travel writing genre: gender and identity study of

advertisement
TRAVEL WRITING GENRE:
GENDER AND IDENTITY STUDY OF INDONESIAN TRAVEL
WRITERS
Prayudias Margawati
Yuliati
Alief Noor Farida
Abstract
This study intends to explain the development of travel writing genre in Indonesia. It is also
obtained to discuss Indonesian travel writers and their published works and to find out issues
reflecting identity of travel writers both men and women for their characteristics. For
methodological purposes, library research is done with travel writing as non fiction works as main
corpus. To analyze literary works including characteristics, forms, content and autonomous
meaning, structural and cultural approaches are conducted. The development of travel writing
genre is described based on period of when the works are published and popular in Indonesia.
Meanwhile, travel writing works of both men and women travel writers were analyzed on the basis
of issues they narrated. The result shows that travel writing was firstly produced in early 1990s
namely memoar later known as travel writing. Furthermore, travel writers in Indonesia started to
produce works actively in the early 2000s. Also, when traveling trend has become needs rather
than hobby more travel writers produce the works. There are similarities on themes and topics
chosen travel writing works. However, identity and gender issues that are identified enable us to
distinguish characteristics among those works.
Kata kunci: travel writer, genre, travel writing, identity, gender
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana perkembangan genre travel writing di
Indonesia, siapa dan apa saja karakteristik penulis-penulis Indonesia yang telah menerbitkan karya
bergenre travel writing, adakah perbedaan isu yang mencerminkan gender dan identitas pada karya
travel writing dari penulis pria maupun wanita. Melalui studi kepustakaan, data dikumpulkan
dengan mengidentifikasi karya-karya travel writing. Sedangkan korpus utama yang diteliti adalah
teks karya sastra non fiksi bergenre travel writing serta teks-teks lain penunjang pengumpulan
data. Dengan pendekatan struktural dan kultural data yang diperoleh tentang perkembangan genre
travel writing akan dideskripsikan berdasarkan waktu kapan genre tersebut mulai populer di
Indonesia. Sedangkan data berupa karya-karya travel writing dari penulis pria maupun wanita
Indonesia akan dianalisis berdasarkan isu-isu yang mereka angkat melalui karya-karyanya.
Berdasarkan pembahasan pada hasil penelitian, diperoleh fakta bahwa sastra perjalanan atau karya
bergenre travel writing mulai dipublikasikan pada awal 1990an oleh penulis pria Indonesia.
Pertengahan tahun 2000 barulah mulai bermunculan penulis travel writing wanita seperti Trinity
dan Matatita seiring dengan semakin mudahnya melakukan perjalanan dan tren ketika liburan
menjadi sebuah kebutuhan bukan lagi hobi atau mengisi waktu luang. Terdapat banyak kesamaan
dalam pemilihan tema maupun topik dari karya-karya travel writing yang ditulis oleh penulis pria
maupun wanita. Namun demikian, isu identitas dan gender yang teridentifikasi dari tulisan travel
writer tersebut mampu membedakan karakteristik satu karya dengan karya lainnya.
Kata kunci: travel writer, genre, travel writing, identitas, gender
170
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
LATAR BELAKANG
Dalam penulisan kreatif dikenal beberapa genre baik itu fiksi maupun non fiksi. Karya sastra
seperti puisi dan prosa masuk dalam kategori karya sastra fiksi. Begitu pula dengan prosa naratif
seperti novel, short story, roman maupun drama juga termasuk dalam kategori genre sastra yang
bersifat fiksi. Sedangkan genre sastra non imajinatif meliputi esai, kritik, biografi, autobiografi,
memoar hingga catatan harian.Selama ini pembaca lebih mengenal sastra imajiner sehingga karya non
fiksi menjadi kurang dikenal sebagai juga bagian dari karya sastra.
Adalah sebuah genre yang belum terlalu familiar bagi penikmat sastra namun cukup populer di
kalangan para pelancong, yaitu travel writing. Travel writing sering dipahami secara sederhana
sebagai penulisan panduan perjalanan. Padahal, travel writing memiliki makna yang sangat luas.
Travel writing masuk dalam kategori genre penulisan kreatif tentang perjalanan non fiksi (travel
information, memoir, catatan perjalanan). Karena merupakan penulisan kreatif, maka gaya
penulisannya pun beragam, dari yang bergaya jurnalis hingga sastrawi, yang bergaya humor hingga
serius, atau bahkan yang bergaya penulisan direktori (tita, 2011:3).
