Industri Pengolahan Tembakau - Direktorat Jenderal Industri Agro

advertisement
Program Pengembangan Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Oleh :
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
Semarang, 3 Maret 2016
I.PENDAHULUAN
Tembakau
Biji Kakao
Biji Kopi
DaunTeh
Buah2an
Horti &
Kecambah
Susu
Hasil agro
lainnya
Proses
Industri :
Diolah,
fermentasi,
FiltrasI,
kemas,
ektrak, esens,
DASAR HUKUM
Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian
1. PP No.14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035) pada 5 tahun kedua (20202024).
2. Perpres No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035
3. Permenperin No.63 Tahun 2015 tentang Peta Jalan (Roadmap) Produksi Industri Hasil Tembakau Tahun 2015-2020
4. Permenperin No.64 Tahun 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Usaha Industri Rokok
STRATEGI
HILIRISASI INDUSTRI
Hilirisasi adalah istilah untuk mendorong
pengembangan industri hilir yang menggunakan
bahan baku SDA potensial di Indonesia, baik SDA
yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
1. MENINGKATKAN NILAI TAMBAH
PENGOLAHAN
HASIL AGRO
TUJUAN
2. MEMPERKUAT STRUKTUR INDUSTRI
3. MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA
4. MENCIPTAKAN PELUANG USAHA
I.1. KONDISI UMUM

Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar merupakan industri yang mengolah bahan baku
air, hasil pertanian, perkebunan dan peternakan menjadi bahan jadi yang siap dikonsumsi.

Sub sektor industri makanan dan minuman pada tahun 2015 tumbuh sebesar 7,54 %, menurun
dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama pada tahun 2014 yang mencapai sebesar 9,49%.
Penurunan terjadi juga di pengolahan tembakau dari 8,33% di tahun 2014 menjadi 6,43% di tahun 2015.

Kontribusi PDB industri makanan, minuman dan tembakau terhadap PDB industri non-migas pada tahun
2015 mencapai 31,16%, meningkat dibanding tahun 2014 sebesar 29,65%.

Nilai Ekspor Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar tahun 2015 mencapai US$ 2,05
Miliar, atau meningkat 12,02% dibanding tahun 2014 yang hanya sebesar US$ 1,88 Miliar. Nilai impor
tahun 2015 diperkirakan hanya mencapai US$ 1,83 Miliar atau turun sebesar 2,80% dibandingkan tahun
2014 yang mencapai US$ 2,56 Miliar. Dengan kata lain, produk Industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebesar US$ 0,84 Milyar.

Kontribusi penerimaan cukai IHT tahun 2015 sekitar Rp. 139,5 Triliun

Acuan pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar :

UU No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

PP No.14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035) pada 5
tahun kedua (2020-2024).

Permenperin No.63 Tahun 2015 tentang Peta Jalan (Roadmap) Produksi Industri Hasil Tembakau
Tahun 2015-2020

Permenperin No.64 Tahun 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Usaha Industri Rokok
4
I.2. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIT INDUSTRI MINUMAN,
HASIL TEMBAKAU DAN BAHAN PENYEGAR

Tugas Pokok :
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan
industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan
prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri,
penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri
minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar.

