BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pihak mengandalkan informasi akuntansi dalam membuat keputusan-keputusan usaha atau investasi. Pihak-pihak tersebut akan menggunakan laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas yang menyediakan sebagian besar informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan bernilai ekonomis. Dalam bursa efek, investor dihadapkan kepada kemungkinan perusahaan merugi dan harga saham yang menurun. Investor yang rasional dalam membuat keputusan investasi dalam efek selalu mempertimbangkan keuntungan dan risiko yang dicapai dibandingkan dengan tingkat bunga deposito yang tingkat risikonya lebih rendah. Dalam analisis ini laporan arus kas perusahaan dapat menjadi informasi yang relevan dan penting serta digunakan sebagai bahan pertimbangan investor dalam menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Ikatan Akuntansi Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1994, mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan revisi total terhadap Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Revisi total tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi dalam rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembangan yang terjadi di Indonesia dan dunia internasional. 1 2 Melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2, Ikatan Akuntansi Indonesia mengubah penyajian perubahan laporan perubahan posisi keuangan yang semula berupa laporan arus dana menjadi laporan arus kas yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan selama suatu periode akuntansi. Dalam PSAK No. 2 paragraf 04 dinyatakan bahwa informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah waktu dan kepastian arus kas masa depan. Informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. Foster (1986) menjelaskan bahwa adanya jumlah analisis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka akan membuat harga sekuritas menjadi wajar dan mencerminkan semua informasi yang relevan. Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian sulit bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di Bursa Efek. Bowen et al. (1986) menyatakan bahwa manfaat data arus kas adalah dapat memprediksi kegagalan, menaksir risiko sebagai prediksi pemberian pinjaman, penilaian perusahaan, serta dapat memberikan informasi tambahan bagi 3 pasar modal. Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, pendanaan dan investasi dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Klasifikasi menurut akuntansi memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh akuntansi tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut. Barlev dan Livnat (1989) menyatakan terdapat hubungan yang lebih kuat antara kandungan informasi laporan arus kas dengan harga saham. Jika di bandingkan dengan neraca dan laporan laba rugi, lebih lanjut Livnat dan Zarowin (1990) menguji komponen arus kas dengan menggunakan model analisis regresi berganda. Hasil yang diperoleh bahwa komponen arus kas mempunyai hubungan positif yang lebih kuat dengan abnormal return saham dibandingkan laba akrual dengan abnormal return saham. Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan dan juga merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham. Penelitian tentang laporan arus kas juga banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan antara lain adalah penelitian yang dilakukan 4 oleh Baridwan (1997) melakukan penelitian dengan mengevaluasi informasi yang dihasilkan laporan arus kas. Tujuan penelitian tersebut adalah menentukan apakah terdapat korelasi antara informasi dari laporan laba rugi dengan yang terdapat dalam laporan arus kas. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa kedua laporan tersebut memiliki korelasi, tetapi secara signifikan berbeda. Suadi (1998) menguji nilai hubungan antara arus kas operasi dengan jumlah pembayaran dividen. Hasil dari penelitian tersebut adalah laporan arus kas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu periode setelah terbitnya laporan arus kas. Asyik (1999) melakukan penelitian tentang apakah informasi laporan arus kas dapat memberikan nilai tambah bagi para pemakai laporan keuangan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa laporan arus kas mampu memberikan nilai tambah informasi bagi para pemakai laporan keuangan. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa dalam hubungannya dengan return saham, laporan neraca dan laporan laba rugi lebih kuat berhubungan dengan return saham dibandingkan dengan laporan arus kas dengan return saham. Triyono dan Hartono (2000) melakukan penelitian terhadap total arus kas tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap harga saham, tetapi penelitian arus kas ke dalam tiga komponen arus kas mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Selain itu bahwa informasi arus kas memberikan infomasi tambahan bagi pemakai laporan keuangan. 5 Cahyani (1999) menguji muatan informasi tambahan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara laba, akrual dan arus kas dengan return saham. Penelitian tersebut berbeda dengan Gantyowati (2001) melakukan pengujian hubungan antara operating cash flow dan accrual dengan return saham. Hasilnya menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara operating cash flow, agregat accrual, perubahan working capital dan non current accrual dengan return saham. Supriyadi (2000) melakukan penelitian tentang kemampuan earning dan arus kas dalam memprediksi earning dan arus kas masa depan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa earning memiliki kemampuan prediksi yang lebih besar dibanding arus kas dalam memprediksi earning masa depan. Parawiyati (2000) meneliti hubungan kemampuan prediksi informasi keuangan yang terdiri dari laba, piutang, persediaan, biaya administrasi dan biaya penjualan, dan laba kotor terhadap penjualan serta arus kas terhadap laba dan arus kas. Hasil pengujian untuk memprediksi perubahan laba dan arus kas menunjukkan untuk prediksi satu dan empat tahun ke depan secara bersama-sama, variabel informasi keuangan adalah signifikan. Namun untuk memprediksi perubahan arus kas dua tahun ke depan hasil pengujiannya menunjukkan secara bersama-sama variabel keuangan juga signifikan setelah dilakukan pengujian ulangan dengan menggunakan variabel independen tertentu. 6 Gunawan (2000) menguji kandungan informasi laporan arus kas dengan melihat pengaruhnya dengan harga saham sebelum, awal dan selama krisis moneter. Hasil pengujian dengan menggunakan model linier menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel arus kas bad news dan laba good news dengan harga saham untuk periode sebelum krisis moneter, untuk periode awal krisis moneter tidak satupun variabel yang signifikan dengan harga saham dan untuk periode selama krisis moneter variabel yang signifikan dengan harga saham adalah total arus kas, arus kas good news, total laba, laba good news dan laba bad news. Wasito (2000) melakukan penelitian pengaruh informasi laporan arus kas terhadap volume perdagangan saham. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam periode sebelum krisis moneter tidak ada variabel arus kas yang secara signifikan berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Untuk periode selama krisis moneter tidak satupun variabel arus kas berpengaruh secara signifkan terhadap volume perdagangan saham, karena reaksi volume perdagangan saham terjadi secara dependen. Hal ini ditunjukkan dengan t hitung lebih kecil dibanding dengan t tabel sebagai variabel arus kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan saham. Kristiawan (2000) menguji tambahan pengaruh rasio keuangan yang terkandung dalam informasi laporan arus kas terhadap pengaruh rasio keuangan yang terkandung dalam laporan neraca dan laporan laba rugi terhadap cumulatif abnormal return saham. Pada hasil penelitian tersebut adalah bahwa laporan 7 keuangan arus kas mempunyai tambahan kandungan informasi yang berguna bagi para pengambil keputusan bisnis yang menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan. Wahyuni (2002) menguji apakah terdapat perubahan harga saham yang signifikan akibat adanya pemecahan saham setelah dikendalikannya faktor-faktor fundamental yaitu laba bersih tahunan. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan harga saham relatif. Variabel laba dan perubahan laba memberikan pengaruh yang positif pada perubahan harga saham relatif yang artinya adalah informasi mengenai laba memberikan pengaruh yang positif kepada para investor. Beberapa penelitian di atas telah menunjukkan bukti bahwa laporan arus kas mempunyai informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi yang terkandung dalam laporan arus kas mampu memberikan pertimbangan bagi investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Penelitian ini menguji tentang pengaruh informasi laporan arus kas terhadap abnormal return yang mengacu pada penelitian Wahyuni (2002). Faktor yang membedakan dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut ini. 1. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan yaitu tahun 2000-2001. 2. Perbedaan lain adalah penelitian ini mengambil sampel tidak terbatas pada perusahaan manufaktur saja tetapi meliputi semua jenis perusahaan yang diambil secara random. 8 3. Gunawan (2000) menguji pengaruh perubahan total arus kas terhadap return saham, Adiati (2003) menguji pengaruh kandungan arus kas terhadap dividen, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel arus kas operasi dalam mengetahui ada tidaknya hubungan dengan abnormal return. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, bahwa laporan arus kas merupakan bagian informasi dari laporan keuangan. Sementara informasi merupakan dasar dalam penentuan harga saham oleh para investor, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. “Apakah kandungan informasi laporan Arus Kas mempunyai hubungan dengan Abnormal Return di Bursa Efek Jakarta?” C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar tidak meluasnya permasalahan yang ada. Pembatasan masalah yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut ini. 1. Sasaran penelitian adalah semua perusahaan yang go public dan mempublikasikan laporan arus kas tahun 2000 antara 1 Januari 2001 sampai 31 Desember 2001 dan arus kas tahun 2001 antara 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2002. 2. Laporan arus kas yang dimaksud adalah laporan arus kas yang telah diaudit. 9 D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kandungan informasi arus kas dengan abnormal return. Di samping itu, penulisan ini juga bertujuan untuk menguji dan memantapkan teori yang telah dirumuskan. Terdapat dua manfaat dalam penulisan skripsi ini yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis. Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi bagi investor maupun pengguna laporan arus kas lainnya dalam menunjang pengambilan keputusan keuangan terhadap abnormal return. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberi arah bagi penelitian berikutnya mengenai laporan arus kas maupun abnormal return. E. Sistematika Penulisan Sesuai dengan pedoman penyusunan skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (2001), skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai berikut ini. Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 10 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang tujuan dan kegunaan laporan arus kas, kerangka pemikiran, bukti empiris kandungan informasi arus kas, dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, populasi penelitian dan pengumpulan data, definisi variabel dan teknik analisis data. BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini berisi hasil analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang diperlukan dan interpretasi hasil. BAB V : KESIMPULAN Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi hasil penelitian. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Arus Kas Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak ekstern. Investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan menggunakan informasi dalam laporan keuangan untuk membantu memutuskan investasi, kredit dan tindakan lainnya yang berhubungan dengan perusahaan. Oleh karena laporan keuangan berisi berbagai informasi. Para pengguna akan memilih informasi yang relevan dengan keputusan yang diambilnya. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang terdiri dari berbagai laporan seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan lainnya sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku. Dengan demikian, pemakai laporan keuangan menginginkan jenis informasi tertentu, kebutuhannya akan dapat dipenuhi bila sesuai dengan Standard Akuntansi (SAK) yang berlaku. Sejak abad ke-20, laporan keuangan yang melaporkan sejenis laporan yang mirip laporan dana atau laporan perubahan posisi keuangan. Laporan ini dikembangkan terus dan pada tahun 1964, Accounting Principle Board (APB) menerbitkan APB opinion No. 3 yang berjudul The Statement of Source and 12 Aplication of Fund. Opini mewajibkan perusahaan untuk membuat laporan sumber dan penggunaan dana dalam arti luas termasuk kegiatan investasi dan pendanaan. Pada bulan maret 1971, APB mengeluarkan opinion No. 19, Reporting Changes in Financial Position untuk menggantikan opinion No. 3. Opinion No. 19 ini memenuhi digunakannya konsep yang luas yang meliputi semua perubahan dalam posisi keuangan, tanpa memperhatikan apakah kegiatan investasi dan pendanaan itu mempengaruhi kas atau elemen modal kerja yang lain (FASB, 1985). Penyusunan laporan keuangan seperti yang diatur dalam APB opinion No. 19 dirasakan tidak membantu pemakai laporan keuangan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Para pemakai menginginkan informasi arus kas, tetapi perusahaan tidak menyediakan informasi ini. Oleh karena itu timbul pandangan bahwa laporan perubahan posisi keuangan tidak berguna untuk dibuat dan dipandang sebagai laporan yang tidak penting. Pada tahun 1984, Financial Accounting Standard Board (FASB) menerbitkan Statement of Financial accounting Concept (FSAC) No. 5 Recognation and Measurment in Financial Statement of Bussines Interprise yang menyatakan bahwa satu set penuh laporan keuangan untuk satu periode harus menunjukkan (FASB, 1985) hal-hal berikut ini. 1. Posisi keuangan pada akhir periode. 