Apakah travel writing merupakan genre yang baru dalam penulisan kreatif? Apakah travel
writing telah cukup popular di dunia? Ataukah di Indonesia baru benar-benar dikenal seiring dengan
semakin populernya traveling? sehingga penikmatnya hanya para pelancong saja? atau mungkin genre
tersebut sudah lama ada namun dengan nama yang berbeda. Jika demikian, kapan tepatnya travel
writing mulai diperkenalkan sebagai genre penulisan kreatif di Indonesia. Adakah kesamaan ataupun
perbedaan antara travel writing dengan travel guide? Teori-teori tentang travel writing pun termasuk
tidak mudah untuk ditemukan di toko-toko buku seperti Gramedia dan lain-lain. Bahkan hasil
berselancar di engine machine seperti google.com dengan kata kunci travel writing hampir tidak ada
relevansi antara genre tersebut dengan Indonesia, kalau pun ada sangat sedikit sekali referensi untuk
mengkaitkan travel writing dengan Indonesia. Sebuah buku berjudul Travel Writer, istilah bagi
penulis travel writing, ditulis oleh Yudasmoro diterbitkan pada tahun 2012. Buku dengan genre
serupa juga ditulis oleh Heri Hendrayana Harris atau lebih dikenal di dunia sastra Indonesia sebagai
Gol A Gong diterbitkan di tahun yang sama, 2012. Hal tersebut mengindikasikan bahwa travel
writing ataupun travel writer barangkali belum lama populer di Indonesia. Benarkah demikian? Selain
Yudasmoro dan Gol A Gong, siapa lagi penulis travel writing di Indonesia. Adakah penulis wanita di
antara travel writers tersebut? Apakah mereka memiliki tujuan yang sama ketika menulis travel
writing? Berangkat dari fakta di lapangan, penelitian ini dilaksanakan untuk mencari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan di atas; tentang sejarah perkembangan travel writing di Indonesia atau karya
travel writing apa saja yang telah diterbitkan, tentang penulis-penulis perjalanan yang telah
menghasilkan karya dengan genre travel writing dan isu gender sebagai cerminan identitas
penulisnya.
TRAVEL WRITING
Kami tinggal di sebuah hotel bintang tiga di daerah Dongzhimen, area elite pusat
ekspatriat di pusat kota. Teman saya, Lizzie, yang lagi liburan Cheng Beng bersedia
nemenin jalan-jalan naik mobilnya. Great Wall, Forbidden City, Temple of Heaven, dan
tentunya shopping tujuan kami. Sore harinya, saya nongkrong sama teman-teman di
daerah gaul seperti Wangfujing, Qianmen, Houhai, Sanlitun… (Trinity, 2012:116)
Malam di Edinburgh seperti sore yang cerah.Seketika langkah saya terhenti di gerbang
Waverly Train Station demi melihat bentangan bangunan berarsitektur klasik di
Edinburgh Old City.Saya sapukan pandangan ke sekeliling. Menengok ke kiri, ke sebelah
selatan stasiun, mata saya menemukan deretan bangunan klasik kota tua, Edinburgh
171
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
Castle, National Gallery dengan hamparan hijau taman kota Princess Garden, dan The
Scott Monument yang berarsitektur Gothic yang menjulang … (Matatita, 2009:113)
Kutipan-kutipan di atas diambil dari The Naked Traveler oleh Trinity, Tales from the Road oleh
Matatita. Kutipan-kutipan tersebut menunjukan bagaimana penulisnya atau travel writers
menarasikan pengalaman mereka dalam suatu perjalanan. Paragraf pertama ditulis oleh Trinity,
penulis travel writing wanita yang telah menerbitkan The Naked Traveler sebanyak 4 edisi. Setiap
edisi berisi kisah Trinity selama perjalanannya di Indonesia maupun negara-negara lain di dunia.
Model penulisan Trinity sangat mudah untuk dipahami oleh pembacanya. Pembaca di sini umumnya
para wisatawan yang membutuhkan referensi tentang kota bahkan negara yang hendak dikunjungi.
Paragraf kedua pada kutipan di atas diambil dari penulis travel writing wanita Indonesia yang
mendedikasikan hidupnya padatravel entrepreneurship, sebuah ide yang mengajak pembacanya untuk
melakukan perjalanan bersama, mengatur akomodasi hingga pembimbingan penulisan karya travel
writing. Euro Trip Safe and Funterbit tahun 2012 and UK Trip Smart and Funyang terbit pada 2011
adalah dua dari karya Matatita yang dapat dikonsumsi oleh pembaca pelancong di Indonesia.
Jenis tulisan pada kutipan-kutipan di atas dapat dikategorikan sebagai karya sastra walaupun
bentuknya seperti biografi. Namun genre tersebut dapat juga disebut sebagai sastra perjalanan bahkan
travel journal.
Travel writing adalah sebuah genre yang menekankan pada dokumentasi dengan gaya sastra
hingga jurnalistik yang sesekali narasinya mengandung unsur humor maupun keseriusan. Travel
writing kerap diasosiasikan dengan pariwisata karena konten nya yang memberikan gambaran
maupun review bagi pembaca yang hendak melakukan perjalanan. Di sisi lain, istilah travel journal
juga berkaitan dengan pariwisata, namun umumnya diterbitkan di media cetak maupun online di
website ataupun blog penulisnya.Travelogue adalah istilah lain untuk menamai travel writing.
Travelogue umumnya tidak menyertakan waktu kapan penulisnya melakukan perjalanan. Semua
istilah yang disebutkan di atas sebenarnya mengacu pada genre yang sama hanya strukturnya saja
yang sedikit berbeda.
Gambar 4 (empat) model penulisan di bawah ini menunjukan ilustrasi tentang genre-genre yang
dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya.
Gambar 1
Gambar diatas menunjukan bagaimana genre travel writing di antara genre-genre lain.
Karakteristik tiap genre sangat mudah dikenali, sebagai contoh Guide book adalah buku yang
172
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
umumnya dikonsumsi oleh wisatawan karena konten yang menyediakan petunjuk lokasi geografi,
tujuan wisata dan rencana perjalanan. Salah satu travel guide terkenal adalah Lonely Planet.
