BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muncul dan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muncul dan berkembangnya bahasa Arab di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari faktor sejarah masuknya Islam di Nusantara. Dalam
penelitian sejarah disebutkan bahwa Islam sudah masuk dan menyebar di
Nusantara dimuai dari pesisir utara Jawa dan Sumatra pada akhir abad 14
yang penyebarannya dimulai pada abad 13 M. Penyebaran ini dilakukan
oleh kelompok sosial, sedangkan secara individual kontak budaya antara
Islam dan Nusantara diperkirakan berlangsung sejak abad 7 M
(Karim,2007:42). Penyebaran Islam yang dilakukan oleh para pedagang
dari Gujarat secara mission sacré mampu memikat penduduk pribumi. Hal
tersebut dapat terbukti menjelang abad 15 M sudah ditemukan surausuaru yang di dalamnya terdapat pengajaran pelajaran al-Qur’an,
pelajaran-pelajaran agama meliputi ilmu Fiqih, Akhlaq, Aqidah. Maka
secara langsung para penduduk pribumi mengenal bahasa Arab sebagai
bahasa tulis yang digunakan dalam kitab suci agama Islam serta teks-teks
asli ilmu-ilmu agama Islam.
Perkembangan Islam di Nusantara secara pesat juga memberi dampak
bertambah banyak pembelajar dan pengkaji bahasa Arab di Indonesia.
Moeliono (1989) menyebutkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa dengan
tujuan khusus, karena banyaknya ungkapan dan kata yang berasal dari
2
bahasa ini masuk dalam kosa kata bahasa Indonesia khususnya dalam
masalah peribadatan, Paham atau tidak paham maknanya dalam hal
peribadatan umat muslim menggunakan bahasa Arab. Namun perbedaan
geneologis bahasa Arab dan Indonesia memberi problem-problem
kebahasaan tersendiri pada pengkaji dan pembelajar bahasa Arab. Wilhem
Von Humbold menyatakan bahasa didunia secara tipologi morfologis
dapat dikelompokkan
dalam empat kelompok, pertama Tipe bahasa
isolasi, tipe bahasa aglutinasi, tipe bahasa fleksi dan tipe bahasa terpadu
(Parera:1991:140). Dilihat dari strukturnya, bahasa Arab berbeda dengan
bahasa indonesia yang berumpun Austronesia, bahasa Arab merupakan
anggota bahasa Semit kuno sebagaimana bahasa Ibrani, bahasa Yahudi,
bahasa Amhar dan bahasa Aramy. Perbedaan rumpun bahasa ini
berimplikasi pada perbedaan tipologisnya, rumput bahasa Semitis pada
umumnya bertipe fleksi, sedangkan bahasa Autronesia bertipe aglutanasi.
Bahasa dengan tioe fleksi dalam pembentukan katanya dilakukan dengan
cara modifikasi internal kata, sedangkan bahasa dengan tipe aglutinasi
dilakukan dengan cara afiksasi tanpa mengubah bentuk dasarnya.
Namun seperti halnya pembagian bahasa dalam kajian linguistik
umum, kata dalam bahasa Arab juga terbagi menjadi dua bagian besar,
yaitu ghairu mahshūr (open class) dan mahshūr (closed class). Pembagian
yang pertama meliputi kata yang jumlahnya tidak terbatas, yaitu kata yang
dapat menunjukkan makna yang memiliki acuan (referen) kategori yang
termasuk open class yaitu isim (nomina) dan fi’il (verba). Sedangkan
3
pembagian yang kedua meliputi kata yang memiliki jumlah yang terbatas,
dan umumnya memiliki bentuk kata yang tetap dan tidak berubah-ubah
(indeclinable), yang termasuk pembagian kedua ini berupa kata tugas
(function word).
Kata tugas yang dalam istilah linguistik Arab disebut dengan adah
memiliki berbagai pengertian dari pakar bahasa. Menurut linguisik umum
kata tugas adalah kata yang hanya mempunyai arti arti gramatikal dan
tidak memiliki arti leksikal. Maka arti kata tugas ditentukan bukan dari
kata itu sendiri secara lepas, namun dari kata lain yang dikaitkan baik itu
dalam frasa maupun kalimat (Alwi, 2010:293). Sedangkan kata tugas yang
selanjutnya disingkat dengan KT dalam pengebutannya dalam buku
gramatikal
Arab
yang
berjudul
Jami’
Ad-durus
Al-arabiyah
mendefinisikan kata tugas sebagai kata yang memiliki fungsi penghubung
bagian-bagian dalam sebuah kalimat, atau antar kalimat (Galayaini,
2009:47). Lebih lanjut lagi, Muhammad Ali at-Tahānawi dalam karyanya
kasyāfu ishthilahāti al-funūn wa al-‘ulūm menyatakan bahwa KT adalah
alat dalam penyusunan sebuah frasa atau kalimat.
Bahasa Arab termasuk bahasa yang memiliki KT dengan jumlah
yang sangat banyak. Penyataan ini dapat dibuktikan dengan mengamati
teks berikut yang diambil dari surat kabar al-Ahram, Mesir pada tanggal
26 Mei 2013 :
4
Tesk asli
Teks setelah dihilangkan kata tugas
ِ ِِ
ِ
ِ
ِ ِِ
‫ﻮر َﻋْﺒـ ـ ـ ـ ُﺪا ْﳊَ ِﻜْﻴ ِﻢ‬
ُ ُ‫ َﺣﻜ ـ ـ ـْﻴ ِﻢ ﻣـ ـ ـ ـ ْﻦ َﺟﺎﻧﺒـ ـ ـ ـﻪ أَ ﱠﻛـ ـ ـ ـ َﺪ اﻟـ ـ ـ ـ ُﺪ ْﻛﺘ‬..‫ﻮر َﻋْﺒ ـ ـ ـ ُﺪ‬
ُ ‫ ُد ْﻛﺘُ ـ ـ ـ‬.. ‫ َﺟﺎﻧﺒ ـ ـ ـﻪ أَ ﱠﻛ ـ ـ ـ َﺪ‬...
ِ ِ
ِ ِ
ِ ِ
ِ
‫ﺲ َﺟ ِﺎﻣ َﻌـ ِﺔ ﻃَْﻨﻄَـﺎ اﻟـ ﱠﺪﻓْ ُﻊ ﺑِ ُﻜـ ﱢﻞ‬
ُ ‫ ﱠدﻓْ ُﻊ ﺑ ُﻜـ ﱢﻞ َﻋْﺒ ُﺪاﳋْﺎَﻟ ْﻖ َرﺋْﻴ‬.. ‫ﺲ َﺟﺎﻣ َﻌﺔ ﻃَْﻨﻄَﺎ‬
ُ ‫ﺣﺎَﻟ ْﻖ َرﺋْﻴ‬..‫َﻋْﺒ ُﺪ‬
‫ َوﻃََﻮاﻗِ ٍﻢ‬،‫ﺼ ِﺤﻴﱠِﺔ اﻟْ ُﻤﺘَ َﻜ ِﺎﻣﻠَ ِﺔ‬
‫ َو َﺳﺎﺋِ ِﻞ اﻟﱢﺮ َﻋﺎﻳَِﺔ اﻟ ﱢ‬،‫ ُﻣﺘَ َﻜ ِﺎﻣﻠَـ ـ ـ ـ ِﺔ‬.. ‫ﺻ ـ ـ ـ ـ ِﺤﻴﱠِﺔ‬
‫ ﱢ‬.. ‫ ﱢر َﻋﺎﻳَـ ـ ـ ـ ِﺔ‬.. ‫ َﺳ ـ ـ ـ ـﺎﺋِ ِﻞ‬..
