3 TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat (BAL)

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat menghasilkan sejumlah besar asam laktat sebagai hasil
akhir dari metabolisme gula (karbohidrat). Dua kelompok kecil mikroorganisme
dikenal dari kelompok ini yaitu bakteri yang bersifat homofermentatif dan
heterofermentatif. Jenis homofermentatif yang terpenting menghasilkan hanya asam
laktat dari metabolisme gula, sedang jenis heterofermentatif menghasilkan
karbondioksida dan sedikit asam-asam volatil lain, alkohol dan ester disamping asam
laktat. Bakteri asam laktat terdiri atas famili Lactobacillaceae, yaitu Lactobacillus,
dan famili Streptococcaceae, terutama Leuconostoc, Streptococcus dan Pediococcus.
Streptococcus,
Pediococcus
dan
beberapa
spesies
Lactobacillus
bersifat
homofermentatif, sedangkan Leuconostoc dan spesies Lactobacillus lain bersifat
heterofermentatif (Winarno, 1989).
Beberapa jenis yang penting dari kelompok bakteri asam laktat yaitu :
Lactobacillus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus plantarum. Bakteri ini
berbentuk batang, Gram positif dan sering membentuk pasangan dan rantai yang
terdiri atas sel-sel. Spesies Lactobacillus umumnya lebih tahan pada keadaan asam
daripada jenis-jenis Pediococcus atau Streptococcus dan menjadi lebih banyak
terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Lactobacillus Sp
penting sekali dalam fermentasi susu dan sayuran (Buckle et al., 1987).
Pengolahan pangan dan pakan menggunakan BAL adalah teknologi yang
sejak dulu digunakan untuk meningkatkan kandungan obat dan anti penyakit serta
mencegah kebusukan dan perjangkitan penyakit yang disebabkan bakteri patogen
(Elegado et al., 2004). Bakteri asam laktat (BAL) banyak terdapat sebagai
kontaminan alami pada beberapa jenis bahan mentah dan makanan dengan
pengolahan minimal. BAL telah digunakan selama berabad-abad sebagai pengawet
makanan utama melalui pengasaman fermentatif dengan asam laktat. Kebiasaan
penggunaan BAL sebagai bakteri kultur starter dalam fermentasi dan kultur makanan
menjadikan BAL sebagai mikroorganisme yang tidak berbahaya dan secara umum
dikenal aman (GRAS atau generally-recognized-as-save). BAL juga menghasilkan
substansi antimikroba lain seperti bakteriosin, hydrogen peroksida dan diasetil
(Garver dan Muriana, 1993).
3
Lactobacillus plantarum
L. plantarum merupakan Lactobacilli yang bersifat homofermentatif dan
mempunyai suhu optimum pertumbuhan yang lebih rendah (37 oC) dari BAL
heterofermentatif (Winarno, 1989). Bakteri ini memiliki sifat katalase negatif, aerob
atau fakultatif anaerob, mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak
mereduksi nitrat, toleran terhadap asam dan mampu memproduksi asam laktat. L.
plantarum membentuk koloni berukuran 2-3 mm, berwarna putih tidak tembus
cahaya, cembung dan dikenal sebagai bakteri pembentuk asam laktat (Kuswanto dan
Sudarmadji, 1988).
L. plantarum mampu merombak senyawa kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana dengan hasil akhir yaitu asam laktat. Menurut Buckle et al. (1987),
asam laktat dapat menghasilkan pH yang rendah pada substrat sehingga
menimbulkan suasana asam. L. plantarum dapat meningkatkan keasaman sebesar 1,5
sampai 2,0% pada substrat. L. plantarum memiliki kemampuan untuk menghambat
bakteri patogen dan bakteri pembusuk, dalam keadaan asam.
Galur Lactobacillus plantarum 1A5, 1B1, 2B2, dan 2C12
L. plantarum 1A5 merupakan isolat bakteri asam laktat kelima dari daging
sapi yang berasal dari pasar Anyar Bogor umur sembilan jam postmortem pada suhu
ruang (Arief, 2005). L. plantarum 1B1 dan 2B2 diperoleh dari daging sapi yang
berasal dari pasar Cibereum. L. plantarum1B1 adalah isolat BAL pertama dari
daging sapi dengan masa penyimpanan 12 jam, sedangkan 2B2 merupakan isolat
BAL kedua dari daging sapi dengan masa penyimpanan 34 jam. L. plantarum 2C12
merupakan isolat keduabelas yang diperoleh dari daging sapi asal pasar Ciampea
dengan masa penyimpanan 34 jam (Wijayanto, 2009).