Fungsi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengembangan industri
minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi industri minuman, hasil
tembakau, dan bahan penyegar;
Penyiapan rumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan
industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana
dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri serta kebijakan
teknis pengembangan industri di bidang industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang perencanaan,
perizinan, data dan informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise di bidang perencanaan, perizinan, data dan
informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
Pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau, Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia pada industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; dan
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
5
I.3. Struktur Organisasi Direktorat Industri Minuman,
Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Direktur Industri
Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar
Kepala Subdit Program
Pengembangan Industri
Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan
Penyegar
Kasubag Tata Usaha
Kepala Subdit Industri
Minuman Ringan dan
Hasil Hortikultura
Kepala Subdit Industri
Hasil Susu dan
Minuman Lainnya
Kepala Subdit Industri
Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
Kepala Seksi Program
Kepala Seksi
Pemberdayaan Industri
Kepala Seksi
Pemberdayaan Industri
Kepala Seksi
Pemberdayaan Industri
Kepala Seksi Evaluasi
dan Pelaporan
Kepala Seksi Sumber
Daya Industri dan
Sarana Prasarana
Industri
Kepala Seksi Sumber
Daya Industri dan
Sarana Prasarana
Industri
Kepala Seksi Sumber
Daya Industri dan
Sarana Prasarana
Industri
6
I.4 KBLI Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar
KBLI
URAIAN
10312
INDUSTRI PELUMATAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN
10313
INDUSTRI PENGERINGAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN
10314
INDUSTRI PEMBEKUAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN
10320
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN DALAM KALENG
10330
INDUSTRI PENGOLAHAN SARI BUAH DAN SAYURAN
10399
INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN LAINNYA BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN
10510
INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU SEGAR DAN KRIM
10520
INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU BUBUK DAN SUSU KENTAL
10531
INDUSTRI PENGOLAHAN ES KRIM
10532
INDUSTRI PENGOLAHAN ES SEJENISNYA YANG DAPAT DIMAKAN (BUKAN ES BATU DAN ES BALOK)
10590
INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK DARI SUSU LAINNYA
10612
INDUSTRI PENGUPASAN, PEMBERSIHAN DAN SORTASI KOPI
10613
INDUSTRI PENGUPASAN, PEMBERSIHAN DAN PENGERINGAN KAKAO
10723
INDUSTRI SIROP
10731
INDUSTRI KAKAO
10733
INDUSTRI MANISAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN KERING
10761
INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
10762
INDUSTRI PENGOLAHAN HERBAL (HERB INFUSION)
7
I.4 KBLI Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar (Lanjutan)
KBLI
URAIAN
10763
INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
10791
INDUSTRI MAKANAN BAYI *
11010
INDUSTRI MINUMAN KERAS *
11020
INDUSTRI MINUMAN ANGGUR (WINE) *
11030
INDUSTRI MINUMAN KERAS DARI MALT DAN MALT *
11040
INDUSTRI MINUMAN RINGAN
11050
INDUSTRI AIR MINUM DAN AIR MINERAL
11090
INDUSTRI MINUMAN LAINNYA
12011
INDUSTRI ROKOK KRETEK
12012
INDUSTRI ROKOK PUTIH
12019
INDUSTRI ROKOK LAINNYA
12091
INDUSTRI PENGERINGAN DAN PENGOLAHAN TEMBAKAU
12099
INDUSTRI BUMBU ROKOK SERTA KELENGKAPAN ROKOK LAINNYA
35302
PRODUKSI ES
71209
JASA ANALISIS DAN UJI TEKNIS LAINNYA **
74100
JASA PERANCANGAN KHUSUS **
82920
JASA PENGEPAKAN **
Ket :
* : Jenis Industri yang kewenangan sepenuhnya berada pada Direktorat Jenderal Industri Agro tanpa batasan nilai investasi.
** : Pembinaan atas jasa untuk industri sesuai dengan pembinaan masing-masing.
8
I.4 Komoditi HS 4 Digit yang dikelola oleh Direktorat Industri
Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar (Lanjutan)
HS 4 Digit
04.02 sd 04.06
06.01 sd 06.04
08.04 sd 08.13
09.01 sd 09.10
Uraian Barang
Susu, Whey, mentega, keju
Umbi, bonggol, Bunga
Buah, segar atau kering.
Kopi, Teh, Vanil,i Mate, Kayumanis, Cengkeh, kapulaga, Adas, Pala
kecuali 09.04
10.01 sd 10.08
17.01 sd 17.02
19.01
20.02 sd 20.09
Gandum, Barli, Oat, Jangung, Beras, Sorgum, Biji Kenari, Serelia
Gula tebu atau gula bit dan sukrosa murni kimiawi, dalam bentuk padat &
Gula Lainnya
Ekstrak malt; olahan makanan dari tepung, menir, tepung kasar, pati atau
ekstrak malt
Tomat diolah , Jamur, Buah Kacang, Jus Buah
kecuali 09.04, 06 & 07
21.01 sd 20.06
22.01 sd 20.08
24.01 sd 20.03
Ekstrak, esens dan konsentrat, dari kopi, teh atau mate esens dan
konsentratnya.
Air, termasuk air mineral alam atau buatan dan air soda, tidak mengandung
tambahan gula atau bahan pemanis, Bir, Minuman Permentasi, Etil Alkohol
Tembakau belum dipabrikasi; Cerutu , IHT, ekstrak dan esens tembakau
Keterangan :
1.
Whey adalah salah satu dari dua protein utama yang ditemukan dalam susu sapi. Whey protein dihasilkan selama proses pembuatan keju,
yang dimulai ketika enzim khusus ditambahkan ke dalam susu
2.
Malt adalah kecambah biji-bijian serealia yang telah dikeringkan, Biji-bijian yang telah menjadi malt akan membentuk enzim yang
9
memecah pati di dalam biji-bijian menjadi gula..
1.5 PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS MENURUT CABANGCABANG INDUSTRI
(tahun dasar 2010, persen)
No
Lapangan Usaha
2011
2012
2013
2014*
2015**
2
Industri Makanan dan Minuman
Industri Pengolahan Tembakau
3
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
4
7
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
8
9
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
Industri Barang Galian bukan Logam
10
Industri Logam Dasar
11
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik;
dan Peralatan Listrik
8,79
11,64
9,22
2,94
7,83
12
Industri Mesin dan Perlengkapan
8,53
-1,39
-5,00
8,67
7,49
13
Industri Alat Angkutan
6,37
4,26
14,95
4,01
2,33
14
Industri Furnitur
9,93
-2,15
3,64
3,60
5,00
-1,09
-0,38
-0,70
7,65
4,89
7,46
6,98
5,45
5,61
5,04
6,17
6,03
5,56
5,02
4,79
1
5
6
15
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan
Mesin dan Peralatan
Industri Non Migas
PRODUK DOMESTIK BRUTO
10,98
-0,23
10,33
8,82
4,07
-0,27
9,49
8,33
7,54
6,43
6,49
6,04
6,58
1,56
10,94
-5,43
5,23
5,62
-4,79
3,98
-2,72
-0,80
6,19
6,12
-1,84
3,89
-2,89
-0,53
3,58
-0,11
8,66
12,78
5,10
4,04
2,08
7,78
7,56
7,91
-1,86
3,34
1,16
2,41
7,36
5,05
13,56
-1,57
11,63
6,01
6,48
6,18
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Pertumbuhan cabang industri non migas pada Tahun 2015 yang tertinggi dicapai oleh Industri Barang Logam; Komputer,
Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik sebesar 7,83%; Industri Makanan dan Minuman sebesar 7,54%; Industri
Mesin dan Perlengkapan sebesar 7,49%; serta Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional sebesar 7,36%.
I.5. Perkembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan
Bahan Penyegar Tahun 2011 – 2015 **
No
Indikator
2011
1 Unit Usaha
2012
2013
2014
2015*
2.702
1.702
1.513
1.515
1.532
2 Kapasitas (Ton)
10.973.686
11.985.094
12.666.874
13.408.904
13.777.717
3 Produksi (Ton)
7.905.816
8.677.666
9.005.051
9.603.203
9.895.538
158.435.998
208.844.708
215.098.002
228.003.882
245.030.809
72,04
72,40
71,09
71,62
71,82
6 Tenaga Kerja (Orang)
429.587
434.469
442.415
468.960
481.214
7 Berat Ekspor (Ton)
635.844
599.891
618.381
655.998
715.633
1.536.466
1.630.198
1.728.749
1.886.664
2.058.178
634.377
737.592
801.150
760.662
736.958
10 Nilai Impor (Ribu US$)
2.059.794
2.249.444
2.530.052
2.560.139
1.838.554
Nilai Investasi ** (Juta
Rupiah)
36.999.920
38.821.920
41.971.132
43.898.903
46.623.081
4
Nilai Produksi (Juta
Rupiah)
5 Utilisasi (%)
8 Nilai Ekspor (Ribu US$)
9 Berat Impor (Ton)
11
Sumber : Pusdatin, BPS, BKPM Diolah
Ket. * Angka Sementara
** Belum termasuk pengolahan kakao
11
I.6. Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan
Bahan Penyegar TA 2016
KODE
1834
1834.020
1834.020.001
051
052
053
054
055
056
1834.020.002
056
057
1834.020.003
059
060
061
URAIAN
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau
Rekomendasi pengembangan dan penumbuhan industri Minuman dan Tembakau
[Base Line]
Rekomendasi Peningkatan Iklim Usaha Industri
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Buah
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Susu
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Tembakau
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Kopi
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Teh
Fasilitasi dan Hilirisasi Pembangunan Industri Pengolahan Kakao
Rekomendasi Peningkatan Daya Saing Industri
Monitoring dan Koordinasi Pelaksanaan Sertifikasi Mesin Pelinting Sigaret dan Pemanfaatan
DBHCHT Mendukung Roadmap IHT
Fasilitasi Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB) Industri Makanan dan
Minuman
Rekomendasi Peningkatan Investasi Industri
Fasilitasi Peningkatan Konsumsi Di Dalam Negeri Dan Pameran Luar Negeri Produk Industri Kopi