ِ
ِ ِ ِ ‫اﳊﺮ ِس ا ْﳋ‬
ِ ِ ِ ‫ﺧـ ـ‬.. ‫ﺣـ ـﺮ ِس‬.. ‫أَﻓْ ـ ـﺮ ِاد‬... ٌ‫ﻃَـ ـﻮاﻗِ ٍﻢ أَﻣﻨِﻴﱠـ ـﺔ‬..
ِ ‫ﲔ ِﳉ‬
‫ﺎن‬
َ َْْ ‫ﺎص أَْﻣﻨﻴﱠﺔٌ ﻣ ْﻦ أَﻓْـَﺮاد‬
َ
ْ َ
َ ِ ْ ‫ﺎص ﻟﻠﺘﱠﺄْﻣ‬
َْ َ
‫اﻟﱠﺮﻗَﺎﺑـَ ـ ِﺔ َﻋﻠَـ ـﻰ ﻛِْﻨﺘَ ـ ـ ُﺮْوَﻻ ِت‬
ِ
ِ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻟﺘﱠ ـﺄِْﻣ‬..
ِ ‫اﻻﻣﺘِﺤﺎﻧَـ ـ‬
ِ
‫ﺎت َو‬
ْ
َ ْ ْ ... ‫ ﱠرﻗَﺎﺑَـﺔ‬.. .. ‫ﲔ ﳉَ ـﺎن ْاﻻ ْﻣﺘ َﺤﺎﻧَـﺎت‬
.‫ﺨﺘَﻠِ َﻔ ِﺔ‬
ْ ‫اﻟْﻤ‬
ِ
ُ ‫اﻟْ ُﻜﻠﱢﻴَﺎت‬
‫ﳐ‬..
.‫ُْﺘَﻠِ َﻔ ِﺔ‬
ِ ‫ ُﻛﻠﱢﻴ‬.. ‫ﻛِْﻨﺘَـﺮوَﻻ ِت‬
‫ﺎت‬
َ
ُْ
Tabel diatas menunjukkan kata yang digaris bawahi adalah kata tugas, dan
kita dapat menemukan bahwa dari 51 jenis kata dari teks tersebut 21
diantaranya berupa KT. Pemaparan di atas menunjukkan pentingnya
pemahaman yang mendalam tentang KT dalam bahasa Arab. Nabil AlZohairy dalam karyanya berjudul Mu’jam al-adawat an-nahwiyah fi alarabiyah menyebutkan bahwa KT yang berupa simple word berjumlah
246 buah, kata tugas yang berupa closed lexical compound berjumlah 75
buah, kata tugas yang berupa closed gramatical compound berjumlah 40
buah, kata tugas yang berupa open compound berjumlah 157 buah, dan
terakhir kata tugas yang berupa correlative pair berjumlah 28 buah.
Sedangkan Syauqi Ma’ri (2002) menyebutkan bahwa kata tugas bahasa
Arab sebanyak 84 jenis yang berupa adat mu’rabah dan 20 jenis yang
berupa adat zaidah dan syibbhu al-zaidah.
5
Dilihat dari segi kata yang menyertainya, KT dalam bahasa Arab
terbagi menjadi tiga bagian, pertama KT yang hanya menyertai nomina,
kedua
KT yang hanya menyertai
verba, dan ketiga KT yang dapat
menyertai baik pada nomina dan verba. KT yang dapat menyertai baik
dalam verba maupun nomina inilah yang menjadi pembahasan dari
penelitian ini. KT yang menyertai nomina dan verba yang selanjutnya
dalam penyebutannya disingkat dengan KTVN menandai makna yang
berbeda-beda, sebagai contoh KTVN tsumma berikut;
‫ﺐ‬
َ ‫َﺟﺎءَ َزﻳْ ٌﺪ ﺛُ ﱠﻢ َذ َﻫ‬
(1) Jāa
zaidun
Datang.3Sing.Lk.Pref zaid.N
Zaed datang lalu pergi
tsumma dzahaba
lalu.KT
pergi.3.Sing.Pref
ِ ‫ﲨﻴﻌﺎً ِﻣﻦ أَﱠوِل ا ْﳊﺎرِة إِ َﱃ‬
ِ ِ
‫آﺧ ِﺮَﻫﺎ‬
ْ ْ َ ‫ﺛُ ﱠﻢ ﻧَﺴْﻴـ ُﺮ‬
ََ
(2)Tsumma
nasīru
jamī’an
Dan.KT berjalan.1plur.imperf
awwali al-hārati
ilā
semua.ket
min
dari.KT
ākhiri
kampung pertama.Kl nom menuju.KT terakhir.N
hā
kampung.3Pron.Sing.Pr
Dan mari kita semua berjalan dari kampung pertama menuju kampung
lainnya
KT tsumma pada contoh pertama menandai makna konjungtif berupa
urutan kejadian dan diberi arti dengan kata“lalu”, sedangkan makna yang
kedua memiliki makna permulaan atau ibtidā. Bukan hanya dalam segi
semantik, dilihat dari segi sintaksis KT tsumma pada contoh pertama juga
6
memiliki fungsi gramatikal berbeda dengan contoh kedua . Pada contoh
pertama kata tugas tsumma berfungsi sebagai rābithatu isyrāk yaitu
sebagai penghubung antar dua kata verba jāa dan dzahaba, sedangkan
pada contoh kedua kata tugas tsumma berfungsi sebagai penanda sebuah
kalimat permulaan. Selanjutnya dari segi kasus (‘irāb) KT tsumma pada
kedua contoh (1) dan (2) termasuk KT ‘āthil, yaitu KT yang tidak
menentukan kasus kata yang menyertainya.
Maka penelitian tentang KTVNdengan analisis semantik dan
sintaksis ini menjadi bagian pembahasan linguistik Arab yang penting
terutama bagi penerjemah dan bagi para pembelajar non Arab dalam
memahami teks-teks berbahasa Arab. pendahuluan analisis semantik
dalam penelitian ini karena tujuan utama dari penelitian ini adalah
penggalian tentang makna dari KTVN, selanjutnya analisis sistaksi yang
meneliti kasus dan fungsi KTVN dalam sebuah kalimat.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Kata-kata apa saja yang termasuk kategori KTVN dalam bahasa Arab?
2. Makna struktural apa saja yang ditandai KTVN dalam bahasa Arab ?
3. Bagaimana perilaku sintaksis KTVN dalam bahasa Arab?
7
1.3 Keaslian Penelitian
Penelitian tentang kata tugas dalam bahasa Arab sejauh peneliti
ketahui belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian
kebahasaan yang membahas tentang partikel dalam bahasa Arab telah
ditemukan dua penelitian. Kedua penelitian tersebut yaitu (1) tesis yang
berjudul “Partikel Subjungtif dan Jussif dalam Bahasa Arab” yang ditulis
oleh Yeni Ramdani pada tahun 2012; (2) penelitian ”Partikel dan
Hubungan Fungsionalnya dalam Bahasa Arab” pada tahun 1993 oleh
Hasyim Asy’ari.