Menurut Firmansyah (2009) L. plantarum 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12 adalah
bakteri dengan bentuk batang (basil) dengan susunan tunggal atau pendek, memiliki
karakteristik katalase negatif dan merupakan bakteri Gram positif. Kelima isolat
tersebut mampu bertahan pada kondisi media tumbuh mengandung NaCl 6,5%.
Isolat 1B1, 2B2 dan 2C12 dapat tumbuh pada suhu 15 oC dan dapat tumbuh dengan
baik pada suhu 37 dan 45 oC. L. plantarum 1A5 mampu tumbuh dengan baik pada 15
o
C dan sangat baik tumbuh pada suhu 37 dan 45 oC. Bakteri ini masih termasuk
bakteri mesofilik namun pada suhu rendah pertumbuhan bakteri lebih baik karena
4
mudah beradaptasi. L. plantarum 1B1 dan 1A5 merupakan bakteri yang paling tahan
terhadap asam kuat dan garam empedu (Wijayanto, 2009). 1B1 lebih sensitif
terhadap kloramfenikol daripada antibiotik amoksilin, sedangkan 1A5 lebih mampu
tumbuh
pada
media
yang
mengandung
amoksilin
dibandingkan
dengan
menggunakan kloramfenikol (Firmansyah, 2009).
L. plantarum 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12 merupakan galur yang tahan pada
kondisi usus (pH 7,2) dan mampu bertahan hidup dengan baik pada pH 2. Isolat BAL
1A5 dan 1B1 memiliki toleransi yang tinggi terhadap garam empedu dan mampu
bertahan terhadap kondisi yang menekan, memiliki morfologi berbentuk batang,
susunan tunggal maupun rantai pendek dan berpotensi sebagai kandidat probiotik
(Wijayanto, 2009). Substrat antimokroba isolat 1A5 dan 1B1 dapat menghambat
Staphylococcus aureus, S. Typhimurium dan E. coli (Permanasari, 2008).
Arief et al. (2008) melaporkan bahwa suatu senyawa antimikroba diproduksi
bakteri asam laktat Lactobacillus sp. 2C12 yang diisolasi dari daging sapi lokal.
Senyawa antimikroba tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen E.
coli, S. Typhimurium dan S. aureus. Senyawa antimikroba yang diproduksi
Lactobacillus sp. 2C12 mengandung bakteriosin. Menurut Widiasih (2008) L.
plantarum 2C12 berbentuk bulat, susunan tunggal dan berrantai pendek.
Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Bakteri dibedakan atas dua kelompok berdasarkan komposisi dinding sel
serta sifat pewarnaan, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Selain
perbedaan dalam sifat pewarnaan, bakteri Gram positif dan Gram negatif juga
berbeda dalam sensitivitas terhadap kerusakan mekanis atau fisis, terhadap enzim,
desinfektan dan antibiotik. Beberapa perbedaan sifat-sifat bakteri Gram positif dan
Gram negatif dapat dilihat pada Tabel 1. Bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap
penisilin, tetapi lebih tahan terhadap perlakuan fisik atau enzim dibandingkan bakteri
Gram negatif. Bakteri Gram negatif lebih sensitif terhadap antibiotik seperti
streptomisin. Bakteri Gram negatif bersifat lebih konstan terhadap reaksi pewarnaan,
tetapi sifat pewarnaan bakteri Gram positif sering berubah sehingga menunjukkan
reaksi gram variabel (Winarno, 1989).
5
Tabel 1. Perbedaan Relatif Sifat Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Sifat
Perbedaan Relatif
Bakteri Gram Positif
Bakteri Gram Negatif
Komposisi dinding sel
Kandungan lipid rendah Kandungan lipid tinggi
(1-4%)
(11-12%)
Ketahanan
terhadap Lebih sensitif
Lebih tahan
antibiotic
Penghambatan oleh
Lebih dihambat
Kurang dihambat
pewarna basa
Kebutuhan nutrient
Kebanyakan spesies relatif Relatif sederhana
kompleks
Ketahanan
Lebih tahan
Kurang tahan
terhadap perlakuan fisik
Sumber : Winarno (1989)
Bakteri Patogen
Bakteri patogen adalah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit. Bakteri
tertentu dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Beberapa jenis penyakit tersebut
dapat dipindahkan lewat pangan, di antaranya keracunan makanan, kolera dan tifus
(Gaman dan Sherrington, 1992).