2. Earnings (laba bersih) untuk periode itu. 13 3. Laba komprehensif (total perubahan modal yang tidak berasal dari pemilik) untuk periode itu. 4. Aliran kas selama periode itu. 5. Investasi oleh dan distribusi kepada pemilik selama periode itu. Sejak tahun 1984 itu telah diakui perlunya laporan arus kas yang pada waktu sebelumnya ditunjukkan oleh laporan perubahan posisi keuangan. Walaupun pemikiran tentang perlunya informasi arus kas sudah diakui secara formal sejak tahun 1984, tetapi baru diwajibkan oleh FASB dalam tahun 1987 dengan dikeluarkannya SFAS No. 95. Di Indonesia kewajiban menerbitkan laporan keuangan arus kas mulai berlaku tahun 1994 yaitu dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. B. Definisi Laporan Arus Kas Menurut Simmamora (2000) laporan arus kas adalah laporan keuangan yang meperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan dan investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu. Dalam suatu cara merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas. C. Tujuan Utama Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi tentang penerimaan kas (cash receipts) dan pembayaran-pembayaran kas (cash payment) dari suatu entitas selama suatu periode tertentu. Tujuan lainnya adalah untuk 14 memaparkan informasi tentang kegiatan-kegiatan operasi, investasi dan pendanaan dari suatu entitas selama periode tertentu. Selain itu laporan arus kas dapat memasok informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang bisnis (Simamora, 2000). D. Makna Arus Kas Dalam laporan arus kas, definisi kas juga mencakup setara kas. Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dapat segera dijadikan kas dan jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. FASB (1985) mendefinisikan setara kas sebagai berikut ini. 1. Tersedia untuk dijadikan kas dengan jumlah yang pasti. 2. Jatuh temponya sudah sangat dekat sehingga risiko terjadinya perubahan nilainya sangat kecil akibat perubahan tingkat bunga. Setara kas ini dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk tujuan investasi atau tujuan lain. Suatu investasi baru boleh disebut setara kas hanya jika investasi itu akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. 15 E. Manfaat Arus Kas Laporan arus kas bermanfaat secara internal bagi manajemen dan secara eksternal bagi para pemodal dan kreditor. Manajemen memakai laporan arus kas untuk menilai likuiditas, menentukan kebijakan dividen dan mengevaluasi dari keputusan-keputusan kebijakan pokok yang menyangkut investasi dan pendanaan. Informasi dalam laporan arus kas akan membantu para pemodal, kreditor dan investor dalam menilai bermacam-macam aspek dari posisi keuangan perusahaan yang menurut Simmamora (2000) adalah sebagai berikut ini. 1. Kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas masa depan. 2. Kemampuan entitas untuk membagikan dividen dan memenuhi kewajibannya. 3. Sebab-sebab perbedaan antar pendapatan bersih dan kas bersih yang disediakan atau dipakai oleh kegiatan-kegiatan operasi. 4. Transaksi-transaksi pendanaan dan investasi kas selama periode tertentu. Meskipun FASB menyatakan bahwa informasi laba yang dihitung dengan dasar akrual biasanya dapat menunjukkan informasi prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan informasi penerimaan dan pengeluaran kas (informasi arus kas), tetapi laba akuntansi mengandung komponen-komponen akrual yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya sehingga sulit diperbandingkan. Untuk analisis investasi, para penulis keuangan lebih banyak menggunakan informasi yang terbaru dengan penerimaan dan pengeluran kas yang lebih mencerminkan likuiditas daripada informasi laba akuntansi. Informasi ini 16 dapat diterima dalam laporan arus kas yang sudah menjadi bagian yang integral dan laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia sejak berlakunya Standard Akuntansi (SAK) pada tanggal 1 Januari 1995. Sejak berlakunya PSAK No. 2 tahun 1994 laporan perubahan posisi keuangan tidak boleh disajikan dalam bentuk laporan arus kas dana, akan tetapi harus berbentuk laporan arus kas yang dirinci ke dalam komponen-komponen arus kas dari aktivitas operasi, pendanaan dan investasi. Alasannya adalah karena informasi arus kas historis lebih berguna untuk menunjukkan jumlah waktu dan kepastian arus kas masa depan. Selain itu, informasi arus kas historis juga bermanfaat dalam meneliti kecermatan prediksi arus kas masa depan. Laporan arus kas juga memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi fleksibilitas keuangan perusahaan. Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan jumlah kas yang memadai dalam rangka menjawab kebutuhan-kebutuhan dan kesempatan-kesempatan bisnis yang tidak terduga. Masing-masing pelaporan dalam laporan keuangan memiliki fokus yang berbeda-beda. Laporan laba rugi berfokus pada profitabilitas dan mengungkapkan pendapatan dan beban suatu entitas suatu periode tertentu. Neraca mengungkapkan sumber-sumber daya ekonomi, kewajiban finansial dan ekuitas pemilik dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan arus kas merupakan laporan komplementer bagi neraca dan laporan laba rugi dalam memberikan gambar lengkap dari aset dan struktur keuangan perusahaan serta 17 bagaimana aset, kewajiban dan elemen arus kas tidak berubah selama periode tertentu. Menurut PSAK (IAI 1999 : 22) laporan arus kas digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas mempunyai kegunaan sebagai berikut ini. 1. Memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai laporan keuangan mengevaluasi perubahan antara basis, struktur kas dan kemampuan mempengaruhi arus kas. 2. Memberikan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. 3. Memungkinkan para pemakai laporan keuangan mengembangkan modal untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan (meningkatkan daya banding). 4. Menggunakan informasi arus kas historis sebagai indikator jumlah, waktu dan kapasitas masa depan. 5. Memilih kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. F. Klasifikasi Arus Kas Dalam SFAS No. 95 dan PSAK No. 2 dinyatakan bahwa laporan arus kas harus menunjukkan hal-hal sebagai berikut ini. a. Arus kas dari kegiatan operasi. 