Fokus telaah tesis “Partikel Subjungtif dan Jussif dalam Bahasa
Arab” tentang partikel-partikel yang berfungsi menjussifkan dan
subjungtifkan verba imperfektif. Hasil dari penelitian tersebut adalah verba
imperfektif dapat dijussifkan dengan partikel lam, lammā, lam nahī, dan
in. Adapun verba imperfektif dapat disubjungtifkan dengan partikel an,
lan, kai, idzan, hattā, lām ta’līl, lam juhūd, dan fa sababiyah. Semua
partikel tersebut termasuk bagian dari kata tugas namun hanya idzan yang
merupakan kata tugas yang menyertai verba dan nomina.
Selanjutnya penelitian “Partikel dan Hubungan Fungsionalnya
dalam Bahasa Arab” fokus telaahnya meliputi (1) jenis-jenis parikel dalam
bahasa Arab berdasarkan fungsinya terdiri dari empat puluh jenis; (2)
makna-makna yang ditandai masing-masing partikel, dan ditemukan
beberapa partikel yang memilki makna lebih dari satu; (3) perilaku
sintaksis yang terbagi menjadi dua kategori yaitu partikel yang dapat
8
menyebabkan kasus kata yang menyertainya, dan kategori partikel yang
tidak dapat menyebabkan kasus.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa kedua penelitian sebelumnya
berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang. Tampak jelas
bahwa kedua penelitian fokus pada pembahasan partikel bukan kata tugas
dalam bahasa Arab.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. menginvertarisasi kata dalam bahasa Arab yang termasuk KTVN
2. memaparkan makna
yang ditandai masing-masing KTVN dalam
bahasa Arab
3. Mendeskripsikan perilaku sintaksis penggunaan KTVN dalam bahasa
Arab
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat teoritis
Penelitian tentang kata tugas yang menyertai verba dan nomina
dalam bahasa Arab dengan analisis semantik dan sintaksis ini
diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori-teori linguistik Arab
modern. Teori tentang kata tugas dalam bahasa Arab dapat
mengembangkan dan memperdalam teori subkelas kata dalam bahasa
9
Arab. tipe-tipe kata tugas dalam gramatika Arab masih berbaur dengan
pembahasan subkelas kata. Sehingga diperlukan penelitian tersendiri.
disamping itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa teori gramatika
Arab juga dapat disintesiskan dengan gramatika dalam linguistik umum.
1.5.2
Manfaat praktis
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini bermanfaat; Pertama,
bagi penerjemah Arab: karakter kata tugas yang memiliki perilaku
semantik dalam setiap penggunaannya membuat para penerjemah teksteks Arab mengalami kendala. Peneliti berharap hasil penelitian ini
dapat membantu para penerjemah dalam melakukan penerjemahan teksteks Arab guna memperluas transfer khazanah
keilmuan Arab ke
Indonesia khususnya. Ketiga, bagi para mahasiswa dan peneliti bahasa,
khususnya bahasa Arab; hasil penelitian ini diharapkan menjadi
sumbangsing ilmu kebahasaan di tanah air, serta menjadi rujukan para
peneliti dan mahasiswa yang konsen dalam linguistik Arab.
1.6 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan dalam rangka memberikan informasi
awal dalam penelitian tentang kata tugas dalam bahasa Arab dengan
analisis sintaksis dan semantik. Pustaka yang dimaksud dalam hal ini
adalah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan
yang sedang diteliti yaitu tentang kata tugas bahasa Arab.
Tesis berjudul “Kelas Kata dalam Bahasa Arab” yang di tulis oleh
Haerudin pada tahun 2010. Penelitian ini memaparkan pembagian kelas
10
kata dalam bahasa Arab dengan teori struktural dengan telaah pustaka dari
karya-karya linguis Arab Klasik maupun modern, kemudian membagi
kata bahasa Arab terdiri dari nomina, verba, ajektifa, adverbia, konjungsi
dan preposisi. Cara pencirian kelas kata yaitu dengan cara menguji
kemungkinan boleh-tidaknya sebuah kata didampingi oleh kategori lain
dalam struktur yang lebih besar khususnya frasa. Penelitian ini memberi
informasi bahwa kata tugas merupakan subkategori dari nomina, verba,
adverbia dan partikel.
Selanjutnya tesis dengan judul
“Partikel Subjungtif dan Jusif
dalam Bahasa Arab Analisis Sintaksis dan Semantik” yang ditulis oleh
Yeni Ramdani pada tahun 2012. Partikel subjungtif dan jusif dalam bahasa
Arab dapat menyebabkan perubahan vokal pada verba imperfek dalam
bahasa Arab. selain memiliki fungsi sebab-akibat perubahan vokal dalam
verba imperfek, partikel subjungtif dan jussif juga dapat menimbulkan
makna lain dalam verba imperfek. Tesis ini hanya membahas tentang
partikel khususnya yang membuat verba subjungtif dan verba jussif.
Tesis yang berjudul “Konjungsi dalam Bahasa Arab” yang ditulis
oleh Fawwad pada tahun 2010. Dalam tesis tersebut memaparkan
sembilan partikel dalam bahasa Arab yang berfungsi sebagai konjungsi,
yaitu wawu, bal, tsumma, hattā, lākin, au, am dan fa. Pada pembahasan
pertama dipaparkan gambaran umu tentang konjung dalam linguistik
umum dan konjungsi dalam linguistik Arab. selanjutnya pada bab dua
dijelaskan kasus-kasus yang diditentukan oleh masing-masing konjungsi.
11
Dan pada bab terakhir mengenai makna-makna yang ditandai oleh
konjungsi.
Laporan penelitian yang ditulis oleh Hasyim Asy’ary tahun 1992
dengan judul “Partikel dan Hubungan fungsionalnya dalam bahasa Arab”
juga menjadi pustaka yang ditelaah oleh penulis. Hasyim mendeskripsikan
40 jenis partikel dalam bahasa Arab beserta fungsinya. Partikel tersebut
diklasifikasikan berdasarkan akar konsonannya dan memberlakukan
pemanjang bunyi vokal (alif, wawu dan ya) sebagai bagian dari konsonan.
Berdasarkan hat tersebut, maka pembagian partike menjadi lima bagian
yaitu, partikel konsonan tunggal (uhādiyah) yang berjumlah 13 kata,
partikel dua konsonan (tsunāiyah) berjumlah 26 kata, partikel tiga
konsonan (tsulātsiyah) berjumlah 25 kata, partikel empat (rubāiyah)
konsonan berjumlah 15 kata, dan partikel lima konsonan (khumāsiah)
yang hanya berjumlah satu kata. Hasil penelitian ini menemukan maknamakna yang ditandai tiap partikel. Setiap partikel tidak hanya menandati
satu makna, bahkan terdapat partikel yang menandai lebih dari satu. Pada
partikel uhādiyah berupa hamzah menandai dua makna yakni istifhām
(interogasi) dan makna nidā’ (panggilan). Lalu pada partikel tsulātsiyah
berupa partikel in juga dapat menandai makna syart (kondisional), makna
nafī (negasi), serta makna taukīd (penegas). Selain makna, pembahasan
terakhir hasil peneliatian ini juga memaparkan fungsi setiap partikel.
