perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV A. ANALISIS DATA Dalam analisis data terdapat empat hal yang diulas, yaitu: (1) pemanfaatan aspek-aspek bunyi bahasa dalam LIDS, (2) diksi atau pilihan kata pada LIDS, (3) penggunaan gaya bahasa pada LIDS, (4) pencitraan pada LIDS. Peneliti terlebih dahulu akan memaparkan lagu identitas daerah, kemudian peneliti akan menjabarkan aspek-aspek stilistika seperti pemanfaatan aspek bunyi (purwakanthi), diksi atau pilihan kata, gaya bahasa dan juga pencitraan yang terkandung dalam LIDS, hal ini bertujuan agar lagu yang diteliti tidak kehilangan esensinya. Lagu-lagu identitas daerah yang akan dikaji secara stilistika merupakan lagu yang menjadi identitas masing-masing kabupaten di SUBOSUKAWONOSRATEN. Adapun lagu-lagu tersebut adalah sebagai berikut. A. Solo Berseri B. Boyolali Tersenyum C. Sukoharjo Makmur D. Karanganyar Tenteram E. Wonogiri Sukses F. 1. Sragen Asri 2. Gerbang Sukowati G. Klaten Bersinar. Adapun lagu yang pertama diteliti menggunakan kajian stilistika dalam commit to user LIDS adalah “Solo Berseri”, adapun kajiannya adalah sebagai berikut. 39 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id A. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU SOLO BERSERI 1 2 3 4 5 6 7 8 Berseri berseri bersih sehat rapi indah/ Pancen nyata pra kanca kanggo srana/ Mujudake Surakarta kutha budaya/ Pariwisata lan olah raga/ Wus misuwur sedulur njaban rangkah/ Wus genah ngondangake kutha Sala tanpa nendra/ Dadya budayaning bangsa mrih kuncara/ Berseri berseri bersih sehat rapi indah/ „Berseri berseri bersih sehat rapi indah „Memang benar teman-teman untuk sarana „Mewujudkan Surakarta kota budaya „Pariwisata dan olah raga „Sudah terkenal oleh saudara luar daerah „Sudah pasti menjadikan kota Solo tak pernah tidur „Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal „Berseri berseri bersih sehat rapi indah 1. Pemanfaatan Aspek-aspek Bunyi Bahasa Kajian stilistika dalam lagu “Solo Berseri” menggunakan banyak aspek purwakanthi „perulangan bunyi‟. Penggunaan purwakanthi ini dimaksudkan untuk keindahan bahasa. Pada Lagu “Solo Berseri” purwakanthi, yaitu asonansi atau purwakanthi swara “pengulangan bunyi vokal”, aliterasi atau purwakanthi sastra ‘perulangan bunyi konsonan‟, dan purwakanthi basa/lumaksita „pengulangan kata atau suku kata yang telah digunakan pada bagian sebelumnya‟. a. Asonansi (purwakanthi swara) Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Adapun asonansi yang ditemukan dalam LIDS lirik lagu “Solo Berseri”yaitu berupa perulangan vokal [ᴐ], [i], [U], [ê]. Berikut ini data yang mengandung asonansi atau purwanthi swara „pengulangan bunyi vokal‟ pada lagu “Solo Berseri”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 41 digilib.uns.ac.id 1) Asonansi /a/ dibaca [ᴐ] (1) Pancen nyata pra kanca kanggo srana (GgJP/81/SB/2) „Memang benar teman-teman untuk sarana‟ (2) Mujudake Surakarta kutha budaya (GgJP/81/SB/3) „Memujudkan Surakarta Kota Budaya‟ (3) Wus genah ngondhangake Kutha Sala tanpa nendra (GgJP/81/SB/5) „Sudah pasti menjadikan Kota Solo tak pernah tidur‟ (4) Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/7) Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal Pada data (1) sampai dengan data (4) merupakan data yang mengandung asonansi [ᴐ]. Pada data (1) merupakan bentuk perulangan [ᴐ], dalam baris tersebut ditemukan perulangan /a/ pada kata nyata „benar‟, pra kanca „para saudara‟, dan srana „sarana‟, dengan perulangan tersebut akan memberikan kesan keindahan bunyi vokal yang runtut dan indah. Pada data (2) asonansi /a/ ditemukan sebanyak enam kali secara berurutan, hal ini akan menambah kesan rapat dan kesan keindahan dalam pelafalan, terlebih vokal /a/ yang berada di akhir kata baris yaitu pada kata Surakarta „Surakarta‟, kutha „kota‟, dan budaya „budaya‟. Pada data (3) asonansi /a/ diulang sebanyak lima kali, yaitu pada kata kutha Sala tanpa nendra „kota Solo tak pernah tidur‟. Bunyi vokal [ᴐ] pada setiap suku kata terakir memberikan kesan suara yang runtut dan memperindah lagu. Data (4) dadya budayaning bangsa mrih kuncara „jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟ ditemukan asonansi /a/ yang memberikan unsur keindahan, meskipun sederhana namun vokal [ᴐ] disini dapat membuat harmonisasi kata. 2) Asonansi /a/ [ᴐ] pada akhir baris commit to user (5) Pancen nyata pra kanca kanggo srana 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Mujudake Surakarta kutha budaya (GgJP/81/SB/2-3) „Memang benar teman-teman untuk sarana‟ „Mewujudkan Surakarta kota budaya‟ (6) Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/6-7) „Sudah jelas menjadikan terkenal Kota Solo tak pernah tidur‟ „Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟ pada (5) sampai dengan data (6) merupakan bentuk asonansi pada akhir baris. Pada data (5) asonansi /ᴐ/ pada suku kata terakhir setiap baris memberikan kesan keindahan dan mempermudah dalam pelafalan lagu, yaitu vokal [ᴐ] pada kata srana „sarana‟, dan budaya „budaya‟. Data (6) wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra „sudah jelas menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟, dadya budayaning bangsa mrih kuncara „jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟, kedua baris tersebut berurutan sehingga suku kata terakhir /ᴐ/ dari setiap baris menjadi indah dan serasi jika dilafalkan‟, yaitu pada kata nendra „tidur‟ dan kuncara „terkenal‟. Kedua data tersebut mengandung kesan keindahan yang disebabkan oleh asonansi /a/ pada akhir baris. 3) Asonansi /i/ (7) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ Pada data (7) berseri berseri bersih sehat rapi indah „berseri berseri bersih sehat rapi indah‟, terdapat perulangan vokal /i/ yang berurutan yaitu pada kata berseri, berseri, bersih, rapi, dan indah. Adanya perulangan tersebut memberikan keindahan suara yang secara langsung akan menambah keindahan lagu secara keseluruhan. commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4) Asonansi /u/ [U] (8) Wus misuwur sedulur jaban rangkah (GgJP/81/SB/5) „sudah dikenal saudara di luar daerah‟ Pada data (8) merupakan bentuk asonansi /u/, dapat dilihat pada kata wus „sudah‟, misuwur „terkenal‟, dan sedulur „saudara‟, ketiga kata tersebut oleh penulis disusun secara berurutan, vokal [U] yang rapat pada suku kata terakhir ketiga kata tersebut menjadikan asonansi /u/ terdengar runtut dan indah. 5) Asonansi /e/ [ê] (9) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/8) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ Pada data (9) di atas terdapat asonansi [ê] yang berurutan yaitu pada kata berseri berseri bersih, asonansi [ê] di atas membuat harmonisasi suara yang menambah kemerduan suara pada baris tersebut. b. Aliterasi (purwakanthi sastra) Purwakanthi sastra „aliterasi‟ adalah pengulangan konsonan atau kelompok konsonan pada awal suku kata atau awal kata secara berurutan. Pada LIDS lirik lagu “Solo Berseri” ditemukan aliterasi /s/, aliterasi /r/, dan aliterasi /b/. 