BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muncul dan berkembangnya bahasa Arab di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari faktor sejarah masuknya Islam di Nusantara. Dalam penelitian sejarah disebutkan bahwa Islam sudah masuk dan menyebar di Nusantara dimuai dari pesisir utara Jawa dan Sumatra pada akhir abad 14 yang penyebarannya dimulai pada abad 13 M. Penyebaran ini dilakukan oleh kelompok sosial, sedangkan secara individual kontak budaya antara Islam dan Nusantara diperkirakan berlangsung sejak abad 7 M (Karim,2007:42). Penyebaran Islam yang dilakukan oleh para pedagang dari Gujarat secara mission sacré mampu memikat penduduk pribumi. Hal tersebut dapat terbukti menjelang abad 15 M sudah ditemukan surausuaru yang di dalamnya terdapat pengajaran pelajaran al-Qur’an, pelajaran-pelajaran agama meliputi ilmu Fiqih, Akhlaq, Aqidah. Maka secara langsung para penduduk pribumi mengenal bahasa Arab sebagai bahasa tulis yang digunakan dalam kitab suci agama Islam serta teks-teks asli ilmu-ilmu agama Islam. Perkembangan Islam di Nusantara secara pesat juga memberi dampak bertambah banyak pembelajar dan pengkaji bahasa Arab di Indonesia. Moeliono (1989) menyebutkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa dengan tujuan khusus, karena banyaknya ungkapan dan kata yang berasal dari 2 bahasa ini masuk dalam kosa kata bahasa Indonesia khususnya dalam masalah peribadatan, Paham atau tidak paham maknanya dalam hal peribadatan umat muslim menggunakan bahasa Arab. Namun perbedaan geneologis bahasa Arab dan Indonesia memberi problem-problem kebahasaan tersendiri pada pengkaji dan pembelajar bahasa Arab. Wilhem Von Humbold menyatakan bahasa didunia secara tipologi morfologis dapat dikelompokkan dalam empat kelompok, pertama Tipe bahasa isolasi, tipe bahasa aglutinasi, tipe bahasa fleksi dan tipe bahasa terpadu (Parera:1991:140). Dilihat dari strukturnya, bahasa Arab berbeda dengan bahasa indonesia yang berumpun Austronesia, bahasa Arab merupakan anggota bahasa Semit kuno sebagaimana bahasa Ibrani, bahasa Yahudi, bahasa Amhar dan bahasa Aramy. Perbedaan rumpun bahasa ini berimplikasi pada perbedaan tipologisnya, rumput bahasa Semitis pada umumnya bertipe fleksi, sedangkan bahasa Autronesia bertipe aglutanasi. Bahasa dengan tioe fleksi dalam pembentukan katanya dilakukan dengan cara modifikasi internal kata, sedangkan bahasa dengan tipe aglutinasi dilakukan dengan cara afiksasi tanpa mengubah bentuk dasarnya. Namun seperti halnya pembagian bahasa dalam kajian linguistik umum, kata dalam bahasa Arab juga terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu ghairu mahshūr (open class) dan mahshūr (closed class). Pembagian yang pertama meliputi kata yang jumlahnya tidak terbatas, yaitu kata yang dapat menunjukkan makna yang memiliki acuan (referen) kategori yang termasuk open class yaitu isim (nomina) dan fi’il (verba). Sedangkan 3 pembagian yang kedua meliputi kata yang memiliki jumlah yang terbatas, dan umumnya memiliki bentuk kata yang tetap dan tidak berubah-ubah (indeclinable), yang termasuk pembagian kedua ini berupa kata tugas (function word). Kata tugas yang dalam istilah linguistik Arab disebut dengan adah memiliki berbagai pengertian dari pakar bahasa. Menurut linguisik umum kata tugas adalah kata yang hanya mempunyai arti arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Maka arti kata tugas ditentukan bukan dari kata itu sendiri secara lepas, namun dari kata lain yang dikaitkan baik itu dalam frasa maupun kalimat (Alwi, 2010:293). Sedangkan kata tugas yang selanjutnya disingkat dengan KT dalam pengebutannya dalam buku gramatikal Arab yang berjudul Jami’ Ad-durus Al-arabiyah mendefinisikan kata tugas sebagai kata yang memiliki fungsi penghubung bagian-bagian dalam sebuah kalimat, atau antar kalimat (Galayaini, 2009:47). Lebih lanjut lagi, Muhammad Ali at-Tahānawi dalam karyanya kasyāfu ishthilahāti al-funūn wa al-‘ulūm menyatakan bahwa KT adalah alat dalam penyusunan sebuah frasa atau kalimat. Bahasa Arab termasuk bahasa yang memiliki KT dengan jumlah yang sangat banyak. Penyataan ini dapat dibuktikan dengan mengamati teks berikut yang diambil dari surat kabar al-Ahram, Mesir pada tanggal 26 Mei 2013 : 4 Tesk asli Teks setelah dihilangkan kata tugas ِ ِِ ِ ِ ِ ِِ ﻮر َﻋْﺒـ ـ ـ ـ ُﺪا ْﳊَ ِﻜْﻴ ِﻢ ُ ُ َﺣﻜ ـ ـ ـْﻴ ِﻢ ﻣـ ـ ـ ـ ْﻦ َﺟﺎﻧﺒـ ـ ـ ـﻪ أَ ﱠﻛـ ـ ـ ـ َﺪ اﻟـ ـ ـ ـ ُﺪ ْﻛﺘ..ﻮر َﻋْﺒ ـ ـ ـ ُﺪ ُ ُد ْﻛﺘُ ـ ـ ـ.. َﺟﺎﻧﺒ ـ ـ ـﻪ أَ ﱠﻛ ـ ـ ـ َﺪ... ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﺲ َﺟ ِﺎﻣ َﻌـ ِﺔ ﻃَْﻨﻄَـﺎ اﻟـ ﱠﺪﻓْ ُﻊ ﺑِ ُﻜـ ﱢﻞ ُ ﱠدﻓْ ُﻊ ﺑ ُﻜـ ﱢﻞ َﻋْﺒ ُﺪاﳋْﺎَﻟ ْﻖ َرﺋْﻴ.. ﺲ َﺟﺎﻣ َﻌﺔ ﻃَْﻨﻄَﺎ ُ ﺣﺎَﻟ ْﻖ َرﺋْﻴ..َﻋْﺒ ُﺪ َوﻃََﻮاﻗِ ٍﻢ،ﺼ ِﺤﻴﱠِﺔ اﻟْ ُﻤﺘَ َﻜ ِﺎﻣﻠَ ِﺔ َو َﺳﺎﺋِ ِﻞ اﻟﱢﺮ َﻋﺎﻳَِﺔ اﻟ ﱢ، ُﻣﺘَ َﻜ ِﺎﻣﻠَـ ـ ـ ـ ِﺔ.. ﺻ ـ ـ ـ ـ ِﺤﻴﱠِﺔ ﱢ.. ﱢر َﻋﺎﻳَـ ـ ـ ـ ِﺔ.. َﺳ ـ ـ ـ ـﺎﺋِ ِﻞ.. ِ ِ ِ ِ اﳊﺮ ِس ا ْﳋ ِ ِ ِ ﺧـ ـ.. ﺣـ ـﺮ ِس.. أَﻓْ ـ ـﺮ ِاد... ٌﻃَـ ـﻮاﻗِ ٍﻢ أَﻣﻨِﻴﱠـ ـﺔ.. ِ ﲔ ِﳉ ﺎن َ َْْ ﺎص أَْﻣﻨﻴﱠﺔٌ ﻣ ْﻦ أَﻓْـَﺮاد َ ْ َ َ ِ ْ ﺎص ﻟﻠﺘﱠﺄْﻣ َْ َ اﻟﱠﺮﻗَﺎﺑـَ ـ ِﺔ َﻋﻠَـ ـﻰ ﻛِْﻨﺘَ ـ ـ ُﺮْوَﻻ ِت ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﻟﺘﱠ ـﺄِْﻣ.. ِ اﻻﻣﺘِﺤﺎﻧَـ ـ ِ ﺎت َو ْ َ ْ ْ ... ﱠرﻗَﺎﺑَـﺔ.. .. ﲔ ﳉَ ـﺎن ْاﻻ ْﻣﺘ َﺤﺎﻧَـﺎت .