SURVEI RASA SYUKUR MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Irvan Usman1), Moh. Rizki Djibran2), Mohamad Rizal Pautina3) Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo [email protected], [email protected], [email protected] Abstract The purpose of this research is (1) To know gratitude of student in Gorontalo State University, (2) To know the gratitude of students male and female in Gorontalo State University. This research is a survey with quantitative approach. Gratitude of student in Gorontalo State University is the percentage of 83% (high). The gratitude of male students are in percentage 81% (high), while the percentage of female students gratitude is 85% (high). Indicators of intensity of male students are at a percentage of 80% (high) and female students are in percentage 85% (high), an indicator of frequency of male students are in percentage 64% (medium) and female students are in percentage of 75% (medium), indicators of span of male students are in percentage 87% (high) and female students are in percentage 87% (high), indicators of density of male students are in percentage 84% (high) and female students are in percentage 88% (high). Keywords: Gratitude 1. PENDAHULUAN Dalam menjalani kehidupan ini, seseorang pernah mengalami berbagai macam masalah. Masalah tersebut dapat dirasakan jika kenyataan tidak sesuai dengan keinginan dan harapan. Akibatnya mereka menganggap kondisi tersebut sebagai sesuatu yang sangat menyedihkan ataupun menyakitkan. Tidak sedikit pula dalam hidupnya manusia sering mengeluh atas hidupnya yang dianggap ‘kurang’. Rasa kurang yang dimiliki seringkali mengalahkan kelebihan yang dimilikinya. Menurut Saligman (2005) bahwa di tengah kondisi yang menyedihkan dan menyakitkan serta merasa kurang tersebut, manusia selalu memiliki kesempatan untuk melihat hidup secara lebih positif. Lebih lanjut Saligman mengungkapkan bahwa ada solusi yang dapat ditempuh oleh manusia untuk dapat keluar dari kondisi di atas, salah satunya adalah kebersyukuran. Konsep syukur telah mulai dipelajari secara ilmiah oleh ilmu psikologi, khususnya psikologi positif. Sudah ribuan tahun yang lalu pentingnya syukur telah diakui oleh para filsuf, pemikir agama, dan guru spiritual. Ternyata syukur sangat terkait erat dengan beberapa aspek psikologis dan kesejahteraan fisik. Menurut beberapa penelitian, orang bersyukur memiliki emosi yang lebih positif, kepuasan hidup, vitalitas, optimisme, perasaan menyenangkan, empati, kemurahan hati, dan jarang depresi dan stres. Syukur atau kebersyukuran dalam ilmu psikologi sering disebut dengan istilah gratitude. Penelitian tentang gratitude juga telah banyak dilakukan oleh pakar psikologi di dunia barat. Salah satu tokoh yang banyak meneliti mengenai gratitude adalah Robert A.Emmons dan Michael E.McCullough (Putra, 2014). Konstruk gratitude yang dibangun meliputi thankfulness, gratefulness, dan appreciative (McCullough, Emmons, & Tsang, 2002). Sementara tujuan penelitian yang banyak dilakukan adalah mengenai hubungan antara gratitude dengan variabel lain, khususunya konstruk psikologi positif lain dan perilaku prososial. 2. KAJIAN LITERATUR 2.1 Konsep Dasar Syukur 2.1.1 Pengertian Syukur Syukur atau kebersyukuran dalam bahasa inggris disebut gratitude. Kata gratitude berasal dari bahasa latin yaitu 358 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 gratia yang berarti kelembutan, kebaikan hati atau terima kasih (Pruyser dalam Emmons & McCullough, 2003). Turunan dari istilah Latin ini mengarah kepada pengertian tentang sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh kebaikan, kemurahan hati, keindahan dari memberi dan menerima, atau mendapatkan sesuatu dari yang tidak ada apa-apa (Emmons, 2004). Peterson dan Seligman (2004) mendefinisikan gratitude atau syukur sebagai suatu perasaan terima kasih dan rasa senang atas respon penerimaan hadiah, hadiah itu memberikan manfaat bagi seseorang atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian. Jika dilihat sebagai sifat, bersyukur itu dapat diekspresikan sebagai sebuah terima kasih yang berkelanjutan dan mampu bertahan dalam perjalanan waktu dan situasi. Sebagai sebuah komponen psikologis, kebersyukuran merupakan semacam rasa kagum, penuh rasa terima kasih, dan penghargaan terhadap hidup. Perasaan tersebut dapat ditujukan kepada pihak lain, baik terhadap sesama manusia maupun yang bukan manusia seperti Tuhan, mahluk hidup lain (Emmons & Shelton, 2002). Terdapat banyak definisi dari gratitude atau kebersyukuran