Indonesia
Partisipasi Industri Minuman dan Tembakau Dalam Kegiatan ACCSQ dan CODEX
Partisipasi Industri Minuman dan Tembakau Dalam Dalam Forum Kerjasama Dalam Negeri dan
Luar Negeri
12
I.6. Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan
Bahan Penyegar TA 2016 (Lanjutan)
KODE
1834.021
051
052
053
054
055
1834.022
051
052
1834.023
051
052
053
URAIAN
Standar Nasional Indonesia pada industri Minuman dan Tembakau
[Base Line]
Penyusunan/Revisi dan Pemberlakuan SNI di Iingkungan industri Hasil Hortikultura, Minuman
Ringan dan Tembakau
Penyusunan/Revisi dan Pemberlakuan SNI di Iingkungan industri Hasil Susu dan Minuman
Lainnya
Peningkatan Kemampuan SDM dan Pengawasan Dalam Rangka Penerapan SNI Wajib Industri
Minuman dan Tembakau
Pengawasan dan Pengendalian Industri Minuman Beralkohol
Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri Minuman dan Tembakau
SKKNI pada industri Minuman dan Tembakau
[Base Line]
Fasilitasi dan Koordinasi Dalam Penerapan SKKNI Industri Minuman dan Tembakau
Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Industri Minuman dan
Tembakau
Industri yang mendapatkan Fasilitas Pembiayaan dalam bentuk pemberian pinjaman, hibah
dan/atau penyertaan modal bagi Industri Minuman dan Tembakau
[Base Line]
Peningkatan Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri
Pengadaan Mesin/Peralatan Pengolahan Buah
Fasilitasi Peningkatan Teknologi Proses Pengolahan Kopi
13
I.6. Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan
Bahan Penyegar TA 2016 (Lanjutan)
KODE
1834.024
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
1834.025
051
052
053
054
1834.026
051
052
053
URAIAN
Peningkatan Kemampuan SDM Industri Minuman dan Tembakau [Base Line]
Bimtek Jaminan Mutu dan Keamanan Produk Industri Minuman dan Tembakau
Bimtek Pelatihan Teknologi Pengolahan Buah
Bimtek Pelatihan Pengolahan Susu
Bimtek Pelatihan Grader Industri Pengolahan Tembakau
Bimtek Pelatihan GMP Industri Pengolahan Tembakau
Bimtek Pelatihan Roasting Industri Pengolahan Kopi
Bimtek Cup Taste Industri Pengolahan Kopi
Bimtek Pelatihan Untuk Industri Teh
Bimtek CPPOB Untuk Industri Makanan dan Minuman
Bimtek Peningkatan Daya Saing Industri Di Bidang Kerjasama Internasional
Perusahaan yang mendapatkan Fasilitas promosi produk dan investasi [Base Line]
Promosi Investasi dan Partisipasi Produk Industri Minuman dan Tembakau Pada Pameran Dalam Negeri
dan Luar Negeri
Capacity Building Industri Makanan dan Minuman Dalam Implementasi Kerjasama Indonesia - Jepang
Partisipasi Pada Pameran SCAA
Peningkatan Promosi dan Forum Kerjasama Industri Bahan Penyegar
Rumusan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Industri Minuman dan Tembakau [Base
Line]
Penyusunan dan Evaluasi Kinerja Industri Minuman dan Tembakau
Kaji Tindak Pelaksanaan Program Kegiatan Industri Minuman dan Tembakau
Sinkronisasi Program Pengembangan Industri Minuman dan Tembakau
14
I.7. Rencana Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau
Dan Bahan Penyegar TA 2017
URAIAN
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Rekomendasi Pengembangan dan Penumbuhan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Fasilitasi Dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Buah
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Susu
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Tembakau
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Kopi
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Teh
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Kakako
Monitoring dan Koordinasi Pelaksanaan Sertifikasi Mesin Pelinting Sigaret dan Pemanfaatan DBHCHT Mendukung
Roadmap IHT
Fasilitasi Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik (CPPOB) Industri Makanan dan Minuman
Fasilitasi Peningkatan Konsumsi Di Dalam Negeri Dan Pameran Luar Negeri Produk Industri Kopi Indonesia
Partisipasi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Dalam Kegiatan ACCSQ dan CODEX
Partisipasi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Dalam Dalam Forum Kerjasama Dalam Negeri dan
Luar Negeri
Penyusunan Roadmap Industri Pengolahan Kakao
15
I.7. Rencana Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau
Dan Bahan Penyegar TA 2017
URAIAN
Standar Nasional Indonesia pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
[Base Line]
Penyusunan/Revisi dan Pemberlakuan SNI di Iingkungan industri Hasil Hortikultura, Minuman Ringan dan
Tembakau
Penyusunan/Revisi dan Pemberlakuan SNI di Iingkungan industri Hasil Susu dan Minuman Lainnya
Peningkatan Kemampuan SDM dan Pengawasan Dalam Rangka Penerapan SNI Wajib Industri
Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Pengawasan dan Pengendalian Industri Minuman Beralkohol
Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
SKKNI pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
[Base Line]
Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
16
I.7. Rencana Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau
Dan Bahan Penyegar TA 2017
URAIAN
Industri yang mendapatkan Fasilitas Pembiayaan dalam bentuk pemberian pinjaman, hibah dan/atau
penyertaan modal bagi Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
[Base Line]
Peningkatan Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri
Pengadaan Mesin/Peralatan Pengolahan Buah
Fasilitasi Peningkatan Teknologi Proses Pengolahan Kopi
Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es
Konsumsi
Peningkatan Kemampuan SDM Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
[Base Line]
Bimtek Jaminan Mutu dan Keamanan Produk Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Bimtek Pelatihan Teknologi Pengolahan Buah
Bimtek Pelatihan Pengolahan Susu
Bimtek Pelatihan Grader
Bimtek Pelatihan GMP
Bimtek Pelatihan Roasting
Bimtek Cup Taste
Bimtek Pelatihan Untuk Industri Teh
Bimtek CPPOB Untuk Industri Makanan dan Minuman
Bimtek Peningkatan Daya Saing Industri Di Bidang Kerjasama Internasional
Bimtek Industri Pengolahan Kakao
Bimtek Industri Pengolahan Teh
17
I.7. Rencana Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau
Dan Bahan Penyegar TA 2017
URAIAN
Perusahaan yang mendapatkan Fasilitas promosi produk dan investasi
[Base Line]
Promosi Investasi dan Partisipasi Produk Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Pada Pameran Dalam
Negeri dan Luar Negeri
Capacity Building Industri Makanan dan Minuman Dalam Implementasi Kerjasama Indonesia - Jepang
Partisipasi Pada Pameran SCAA
Penetrasi Pasar Internasional Industri Pengolahan Susu
Promosi Industri Pengolahan The
Pelaksanaan Pameran Hari Kakao, Bulan Kakao, Sidang Dalam Industri Kakao
Rumusan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan
Penyegar
[Base Line]
Penyusunan dan Evaluasi Kinerja Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Kaji Tindak Pelaksanaan Program Kegiatan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Sinkronisasi Program Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
18
I.8. Rekap Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan
Bahan Penyegar TA 2016 dan TA 2017
Subdit
Hasil Konkrit
TA 2016
Subdit Program
Evaluasi dan
Pelaporan
1.
Bantuan Alat : -
TA 2017
1. Bantuan Alat : -
2. Bimtek : Roasting di Jakarta (2 kali) dan
Cuptaste Bali.
2. Bimtek : Roasting di Jakarta (2 kali) dan
Cuptaste Lampung.
3. Fasilitiasi : Rapat Koordinasi Terkait Isu
Aktual, Sosialisasi Penerapan SNI Kopi Instan
3. Fasilitiasi : Rapat Koordinasi Terkait Isu
Aktual, Sosialisasi Penerapan SNIKopi Instan
4. Partisipasi :
PameranSIAL Interfood 2016, Seminar Kopi
2016 Di Jakarta, Pameran Luar Negeri,
Pameran Di Asia Timur, Partisipasi International
Coffee Day 2016, Partisipasi Pada Pameran
SCAA 2016, Partisipasi Pada Pameran SCAE
2016
4. Partisipasi : PameranSIAL Interfood 2017,
Seminar Kopi 2017, Pameran Luar Negeri,
Partisipasi International Coffee Day
2017Partisipasi Pada Pameran SCAA 2017,
Partisipasi Pada Pameran SCAE 2017
5. SDM yang dilatih : 75 orang
5. SDM yang dilatih : 75 orang
6. Promosi investasi : -
6. Promosi investasi : -
7. SNI : -
7. SNI : 19
I.8. Rekap Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau
Dan Bahan Penyegar TA 2016 dan 2017
Subdit
Hasil Konkrit
TA 2016
Subdit IHT
dan Bahan
Penyegar
1.
Bantuan Alat : pengolahan kopi di Jawa Timur
(1 unit)
TA 2017
1.
Bantuan Alat : -
2. Bimtek :
Teh (2) di Jabar dan Jateng, IHT (4) di NTB,
Jatim, Jateng dan Jabar
2. Bimtek :
Teh (2) di Jatim, Jabar dan Jateng,
IHT (4) di NTB, Jatim, Jateng, Jabar, Batam dan Sumut
Kakao : Sulsel, Sulteng, Sumbar
3. Fasilitiasi :
IHT : Persiapan RUU Pertembakauan,
Kebutuhan bahan baku tembakau, SK tim
monitoring mesin pelinting, Verifikasi IHT di Jabar,
Jatim, Jateng, Sumut dan Batam
Teh : Rapat & konsinyering di Jabar
Kakao : Hilirisasi Pembangunan Industri
Pengolahan Kakao (FGD/Workshop/Rapat;
Sosialisasi di Sulsel; FGD di Sulsel)
Sosialisasi SKKNI di Jatim dan Jateng; Rapat
LSP IHT; Verifikasi dan uji coba TUK di Jateng &
Jatim.
3. Fasilitiasi :
IHT : Verifikasi IHT lanjutan di Jabar, Jatim, Jateng, Sumut
dan Batam, FGD/Rapat/Workshop, Hadir sidang Plain
Packaging di Genewa
Teh : Rapat & konsinyering di Jateng, Sidang IGG on Tea
dan sidang lain terkait teh
Kakao : Hilirisasi Pembangunan Industri Pengolahan