ﺨﺘَﻠِ َﻔ ِﺔ ْ اﻟْﻤ ِ ُ اﻟْ ُﻜﻠﱢﻴَﺎت ﳐ.. .ُْﺘَﻠِ َﻔ ِﺔ ِ ُﻛﻠﱢﻴ.. ﻛِْﻨﺘَـﺮوَﻻ ِت ﺎت َ ُْ Tabel diatas menunjukkan kata yang digaris bawahi adalah kata tugas, dan kita dapat menemukan bahwa dari 51 jenis kata dari teks tersebut 21 diantaranya berupa KT. Pemaparan di atas menunjukkan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang KT dalam bahasa Arab. Nabil AlZohairy dalam karyanya berjudul Mu’jam al-adawat an-nahwiyah fi alarabiyah menyebutkan bahwa KT yang berupa simple word berjumlah 246 buah, kata tugas yang berupa closed lexical compound berjumlah 75 buah, kata tugas yang berupa closed gramatical compound berjumlah 40 buah, kata tugas yang berupa open compound berjumlah 157 buah, dan terakhir kata tugas yang berupa correlative pair berjumlah 28 buah. Sedangkan Syauqi Ma’ri (2002) menyebutkan bahwa kata tugas bahasa Arab sebanyak 84 jenis yang berupa adat mu’rabah dan 20 jenis yang berupa adat zaidah dan syibbhu al-zaidah. 5 Dilihat dari segi kata yang menyertainya, KT dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga bagian, pertama KT yang hanya menyertai nomina, kedua KT yang hanya menyertai verba, dan ketiga KT yang dapat menyertai baik pada nomina dan verba. KT yang dapat menyertai baik dalam verba maupun nomina inilah yang menjadi pembahasan dari penelitian ini. KT yang menyertai nomina dan verba yang selanjutnya dalam penyebutannya disingkat dengan KTVN menandai makna yang berbeda-beda, sebagai contoh KTVN tsumma berikut; ﺐ َ َﺟﺎءَ َزﻳْ ٌﺪ ﺛُ ﱠﻢ َذ َﻫ (1) Jāa zaidun Datang.3Sing.Lk.Pref zaid.N Zaed datang lalu pergi tsumma dzahaba lalu.KT pergi.3.Sing.Pref ِ ﲨﻴﻌﺎً ِﻣﻦ أَﱠوِل ا ْﳊﺎرِة إِ َﱃ ِ ِ آﺧ ِﺮَﻫﺎ ْ ْ َ ﺛُ ﱠﻢ ﻧَﺴْﻴـ ُﺮ ََ (2)Tsumma nasīru jamī’an Dan.KT berjalan.1plur.imperf awwali al-hārati ilā semua.ket min dari.KT ākhiri kampung pertama.Kl nom menuju.KT terakhir.N hā kampung.3Pron.Sing.Pr Dan mari kita semua berjalan dari kampung pertama menuju kampung lainnya KT tsumma pada contoh pertama menandai makna konjungtif berupa urutan kejadian dan diberi arti dengan kata“lalu”, sedangkan makna yang kedua memiliki makna permulaan atau ibtidā. Bukan hanya dalam segi semantik, dilihat dari segi sintaksis KT tsumma pada contoh pertama juga 6 memiliki fungsi gramatikal berbeda dengan contoh kedua . Pada contoh pertama kata tugas tsumma berfungsi sebagai rābithatu isyrāk yaitu sebagai penghubung antar dua kata verba jāa dan dzahaba, sedangkan pada contoh kedua kata tugas tsumma berfungsi sebagai penanda sebuah kalimat permulaan. Selanjutnya dari segi kasus (‘irāb) KT tsumma pada kedua contoh (1) dan (2) termasuk KT ‘āthil, yaitu KT yang tidak menentukan kasus kata yang menyertainya. Maka penelitian tentang KTVNdengan analisis semantik dan sintaksis ini menjadi bagian pembahasan linguistik Arab yang penting terutama bagi penerjemah dan bagi para pembelajar non Arab dalam memahami teks-teks berbahasa Arab. pendahuluan analisis semantik dalam penelitian ini karena tujuan utama dari penelitian ini adalah penggalian tentang makna dari KTVN, selanjutnya analisis sistaksi yang meneliti kasus dan fungsi KTVN dalam sebuah kalimat. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Kata-kata apa saja yang termasuk kategori KTVN dalam bahasa Arab? 2. Makna struktural apa saja yang ditandai KTVN dalam bahasa Arab ? 3. Bagaimana perilaku sintaksis KTVN dalam bahasa Arab? 7 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kata tugas dalam bahasa Arab sejauh peneliti ketahui belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian kebahasaan yang membahas tentang partikel dalam bahasa Arab telah ditemukan dua penelitian. Kedua penelitian tersebut yaitu (1) tesis yang berjudul “Partikel Subjungtif dan Jussif dalam Bahasa Arab” yang ditulis oleh Yeni Ramdani pada tahun 2012; (2) penelitian ”Partikel dan Hubungan Fungsionalnya dalam Bahasa Arab” pada tahun 1993 oleh Hasyim Asy’ari. Fokus telaah tesis “Partikel Subjungtif dan Jussif dalam Bahasa Arab” tentang partikel-partikel yang berfungsi menjussifkan dan subjungtifkan verba imperfektif. Hasil dari penelitian tersebut adalah verba imperfektif dapat dijussifkan dengan partikel lam, lammā, lam nahī, dan in. Adapun verba imperfektif dapat disubjungtifkan dengan partikel an, lan, kai, idzan, hattā, lām ta’līl, lam juhūd, dan fa sababiyah. Semua partikel tersebut termasuk bagian dari kata tugas namun hanya idzan yang merupakan kata tugas yang menyertai verba dan nomina. Selanjutnya penelitian “Partikel dan Hubungan Fungsionalnya dalam Bahasa Arab” fokus telaahnya meliputi (1) jenis-jenis parikel dalam bahasa Arab berdasarkan fungsinya terdiri dari empat puluh jenis; (2) makna-makna yang ditandai masing-masing partikel, dan ditemukan beberapa partikel yang memilki makna lebih dari satu; (3) perilaku sintaksis yang terbagi menjadi dua kategori yaitu partikel yang dapat 8 menyebabkan kasus kata yang menyertainya, dan kategori partikel yang tidak dapat menyebabkan kasus. Dari sini bisa disimpulkan bahwa kedua penelitian sebelumnya berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang. Tampak jelas bahwa kedua penelitian fokus pada pembahasan partikel bukan kata tugas dalam bahasa Arab. