian nutri-fisiologi terhadap
temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) untuk
mempelajari karakter komponen pertumbuhan dan hasil,
status dan serapan hara N, P, dan K serta akumulasi
bahan kering tanaman selama pertumbuhan. Pengamatan
dilakukan pada 8 tingkatan umur tanaman dengan interval satu bulan. Setiap contoh tingkatan umur diulang tiga
kali dan setiap ulangan terdiri dari 4 tanaman. Dari hasil
pengamatan terlihat bahwa kandungan hara N, P dan K
PENDAHULUAN
( C I I K ~aeniginosa) merupakan salah
Tsatu tanaman obat yang berasal dari Asia Tenggara
EMU IRENC
mulai dari Burma sampai Indonesia (I). Tanaman tersebut
sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak lama
sebagai tanaman yang berkhasiat untuk mengobati beberapa penyakit, antan lain penyakit rematik, cacingan, luka
menahun (bomk). dan membersihkan pendarahan selama
haid (2). Selain sebagai tanaman obat, tanaman temu ireng
mempunyai potensi ganda sebagai sumber karbohidnt. Telah dilaporkan bahwapada saat teqadi kekurangan pangan
(paceklik), masyarakat Burma (Myanmar) mengkonsumsi
rimpang temu ireng sebagai pengganti ubi kayu (3). Kadar
karbohidratlpati rimpang temu ireng cukup tinggi. namun
kandungan proteinnya relatif rendah (4).
Selain rimpang, daun temu ireng mengandung minyak
esensial dan beberapa senyawa penting lain (5). Walaupun peranan temu ireng cukup penting dan potensial untuk
dikembangkan di Indonesia, namun informasi tentang
budidaya tanaman temu ireng. khususnya komponen
penumbuhan dan hasil, status dan total serapan ham, serta
akumulasi bahan kering selama pertumbuhan, masih sangat terbatas. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari
karakter komponen pertumbuhan dan hasil. status dan
total senpan ham N. P. dan K, sena akumulasi bahan
kering tanaman temu ireng selama pertumbuhan.
BAHAN DAN CARA
Sebuah percobaan pot dilakukan pada kondisi lapang
di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat selama
bulan Oktober 1997 s/d Juni 1998. Setiap polibag berisi
campuran 25 kg tanah Latosol Cimanggu kering udara
dan 1 kg sekam padi. Setiap polibag ditanami dengan
sebuah bibit temu ireng sebesar 25-30g. Untuk memperbaiki lingkungan tumbuh dan perkembangan tanaman.
* Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor
mengalami penurunan sejalan dengan umur tanaman.
Kadar N tertinggi dijumpai pada jaringan daun, sedangkan
kadar P dan K di bagian batang. Berdasarkan analisis
total serapan hara, terlihat bahwa temu ireng banyak
menyerap hara N dan K dari tanah sehingga perlu
pernupukan yang memadai. Akumulasi bahan kering
total didominasi oleh rimpang, pada umur 6 dan 8 BST
bobot rimpang mencapai 54 dan 85% dari total bahan
kering.
setiap polibag diberi 15 g Urea, 7.5 g TSP, dan 10 g KCI.
Sepertiga bagian pupuk N diberikan pada umur 1 112
bulan setelah tanam (BST) dan 213 sisanya diberikan pada
umur 3 BST. S e l u ~ hbagian pupuk P dan K diberikan
pada saat tanam.
Pengamatan pola pertumbuhan. status serapan hara
dilakukan pada delapan tingkat umur panen. Masing-masing 1, 2. 3. 4, 5. 6. 7. dan 8 bulan setelah tanam (BST).
Setiap tingkatan umur diulang tiga kali dan setiap ul'angan
terdiri dari 4 tanaman. Untuk analisis data komponen
pertumbuhan dilakukan secara deskriptif dengan melihat
nilai tengah dan simpangan baku dari masing-masing
komponen pengamatan pada setiap bulan.