ini dalam ranah psikologi. Gratitude sering diartikan sebagai rekognisi positif ketika menerima sesuatu yang menguntungkan, atau nilai tambah yang berhubungan dengan judgment atau penilaian bahwa ada pihak lain yang bertanggung jawab akan nilai tambah tersebut (Emmons, 2004). Menurut Fitzgerald (Emmons, 2004) terdapat tiga perbedaan dalam komponen bersyukur yang meliputi proses dari pengekspresian bersyukur itu sendiri yaitu: a. Komponen pertama yang merupakan proses awal yang dialami oleh seseorang dalam bersyukur adalah dengan memberikan suatu penghargaan yang hangat terhadap sesuatu atau seseorang. Penghargaan yang hangat ini dihasilkan atas apa yang telah didapatkan oleh seseorang dari orang lain sehingga dapat membuat orang tersebut merasa bahagia. b. Komponen yang kedua adalah ketika seseorang yang bersyukur memiliki suatu perasaan ingin melakukan kebaikan terhadap sesuatu atau seseorang tersebut. Perasaan ini timbul dari keberuntungan atau kebaikan yang telah diberikan oleh orang lain. Perasaan ini pada umumnya merupakan perasaan bahagia karena telah menerima kebaikan, sehingga menyebabkan individu tersebut memiliki perasaaan untuk berkehendak baik terhadap orang yang memberikan kebaikannya tersebut. c. Komponen ketiga adalah timbul suatu kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang positif karena adanya penghargaan dan perasaan untuk berkehendak baik terhadap sesuatu atau seseorang tersebut. Tindakan positif ini bisa ditujukan kepada orang yang memberikan kebaikan atau bisa juga kepada orang lain, sehingga orang lain dapat merasakan penghargaan dan perasaan yang bahagia karena telah menerima keberuntungan atau kebaikan. Menurut Steindl-Rast (Putra, 2014) Gratitude dapat bersifat personal ataupun transpersonal. Berkaitan dengan ini, gratitude kemudian dapat dibedakan bentuk perilakunya dalam dua hal yaitu thankful dan grateful. Meskipun sering dianggap sama, thankful dengan grateful pada hakikatnya berbeda. Thankful merupakan pola perilaku berterima kasih kepada seseorang atau pihak lain atau bersifat personal. Sedangkan dalam gratitude yang bersifat transpersonal, yaitu grateful, rasa kebersyukuran yang ada lebih dalam dari sekedar berpikir atau mengucapkan. Grateful berarti berterima kasih atas apa yang telah diterima, atau merupakan respon penuh 359 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 seseorang terhadap kepemilikannya sekalipun kepemilikan itu tidak tersirat. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa syukur atau kebersyukuran adalah suatu perasaan terima kasih yang kita berikan kepada seseorang-manusia ataupun Tuhan atas pemberian sesuatu, yang dengan pemberian tersebut kita merasa senang, bahagia dan damai. Syukur merupakan salah satu hal yang diajarkan oleh semua agama, maka syukur juga didefinisikan juga oleh masing-masing agama tersebut. Menurut agama Hindu, syukur adalah mampu melihat kelebihan yang dimiliki. Sedangkan agama Budha menganggap syukur adalah menerima dan memanfaatkan potensi yang diberikan Tuhan semaksimal mungkin. Menurut agama Kristen syukur adalah menerima apapun yang ditentukan Tuhan dan mempunyai keyakinan bahwa Tuhan akan selalu menolong jika individu menghadapi masalah. Sedangkan syukur menurut agama Islam adalah respon individu berupa keyakinan bahwa dirinya selalu merasa terpenuhi atau tercukupi oleh kelebihan atau kebaikan yang ditrerima dari Allah SWT (Mutia dkk, 2010). 2.1.2 Aspek-Aspek Syukur McCullough dkk (2002) mengungkapkan bahwa aspek-aspek syukur terdiri dari empat unsur, yaitu: a. Intensity. Seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur. b. Frequency. Seseorang yang memiliki kecendrungan bersyukur akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan dan bahkan mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau kesopanan. c. Span. Span dimaksudkan dngan jumlah dari peristiwa-peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur kepada keluarga, pekerjaan, kesehatan, dan kehidupan itu sendiri, bersama dengan berbagai manfaat lainnya. d. Density. Density merujuk pada jumlah orang-orang yang merasa bersyukur terhadap sesuatu hal yang postif. Orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama, orang yang dianggap telah membuatnya bersyukur, termasuk orangtua, teman, keluarga, dan mentor. Dalam konsep Islam, Munajjid (2006) mengungkapkan bahwa syukur dapat mucul karena tiga aspek, yaitu: a. Mengenal nikmat. Mengenal nikmat memilik arti menghadirkan dalam hati, menyadari, dan meyakinkan bahwa segala