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. menginvertarisasi kata dalam bahasa Arab yang termasuk KTVN 2. memaparkan makna yang ditandai masing-masing KTVN dalam bahasa Arab 3. Mendeskripsikan perilaku sintaksis penggunaan KTVN dalam bahasa Arab 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Penelitian tentang kata tugas yang menyertai verba dan nomina dalam bahasa Arab dengan analisis semantik dan sintaksis ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori-teori linguistik Arab modern. Teori tentang kata tugas dalam bahasa Arab dapat mengembangkan dan memperdalam teori subkelas kata dalam bahasa 9 Arab. tipe-tipe kata tugas dalam gramatika Arab masih berbaur dengan pembahasan subkelas kata. Sehingga diperlukan penelitian tersendiri. disamping itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa teori gramatika Arab juga dapat disintesiskan dengan gramatika dalam linguistik umum. 1.5.2 Manfaat praktis Peneliti berharap hasil dari penelitian ini bermanfaat; Pertama, bagi penerjemah Arab: karakter kata tugas yang memiliki perilaku semantik dalam setiap penggunaannya membuat para penerjemah teksteks Arab mengalami kendala. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat membantu para penerjemah dalam melakukan penerjemahan teksteks Arab guna memperluas transfer khazanah keilmuan Arab ke Indonesia khususnya. Ketiga, bagi para mahasiswa dan peneliti bahasa, khususnya bahasa Arab; hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsing ilmu kebahasaan di tanah air, serta menjadi rujukan para peneliti dan mahasiswa yang konsen dalam linguistik Arab. 1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan dalam rangka memberikan informasi awal dalam penelitian tentang kata tugas dalam bahasa Arab dengan analisis sintaksis dan semantik. Pustaka yang dimaksud dalam hal ini adalah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan yang sedang diteliti yaitu tentang kata tugas bahasa Arab. Tesis berjudul “Kelas Kata dalam Bahasa Arab” yang di tulis oleh Haerudin pada tahun 2010. Penelitian ini memaparkan pembagian kelas 10 kata dalam bahasa Arab dengan teori struktural dengan telaah pustaka dari karya-karya linguis Arab Klasik maupun modern, kemudian membagi kata bahasa Arab terdiri dari nomina, verba, ajektifa, adverbia, konjungsi dan preposisi. Cara pencirian kelas kata yaitu dengan cara menguji kemungkinan boleh-tidaknya sebuah kata didampingi oleh kategori lain dalam struktur yang lebih besar khususnya frasa. Penelitian ini memberi informasi bahwa kata tugas merupakan subkategori dari nomina, verba, adverbia dan partikel. Selanjutnya tesis dengan judul “Partikel Subjungtif dan Jusif dalam Bahasa Arab Analisis Sintaksis dan Semantik” yang ditulis oleh Yeni Ramdani pada tahun 2012. Partikel subjungtif dan jusif dalam bahasa Arab dapat menyebabkan perubahan vokal pada verba imperfek dalam bahasa Arab. selain memiliki fungsi sebab-akibat perubahan vokal dalam verba imperfek, partikel subjungtif dan jussif juga dapat menimbulkan makna lain dalam verba imperfek. Tesis ini hanya membahas tentang partikel khususnya yang membuat verba subjungtif dan verba jussif. Tesis yang berjudul “Konjungsi dalam Bahasa Arab” yang ditulis oleh Fawwad pada tahun 2010. Dalam tesis tersebut memaparkan sembilan partikel dalam bahasa Arab yang berfungsi sebagai konjungsi, yaitu wawu, bal, tsumma, hattā, lākin, au, am dan fa. Pada pembahasan pertama dipaparkan gambaran umu tentang konjung dalam linguistik umum dan konjungsi dalam linguistik Arab. selanjutnya pada bab dua dijelaskan kasus-kasus yang diditentukan oleh masing-masing konjungsi. 11 Dan pada bab terakhir mengenai makna-makna yang ditandai oleh konjungsi. Laporan penelitian yang ditulis oleh Hasyim Asy’ary tahun 1992 dengan judul “Partikel dan Hubungan fungsionalnya dalam bahasa Arab” juga menjadi pustaka yang ditelaah oleh penulis. Hasyim mendeskripsikan 40 jenis partikel dalam bahasa Arab beserta fungsinya. Partikel tersebut diklasifikasikan berdasarkan akar konsonannya dan memberlakukan pemanjang bunyi vokal (alif, wawu dan ya) sebagai bagian dari konsonan. Berdasarkan hat tersebut, maka pembagian partike menjadi lima bagian yaitu, partikel konsonan tunggal (uhādiyah) yang berjumlah 13 kata, partikel dua konsonan (tsunāiyah) berjumlah 26 kata, partikel tiga konsonan (tsulātsiyah) berjumlah 25 kata, partikel empat (rubāiyah) konsonan berjumlah 15 kata, dan partikel lima konsonan (khumāsiah) yang hanya berjumlah satu kata. Hasil penelitian ini menemukan maknamakna yang ditandai tiap partikel. Setiap partikel tidak hanya menandati satu makna, bahkan terdapat partikel yang menandai lebih dari satu. Pada partikel uhādiyah berupa hamzah menandai dua makna yakni istifhām (interogasi) dan makna nidā’ (panggilan). Lalu pada partikel tsulātsiyah berupa partikel in juga dapat menandai makna syart (kondisional), makna nafī (negasi), serta makna taukīd (penegas). Selain makna, pembahasan terakhir hasil peneliatian ini juga memaparkan fungsi setiap partikel. Fungsi yang dimaksud lebih pada pembahasan kasus (‘irāb) pada kata