Parameter yang diamati adalah: I ) komponen
pertumbuhan masing-masing dnggi tanaman, jumlah
anakan, panjang akar, diameter batang, volume rimpang,
dan tebal rimpang; 2) akumulasi bahan kering daun.
batang. akar, rimpang, dan total tanaman: 3) status hara
N, P, dan K di dalam jaringan daun, batang, akar dan
rimpang; 4) bobot segar rimpang dan total serapan hara
N, P dan K tanaman temu ireng saat panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejak umur I BST laju pertumbuhan tinggi tanaman
temu ireng cukup cepat dan mengalami pelandaian pada
umur 4 BST hingga saat panen dengan tinggi maksimum
62.4 cm (Gambar 1).
Diameter batang dan tebal rimpang mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya umur tanaman
walaupun pertambahannya tidak begitu besar. Sedangkan
pola pertambahan panjang akar terlihat mengikuti pola
permmbuhan Sigmoid yang normal, lambat sampai bulan
ke empat, kemudian perlumbuhan akar cepat sampai bulan
ke 6 dan melandai sampai dengan saat panen.
Pola pertumbuhan anakan temu ireng juga terlihat
normal, meningkat terus sejak umur 1 BST dan mencapai
maksimum pada umur 6 BST dan mengalami penurunan
Volume 7 Nomor I
Wana Tumbuhan Obat Indonesia
sampai saat panen (8 BST). Pada saat jumlah anakan
maksimum. terjadi kompetisi dalam perebutan hara dan
cahaya matahari antar anakan, oleh karenanya anakan
yang kurang vigor akan mati.
Akumulasi bahan kering total tanaman sangat dipengamhi oleh status bahan kering rimpang temu ireng
(Gambar 2). Akumulasi bahan kering daun, batang, dan
akar mengalami peningkatan sejak awal pertumbuhan
sampai dengan umur 6-7 BST dan selanjutnya mengalami
penurunan saat panen. Akumulasi penambahan bahan
kering rimpang terlihat lambat sampai umur 3 BST
kemudian tems meningkat cepat sampai dengan umur 7
BST dan mengalami pelandaian sampai saat panen.
-
1
2
3
4
5
6
7
8
"
2
1
3
4
5
6
7
8
6
7
8
6
7
8
Bulan selelah tanam
01
'
2
1
Bulan wtelah tanam
Gambar 1. Slatus dan perhembangan beberapa komponen perrumbuhan
tanaman temu ireng selama prrumbuhan, Bogar 199711998
Keterangan:
linggi (cm)
jumlah anakan
A pnjang akar
0 diameter hatang
D Tebal rimpang
3
4
5
Bulan wtelah tanam
.
-
;
0
2
1
3
4
5
Bulan setelah tanam
Gambar 3. Stalus hara N. P K daun, balang, akar dan rimpang temu ireng
selama pnumbuhan. Bogor, 199711998.
1
Gambar 2.
.
Keterangan:
daun
2
3
4
5
6
7
8
Bulan setelah tanam
Akumulasi bahan kering daun, batang, akar, rimpang, dan total
tanaman lemu ireng selama pertumbuhan. Bagor 199711998,
balang
A akar
W
rimpang
8 lolal
Secara umum terlihat bahwa status hara N, P. K di
dalam jaringan tanaman temu ireng beragam antar organ
tanaman.
Status ham N. P, dan K umumnya tinggi pada awal
pertumbuhan dan cendemng menurun sejalan dengan
meningkamya umur tanaman (Gambar 3). Pola perubahan
status ham tersebut serupa dengan tanaman ubi-ubian
terutama ubi jalar (6).
.
Keterangan:
daun
barang
A skar
Et rimpang
Kadar N teninggi dijumpai pada bagian daun diikuti
oleh rimpang, batang, dan akar. Kisaran N di dalam
jaringan daun adalah 1.16-2.75%. batang 0.42-2.14%.
rimpang 0.82-2,03%, dan akar 0.38-1.48%.
Tanaman temu ireng mempunyai kadar hara P yang
lebih rendah dibanding hara N dan K. Kadar P tertinggi
dijumpai pada jaringan batang dengan kisaran antara 0,060.58%. kadar P daun berkisar antara 0.13-0.49%, akar
0.1 1-0.32% dan rimpang berkisar 0.30-0.43%.