sesuatu dan keajaiban yang kita miliki dan lalui merupakan nikmat dari Allah SWT. b. Menerima nikmat. Menerima nikmat memiliki arti menyebutnya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang memberi nikmat dan hajat kita kepadaNya, karena memahami bahwa nikmat itu bukan karena keberkahan kita mendapatkannya akan tetapi karena itu bentuk karunia dan kemurahan Tuhan. c. Memuji Allah atas pemberian nikmat. Pujian yang berkaitan dengan nikmat ada dua macam, yang pertama bersifat umum yaitu dengan memujinya bersifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberiannya dan sebagainya. Sedangkan yang kedua bersifat khusus, yaitu membicarakan nikmat yang diterima itu dengan merinci nikmatnikmat tersebut lalu mengungkapkan dengan lisan dan menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang diridhaiNya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek syukur dalam perspektif barat meliputi intensity, frequency, sapan, dan density serta 360 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 2.2 Beberapa Temuan Ilmiah Tentang Kebersyukuran Studi yang dilakukan oleh McCullough & Emmons (2003) tentang manfaat bersyukur bagi manusia. Dalam penelitian ini mereka mengumpulkan 201 partisipan dan memisahkan partisipan ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama diajak untuk bersyukur dengan cara menuliskan lima hal positif yang terjadi seminggu yang lalu. Kelompok berikutnya diajak untuk fokus terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak penting dan mereka diminta untuk menuliskan lima hal yang negatif. Kelompok terakhir adalah kelompok netral yang diminta untuk menuliskan lima kejadian yang signifikan diminggu yang lalu. Kemudian partisipan mengikuti pengukuran kesejahteraan psikologis. Kelompok ‘bersyukur’ lebih merasa mereka memiliki kehidupan yang baik dan pandangan optimis dibandingkan kelompok kedua dan ketiga. Selain itu, kelompok ‘bersyukur’ jga melaporkan lebih sedikit mengalami keluhan fisik dan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk berolahraga. Penelitian Masingale (dalam Fluhler, 2010) juga menemukan bahwa orang yang dapat bersyukur merasakan trauma yang lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Peneliti Emmons dan McCullough (dalam Fluhler, 2010) menemukan bahwa orang yang bersyukur lebih jarang menderita depresi. Hal ini dikarenakan mereka memiliki cara yang tepat untuk berhadapan dengan keadaan hidup yang menyulitkan dan lebih mampu mengingat hal-hal yang positif. Kehidupan sosial sehari-hari pun dapat dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan bersyukur. Perasaan bersyukur dapat memotivasi seseorang untuk membantu orang lain (perilaku prososial) dan mengurangi motivasi untuk berperilaku perspektif Islam meliputi mengenal nikmat, menerima nikmat dan memuji Allah atas pemberian nikmat. 2.1.3 Komponen-Komponen Bersyukur Fitzgerald (1998) mengidentifikasi tiga komponen dari bersyukur, yaitu: a. Rasa apresiasi yang hangat untuk seseorang atau sesuatu, meliputi perasaan cinta dan kasih sayang. b. Niat baik (goodwill) yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu, meliputi keinginan untuk membantu orang lain yang kesusahan dan keinginan untuk berbagi. c. Kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa apresiasi dan kehendak baik, meliputi intensi menolong orang lain, membalas kebaikan orang lain dan beribadah. Komponen–komponen diatas dikatakan oleh Fritzgerald (1998) adalah saling berkaitan dan tidak bisa terpisahkan, karena seseorang tidak mungkin melakukan bersyukur tanpa merasakan bersyukur didalam hatinya. Komponen–komponen inilah yang kemudian digunakan oleh peneliti sebagai landasan dalam pembuatan alat ukur bersyukur. 2.1.4 Jenis-Jenis Bersyukur Peterson & Saligman (2004) membagi perwujudan bersyukur menjadi dua yaitu: a. Bersyukur secara personal. Ditujukan kepada orang yang telah memberikan keuntungan kepada si penerima atau kepada diri sendiri. b. Bersyukur secara transpersonal. Maksudnya adalah bersyukur yang ditujukan kepada Tuhan, kekuatan yang lebih besar, atau alam semesta. Bentuk dasarnya dapat berupa pengalaman puncak atau peak experience, yaitu sebuah moment pengalaman kekhusyukan yang melimpah. 361 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo sejumlah 19.170 mahasiswa. 3.4.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini yaitu 356 mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo yang terdiri dari FIP 44, FIS 32, FSB 28, MIPA 44, FATEK 32, FAPERTA 32, FOK 56, FEKON 52, Fakultas Hukum 20, dan FPIK 16. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti mengadopsi angket McCullough et.al (2002) kemudian peneliti memodifikasi dengan menggunakan angket skala likert yang diberikan kepada responden penelitian, di mana angket peneliti bersifat tertutup, Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan bentuk jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan menggunakan statistik perhitungan persentase (%) dengan langkah-langkah: Menghitung presentase (%) skor capaian responden dengan formulasi sebagai berikut: P = S/N X 100 % Dengan : P = Persentase S = jumlah skor responden N = skor ideal angket Skor Presentase Klasifikasi 76%-100% Tinggi 51%-75% Sedang 0%-50% Rendah merusak (Emmons dan McCullough dalam Fluhler, 2010). Orang yang bersyukur juga cenderung tidak terlalu mengejar hal materialistik. Asumsinya, karena mereka sudah bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat untuk memiliki hal materiil menjadi lebih sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru untuk mendapatkan kepuasan materiil (McCullough dan Polak dalam Fluhler, 2010). Menurut McCullough, Emmons, dan Tsang (2002), orang yang bersyukur selain lebih banyak memiliki emosi positif dan kesejahteraan yang lebih tinggi, juga memiliki harga diri yang tinggi dan lebih mudah melihat dukungan sosial dari sekitarnya. Setelah memiliki cukup rasa syukur, orang yang sering bersyukur juga cenderung akan mudah dalam membantu orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri. Penelitian yang dilakukan oleh Mutia dkk (2010) tentang terapi kognitif perilaku bersyukur (G-CBT) untuk menurunkan depresi pada remaja menunjukkan bahwa dengan menggunakan terapi kognitif perilaku bersyukur (G-CBT) tersebut dapat menurunkan tingkat depresi pada remaja. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini desain penelitian survei pendekatan kuantitatif dengan desain satu variabel yaitu syukur. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Negeri Gorontalo selama 6 (enam) bulan, yakni dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober tahun 2016. 3.3 Variabel Penelitian Penelitian ini terdapat satu variabel yang dapat dijadikan fokus kajian penelitian dengan indikator syukur yaitu: (1) Intensity, (2) Frequency, (3) Span, (4) Density 362 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data yang telah diperoleh dari hasil pengolahan angket tentang Rasa Syukur Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo selanjutnya diolah dengan menggunakan perhitungan persentase. Hasil dari pengolahan data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel berikut ini. Tabel 4.1 Rasa Syukur Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo 1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 6 . Butir Pernyataan Saya bersyukur dengan apa yang sudah saya miliki. Banyak yang saya syukuri, sehingga tak dapat saya tulis semuanya. Tak banyak yang dapat saya syukuri di dunia ini. Saya merasa bahwa saya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dan mempunyai tanggung jawab untuk saling tolong menolong dengan sesama. Seiring bertambahnya usia, saya lebih mampu menghargai orang lain, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup, sehingga hal itu menjadi sejarah dalam hidup saya. Saya butuh waktu lama untuk berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan nikmatNya dan orang lain yang telah membantu. Rata-Rata Skor Respo nden Skor Ideal 1261 1424 Persentase Skor Perindikator P ( % ) Persentase N o sebanyak 76% (tinggi), no. item 4 sebanyak 94% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87% (tinggi), no. item 6 sebanyak 69% (sedang). Rasa syukur mahasiswa berada pada persentase 83% (tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo tinggi. Grafik 4.1 Rasa Syukur Mahasiswa LakiLaki dan Perempuan Universitas Negeri Gorontalo 8 9 1155 1424 8 1 1088 1424 7 6 1339 1424 9 4 1237 1424 8 7 987 1424 6 9 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 85 80 8787 88 84 75 64 Laki-laki Perempuan Indikator Grafik 4.1 menunujukan bahwa indikator intensity mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 80% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 85% (tinggi), indikator frequency mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 64% (sedang) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 75% (sedang), indikator span mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 87% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 87% (tinggi), indikator density mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 84% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 88% (tinggi). 