18 b. Arus kas dari kegiatan investasi. c. Arus kas dari kegiatan pendanaan. Klasifikasi menurut aktivitas ini akan memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Jenis-jenis arus masuk kas dan arus keluar kas adalah sebagai berikut ini (Simmamora, 2000). A. Aktivitas arus kas operasi. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba rugi bersih. Contoh arus kas dari aktivitas operasi sebagai berikut ini. 1. Arus masuk kas a. Penerimaan kas dari penjualan barang-barang dan jasa. b. Penerimaan kas dari hasil pemberian pinjaman (bunga yang diterima) dan dari ekuitas surat berharga (dividen yang diterima). 2. Arus keluar kas a. Pembayaran kas kepada pemasok persediaan. b. Pembayaran kas kepada para karyawan atas jasanya. c. Pembayaran kas kepada pemerintah dalam bentuk pajak. d. Pembayaran kas kepada pemberi pijaman dalam bentuk bunga. e. Pembayaran kas kepada pihak-pihak lainnya atas pengeluaran-pengeluaran. 19 B. Aktivitas arus kas investasi. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pegeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dari arus kas masa depan. Contoh arus kas aktivitas investasi sebagai berikut ini. 1. Arus masuk kas a. Penerimaan kas dari penjualan property, aktiva tetap dan perlengkapan. b. Penerimaan kas dari surat utang atau ekuitas surat berharga dari entitas lainnya. c. Penerimaan kas dari penagihan pokok pinjaman atas pinjaman yang diberikan kepada entitas lainnya. 2. Arus keluar kas a. Pembayaran kas untuk pembelian aktiva tetap. b. Pembayaran kas untuk surat berharga ekuitas atau utang dari entitas lainnya. c. Pembayaran kas untuk pemberian pinjaman kepada entitas lainnya. C. Aktivitas arus kas pendanaan. Arus kas aktivitas pendanaan diungkapkan secara terpisah karena berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh pemasok modal perusahaan. 1. Arus masuk kas a. Penerimanan kas dari penjualan surat berharga ekuitas (saham perusahaan sendiri). b. Penerimaan kas dari penerbitan kewajiban (obligasi dan promes). 20 2. Arus keluar kas a. Pembayaran kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. b. Pembayaran untuk penebusan utang jangka panjang atau memperoleh kembali saham. Arus kas dari aktivitas-aktivitas operasi biasanya disajikan pertama kali lantas diikuti oleh arus kas dari aktivitas-aktivitas investasi dan aktivitasaktivitas pendanaan. Jumlah arus kas bersih dari aktivitas-aktivitas ini adalah kenaikan bersih atau penurunan bersih dalam periode tertentu. Saldo kas pada awal periode ditambahkan kepada kenaikan atau penurunan bersih kas dan kemudian dilaporkan saldo kas pada akhir periode. Saldo kas pada laporan arus kas harus sama dengan kas yang dilaporkan pada neraca. Laporan arus kas dapat disusun dengan menggunakan metode langsung atau tak langsung. Metode langsung adalah menyusun laporan arus kas yang memisahkan penerimaan dan pengeluaran kas. Jumlah-jumlah yang dilaporkan sebagai penerimaan dan pengeluaran kas adalah jumlah bruto. Penyusunan laporan arus kas dengan menggunakan laba atau rugi bersih akibat adanya defferal dan accrual transaksi pembayaran dan penerimaan kas yang terkait dengan kegiatan operasi masa lalu atau masa yang akan datang dan pengaruh transaksi investasi dan pendanaan. Selain itu pelaporan arus kas dari aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan dilaporkan secara terpisah dari kelompok utama penerimaan kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 21 G. Harga Saham Informasi laba, nilai buku dan laba per saham merupakan informasi yang dibutuhkan oleh para investor di pasar modal. Namun demikian, informasi akuntansi seperti tersebut bukan merupakan informasi yang sifatnya absolut dalam peradilan laporan bagi pemodal. Untuk kondisi pasar modal di Indonesia perkembangan membeli atau menjual saham dalam prakteknya masih banyak didasarkan pada informasi non akuntansi seperti dengan melihat daftar peringkat harga saham. Mengingat bahwa pertimbangan pasar modal Indonesia dapat juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pasar modal lain di luar negeri. Maka hal yang tidak mungkin bahwa informasi akuntansi akan menjadi informasi yang penting bagi para pengambil keputusan. Hal ini karena penyampaian informasi tersebut memiliki potensi utama sebagai pengurang ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Salah satu sifat khas pasar modal apabila dibandingkan dengan pasar modal yang lain adanya ketidakpastian akan kualitas produk yang ditawarkan. Untuk mengurangi ketidakpastian investasinya inilah para investor memerlukan informasi akuntansi untuk menilai risiko yang melihat dalam investasinya dan juga untuk memperkirakan return yang akan diperoleh dari investasinya tersebut. Suatu informasi dapat dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan yang baru di kalangan 22 para investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga. H. Definisi Harga Saham Menurut Sunnariyah (1997) yang dimaksud dengan harga saham adalah harga pasar (market value) saham yang berlaku dalam pasar modal pada saat ini. Dalam proses penilaian perlu dibedakan antara nilai dan harga. I. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Penentuan harga saham di pasar sekunder pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap saham di pasar modal, sehingga harga saham naik turun setiap saat tergantung kekuatan mana yang lebih kuat antara permintaan dan penawaran. Kekuatan tersebut sangat dipengaruhi oleh informasi. Informasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis sebagai berikut ini. a. Informasi yang bersifat fundamental. Informasi itu berkaitan dengan modal perusahaan, kondisi umum industri sejenis dan faktor lain yang mempengaruhi kondisi dan prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang. b. Informasi yang bersifat teknis. Informasi ini mencerminkan kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, dan volume transaksi. 23 c. Informasi yang berkaitan dengan faktor lingkungan. Informasi ini berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara. Harga saham mengalami turun naik sesuai dengan pengaruh-pengaruh yang sedang berlangsung terhadap saham dan pengaruh-pengaruh yang sedang terjadi di pasar saham. Hal ini dapat dikatakan bahwa harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor mikro atau internal perusahaan dan faktor- faktor eksternal perusahaan. J. Hipotesis Pasar Efisien Sunnariyah (1997) informasi yang tercermin dalam harga saham akan menentukan bentuk pasar yang efisien. Secara teoritikal dikenal tiga bentuk pasar modal efisien yang ditunjukkan sebagai berikut ini. 1. Hipotesis pasar efisien bentuk lemah. Hipotesis pasar efisien bentuk lemah adalah suatu pasar modal yang harga sahamnya merefleksikan semua informasi harga historis. Harga saham sekarang dipengaruhi oleh harga saham masa lalu, lebih lanjut informasi masa lalu dihubungkan dengan harga saham untuk membantu menentukan harga saham sekarang. 2. Hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat. Harga saham pada pasar modal menggambarkan semua informasi yang dipublikasikan sampai ke masyarakat keuangan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan ketidaktahuan mengenai operasi perusahaan. 24 3. Hipotesis pasar efisien bentuk kuat. Pasar modal yang efisien dalam bentuk yang kuat merupakan tingkat efisien pasar yang tinggi. Konsep pasar efisien bentuk kuat mengandung arti bahwa semua informasi direfleksikan dalam harga saham, baik informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan. K. Karakteristik Pasar Efisien Berikut ini adalah karakteristik pasar modal yang efisien secara umum menurut Sunnariyah (1997) sebagai berikut ini. 1. Harga saham akan merefleksikan secara cepat dan akurat terhadap semua bentuk informasi baru. 2. Harga saham bersifat random, jadi harga saham tidak mengikuti beberapa kecenderungan maupun informasi masa lalu untuk digunakan menentukan kecenderungan harga. 3. Saham-saham yang menguntungkan (profitable) tidak mudah untuk diprediksi karena harga saham di pasar siap merefleksikan informasi yang akan datang. L. Hasil Penelitian Terdahulu Ali (1994) menguji kandungan informasi dari laba terhadap arus kas dengan menggunakan model linier dan nonlinier. Analisis dilakukan dengan menyertakan faktor deflator market value of equity awal periode. Penggunaan sampel didasarkan pada laporan keuangan bulan Desember untuk menunjukkan 25 bahwa arus kas relatif tidak memiliki kandungan informasi dibandingkan variabel laba dan modal kerja dari operasi. Hasil yang diperoleh dari model nonlinier mendukung adanya hubungan antara return saham dengan ketiga variabel independen di atas. Hastuti dan Sudibyo (1998) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah publikasi laporan arus kas mempengaruhi pengambilan keputusan investor. Hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa para investor sudah memanfaatkan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan Desember 1993 dan 1994 untuk pengambilan keputusan investasi. Baridwan dan Parawiyati (1998) menguji kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas perusahaan go publik di Indonesia. Sampel yang diambil sebanyak 48 perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya adalah prediktor laba memberi pengaruh yang lebih besar dibanding prediktor arus kas, walaupun hasil analisisnya menunjukkan bahwa prediktor laba dan arus kas signifikan dalam memprediksi laba satu tahun ke depan. Agustina (1999) menguji analisis hubungan laporan arus kas dengan return saham di Bursa Efek Jakarta dengan mengambil sampel berupa perusahaan manufaktur selama tiga tahun. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji kolonilliaritas dan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan dan serentak variabel total arus kas good news dan laba bersih good news mempunyai hubungan 26 tetapi tidak berpengaruh secara signifikan dengan peningkatan return saham di sekitar publikasi laporan keuangan Triyono dan Hartono (2000) melakukan penelitian terhadap 54 perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun buku 1995 dan 1996 mengenai hubungan kandungan informasi dari total arus kas terhadap harga return saham. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ketiga komponen arus kas mempunyai pengaruh yang signifikan, sedangkan laba akuntansi mempunyai kandungan informasi terhadap harga saham. Azis (2000) menguji kemampuan prediksi arus kas terhadap arus kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa arus kas (arus kas operasi) memiliki kemampuan prediksi untuk satu tahun ke depan, dan krisis ekonomi berpengaruh terhadap kemampuan prediksi arus kas. Adiati (2003) menguji manfaat arus kas untuk prediksi dividen dengan laba bersih dan dividen sebelumnya sebagai variabel kontrolnya. Hasilnya adalah bahwa laba bersih dan jumlah dividen kas bermanfaat untuk memprediksi jumlah dividen kas satu tahun kemudian, sedangkan arus kas operasi dan kas akhir tahun jika digunakan bersama-sama dengan laba bersih dan jumlah dividen kas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah dividen kas satu tahun kemudian. 27 M. Kerangka Pemikiran Arus kas operasi BEJ Reaksi pasar Abnormal return Gambar II. 1 kerangka pemikiran N. Hipotesis Barlev dan Livnat (1989) mengemukakan bahwa perusahaan laba bersih arus kas dari operasi dan laba akrual dapat meningkatkan hubungan dengan abnormal return. Livnat dan Zarowin (1990) menunjukkan bahwa komponen arus kas mempunyai hubungan positif yang lebih kuat dengan abnormal return saham dibandingkan arus kas dengan laba akrual. Penelitian tentang arus kas telah banyak dilakukan di Indonesia dengan beragam hasil yang dikemukakan oleh Gunawan (2000) mengemukakan bahwa informasi laporan arus kas mempunyai hubungan yang signifikan terhadap harga saham. Wahyuni (2002) menunjukkan bahwa tak ada hubungan antara informasi laporan arus kas dalam kondisi bad news dengan penurunan return saham dan tak ada hubungan antara informasi laporan arus kas dalam kondisi good news dengan peningkatan return saham di sekitar publikas laporan keuangan. Adiati (2003) menghasilkan bahwa arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah dividen kas satu tahun kemudian. Dengan berdasarkan penelitian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut ini. 28 Ho1 : Informasi laporan arus kas tidak berhubungan dengan abnormal return di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan. Ho2 : Informasi laporan arus kas berhubungan dengan abnormal return di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan. 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menguji signifikansi hubungan antara laporan keuangan arus kas terhadap perubahan harga saham di Bura Efek Jakarta (BEJ) dari perusahaan-perusahaan yang go publik tahun 2000 dan tahun 2001. Periode pengamatan dilakukan lima hari sebelum dipublikasikannnya laporan keuangan, saat dipublikasikannya laporan keuangan arus kas dan lima hari setelah dipublikasikannya laporan keuangan. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek yang ciri-cirinya hendak diduga. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan go publik yang sahamnya terdaftar dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2000 dan tahun 2001. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak di duga dan dianggap dapat mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling, artinya sampel disengaja dipilih dengan kriteria tertentu agar dapat mewakili populasinya. Jumlah sampel awal keseluruhan yang diambil adalah 62 perusahaan. Sampel yang dipilih adalah sampel yang memenuhi kriteria berikut ini. 30 1. Perusahaan yang meliputi perusahaan go publik yang mempublikasikan laporan keuangan arus kas untuk tahun 2000 antara 1 Januari sampai 31 Desember 2001 dan tahun 2001 antara 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2002. 