Keseluruhan genre, baik itu travel journal, travel literature, travel book, dan guide book dengan
karakteristik yang sedikit berbeda tersebut umumnya memiliki struktur tulisan yang bersifat
deskriptif, instruktif, naratif, maupun evocatif.
TRAVEL WRITERS
Travel writers adalah sebuah istilah bagi seseorang yang menulis kisah perjalanan. Yudasmoro
mendefinisikan travel writers sebagai travel journalist dengan asumsi mereka menulis artikel tentang
perjalanan untuk media. Istilah tersebut mengindikasikan bahwa seorang travel writer bisa
diklasifikasikan ke dalam beberapa genre penulisan. Seorang travel writer memiliki dua tujuan dalam
menulis; pertama menjelajah dan kemudian merekam fakta melalui tulisan maupun gambar yang
menarik. Beberapa tema seperti masyarakat lokal, makanan lokal, transportasi umum, hingga pernikpernik lain dapat disusun menjadi sebuah cerita yang menarik. Oleh karena itu, seorang travel writer
harus memahami tentang pariwisata karena domain tulisan seputar perjalanan dan wisata.
Apa yang membuat penulis travel writing satu berbeda dengan penulis travel writing lainnya?
Margawati (2013) menyatakan beberapa dari mereka menulis untuk artikel yang diterbitkan di media.
Yang lain menulis karena ingin mendokumentasikan kisah perjalanannya yang pada akhirnya akan
diterbitkan. Perbedaan sekilas tentang karya travel writers adalah pada tema/ topik yang disajikan
oleh penulisnya.
Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya, tiap penulis karya travel writing memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai contoh, Matatita, salah satu penulis travel writing wanita
Indonesia memiliki kekhasan dalam setiap narasinya. Ia selalu memulai tulisan di setiap bab nya
dengan terlebih dahulu menggambarkan gambaran umum obyek sebelum pada akhirnya mengupasnya
dengan deskripsi yang lebih detil. Valiant Budi, salah satu penulis travel writing pria Indonesia, selalu
membubuhkan lelucon segar dalam setiap bab ceritanya. Meskipun sesekali ia menulis tentang hal-hal
serius seperti misalnya perilaku orang lokal yang tidak bisa becanda, Valiant akan membuat analogi
tentang kekakuan orang-orang tersebut dengan membandingkannya dengan orang Indonesia yang
memiliki karakter serupa. Secara umum baik itu penulis karya travel writing pria maupun wanita tidak
terdapat perbedaan yang signifikan, pemilihan tema, isu-isu yang diangkat dari sebuah obyek lokasi
maupun subyek yang sama menunjukan bahwa travel writers selalu mencoba obyektif ketika
mengobservasi sekitarnya sebelum akhirnya menuliskan kesan maupun komentarnya dalam narasi
cerita.
Bagaimana karakteristik seorang penulis karya travel writing dapat diidentifikasi melalui
karyanya? Tentu karena mereka memiliki prinsip yang oleh Yudasmoro dikenal dengan istilah prinsip
jurnalistik, sebab tulisan-tulisan travel writers dibaca/ dikonsumsi oleh sebagian besar pelancongpelancong yang membutuhkan gambaran riil tentang situasi/ keadaan di suatu negara seperti yang
dialami oleh penulisnya. Tidak hanya kondisi geografis yang dapat diakses melalui wikipedia/
encyclopedia namun juga cerita nyata dari penulis sekaligus pelancongnya sendiri. Lalu, apa itu
jurnalistik? Yudasmoro mendefinisikan secara sederhana jurnalistik sebagai catatan harian atau
kejadian sehari-hari. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, jurnalisti berarti proses
peliputan suatu berita untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Seorang penulis karya travel writing
membuat sebuah reportase mengenai suatu obyek wisata, kegiatan yang berhubungan dengan wisata
atau gaya hidup, opini ataupun profil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tulisan travel writer
adalah sebuah cerita yang non fiksi yang tak lain adalah sebuah karya jurnalistik.
Semakin seorang penulis travel writing dapat menyentuh emosi pembacanya, semakin jelas ia
menyusun alur cerita dengan kronologis yang jelas. Perpindahan tema satu ke tema yang lain tidak
melompat-lompat. Perubahan obyek/ topik disusun dengan gaya narasi yang apik tanpa basa basi,
173
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
sederhana namun tetap informatif dan sekali lagi menyentuh emosi para pembaca. Karakteristik
demikian sangat kuat meggambarkan seorang Trinity, salah satu travel writer wanita Indonesia.