Fungsi yang dimaksud lebih pada pembahasan kasus (‘irāb) pada kata
yang menyertai partikel. Beberapa partikel dapat menentukan kasus kata
12
setelahnya dan sebagian lain tidak dapat menentukan kasus. Beberapa
partikel tidak dapat menentukan kasus namun dapat menentukan kasus
dengan beberapa syarat, seperti pada partikel fa. Partikel fa tidak dapat
menentukan kasus, namun dapat mensubjungtifkan kata setelahnya dengan
syarat kalimat sebelum partikel fa berupa kalimat larangan (nahī).
Penelitian ini memaparkan seluruh partikel dalam bahasa Arab dan hanya
membagi partikel tersebut dari akar konsonannya.
Desertasi dari Karin Ryding Lentzner pada tahun 1994 yang
berjudul “Semantic and Syntactic Aspects of Arabic Prepositions” juga
menjadi pustaka yang dikaji untuk menyempurnakan penelitian tentang
kata tugas ini. Dalam desertasi ini Karin menjabarkan beberapa kata yang
masuk dalam kategori proposisi, dan hanya memilih 9 proposisi dalam
pembahasannya. Selanjutnya 9 preposisi tersebut dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu locative preposition berupa partikel bi, fi, dan ‘alā, kedua
directional prepositon berupa ilā, li, hattā, terakhir ablative preposition
berupa min, ‘an, dan mundhu. Selain ini dijelaskan makna-makna yang
ditandai dari masing-masing preposisi. Dan pada pembahasan terakhir
Karin memaparkan secara detail susunan kalimat yang merupakan frasa
preposisi, terdiri dari preposisi dan verba.
1.7 Landasan Teori
Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa penelitian ini fokus
pada pembahasan tentang kata tugas yang menyertai verba dan nomina
13
dalam bahasa Arab, maka dianggap perlu untuk memberikan teori-teori
yang berkaitan dengan objek pembahasan. Penjelasan tentang teori
diberikan untuk memberi pemahaman awal sebelum melangkah pada
pembahasan. Teori yang diberikan adalah teori yang dalam pembahasan
menjadi dasar serta landasan dalam pembahasan tentang kata tugas. Halhal yang dianggap penting untuk dijelaskan sebagai landasan penelitian ini
antara lain; (1) konsep kelas kata dalam linguistik Arab, (2) kategori
nomina dan verba dalam bahasa Arab, (3) analisis semantik dan sintaksis.
1.7.1 Konsep Kelas Kata dalam Bahasa Arab
Kelas kata merupakan topik utama dalam pembahasan gramatika
bahasa. Hal tersebut dikuatkan dengan pernyataan Parera (1996:23) bahwa
sejarah kelas kata sama dengan sejarah itu sendiri, artinya sepanjang
sejarah linguistik dari zaman Yunani kuno, zaman Romawi, abad
pertengahan, abad Renaisans, abad kesembilan belas, sampai abad kedua
puluh atau yang lebih dikenal dengan zaman linguistik modern yang
melahirkan tokoh-tokoh lingusitik dengan karyanya pula selalu membahas
tentang kelas kata.
Terkait dengan konsep kelas kata tidak dapat dipungkiri terdapat
banyak sekali pandangan mengenai penggolangan kata, hal tersebut
disebabkan perbedaan paradigma atau sudut pandang yang dilakukan oleh
para ahli bahasa tersebut. Adapun tokoh-tokoh linguistik yang membahas
tentang kelas kata sebagai dasar pembagian kelas kata pada zaman
14
linguistik klasik antara lain; Plato, Aristoteles, Stoik (300 SM), Dyonysius
Thrax (100 SM), Varro (116-27 SM), Donatus (350 M), Priscianus (512560 M). Dan pada perkembangan linguistik modern, muncul juga tokohtokoh bahasa yang menggolongkan kelas kata bahasa Indonesia dengan
sudut pandang yang berbeda-beda, seperti: Raja Ali Haji (1857 dan 1859),
Anton M. Moeliono (1967), Gorys Keraf (1969) M. Ramlan (1985). Lebih
lanjut, kelas kata berdasarkan karya Harimurti Kridalaksana (1994) yang
berjudul kelas kata dalam bahasa Indonesia mennggolongkan kelas kata
sebagai
berikut:1)Verba,
2)Ajektiva,
3)Nomina,
4)Pronomina,
5)Numeralia, 6)Adverbia, 7)Interogativa, 8)Demonstrativa, 9)Artikula,
10)Preposisi, 11)Konjungsi, 12)Kategori Fatis dan 13)Interjeksi. Berbeda
dengan Hasan Alwi (2010) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia lebih padat dalam menggolongkan kelas kata
menjadi 7 kelas kata, yaitu; 1)Verba, 2)Adjektiva, 3)Adverbia, 4)Nomina,
5)Pronomina, 6)Numeralia dan 7)Kata Tugas.
Selanjutnya, para linguistik modern sekarang mengklasifikasikan
kelas kata dalam beberapa jenis. Menurut Chaer (2009:48) menyatakan
bahwa dalam kajian kebahasaan kelas kata dibedakan menjadi dua jenis
utama, yaitu kelas kata terbuka dan kelas kata tertutup. Kelas kata terbuka
adalah kelas kata yang dapat berkembang dan bertambah sewaktu-waktu
sesuai dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan. Kelas kata
yang termasuk kelas kata terbuka antara lain nomina (kata benda), verba
(kata kerja), dan adjektifa (kata sifat), anggota ketiga kelas kata tersebut
15
dapat
bertambah
berdasarkan
proses
morfologis
tertentu
yang
memungkinkan kata tersebut dibentuk dari kelas kata yang lain, atau juga
dapat dibentuk dengan proses penyerapan dari bahasa lain. Sedangkan
kelas kata tertutup adalah jenis kelas kata yang jumlah anggotanya terbatas
dan tidak memungkinkan untuk bertambah dan berkurang, sehingga
anggota kelas kata tersebut selalu tetap. Adapun kategori kelas kata yang
termasuk dalam kelas tertutup antara lain; adverbia (kata keterangan),
preposisi (kata depan), interogatifa (kata tanya), pronomina persona (kata
ganti orang), kata-kata fatis, dan partikel penegas.
Lain halnya dengan Parera (2009:48) yang mengklasifikasikan
jenis kelas kata berdasarkan komponen makna yang dimiliki kata tersebut.
kelas kata terbagi menjadi dua bagian yaitu kelas kata penuh (full word)
dan kelas kata fungsional (fungsional word). Kelas kata penuh (full word)
adalah kelas kata yang sudah memiliki makna dengan sendirinya meskipun
masih berdiri sendiri, dan umumnya kata-kata yang tergolong jenis ini
memiliki makna yang stabil/masih saling terkait
ketika dilihat dalam
kamus. Kelas kata yang termasuk jenis ini yaitu nomina (kata benda),
verba (kata kerja), adjektifa (kata sifat). Sedangkan kelas kata fungsional
(fungtional word) adalah jenis kata yang belum memiliki makna sebelum
digunakan dalam struktur yang lebih besar (frasa, klausa maupun kalimat).