Kakao (FGD/Workshop/Rapat; Sosialisasi di Sulsel; FGD di
Sulsel), Pembentukan 10 technopark , melakukan eduwisata
cokelat
Sosialisasi SKKNI di Jatim dan Jateng; Rapat LSP IHT
dalam rangka Lisensi BNSP lanjutan, Penyusunan revisi
SKKNI-IHT
4. Partisipasi : -
4. Partisipasi : -
5. SDM yang dilatih: 150 orang
5. SDM yang dilatih: 200 orang
6. Promosi investasi : Pameran DN dan sebagai
peserta pameran LN
6. Promosi investasi : Promosi Kakao dan Pameran Hari
Kakao dan rapat-rapat persiapan ICCO di London dan
CODEX on Contaminant in Food
7. SNI : -
7. SNI : SNI Tembakau Iris & SNI Wajib SKM
20
I.8. Rekap Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar TA
2016 dan 2017
Subdit
Hasil Konkrit
TA 2016
Subdit Hasil
Hortikultura
dan
Minuman
Ringan
1.
Bantuan Alat : Pilot Project Technology alat Buah
di Jabar
TA 2017
1.
Bantuan Alat : 2 unit es balok di Kupang dan
Bengkulu
2. Bimtek :
Bimtek Jaminan Mutu dan Keamanan Produk Industri
Minuman dan Tembakau (Aceh, Kalbar)
Bimtek Pelatihan Teknologi Pengolahan Buah (Jatim)
Bimtek CPPOB Untuk Industri Makanan dan Minuman
(Sumut, Palembang, Makasar)
2. Bimtek :
Bimtek Jaminan Mutu dan Keamanan Produk Industri
Minuman dan Tembakau (NTB, Bali)
Bimtek Pelatihan Teknologi Pengolahan Buah
(Jateng)
Bimtek CPPOB Untuk Industri Makanan dan
Minuman (Sulut, Palembang, Makasar)
3. Fasilitiasi: Rapat Koordinasi dan Verifikasi
Pengembangan Industri Pengolahan Buah; Rapat
Koordinasi Penerapan CPPOB Industri Makanan dan
Minuman, Pemberian Bimtek ke 3 perusahaan (3 kali) di
Jawa Tengah
3. Fasilitiasi :Rapat Koordinasi dan Verifikasi
Pengembangan Industri Pengolahan Buah; Rapat
Koordinasi Penerapan CPPOB Industri Makanan dan
Minuman, Pemberian Bimtek ke 3 perusahaan (3 kali)
di Jawa Barat
4. Partisipasi : Kegiatan ACCSQ PFPWG di Surabaya
dan Negara ASEAN lainnya, kegiatan CODEX di
Amerika (CCPFV) Mintemgar sebagai MC dan Belanda
(CCF) MC BPOM dan Mintemgar ikut partisipasi
membahas food kontaminan kandungan logam berat
pada industri pengolahan coklat dan pengolahan buah.
4. Partisipasi : Kegiatan ACCSQ PFPWG di Surabaya
dan Negara ASEAN lainnya, kegiatan CODEX di
Amerika (CCPFV) Mintemgar sebagai MC dan Belanda
(CCF) MC BPOM dan Mintemgar ikut partisipasi
membahas food kontaminan kandungan logam berat
pada industri pengolahan coklat dan pengolahan buah.
5. SDM yang dilatih : 150 orang
5. SDM yang dilatih : 150 orang
6. Promosi investasi
6. Promosi investasi
7. SNI : Penyusunan/Revisi dan Pemberlakuan SNI di
Iingkungan industri Hasil Hortikultura, Minuman Ringan
dan Tembakau (Rapat penetapan konseptor, rapat
teknis 2 kali, rapat pra konsensus perumusan/revisi SNI,
Rapat dengan Asosiasi terkait 2 kali)
7. SNI : Penyusunan/Revisi dan Pemberlakuan SNI di
Iingkungan industri Hasil Hortikultura, Minuman Ringan
dan Tembakau (Rapat penetapan konseptor, rapat
teknis 2 kali, rapat pra konsensus perumusan/revisi
21
SNI, Rapat dengan Asosiasi terkait 2 kali)
I.8. Rekap Kegiatan Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan
Bahan Penyegar TA 2016 dan 2017
Subdit
Hasil Konkrit
TA 2016
Subdit Hasil
Susu dan
Minuman
Lainnya
1.
Bantuan Alat : 5 unit cooling susu di Jatim
TA 2017
1. Bantuan Alat : 8 unit cooling susu di Jatim dan
Jateng
2. Bimtek : Pengolahan Susu (Jabar, Jatim,
Jateng); Peningkatan Daya Saing Industri Di Bidang
Kerjasama Internasional (Surabaya, Riau), Implementasi
Perjanjian Internasional (Kalbar, Makasar)
2. Bimtek : Pengolahan Susu (Jabar, Jatim,
Jateng); Peningkatan Daya Saing Industri Di Bidang
Kerjasama Internasional (Medan,
Makasar), Implementasi Perjanjian
Internasional (Balikpapan, Semarang)
3. Fasilitiasi : Rapat-rapat Koordinasi,
3. Fasilitiasi
4. Partisipasi : Sidang Internasional Kerjasama Bilateral
Regional dan Multilateral
4. Partisipasi : Sidang Internasional Kerjasama
Bilateral Regional dan Multilateral
5. SDM yang dilatih : 175 orang
5. SDM yang dilatih :200 orang
6. Promosi investasi : Pameran Food Expo 2016 di
Jepang
6. Forum bisnis/investasi dalam rangka penetrasi
pasar ekspor.
7. SNI : 3 Komoditi (Minuman beralkohol beraroma
vodka, Minuman yogurt berperisa, Susu bubuk cokelat)
7. SNI : -
22
II. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
23
II.1. Kondisi Industri Pengolahan Kopi
• Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil
dan Vietnam dengan produksi pada tahun 2014 sebesar 685 ribu ton atau 8,9
% dari produksi kopi dunia dengan komposisi 76,7% merupakan kopi jenis
robusta dan 23,3% kopi jenis arabika.
• Indonesia juga memiliki berbagai jenis kopi specialty
yang dikenal di dunia,
termasuk Luwak Coffee dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis
yang menjadi keunggulan Indonesia.
• Saat ini sudah ada 11 (sebelas) kopi Indonesia yang telah mempunyai indikasi
geografis yaitu : Kopi Arabika Gayo, Kopi Sumatera Arabika Simalungun Utara,
Kopi Robusta Lampung, Kopi Arabika Java Preanger, Kopi Java Arabika
Sindoro-Sumbing, Kopi Arabika Ijen Raung, Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi
Arabika Kalosi Enrekang, Kopi Arabika Toraja, Kopi Arabika Flores Bajawa, dan
Kopi Liberika Tungkal Jambi.
24
II.2. Permasalahan Industri Pengolahan Kopi
Bahan Baku
• Dengan permintaan konsumsi yang terus naik, produksi biji kopi Indonesia masih
stagnan.
• Terjadi perebutan bahan baku kopi antara perusahaan lokal dan eksportir asing
• Maraknya sertifikasi bahan baku oleh LSM dan eksportir asing yang
memberatkan petani
• Meningkatnya impor bahan baku kopi kualitas rendah
• Dikenakannya kembali PPN kepada produk primer termasuk kopi.
Produksi
• Teknologi pengolahan dan kemasan yang masih sederhana untuk industri skala
kecil dan menengah
• Belum diterapkannya Cara Produksi Pangan Olahan yang Benar (CPPOB) untuk
industri skala kecil dan menengah
• Kemasan utamanya kaleng alumunium yang masih belum dipenuhi dari dalam
negeri.
• Masih belum maksimalnya peningkatan nilai tambah melalui diversifikasi produk
olahan kopi utamanya ke arah produk non-pangan (farmasi dan kosmetik)
25
II.2. Permasalahan Industri Pengolahan Kopi (Lanjutan)
Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri
• Meningkatnya Impor produk kopi olahan utamanya produk kopi
instant dan kopi mix dengan kualitas dan harga rendah.
• Maraknya produk kopi olahan impor yang mengandung gula dengan
Bea Masuk (BM) rendah (0-5%) sehingga mengurangi daya saing
produk dalam negeri yang mengandung gula dengan harga dalam
negeri dan BM lebih tinggi.
• BM produk olahan kopi ke negara tujuan ekspor masih cukup tinggi
utamanya yang mengandung susu dan produk pertanian lainnya.
• Adanya kampanye negatif terhadap kopi luwak utamanya tentang
permasalahan animal welfare dan keaslian produk kopi luwak.
• Adanya pemalsuan produk kopi olahan Indonesia di pasar luar
negeri.
• Masih adanya hambatan non-tarif bagi produk kopi olahan di luar
negeri.
26
II.2. Profil Industri Pengolahan Kopi (Lanjutan)
No
Indikator
1 Unit Usaha
2011
2012
2013
2014*
2015**
82
84
85
90
93
2
Kapasitas (Ton)
198.500
219.000
225.400
238.924
254.417
3
Produksi (Ton)
196.000
210.700
221.903
222.905
237.951
4
Nilai Produksi (Juta
Rupiah)
7.840.000
8.428.000
8.876.000
9.408.560
10.043.654
5
Utilisasi (%)
98,74
96,21
98,45
93,30
93,53
6
Tenaga Kerja (Orang)
19.818
20.118
20.430
21.656
22.478
7
Berat Ekspor (Ton)
77.324
88.154
84.239
99.565
107.240
8
Nilai Ekspor (Ribu US$)
268.684
322.671
302.126
332.241
356.819
9
Berat Impor (Ton)
11.642
10.367
16.489
15.307
17.381
10 Nilai Impor (Ribu US$)
76.724
71.209
102.522
102.712
106.390
11 Investasi (Juta Rupiah)
4.439.990
4.658.630
5.036.536
5.267.868
5.584.474
Sumber : Pusdatin, BPS, BKPM Diolah
Ket. * Angka Sementara
27
II.3. Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
• Di Indonesia, pangsa pasar kopi instan (instant coffee) baik yang murni
maupun campuran sekitar 25% dari total produk kopi nasional. Produsen
kopi instan nasional antara lain : PT Sari Incofood (Sumatera Utara), PT
Nestle Indonesia(Lampung), PT Mayora Indah (Banten), PT Java Prima
Abadi (Jawa Tengah), PT Santos Jaya Abadi (Jawa Timur), PT Aneka
Coffee Industry (Jawa Timur).
• Untuk mengantisipasi lonjakan peningkatan impor kopi utamanya produk
kopi instan dalam bentuk bulk/bubuk dengan mutu rendah (dicampur
dengan bahan selain kopi), perlu diberlakukan Standar Nasional Indonesia
(SNI) kopi instan.
• Revisi SNI kopi instan (SNI 01-2983-1992) dilakukan mulai tahun 2012 dan
baru mencapai konsensus pada 9 Juli 2013. Diharapkan pada tahun 2016
SNI wajib kopi instan dapat diberlakukan.
• Hasil revisi SNI 01-2983-1992 tentang Kopi Instan adalah SNI 2983:2014
tentang Kopi Instan.
28
II.4. Dasar Hukum Pemberlakuan SNI Kopi Instan
Secara Wajib
1.
Peraturan Menteri Perindustrian No. 87/M-IND/PER/10/2014 tentang
Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
2.
Peraturan Menteri Perindustrian No.16/M-IND/PER/1/2015 tentang Penunjukan
Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan dan
Pengawasan SNI Kopi Instan Secara Wajib
3.
Peraturan Menteri Perindustrian No.55/M-IND/PER/6/2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Peraturan Menteri Perindustrian No. 87/M-IND/PER/10/2014
tentang Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
4.
