Modul ke: Pedologi Gangguan Perkembangan Pervasif Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Yenny, M.Psi. Psikolog Karakteristik Diagnostik dari Gangguan Autistik A. Diagnosis membutuhkan kombinasi dari ciri-ciri yang ada pada beberapa kelompok berikut ini. Tidak semua ciri dari setiap kelompok harus ada untuk dapat dilakukan diagnosis. B. Kemunculannya (Onsetnya) terjadi sebelum usia 3 tahun yang tampak dari fungsi yang abnormal yang paling tidak satu dari hal-hal berikut ini : perilaku sosial, komunikasi, atau bermain imajinatif. Hendaya Interaksi Sosial 1. Hendaya pada perilaku nonverbal seperti ekspresi wajah, postur tubuh, gestur, dan kontak mata yang biasanya mengatur interaksi sosial 2. Tidak mengembangkan hubungan teman sebaya yang sesuai dengan usianya 3. Kegagalan dalam berbagi kegembiraan dengan orang lain 4. Tidak menunjukkan reaksi sosial dan emosional timbal balik (memberi dan menerima) Hendaya Komunikasi 1. Keterlambatan pada perkembangan bahasa verbal (juga tidak ada usaha untuk mengatasi kekurangan ini melalui isyarat) 2. Bila perkembangan bahasa adekuat, kurangnya kemampuan untuk memulai dan mempertahankan percakapan tetap tampak 3. Menunjukkan abnormalitas pada bentuk atau isi bahasa (misalnya, bahasa stereotip atau repetitif (berulang), seperti pada ekolalia; penggunaan kata-kata yang tidak lazim; bicara tentang diri sendiri dengan menggunakan kata ganti orang kedua atau ketiga – menggunakan “kamu” atau “dia” yang artinya “saya”) 4. Tidak memperlihatkan kemampuan bermain sosial spontan atau imajinatif (bermain pura-pura) Pola perilaku yang terbatas, repetitif, dan stereotip 1. Menunjukkan minat yang terbatas 2. Memaksakan rutinitas (misalnya selalu menggunakan rute yang sama untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya) 3. Menunjukkan gerakan-gerakan stereotip (misalnya menjentikkan jari-jari, membenturkan kepala, berayun ke depan dan belakang, berputar) 4. Menunjukkan fokus yang berlebihan pada bagianbagian objek (misalnya memutar roda mobil-mobilan secara berulang-ulang) atau kelekatan yang tidak biasa terhadap objek-objek (seperti membawa-bawa seutas tali) Gangguan Asperger • Hendaya yang nyata pada interaksi sosial (misalnya, kegagalan mempertahankan kontak mata atau mengembangkan hubungan pertemanan yang sesuai usia, atau kegagalan untuk mencari orang lain guna berbagi aktivitas atau minat yang menyenangkan) • Perkembangan perilaku, minat, dan aktivitas yang sempit, repetitif, dan stereotip (misalnya, memainkan tangan atau jarijari, secara kaku mengikuti rutinitas atau ritual yang tidak jelas tujuannya, amat terkesan pada jadwal kereta api) • Tidak adanya keterlambatan pada perkembangan bahasa atau kognitif maupun perkembangan keterampilan self-help atau perilaku adaptif yang tidak berkaitan dengan interaksi sosial Gangguan Rett Sesudah adanya perkembangan yang tampak normal selama beberapa bulan pada awal kehidupan, muncul abnormalitas seperti : • Pertumbuhan kepala melambat • Kemunduran pada keterampilan motorik (kehilangan kemampuan keterampilan tangan) • Perkembangan yang stereotip pada gerakan tangan biasanya seperti gerakan meremas atau mencuci tangan • Perkembangan yang buruk pada koordinasi gerakan seluruh badan • Hilangnya minat sosial • Hambatan yang berat pada perkembangan bahasa • Sering dihubungkan dengan retardasi mental yang berat Gangguan disintegrasi kanak-kanak Setelah perkembangan yang tampak normal selama paling tidak 2 tahun pertama kehidupan, terjadi : • Hilangnya secara signifikan keterampilanketerampilan yang telah dikuasai sebelumnya seperti pada area pemahaman atau penggunaan bahasa, fungsi sosial atau adaptif, kontrol dalam buang air kecil dan besar, bermain atau keterampilan motorik • Keabnormalan fungsi seperti yang tampak pada gangguan interaksi sosial dan komunikasi, dan perkembangan tingkah laku, minat atau aktivitas yang sempit, stereotip, dan repetitif Autisme • Autisme : Autos (Yunani) – “self”. • 1906, Eugen Bleuler : gaya berpikir yang aneh pada penderita skizofrenia – kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dunia, percaya bahwa kejadian-kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. • 1943, Leo Kanner : “autisme infantil awal” – menutup diri dari setiap masukan dunia luar, menciptakan semacam “kesendirian autistik”. Autisme • 2 – 20 : 10.000. • > anak laki-laki. • 18 – 30 bulan. • 6 tahun diagnosis Ciri-ciri Autisme • Kesendirian yang amat sangat. • Masalah