Kelas kata yang termasuk anggota jenis kelas kata fungsional yaitu katakata yang berkategori adverbia (kata keterangan), preposisi (kata depan),
dan konjungsi (kata penghubung).
16
Selanjutnya, kelas kata dalam bahasa Arab pertama kali dilakukan
oleh para pakar bahasa Arab klasik yaitu Sibawaih (1316 H : 3) pada abad
ke-18 dalam karyanya al-kitāb yang mengolongkan kelas kata menjadi tiga
bagian utama, yaitu; kelas kata isim (kata benda), kelas kata fi’il (kata
kerja) dan kelas kata charf (partikel). Penggolongan kelas kata yang
berbeda dengan bahasa-bahasa lain inilah yang menjadi perhatian khusus
bagi pakar bahasa, sehingga muncul beberapa ahli bahasa yang berusaha
membuat penggolongan kelas kata dalam bahasa Arab yang lebih mudah
dan lebih familier bagi masyarakat non Arab. Hairuddin (2011:4)
menyebutkan bahwa Seorang linguis Barat yang bernama Thomas
Ervenius pada tahun 1636 dengan karyanya yang berjudul Gramatica
Arabica
yang mencoba memetakan gramatikal Arab dengan model
gramatikal Latin, dan karya inilah yang akhirnya menjadi batu lompatan
pertama kali kajian gramatika Arab di dunia Barat.
Selanjutnya tahun 1810 sampai 2005 mulai bermunculan linguis
barat yang mendalamai gramatika Arab, antar lain; Sivestre De Sacy
(1810) dengan karyanya Grammar of the Arabic Languange, Wright
(1874) berjudul A Grammar of the Arabic Language, Clive Holes (1995)
dengan karyanya yang berjudul Modern Arabic:Structure, fungtions, and
Varieties, Adrian Guly (2004) dengan karyanya yang berjudul Modern
Written Arabic (2004), Karin C (2005) dengan karyanya Modern standard
arabic pada tahun 2005.
17
Begitu juga dengan para pakar linguis Arab modern secara
berangsur-angsur juga mulai mengkaji lebih dalam gramatika Arab dengan
menggunakan analisis linguistik modern yang lebih sistematis, seperti
Tammam Hassan dan A.Shohib Kaironi. Maka untuk mengetahui lebih
detai bagaimana kelas kata dalam bahasa Arab dibawah ini akan
dipaparkan penggolongan kelas kata bahasa Arab.
A. Tammam Hassan
Dalam
karyanya
yang
berjudul
Al-Khulāshah
Al-Nahwiyah
(2009:40) Tammam Hassan memberikan pemetaan baru dalam gramatikal
Arab. Tammam Hassan menggunakan analisis linguistik umum dalam
pembahasan gramatikal Arab, begitu pula dalam melakukan penggolongan
kelas kata. Kelas kata dalam hal ini tidak lagi terbagi menjadi tiga bagian
namun menjadi 6 bagian. Pembagian Tammam Hasan didasarkan pada
bentuk, fungsi, letak serta proses morfologis dari sebuah kata. Sehingga
pembagian kata dalam bahasa Arab menurut Tammam Hasan sebagai
berikut; a) ism (nomina), b) fi’il (verba), sifah (adverbia), Dhomīr
(pronomina), dzaraf (kata keterangan) dan adah (kata tugas).
Lebih khususnya tentang kata tugas Tammam Hassan menjabarkan
sebagai berikut;
Bahasa arab
‫أَ َداةُ اﻟﺘَـ ْﻮﻛِْﻴ ِﺪ‬
ِ ‫أَ َداةُ ا ِﻹ ْﳚ‬
‫ﺎب‬
َ
Transliterasi
Jenis Kata tugas
Adāh taukīd
Confirmative word fungtion
Adāh ījāb
Affirmatin word fungtion
18
‫أَ َداةُ اﻟﻨَ ِﻔﻰ‬
‫أَ َداةُ ا ِﻹ ْﺳﺘِ ْﻔ َﻬ ِﺎم‬
‫اﻟﺸ ْﺮ ِط‬
َ ُ‫أَ َداة‬
ِ ‫أَداةُ اﻟﺘَﺤ‬
ِ ‫ﻀْﻴ‬
‫ﺾ‬
ْ َ
ِ ‫اﻟﻌ ْﺮ‬
‫ض‬
َ ُ‫أَ َداة‬
‫أَ َداةُ اﻟﺘَ َﻤ ﱢﲎ‬
‫أَ َداةُ اﻷَ ْﻣ ِﺮ‬
‫أَ َداةُ اﻟﻨَ ِﻬﻰ‬
‫أَ َداةُ اﻟﻨﱢ َﺪ ِاء‬
‫أَ َداةُ اﻟ َﻘ َﺴ ِﻢ‬
ِ ‫أَ َداةُ اﻟﺘَـ َﻌ ﱡﺠ‬
‫ﺐ‬
‫أَ َداةُ اﻟﺘَـَﺮ ﱢﺟﻰ‬
ِ ُ‫أَ َداة‬
‫اﻻ ْﺳﺘِﻐَﺎﺛَِﺔ‬
Adāh nafī
Negative word fungtion
Adāh istifhām
Interrogative word
Adāh syarath
Condition word fungtion
Adāh tahdhīdh
Stimulative word fungtion
Adāh ‘ardh
Expositive word fungtion
Adāh tamannī
word fungtion of Wish
Adāh amr
Deinferative word fungtion
Adāh nahī
Interdictive word fungtion
Adāh nidāi
Vocative word fungtion
Adāh qasam
Oath word fungtion
Adāh ta’ajjub
Surprise word fungtion
Adāh tarajjī
Solicitative word fungtion
Adāh istighātsah
Hopefull word fungtion
B. A. Shohib Khairani (2008)
Shohib Khairani dalam karyanya yang berjudul Audhāhul Manāhij
Fī Mu’jam Qowāid al-Lughah al-Arabiyah (2008) membahas gramatika
Arab dengan membaginya dalam bagan-bagan yang sistematis. Kelas kata
oleh Shohib dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu, ism (nomina), fi’il
(verba) dan charf (partikel). Kemudian masing-masing dari tiga kelas kata
tersebut memiliki subkategori sebagai berikut;
19
a. Subkategori nomina
Jenis nomina
Berdasarkan jenis
huruf terakhirnya
Berdasarkan makna
Berdasarkan jumlah
Berdasarkan jumlah
huruf pembentuk
Berdasarkan
keta’rifan
Berdasarkan gender
Berdasarkan
deklinasi
Bahasa arab
ِ
‫ﺼ ْﻮِر‬
ُ ‫ا ْﺳ ُﻢ َﻣ ْﻘ‬
‫اِ ْﺳ ُﻢ ﳑَْ ُﺪ ْوِد‬
ِ ‫اِ ْﺳ ُﻢ َﻣْﻨـ ُﻘ ْﻮ‬
‫ص‬
ِ
‫ﺿ ِﻤ ِْﲑ‬
َ ‫ا ْﺳ ُﻢ‬
‫اِ ْﺳ ُﻢ اﻟﻈﺎﻫﺮ‬
Transliterasi
Isim maqshūr
Isim mamdūd
Isim manqūsh
Isim dhamīr
Isim dhāhir
‫اﻻﺳﻢ اﳌﻔﺮد‬
‫اِ ْﺳ ُﻢ اﳌﺜﲎ‬
‫اﳉﻤﻊ‬
Isim mufrād
‫ﺳﻢ اﺠﻤﻟﺮد‬
Isim istifhām