Peraturan Menteri Perindustrian No.03/M-IND/PER/01/2016 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Peraturan Menteri Perindustrian No. 87/MIND/PER/10/2014 tentang Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
5.
Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro No.24/IA/PER/3/2015 Tentang
Petunjuk Teknis Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
6.
Peraturan Direktur Jenderal Industri Agro No.48/IA/PER/10/2015 Tentang
Petunjuk Teknis Pemberlakuan SNI Kopi Instan Secara Wajib
29
II.5. Rencana Program Kegiatan Industri Pengolahan
Kopi Tahun 2016
• Bimtek Roasting di Jakarta
• Bimtek Cup Taste di Bali
• Fasilitasi dan Sosialisasi Penerapan SNI Kopi Instan
• Pameran dan Seminar Kopi di Jakarta dalam rangka
perayaan International Coffee Day
• Pameran SCAA di Atalanta– USA
• Pameran SCAE di Dublin – Irlandia
• Pameran SIAL di China
30
III. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
31
III.1. Kondisi Industri Pengolahan Kakao
a. Indonesia merupakan negara produsen kakao nomor 3 di dunia dengan
total produksi pada tahun 2015 mencapai 370 ribu ton (berdasarkan data
International Cocoa Organization) atau + 9 % dari produksi kakao dunia (4,3
juta ton) pada tahun 2020 di prediksi produksi kakao akan mencapai 1,2 juta
ton.
b. Produk turunan kakao yang potensial untuk dikembangkan di masa
mendatang adalah cocoa liquor, cocoa butter, cocoa powder, makanan dan
minuman olahan dari cokelat.
c. Industri kakao Indonesia kedepan memiliki peranan penting khususnya dalam
perolehan devisa Negara dan penyerapan tenaga kerja karena memiliki
keterkaitan yang luas baik ke hulu maupun hilirnya. Pada tahun 2014, devisa
yang disumbangkan dari komoditi kakao mencapai USD 1,24 milyar.
d. Beberapa kebijakan telah dikeluarkan
untuk mendorong kemajuan
perkakaoan nasional baik di sektor on-farm maupun off-farm diantaranya
pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam rangka investasi,
penerapan bea keluar biji kakao, tax allowance dan penerapan SNI wajib
kakao bubuk.
32
33
III.1. Kondisi Industri Pengolahan Kakao (Lanjutan)
 Pasca kebijakan bea keluar biji kakao tahun 2010, industri kakao berkembang pesat
meningkatnya utilisasi dan masuknya → investor baru baik domestik maupun asing.
•
Investasi di Industri Kakao : PT. Asia Cocoa Indonesia, Jebe Koko, Barry Comestra
Majora. PT. Cargill Cocoa, PT. Kalla Kakao Industries dan PT. Golden Harvest Indonesia
dengan investasi mencapai US$ 413,15 Juta.
•
Investasi di industri hilir cokelat : Nestle, Indolakto, Mayora, Unilever dan Garuda Food
Putra Putri Jaya dengan investasi mencapai Rp. 4,57 Triliun.
 Kapasitas input bahan baku industri pengolahan kakao naik dari 150 ribu ton (2010) menjadi
390 ribu ton (2014) → peningkatan 240 ribu ton (160 %).
 Produksi biji kakao Indonesia tidak menunjukkan kenaikan signifikan → pada kisaran 370 ribu
ton(sumber ICCO)
 Impor biji kakao turun dari 95.270 ton (Jan-Nov 2014) menjadi 50.918 ton (Jan-Nov 2015)
→ penurunan 58.492 ton (-46,55%)
 Ekspor biji kakao turun 63.335 ton (Jan-Nov 2014) menjadi 36.845 ton (Jan-Nov 2015) →
penurunan 26.490 ton (-41,83%)
33
34
III.2. Permasalahan Industri Pengolahan Kakao
1. Kurangnya pasokan listrik dari PLN dan Gas;
2. Terbatasnya infrastruktur seperti akses jalan di sentra produksi
kakao;
3. Mutu biji kakao masih rendah (ada kadar kotoran, jamur dan
masih banyak yang belum difermentasi);
4. Produktifitas di tingkat on farm masih rendah;
5. Adanya pengenaan PPN 10% bagi produk-produk pertanian
34
III.3. Profil Industri Pengolahan Kakao
Sumber : BPS diolah
35
36
III.4. Arah Pengembangan Industri Pengolahan Kakao
1. Koordinasi
antar instansi dan dunia usaha dalam rangka
pembahasan jaminan pasokan biji kakao
2. Promosi peningkatan konsumsi cokelat di dalam negeri.
3. Penyusunan
Standar
Kompetensi
Kerja
Nasional
Indonesia,
Lembaga Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji Kompetensi industri
pengolahan kakao.
4. Promosi investasi industri hilir kakao dan terbangunnya 1 industri hilir
kakao baik berupa investasi baru atau perluasan.
5. Peningkatan ekspor produk kakao olahan.
6. Meningkatnya kapasitas produksi industri pengolahan kakao dan
meningkatnya utilisasi industri kakao olahan di dalam negeri dari
50% menjadi 70%.
36
POLA PIKIR PEMBANGUNAN HILIRISASI KAKAO
POTENSI PENGOLAHAN KAKAO DI INDONESIA
IKM COKLAT
PERMASALAHAN IKM PADA TEKNOLOGI DAN
MANAJEMEN UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI
KAKAO
ADA
SOLUSI
SUDAH ADA
10 CALON
TECKNOPA
RK COKLAT
JIKA SETIAP TECKNOPARK
MENCIPTAKAN 20 WIRAUSAHA YANG
BERPOTENSI MENDIRIKAN PABRIK
HILIR KAKAO - AKAN ADA 200 PABRIK
CONFECTIONERY COKLAT
INDUSTRI BESAR SEDANG
(IBS) COKLAT
ADA SOLUSI 7 PERMASALAHAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SAAT
ADAINI
SOLUSI
SUDAH ADA 20
IBS PENGHASIL
BAHAN
SETENGAH
JADI COKLAT
JIKA SETIAP IBS MENDAPAT IKLIM
USAHA KONDUSIV AKAN
MENCIPTAKAN 20 PABRIK HILIR
KAKAO MISALNYA 20 PRODUK
CONFECTIONERY COKLAT, BAHAN
BAKU KOSMETIK DAN FARMASI
POLA PIKIR PEMBANGUNAN HILIRISASI KAKAO
HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASI KAKAO DI
INDONESIA AKAN DITEMPUH MELALUI STRATEGI TECKNOPARK
Technopark merupakan salah satu wadah/lembaga untuk menggabungkan dunia
industri/IKM, perguruan tinggi, pusat riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan,
pemerintah pusat dan daerah dalam satu lokasi yang memungkinkan aliran informasi
dan teknologi secara lebih efisien dan cepat.
Technopark memiliki beberapa fasilitas, antara lain inkubator bisnis, angel capital,
seed capital, venture capital.
Stakeholder dari suatu technopark biasanya adalah pemerintah (biasanya pemerintah
daerah), komunitas peneliti (akademis), komunitas bisnis dan finansial.
Tujuan Technopark adalah untuk membangun link yang permanen antara perguruan
tinggi (akademisi), lembaga litbang, pelaku industri/bisnis/finansial, dan pemerintah.
STRATEGI HILIRISASI PENGOLAHAN KAKAO
Hilirisasi pengembangan industri berbasis kakao dilakukan melalui pendeketan konsep
pembangunan Techno park. Lembaga-lembaga pengembangan olahan kakao yang telah ada
akan diarahkan untuk menjadi Techno park pembangunan hilirisasi kakao. Adapun hasil
inventarisasi terdapat 10 Techno park yaitu :
1.Techno Park TTP (BPTP) Gunung Kidul, Jatim
2.Techno Park TTP (BPTP) Payakumbuh,
3.Techno Park Rumah Cokelat – Palu,
4.Techno Park Ind. Pengolahan Cokelat – Univ. Haluoleo Kendari,
5.Techno Park Teaching Factory di UNHAS, Makasar
6.Techno Park Kampung Cokelat Kademangan-Blitar, Jatim
7.Techno Park Franchise Chocochock (minuman), Tangerang
8.Techno Park Agrowisata kakao dan Cokelat di Singaraja, Bali
9.Techno Park Chocolate School by Tulip (praline) di Permata Hijau, Jakarta
10. Techno Park BT Chocolate Academy (makanan dan minuman cokelat), Tangerang
IV. INDUSTRI PENGOLAHAN BUAH
40
IV.1 Kondisi Industri Pengolahan Buah
• KONDISI UMUM
Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN)
periode tahap pertama (2015 – 2020), industri pengolahan
buah termasuk industri prioritas yang perlu dikembangkan.
Fokus, pengembangan teknologi fruit/vegetable leather,
buah/sayuran dalam kaleng, dan suplemen & pangan
fungsional berbasis limbah industri.
• POTENSI
Indonesia sebagai negara tropis penghasil buah-buahan buah
eksotis seperti jeruk, pisang, mangga, rambutan, nenas,
markisa, dan jenis lainnya. Buah-buahan tersebut mempunyai
potensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan, seperti
buah dalam kaleng, minuman sari buah, manisan buah, selai
dan produk olahan buah lainnya.
41
IV.2 Permasalahan Industri Pengolahan Buah
• PERMASALAHAN
• Pasokan bahan baku tidak kontinyu karena produksi buahbuahan bersifat musiman, konsistensi mutu dan ukuran
serta tingkat kematangan buah tidak merata disebabkan
masih terbatasnya investasi skala perkebunan besar.
• Terbatasnya penanganan teknologi pasca panen produksi
buah-buahan dan penguasaan teknologi proses produksi di
tingkat usaha skala kecil dan menengah masih rendah.
• Rendahnya kemampuan inovasi produk di bidang
pengolahan buah dan belum optimalnya peranan litbang
dalam kegiatan R&D bidang pengolahan buah.
• Terbatasnya penerapan Good Manufacturing Practice (GMP)
dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).
• PMA yang terintegrasi dari hulu ke hilir (terintegrasi dengan
perkebunan) maksimal investasi sebesar 30%.
42
IV.3. Profil Industri Pengolahan Buah
No
Indikator
2011
2012
2013
2015*
2014
34
36
37
39
39
Kapasitas (Ton)
398.837
400.795
401.416
425.501
428.634
3
Produksi (Ton)
335.705
354.136
364.719
382.955
385.391
4
Nilai Produksi (Juta
Rupiah)
2.468.892 2.445.316 2.398.120 2.542.007
2.717.119
5
Utilisasi (%)
6
Tenaga Kerja (Orang)
7
1
Unit Usaha
2
84,17
88,36
90,86
90,00
89,91
10.870
12.590
12.335
13.076
12.807
Berat Ekspor (Ton)
217.078
209.290
197.785
215.072
234.624
8
Nilai Ekspor (Ribu US$)
241.509
212.057
191.273
225.488
245.987
9
Berat Impor (Ton)
71.886
83.602
95.721
88.976
93.775
10 Nilai Impor (Ribu US$)
97.134
110.321
129.226
120.383
121.107
11 Investasi (Juta Rupiah)
1.344.757 1.298.249 1.330.074 1.393.032
1.452.313
Sumber : Pusdatin, BPS, BKPM Diolah
Ket. * Angka Sementara
43
IV.4. Arah Pengembangan Industri Pengolahan Buah