Escherichia coli
E. coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan manusia dan hewan.
Bakteri ini adalah Gram negatif, bergerak, berbentuk batang, bersifat fakultatif
anaerob dan termasuk golongan Enterobacteriaceae. Suatu serotype tertentu bersifat
enteropathogenik dan dikenal sebagai penyebab diare pada bayi. Beberapa galur lain
juga sebagai penyebab diare pada orang dewasa (Buckle et al., 1987). E. coli dapat
tumbuh optimum pada pH 7,0-7,5 dengan pH minimum 4 dan pH maksimum 8,5.
Bakteri ini sensitif terhadap panas dan pada makanan yang mengalami pemanasan.
Suhu optimum pertumbuhan adalah 37 oC dengan kisaran suhu 10-40 oC (Frazier dan
Westhoff, 1988).
Enteropatogenik E. coli (EPEC) merupakan mikroba penting penyebab diare
pada bayi, terutama pada tempat dengan sanitasi rendah. Mereka menular secara
langsung atau tidak langsung melalui manusia. Beberapa serotype dilibatkan pada
perjangkitan penyakit melalui makanan dan air di beberapa negara. EPEC memiliki
kemampuan untuk melakukan kontak fisik dengan sel epitel usus dan menyebabkan
luka. Enterotoksigenik E. coli (ETEC) merupakan penyebab utama diare pada
musafir, juga pada bayi di beberapa Negara dengan sanitasi yang kurang. Patogen ini
6
menghasilkan faktor perlawanan, labil dan stabil terhadap panas, dan menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan penyakit. Enteroinvasive E. coli (EIEC) diketahui
menyebabkan disentri yang mirip penyakit shigellosis. Enterohemorrhagic E. coli
(EHEC) dikenal sebagai penyebab diare berdarah (hemoragic colitis) dan hemoragic
uremic syndrome (HUS) pada manusia (Ray, 2003).
Salmonella typhimurium
Salmonella adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang bergerak dan
mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob. Salmonella termasuk
kelompok bakteri Enterobacteriaceae. 2000 tipe Salmonella telah dibedakan secara
serologis dan diberi nama khusus, seperti Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi
penyebab demam tipus. Penyakit tipus dapat mengakibatkan tingkat kematian sekitar
10%. Bakteri-bakteri ini sangat infektif karena hanya dengan sejumlah kurang dari
100 sel, cukup untuk menimbulkan penyakit (Buckle et al., 1987).
Salmonella merupakan bakteri yang tidak membentuk spora dan dapat
memfermentasi glukosa dan biasa disertai dengan pembentukan gas tetapi tidak
memfermentasikan laktosa maupun sukrosa (Frazier dan Westhoff, 1988).
Salmonella sp. dapat tumbuh pada kisaran suhu antara 5 oC hingga 45-47 oC dengan
suhu optimum 35-37 oC. Salmonella sp. tumbuh pada tingkat keasamaan antara 4,55,4 dengan pH optimumnya sekitar 7 dan aw minimum 0,94. Nilai pH minimum
bervariasi tergantung pada suhu inkubasi, komposisi media, a w dan jumlah sel. Pada
pH kurang dari 4,0 dan lebih dari 9,0, Salmonella akan mati secara perlahan.
Salmonella sering terdapat pada daging dan jerohan, terutama pada unggas. Telur itik
sering kali mengandung bakteri dan telur ayam mempunyai bakteri pada kulitnya.
Susu segar dari sapi pembawa Salmonella dapat mengandung organisme hidup,
tetapi akan mati selama pasteurisasi (Gaman dan Sherrington, 1992).