Trinity mengembangkan tema tulisan melalui ide-ide yang didukung dengan informasi yang akurat
dengan dibumbui dialog sebagai penegasan karakter tokoh dalam tulisan dimana ia menjadi salah satu
tokoh utamanya.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian terhadap penulis genre travel writing dalam isu
gender dan identitas. Oleh karena itu, objek penelitian ini adalah semua referensi yang berhubungan
dengan genre tersebut, baik karya-karya penulisnya maupun teori-teorinya ditambah pula dengan
berbagai referensi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian sebelumnya
maupun artikel-artikel di jurnal internasional dengan topik travel writing. Adapun fokus permasalahan
yang hendak dipecahkan adalah tentang perkembangan genre travel writing di Indonesia. Penelitian
ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik penulis-penulis travel writing Indonesia dalam
isu gender dan identitas. Data berupa karya-karya travel writing yang telah terbit di toko-toko
diidentifikasi dengan cara mencatat semua informasi tentang genre travel writing di Indonesia dan
mengklasifikasi penulis-penulis genre tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara struktural dan
kebudayaan. Menurut Endraswara, pendekatan struktural adalah sebuah pendekatan yang berangkat
dari definisi bahwa karya sastra baik fiksi maupun non fiksi memiliki ciri, bentuk dan isi atau makna
yang otonom, yang pemahamannya dapat diteliti dari teks itu sendiri dengan menghubungkan
keterkaitan antar unsur pembangun karya sastra tersebut sehingga membentuk sebuah makna utuh
(2004: 50). Sedangkan pendekatan kebudayaan fokus pada tulisan-tulisan etnografi yang berisi
tentang karya sastra terutama non fiksi (Endraswara, 2004:107). Adapun pembahasan disajikan
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Genre Travel Writing
Travel writing sebenarnya sudah cukup lama muncul di negara-negara barat. Sebuah buku
berjudul The Best American Travel Writing telah diterbitkan sejak tahun 2000. The Best American
Travel Writing yang diterbitkan setiap tahun berisi sekumpulan kisah para pelancong yang berkeliling
dunia dan menyusunnya dalam sebuah tulisan. Sumber lain berjudul Go Your Own Way; women
travel the world solo terbitan tahun 2007 juga berisi kisah-kisah perjalanan para pelancong wanita ke
berbagai belahan dunia. Namun demikian, jauh sebelum itu pada abad 17, ada salah satu kisah
menarik di sastra Inggris tentang perjalanan seorang pria bernama Robinson Crusoe yang terdampar
di sebuah kepulauan seorang diri dimana ia harus bertahan untuk tetap hidup. Cerita yang ditulis oleh
Daniel Defoe tersebut berdasarkan kisah nyata seorang pelaut dari Skotlandia bernama Alexander
Selkirk. Kisah ini pula yang akhirnya banyak menginspirasi para penulis yang mengangkat kisah
perjalanan tokohnya. Bagaimana dengan di Indonesia? Yudasmoro menyatakan bahwa perkembangan
travel writing di Indonesia telah dimulai sekitar 1980-an. Adalah seorang Norman Edwin, seorang
pecinta alam sekaligus wartawan yang mendokumentasikan kisah-kisah perjalanannya melalui karya
tulisan di media cetak.
Pada awal tahun 1990-an, seorang penulis Indonesia menerbitkan karyanya berjudul
Perjalanan Asia Travel Writing. Buku tersebut memuat kisah perjalanan sang penulis, Hendrayana
Harris atau lebih dikenal dengan nama Gol a Gong. Dari sekian karya yang diterbitkan sejak 1993,
tulisan-tulisan Gol a Gong mulai diminati pembaca pada awal tahun 2000-an. Pada masa itu, seperti
telah disebutkan di atas, seiring dengan tren traveling yang mulai digemari, banyak buku-buku
bergenre travel writing yang mulai terbit dan tersedia di toko-toko buku. Bahkan, versi online nya pun
174
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
tidak sepi pengunjung. Sebut saja The Naked Traveler the series yang terbit pertama pada 2007, Tales
from the Road yang ditulis oleh Matatita terbit pada tahun 2009 dan mulai menghiasi toko-toko buku
ternama terutama di Yogyakarta, Semarang dan Solo. Setahun kemudian, Selimut Debu oleh Wibowo
yang menceritakan perjalanan di Afghanistan juga kian diminati oleh pembacanya. Beberapa karya
The Gong Traveling; Perjalanan Asia Ala Sang Travel-Writer Legendaris terbitan 2011 juga
mewarnai tren traveling hingga 2013. Sebut saja serial The Naked Traveler oleh Trinity (2011),
Shocking Japan: Sisi lain Jepang yang Mengejutkan oleh Junanto Herdiawan (2012), The Gong
Traveling; Perjalanan Asia Ala Sang Travel-Writer Legendaris terbitan tahun 2012, dan The Road to
Persia milik Afifah Ahmad (2013).
Semakin banyaknya karya bergenre travel writing terbit di pasaran khususnya sejak tahun
2000-an menunjukan kecenderungan traveling menjadi sebuah kebutuhan bukan lagi pengisi waktu
libur. Para penulisnya, disebut juga dengan istilah travel writer adalah mereka yang mendedikasikan
kemampuannya untuk mengungkap cerita-cerita tentang esensi dari sebuah perjalanan tidak hanya
sekedar berbagi cerita dalam sebuah buku harian (Yudasmoro, 2012:16).
Travel Writers Indonesia
Dalam terjemahannya, travel writer dapat diartikan sebagai penulis perjalanan, penulis wisata
atau jurnalis travel. Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya, konteks travel writer dapat
dijabarkan menjadi bermacam-macam implementasi. Ada travel writer yang menulis buku seperti
fokus dari penelitian ini, ada yang menulis untuk media masa baik itu cetak maupun online.