dalam bahasa, komunikasi, dan perilaku ritualistik atau stereotip. • Tidak bicara / ekolalia (mengulang kembali apa yang didengar dengan nada suara tinggi dan monoton); penggunaan kata ganti orang secara terbalik (menggunakan “kamu” atau “dia”, bukan “saya”); menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti artinya oleh mereka yang kenal dekat dengan si anak; dan kecenderungan untuk meninggikan nada suara di akhir kalimat, seolah-olah mengajukan pertanyaan. Ciri-ciri Autisme • Terdapat hendaya komunikasi nonverbal (misal : tidak dapat melakukan kontak mata atau menunjukkan ekspresi wajah). • Berespons secara lambat terhadap orang dewasa yang berusaha mendapatkan perhatian mereka, itu juga bila mereka mau memperhatikan. • Dapat memperlihatkan emosi-emosi yang kuat, terutama emosi negatif seperti marah, sedih, dan takut. Ciri-ciri Autisme • Gerakan stereotip berulang yang tidak memiliki tujuan – berulang-ulang memutar benda, mengepakkan tangan, berayun ke depan dan ke belakang dengan lengan memeluk kaki. • Menyakiti diri sendiri, bahkan saat berteriak kesakitan : membenturkan kepala, menampar wajah, menggigit tangan dan pundak, atau menjambak rambut. • Menjadi tantrum atau merasa panik secara tiba-tiba. Ciri-ciri Autisme • Menolak perubahan pada lingkungan – “penjagaan kesamaan”. Bila ada objek-objek yang dikenal dan digeser dari tempatnya, walaupun sedikit, anak autistik dapat menjadi tantrum atau menangis terus-menerus sampai objek tersebut dikembalikan pada tempatnya. Anak-anak autistik mungkin memaksa untuk makan makanan yang sama setiap harinya. Perspektif Belajar-Kognitif O. Ivar Lovaas dkk (1979) : Anak-anak autistik memiliki defisit perseptual sehingga mereka hanya dapat memproses satu stimulus saja pada waktu tertentu. Akibatnya mereka lambat belajar secara classical conditioning (asosiasi terhadap stimuli). Perspektif Teori Belajar Anak-anak menjadi terikat dengan pengasuh utama mereka karena diasosiasikan dengan reinforcer primer seperti makanan dan pelukan. Anak-anak autistik memperhatikan makanan atau pelukan, tetapi tidak menghubungkannya dengan orang tua. Perspektif Kognitif Memfokuskan jenis-jenis defisit kognitif yang diperlihatkan oleh anak-anak autistik dan kemungkinan hubungan di antaranya. Anak-anak autistik tampaknya mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan informasi dari berbagai indra. Pada waktu-waktu tertentu mereka tampak terlalu sensitif pada rangsangan. Pada waktu lainnya mereka menjadi amat tidak sensitif sehingga pengamat akan bertanya-tanya apakah mereka tuli. Defisit perseptual dan kognitif tampaknya mengurangi kapasitas mereka untuk menggunakan informasi – untuk memahami dan menerapkan aturan-aturan sosial. Perspektif Neurologis • Retardasi Mental, defisit bahasa, perilaku motorik yang aneh, bahkan seizure – kerusakan otak/ketidakseimbangan kimiawi saraf dalam otak. • Abnormalitas otak anak laki-laki dan pria dewasa – membesarnya ventrikel yang mengindikasikan hilangnya sel-sel otak. Penanganan Pendekatan perilaku : metode operant conditioning di mana reward dan hukuman secara sistematis diaplikasikan untuk meningkatkan kemampuan anak memperhatikan orang lain, bermain dengan anak lain, mengembangkan keterampilan akademik dan menghilangkan perilaku selfmutilative. Penanganan Modifikasi perilaku : pengembangan perilaku baru – Reinforcer. Seseorang dapat dijadikan reinforcer dengan cara memasangkan pujian dengan reinforcer primer seperti makanan. Selanjutnya, reinforcer sosial (pujian) dan reinforcer primer (makanan) ini dapat digunakan untuk membentuk dan memberi contoh perilaku di kamar kecil, bicara, dan bermain sosial. Penanganan Pemusnahan (menahan pemberian reinforcer terhadap respons) kadang-kadang digunakan untuk menghilangkan perilaku self-mutilative seperti membenturkan kepala. Stimulasi aversif seperti memukul dan, pada kasus ekstrem, kejutan listrik, dapat digunakan bila pendekatan yang lebih lunak terbukti tidak efektif. Penanganan Obat-obatan yang meningkatkan aktivitas serotonin, seperti SSRI, dapat mengurangi pikiran dan perilaku repetitif serta agresivitas sehingga menghasilkan perbaikan dalam hubungan sosial dan penggunaan bahasa pada individu autistik dewasa. Haldol membantu pada banyak kasus dalam mengurangi perilaku menarik diri dan perilaku motor repetitif (seperti berayun ke depan dan belakang), agresivitas, hiperaktivitas dan perilaku self-injurious. Terima Kasih Yenny, M.Psi., Psikolog