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas adalah bakteri patogen gram negatif berbentuk batang kecil dan
dapat bergerak, umumya berflagella polar tunggal dan mempunyai tipe metabolisme
yang bersifat oksidatif. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan
bahan pangan yang sebagian besar berhubungan dengan kemampuan spesies ini
dalam memproduksi enzim yang dapat memecah baik komponen lemak maupun
7
protein dari bahan pangan (Buckle et al., 1987). Sifat-sifat Pseudomonas yang
penting mempengaruhi pertumbuhannya pada makanan menurut Fardiaz (1992)
sebagai berikut :
1. umumnya mendapatkan sumber karbon dari senyawa yang bukan
karbohidrat;
2. dapat menggunakan senyawa-senyawa sumber nitrogen sederhana;
3. kebanyakan spesies tumbuh baik pada suhu rendah, kecuali P. aeruginosa
dan P. fluorescens yang dapat tumbuh pada suhu 37 oC;
4. memproduksi senyawa-senyawa yang menimbulkan bau busuk;
5. dapat mensintesis faktor-faktor pertumbuhan dan vitamin;
6. beberapa spesies bersifat proteolitik dan lipolitik, atau pektinolitik;
7. pertumbuhan pada kondisi aerobik berjalan cepat, biasanya membentuk
lendir;
8. beberapa
spesies
memproduksi
pigmen,
misalnya
P.
fluorescens
memproduksi pigmen flouresein yang bersifat fluorosens dan larut dalam air,
P. nigrifaciens memproduksi pigmen hitam, dan P. aeruginosa memproduksi
pigmen piosianin yang berwarna biru;
9. kebanyakan Pseudomonas, kecuali P. syringe, bersifat oksidase positif yang
akan membentuk warna biru jika ditambah senyawa dimetil-p-fenilenediamin
dihidrokhlorida;
10. tidak tahan terhadap panas dan keadaan kering, oleh karena itu mudah
dibunuh dengan proses pemanasan dan pengeringan.
P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang lurus atau
lengkung, berukuran sekitar 0,6 x 2 μm, ditemukan tunggal, berpasangan, dan
kadang-kadang membentuk rantai pendek, tidak mempunyai spora, tidak mempunyai
selubung dan mempunyai flagel (Madigan et al., 2003). Namun bakteri ini kadangkadang memiliki dua atau tiga flagel sehingga selalu bergerak. P. aeruginosa
merupakan bakteri aerob yang dapat tumbuh dengan mudah pada banyak jenis media
pembiakan, karena memiliki kebutuhan nutrisi yang sangat sederhana (Todar, 2004).
Habitat P. aeruginosa dapat ditemukan pada tanah dan air. P. aeruginosa
dapat dijumpai pada daerah lembab pada kulit dan dapat membentuk koloni pada
saluran pernafasan bagian atas pada pasien-pasien di rumah sakit. Kontaminasi P.
8
aeruginosa di lingkungan rumah sakit dapat ditemukan pada alat-alat kesehatan, alat
bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air dan kain pel. Infeksi P.
aeruginosa terjadi pada orang yang memiliki ketahanan tubuh yang menurun, yaitu
pada penderita luka bakar, orang yang sakit berat, penderita penyakit metabolik atau
mereka pasien yang sebelumnya menggunakan alat-alat bantu kedokteran (Todar,
2004).
Komponen Antimikrob
Makanan mungkin mengandung komponen yang dapat menghambat
pertumbuhan jasad renik. Komponen antimikroba tersebut terdapat di dalam
makanan melalui beberapa cara yaitu : (1) terdapat secara alamiah di dalam bahan
pangan, (2) ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, (3) terbentuk selama
pengolahan atau oleh jasad renik yang tumbuh selama fermentasi makanan.
Komponen antimikroba yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan, misalnya
laktenin dan faktor antikoliform di dalam susu, lisozim di dalam putih telur, dan
asam benzoat di dalam buah tertentu (cranberries). Beberapa komponen antimikroba
mungkin ditambahkan secara sengaja dalam pengolahan, misalnya asam benzoat di
dalam sari buah dan jeli, asam propionat di dalam roti dan keju, asam sorbet di dalam
keju dan produk buah-buahan. Jasad renik yang tumbuh pada makanan mungkin
memproduksi komponen yang menghambat jasad renik lain, misalnya asam, alkohol,
peroksida dan antibiotik (Winarno, 1989).