Implementasi yang lain adalah penulis yang merangkap sekaligus blogger. Profesi ini tidak
membutuhkan pendidikan jurnalistik formal, faktanya kebanyakan dari para penulis karya travel
writing berawal dari melampiaskan hobi, penulis lepas, hingga akhirnya benar-benar menjadi travel
writer profesional. Meskipun demikian, apapun orientasi awal dari para travel writer tersebut, pada
akhirnya harus bersentuhan langsung dengan jurnalistik. Sehingga pada akhirnya pula sebuah karya
travel writing membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar, bahwa ada pembaca di luar sana
yang akan membaca karya-karyanya, mengapresiasi karya mereka, oleh karena itu seorang travel
writer dituntut memiliki visi, kemampuan teknis, resiko deadline dari penerbitnya dan persoalan
teknis lainnya.
Siapa sajakah travel writer Indonesia? Dengan perkembangan yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya tentang genre travel writing, dapatkah dikatakan jumlah penulis perjalanan atau jurnalis
wisata semakin banyak bermunculan?
Nama-nama seperti Matatita, Trinity, Valiant Budi, Junanto Herdiawan, Gol a Gong, Asma
Nadia, dan lain lain adalah beberapa travel writers yang telah memiliki pembaca fanatik pada genre
travel writing. Meskipun para travel writer tersebut mengunjungi dan menceritakan negara/ kota atau
lokasi yang sama, kisahnya selalu diwarnai nuansa yang berbeda. Setiap penulis perjalanan memiliki
karakteristiknya sendiri dalam merangkai cerita. Tidak menutup kemungkinan apabila pembaca
mengkonsumsi karya travel writing karena ia membutuhkan gambaran tentang sebuah negara/ kota
yang hendak dituju. Secara otomatis hal inilah yang membedakan antara travel writing dengan travel
guide. Travel guide berisi informasi tentang petunjuk lokasi geografi, tujuan wisata, bahkan rencana
perjalanan. Travel Guide atau panduan perjalanan biasanya terdiri dari 5 hal: informasi transportasi,
informasi penginapan, rekomendasi tempat makan, waktu yang baik untuk mengunjungi lokasi, dan
apa saja yang dapat dikerjakan di lokasi. Secara umum, genre ini memberikan kemudahan untuk
mendapatkan informasi tentang daerah yang akan dituju. Sedangkan travel writing tidak melulu
tentang destinasi, pantai yang indah ataupun matahari terbit yang cantik di suatu pegunungan tertentu.
Genre ini dapat menceritakan tentang pengrajin wayang kulit, sanggar kesenian, penarik becak,
warung makan, atau bersosialisasi dengan tokoh budaya/ seni lokal (Yudasmoro, 2012:20).
Karakteristik lain, tidak jarang pula sebuah karya travel writing menceritakan pengalaman buruk
175
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
penulisnya seperti menghadapi calo, preman, transportasi yang buruk, penginapan yang tidak
manusiawi dan lain sebagainya. Baik itu travel guide maupun travel writing sama-sama bertujuan
membantu pembacanya agar lebih siap sebelum melakukan perjalanan sehingga bisa meminimalkan
efek benturan budaya yang tak terduga terjadi di lokasi. Apabila perbedaan antara karya bergenre
travel writing dengan travel guide cukup jelas, lalu apa yang membedakan antara travel writer atau
penulis
perjalanan yang satu dengan penulis yang lain? Pada paragraf selanjutnya akan dijelaskan tentang
beberapa travel writers Indonesia dan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya baik itu penulis
perjalanan pria maupun wanita.
Terdapat banyak kesamaan dalam hal pemilihan tema dari penulis perjalanan pria ataupun
wanita. Tema-tema seperti masyarakat dan budaya lokal, kebiasaan masyarakat lokal, sejarah suatu
tempat/ bangsa, kuliner, hingga transportasi umum adalah tema yang sering muncul dalam tulisan
bergenre travel writing. Dalam kisah Travel Writer, being traveler, being writer Gol a Gong banyak
menceritakan tentang kondisi alam serta bangunan-bangunan yang ada di suatu tempat. Bagaimana
masyarakat berinteraksi, berperilaku juga menjadi fokus tulisannya. Vietnam dalam 15 Hari di sisi
lain mengekspose tentang wisata kuliner dan sistem transportasi negara-negara yang di kunjungi. Pada
beberapa halaman penulis memberikan tips perjalanan bagi para pembacanya yang ingin melakukan
perjalanan ke Vietnam. Berikutnya sistem kerja suatu negara, budaya kerja, gambaran tenaga kerja
Indonesia di luar negeri adalah fokus utama dari kisah perjalanan Valiant Budi dalam Kedai 1000
Mimpi. Pembaca seolah disuguhkan tentang sebuah realita kehidupan di Istanbul, Turki yang secara
apik dinarasikan oleh penulisnya. Shocking Japan adalah sebuah karya Junanto yang sangat lengkap
mendeskripsikan seperti apa negara Jepang itu meskipun dia lebih fokus pada kota Tokyo.
Karakteristik orang Jepang, ritual dan upacara-upacara yang mereka jalani, tradisi lokal
masyarakatnya yang unik tak luput dari pencermatan penulis. Penulis menarasikan kisah
perjalanannya dengan memadukan informasi yang ia dapatkan dengan pengalaman yang ia alami
sendiri. Egyptology (Mesir bukan Hanya tentang Nabi Musa, Fir‟aun, dan Cleopatra) adalah satu dari
sekian karya travel writing yang hanya fokus pada satu negara saja, yaitu Mesir. Satari melukiskan
negara Mesir secara details seperti ikon-ikon yang ada di kota-kota Mesir, bangunan-bangunan yang
kental nuansa sejarah, dan arsitektur bangunan yang banyak meninggalkan kisah dari masa lampau.