8 3 Tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil persentase no. item 1 sebanyak 89% (tinggi), no. item 2 sebanyak 81% (tinggi), no. item 3 363 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh data yang menggambarkan rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo, dan rasa syukur mahasiswa lakilaki dan perempuan Universitas Negeri Gorontalo, Adapun hasil analisis tersebut: No. item 1 sebanyak 89% (tinggi), no. item 2 sebanyak 81% (tinggi), no. item 3 sebanyak 76% (tinggi), no. item 4 sebanyak 94% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87% (tinggi), no. item 6 sebanyak 69% (sedang). Rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 83% (tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo tinggi. No. item 1 sebanyak 88% (tinggi), no. item 2 sebanyak 81% (tinggi), no. item 3 sebanyak 72% (sedang), no. item 4 sebanyak 93% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87% (tinggi), no. item 6 sebanyak 64% (sedang). Rasa syukur mahasiswa laki-laki berada pada persentase 81% (tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo tinggi. No. item 1 sebanyak 89% (tinggi), no. item 2 sebanyak 82% (tinggi), no. item 3 sebanyak 81% (tinggi), no. item 4 sebanyak 95% (tinggi), no. item 5 sebanyak 87% (tinggi), no. item 6 sebanyak 75% (sedang). Rasa syukur mahasiswa perempuan berada pada persentase 85% (tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo tinggi. Indikator intensity mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 80% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 85% (tinggi), indikator frequency mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 64% (sedang) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 75% (sedang), indikator span mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 87% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 87% (tinggi), indikator density mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 84% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 88% (tinggi). McCullough dkk (2002) mengungkapkan bahwa aspek-aspek syukur terdiri dari empat unsur, yaitu: a. Intensity. Seseorang yang bersyukur ketika mengalami peristiwa positif diharapkan untuk merasa lebih intens bersyukur. b. Frequency. Seseorang yang memiliki kecendrungan bersyukur akan merasakan banyak perasaan bersyukur setiap harinya dan syukur bisa menimbulkan dan dan bahkan mendukung tindakan dan kebaikan sederhana atau kesopanan. c. Span. Span dimaksudkan dngan jumlah dari peristiwa-peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa bersyukur, misalnya merasa bersyukur kepada keluarga, pekerjaan, kesehatan, dan kehidupan itu sendiri, bersama dengan berbagai manfaat lainnya. d. Density. Density merujuk pada jumlah orang-orang yang merasa bersyukur terhadap sesuatu hal yang postif. Orang yang bersyukur diharapkan dapat menuliskan lebih banyak nama-nama, orang yang dianggap telah membuatnya bersyukur, termasuk orangtua, teman, keluarga, dan mentor. Studi yang dilakukan oleh McCullough & Emmons (2003) tentang manfaat bersyukur bagi manusia. Dalam penelitian ini mereka mengumpulkan 201 partisipan dan memisahkan partisipan ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama diajak untuk bersyukur dengan cara menuliskan lima hal 364 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 positif yang terjadi seminggu yang lalu. Kelompok berikutnya diajak untuk fokus terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak penting dan mereka diminta untuk menuliskan lima hal yang negatif. Kelompok terakhir adalah kelompok netral yang diminta untuk menuliskan lima kejadian yang signifikan diminggu yang lalu. Kemudian partisipan mengikuti pengukuran kesejahteraan psikologis. Kelompok ‘bersyukur’ lebih merasa mereka memiliki kehidupan yang baik dan pandangan optimis dibandingkan kelompok kedua dan ketiga. Selain itu, kelompok ‘bersyukur’ jga melaporkan lebih sedikit mengalami keluhan fisik dan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk berolahraga. Penelitian Masingale (dalam Fluhler, 2010) juga menemukan bahwa orang yang dapat bersyukur merasakan trauma yang lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Peneliti Emmons dan McCullough (dalam Fluhler, 2010) menemukan bahwa orang yang bersyukur lebih jarang menderita depresi. Hal ini dikarenakan mereka memiliki cara yang tepat untuk berhadapan