Pilot project pengembangan paket teknologi dan
desain pengolahan fruit leather, dsb. di Jawa Barat
(UNPAD/UNPAS/BBIA).
Pengembangan Science Techno Park dalam rangka
diversifikasi produk buah olahan sebagai bahan
pangan fungsional dan kosmetik.
Mengembangkan industri pengolahan buah yang
terintegrasi dengan sentra produksi bahan baku
Mengembangkan dan meningkatkan pasar domestik
dan internasional.
Peningkatan kemampuan kompetensi SDM industri
pengolahan buah melalui pelatihan teknologi dan gmp
pengolahan buah.
Meningkatkan koordinasi dengan Direktorat Jenderal
Hortikultura, Kementerian Pertanian.
44
V. INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU
45
V.1 Kondisi
Industri Pengolahan Susu
I. PENDAHULUAN
 Usaha persusuan mempunyai peran strategis dalam penyediaan pangan yang
bergizi guna mendukung mencerdaskan sumber daya manusia Indonesia
menghadapi era globalisasi.
 Kebutuhan bahan baku untuk susu olahan dalam negeri sekitar 2,6 juta ton
dengan pasokan bahan baku susu segar dalam negeri 690.000 ton dan sisanya
sebesar 1,94 juta ton masih harus diimpor dari berbagai Negara.
 Konsumsi susu penduduk Indonesia sekitar 11,02 kg/kapita/tahun setara susu
segar masih jauh dibawah negara ASEAN yaitu Philipina 22 kg/ kapita/ tahun,
Malaysia 22 kg/ kapita/ tahun, Thailand 33 kg/ kapita/ tahun, dan Singapura 32 kg/
kapita/ tahun.
 Susu mempunyai peran strategis dalam penyediaan pangan bergizi guna
mendukung pemenuhan gizi Masyarakat mencerdaskan sumber daya manusia
Indonesia menghadapi era globalisasi.
 Pertumbuhan industri pengolahan susu pada tahun 2014 sebesar 14%, meningkat
dibandingkan tahun 2013 sebesar 12%.
 Industri pengolahan susu meliputi usaha pembuatan susu cair (UHT, pasteurisasi),
susu bubuk, susu kental manis, keju, mentega, yoghurt, es krim dan produk susu
olahan lainnya.
 Selain bahan baku susu segar dan susu bubuk, industri ini membutuhkan bahan
tambahan pangan seperti gula, minyak nabati, coklat, buah dan lain-lain.
46
47
V.2 Permasalahan Industri Pengolahan Susu
1.
Kurangnya kesadaran peternak untuk menerapkan Good
Farming Practices (GFP). Hal ini mengakibatkan di
beberapa daerah penghasil susu masih ditemui susu
segar dengan angka kuman (TPC) yang cukup tinggi
serta kadar protein dan total soluble solid dalam yang
rendah.
2.
Rendahnya produktifitas ternak sapi perah yaitu hanya 8 –
12 liter/ekor/hari dibandingkan luar negeri yang sudah
mencapai 20 liter/ hari. Hal ini dikarenakan rendahnya
kepemilikan sapi perah yaitu rata-rata 2 – 3 ekor/peternak,
serta rendahnya ransum pakan ternak karena harga
pakan ternak yang cukup tinggi.
3.
Belum harmonisnya tarif BM Bahan Baku Susu (5%)
dibanding BM produk susu olahan (0%). Dengan kondisi
saat ini maraknya produk susu olahan impor beredar
didalam negeri, maka industri susu dalam negeri akan
sulit untuk meningkatkan daya saing.
47
V.3. Profil Industri Pengolahan Susu
No
Indikator
2012
2013
39
41
Kapasitas (Ton)
3.830.499
Produksi (Ton)
Nilai Produksi (Juta
Rupiah)
3.032.910
1
Unit Usaha
2
3
4
2011
2015*
2014
42
45
46
4.209.340
4.630.274 4.908.090
5.298.041
3.369.900
3.572.094 3.822.141
4.149.146
10.456.022 14.442.361 15.308.903 16.227.437
17.773.405
5
Utilisasi (%)
79,18
80,06
77,15
77,87
78,31
6
Tenaga Kerja (Orang)
9.881
10.106
10.713
11.355
11.634
7
Berat Ekspor (Ton)
28.735
34.676
34.663
36.016
39.290
8
Nilai Ekspor (Ribu US$)
75.021
78.672
79.389
98.306
107.243
9
Berat Impor (Ton)
347.346
375.603
408.294
378.914
387.046
10 Nilai Impor (Ribu US$)
1.192.089
1.174.223
1.425.918 1.472.674
995.581
11 Investasi (Juta Rupiah)
5.919.987
6.599.726
7.554.804 7.901.803
8.655.961
Sumber : Pusdatin, BPS, BKPM Diolah
Ket. * Angka Sementara
48
49
V.4. Arah Pengembangan Industri Pengolahan Susu
 Meningkatkan nilai tambah, investasi, dan penyerapan
tenaga kerja.
 Optimalisasi dan peningkatan kapasitas produksi yang
ada (eksisting).
 Mengembangkan industri pengolahan susu
(diversifikasi produk) dengan
memanfaatkan potensi bahan baku.
 Memantapkan program kemitraan antara industri
pengolahan susu dengan peternak.
 Meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar
untuk menunjang
pasokan bahan baku industri pengolahan susu.
 Promosi investasi produk-produk olahan susu yang
mempunyai nilai tambah tinggi.
49
VI. INDUSTRI PENGOLAHAN
TEMBAKAU
50
VI.1 KondisiI.Industri
Pengolahan Tembakau
PENDAHULUAN
• Industri Hasil Tembakau (IHT) sampai saat ini masih memiliki peran penting
dalam menggerakan ekonomi nasional terutama di wilayah penghasil
tembakau, cengkeh dan sentra-sentra produksi rokok, antara lain
menumbuhkan industri/jasa terkait, menyediakan lapangan agribisnis dan
menyerap tenaga kerja sehingga menimbulkan multiplier effect yang sangat
luas. Dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, industri pengolahan
tembakau dikembangkan dengan tidak mengabaikan faktor dampak
kesehatan.
• Dalam situasi krisis ekonomi, IHT tetap mampu bertahan bahkan industri ini
mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam penerimaan
negara (cukai dan pajak). Produksi IHT dan penerimaan negara dari cukai
IHT terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Namun
pertumbuhan tersebut diikuti dengan menurunnya unit usaha industri
rokok dengan rata-rata penurunan setiap tahun sebesar 21%.
51
VI.2 Permasalahan Industri Pengolahan Tembakau
1. Adanya perubahan konsumsi rokok yang berakibat pada menurunnya pangsa pasar
SKT.
2. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang menghambat industri pengolahan tembakau,
Yaitu :
•
PP No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan,
•
Permenkeu No. 131/PMK.011/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan No. 78/PMK.011/2013 tentang Penetapan Golongan Dan Tarif Cukai
Hasil Tembakau Terhadap Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau Yang Memiliki
Hubungan Keterkaitan,
•
Permenkeu No. 200/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pemberian, Pembekuan, dan
Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai Untuk Pengusaha
Pabrik dan Importir Hasil Tembakau
•
Permenkeu No. 20/PMK.04/2015 yang menyatakan bahwa adanya penundaan
jangka waktu 2(dua) bulan sejak tanggal pemesanan pita cukai dan pembayaran
cukai harus dilakukan paling lama tanggal 31 Desember tahun berjalan
3. Tingginya peredaran rokok ilegal (rata – rata pertumbuhan tahun 2004 -2014 sebesar
5,63%) (Sumber data: Roadmap Produksi IHT 2015-2020).
4. Peredaran rokok yang tidak berpita cukai melalui Batam dan diselundupkan ke
berbagai daerah
52
VI.2 Permasalahan Industri Pengolahan Tembakau
(Lanjutan)
5. Meningkatnya impor tembakau khususnya jenis Virginia
6. Adanya komplain dari Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) dan Asosiasi
Petani Cengkeh Indonesia (APCI) terkait tidak dimasukkannya ke dalam prioritas
pada Rencana Induk Pengendalian Industri Nasional
7. Tekanan berbagai pihak untuk mengaksesi FCTC (Framework Convention on
Tobacco Control). FCTC merupakan pakta kesehatan global yang diadopsi oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 21 Mei 2003, adalah suatu konvensi yang
berbentuk hukum internasional dalam pengendalian masalah tembakau,
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum bagi negara-negara yang
meratifikasinya. Perjanjian ini mengatur produksi, penjualan, distribusi, iklan dan
perpajakan tembakau dengan tujuan untuk menekan penggunaan tembakau dan
paparan asap tembakau. Dari 194 negara anggota WHO sudah 176 negara yang
menjadi anggota FCTC, sedangkan dari 18 negara yang belum menjadi anggota
FCTC termasuk Indonesia.
8. Pemberlakuan plain packaging di berbagai negara yang menekan kinerja ekspor IHT
Indonesia.
53
VI.3. Profil Industri Pengolahan Tembakau
Sumber : Subdit Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
54
55
VI.4. Arah Pengembangan Industri Pengolahan Tembakau