2. Saham yang dipilih adalah sahamnya yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta di sekitar tanggal publikasi laporan arus kas. 3. Laporan arus kas yang dipakai adalah laporan arus kas yang telah diaudit. C. Sumber dan Pengumpulan Data 1. Sumber data. Sumber data yang digunakan untuk memperoleh data variabel penelitian sebagai berikut ini. a. Harian Bisnis Indonesia untuk mengetahui tanggal publikasi laporan arus kas dan harga saham harian selama periode pengamatan. b. Laporan-laporan dari Bursa Efek Jakarta seperti Indonesia Capital Market Director dan JSX fack book 2000. c. JSX Monthly untuk mengetahui indek harga saham gabungan selama periode pengamatan. 2. Pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian dikumpulkan dengan metode survey empiris. Adapun data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut ini. a. Arus kas operasi diambil dari laporan keuangan arus kas yang berakhir 31 Desember 2000 sampai dengan 2001. 31 b. Harga saham harian pada saat penutupan (closing price) yang meliputi lima hari sebelum, pada saat dan lima hari setelah tanggal publikasi laporan arus kas c. Indek harga saham gabungan di sekitar tanggal publikasi laporan arus kas. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel independen. Variabel arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi. Penelitian mengambil variabel arus kas operasi dengan pertimbangan bahwa arus kas dari aktivitas operasi merupakan ukuran kunci likuiditas, sedangkan arus kas bersih dari aktivitas investasi dan pembelanjaan tidak menjadi perhatian yang begitu penting untuk menghasilkan nilai arus kas yang positif pada suatu periode. Karena dalam kenyataannya banyak bisnis yang berhasil biasanya melaporkan kas bentuk negatif untuk aktivitas ini. Contoh dari arus kas operasi sebagi berikut ini. a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa. b. Penerimaan dari royalty dan pendapatan lain. c. Pembayaran kas kepada perusahaan. d. Pembayaran kas kepada karyawan. e. Pembayaran dan penerimaan kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha. 2. Variabel dependen. Variabel dependen penelitian ini mengambil variabel abnormal return. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi 32 terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan investor). Return tidak normal adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga saham relatif terhadap harga saham sebelumnya. Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Model market adjusted return menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu saham yaitu return indek harga pasar pada saat tersebut. Pengujian adanya abnormal return dalam model ini tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregrat dengan menguji rata-rata return tidak normal seluruh saham secara cross section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Model market adjusted return mengestimasi expected return selama window period (11 hari) untuk menghindari adanya Counfuding effect yang akan menyebabkan return saham perusahaan yang bersangkutan mengalami perubahan. Perhitungan harga saham sebagai berikut. 1. Menghitung return saham sesungguhnya (actual return) harian masing-masing saham untuk periode lima hari di sekitar tanggal publikasi laporan arus kas. Pt - Pt-i Rit = Pt - i 33 Notasi, Rit : return saham i pada periode t, Pt : harga saham pada periode t, dan Pt-i : harga saham pada periode t-i. 2. Menghitung return pasar (expected return) masing-masing saham untuk periode lima hari di sekitar tanggal publikasi laporan arus kas. IHSGt – IHSGt-i Rmt = IHSGt-i Notasi, Rmt : return pasar pada periode t, IHSGt : indek harga saham gabungan pada periode t, dan IHSGt-i : indek harga saham gabungan pada periode t-i. 3. Menghitung abnormal return yaitu selisih antara actual return dengan expected return harian masing-masing saham di sekitar tanggal publikasi laporan arus kas. ARit = Rit – Rmt Notasi, ARit : abnormal return saham i pada periode t, Rit : actual return saham i pada periode t, dan Rmt : expected return saham pada periode. 34 4. Menghitung rata-rata abnormal return AAR : Average Abnormal Return ARit AARt = N Notasi, AARt : rata-rata abnormal return, ARit : abnormal return saham i pada periode t, dan N : jumlah sampel. E. Metode analisis data Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan regresi model linier dengan pendekatan return untuk mengetahui kandungan informasi arus kas terhadap harga saham sebagai berikut. CARit = it + i AKOit + eit Notasi, CARit : cumulatif abnormal return perusahaan i pada periode t, TAKit : perubahan arus kas operasi perusahaan i pada periode t, : koefisien konstanta, : koefisien variabel independen, dan eit : variabel gangguan perusahaan i pada periode t. 35 E.1. Uji Asumsi klasik. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini secara teoritis akan menghasilkan nilai parameter model penduga yang sahih bila dipenuhi asumsi klasik regresi yang meliputi normalitas, autokorelasi, multikolinieritas dan heterokedatisitas. a. Uji normalitas. Pengujian normalitas untuk seluruh data rata-rata abnormal return menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Penggunaan alat uji ini akan dapat dilihat nilai sampel yang teramati telah sesuai dengan distribusi keperluan penelitian. Hipotesis nol yang diajukan adalah bahwa data berdistribusi normal kriteria yang digunakan adalah dengan pengujian dua arah (two-tailed test), yaitu dengan membandingkan p-value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,05. Apabila p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal. Pengujian ini menggunakan SPSS For Windows 11.0. b. Uji autokorelasi. Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) autokorelasi antara tempat yang berdekatan (apabila datanya cross sectional). Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah Durbin Watson (DW). Apabila nilai Durbin Watson hitung lebih besar dibanding nilai teoritisnya atau kata lain nilai Durbin Watson 36 hitung lebih besar dari nilai Durbin Watson tabel maka tidak ditunjukkan adanya autokorelasi. c. Uji multikolinieritas. Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Multikolinieritas artinya terdapat hubungan yang sempurna diantara beberapa variabel bebas di dalam model regresi. Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance Value. Batas dari Tolerance Value adalah 0.01. Apabila Tolerance Value lebih kecil dari 0,01 maka terjadi multikolinieritas. d. Uji heterokedatisitas. Heterokedatisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu (e). Apabila diperoleh varian yang sama maka asumsi heterokedatisitas dapat diterima. Salah satu cara yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya heterokedatisitas adalah dengan metode Gelsjer. Uji Gelsjer dilakukan dengan dua tahap sebagai berikut ini. a. Melakukan regresi tanpa memperhatikan adanya gejala heterokedatisitas, kemudian menentukan nilai absolute residual. b. Melakukan regresi dengan residual dari hasil di atas sebagai variabel dependen, regresi dilakukan satu per satu dengan variabel independennya. Apabila e hitung absolut terletak di antara t tabel maka tak terjadi heterokedatisitas. 37 E.2. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (t-test). Uji-t (t-test) ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi hubungan informasi laporan arus kas dengan harga saham di sekitar publikasi laporan keuangan, yaitu mengetahui koefisien regresi secara individu. Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut ini. - Membuat formulasi uji hipotesis Ho : (1 = 2) Ho : (1 # 2). - Membuat keputusan dengan hubungan Ho diterima apabila t tabel t hitung t tabel, Ha ditolak apabila t hitung t > t tabel atau t hitung < t tabel. . 38 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan kriteria pengumpulan sampel yang telah dikemukakan bab sebelumnya, maka diperoleh sampel sebanyak 40 perusahaan go publik. Setelah diperoleh daftar perusahaanperusahaan go publik, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan laporan arus kas dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2001. B. Pengolahan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan go publik selama dua tahun. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan arus kas yang berakhir pada tanggal 31 Desember dan yang telah diaudit. Pengolahan data ulang dipergunakan untuk analisis data dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 11.0. Adapun arus kas operasi sebagai variabel independen didasarkan pada tahun 2000 dan tahun 2001, Sedangkan variabel dependennya didasarkan pada harga saham. Pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan pengujian persamaan regresi berdasarkan kriteria ekonometrika. 39 1. Uji normalitas. Pengujian normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dengan uji Kolmogorov Smirnov dapat diketahui nilai sampel yang teramati berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan dalam pengujian dua arah (TwoTailed Test) yaitu dengan menggunakan taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal, sedangkan jika p-value < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Jumlah sampel awal keseluruhan sebanyak 62 perusahaan, setelah dilakukan pengujian ternyata perusahaan yang berdistribusi normal berdasar kriteria pengujian berjumlah 40 persahaan. Hasil uji normalitas ditunjukkan dalam Tabel IV. 1 berikut ini. Tabel IV. 1 Uji normalitas Variabel Nilai p Interpretasi AKO 00 0,112 Berdistribusi normal CAR 01 0,352 Berdistribusi normal AKO 00 0,148 Berdistribusi normal CAR 01 0,195 Berdistribusi normal Sumber : data diolah komputer Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa variabel arus kas dan variabel cumulatif abnormal return berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan semua nilai p lebih besar dari 0,05. 40 2. Uji autokorelasi. Autokorelasi adalah adanya korelasi antara data pada suatu waktu tertentu dengan nilai data tersebut pada satu periode sebelumnya atau lebih pada data runut waktu. Pendekatan yang sering digunakan adalah uji Durbin Watson yang langkah-langkahnya sebagai berikut ini. Ho : tidak ada autokorelasi, D > dl : Ho ditolak, D > 4-dl : Ho ditolak, dan Du < d < 4 dl : Ho diterima. Hasil uji autokorelasi ditunjukkan dalam tabel IV. 2 berikut ini. Tabel IV. 2 Uji autokorelasi Variabel DW hitung AKO 00 1,907 DW tabel Interpretasi 1,991-2,009 Tidak terjadi autokorelasi AKO 01 1,955 1,991-2,009 Tidak terjadi autokorelasi Sumber : data diolah komputer 3. Uji heterokedatisitas. Metode yang dapat digunakan untuk menguji adanya gejala heterokedatisitas adalah metode Gelsjer yang dilakukan dengan meregres kembali absolute residual yang diperoleh, yaitu () atas variabel dependen. Apabila nilai p 41 lebih kecil dari 0,05 ini berarti terjadi heterokedatisitas. Sebaliknya bila nilai p lebih besar dari 0,05 berarti tidak terjadi heterokedatisitas. Tabel IV. 3 Uji heterokedatisitas Variabel nilai p Interpretasi AKO 00 0,167 Tidak terjadi heterokedatisitas AKO 01 0,214 Tidak terjadi heterokedatisitas Sumber : data diolah komputer Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi heterokedatisitas. Hal ini dibuktikan nilai p lebih besar dari 0,05. 4. Uji koefisien regresi secara parsial (t-test). Uji-t (t-test) ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh informasi laporan keuangan arus kas operasi terhadap harga saham di sekitar tanggal publikasi laporan keuangan, yaitu mengetahui varian koefisiensi regresi secara univariate (parsial). Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut ini. 1. Menentukan hipotesis - Ho : = 0 - Ho : # 0 42 2. Menentukan tingkat signifikansi (=5%) dan derajat kebebasan (df=n-k-1) dengan kriteria pengujian. Ho diterima bila t-tabel t-hitung t-tabel, Ho ditolak bila t-hitung > t-tabel atau t-hitung< t-tabel. Hasil uji t ditunjukkan dalam tabel IV. 4 berikut ini. Tabel IV. 4 Uji t untuk periode 2000 dan periode 2001 Variabel t hitung t tabel nilai p interpretasi AKO 00 -0,366 2,056 0,716 Ho diterima AKO 01 0,982 2,056 0,332 Ho diterima Sumber : data diolah komputer Dari tabel tersebut diketahui seluruh variable independen mempunyai t hitung lebih kecil dari t tabel atau nilai p lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti untuk variabel independen Ho-nya diterima. Kesimpulan dari hasil tersebut dapat diambil bahwa variabel arus kas operasi tidak mempunyai hubungan secara signifikan terhadap harga saham. C. Interpretasi Hasil Penelitian menunjukkan bahwa analisis uji-t dalam periode 2000 dan periode 2001 menunjukkan bahwa tidak ada variabel arus kas yang secara nyata signifikan dengan harga saham. Uji asumsi klasik normalitas data berdistribusi 43 normal, untuk uji asumsi klasik autokorelasi dan heterokedatisitas menunjukkan data tidak terjadi autokorelasi dan heterokedatisitas. 44 BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari seluruh pembahasan sebelumnya, keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini dan implikasi sebagai perbaikan penelitian selanjutnya. A. Kesimpulan Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ini. 1. Pertimbangan kriteria ekonometrika yang dilakukan untuk pengujian regresi dapat disimpulkan sebagi berikut. a. Uji normalitas untuk variabel tahun 2000 dan tahun 2001 menunjukkan nilai p lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa penelitian ini berdistribusi normal. b. Hasil uji autokorelasi untuk variabel tahun 2000 dan tahun 2001menunjukkan bahwa semua variabel terbebas dari gejala autokorelasi. c. Hasil uji heterokedatisitas untuk variabel tahun 2000 dan tahun 2001 menunjukkan bahwa semua variabel menunjukkan nilai p lebih besar dari 0,05, artinya bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedatisitas. Pengujian terhadap prasyarat asumsi klasik menunjukkan bahwa secara teori data yang digunakan dalam penelitian ini tidak bias dan konsisten, serta penaksiran koefisien regresinya efisien sehingga hasil pengujian hipotesis penelitian ini sahih. 