1) Aliterasi /s/ (10) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ (11) Wus misuwur sedulur jaban rangkah (GgJP/81/SB/5) „sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 44 digilib.uns.ac.id Pada data (10) dan (11) terdapat aliterasi konsonan /s/, pada data (10) konsonan /s/ secara berurutan pada awal baris yaitu pada kata berseri „berseri‟ berseri „berseri‟ bersih „bersih‟ dan sehat „sehat‟, aliterasi /s/ dalam baris tersebut memberikan kesan indah dan merdu, secara berurutan jika dilafalkan akan terdengar indah dan enak didengar. Pada data (11) aliterasi /s/ ditemukan pada kata wus „sudah‟ misuwur „terkenal‟ sedulur „saudara‟, aliterasi /s/ terdengar sangat mendominasi ketika baris tersebut dilafalkan. Hal ini tentu akan menambah kepaduan suara dan juga keindahan lagu. 2) Aliterasi /r/ (12) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/85/SB/1) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ (13) Wus misuwur sedulur jaban rangkah (GgJP/85/SB/5) „Sudah dikenal saudara diluar daerah‟ Pada data (12) dan (13) merupakan baris yang mengandung aliterasi /r/. Pada data (12) aliterasi /r/ secara berurutan ditemukan pada kata berseri berseri bersih rapi. Pada data (13) aliterasi /r/ terdapat pada kata misuwur „terkenal‟, sedulur „saudara/kerabat‟, rangkah „pagar batas wilayah‟. Pada kedua data tersebut menjadi terdengar ritmis dan indah karena adanya aliterasi /r/ yang berurutan. 3) Aliterasi /b/ (14) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/85/SB/11) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ Pada data (14) berseri berseri bersih sehat rapi indah terdapat perulangan /b/ pada suku kata pertama padacommit tiga kata pertama yaitu berseri berseri bersih, to user 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan adanya perulangan tersebut membuat lagu tersebut terdengar merdu dengan suara konsonan [b] yang terdengar runtut. c. Purwakanthi lumaksita Purwakanthi basa/lumaksita adalah perulangan bunyi suku kata, kata atau frase, letaknya di depan, tengah, dan akhir satuan lingual yang menimbulkan efek estetis atau keindahan. (15) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ (16) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/8) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ (17) Wus misiwur sedulur njaban rangkah Wus genah ngondangake kutha Sala tanpa nendra (GgJP/81/SB/56) „Sudah saudara terkenal oleh di luar daerah‟ „Sudah pasti pasti menjadikan kota Solo tak pernah tidur‟ Pada data (15) dan (16) merupakan data yang mengandung unsur purwakanthi lumaksita, meskipun berbeda nomor data, kedua data tersebut mempunyai bentuk dan isi yang sama. Unsur purwakanthi lumaksita dalam data tersebut ditemukan di awal baris, yaitu pada kata berseri berseri „berseri berseri‟. Pengarang berusaha menjadikan kata berseri terlihat dominan karena memang berseri merupakan semboyan dari kota Solo. Data (17) tersebut merupakan bentuk perulangan kata atau purwakanthi lumaksita yang ditandai dengan ditemukannya kata wus „sudah‟, pada awal baris kelima dan pada baris keenam ditemukan lagi kalimat yang sama pada awal baris. commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Diksi / pilihan kata Yang dimaksud diksi yaitu; Pertama, pilihan kata untuk diksi mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situai dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi atau pilihan kata yang digunakan untuk menyampaikan ide guna memperoleh efek tertentu yang dituangkan melalui karya sastra. Diksi yang digunakan dalam LIDS lagu “Solo Berseri” yaitu; kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung pliutan, dan sinonimi, a. Kosakata bahasa Indonesia Kosa kata bahasa Indonesia merupakan kata-kata yang diambil dari bahasa Indonesia dalam mengarang lagu, kosakata bahasa Indonesia dipilih agar hal-hal tertentu mudah dimengerti jika menggunakan bahasa tersebut. (18) Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1) „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 47 digilib.uns.ac.id Pada data (18) penulis menggunakan kosakata bahasa Indonesia agar apa yang disampaikan kepada pendengar bisa lebih diterima, selain itu penggunaan bahasa Indonesia juga disebabkan semboyan asli dari Kota Solo adalah BERSERI (bersih sehat rapi indah). b. Kosakata Bahasa Kawi Bahasa Kawi merupakan bahasa Jawa kuna yang sudah jarang dipakai lagi. bisa juga berarti kata-kata arkhais atau kata-kata yang mengandung keindahan. (19) Wus misuwur sedulur njaban rangkah Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra (GgJP/81/SB/5-6) „Sudah dikenal saudara di luar daerah‟ „Sudah jelas menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟ (20) Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/7) „jadilah budaya bangsa mrih kuncara‟ Pada data (19) ditemukan unsur bahasa kawi yaitu pada kata nendra „tidur‟, pengarang menyampaikan bahwa kota Solo sudah menjadi kota yang tak pernah tidur seperti kota-kota besar lainnya. Pada data (20) kosakata bahasa kawi yang ditemukan adalah kata kuncara „terkenal‟, kata kuncara dipilih karena lebih mengandung keindahan dan agar selaras dengan kata budaya „budaya‟ yang juga berakhiran /a/. c. Tembung Plutan Tembung plutan yaiku tembung kang diringkes cacahing wandane commit to user „tembung plutan adalah kata yang diringkas atau dikurangi jumlah suku katanya. perpustakaan.uns.ac.id 48 digilib.uns.ac.id (21) Pancen nyata pra kanca kanggo srana Mujudake Surakarta kutha budaya (GgJP/81/SB/2-3) „Memang benar teman-teman untuk sarana‟ „Mewujudkan Surakarta kota budaya‟ (22) Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/7) „Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟ Pada data (21) terdapat dua tembung plutan yaitu pada kata pra „para‟ yang berasal dari kata para „para‟, pengurangan suku kata pada kata para menjadi pra bertujuan untuk menyelaraskan lagu. Pada kata srana „sarana‟ juga dilakukan pengurangan suku kata untuk membuat lagu terdengar padu dengan ketukan lagu. Pada data (22) dadya budayaning bangsa mrih kuncara „jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟ merupakan data yang di dalamnya terdapat tembung plutan yaitu kata yang dikurangi jumlah sukukatanya, yaitu kata mrih yang berasal dari kata amrih „agar/supaya‟. d. Sinonimi Sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain, kesamaan itu berlaku bagi kata atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja (23) Mujudake Surakarta kutha budaya Pariwisata lan olah raga Wus misuwur sedulur njaban rangkah Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra (GgJP/81/SB/3-6) „mewujudkan Surakarta kota budaya‟ „pariwisata dan olah raga‟ „sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟ „sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟ (24) Wus misuwur sedulur njaban rangkah Wus genah ngondhangake commit tokutha userSala tanpa nendra Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/5-7) 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id „Sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟ „Sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟ „jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟ Pada data (23) dan data (24) merupakan data yang mengandung sinonimi. Pada data (23) kata yang bersinonimi adalah Surakarta „Surakarta‟ dengan kata Sala „Solo‟. Seperti diketahui secara umum bahwa nama lain dari kota Surakarta adalah kota Solo, hal ini sangat berkaitan dengan sejarah berdirinya kota Solo sendiri, data ini merupakan sinonim antara kata dengan frase. Pada data (24) terdapat kata yang bersinonimi, yaitu kata misuwur „terkenal‟, ngondhangake (dari kata dasar kondhang „terkenal‟) dan kata kuncara „terkenal‟, ketiga kata ini mempunyai makna yang sepadan, pengarang menggunakan kata yang bersinonimi untuk menambah variasi dan agar lagu tidak membosankan, data ini merupakan sinonimianatara kata dengan kata. 3. Gaya Bahasa Setiap penulis pasti memiliki gaya bahasa masing-masing. Gaya bahasa adalah ekspresi linguistik, baik di dalam puisi maupun prosa (cerpen ,nonel, drama). Dalam lagu “Solo Berseri” gaya bahasa yang ditemukan adalah gaya bahasa hiperbola, asindenton, dan repetisi anafora. a. Hiperbola Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. (25) Wus genah ngondhangake kutha (GgJP/81/SB/6) commit to user Sala tanpa nendra 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id „sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟ Pada data (25) gaya bahasa yang ditemukan adalah gaya bahasa hiperbola, yaitu semacam gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu hal. Data tersebut menjelaskan bahwa kota Solo tak pernah tidur, padahal dalam kenyataannya mungkin ungkapan tersebut terlalu berlebihan untuk ukuran kota Solo. b. Repetisi Anafora Repetisi anafora yaitu perulangan berupa pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. (26) Wus misuwur sedulur njaban rangkah Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra (GgJP/81/SB/5-6) „Sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟ „Sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟ Pada data (26) merupakan bentuk dari gaya bahasa repetisi anafora, yaitu pengulangan satuan lingual di awal baris dan diulangi pada baris berikutnya, dalam data ini yang diulangan adalah satuan lingual berupa kata wus „sudah‟. c. Asindenton (27) Berseri berseri bersih sehat rapi indah „Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟ Pada data (27) terdapat gaya bahasa berupa gaya bahasa asindenton yaitu pengunaan kata atau frasa yang sederajat, tidak dihubungkan oleh tanda hubung yaitu kata bersih sehat rapi indah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 51 digilib.uns.ac.id 4. Pencitraan Pencitraan bisa diartikan bahwa memakai citra itu sebagai wujud dalam pikiran kemudian untuk menggambarkannya adalah bahasa. Citraan yang ditemukan dalam lagu “Solo Berseri” adalah citraan pengelihatan. a. Citraan pengelihatan Citraan pengelihatan adalah citraan yang memberi sensor kepada indra pengelihatan, sehingga hal-hal yang seharusnya tak terlihat seoalah-olah melihat. (28) Wus genah ngondhangake Surakarta tanpa nendra (GgJP/81/SB/6) „sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟ Pada data (28) merupakan contoh dari citraan pengelihatan, pengarang berusaha menyampaikan apa yang dilihat, memberikan pengalaman bahwa kota Solo masih berkegiatan meskipun di malam hari, maka disebut tanpa nendra „tanpa tidur‟. B. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU BOYOLALI TERSENYUM Tertib Elok Rapi Sehat/ „Tertib Elok Rapi Sehat‟ Nyaman untuk masyarakat/ „Nyaman untuk masyarakat‟ Pembangunan boyolali/ „Pembangunan Boyolali‟ Jero kutha lan ngadesa-desa/ „Dalam kota dan di desa-desa‟ Sesawangan wewangunan tumata katon „Pemandangan dan bangunan tertata endah/ kelihatan indah‟ 6 Tentrem diudi mrih lestarine/ „Tenteram diusahakan agar lestari‟ 7 Jenjem ayem gotong royong lahir batin „Hidup tenang gotong royong lahir ing bebrayan/ batin dalam masyarakat‟ 8 Tersenyum pembangunan Boyolali „Tersenyum pembangunan Boyolali tersenyum/ tersenyum‟ commit to user 1 2 3 4 5 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1 2 3 4 5 Pembangunan kang ginayuh/ Lahir batin dimen wutuh/ Bebrayan gung anyengkuyung/ Lancar rancak jumbuh lan tuwajuh/ Adil makmur rata, tata dhedhasar Pancasila/ 6 Bangun jiwa, bangun raga manunggal lahir batine/ 7 Adiguna lan adigung adiguna kabeh wus sirna/ 8 Tersenyum pembangunan Boyolali tersenyum/ „Pembangunan yang diraih‟ „Lahir batin agar utuh‟ „Masyarakat semua mendukung‟ „Lancar rancak satu tujuan dan mantab‟ „adil makmur rata, aturan berdasarkan Pancasila‟ „Membangun jiwa, membangun raga bersatu lahir dan batin‟ „Sifat-sifat kesombongan telah hilang‟ „Tersenyum tersenyum‟ pembangunan Boyolali 1. Pemanfaatan aspek bunyi a. Asonansi (purwakanthi swara) Asonansi atau purwakanthi swara adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan vokal yang sama. Adapun asonansi yang ditemukan dalam LIDS lagu “Boyolali Tersenyum” adalah asonansi /a/,asonansi /ê/, asonansi /u/, asonansi /o/ 1) Asonansi /a/ (29) Nyaman untuk masyarakat (GgJP/14/BT/2) „nyaman untuk masayarakat‟ (30) Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5) „pemandangan bangungan tertata terlihat indah‟ (31) Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/2/1) „pembangunan yang diraih‟ Pada data (29) merupakan data yang mengandung asonansi /a/. Terdapat pengulangan vokal /a/ sebanyak enam kali pada kata nyaman „nyaman‟ dan commit user asonansi /a/ sebanyak enam kali masyarakat „masyarakat‟. Pada data (30) to terdapat perpustakaan.uns.ac.id 53 digilib.uns.ac.id yang menambah kesan runtut dan indah, yaitu pada kata sesawangan „pemandangan‟, wewangunan „bangunan‟, katon „terlihat‟, dan endah „indah‟. Data (31) Pembangunan kang ginayuh „pembangunan yang diraih‟ tedapat perulangan vokal /a/ yang berurutan dalam baris tersebut yang menambah kemerduan suara. 2) Asonansi /ê/ (32) Jenjêm ayêm gotong royong ing bêbrayan (GgJP/14/BT/7) „hidup tenang gotong royong dalam masyarakat‟ Data (32) merupakan bentuk asonansi vokal /ê/, pada awal baris vokal /ê/ diulang empat kali secara berurutan, hal ini akan menambah kesan ritmis dan memperindah saat dilafalkan. 3) Asonansi /u/ [U] kombinasi konsonan /h/ (33) Pembangunan kang ginayuh Lahir batin dimen wutuh(GgJP/14/BT/2/1-2) „pembangunan yang diraih‟ „lahir batin agar utuh‟ (34) Lancar rancar jumbuh lan tuwajuh (GgJP/14/BT/2/4) „lancar rancak satu tujuan dan mantab‟ Data (33) merupakan asonansi /u/ yang tertutup konsonan pada akhir baris yang berurutan. Kesamaan bunyi vokal yang tertutup konsonan tersebut akan memberikan dampak keindahan pada lagu, kata-kata tersebut yaitu ginayuh „diraih / dicapai‟ dan wutuh „utuh‟. Data (34) terdapat aliterasi /h/ pada kata jumbuh „satu tujuan‟ dan tuwajuh „mantab‟, kedua kata tersebut disusun secara berdekatan, sehingga aliterasi /h/ tersebut terdengar indah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 54 digilib.uns.ac.id 4) Asonansi /o/ [O] (35) Jenjem ayem gotong royong lair batin ing bebrayan (GgJP/14/BT/7) „Hidup tenang goyong royong lahir batin dalam masyarakat‟ Data (35) merupakan data yang mengandung asonansi /o/, terlihat pada kata gotong royong „gotong royong‟, terdapat huruf vokal /o/ yang berurutan dan berdekatan sehingga terdengar ritmis ketika dinyanyikan. b. Aliterasi (purwakanthi sastra) Aliterasi adalah pengulangan konsonan atau kelompok konsonan yang berurutan. Dalam bahasa jawa aliterasi lebih dikenal dengan purwakanthi sastrai. Dalam lagu LIDS “Boyolali Tersenyum” adalah aliterasi /h/, aliterasi /n/, aliterasi /ng/, aliterasi /r/ dan aliterasi /w/. 1) Aliterasi /n/ (36) Sesawangan wewangunan tumata katon endah Katentreman kasarasan diudi mrih lestarine (GgJP/14/BT/5-6) „pemandangan, bangunan tertata terlihat indah‟ „ketrentraman kesehatan diusahakan kelestariannya‟ Data (36) merupakan aliterasi /n/ yang terdapat pada suku kata terakhir, yaitu pada kata sesawangan „pemandangan‟, wewangunan ‘bangunan‟, katon „terlihat‟, katentreaman „ketenteraman‟, dan kasarasan „kesehatan‟. 2) Aliterasi [ŋ] (37) Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/2/1) „pembangunan yang diraih‟ (38) Bebrayan gung anyengkuyung (GgJP/14/BT/2/3) to user „masyarakat semuacommit mendukung‟ 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pada data (37) merupakan data yang mengandung aliterasi /ŋ/, terdapat pengulangan konsonan /ŋ/ sebanyak dua kali namun suara /ŋ/ terdengar sangat dominan. Data (38) terdapat aliterasi /ŋ/ sebanyak tiga kali pada kata guŋ „luas‟ dan anyeŋkuyuŋ „mendukung‟. Aliterasi /ŋ/ tersebut dapat menambah keindahan suara dengan bunyi sengau yang berurutan. 3) Aliterasi /r/ (39) Lancar rancak jumbuh lan tuwajuh (GgJP/14/BT/2/4) „lancar rancak satu tujuan dan mantaba‟ (40) Adil makmur rata, tata dhedhasar Pancasila (GgJP/14/BT/2/5) „Adil makmur rata, peraturan berdasarkan Pancasila‟ Pada data (39) terlihat konsonan terakhir dari kata lancar ‟lancar‟ kemudian disusul kata yang mempunyai konsonan /r/ di awal kata yaitu rancak „rancak‟ sehingga kedua kata tersebut ketika dinyanyikan seperti menyambung satu dengan yang lain. pada data (30) seperti halnya pada data (38) yaitu pada kata makmur „makmur‟ dengan kata rata „rata‟. 