Melakukan inventarisasi potensi petani tembakau dan cengkeh pemetaan potensi
daerah dan pola distribusi penghasil tembakau dan cengkeh.

Melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian dalam rangka pembinaan
petani tembakau dan kemitraan dengan industri rokok.
Melakukan koordinasi dengan kementrian keuangan dalam rangka penetapan
kebijakan cukai dan pajak yang terencana dan kondusif sesuai dengan
kemampuan Industri Hasil Tembakau.
Industri rokok bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan
produk rokok yang berkaitan dengan pengurangan risiko kesehatan.
Melakukan penyusunan rumusan insentif ekspor bagi Industri Hasil Tembakau.
Melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam insentif ekspor.






Melakukan Penyusunan RUU pertembakauan yang kompherensif dan berimbang
dengan melibatkan industri dan stakeholder terkait.
Melakukan koordinasi dalam rangka pencegahan produk / peredaran rokok ilegal
dalam rangka pembinaan industri rokok.
55
VII. INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
56
VII.1. INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
•
Indonesia merupakan urutan ketujuh (setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Vietnam dan
Turky), posisi tahun 2009 pada urutan ke lima. Luas lahan tanaman teh di Indonesia saat ini
mencapai 122.545 Ha dengan produksi dalam tahun 2013 sebesar 146.682 ton, share
produksi Indonesia untuk kebutuhan dunia untuk tahun 2012 sebesar 2,9%. Perkebunan
Negara menghasilkan teh hijau, teh putih dengan kualitas bagus dan sebagian besar di
ekspor; Perkebunan Swasta memproduksi teh hijau dan teh hitam dengan kualitas beragam,
produk tersebar di pasar domestik ataupun ekspor
•
Potensi pengembangan industri pengolahan teh yang siap diminum (ready to drink).
Konsumsi teh cair dalam kemasan 4,5 liter/kapita/tahun, konsumsi terbesar teh kemasan
botol plastik mencapai 60% pada tahun 2013. Jenis produk yang beragam dengan berbahan
baku teh berkembang pesat (untuk minuman teh instan, ice cream, RTD, kecantikan dan
kosmetik dalam bentuk sabun atau cream dll). Selain itu, permintaan teh dunia cukup besar
dan menunjukkan trend meningkat, dengan ditandai tingginya kebutuhan teh dunia tahun
2012 sebesar 4,5 juta ton yang terdiri dari teh hitam, teh hijau, teh Oolong (teh semi
fermentasi) dan teh putih.
•
Permasalahan yang dihadapi industri pengolahan teh