yang menyertai partikel. Beberapa partikel dapat menentukan kasus kata 12 setelahnya dan sebagian lain tidak dapat menentukan kasus. Beberapa partikel tidak dapat menentukan kasus namun dapat menentukan kasus dengan beberapa syarat, seperti pada partikel fa. Partikel fa tidak dapat menentukan kasus, namun dapat mensubjungtifkan kata setelahnya dengan syarat kalimat sebelum partikel fa berupa kalimat larangan (nahī). Penelitian ini memaparkan seluruh partikel dalam bahasa Arab dan hanya membagi partikel tersebut dari akar konsonannya. Desertasi dari Karin Ryding Lentzner pada tahun 1994 yang berjudul “Semantic and Syntactic Aspects of Arabic Prepositions” juga menjadi pustaka yang dikaji untuk menyempurnakan penelitian tentang kata tugas ini. Dalam desertasi ini Karin menjabarkan beberapa kata yang masuk dalam kategori proposisi, dan hanya memilih 9 proposisi dalam pembahasannya. Selanjutnya 9 preposisi tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu locative preposition berupa partikel bi, fi, dan ‘alā, kedua directional prepositon berupa ilā, li, hattā, terakhir ablative preposition berupa min, ‘an, dan mundhu. Selain ini dijelaskan makna-makna yang ditandai dari masing-masing preposisi. Dan pada pembahasan terakhir Karin memaparkan secara detail susunan kalimat yang merupakan frasa preposisi, terdiri dari preposisi dan verba. 1.7 Landasan Teori Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa penelitian ini fokus pada pembahasan tentang kata tugas yang menyertai verba dan nomina 13 dalam bahasa Arab, maka dianggap perlu untuk memberikan teori-teori yang berkaitan dengan objek pembahasan. Penjelasan tentang teori diberikan untuk memberi pemahaman awal sebelum melangkah pada pembahasan. Teori yang diberikan adalah teori yang dalam pembahasan menjadi dasar serta landasan dalam pembahasan tentang kata tugas. Halhal yang dianggap penting untuk dijelaskan sebagai landasan penelitian ini antara lain; (1) konsep kelas kata dalam linguistik Arab, (2) kategori nomina dan verba dalam bahasa Arab, (3) analisis semantik dan sintaksis. 1.7.1 Konsep Kelas Kata dalam Bahasa Arab Kelas kata merupakan topik utama dalam pembahasan gramatika bahasa. Hal tersebut dikuatkan dengan pernyataan Parera (1996:23) bahwa sejarah kelas kata sama dengan sejarah itu sendiri, artinya sepanjang sejarah linguistik dari zaman Yunani kuno, zaman Romawi, abad pertengahan, abad Renaisans, abad kesembilan belas, sampai abad kedua puluh atau yang lebih dikenal dengan zaman linguistik modern yang melahirkan tokoh-tokoh lingusitik dengan karyanya pula selalu membahas tentang kelas kata. Terkait dengan konsep kelas kata tidak dapat dipungkiri terdapat banyak sekali pandangan mengenai penggolangan kata, hal tersebut disebabkan perbedaan paradigma atau sudut pandang yang dilakukan oleh para ahli bahasa tersebut. Adapun tokoh-tokoh linguistik yang membahas tentang kelas kata sebagai dasar pembagian kelas kata pada zaman 14 linguistik klasik antara lain; Plato, Aristoteles, Stoik (300 SM), Dyonysius Thrax (100 SM), Varro (116-27 SM), Donatus (350 M), Priscianus (512560 M). Dan pada perkembangan linguistik modern, muncul juga tokohtokoh bahasa yang menggolongkan kelas kata bahasa Indonesia dengan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti: Raja Ali Haji (1857 dan 1859), Anton M. Moeliono (1967), Gorys Keraf (1969) M. Ramlan (1985). Lebih lanjut, kelas kata berdasarkan karya Harimurti Kridalaksana (1994) yang berjudul kelas kata dalam bahasa Indonesia mennggolongkan kelas kata sebagai berikut:1)Verba, 2)Ajektiva, 3)Nomina, 4)Pronomina, 5)Numeralia, 6)Adverbia, 7)Interogativa, 8)Demonstrativa, 9)Artikula, 10)Preposisi, 11)Konjungsi, 12)Kategori Fatis dan 13)Interjeksi. Berbeda dengan Hasan Alwi (2010) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia lebih padat dalam menggolongkan kelas kata menjadi 7 kelas kata, yaitu; 1)Verba, 2)Adjektiva, 3)Adverbia, 4)Nomina, 5)Pronomina, 6)Numeralia dan 7)Kata Tugas. Selanjutnya, para linguistik modern sekarang mengklasifikasikan kelas kata dalam beberapa jenis. Menurut Chaer (2009:48) menyatakan bahwa dalam kajian kebahasaan kelas kata dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu kelas kata terbuka dan kelas kata tertutup. Kelas kata terbuka adalah kelas kata yang dapat berkembang dan bertambah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan. Kelas kata yang termasuk kelas kata terbuka antara lain nomina (kata benda), verba (kata kerja), dan adjektifa (kata sifat), anggota ketiga kelas kata tersebut 15 dapat bertambah berdasarkan proses morfologis tertentu yang memungkinkan kata tersebut dibentuk dari kelas kata yang lain, atau juga dapat dibentuk dengan proses penyerapan dari bahasa lain. Sedangkan kelas kata tertutup adalah jenis kelas kata yang jumlah anggotanya terbatas dan tidak memungkinkan untuk bertambah dan berkurang, sehingga anggota kelas kata tersebut selalu tetap. Adapun kategori kelas kata yang termasuk dalam kelas tertutup antara lain; adverbia (kata keterangan), preposisi (kata depan), interogatifa (kata tanya), pronomina persona (kata ganti orang), kata-kata fatis, dan