4) Aliterasi /w/ (41) Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5) „pemandangan bangunan tertata terlihat indah‟ Pada data (41) aliterasi /w/ terasa sangat dominan pada dua kata awal, yaitu pada kata sesawangan „pemandangan‟ dan wewangunan „bangunan‟, dalam data ini konsonan /w/ diulang sebanyak tiga kali yang letaknya berdekatan yang memberikan kesan yang ritmik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 56 digilib.uns.ac.id c. Purwakanthi lumaksita (42) Tersenyum pembangunan Boyolali tersenyum (GgJP/14/BT/8) „tersenyum pembangunan Boyolali tersenyum‟ (43) Bangun jiwa, bangun raga manunggal lair batine (GgJP/14/BT/2/6) „Membangun jiwa, membangun raga bersatu lahir dan batin‟ (44) Adiguna lan adigung adigang kabeh wus sirna (GgJP/14/BT/2/7) „sifat-sifat kesombongan semua telah hilang‟ Pada data (42) merupakan bentuk purwakanthi lumaksita yaitu perulangan kata tersenyum „tersenyum‟, data (43) berupa perulangan kata bangun „membangun‟ yang diulang sebanyak dua kali, data (44) yaitu berupa perulangan kata adi „lebih/kelebihan‟. 2. Diksi / pilihan kata Diksi mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentk pengelompokan kata yang tepat atau menggunakan ungkapan yang tepat. Diksi yang ditemukan dalah dalam lagu “Boyolali Tersenyum” adalah kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung saroja, tembung plutan, sinonimi, antonimi, dan idiom. a. Kosakata bahasa Indonesia (45) (46) Tertip Elok Rapi Sehat Nyaman Untuk Masyarakat (GgJP/14/BT/1-2) „Tertib Elok Rapi Sehat‟ „Nyaman Untuk Masyarakat‟ commit toBoyolali user tersenyum (GgJP/14/BT/8) Tersenyum pembangunan 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ‘Tersenyum pembangunan Boyolalo tersenyum‟ Pada data (45) merupakan data yang secara keseluruhan menggunakan pilihan kata berupa kosakata bahasa Indonesia, begitu juga pada data (46). Pemilihan kosakata bahasa Indonesia agar sesuai dengan akronim daerah tersebut yaitu Boyolali tersenyum. Alasan lain yaitu agar pesan mudah dimengerti oleh orang lain yang bukan berasal dari Boyolali. b. Kosakata bahasa kawi (47) Adiguna lan adigung adigang kabeh wus sirna (GgJP/14/BT/2/7) „sifat-sifat kesombongan semua telah hilang‟ (48) Bebrayan gung anyengkuyung (GgJP/14/BT/2/3) „Masyarakat semua mendukung‟ Pada data (47) terdapat kosakata bahasa kawi yaitu pada kata sirna „hilang‟. Kata ini sudah tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata ini dipilih karena mengandung kesan indah jika digunakn dalam karya sastra. Pada data (48) kosakata dari bahasa kawi yang ditemukan ialah kata gung „besar‟, dalam baris ini dapat diartikan luas. c. Tembung saroja Tembung saroja ategese tembung rangkep, maksude tembung loro kang padha utawa meh padha tegese, dienggo bebarengan „kata Saroja adalah kata rangkap yang berarti dua kata yang sama atau hamper sama artinya dan dipakai bersamaan. (49) Jenjem ayem gotong commit toroyong user (GgJP/14/BT/7) lahir batin ing bebrayan 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id „Hidup tenang goyong royong lahir batin dalam masyarakat‟ (50) Lancar rancak jumbuh lan tuwajuh (GgJP/14/BT/2/4) „lancar rancak satu tujuan dan mantap‟ Data (49) terdapat tembung saroja yaitu dua kata yang maknanya hampir sama dan digunakan secara bersama-sama. Tembung saroja yang dipakai dalam data ini adalah jenjem ayem „hidup tenang‟, kudua kata tersebut mempunyai makna yang hampir sama yaitu “hidup tenang”. Data (50) terdapat kata yang termasuk tembung saroja yaitu lancar rancak „lancar rancak‟. Selain makna yang hampir sama, pelafalan kedua kata tersebut juga memiliki kedekatan, sehingga membuat lagu tersebut menjadi dinamis. d. Tembung plutan (51) Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/2/1) „pembangunan yang diraih‟ (52) Bebrayan gung anyengkuyung (GgJP/14/BT/2/3) „Masyarakat semua mendukung‟ (53) Tentrem diudi mrih lestarine (GgJP/14/BT/) „Tenteram diusahakan agar lestari‟ Pada data (51) terdapat tembung plutan atau kata yang dikurangi jumlah suku katanya, kata yang dikurangu suku katanya yaitu kang „yang‟ yang berasal dari kata ingkang „yang‟. Pada data (52) kata yang dikurangi jumlah sukukantanya adalah kata gung yang berasal dari kata agung yang bisa berarti besar atau luas. Pada data (53) kata mrih merupakan kata yang berasal dari kata murih „agar/supaya‟. e. Sinonim commit to user perpustakaan.uns.ac.id (54) 59 digilib.uns.ac.id Nyaman untuk masyarakat .......................................... Jenjem ayem gotong royong lahir batin bebrayan(GgJP/14/BT/2-7) „Nyaman untuk masyarakat‟ .......................................... „Hidup nyaman gotong royong lahir batin dalam masyarakat‟ ing (55) Katentreman diudi mrih lestarine Jenjem ayem gotong royong lair batin ing bebrayan (GgJP/14/BT/6-7) „ketentreman diusahakan agar lestari‟ „hidup nyaman gotong royong lahir batin dalam masyarakat‟ (56) Tertib elok rapi sehat ................................. Katentreman kasarasan diudi mrih lestarine (GgJP/14/BT/1-6) „tertib elok rapi sehat‟ ................................ „ketenteraman kesehatan diusahakan agar lestari‟ Data (54) terdapat kata yang bersinonimi, yaitu kata masyarakat „masyarakat‟ dengan kata bebrayan „masyarakat. Pada data (55) kata yang bersinonimi adalah tentraman „tenang‟ dengan ayem „tenang‟. Data (56) terdapat kata yang bersinonimi yaitu kata sehat „sehat‟ dan saras „sehat‟. Kata-kata yang bersinonim tersebut memberikan variasi dalam pemilihan kata, dengan begitu bisa menghindarkan kesan monoton dalam lagu tersebut. f. Antonim Antonim adalah kata yang berlawanan makna dengan kata lain. Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual yang lain. antonimi juga sering disebut sebagai oposisi makna. (57) commit to user Njero kutha lan desa ngadesa (GgJP/14/BT/4) perpustakaan.uns.ac.id 60 digilib.uns.ac.id „Dalam kota dan desa-desa‟ (58) Lair batin dimen wutuh (GgJP/14/BT/2/2) „Lahir batin agar utuh‟ (59) Bangun jiwa, bangun raga (GgJP/14/BT/2/6) „membangun jiwa, membangun raga‟ Pada data (57) terdapat kata-kata yang berantonim, yaitu kutha „kota >< desa „desa‟. Pada data (58) terdapat kata yang beroposisi yaitu lair „lahir‟ >< batin „batin‟, oposisi tersebut merupakan oposisi hubungan karena jika ada hal yang ada secara lahiriah pasti ada hal yang ada secara batin. Pada data (59) terdapat dua kata yang saling berantonim, yaitu kata jiwa „jiwa >< raga „raga‟. g. Idiom atau Ungkapan Idiom adalah konstruksi dari unsur-unsur yang memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya bersama yang lain, 2) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. (60) Jenjem ayem gotong royong ing bebrayan (GgJP/14/BT/7) „hidup tenang gotong royong di dalam masyarakat‟ (61) Adiguna lan adigung adigang kabeh wus sirna (GgJP/14/BT/2/7) „adiguna dan adigung adigang (sifat-sifat kesombongan) semua telah sirna‟ Pada data (60) merupakan ungkapan dari bahasa Jawa yang sekarang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia, ungakapan tersebut yaitu gotong royong „gotong royong‟. Maksud dari ungkapan tersebut ialah bekerja bersama-sama agar pekerjaan terasa lebih ringan dan cepat terselesaikan. Pada data (61) terdapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id 61 digilib.uns.ac.id ungkapan yang berbunyi adigang adigung adiguna maksud dari ungkapan tersebut ialah orang yang hanya mengandalkan atau berbuat semena-mena, menyombongkan diri lantaran kekuasaan, kekayaan atau karena kepandaianya. h. Bentuk-bentuk literer