‫ااﻻﺳﻢ اﳌﺰﻳﺪ‬
‫اِ ْﺳ ُﻢ اﳌ ْﻌ ِﺮﻓَِﺔ‬
َ
ِ‫اِ ْﺳﻢ اﻟﻨَ ِﻜﺮة‬
َ ُ
‫اِ ْﺳ ُﻢ اﳌ َﺬ ﱠﻛ ِﺮ‬
ُ
ِ‫اِﺳﻢ اﳌﺆﻧﱠﺚ‬
َُ ُ ْ
‫اﻻﺳﻢ اﳉﺎﻣﺪ‬
Isim kināyah
‫اﻻﺳﻢ اﳌﺸﺘﻖ‬
Isim musytaq
Isim mutsanna
Jama’
Isim ma’rifah
Isim nakirah
Isim mudzakkar
Isim muannats
Isim jāmid
b. Subkategori verba
Jenis verba
Berdasarkan kala
Bahasa arab
ٍ ‫ﻓِ ْﻌ ٌﻞ َﻣ‬
‫ﺎض‬
ِ
‫ﻀﺎ ِرِع‬
َ ‫ﻓ ْﻌ ُﻞ اﻟْ ُﻤ‬
Transliterasi
Fi’il madhi
Fi’il mudhāri’
20
Berdasarkan
ketransitifan
Berdasarkan
keaktifan
Berdasarkan jenis
huruf
Berdasarkan
deklinasi
Berdasarkanjumlah
huruf
ِ
‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﻟْ ُﻤﺘَـ َﻌ ﱢﺪى‬
ِ
‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﻟْﻼَ ِزُم‬
ِ
‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌ ْﻌﻠُ ْﻮُم‬
َ
ِ
‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌ ْﺠ ُﻬ ْﻮ ُل‬
َ
ِ
ِ
‫اﻟﺼﺤْﻴ ُﺢ‬
َ ‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ‬
ِ
‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌ ْﻌﺘَ ُﻞ‬
ُ
ِ
ِ
‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳉَﺎﻣ ُﺪ‬
ِ
‫ف‬
ُ ‫ﺼﱢﺮ‬
َ َ‫اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌُﺘ‬
‫ﻓِ ْﻌ ُﻞ ﺛﻼﺛﻰ‬
‫ﻓِ ْﻌ ُﻞ رﺑﺎﻋﻰ‬
Fi’il muta’addī
Fi’il lāzim
Fi’il ma’lūm
Fi’il majhūl
Fi’il shahīh
Fi’il mu’tal
Fi’il jāmid
Fi’il mutasharrif
Fi’il tsulātsi
Fi’il rubā’i
c. Subkategori partikel
Partikel dibedakan berdasarkan fungsi masing-masing partikel ketika
menyertai sebuah kata, frasa atau kalimat. Oleh karena itu, subkategori
partikel didasarkan pada fungsinya sebagai berikut;
Bahasa arab
Transliterasi
Charf nafī
Jenis verba
Letter of negation
ِ ‫ف اﳉﻮ‬
‫اب‬
ََ ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ف اﻟﺘَـ ْﻔ ِﺴ ِْﲑ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫اﻟﺸ ْﺮ ِط‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
َ ‫ف‬
ِ ‫ف اﻟﺘَﺤ‬
ِ ‫ﻀْﻴ‬
‫ﺾ َو‬
ْ ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫اﻟَﺘﻨْ ِﺪ ِْﱘ‬
Charf jawāb
Letter of answer
Charf tafsīr
Letter of interpretation
Charf syarath
Letter of condition
‫ف اﻟﻨﱠ ِﻔﻰ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
ِ ‫اﻟﻌ ْﺮ‬
‫ض‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
َ ‫ف‬
Charf tahdhīdh Letter of stimulation
wa tandīm
and regret
Charf ‘ardh
Letter of exposition
21
‫ف اﻟﺘَـْﻨﺒِْﻴ ِﻪ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ﺼ َﺪ ِري‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
ْ َ‫ف اﳌ‬
ِ ‫ف‬
‫اﻻ ْﺳﺘِ ْﻘﺒَ ِﺎل‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ف اﻟﺘَـ ْﻮﻛِْﻴ ِﺪ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
Charf tanbīh
Letter of premonition
Charf mashdar
Letter of originality
Charf istiqbāl
Letter of future
Charf taukīd
Letter of confirmation
Charf tamanni
Letter of wish
Charf istifhām
Letter of interrogation
Charf tarajjī
wa isyfāqi
Letter of solicitation
and compassion
Charf tasybīhi
Letter of similitude
Charf shillah
Letter of conjuntion
Charf ta’līli
Letter of causality
Charf rad’i
Letter of rejection and
Charf thalabi
Letter of request
Charf nidāi
Letter of vocative
Charf ‘athfi
Letter of attractive
Charf nashabi
Letter of opening
Charf jazmi
Letter of elision
Charf amri
Letter of deinferative
‫ﺣﺮف اﻟﻨﱠ ِﻬﻰ‬
Charf nahī
Letter of interdiction
‫ﺣﺮف اﳉَﱢﺮ‬
Charf jarr
Letter of genitifal
‫ف اﻟﺘَ َﻤ ﱢﲎ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ف ا ِﻹ ْﺳﺘِ ْﻔ َﻬ ِﺎم‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ف اﻟﺘَـَﺮ ﱢﺟﻰ َو‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
ِ ‫اﻻ ْﺷ َﻔ‬
ِ
‫ﺎق‬
‫ف اﻟﺘَ ْﺸﺒِْﻴ ِﻪ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
ِ ‫ف‬
‫اﻟﺼﻠﱠِﺔ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ف اﻟﺘَـ ْﻌﻠِْﻴ ِﻞ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫اﻟﺮْدِع‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
َ ‫ف‬
ِ َ‫ف اﻟﻄَﻠ‬
‫ﺐ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ف اﻟﻨ َﱢﺪ ِاء‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
ِ ْ‫ف اﻟﻌﻄ‬
‫ﻒ‬
َ ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
ِ‫ﺼ‬
‫ﺐ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
َ َ‫ف اﻟﻨ‬
‫ف اﳉَْﺰِم‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
‫ف اﻷ َْﻣ ِﺮ‬
ُ ‫َﺣ ْﺮ‬
22
1.7.2 Kategori Verba dalam Bahasa Arab
Istilah verba dalam linguistik Arab disebut dengan fi’il, Sibawaih
(1316 H :2) mengatakan bahwa fi’il adalah kata yang dibentuk dari
perbuatan yang dilakukan oleh benda. Sedangkan el-Dahdah (1991:114)
menambahkan bahwa fi’il adalah kata yang dapat memberikan arti dan
memiliki kala yang merupakan bagian dari kata tersebut. untuk
membedakan dengan kategori kelas lain al-Ghulayaini ( 2010 : 31)
menyebutkan ciri-ciri umum verba sebagai berikut:
1. Dapat didahului dengan pertikel ‫ ﻗﺪ‬/qod/ yang memiliki arti sungguh
dan kadang-kadang .