partikel penegas. Lain halnya dengan Parera (2009:48) yang mengklasifikasikan jenis kelas kata berdasarkan komponen makna yang dimiliki kata tersebut. kelas kata terbagi menjadi dua bagian yaitu kelas kata penuh (full word) dan kelas kata fungsional (fungsional word). Kelas kata penuh (full word) adalah kelas kata yang sudah memiliki makna dengan sendirinya meskipun masih berdiri sendiri, dan umumnya kata-kata yang tergolong jenis ini memiliki makna yang stabil/masih saling terkait ketika dilihat dalam kamus. Kelas kata yang termasuk jenis ini yaitu nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektifa (kata sifat). Sedangkan kelas kata fungsional (fungtional word) adalah jenis kata yang belum memiliki makna sebelum digunakan dalam struktur yang lebih besar (frasa, klausa maupun kalimat). Kelas kata yang termasuk anggota jenis kelas kata fungsional yaitu katakata yang berkategori adverbia (kata keterangan), preposisi (kata depan), dan konjungsi (kata penghubung). 16 Selanjutnya, kelas kata dalam bahasa Arab pertama kali dilakukan oleh para pakar bahasa Arab klasik yaitu Sibawaih (1316 H : 3) pada abad ke-18 dalam karyanya al-kitāb yang mengolongkan kelas kata menjadi tiga bagian utama, yaitu; kelas kata isim (kata benda), kelas kata fi’il (kata kerja) dan kelas kata charf (partikel). Penggolongan kelas kata yang berbeda dengan bahasa-bahasa lain inilah yang menjadi perhatian khusus bagi pakar bahasa, sehingga muncul beberapa ahli bahasa yang berusaha membuat penggolongan kelas kata dalam bahasa Arab yang lebih mudah dan lebih familier bagi masyarakat non Arab. Hairuddin (2011:4) menyebutkan bahwa Seorang linguis Barat yang bernama Thomas Ervenius pada tahun 1636 dengan karyanya yang berjudul Gramatica Arabica yang mencoba memetakan gramatikal Arab dengan model gramatikal Latin, dan karya inilah yang akhirnya menjadi batu lompatan pertama kali kajian gramatika Arab di dunia Barat. Selanjutnya tahun 1810 sampai 2005 mulai bermunculan linguis barat yang mendalamai gramatika Arab, antar lain; Sivestre De Sacy (1810) dengan karyanya Grammar of the Arabic Languange, Wright (1874) berjudul A Grammar of the Arabic Language, Clive Holes (1995) dengan karyanya yang berjudul Modern Arabic:Structure, fungtions, and Varieties, Adrian Guly (2004) dengan karyanya yang berjudul Modern Written Arabic (2004), Karin C (2005) dengan karyanya Modern standard arabic pada tahun 2005. 17 Begitu juga dengan para pakar linguis Arab modern secara berangsur-angsur juga mulai mengkaji lebih dalam gramatika Arab dengan menggunakan analisis linguistik modern yang lebih sistematis, seperti Tammam Hassan dan A.Shohib Kaironi. Maka untuk mengetahui lebih detai bagaimana kelas kata dalam bahasa Arab dibawah ini akan dipaparkan penggolongan kelas kata bahasa Arab. A. Tammam Hassan Dalam karyanya yang berjudul Al-Khulāshah Al-Nahwiyah (2009:40) Tammam Hassan memberikan pemetaan baru dalam gramatikal Arab. Tammam Hassan menggunakan analisis linguistik umum dalam pembahasan gramatikal Arab, begitu pula dalam melakukan penggolongan kelas kata. Kelas kata dalam hal ini tidak lagi terbagi menjadi tiga bagian namun menjadi 6 bagian. Pembagian Tammam Hasan didasarkan pada bentuk, fungsi, letak serta proses morfologis dari sebuah kata. Sehingga pembagian kata dalam bahasa Arab menurut Tammam Hasan sebagai berikut; a) ism (nomina), b) fi’il (verba), sifah (adverbia), Dhomīr (pronomina), dzaraf (kata keterangan) dan adah (kata tugas). Lebih khususnya tentang kata tugas Tammam Hassan menjabarkan sebagai berikut; Bahasa arab أَ َداةُ اﻟﺘَـ ْﻮﻛِْﻴ ِﺪ ِ أَ َداةُ ا ِﻹ ْﳚ ﺎب َ Transliterasi Jenis Kata tugas Adāh taukīd Confirmative word fungtion Adāh ījāb Affirmatin word fungtion 18 أَ َداةُ اﻟﻨَ ِﻔﻰ أَ َداةُ ا ِﻹ ْﺳﺘِ ْﻔ َﻬ ِﺎم اﻟﺸ ْﺮ ِط َ ُأَ َداة ِ أَداةُ اﻟﺘَﺤ ِ ﻀْﻴ ﺾ ْ َ ِ اﻟﻌ ْﺮ ض َ ُأَ َداة أَ َداةُ اﻟﺘَ َﻤ ﱢﲎ أَ َداةُ اﻷَ ْﻣ ِﺮ أَ َداةُ اﻟﻨَ ِﻬﻰ أَ َداةُ اﻟﻨﱢ َﺪ ِاء أَ َداةُ اﻟ َﻘ َﺴ ِﻢ ِ أَ َداةُ اﻟﺘَـ َﻌ ﱡﺠ ﺐ أَ َداةُ اﻟﺘَـَﺮ ﱢﺟﻰ ِ ُأَ َداة اﻻ ْﺳﺘِﻐَﺎﺛَِﺔ Adāh nafī Negative word fungtion Adāh istifhām Interrogative word Adāh syarath Condition word fungtion Adāh tahdhīdh Stimulative word fungtion Adāh ‘ardh Expositive word fungtion Adāh tamannī word fungtion of Wish Adāh amr Deinferative word fungtion Adāh nahī Interdictive word fungtion Adāh nidāi Vocative word fungtion Adāh qasam Oath word fungtion Adāh ta’ajjub Surprise word fungtion Adāh tarajjī Solicitative word fungtion Adāh istighātsah Hopefull word fungtion B. A. Shohib Khairani (2008) Shohib Khairani dalam karyanya yang berjudul Audhāhul Manāhij Fī Mu’jam Qowāid al-Lughah al-Arabiyah (2008) membahas gramatika Arab dengan membaginya dalam bagan-bagan yang sistematis. Kelas kata oleh Shohib dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu, ism (nomina), fi’il (verba) dan charf (partikel). Kemudian masing-masing dari tiga kelas kata tersebut memiliki subkategori sebagai berikut; 19 a. Subkategori nomina Jenis nomina Berdasarkan jenis huruf terakhirnya Berdasarkan makna Berdasarkan jumlah Berdasarkan jumlah huruf pembentuk Berdasarkan keta’rifan Berdasarkan gender Berdasarkan deklinasi Bahasa arab ِ ﺼ ْﻮِر ُ ا ْﺳ ُﻢ َﻣ ْﻘ اِ ْﺳ ُﻢ ﳑَْ ُﺪ ْوِد ِ اِ ْﺳ ُﻢ َﻣْﻨـ ُﻘ ْﻮ ص ِ ﺿ ِﻤ ِْﲑ َ ا ْﺳ ُﻢ اِ ْﺳ ُﻢ اﻟﻈﺎﻫﺮ Transliterasi Isim maqshūr Isim mamdūd Isim manqūsh Isim dhamīr Isim dhāhir اﻻﺳﻢ اﳌﻔﺮد اِ ْﺳ ُﻢ اﳌﺜﲎ اﳉﻤﻊ Isim mufrād ﺳﻢ اﺠﻤﻟﺮد Isim istifhām ااﻻﺳﻢ اﳌﺰﻳﺪ اِ ْﺳ ُﻢ اﳌ ْﻌ ِﺮﻓَِﺔ َ ِاِ ْﺳﻢ اﻟﻨَ ِﻜﺮة َ ُ اِ ْﺳ ُﻢ اﳌ َﺬ ﱠﻛ ِﺮ ُ ِاِﺳﻢ اﳌﺆﻧﱠﺚ َُ ُ ْ اﻻﺳﻢ اﳉﺎﻣﺪ Isim kināyah اﻻﺳﻢ اﳌﺸﺘﻖ Isim musytaq Isim mutsanna Jama’ Isim ma’rifah Isim nakirah Isim mudzakkar Isim muannats Isim jāmid b. Subkategori verba Jenis verba Berdasarkan kala Bahasa arab ٍ ﻓِ ْﻌ ٌﻞ َﻣ ﺎض ِ ﻀﺎ ِرِع َ ﻓ ْﻌ ُﻞ اﻟْ ُﻤ Transliterasi Fi’il madhi Fi’il mudhāri’ 20 Berdasarkan ketransitifan Berdasarkan keaktifan Berdasarkan jenis huruf Berdasarkan deklinasi Berdasarkanjumlah huruf ِ اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﻟْ ُﻤﺘَـ َﻌ ﱢﺪى ِ اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﻟْﻼَ ِزُم ِ اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌ ْﻌﻠُ ْﻮُم َ ِ اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌ ْﺠ ُﻬ ْﻮ ُل َ ِ ِ اﻟﺼﺤْﻴ ُﺢ َ اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ ِ اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌ ْﻌﺘَ ُﻞ ُ ِ ِ اﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳉَﺎﻣ ُﺪ ِ ف ُ ﺼﱢﺮ َ َاﻟﻔ ْﻌ ُﻞ اﳌُﺘ ﻓِ ْﻌ ُﻞ ﺛﻼﺛﻰ ﻓِ ْﻌ ُﻞ رﺑﺎﻋﻰ Fi’il muta’addī Fi’il lāzim Fi’il ma’lūm Fi’il majhūl Fi’il shahīh Fi’il mu’tal Fi’il jāmid Fi’il mutasharrif Fi’il tsulātsi Fi’il rubā’i c. Subkategori partikel Partikel dibedakan berdasarkan fungsi masing-masing partikel ketika menyertai sebuah kata, frasa atau kalimat. Oleh karena itu, subkategori partikel didasarkan pada fungsinya sebagai berikut; Bahasa arab Transliterasi Charf nafī Jenis verba Letter of negation ِ ف اﳉﻮ اب ََ ُ َﺣ ْﺮ ف اﻟﺘَـ ْﻔ ِﺴ ِْﲑ ُ َﺣ ْﺮ اﻟﺸ ْﺮ ِط ُ َﺣ ْﺮ َ ف ِ ف اﻟﺘَﺤ ِ ﻀْﻴ ﺾ َو ْ ُ َﺣ ْﺮ اﻟَﺘﻨْ ِﺪ ِْﱘ Charf jawāb Letter of answer Charf tafsīr Letter of interpretation Charf syarath Letter of condition ف اﻟﻨﱠ ِﻔﻰ ُ َﺣ ْﺮ ِ اﻟﻌ ْﺮ ض ُ َﺣ ْﺮ َ ف Charf tahdhīdh Letter of stimulation wa tandīm and regret Charf ‘ardh Letter of exposition 21 ف اﻟﺘَـْﻨﺒِْﻴ ِﻪ ُ َﺣ ْﺮ ﺼ َﺪ ِري ُ َﺣ ْﺮ ْ َف اﳌ ِ ف اﻻ ْﺳﺘِ ْﻘﺒَ ِﺎل ُ َﺣ ْﺮ ف اﻟﺘَـ ْﻮﻛِْﻴ ِﺪ ُ َﺣ ْﺮ Charf tanbīh Letter of premonition Charf mashdar Letter of originality Charf istiqbāl Letter of future Charf taukīd Letter of confirmation Charf tamanni Letter of wish Charf istifhām Letter of interrogation Charf tarajjī wa isyfāqi Letter of solicitation and compassion Charf tasybīhi Letter of similitude Charf shillah Letter of conjuntion Charf ta’līli Letter of causality Charf rad’i Letter of rejection and Charf thalabi Letter of request Charf nidāi Letter of vocative Charf ‘athfi Letter of attractive Charf nashabi Letter of opening Charf jazmi Letter of elision Charf amri Letter of deinferative ﺣﺮف اﻟﻨﱠ ِﻬﻰ Charf nahī Letter of interdiction ﺣﺮف اﳉَﱢﺮ Charf jarr Letter of genitifal ف اﻟﺘَ َﻤ ﱢﲎ ُ َﺣ ْﺮ ف ا ِﻹ ْﺳﺘِ ْﻔ َﻬ ِﺎم ُ َﺣ ْﺮ ف اﻟﺘَـَﺮ ﱢﺟﻰ َو ُ َﺣ ْﺮ ِ اﻻ ْﺷ َﻔ ِ ﺎق ف اﻟﺘَ ْﺸﺒِْﻴ ِﻪ ُ َﺣ ْﺮ ِ ف اﻟﺼﻠﱠِﺔ ُ َﺣ ْﺮ ف اﻟﺘَـ ْﻌﻠِْﻴ ِﻞ ُ َﺣ ْﺮ اﻟﺮْدِع ُ َﺣ ْﺮ َ ف ِ َف اﻟﻄَﻠ ﺐ ُ َﺣ ْﺮ ف اﻟﻨ َﱢﺪ ِاء ُ َﺣ ْﺮ ِ ْف اﻟﻌﻄ ﻒ َ ُ َﺣ ْﺮ ِﺼ ﺐ ُ َﺣ ْﺮ َ َف اﻟﻨ ف اﳉَْﺰِم ُ َﺣ ْﺮ ف اﻷ َْﻣ ِﺮ ُ َﺣ ْﺮ 22 1.7.2 Kategori Verba dalam Bahasa Arab Istilah verba dalam linguistik Arab disebut dengan fi’il, Sibawaih (1316 H :2) mengatakan bahwa fi’il adalah kata yang dibentuk dari perbuatan yang dilakukan oleh benda. Sedangkan el-Dahdah (1991:114) menambahkan bahwa fi’il adalah kata yang dapat memberikan arti dan memiliki kala yang merupakan bagian dari kata tersebut. untuk membedakan dengan kategori kelas lain al-Ghulayaini ( 2010 : 31) menyebutkan ciri-ciri umum verba sebagai berikut: 1. Dapat didahului dengan pertikel ﻗﺪ/qod/ yang memiliki arti sungguh dan kadang-kadang . 2. Dapat didahului dengan pertikel س/sa/ memiliki arti akan yang menunjukkan makna bahwa perbuatan tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat, dan ﺳﻮف/saufa/ memiliki arti akan yang menunjukkan makna bahwa perbuatan tersebut akan dilakukan dalam waktu lama. 3. Menerima partikel subjungtif seperti; أن، ﻟﻦ،ﺣﱴ ّ 4. Menerima partikel jussif seperti ﻻ، ﱂ 5. Dapat disambung dengan at-ta’nis as-sākinah yang menunjukkan bahwa subyek dari verba tersebut adalah perempuan. 6. Menerima nūn taukīd (nūn convirmative) yang berfungsi sebagai penguat dan penegas sebuah perbuatan. 23 7. Dapat disambungkan dengan dhomir rafa’ bārizah muttasilah (pronomina yang berupa ta’). 1.7.3 Kategori Nomina dalam Bahasa Arab Istilah nomina disebut dengan isim dalam linguistik Arab. seperti halnya pengertian nomina pada bahasa Indonesia yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian, isim dalam bahasa Arab juga didefinisikan sebagai kata yang mengacu pada manusia, binatang dan benda seperti pernyataan Sibawai dalam karyanya al-Kitab. ِ ﻂ ٌ ِس َو َﺣﺎﺋ ٌ ﻓَﺎﻻ ْﺳ ُﻢ َر ُﺟ ٌﻞ َو ﻓَـَﺮ Fa ismu rajulun wa farasun wa chāithun Maka isim adalah laki-laki (manusia), kuda (binatang), dan tembok (benda) Selanjutnya al-Gulayaini (2010:29) menyebutkan pengertian isim sebagai kata yang memiliki makna tanpa disertai kala seperti halnya verba. Seperti halnya verba, nomina dalam bahasa Arab memiliki ciri-ciri sebagai berikut; 1. Nomina dapat diberi perfiks al ( )ﺍﻝsebagai tanda denitif. Contoh ﺍﻟﺠﺎﻣﻌﺔ/al-jāmi’atu/ universitas. Perfiks ﺍﻝpada kata ﺍﻟﺠﺎﻣﻌﺔ menunjukkan nomina definitif. 