Komponen kimia yang bersifat membunuh jasad renik disebut mempunyai
sifat bakterisidal (membunuh bakteri) atau fungisidal (membunuh fungi). Beberapa
komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi
hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu yang terdapat pada
rempah-rempah. Komponen tersebut disebut mempunyai sifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri) atau fungistatik (menghambat pertumbuhan
fungi). Komponen kimia yang bersifat membunuh lebih baik dari pada yang hanya
bersifat menghambat (Winarno, 1989).
Pertahanan beberapa makanan melawan serangan mikroorganisme harusnya
terdapat dalam pembentukan substansi tertentu secara alami yang menunjukkan
aktivitas antimikroba. Beberapa spesies diketahui menghasilkan minyak esensial
yang memiliki aktivitas antimikrob. Contohnya eugenol dalam cengkeh, allicin
9
dalam bawang putih, sinnamic aldehid dan eugenol dalam kayu manis, allil
isotiosianat dalam mustard, eugenol dan timol dalam oregano. Susu sapi terdiri atas
beberapa substansi antimikrob, termasuk laktoferin, konglutinin, dan sistem
laktoperoksidase. Telur terdiri atas lisozim yang merupakan antimikrob yang efisien
pada telur segar. Asam hidroksisinamik buatan (p-coumaric, ferulic, caffeic, dan
asam klorogeni) ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, teh dan molases yang
semuanya menunjukkan aktivitas antibakteri dan beberapa antifungi (Jay, 2000).
Kekuatan penghambatan suatu senyawa antimikrob dapat dikategorikan berdasarkan
panjang diameter zona hambat yang terbentuk pada uji difusi sumur. Kategori
penghambatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Penghambatan Antimikrob Berdasarkan Diameter Zona Hambat
Diameter Zona Hambat
Kategori Penghambatan
0-3 mm
Lemah
3-6 mm
Sedang
>6 mm
Kuat
Sumber : Pan et al. (2009)
Bakteriosin
BAL diteliti, terutama sekali mengenai produksi bakteriosinnya yang dapat
meminimalkan atau mengganti penggunaan pengawet kimia berbahaya bagi
kesehatan manusia dan hewan. Bakteriosin adalah protein antimikrob yang dapat
digunakan sebagai pengawet (Elegado et al., 2004). Bakteriosin adalah kelompok
bioaktif peptida yang diproduksi oleh banyak galur bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif. Bakteriosin juga diproduksi banyak strain dari bakteri asam laktat dan
beberapa bakteri asam propionat. Bakteriosin memiliki kepentingan khusus dalam
mikrobiologi pangan karena kemampuan dalam memberikan efek bakterisidal secara
normal terhadap bakteri patogen Gram positif dan bakterisidal terhadap bakteri Gram
negatif pada kondisi di bawah tekanan. Bakteriosin dari bakteri asam laktat bersifat
bakterisidal terhadap sel sensitif dan membunuh dengan sangat cepat pada
konsentrasi rendah. Bakteri Gram negatif menjadi sensitif terhadap bakteriosin jika
struktur permukaan lipopolisakaridanya dilemahkan dengan cara pemberian tekanan
fisik dan kimia. Efek bakterisidal dari bakteriosin dihasilkan dengan merusak
kestabilan fungsi membran sitoplasma. Beberapa bakteriosin dapat menyebabkan
10
lisis pada sel sensitif. Secara kimia, protein bakteriosin disintesis secara ribosomal,
kationik, amphipathik, memiliki struktur α-helik dan β-sheet, atau keduanya, dan
dapat memiliki thioether, jembatan disulfid atau bebas dari kelompok thiol.
Keberadaan struktur amphipathik α-helik menjadikan bakteriosin dapat berinteraksi
dengan fase cair dan lemak ketika berikatan pada permukaan membran sensitif sel
bakteri, dan mengawali fungsinya untuk merusak kestabilan dan membunuh sel
(Ray, 2003).
Bakteriosin
merupakan
peptida
yang
disintesis
secara
ribosomal,
menunjukkan aktivitas antibakteri. Bakteriosin dapat melawan bakteri yang
berhubungan dekat dengan mikroorganisme penghasil. Beberapa bakteriosin dari
bakteri gram positif menunjukkan aktivitas bakterisidal dan memiliki spektrum
penghambatan luas sehingga mungkin bermanfaat sebagai agen antibakteri untuk
berbagai aplikasi (Hata et al., 2010).