Satu diantara tema yang selalu menjadi fokus setiap penulis travel writing adalah masyarakat lokal
dan karakteristiknya serta sistem transportasi yang ada di negara tersebut. Dalam referensi lain
disebutkan bahwa kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari sistem transportasi yang ada, sebab
seberapa maju sistem yang ada di suatu negara sangat berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan
warganya.
Seperti telah disebutkan di atas, penulis pria ataupun penulis wanita mungkin mengunjungi
negara/ obyek wisata yang sama, namun tema tulisan tidaklah selalu serupa. Sebagai contoh, Trinity
melalui serial The Naked Traveler menarasikan karya travel writing nya dengan fokus pada beberapa
topik diantaranya airport, kuliner, dan kegiatan masyarakat lokal. Trinity dalam serial The Naked
Traveler nya memiliki kecenderungan untuk menulis tentang sejarah dan warisan suatu bangsa.
Secara umum tidak semua hal indah yang dijumpai dalam perjalanan diceritakan di travel writing,
secara khusus Trinity lebih memilih menggambarkan permasalahan selama melakukan perjalanan
sehingga terkesan natural bagi pembacanya. Di sisi lain, Matatita dalam karyanya diantaranya Tales
from the Road, UK TRIP Smart and Fun tidak pernah lupa menulis tentang sungai-sungai di negara
yang ia kunjungi. Matatita juga menggambarkan tentang budaya dan sistem komunikasi di obyekobyek lokasi tertentu, di bagian cerita yang lain si penulis mendeskripsikan perayaan hari-hari besar
dan ritual-ritual yang dilakoni masyarakat lokal. Beberapa kisah yang menunjukan kemiripan topik
antara Matatita dengan Trinity adalah kedua penulis sama-sama menggambarkan pengalaman buruk
mereka selama perjalanan. Lain Matatita atau Trinity, lain pula Asma Nadia. Penulis berhijab ini
176
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
banyak mengisahkan tentang karakteristik masyarakat lokal, transportasi lokal, dan deskripsi rinci
tentang negara yang ia kunjungi. Asma Nadia juga melengkapi tulisannya dengan beberapa kosa kata
bahasa lokal yang dapat membantu pembacanya apabila berada di sana. Sementara itu, Afifah Ahmad,
penulis The Road to Persia Menelusuri Keindahan Iran yang belum Terungkap, memiliki ciri khas
tulisan yang sedikit berbeda dari travel writers sebelumnya. Sejarah dan bangunan-bangunannya, seni
dan arsitektur, serta pengalaman spiritual menjadi ruh dalam tulisannya. Dipilihnya negara Iran
sebagai lokasi kisah memungkinkan penulisnya untuk menjelajah lebih dalam tentang sejarah, seni,
arsitektur dan pengalaman religius di negara tersebut.
Sebagai simpulan sementara tentang travel writers pria dan wanita, dalam hal eksplorasi tema
masyarakat dan budaya lokal, penulis travel writing pria cenderung memilih tema yang secara umum
tidak banyak berbeda. Demikian pula dengan tema sejarah atau transportasi umum, beberapa penulis
pria lebih banyak membahas hal-hal seputar negara/ kota dengan segala permasalahannya dari pada
tema hiburannya sendiri. Karakteristik lain dapat dilihat melalui respon mereka ketika berkomunikasi
dengan masyarakat lokal ataupun reaksi ketika mengalami masalah di suatu tempat. Penulis travel
writing wanita lebih ekspresif melukiskan situasinya, sedangkan penulis pria selalu melihat dari sudut
yang berbeda. Tentu masih banyak karakteristik lain yang menunjukan identitas penulis travel writing
baik itu pria maupun wanita.
Identitas dan Isu Gender Pada Karya Travel Writing
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai bagaimana identitas penulis travel writing terbentuk dari
karya-karyanya serta isu gender apa yang diangkat oleh travel writer melalui tulisannya.
Siegel (2004) menyebutkan ... travel writing generally treats a finite period of time - a few
days, a few weeks, a few years – rather than an entire lifetime... the writer in a performative way,
constructs identity. Whether they record the collision of their identity with a new culture or not, travel
necessarily brings a change. Dapat disimpulkan dari teori Siegel bahwa identitas penulis menjadi
terbentuk ketika ia mulai menarasikan kisah perjalanannya dalam travel writing. Kisah perjalanan
dalam tempo waktu berhari-hari atau berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun akan secara otomatis
membentuk kepribadian penulisnya. Sebagai contoh, ketika Trinity berada di Afrika Selatan, ia
mempelajari karakter masyarakat di sana, seperti sebuah peribahasa when you are in Rome, do as a
Rome. Siegel menyatakan bahwa ketika kita bepergian ke daerah yang baru dan mencoba
menceritakan pengalaman tersebut, maka yang muncul adalah sebuah narasi versi penulis sebagai
seorang penulis bukan lagi sebagai orang yang pernah menetap di negara tertentu. Bagi sebagian
travel writer, sebuah identitas akan tampak jelas ketika berada di suatu negara dan mereka
menemukan situasi yang sama dengan negara dari mana ia berasal.