Kata-kata berbahasa Jawa dapat berbentuk morfem bebas dapat dibentuk dengan mengalami pengimbuhan (afiksasi). Disamping itu, bentuk literer yang memancarkan kesan indah meliputi afiks literer, reduplikasi, dan kata arkhais. (1) Afiksasi Afiksasi yaitu kata yang dibentuk dengan beberapa proses pengimbuhan, imbuhan yeng terdapat pada LIDS “Boyolali Tersenyum” berupa infiks {-um-} dan {-in-} dan prefiks {aN-} (62) Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5) „sesawangan bangunan tertata terlihat indah‟ (63) Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/1/1) „pembangunan yang diraih‟ (64) Bebrayan gung anyengkuyung „Masyarakat semua mendukung‟ Pada data (62) terdapat afiksasi yang berupa infiks „imbuhan ditengah kata‟, yaitu {-um} pada kata tumata „tertata‟ dari kata tata „tata‟+{-um-} . Kata tumata lebih terdengar indah dibandingkan dengan bahasa sehari-hari seperti katata „tertata‟ atau ditata „ditata‟. Data (63) terdapat kata yang mengandung infiks yaitu {-in} pada kata ginayuh „diraih‟. commit to userKata ini berasal dari kata gayuh perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id „raih‟ mendapat infiks {-in-} yang menambah kesan indah pada lagu. Pada data (64) terdapat prefiks „imbuhan diawal kata‟ berupa awalan {aN-} pada kata anyengkuyung „mendukung‟. (2) Reduplikasi Reduplikasi yaitu kata yang berubah dengan beberapa macam proses pengulangan dalam bahasa Jawa reduplikasi dikenal adanya dwilingga „pengulangan kata‟, dwipurwa „pengulangan suku kata depan‟, dwiwasana „pengulangan suku kata belakang‟, dan dwilingga salin swara „pengulangan kata berubah bunyi‟. Pada LIDS lirik lagu “Boyolali Tersenyum”terdapat reduplikasi berupa reduplikasi berimbuhan nasal dan reduplikasi suku kata awal atau dwipurwa. (65) Jero kutha lan ngadesa-desa (GgJP/14/BT/4) „Dalam kota dan desa-desa‟ (66) Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/4) „pemandangan bangunan-bangunan tertata terlihat indah‟ (67) Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/4) „pemandangan bangunan-bangunan tertata terlihat indah‟ Pada data (65) terdapat reduplikasi berupa reduplikasi berimbuhan nasal /{N} yaitu perulangan bunyi yang mengalami perubahan pada perulangannya, yaitu pada kata ngadesa-desa „di desa-desa‟. Data (66) dan (67) merupakan dwi purwa. Pada data (66) terdapat reduplikasi yaitu pada kata sesawangan „pemandangan-pemandangan‟, hal ini dilakukan penulis untuk menekankan apa yang disampaikan dan juga menambah kesan indah dibanding menggunakan kata commit to user sawangan-sawangan. Data (67) merupakan bentuk reduplikasi dwi purwa yang perpustakaan.uns.ac.id 63 digilib.uns.ac.id ditandai perulangan suku kata pertama dalam kata wewangunan „bangunanbangunan‟. Reduplikasi di atas merupakan bagian dari bentuk akhais, sehingga sudah pasti akan memberikan kesan indah pada kata dalam lagu tersebut. 3. Gaya bahasa Pada LIDS lirik lagu “Boyolali Tersenyum” ditemukan dua macam gaya bahasa yaitu asindenton dan repetisi tautotes. a. Asindenton Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma. (68) Tertib elok rapi sehat untuk masyarakat (GgJP/14/BT/1) „Tertib elok rapi sehat untuk masyarakat‟ Data (68) tersebut merupakan bentuk gaya bahasa asidenton yaitu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. b. Antitesis Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. (69) Jero kutha lan ngadesa(GgJP/14/BT/4) commitdesa to user „dalam kota dan di desa-desa‟ 64 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (70) Lair batin dimen wutuh (GgJP/14/BT/2/2) „lahir batin agar utuh‟ (71) Bangun jiwa bangun raga manunggal lahir batine (GgJP/14/BT/2/6) „Membangun jiwa, membangun raga bersatu lahir dan batin‟ Data (69), (70), dan (71) merupakan data yang mengandung gaya bahasa antitesis, yaitu menggunakan kata-kata secara berlawanan. Pada data (69) kata yang berlawanan yaitu kutha „kota‟ dan desa „desa‟. Pada data (70) kata yang berlawanan yaitu kata lair „lahir‟ dan batin „batin‟. Pada data (71) kata yang berlawanan maknanya yaitu jiwa „jiwa‟ dan raga „raga‟. 4. Pencitraan a. Pencitraan pengelihatan (72) Tertib elok rapi sehat Nyaman untuk masyarakat (GgJP/14/BT/1-2) „tertib elok rapi sehat‟ „nyaman untuk masyarakat‟ (73) Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5) „Pemandangan bangunan-bangunan tertata terlihat indah‟ Data (72) merupakan pencitraan pengelihatan di mana pengarang berusaha membagikan pengalaman indra pengelihatan bahwa Boyolali tersebut terlihat tertib elok rapi dan sehat. Pada data (73) penulis menyampaikan pengalamannya dari indra pengelihatan bahwa di Boyolali mempunyai pemandangan dan tata kota yang indah. commit to user 65 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU SUKOHARJO MAKMUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Sesantine Sukoharjo makmur/ Maju aman konstitusional/ Mantab unggul rapi iku dadi sarana/ Maju mbangun praja ambangun bebrayan/ Subur makmur gemah ripah loh jinawi/ Tulus kang tinandur murah kang tinuku/ Wimbuh kuncara negarane santosa/ Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari bumi/ Aman mring swasana kalis ing rubeda/ Konstitusional pranatan prayoga/ Mantebing tekad manunggal sedya/ Unggul martabat luhur kawibawane/ Rapi kang kadulu sengsem kang amulat/ Nyata mahanani Sukoharjo makmur/ „Harapan Sukoharjo‟ „Maju aman konstitusional‟ „Mantab unggul rapi itu jadi sarana‟ „Maju membangun negara membangun masyarakat‟ „Subur makmur ramai, kaya, kebutuhan terjangkau‟ „Berhasil yang ditaman murah yang dibeli‟ „Bertambah terkenal negara sentosa‟ „Sesuai saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟ „Aman dalam suasana terhindar dari halangan‟ „Konstitusional peraturan yang baik‟ „Mantap dalam tekad siap bersatu‟ „Unggul martabat luhur wibawanya‟ „Rapi yang dilihat senang yang memandang‟ „Benar menandakan Sukoharjo makmur‟ 1. Pemanfaatan aspek bunyi a. Asonansi (purwakanthi suara) Asonansi yang ditemukan pada lagu “Sukoharjo Makmur” adalah sebagai berikut: asonansi /a/, asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, asonansi /u/ 1) Asonansi /a/ (74) Maju aman konstitusional (GgJP/75/SM/2) „Maju aman konstitusional‟ Pada data (74) merupakan perulangan vokal /a/, terlihat pada kata maju, aman, dan konstitusional yang terdengar urut dan runtut dalam pelafalannya. 2) Asonansi [ᴐ] (75) commit to user Wimbuh kuncara negarane santosa (GgJP/75/SM/7) 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id „Bertambah terkenal negara sentosa‟ (76) Aman mring swasana kalis ing rubeda (GgJP/75/SM/9) „Aman dalam suasana terhindar dari halangan‟ (77) Aman mring swasana kalis ing rubeda Konstitusional pranatan prayoga Mantabinging tekad manunggal sedya (GgJP/75/SM/9-11) „aman dalam suasana terhindar dari halangan‟ „konstitusional peraturan yang baik‟ „mantab dalam tekat siap bersatu‟ Pada data (75) terdapat perulangan vokal [ᴐ] ada kata kuncara „terkenal‟, dan santosa „santosa‟. Pada data (76) terdapat asonansi /ᴐ/ pada kata swasana „suasana‟ dan rubeda „halangan/masalah‟. Data (77) merupakan asonansi /a/ [ᴐ] pada akhir baris, terlihat dari suku kata terakir dari rubeda „halangan / bahaya‟, prayoga „baik‟, dan sedya „sedia/siap‟. Adanya perulangan tersebut akan menambah keindahan dan kemerduan lagu. 3) Asonansi /i/ (78) Mantab unggul rapi iku dadi sarana (GgJP/75/BT/3) „Mantap unggul rapi itu jadi sarana‟ Pada data (78) terdapat asonansi /i/ yang berurutan, pada kata yang sebelumnya yaitu rapi „rapi‟ yang terdapat vokal /i/ pada akhir kata kemudian disusul oleh kata yang diawali dengan vokal /i/ sehingga vokal /i/ pada kata-kata tersebut menjadi merdu dan enak didengarkan. 