Bakteriosin tidak seperti antibiotik. Bakteriosin hanya menghambat spesies
yang berhubungan dekat dan strain bakteri Gram positif. Bakteriosin terdiri dari
protein kecil, dan sebagian besar semi plasma. Hal tersebut menunjukkan bahwa
beberapa spesies dan semua strain bakteri asam laktat memiliki kemampuan untuk
menghasilkan bakteriosin atau komponen seperti bakteriosin (Jay, 2000).
Plantarisin
Plantarisin ASM1 (PASM1) diproduksi L. plantarum A-1. PASM1
menunjukkan kestabilan untuk pemanasan dan batasan yang luas dari kondisi pH,
khususnya pada pH netral dan alkali, dibandingkan dengan nisin A. PASM1
menunjukkan spektrum antibakteri, aktivitas antibakteri melawan bakteri yang
berhubungan dekat dengan mikroorganisme penghasil seperti strain Lactobacillus,
sama seperti bakteriosin yang lain. Penambahan PASM1 ke dalam makanan dapat
menghambat pertumbuhan patogen (Hata et al., 2010). Jenis plantarisin lain seperti
plantarisin MG dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif seperti
Staphilococcus aureus dan juga Gram Negatif seperti E. coli, Pseudomonas, dan S.
typhimurium (Gong et al., 2010).
Galur L. plantarum BS dan bakteriosin semi-purifikasinya telah ditemukan
memiliki potensi penghambatan melawan kontaminasi makanan dan patogen seperti
Bacilli Spp., Enterococci Spp. dan Listeria Spp. Bakteriosin yang dihasilkan L.
11
plantarum BS dapat menghambat 26 spesies bakteri Gram positif dan tiga spesies
bakteri Gram negatif. Namun bakteriosin ini tidak menunjukkan penghambatan
terhadap E. coli dan S. typhimurium (Elegado et al., 2004). Jenis plantarisin lain
yaitu plantarisin S (PLS) merupakan salah satu dari dua bakteriosin yang dihasilkan
L. plantarum LPCO10. Penelitian mengindikasikan bahwa bakteriosin ini terdiri atas
dua peptid berbeda yang memiliki sifat saling melengkapi untuk aktifitas total PLS
(Jimenez-Diaz et al., 1995).
Nilai MIC
Penghambatan mikroba oleh suatu senyawa antimikroba dapat dinyatakan
dalam nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Nilai MIC yaitu konsentrasi
terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba sebanyak 90% dari
inokulum asal selama inkubasi 24 jam (Kubo et al., 1993). Nilai MIC senyawa
antimikrob yang lebih rendah menunjukkan bakteri lebih sensitif terhadap senyawa
tersebut (Naufalin, 2005).
Penentuan nilai MIC substrat antimikroba dilakukan untuk menentukan
besarnya aktivitas zat terhadap bakteri indikator. Spektrum penghambatan ekstrak
supernatan bebas sel L. plantarum 1A5 relatif sempit pada tahap purifikasi parsial
supernatan bebas sel, yaitu mempunyai aktivitas penghambatan yang kuat terhadap
bakteri Gram positif dan lemah terhadap Gram negatif. Nilai MIC terhadap S. aureus
ATCC 25923 ditunjukkan dengan 70% konsentrasi supernatan bebas sel 1A5.
Konsentrasi supernatan bebas sel 1A5 sebesar 70% tersebut dapat menghambat
pertumbuhan bakteri indikator hingga mencapai (4,93 ± 0,9) log cfu/ml selama 24-48
jam masa inkubasi. Nilai Minimum Bactericide Concentration (MBC) supernatan
bebas sel 1A5 ditunjukkan pada konsentrasi sebesar 80% yang dapat membunuh tiga
log cfu/ml S. aureus ATCC 25923 hingga mencapai (3,46 ± 0,6) log cfu/ml selama
24-48 jam masa inkubasi (Syahniar, 2009).
Konsentrasi minimum supernatan bebas sel 2B2 terhadap S. aureus ATCC
25923 yaitu sebesar 70 % dengan pengurangan populasi S. aureus sebanyak 1,67 log
cfu/ml. MBC yaitu kemampuan substrat antimikroba mengurangi bakteri indikator
sebesar 3 log cfu/ ml. MBC terjadi pada konsentrasi supernatan bebas sel 2B2
sebesar 90% (Magdalena, 2009).
12
Download