dengan keadaan hidup yang menyulitkan dan lebih mampu mengingat hal-hal yang positif. Kehidupan sosial sehari-hari pun dapat dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan bersyukur. Perasaan bersyukur dapat memotivasi seseorang untuk membantu orang lain (perilaku prososial) dan mengurangi motivasi untuk berperilaku merusak (Emmons dan McCullough dalam Fluhler, 2010). Orang yang bersyukur juga cenderung tidak terlalu mengejar hal materialistik. Asumsinya, karena mereka sudah bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat untuk memiliki hal materiil menjadi lebih sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru untuk mendapatkan kepuasan materiil (McCullough dan Polak dalam Fluhler, 2010). Menurut McCullough, Emmons, dan Tsang (2002), orang yang bersyukur selain lebih banyak memiliki emosi positif dan kesejahteraan yang lebih tinggi, juga memiliki harga diri yang tinggi dan lebih mudah melihat dukungan sosial dari sekitarnya. Setelah memiliki cukup rasa syukur, orang yang sering bersyukur juga cenderung akan mudah dalam membantu orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri. Penelitian yang dilakukan oleh Mutia dkk (2010) tentang terapi kognitif perilaku bersyukur (G-CBT) untuk menurunkan depresi pada remaja menunjukkan bahwa dengan menggunakan terapi kognitif perilaku bersyukur (G-CBT) tersebut dapat menurunkan tingkat depresi pada remaja. KESIMPULAN a. Rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 83% (tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo tinggi. b. Rasa syukur mahasiswa laki-laki berada pada persentase 81% (tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo tinggi. Sedangkan rasa syukur mahasiswa perempuan berada pada persentase 85% (tinggi), sehingga dapat dikatakan bahwa rasa syukur mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo tinggi. c. Indikator intensity mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 80% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 85% (tinggi), indikator frequency mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 64% (sedang) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 75% (sedang), indikator span mahasiswa laki-laki Universitas 365 Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016 ISBN 978-602-73690-6-1 Negeri Gorontalo berada pada persentase 87% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 87% (tinggi), indikator density mahasiswa laki-laki Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 84% (tinggi) dan mahasiswa perempuan Universitas Negeri Gorontalo berada pada persentase 88% (tinggi). Fitzgerald, P. 1998. Gratitude and Justice. Ethic, 109 (1), 119-153. Fluhler, D.B. 2010. Gratitude Theory: A literature review. Diakses pada 1 Agustus 2015 dari media.wix.com McCullough, M.E., Emmons, R.A., & Tsang, Jo-Ann. 2002. The Grateful disposition: A conceptual and empirical topography. Journal of Personality and Social Psychology, 82 (1), 112-127. McCullough, M.E & Emmons, R. A. 2003. Counting Blessings Versus Burdens: An Experimental Investigation of Gratitude and Subjective Well-Being in Daily Life. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 84 (2), pp 377-389. Mutia, E., Subandi., & Mulyati, R. 2010. Terapi Kognitif Perilaku Bersyukur untuk Menurunkan Depresi pada Remaja. Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 2, No. 1, 53-68 Peterson, C & Seligman, M. E. P. 2004. Character, Strenght, and Virtues: A Handbook & Classification. New York: Oxford University press. Putra, J.S. 2014. Syukur: Sebuah Konsep Psikologi Indigenous Islami. Jurnal Soul, Vol. 7. No. 2, 35-41. Seligman, M.E.P. 2005. Authentic Happines: Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif. Bandung: Mizan Pustaka REFERENSI Al-Munajjid, M.B.S. 2006. Silsilah Amalan Hati. Ikhlas Tawakkal, Optimis, Takut, Bersyukur, Ridha, Sabar, Introspeksi Diri, Tafakkur, Mahabbah, Takwa, Wara. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Emmons, R., Cullough, M. 2003. Counting Blessings Versus Burdens: An Experimental Investigation of Gratitude and Subjective Well-Being in Daily Life. Jounal of Personality and Social Psychology, 2, 84, 377-389. Emmons, R.A. 2004. The Psychology of gratitude : An introduction. Dalam Emmons, R.A. & McCullough, M.E. The psychology of gratitude. NY: Oxford University Press. Emmons, R.A. & Shelton, C.M. 2002. Gratitude and the science of positive psychology. In Snyder, C.R., Lopez, Shane, J. Handbook of positive psychology. NY: Oxford University Press. 366