Kadar hara K terlihat lebih tinggi dibanding N, dan P
dan kadar K tertinggi dijumpai pada jaringan batang.
Pada tanaman ubi-ubian dan rimpang-rimpangan unsur
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
8
hara K sangat diperlukan terutama dalam menstranslokasi
hasil fntosintat dari daun ke tempat penampungan h a i l
fotosintat di umbi atau rimpang (7). Berdasarkan h a i l
analisis terlihat bahwa kadar K di dalam jaringan barang,
daun, rimpang, dan akar, masing-masing dengan kisaran
1.49-9,45%, 1,61-5.45%. 1,51-5.14%. dan 1.55-6.78%.
Tabel 1. Total serapan hara N. F: dan K lanaman temu ireng
seiama perlumbuhan. Bogor, 1997/1998 (gnan)
Told
serapan
1 EST 2
EST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7
EST
8 BST
hara
N
0.07
0.14
0.19
0.86
0.99
1.99
3.20
3.27
P
0.01
0.02
0.04
0.28
0.30
0.38
0.85
0.62
K
0.20
0.37
0.71
3.51
3.81
3.79
4.59
4.33
Berdasarkan produk bahan kering dan kadar hara di
dalam jaringan tanaman terlihat bahwa jumlah hara N, P,
dan K yang diserap oleh tanaman relatif besar terutama
N dan K (Tabel I). Tinggi jumlah serapan hara NPK dari
tanah oleh tanaman temu ireng sejalan dengan tinggi hasil
panenan rimpang pada saat panen. Dari 1156 g rimpang
segar yang dipanen. terangkut 3.29 g N. 0.85 g P. dan
4.58 g Wtanaman dari tanah. Oleh karenanya untuk mendapatkan produksi temu ireng yang tinggi dan mempertahankan kelestarian lahan, maka upaya pemupukan
khususnya N dan K yang cukup dan sesuai dengan
kebutuhan tanaman sangat diperlukan.
2001
KESlMPULAN
1, ~~~d~~~~~ ham N, p dm K
ireng tenderung menurun dengan meningkatnya umur tanaman.
2, ~~d~~ N tertinggi dijumpai pada,aringan daun dengan
P dan K di
kisaran 1,16-2.75% N. sedangkan kada~
bagian batang dengan kisara n masing-Inasing 0.060.58% P, dan 1,19-9.45% K.
3. Akumulasi bahan kering total utuunrnlm~~
oleh rimpang
dan pada umur 6 dan 8 BST bobot rimpang mencapai
5 4 % dan 85% dari total bahan kering tanaman.
4. Temu ireng banyak menyenp ham N dan Kdari tanah
sehingga perlu pemupukan yang memadai. Dari 1156
g rimpang segar yang dipanen, terangkut 3.29 g N,
0.85 g P, dan 4.58 g Kitanaman dari tanah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ubi-ubian. Proyek Sumber Daya Alam. Bogor. 1977:80-81.
2. Vademikum Bahan Obat Alam. Depanemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta, 1989.
3. Usher G. A Drclionaw of plants used by man. Constable and Co.
Ltd. London. 1971:189.
4. Undra MN. Analisa dan pengeringan rhima temu ireng (Curcuma
aeruginosa Roxb.). Thesis Sarjana Muda. Akademi Kimia
Analisis. Bogor, 1979.
5. Dung NX, Tuyel NTB. PA Leclereq. Characlerizalion of the leaf oil
of Curcuma aeruginosa Roxb. From Vietnam. Joumal Essenlial Oil Research 1995:7:657-659.
6. Tsuno,Y. Sweetpotato. Nutrient physiology and cukiiation. Inl.
Potash lnst. Berne. Switzerland. 1972.
7. Header HE. Mengel K. H Forsler. The effectof potassium on nanslocation of photosynmates and yield panem of potato plants.
Journal Science of Fwd Agricullure. 1973:24:1479-I487
Download