Isu gender mengisyaratkan sebuah pertanyaan apakah melalui karya-karya travel writing,
pelancong wanita dapat dibedakan dari pelancong pria? Ataukah lebih kepada kisah perjalanan yang
berbeda yang dialami penulis/ pelancong pria atau penulis/ pelancong wanita. Apabila disebutkan
sebelumnya bahwa dalam pemilihan topik/ tema tulisan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
penulis travel writing pria ataupun wanita, maka lain halnya dengan pengalaman yang mereka
dapatkan di lapangan. Penulis travel writing wanita seperti Matatita, Trinity, ataupun Asma Nadia
tidak pernah secara gamblang menceritakan tentang pengalaman mereka sebagai seorang wanita.
Narasi-narasi panjang dalam setiap bab cerita selalu bersifat umum yang berlaku baik itu bagi
pelancong pria maupun wanita. Meskipun secara fisiologis, psikologi dan kultur kebutuhan pria dan
wanita berbeda, mereka sadar bahwa pembaca karya bergenre travel writing tidak dibedakan
berdasarkan pria maupun wanita. Tidak sedikit dari sekian pelancong dunia adalah wanita. Matatita
dan penulis travel writing wanita lainnya merepresentasikan diri mereka sejajar dengan penulis/
pelancong pria. Namun demikian, ada kisah-kisah feminin yang tak pernah luput ditulis oleh para
travel writer wanita seperti kutipan berikut ini,
177
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
...begitu sampai di Makassar, yang dicari kali pertama adalah ... salon! Maka, kami semua
berpencar di mal, ada yang pijat refleksi, creambath, manicure-pedicure, dan cuci-blow...
(Trinity, 2011:239)
Matatita dalam Tales from the Road lebih menonjolkan tentang kelebihan seorang wanita seperti
dikutip berikut ini,
... tapi yang jelas, saya sangat mengagumi keperkasaan perempuan Bali. Keperkasaan itu
nggak sebatas saat menyunggi sesaji yang menjulang tinggi di atas kepalanya dalam upacara
adat, yang membuat wisatawan takjub dan fotografer berdekatan untuk mengabadikannya,
tetapi juga pada pekerjaan-pekerjaan ―kasar‖ seperti buruh bangunan (2009:104).
Sebaliknya, travel writer pria sesekali mengangkat isu gender yang berfokus pada wanita. Uni Emirat
Arab adalah setting tempat Valiant Budi menarasikan kisahnya selama menjadi TKI di negara
tersebut. Persepsi negatif dialamatkan oleh penulis terhadap salah satu tokoh wanita dalam kisahnya
berjudul Kedai 1001 Mimpi seperti dikutip di bawah ini,
... seorang wanita membuka cadarnya secara perlahan. ―buatkan saya grande latte half shot
dengan extra raspberry.‖ Bibirnya mendadak manyun, lalu ia bubuhkan lupstik merah
menyala di atasnya. Kemudian ia membuka abayanya dengan gaya bintang iklan sabun
membuka handuk,‖dan tolong pakai skimmed milk.‖ Begitu ‗milk‟ terucap, tepat ketika
belahan dadanya tersingkap (2011:343).
Pengalaman yang dinarasikan oleh Valiant Budi adalah ketika ia bekerja sebagai pelayan di sebuah
cafe di Arab Saudi. Meskipun kutipan narasi di atas terlihat apa adanya, penulis menggunakan pula
daya imajinasinya untuk melengkapi persepsi yang dialamatkan pada si tokoh wanita. Dalam bab
cerita berjudul bahasa kotor dan penari tiang, Valiant juga mencontohkan beberapa kata-kata
umpatan yang subyeknya adalah wanita. Isu gender pada genre travel writing sesekali muncul
tergantung situasi yang dialami oleh penulis karya travel writing.
#Egyptology, Mesir bukan hanya tentang Nabi Musa, Firaun, dan Cleopatra adalah sebuah
karya Travel Writing berlatar belakang Timur Tengah karya Rashid Satari, salah satu travel writer
pria Indonesia. Namun demikian, tidak ada satu bab pun yang menarasikan khusus tentang wanita.
Salah satu bab berjudul Ketika Osama Menikah menjadikan tokoh Osama dan wanitanya sebagai
fokus cerita.
Setiap penulis karya genre travel writing baik itu pria maupun wanita memiliki karakteristik
tulisan yang mencerminkan identitas penulisnya. Identitas tersebut terefleksi melalui narasi cerita
dalam sub bab – sub bab sehingga membentuk kepribadian yang entah ketika bersinggungan dengan
budaya di tempat baru mampu menyesuaikan diri ataukah tidak. Melalui sub bab – sub bab yang
sama, karya-karya travel writing yang disusun oleh travel writer pria maupun wanita dapat
diidentifikasi tentang isu gender yang diangkat dalam cerita mereka seperti beberapa kutipan di atas.