4) Asonansi /u/ (79) Tulus kang tinandur murah kang tinuku (GgJP/75/SM/6) „Berhasil yang ditanam murah yang dibeli‟ commit to user 67 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Data (79) merupakan asonansi /u/ yang ditandai dengan perulangan vokal /u/ pada kata tulus „selamat‟, murah „murah‟, dan tinuku „dibeli‟. 5) Asonansi /u/ [U] kombinasi konsonan [?] (80) Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/8) „Merangkul saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟ Pada data (80) asonansi [U] ditemukan pada kata sedumuk „satu sentuhan‟, dan athuk „dahi‟. Baris data-data di atas merupakan perulangan bunyi /u/ yang berdekatan sehingga menambah keindahan lagu. b. Aliterasi (purwakanthi sastra) Pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” aliterasi yang ditemukan adalah aliterasi /b/, aliterasi /h/, aliterasi /m/, aliterasi /n/, aliterasi /ŋ/, dan aliterasi /s/. 1) Aliterasi /b/ (81) Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/74 „Maju membangun negara membangun masyarakat‟ Pada data (81) merupakan bentuk purwakanthi sastra, terlihat pada perulangan konsonan /b/ pada kata mbangun „membangun‟, ambangun „membangun‟, dan juga pada kata bebrayan „masyarakat‟. 2) Aliterasi /h/ (82) Subur makmur gemah ripah loh jinawi „Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 68 digilib.uns.ac.id Data (82) merupakan aliterasi /h/, terlihat pada konsonan /h/ pada akhir kata yang berurutan yaitu pada baris subur makmur gemah ripah loh jinawi „subur makmur tanpa kurang suatu apapun‟ 3) Aliterasi /m/ (83) Mantabing tekad manunggal sedya (GgJP/SM/75/11) „tekat yang mantab siap bersatu‟ Pada data (83) terdapat asonansi /m/ yang ditemukan pada awal kata mantebing „mantabnya‟ dan manunggal „bersatu‟. Kedua kata tersebut diawali konsonan /m/ sehingga terdengar runtut dan indah saat dilafalkan. 4) Aliterasi /n/ (84) Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/SM/75/4) „maju membangun negara membangun rakyat‟ Data (84) merupakan data yang mengandung unsur aliterasi /n/ yang ditandai pada kata mbangun „membangun‟, ambangun „membangun‟ dan kata bebrayan „masyarakat‟. 5) Aliterasi /ŋ/ (85) Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/SM/75/13) „Rapi yang dilihat senang yang memandang‟ Pada data di atas merupakan data yang mempunyai unsur aliterasi /ŋ/ yang terlihat pada kata kang „yang‟ yang diulang dua kali dan konsonan /ŋ/ pada kata sengseng „senang‟ 6) Aliterasi /s/ (86) commit to user Sesantine Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/1) perpustakaan.uns.ac.id 69 digilib.uns.ac.id „Harapan Sukoharjo makmur‟ (87) Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/7) „Merangkul saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟ Data (86) dan (87) merupakan data yang mengandung aliterasi konsonan /s/ yang dapat dilihat pada data di atas, yaitu terletak pada suku kata pertama. Data (86) sesantine „harapan‟, Sukoharjo „sukoharjo‟. Data (87) saloka „suatu jenis ungkapan‟ sedumuk „satu sentuhan‟, dan senyari „satu jengkal‟. c. Purwakanthi lumaksita (88) Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4) „maju membangun negara, membangun masyarakat‟ (89) Subur makmur gemah ripah loh jinawi Tulus kang tinandur murah kang tinuku (GgJP/75/SM/5-6) „subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟ „berhasil yang ditanam murah yang dibeli Pada data (88) penulis menggunakan purwakanthi lumaksita yang ditendai dengan ditemukannya perulangan kata bangun „membangun‟ pada satu baris. Data (89) mengandung perulangan kata kang „yang‟ yang memperindah lagu pada saat pelafalan. 2. Diksi/Pilihan kata Diksi yang ditemukan pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” yaitu kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung saroja, tembung plutan, sinonim, antonim, idiom atau ungkapan, dan bentuk-bentuk literer. a. Kosakata Bahasa Indonesia commit to user (90) Sesantine Sukoharjo makmur 70 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Maju aman konstitisonal Mantab unggul rapi iku dadi sarana (GgJP/75/SM/1-3) „harapan Sukoharjo makmur‟ „Maju aman konstitusional‟ „Mantab unggul rapi iku dadi sarana‟ (91) Aman mring swasana kalis ing rubeda Konstitusional pranatan prayoga (GgJP/75/SM/9-10) „Aman dalam suasana terhindar dari bahaya‟ „Konstitusional peraturan yang baik‟ Data (90) merupakan data yang mengandung diksi bahasa Indonesia, yaitu ditemukannya kata „maju‟, „amam‟, „konstitusional‟, „mantab‟, „unggul‟, dan „rapi‟. Pada data (91) ditemukan kosakata bahasa Indonesia yang sama pada data sebelumnya yaitu kata konstitusional „konstitusional‟. b. Kosakata bahasa kawi (92) Sesantine Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/1) „Harapan Sukoharjo makmur‟ (93) Maju bangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4) „Maju membangun negara membangun masyarakat‟ (94) Wimbuh kuncara negarane santosa (GgJP/75/SM/7) „bertambah terkenal negara sentosa‟ (95) Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13) „rapi yang dilihat senang yang memandang‟ (96) Nyata mahanani Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/14) „Nyata menandakan Sukoharjo makmur‟ (97) Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/8) „Merangkul saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟ (98) Aman mring swasana kalis ing rubeda (GgJP/75/SM/9) „Aman dalam suasana terhindar dari halangan‟ commit to user 71 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pada data (92) terdapat kosakata bahasa kawi yaitu sesanti „harapan / doa‟, kata tersebut sudah jarang digunakan, bahkan dalam pergaulan umum banyak masyarakat yang tidak mengetahui makna kata tersebut. Data (93) mengandung kosakata bahasa kawi yaitu praja „negara‟ dan bebrayan „masyarakat‟. Pada data (94) kosakata bahasa kawi yang ditemukan adalah kata kuncara „sangat terkenal‟, bahasa ini digunakan karena lebih indah dari bahasa sehari-hari dan mengandung unsur arkhais. Data (95) ditemukan dua kata yang merupakan bahasa kawi, yaitu kadulu „dilihat‟ dan amulat „melihat, kedua kata ini lebih terkesan arkhais jika dibanding bahasa sehari-hari. Data (96) kata yang berupa kata kawi adalah mahanani „menandakan‟, kata tersebut terdengan lebih memiliki nilai keindahan. Pada data (97) ditemukan kosakata bahasa kawi yaitu kata saloka yaitu ungkapan seperti peribahasa akan tetapi mengandung makna kiasan. Pada data (98) ditemukan kosakata bahasa kawi yaitu kata kalis yang mempunyai makna terhindar dari (penyakit, kecelakaan dst). c. Tembung Saroja (99) Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5) „Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟ pada (99) terdapat dua kata yang maknanya hampir sama dan dipakai secara berdampingan yaitu kata subur „subur‟ dan makmur „makmur‟. d. Tembung plutan (100) Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13) „rapi yang dilihat senang yang memandang‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 72 digilib.uns.ac.id Data (100) mengandung tembung plutan „kata yang dikurangi jumlah suku katanya, kata yang berupa tembung plutan yaitu kata kang „yang‟ yang berasal dari kata ingkang „yang‟. Pengurangan tersebut bertujuan untuk menyelaraskan lirik dengan dongding lagu. e. Sinonim (101) Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13) „Rapi yang dilihat senang yang memandang‟ Pada data (101) merupakan bentuk sinonim kata dengan kata, kata yang besinonimi yaitu kata dulu „lihat‟ dengan mulat „melihat‟. Dengan adanya sinonim tersebut membuat kata-kata dalam lirik tersebut lebih variatif dan tidak membosankan. f. Antonimi (102) Aman mring swasana kalis ing rubeda (GgJP/75/SM/9) „Aman dalam swasana terhindar dari bahaya‟ Pada data (102) terdapat kata yang berantonimi yaitu