2. Dapat didahului dengan pertikel ‫ س‬/sa/ memiliki arti akan yang
menunjukkan makna bahwa perbuatan tersebut akan dilakukan dalam
waktu dekat, dan ‫ ﺳﻮف‬/saufa/ memiliki arti akan yang menunjukkan
makna bahwa perbuatan tersebut akan dilakukan dalam waktu lama.
3. Menerima partikel subjungtif seperti; ‫ أن‬، ‫ ﻟﻦ‬،‫ﺣﱴ‬
ّ
4. Menerima partikel jussif seperti ‫ ﻻ‬، ‫ﱂ‬
5. Dapat disambung dengan at-ta’nis as-sākinah yang menunjukkan
bahwa subyek dari verba tersebut adalah perempuan.
6. Menerima nūn taukīd (nūn convirmative) yang berfungsi sebagai
penguat dan penegas sebuah perbuatan.
23
7. Dapat disambungkan dengan dhomir rafa’ bārizah muttasilah
(pronomina yang berupa ta’).
1.7.3
Kategori Nomina dalam Bahasa Arab
Istilah nomina disebut dengan isim dalam linguistik Arab. seperti
halnya pengertian nomina pada bahasa Indonesia yaitu kata yang mengacu
pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian, isim dalam
bahasa Arab juga didefinisikan sebagai kata yang mengacu pada manusia,
binatang dan benda seperti pernyataan Sibawai dalam karyanya al-Kitab.
ِ
‫ﻂ‬
ٌ ِ‫س َو َﺣﺎﺋ‬
ٌ ‫ﻓَﺎﻻ ْﺳ ُﻢ َر ُﺟ ٌﻞ َو ﻓَـَﺮ‬
Fa ismu rajulun wa farasun wa chāithun
Maka isim adalah laki-laki (manusia), kuda (binatang), dan tembok
(benda)
Selanjutnya al-Gulayaini (2010:29) menyebutkan pengertian isim
sebagai kata yang memiliki makna tanpa disertai kala seperti halnya verba.
Seperti halnya verba, nomina dalam bahasa Arab memiliki ciri-ciri sebagai
berikut;
1. Nomina dapat diberi perfiks al (‫ )ﺍﻝ‬sebagai tanda denitif. Contoh
‫ﺍﻟﺠﺎﻣﻌﺔ‬/al-jāmi’atu/ universitas. Perfiks ‫ ﺍﻝ‬pada kata ‫ﺍﻟﺠﺎﻣﻌﺔ‬
menunjukkan nomina definitif.
2. Nomina dapat menerima tanda tanwin ( vokal “an-in-un”) pada akhir
kata, sebagai tanda indefinitif. Contoh; kata ‫ ﻛﺘﺎﺏ‬/kitābun/. Tanda
24
tanwin berupa vokal un pada kata kitābun menunjukkan nomina
indefinitif.
3. Nomina dapat menyertai partikel panggilan (charf nidā).
4. Nomina dapat diakhiri dengan vokal i (kasrah), baik karena dikuasi
oleh partikel genetif (charf jarr) ataupun karena penggabungan dua
nomina (frasa Idhofi).
a. Penguasaan partikel genetif; ‫ ﺃَﺣْ َﻤ ُﺪ ﻳَﺮْ ِﺟ ُﻊ ِﻣﻦَ ﺍْﻟ َﻤ ْﺪ َﺭ َﺳ ِﺔ‬/ahmad yarji’u
mina al-madrasati/ ahmad (sedang) pulang dari sekolah. Kata almadrasati merupakan nomina dengan ditandai dengan perfiks al,
selain itu tanda nomina dari kata al-madrasati adalah diakhiri
dengan vokal i (kasrah), kasus ini disebabkan penguasaan dari
partikel genetif berupa min.
b. Penggabungan yang menyebabkan kasus genetifasi juga menjadi
ciri dari nomina, seperti frasa ‫ ِﻛﺘَﺎﺏُ ﺍْﻟ ِﻔﻘْ ِﻪ‬/kitābul al-fiqhi/ buku fiqih.
Kata al-fiqhi merupakan nomina dengan tanda perfiks al, selain itu
juga karena di akhiri dengan vokal i disebabkan oleh aneksasi atau
idhāfah.
5. Nomina dapat didahului oleh nomina demonstratif. Contoh; ٌ‫ِﺗ ْﻠﻚَ َﺷ َﺠ َﺮﺓ‬
/tilka syajaratun/ itu pohon. Kata syajaratun merupakan nomina dengan
tanda tanwin dan didahului dengan nomina demostratif berupa kata
tilka.
6. Nomina dapat diakhiri dengan pemberian sufiks ta marbūthah (‫ )ﺓ‬yang
menunjukkan nomina feminis. Contoh; ‫ ﻋﺎﺋﺸﺔ‬/’āisyatu/
25
1.7.4 Analisis Semantik dan Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa yunani kuno syn-, yang memiliki arti
bersama, dan táxis yang memiliki arti pengaturan. Kemudian dijabarkan
bahwa sintaksis adalah ilmu mengenai prinsip dan pengaturan untuk
membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain itu kata sintaksis merujuk
pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa
apapun.
Definis tentang sintaksis telah dijabarkan dengan berbagai ragam
oleh para linguis, sintaksis sebagai tata bahasa yang membahas hubungan
antar kata dalam tuturan (Verhar,2006:161). Selanjutnya diperkuat dengan
Soeparno (2002:24) bahwa sintaksis adalah subdisiplin linguistik yang
menelaah struktur bahasa dari tatanan frasa sampai dengan kalimat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah suatu kajian dalam linguistik yang berhubungan dengan kajian
struktur tentang kata, frasa, klausa dan kalimat.
Adapun istilah semantik juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu
kata sema yang artinya tanda atau lambang (sign). Semantik dipaparkan
sebagai cabang sistemik bahasa yang menyelidiki makna dan arti
(Verhar,1993:9). Jadi semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari
makna yang terkandung dalam bahasa baik itu kata, frasa, klausa maupun
kalimat.
Berbeda dengan sintaksis yang memandang wujud kata, frasa,
klausa dan kalimat dari sisi strukturnya, semantik memandang kata
26
sebagai sistem makna. Inilah yang menjadi ciri semantik yaitu memandang
kata-kata dalam suatu bahasa sebagi suatu wadah yang mengandung
komponen makna (cahyono, 1995:2007).
Menurut Soeparno (2002:106) semantik dibagi menjadi dua
macam, semantik leksikal dan semantik gramatikal. Semantik leksikal
adalah kajian semantik yang memfokuskan kajiannya terhadap makna
leksikon itu sendiri, bukan makna suatu unsur gramatik. Sedangakan
semantik gramatikal adalah kajian semantik yang memfokuskan kajiannya
terhadap makna dalam struktur gramatikal.