Ada tidaknya identitas terefleksi dari kisah perjalanan travel writer atau isu gender dalam narasi
cerita, seperti pendapat Siegel bahwa sejatinya perjalanan para penulis travel writing tentunya
membawa perubahan bagi si travel writer.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan deskripsi waktu kapan genre travel writing mulai populer di Indonesia diperoleh
fakta tentang perkembangan genre tersebut bahwa pada awal 1990an penulis pria Indonesia,
Hendrayana, mulai mempopulerkan tulisan-tulisan tentang kisah perjalanannya. Istilah travel writing
belum cukup dikenal pada masa itu, sehingga memoar digunakan untuk menyebut jenis tulisan
Hendrayana. Penulis travel writing wanita Indonesia mulai mempublikasikan karya mereka pada
178
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
pertengahan tahun 2000an. Hingga saat ini nama-nama seperti Matatita, Trinity, Asma Nadia, Afifah
Ahmad banyak menghiasi toko-toko buku ternama seperti Gramedia terutama pada bidang pariwisata.
Disamping nama-nama yang telah disebut di atas, ada nama-nama travel writer lain seperti
Valiant Budi, Junanto Herdiawan, Gol a Gong, Rashid Satari, Windy Ariestanty, dan nama-nama lain
yang meskipun mereka mengunjungi dan menceritakan kota yang sama, pengalaman yang diperoleh
tentu saja tidak sama sehingga kisahnya pun memiliki sudut pandang yang berbeda pula.
Berulang kali disebutkan bahwa setiap penulis karya genre travel writing baik itu pria maupun
wanita memiliki karakteristik tulisan yang mencerminkan identitas penulisnya. Identitas tersebut
terefleksi melalui narasi cerita dalam sub bab – sub bab sehingga membentuk kepribadian yang entah
ketika bersinggungan dengan budaya di tempat baru mampu menyesuaikan diri ataukah tidak. Melalui
sub bab – sub bab yang sama, karya-karya travel writing yang disusun oleh travel writer pria maupun
wanita dapat diidentifikasi tentang isu gender yang diangkat dalam cerita mereka. Ada tidaknya
identitas terefleksi dari kisah perjalanan travel writer atau isu gender dalam narasi cerita, seperti
pendapat Siegel bahwa sejatinya perjalanan para penulis travel writing tentunya membawa perubahan
bagi si travel writer dengan atau tanpa mengangkat isu gender.
S i mp u l a n yang dikemukakan di atas memberikan pijakan kepada peneliti untuk
menyampaikan saran bagi peneliti-peneliti berikutnya khusus bidang sosial humaniora untuk dapat
melanjutkan fokus penelitian dengan topik yang berbeda semisal secara rinci mendeskripsikan
perbedaan karya travel writing antara pria dan wanita. Peneliti-peneliti selanjutnya juga dapat
meneliti tentang hubungan antara karya dan publik terhadap produk-produk travel writing yang telah
terbit di media.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Afifah. (2013). The Road to Persia; Menelusuri Keindahan Iran yang Belum Terungkap.
Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
Ariestanty, Windy et al. (2011) The Journeys. Travel stories of travelers. Jakarta: Gagas Media
Budi, Valiant. (2011). Kedai 1000 Mimpi. Jakarta: Gagas Media
Claggett, Fran, Reid, Louann, & Vinz, Ruth. 1998. Daybook of Critical Reading and Writing. USA:
Great Source Education Group.
Endraswara, Suwardi. (2004). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Gol A Gong. (2012). Travel Writer, being traveler, being writer. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
(2012). The Gong Traveling. Perjalanan Asia Ala Travel Writer Legendaris. Bandung:
Salamadani.
Herdiawan, Junanto. (2012). Shocking Japan: Sisi Lain Jepang yang Mengejutkan. Yogyakarta:
Bentang Pustaka.
Hofstede G.J. (2002). Exploring Culture Exercise, Stories and Synthetic Cultures. London:
Intercultural Press.
Margawati, Prayudias. (2013). Travel Writing, When Travelers Meet Creative Writing.A Study of
Travel Writing Works by Matatita and Trinity.Proceeding The Asian Conference on Arts
and Culture 2013 Srinakharinwirot University Bangkok 13 – 14 Juni, hlm. 367-373
Matatita.(2009). Tales from the Road. Taste the Unique Culture from Jogjakarta to Nepal.
Yogyakarta: Bentang Pustaka.
(2010). Euro Trip Safe & Fun. 15 days exploring 5 countries and 9 cities. Yogyakarta:
Bentang Pustaka.
(2011). Ubud Travel Writing Trip workshop handout for Traveler.Menulis kisah
perjalanan. Yogyakarta: Bentang Pustaka
179
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN
Nadia, Asma. (2012). The Jilbab Traveler. Depok: Asmanadia Publishing House.
Mulyono, 2011. Silabus, Handout, dan Media Pembelajaran "Penulisan Kreatif
Proceedings. 2011. Asia Creative Writing Conference. English Department.Politeknik Negeri Jember
East Java.
Rizal, S.S. 2011. Relevancy Between Culture and Creative Writing: An Alternative Contribution to
Promote Local Culture Development. Paper presented in 1st International Conference on
"English Across Culture."UNDIKSHA, Bali.
Satari, Rashid. (2013). #Egyptology (Mesir Bukan hanya tentang Nabi Musa, Fir‟aun, dan
Cleopatra). Bandung: Qanita.
Sihmanto. (2010). Vietnam dalam 15 Hari. Jakarta: Bentang Pustaka.
Thompson, Geoff. (1996). Introducing Functional Grammar. New York: Arnold.
Trinity. (2012). The Naked Traveler 1-4. Yogyakarta: Bentang Pustaka
Yudasmoro. 2012. Travel Writer. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
http://en.wikipedia.org/wiki/Travel_writing
180
Download