2. Nomina dapat menerima tanda tanwin ( vokal “an-in-un”) pada akhir kata, sebagai tanda indefinitif. Contoh; kata ﻛﺘﺎﺏ/kitābun/. Tanda 24 tanwin berupa vokal un pada kata kitābun menunjukkan nomina indefinitif. 3. Nomina dapat menyertai partikel panggilan (charf nidā). 4. Nomina dapat diakhiri dengan vokal i (kasrah), baik karena dikuasi oleh partikel genetif (charf jarr) ataupun karena penggabungan dua nomina (frasa Idhofi). a. Penguasaan partikel genetif; ﺃَﺣْ َﻤ ُﺪ ﻳَﺮْ ِﺟ ُﻊ ِﻣﻦَ ﺍْﻟ َﻤ ْﺪ َﺭ َﺳ ِﺔ/ahmad yarji’u mina al-madrasati/ ahmad (sedang) pulang dari sekolah. Kata almadrasati merupakan nomina dengan ditandai dengan perfiks al, selain itu tanda nomina dari kata al-madrasati adalah diakhiri dengan vokal i (kasrah), kasus ini disebabkan penguasaan dari partikel genetif berupa min. b. Penggabungan yang menyebabkan kasus genetifasi juga menjadi ciri dari nomina, seperti frasa ِﻛﺘَﺎﺏُ ﺍْﻟ ِﻔﻘْ ِﻪ/kitābul al-fiqhi/ buku fiqih. Kata al-fiqhi merupakan nomina dengan tanda perfiks al, selain itu juga karena di akhiri dengan vokal i disebabkan oleh aneksasi atau idhāfah. 5. Nomina dapat didahului oleh nomina demonstratif. Contoh; ٌِﺗ ْﻠﻚَ َﺷ َﺠ َﺮﺓ /tilka syajaratun/ itu pohon. Kata syajaratun merupakan nomina dengan tanda tanwin dan didahului dengan nomina demostratif berupa kata tilka. 6. Nomina dapat diakhiri dengan pemberian sufiks ta marbūthah ( )ﺓyang menunjukkan nomina feminis. Contoh; ﻋﺎﺋﺸﺔ/’āisyatu/ 25 1.7.4 Analisis Semantik dan Sintaksis Sintaksis berasal dari bahasa yunani kuno syn-, yang memiliki arti bersama, dan táxis yang memiliki arti pengaturan. Kemudian dijabarkan bahwa sintaksis adalah ilmu mengenai prinsip dan pengaturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain itu kata sintaksis merujuk pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun. Definis tentang sintaksis telah dijabarkan dengan berbagai ragam oleh para linguis, sintaksis sebagai tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan (Verhar,2006:161). Selanjutnya diperkuat dengan Soeparno (2002:24) bahwa sintaksis adalah subdisiplin linguistik yang menelaah struktur bahasa dari tatanan frasa sampai dengan kalimat. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah suatu kajian dalam linguistik yang berhubungan dengan kajian struktur tentang kata, frasa, klausa dan kalimat. Adapun istilah semantik juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata sema yang artinya tanda atau lambang (sign). Semantik dipaparkan sebagai cabang sistemik bahasa yang menyelidiki makna dan arti (Verhar,1993:9). Jadi semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung dalam bahasa baik itu kata, frasa, klausa maupun kalimat. Berbeda dengan sintaksis yang memandang wujud kata, frasa, klausa dan kalimat dari sisi strukturnya, semantik memandang kata 26 sebagai sistem makna. Inilah yang menjadi ciri semantik yaitu memandang kata-kata dalam suatu bahasa sebagi suatu wadah yang mengandung komponen makna (cahyono, 1995:2007). Menurut Soeparno (2002:106) semantik dibagi menjadi dua macam, semantik leksikal dan semantik gramatikal. Semantik leksikal adalah kajian semantik yang memfokuskan kajiannya terhadap makna leksikon itu sendiri, bukan makna suatu unsur gramatik. Sedangakan semantik gramatikal adalah kajian semantik yang memfokuskan kajiannya terhadap makna dalam struktur gramatikal. 1.8 Metode Penelitian Untuk pembahasan masalah-masalah yang tercantum dalam rumusan masalah di atas, maka diperlukan data kebahasaan serta analisis data yang relevan. selanjutnya, agar hasil penelitian sesuai dengan tujuan serta bermanfaat keberadaannya, maka dalam penelitian ini akan ditempuh tiga tahapan strategis, yaitu (1) tahapan pengumpulan data, (2) tahapan analisis data dan, (3) tahapan penyajian hasil analisis data (Sudaryanto:1992:57). 1.8.1 Bentuk penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bahasa secara sinkronis yaitu penelitian bahasa yang dilakukan dengan mengamati fenomena dalam kurun waktu tertentu (mahsun, 2006:84), sehingga penelitian ini bersifat deskriptif (discriptif research) yaitu jenis penelitian yang 27 dilakukan berdasarkan fenomena yang terdapat pada data. Sedangkan dilihat dari sumber datanya, penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research). 1.8.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data yang bersifat kualitatif yaitu berupa data tulis yang berupa kata, frasa, klausa maupun kalimat berbahasa Arab. adapun sumber data yang menjadi objek sasaran penelitian diambil dari data tulis sebagai berikut: (1). Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung kata tugas yang berlaku pada nomina dan verba. (2). Mu’jam adawat nachwiyah karya Nabil Zoheiry yang berisi kumpulan kata-kata tugas dalam bahasa Arab. (3). Mu’jam al-Wafi Fi Adawat an-Nachwi al-Arabi karya Ali Taufik Hamad dan Yusuf Jamil Ya’bi (4) Mu’jam al-Adawāt an-Nachwiyah karya Syauqi al-Ma’ri Dan untuk menyempurnakan penelitian data tentang contoh-contoh KTVN selain data yang didalam al-Qur’an juga data berupa kalimat yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dan di ujikan kepada native speaker asli (orang arab) serta ahli bahasa Arab. 28 1.8.3 Metode Pengumpulan Data Tahapan pertama yang paling penting dalam penelitian adalah tahapan bagaimana peneliti memperoleh dan mengumpulkan data. Tahapan ini adalah dasar dari peneliti untuk menuju tahapan analisis data, maka pemilihan metodenya harus dilakukan secara tepat agar data yang terkumpul sesuai dengan tujuan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik sadap sebagai sebagai teknik dasar kemudian teknik bebas libat cakap dan catat sebagai teknik lanjutan. Metode simak dengan teknik sadap digunakan karena data penelitian adalah data tertulis berupa teks berbahasa Arab pada karya yang telah tersebut diatas. Selanjutnya dilanjutkan dengan teknis bebas libat cakap, artinya peneliti hanya berperan sebagai pengamat dalam melakukan penyadapan , lalu teknik bebas libat cakap digandengkan dengan teknik catat untuk mencatat bentuk-bentuk kata tugas yang termuat dalam data. 1.8.4 Metode analisis Data Tahapan selanjutnya setelah tahapan pengumpulan data adalah tahapan analisis data. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian diperoleh, penemuan kaidah-kaidah inilah yang merupakan inti dari aktifitas ilmiyah (Mahsun, 2006:111). Dan 29 lebih lanjut Aini (2007:122) menyatakan bahwa tahapan analisis data merupakan satu rangkaian kegiatan penelitian yang amat penting, karena melalui kegiatan ini data atau informasi yang dikumpulkan menjadi lebih bermakna. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa bentuk penelitian ini berupa penelitian kualitatif karena data bukan berupa angka melainkan fenomena atau perilaku yang disajikan dalam bentuk uraian, maka penelitian ini menggunakan analisis dengan pendekatan kualitatif. Denzin san Lincoln (1994) menyebutkan bahwa khusus untuk penelitian kualitatif pendekatan analisisnya dapat menggunakan model interaktif seperti bagan dibawah ini; Data collection Data display Data reduction Conclusion; drawing/verifying Berpijak pada bagan diatas, maka langkah-langkah analisis data pada penelitian ini sebagai berikut; a. Pengumpulan dan pengecekan data dari sumber data. 30 b. Reduksi data, yaitu pemilihan data anatara data yang relevan dan yang tidak relevan. Selanjutnya data yang relevan akan dianalisis dan yang tidak relevan disisihkan. c. Penyajian data yang meliputi; 1) identifikasi, 2) klasifikasi, 3) penyusunan, 4) penjelasan data secara sistematis, objektif dan menyeluruh. 5) pemaknaan. d. Dan yang terakhir yaitu penyimpulan yaitu menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan kategori dan makna yang ditemukan ketika analisis data. Selanjutnya untuk mempertajam analisis data, perlu penggunaan teknik dalam menganalisis data-data yang telah terkumpul, tenik yang digunakan antara lain; teknik ganti, lesap, sisip dan perluasan. Teknik ganti digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan pengganti. Sedangkan teknik lesap digunakan untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Kemudian teknik sisip adalah teknik analisis data dengan cara menyisipkan satuan kebahasaan lain diantara konstruksi yang dianalisis. Kegunaan teknik ini untuk mengetahui kadar keeratan satuan-satuan kebahasaan yang dipisahkan oleh penyisip (Sudaryanto:1993:66). Yang terakhir analisis data dengan teknik perluasan yaitu memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu. Teknik perluas ini 31 digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan satuan kebahasaan tertentu (Sudaryanto:1993:55). 1.8.5 Metode Penyajian Hasil Penyajian hasil analisis data merupakan tahap akhir dari rangkaian penelitian yang dimunculkan berupa kaedah-kaedah hasil. Menurut Sudaryanto (1993:145) bahwa pengajian hasil analisis data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu formal dan informal. Metode penyajian formal berupa perumusan kaidah-kaidah melalui tandatanda dan lambang-lambang, sedangkan metode penyajian non formal berupa pe ndeskripsian dengan menggunakan kata-kata biasa. Hasil analisis penelitian ini menggunakan dua metode tersebut informal dan formal. 1.9 Sistematika Penulisan Hasil penelitian tentang kata tugas yang berlaku pada nomina dan verba ini disajikan secara detail dalam lima bab sebagai berikut; a. BAB I berupa pendahuluan yang memuat didalamnya latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik teoritis maupun praktis, tinjauan pustaka, landasan teori-teori yang berupa konsep kelas kata dalam bahasa Arab dan analisis semantik dan sintaksi, 32 metode penelitian yang terdiri dari metode pengumpulan, metode analisis dan metode penyajian hasil penelitian. b. BAB II berupa pembahasan tentang gambaran umum kata tugas dalam bahasa Arab c. BAB III pembahasan wujud dan makna-makna yang menandai kata tugas yang menyertai verba dan nomina. d. BAB IV pembahasan mengenai perilaku sintaksis kata tugas yang menyertai verba dan nomina. e. BAB V berisi penutup berupa kesimpulan dan saran, serta daftar pustaka