1.8 Metode Penelitian
Untuk pembahasan masalah-masalah yang tercantum dalam
rumusan masalah di atas, maka diperlukan data kebahasaan serta
analisis data yang relevan. selanjutnya, agar hasil penelitian sesuai
dengan tujuan serta bermanfaat keberadaannya, maka dalam penelitian
ini akan ditempuh tiga tahapan strategis, yaitu (1) tahapan
pengumpulan data, (2)
tahapan analisis data dan, (3) tahapan
penyajian hasil analisis data (Sudaryanto:1992:57).
1.8.1 Bentuk penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bahasa secara sinkronis yaitu
penelitian bahasa yang dilakukan dengan mengamati fenomena dalam
kurun waktu tertentu (mahsun, 2006:84), sehingga penelitian ini
bersifat deskriptif
(discriptif research) yaitu jenis penelitian yang
27
dilakukan berdasarkan fenomena yang terdapat pada data. Sedangkan
dilihat dari sumber datanya, penelitian ini termasuk jenis penelitian
pustaka (library research).
1.8.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data yang
bersifat kualitatif yaitu berupa data tulis yang berupa kata, frasa,
klausa maupun kalimat berbahasa Arab. adapun sumber data yang
menjadi objek sasaran penelitian diambil dari data tulis sebagai
berikut:
(1). Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung kata tugas yang berlaku
pada nomina dan verba.
(2). Mu’jam adawat nachwiyah karya
Nabil Zoheiry yang berisi
kumpulan kata-kata tugas dalam bahasa Arab.
(3). Mu’jam al-Wafi Fi Adawat an-Nachwi al-Arabi karya Ali Taufik
Hamad dan Yusuf Jamil Ya’bi
(4) Mu’jam al-Adawāt an-Nachwiyah karya Syauqi al-Ma’ri
Dan untuk menyempurnakan penelitian data tentang
contoh-contoh KTVN selain data yang didalam al-Qur’an juga data
berupa kalimat yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dan di
ujikan kepada native speaker asli (orang arab) serta ahli bahasa Arab.
28
1.8.3 Metode Pengumpulan Data
Tahapan pertama yang paling penting dalam penelitian adalah
tahapan bagaimana peneliti memperoleh dan mengumpulkan data.
Tahapan ini adalah dasar dari peneliti untuk menuju tahapan analisis
data, maka pemilihan metodenya harus dilakukan secara tepat agar
data yang terkumpul sesuai dengan tujuan. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
simak dengan teknik sadap sebagai sebagai teknik dasar kemudian
teknik bebas libat cakap dan catat sebagai teknik lanjutan.
Metode simak dengan teknik sadap digunakan karena data
penelitian adalah data tertulis berupa teks berbahasa Arab pada karya
yang telah tersebut diatas.
Selanjutnya dilanjutkan dengan teknis
bebas libat cakap, artinya peneliti hanya berperan sebagai pengamat
dalam melakukan penyadapan , lalu teknik bebas libat cakap
digandengkan dengan teknik catat untuk mencatat bentuk-bentuk kata
tugas yang termuat dalam data.
1.8.4 Metode analisis Data
Tahapan selanjutnya setelah tahapan pengumpulan data adalah
tahapan analisis data. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat
menentukan, karena pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur
keberadaan objek penelitian diperoleh, penemuan kaidah-kaidah inilah
yang merupakan inti dari aktifitas ilmiyah (Mahsun, 2006:111). Dan
29
lebih lanjut Aini (2007:122) menyatakan bahwa tahapan analisis data
merupakan satu rangkaian kegiatan penelitian yang amat penting,
karena melalui kegiatan ini data atau informasi yang dikumpulkan
menjadi lebih bermakna.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa bentuk penelitian ini
berupa penelitian kualitatif karena data bukan berupa angka melainkan
fenomena atau perilaku yang disajikan dalam bentuk uraian, maka
penelitian ini menggunakan analisis dengan pendekatan kualitatif.
Denzin san Lincoln (1994) menyebutkan bahwa khusus untuk
penelitian kualitatif pendekatan analisisnya dapat menggunakan model
interaktif seperti bagan dibawah ini;
Data collection
Data display
Data reduction
Conclusion;
drawing/verifying
Berpijak pada bagan diatas, maka langkah-langkah analisis
data pada penelitian ini sebagai berikut;
a. Pengumpulan dan pengecekan data dari sumber data.
30
b. Reduksi data, yaitu pemilihan data anatara data yang relevan dan
yang tidak relevan. Selanjutnya data yang relevan akan dianalisis
dan yang tidak relevan disisihkan.
c. Penyajian data yang meliputi; 1) identifikasi, 2) klasifikasi, 3)
penyusunan, 4) penjelasan data secara sistematis, objektif dan
menyeluruh. 5) pemaknaan.
d. Dan yang terakhir yaitu penyimpulan yaitu menyimpulkan hasil
penelitian berdasarkan kategori dan makna yang ditemukan ketika
analisis data.
Selanjutnya
untuk
mempertajam
analisis
data,
perlu
penggunaan teknik dalam menganalisis data-data yang telah
terkumpul, tenik yang digunakan antara lain; teknik ganti, lesap, sisip
dan perluasan. Teknik ganti digunakan untuk mengetahui kadar
kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan pengganti.
Sedangkan teknik lesap digunakan untuk mengetahui kadar keintian
unsur yang dilesapkan. Kemudian teknik sisip adalah teknik analisis
data dengan cara menyisipkan satuan kebahasaan lain diantara
konstruksi yang dianalisis. Kegunaan teknik ini untuk mengetahui
kadar keeratan satuan-satuan kebahasaan yang dipisahkan oleh
penyisip (Sudaryanto:1993:66). Yang terakhir analisis data dengan
teknik perluasan yaitu memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis
dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu. Teknik perluas ini
31
digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan satuan kebahasaan
tertentu (Sudaryanto:1993:55).
1.8.5 Metode Penyajian Hasil
Penyajian hasil analisis data merupakan tahap akhir dari rangkaian
penelitian yang dimunculkan berupa kaedah-kaedah hasil. Menurut
Sudaryanto (1993:145) bahwa pengajian hasil analisis data dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu formal dan informal. Metode
penyajian formal berupa perumusan kaidah-kaidah melalui tandatanda dan lambang-lambang, sedangkan metode penyajian non formal
berupa pe ndeskripsian dengan menggunakan kata-kata biasa. Hasil
analisis penelitian ini menggunakan dua metode tersebut informal dan
formal.
1.9
Sistematika Penulisan
Hasil penelitian tentang kata tugas yang berlaku pada nomina dan
verba ini disajikan secara detail dalam lima bab sebagai berikut;
a.
BAB I berupa pendahuluan yang memuat didalamnya latar
belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian baik teoritis maupun praktis,
tinjauan pustaka, landasan teori-teori yang berupa konsep kelas
kata dalam bahasa Arab dan analisis semantik dan sintaksi,
32
metode penelitian yang terdiri dari metode pengumpulan,
metode analisis dan metode penyajian hasil penelitian.
b. BAB II berupa pembahasan tentang gambaran umum kata
tugas dalam bahasa Arab
c. BAB III pembahasan wujud dan makna-makna yang menandai
kata tugas yang menyertai verba dan nomina.
d. BAB IV pembahasan mengenai perilaku sintaksis kata tugas
yang menyertai verba dan nomina.
e. BAB V berisi penutup berupa kesimpulan dan saran, serta
daftar pustaka
Download