antara kata aman „aman‟ dengan kata rubeda „halangan/bahaya‟. Kedua kata tersebut merupakan oposisi kutub karena tidak bersifat mutlak melainkan ada tingkatannya. g. Idiom atau ungkapan (103) Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5) „Tanpa kekurangan suatu apapun‟ Data (103) merupakan ungkapan Jawa yang sekarang masih digunakan gemah ripah loh jinawi yang bermakna negeri yang ramai tanahnya subur dan commit to user kebutuhan terjangka. Ungkapan ini biasanya digunakan untuk menggambarkan perpustakaan.uns.ac.id 73 digilib.uns.ac.id suatu daerah yang subur sehingga apapun yang ditanam bisa menghasilkan dan bermanfaat, aman sehingga banyak orang yang datang, tanahnya subur, dan semua kebutuhan terjangkau. (104) Ngrungkebi saloka Sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/ „kewajiban mempertahankan apa yang kita miliki‟ Maksud dari data (104) sedumuk bathuk senyari bumi „meskipun hanya satu sentuhan oleh orang lain jika yang disentuh adalah bathuk atau tubuh keluarga kita, kita wajib menjaga dan mempertahankannya, dan meskipun yang diusik hanya sejengkal tetapi jika itu adalah tanah kita, maka kewajiban kita membela meskipun sampai berkorban jiwa. h. Bentuk-bentuk literer 1) Afiksasi Pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” ditemukan afiksasi berupa prefiks {aN-}, prefiks {ka-}, prefiks {a-}, dan infiks {-in-} (105) Tulus kang tinandur murah kang tinuku (GgJP/75/SM/6) „berhasil yang ditanam murah yang dibeli‟ Pada data (105) terdapat dua kata yang mengalami afiksasi literer, yang pertama tinandur „ditanam‟ kata ini berasal dari kata dasar tandur „tanam‟ +{- in}. Kata yang kedua adalah tinuku „dibeli‟, kata ini berasal dari kata dasar tuku „beli‟ + {-in-}, dengan adanya sisipan {-in-} mengubah kata kerja aktif menjadi kata kerja pasif. (106) commit to user Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13) 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id „Rapi yang dilihat senang yang memandang‟ Data (106) terdapat dua kata yang mengalami afiksasi literer yaitu kadulu „dilihat‟ dan amulat „memandang‟. Kadulu berasal dari kata {ka-}+ dulu. Amulat merupakan perubahan dari kata {a-}+ mulat. (107) Pada Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4) „Maju membangun negara membangun masyarakat‟ data (107) terdapat prefiks {aN-} pada kata ambangun „membangun‟, kata tersebut terbentuk oleh {aN-}+bangun yang mengubah kata dasar bangun menjadi kata kerja aktif. 2) Reduplikasi (108) Sesantine Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/1) „Harapan Sukoharjo makmur‟ Pada data (108) terdapat reduplikasi berupa dwipurwa „perulangan pada suku kata pertama yaitu kata sesanti „harapan, doa‟, reduplikasi berfungsi untuk mempertegas makna suatu kata dalam karya sastra, memberikan tekanan yang terdengar ritmik atau runtut. (109) Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4) „Maju membangun negara membangun masyarakat‟ Pada data (109) terdapat kata yang mengalami reduplikasi yaitu bebrayan „masyarakat luas‟, reduplikasi tersebut merupakan dwipurwa „pengulangan pada suku kata awal‟ dari kata dasar brayan „masyarakat‟. commit to user 75 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Gaya bahasa Pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” ditemukan beberapa gaya bahasa, yaitu asindenton dan repetisi tautotes. Gaya bahasa tersebut berrujuan untuk menambah variasi-variasi kebahasaan. a. Asindeton Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma. (110) Sesantine Sukoharjo makmur Maju aman konstitusional Mantab unggul rapi iku dadi sarana (GgJP/75/SM/3) „Harapan Sukoharjo makmur‟ „Maju aman konstitusional‟ „Mantab unggul rapi itu jadi sarana‟ (111) Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5) „Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟ Pada data (110) merupakan bentuk gaya bahasa yang memberikan acuan secara padat dimana beberapa kata yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambaung, yaitu kata maju, aman, konstitusional, mantab, unggul, dan rapi. Pada data (111) terdapat gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata yang sederajat tanpa tanda hubung yaitu subur makmur gemah ripah loh jinawi „Subur makmur, ramai, semua yang ditanam subur, dan bahan pokok terjangkau‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 76 digilib.uns.ac.id b. Repetisi tautotes Repetisi tautotes adalah pengulangan satuan lingual beberapa kali dalam sebuah konstruksi. (112) Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4) „Maju membangu negara membangun masyarakat‟ Pada data (112) merupakan bentuk gaya bahasa tautotes yaitu kata bangun „membangun‟ diulang sebanyak dua kali dalam satu konstruksi. Hal ini tentu akan menambah penekanan pada kata yang diulang sehingga maksud dari penulis lebih mudah diterima oleh masyarakat. 4. Pencitraan Pada LIDS lirik lagu “Sukoharjo Makmur” terdapat dua macam pencitraan yaitu citraan pengelihatan dan citraan gekak. a. Citraan pengelihatan (113) Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5) „Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟ Dari data (113) dapat kita lihat adanya citraan yang membuat imaji kita terusik untuk ikut membayangkan suatu tempat yang subur makmur, pengarang mencoba membawa kita pada suatu pengalaman indrawi yaitu indra pengelihatan. (114) Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13) „Rapi yang dilihat senang yang memandang‟ Pada data (114) merupakan pencitraan pengelihatan, di mana pengarang mencoba mengajak pendengar untuk ikut membayangkan dan seolah-olah ikut commit to user 77 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id melihat apa yang dilihat oleh pengarang. Pengarang menjelaskan bahwa Sukoharjo kota yang rapi dan menyenangkan jika diperhatikan. b. Citraan gerak (115) Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4) „Maju membangu negara membangu masyarakat‟ Pada data (115) merupakan bentuk dari citraan gerak di mana seolah-olah orang yang membaca juga bisa mengetahui bahwa kota Sukoharjo melakukan pembangunan baik pembangunan fisik maupun pembangunan masyarakat. D. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU KARANGANYAR TENTERAM 1 2 3 4 5 6 7 8 Tenteram tenteram Karanganyar tenteram/ Iku tenang teduh rapi aman makmur/ Cancut tali wanda gumregut bareng makarya/ Narapraja tamtama klawan kawula/ Wus gumolong nunggal cipta budi karsa/ Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya/ Datan ana dina kang tanpa seni budaya/ Ya kanca mujudake kutha Karanganyar tenteram/ „Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟ „Itu tenang teduh rapi aman makmur‟ „Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟ „Pejabat negara, prajurit dan rakyat jelata‟ „Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟ „Harapan tiada hari tanpa berkarya‟ „Tiada hari tanpa seni budaya‟ „Mari teman mewujudkan Karanganyar tenteram‟ 1. Pemanfaatan aspek bunyi a. Asonansi ( purwakanthi swara) Asonansi merupakan perulangan vokal yang mampu menambah keindahan lagu, pada LIDS lirik lagu “Karanganyar Tenteram” ditemukan asonansi /ᴐ/, asonansi /ê/, dan asonansi /u/. 