45 2. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji koefisien regresi secara parsial. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa nilai p lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan variabel arus kas operasi tidak mempunyai hubungan secara signifikan terhadap harga saham. B. Keterbatasan Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut ini. 1. Penelitian ini melakukan pengujian tanpa mempertimbangkan size effect yang kemungkinan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas. 2. Penelitian ini belum mempertimbangkan faktor ekonomi yang lain seperti inflasi, tingkat bunga dan lain sebagainya yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian. 3. Oleh karena keterbatasan data yang tersedia, waktu, tenaga dan materi sampel yang digunakan serta periode yang diteliti relatif sedikit dan singkat. Hal ini dapat mempengaruhi estimasi parameter regresi. 4. penelitian hanya menggunakan spesifikasi model return dan tidak menggunakan model level. Kedua model mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dengan hanya menggunakan model return saja kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian. 46 C. Implikasi Terlepas dari keterbatasan yang ada, setidaknya penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam literatur akuntansi Indonesia, khususnya berkaitan dengan publikasi laporan keuangan. Hasil penelitian ini memberikan bukti yang mendukunng penyataan IAI (dalam PSAK No. 2 yang mewajibkan perusahaan go publik) untuk menerbitkan laporan arus kas sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan, artinya ketentuan tersebut sudah tepat, karena informasi arus kas mempunyai kemampuan prediksi untuk satu tahun ke depan. Bagi peminat penelitian untuk mengetahui manfaat laporan keuangan, penelitian ini bisa menambah inspirasi dan motivasi penelitian di bidang akuntansi keuangan. Penelitian yang akan mengkonfirmasi ataupun mereplikasi penelitian ini hendaknya mempertimbangkan hal-hal seperti berikut ini. 1. Memperhatikan size effect yang kemungkinan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas. 2. Mempertimbangkan penggunaan control group seperti faktor earning pembagian dividen, penerbitan saham baru. 3. Mempertimbangkan faktor seperti penggunaan metodologi penelitian dengan mempertimbangkan model level. 4. Penelitian ini hanya melakukan pengamatan selama dua periode, penelitian berikutnya agar memperpanjang periode pengamatan serta memperhatikan adanya counfuding effect lainnya, sehingga lebih sempurna. 47 DAFTAR PUSTAKA Adiati, A. K. (2003),”Manfaat Laporan Arus Kas Untuk Prediksi Dividen Dengan Laba Bersih Dan Dividen Sebelumnya Sebagai Variabel kontrolnya”, Skripsi tidak Dipublikasikan, FE UNS, Surakarta. Agustina, Rina (1999),”Analisis Hubungan Laporan Arus Kas dengan Harga Saham di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi tidak Dipublikasikan, FE-UNS, Surakarta. Ali, Ashiq (1994),”The Incremental Information Conten Earning Working Capital from Operasi and Cash Flow”, Journal of Accounting Research, Vol. 32, No. 1, Hal 61-75. Asyik, Nur Fadjrih (1999),”Tambahan Kandungan Informasi Rasio Arus Kas”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 2, Juli 1999. Azis, Lutfi (2000),”Kemampuan Prediksi Arus Kas Terhadap Arus Kas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi tidak Dipublikasikan, FE UNS, Surakarta. Baridwan, Zaki (1997),”Analisa Nilai Tambah Informasi Laporan Arus Kas”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vo.l 12, No. 2, h 1-14, 1997. Barlev, B. dan J. Livnat (1989),”The Incremental Content of Fund Statement Ratio”, Journal of Accounting, Auditing dan Finance : 411-413 Bowen, R. M., David Burgstahler, dan Lang A. Daley (1986),”Evidence on the Relationship Between Earning and Various Measurres of Cash Flow”, The Accounting Review, PP. 723-747. Cahyani, Dillah Utami (1999),”Muatan Informasi Tambahan Arus Kas dari Aktivitas Operasi, Investasi dan Pendanaan”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 1, No. 1, April 1999. Foster, George (1986),”Financial Statement Analysis”, Second Edition, Prentice Hall, Engliwood Cliff, New Jersey. 48 Gantyowati, Evi (2001),”Hubungan Antara Operating Cash Flows dan Accrual dengan Return Saham”, Kompak, No. 3, hal. 275-298, September 2001. Gunawan (2000),”Analisi Kandungan Informasi Laporan Arus Kas”, Skripsi tidak Dipublikasikan, FE-UNS, Surakarta. Hastuti, A.W. dan Bambang Sudibyo (1998),”Pengaruh Publikasi Laporan Arus Kas Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1 Ikatan Akuntansi Indonesi, Standar Akuntansi Keuangan, Buku Satu Jakarta : Salemba Empat, 1994. Kristiawan, Ferry (2000),”Tambahan Kandungan Iformasi Arus Kas terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi tidak Dipublikasikan, FEUNS, Surakarta. Livnat, J. dan Zarowin, P. (1990),”The Incremental Information Content of Cash Flow Component”, Journal of Accounting and Economi 13, North Holland. Parawiyati dan Zaki Baridwan (1998),”Kemampuan Laba dan Arus Kas Dalam Memprediksi Laba dan Arus Kas Perusahaan Go Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indoensia, Vol. 1, No. 1, Januari 1998. ----------- (2000),”Kemampuan Prediksi Informasi Keuangan Terhadap Laba Dan Arus Kas Masa Depan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1, No. 2 Januari 2000. Simmamora, Hendry (2000),”Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”, Salemba Empat Jakarta. Suadi, Arif (1998),”Penelitian Tentang Manfaat Laporan Arus Kas”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.12, No. 2, 1998. Sunnariyah (1997),”Pengantar Pengetahuan Pasar Modal,” UPP AMP YKPN Yogyakarta. Supriyadi (2000),”Kemampuan Earning dan Arus Kas dalam Memprediksi Earning dan Arus Kas Masa Depan”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, pp. 7688. 49 Triyono dan J. Hartono (2000),”Hubungan Kandungan Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi Harga atau Return Saham”, Jurnal Riset Akuntansi Indoensia, Vol. 3, No. 1, Januarai 2000. Wahyuni, Sri (2002),”Analisis Kandungan Informasi Arus Kas di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 17, No. 2, hal. 200-210, 2002. Wasito, Sediyoko (2000),”Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas Terhadap Volume Perdagangan Saham”, Skripsi tidak Dipublikasikan, FE-UNS, Surakarta. 50