konsumsi teh dalam negeri masih rendah yaitu 0,3 kg/kapita/tahun dibanding dengan
Cina 0,66 kg/kapita/tahun, India 0,69 kg/kapita/tahun.
Rendahnya produktivitas budidaya teh karena tanaman teh yang telah tua dan mesin
yang sudah tua
Impor teh terus meningkat karena bea masuk teh yang berlaku hanya 5% paling rendah
jika dibandingkan dengan Sri Lanka 30%, Kenya 25%, Turki 145% dan Vietnam 50%.
Rendahnya harga teh ekspor Indonesia hanya US$ 1,97/kg (65% lebih rendah dariharga
Sri Lanka).
Non tarif barier yang yang diberlakukan di negara importir teh.
Kualitas bahan baku belum sesuai dengan permintaan industri karena kurangnya
pengolahan pasca panen.
Penerapan GMP, HACCP dan ISO rendah, sehingga mutu produk rendah dan tidak
konsisten.
Kurang adanya kemampuan melakukan inovasi dan diversifikasi produk sesuai dengan
permintaan pasar domistik maupun internasional.
57
VII.2. PETA WILAYAH PRODUKSI TEH
• Lokasi produksi teh di Indonesia: (02) Sumatera Utara, (05) Sumatera Barat,
(06) Jambi, (08) Sumatera Selatan, (07) Bengkulu, (13) Jawa Barat, (14) Jawa
Tengah, (15) D.I. Yogyakarta, (16) Jawa Timur, dan (28) Sulawesi Selatan.
• Perkebunan dan pengolahan teh dilakukan baik oleh rakyat, BUMN maupun
swasta.
58
VII.3. KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
No
Indikator
1
Unit Usaha
2
Kapasitas (Ton)
3
Produksi (Ton)
4
Nilai Produksi (Juta Rupiah)
5
Utilisasi (%)
6
Tenaga Kerja (Orang)
7
Berat Ekspor (Ton)
8
Nilai Ekspor (Ribu US$)
9
10
Berat Impor (Ton)
Nilai Impor (Ribu US$)
2011
2012
2013
2014
120
126
126
134
169.503
151.282
154.924
164.219
124.080
128.687
129.701
137.483
1.744.000 1.918.000 1.985.000 2.104.100
73,20
85,06
83,72
83,73
26.186
27.133
29.693
31.475
65.925
58.464
58.703
46.381
132.401
119.974
119.438
82.996
15.379
17.023
15.389
11.499
21.333
23.836
21.567
17.383
Sumber : Ditjen Ind Agro 2014
59
VII.4. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN TEH
60
VII.5. PROFIL INDUSTRI MINUMAN TEH
• Data konsumsi minuman di Indonesia menunjukkan bahwa teh merupakan
kontributor minuman terbesar kedua setelah air mineral. Teh memberikan
kontribusi sebesar 34%, kopi 15%, dan susu 11% (sumber: diolah oleh
Asosiasi Industri Minuman Ringan/ASRIM)
• Minuman Teh Siap Saji (Ready To Drink Tea/ RTD Tea), yang sebagian besar
berbahan baku teh hijau, terus tumbuh dan berkembang seiring dengan
semakin maraknya iklan produk RTD Tea di berbagai media massa.
• Data produksi minuman teh siap saji dari tahun 2011-2015 sebagai berikut:
Tahun
Juta liter
2011
1.672
2012
1.792
2013
1.914
2014
2.048
2015
2.191
Sumber: diolah
ASRIM
61
VII.6. PROFIL INDUSTRI MINUMAN TEH
• Data menunjukkan RTD Tea dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. RTD Tea berkontribusi 8,68% dari total minuman ringan
siap saji (termasuk RTD water).
62
VII.7. HAL – HAL YANG SUDAH DILAKUKAN
• Telah melakukan penyusunan SNI Teh dalam kemasan, teh instan,
teh kering dalam kemasan, teh hijau celup dan teh hitam celup.
• Pelatihan GMP Teh di Jawa Barat dan Jawa Tengah
• Mengusulkan kenaikan tarif Bea Masuk Umum (MFN) sektor industri
the yang semula 5% menjadi 20% untuk No HS. 0901.21.10.00,
0901.21.20.00,
0901.22.10.00,
0901.22.20.00,
0902.30.10.00,
0902.30.90.00, 0902.40.10.00 dan 0902.40.90.00)
• Mengikut sertakan industri teh dalam pameran di dalam negeri dan
luar negeri.
63
VII.8. HAL – HAL YANG SUDAH DICAPAI
• Promosi produk teh olahan di pasar dalam negeri dan luar negeri.
• Telah melakukan penyusunan SNI antara lain :
- Minuman Teh dalam kemasan : 3143-2011.
- Teh Instan : 7707:2011;
- Teh Kering Dalam Kemasan : 3836 : 2013
- Teh Hijau Celup (RSNI 4324 : 2013);
- Teh Hitam Celup (RSNI 3753:2013).
• Volume ekspor teh pada tahun 2013, yaitu 45.523 ton senilai US$
81.078.921 masih lebih besar dibandingkan dengan volume impor
teh 9.801 ton senilai US$ 25.813.958
64
Terima Kasih
Download