1) Asonansi /a/ [ᴐ] commit to user perpustakaan.uns.ac.id 78 digilib.uns.ac.id (116) Nara praja tamtama klawan kawula (CD/KT/4) „Pejabat negara, prajurit dan rakyat jelata‟ (117) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya(CD/KT/6) „Harapan tiada hari tanpa bekerja‟ (118) Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/7) „Tiada hari tanpa seni budaya‟ (119) Cancut tali wanda gumregut bareng makarya/ Nara praja tamtama klawan kawula/ Wus gumolong nunggal cipta budi karsa/ Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya/ Datan ana dina kang tanpa seni budaya/ (CD/KT/3-7) „Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟ „Pejabat negara, prajurit dan rakyat jelata‟ „Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟ „Harapan tiada hari tanpa berkarya‟ „Tiada hari tanpa seni budaya‟ (120) Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1) „Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟ Data (116) terdapat asonansi /a/ [ᴐ] yang berurutan pada setiap katanya, yaitu pada kata narapraja „priyayi, tamtama „prajurit, dan kawula „rakyat jelata‟. Asonansi /a/ memberikan penekanan suara yang indah karena disusun secara berurutan dalam satu baris. Pada data (117) terdapat perulangan vokal [ᴐ] pada kata ana „ada‟, dina „hari‟, tanpa „tanpa‟ makarya „bekerja‟, asonansi /a/ pada baris tersebut memberikan kesan runtut dan indah ketika dilafalkan. Pada data (118) datan ana dina kang tanpa seni budaya „tiada hari tanpa seni budaya‟, pada data tersebut asonansi /a/ menjadi vokal yang dominan sehingga baris tersebut memberikan penekanan pada pendengar mengenai apa yang disampaikan dalam lirik tersebut. Data (119) merupakan asonansi /a/ pada akhir baris, yaitu pada kata commitjelata‟ to userkarsa „keinginan‟, dan budaya makarya „bekerja‟, kawula „rakyat 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id „budaya‟. Adanya kesamaan vokal pada akhir baris akan menambah kemerduan suara, dan terdengar enak ketika dilafalkan. Pada data (120) terdapat asonansi /a/ yang tertutup konsionan /m/ yaitu pada setiap akhir kata tenteram „tenteram‟ yang diulang sebanyak tiga kali. Pengulangan tersebut membuat lagu yang dinyanyikan terdengar padu dan memberikan penekanan tentang makna tenteram „tenteram‟. 2) Asonansi /ê/ (121) Têntêram têntêram Karanganyar têntêram Iku tênang têdhuh rapi aman makmur (CD/KT/1-2) „Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟ „Iku tenang teduh rapi aman makmur‟ Pada data (121) merupakan bentuk asonansi /ê/, yaitu pada kata Têntêram „tenteram‟, tênang „tenang‟, têdhuh „teduh‟. Vokal /ê/ pada data tersebut membuat lagu yang dinyanyikan terdengar selaras karena vokal /ê/ tersebut terdengar dominan. 3) Asonansi /u/ (122) Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5) „Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟ Pada data (122) terdapat asonansi /u/, vokal /u/ diulang sebanyak empat kali dalam satu baris dan semuanya terdapat pada suku kata pertama, yaitu pada kata gumolong „menyatu‟, nunggal „bersatu‟, dan budi „gagasan‟. b. Aliterasi (purwakanthi sastra) Pada LIDS lagu “karanganyar Tenteram” ditemukan aliterasi berupa perulangan /m/, /n/, dan /t/. commit to user 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Aliterasi /n/ (123) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya (CD/KT/6) „Harapan tiada hari tanpa berkarya‟ (124) Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/7) „tiada hari tanpa seni budaya‟ Pada data (123) merupakan data yang mengandung aliterasi /n/, terlihat pada kata sesanti „harapan‟, datan ana „tidak ada‟, dina „hari‟, dan tanpa „tanpa‟. Konsonan /n/ yang dominan dan diulang beberapa kali dalam satu baris menimbulkan suara yang dinamis dan merdu. Data (124) merupakan data yang di dalamnya terdapat aliterasi /n/, konsonan /n/ secara berulang terdapat pada kata datan „tidak‟, ana „ada‟, dina „hari‟, tanpa, „tanpa, seni „seni‟. 2) Aliterasi /t/ (125) Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1) „Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟ (126) Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3) „Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟ Data (125) merupakan data yang mengandung aliterasi /t/, dalam data tersebut konsonan /t/ menjadi konsonan yang terdengar dominan, secara umum akan mempertegas apa yang disampaikan oleh pengarang. Pada data (126) terdapat aliterasi /t/ sebanyak tiga kali, namun yang terlihat sangat padu adalah pada kata cancut „semacam jarit‟ dan tali „tali‟. Pada kata cancut diakhiri konsonan /t/, kemudian disusul kata tali yang diawali konsonan /t/ juga sehingga seola-olah kedua kata tersebut tanpa jeda ketika diucapkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 81 digilib.uns.ac.id c. Purwakanthi lumaksita (127) Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1) „Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟ (128) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7) „Harapan tiada hari tanpa bekerja‟ „tiada hari tanpa seni budaya‟ Data (127) dan (128) merupakan data yang mengandung purwakanthi lumaksita. Pada data (127) kata tenteram „tenteram‟ diulang sebanyak tiga kali, hal ini dilakukan pengarang untuk menekankan bahwa semboyan Karanganyar adalah tenteram. Pada data (128) merupakan aliterasi dengan pengulangan beberapa kata sekaligus yaitu datan ana dina kang tanpa „tiada hari yang tanpa‟. Kedua baris tersebut menjadi terdengar sangat rapat karena hampir sebagian besar kata dalam kedua baris tersebut diulang . 2. Diksi / pilihan kata Diksi yang ditemukan pada LIDS lirik lagu “Klaten Bersinar” yaitu kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung saroja, tembung plutan, idiom dan bentuk-bentuk literer. a. Kosakata bahasa Indonesia (129) Tenteram tenteram Karanganyar tenteram Iku tenang teduh rapi aman makmur (CD/KT/1-2) „Tenteram tenteram Karananyar tenteram‟ „Itu tenang teduh rapi aman makmur‟ Pada data (129) terdapat pemilihan kata berupa kata-kata yang diambil dari bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut adalah „tenang‟, „teduh‟, „rapi‟, „aman‟, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 82 digilib.uns.ac.id dan „makmur‟. Kata-kata tersebut merupakan kepanjangan dari Tenteram yang merupakan semboyan dari Karanganyar. b. Kosakata bahasa kawi (130) Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3) „Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟ (131) Narapraja tamtama klawan kawula (CD/KT/4) „Pejabat negara prajurit dan rakyat jelata‟ (132) Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5) „Sudah bersatu, satu gagasan pikiran dan keinginan‟ (133) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7) pada data (130) terdapat dua kosakata bahasa kawi yaitu wanda „badan‟, makarya „bekerja‟. Kedua kata tersebut dipilih karena lebih indah dari pada kata pada umumnya seperti awak „badan‟ atau kerja „kerja‟. Pada data (131) penggunaan bahasa kawi ditemukan pada kata narapraja „priyayi‟, tamtama „prajurit‟, klawan „dan‟, dan kawula „rakyat jelata‟. Pada data (132) bahasa kawi yang digunakan ialah cipta „gagasan‟, budi „pikiran‟. Data (133) memuat beberapa kata kawi yaitu sesanti „harapan‟ dan datan „tidak‟. Penggunaan bahasa kawi pada beberapa data tersebut menambah kesan arkhais atau bisa dikatakan menambah kesan keindahan dalam lagu tersebut. c. Tembung saroja (134) Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5) „Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟ Pada data (134) terdapat tembung saroja „kata yang hampir sama maknanya dan dipakai bersama-sama, gumolong nunggal „bersatu-padu‟. commityaitu to user perpustakaan.uns.ac.id 83 digilib.uns.ac.id Kata ini dipilih untuk menekankan akan makna bersatu, pentingnya persatuan dan kesatuan. d. Tembung plutan (135) Narapraja tamtama klawan kawula (CD/KT/4) „Priyayi prajurit dan rakyat jelata (136) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7) „Harapan tiada hari tanpa berkarya‟ „Tiada hari tanpa seni budaya‟ Pada data (135) terdapat tembung plutan yaitu klawan „dan‟, kata tersebut bersal dari kata dasar kalawan „dan‟, kata tersebut merupakan kata yang berasal dari kosakata bahasa kawi atau Jawa kuna. Pengurangan suku kata tersebut digunakan untuk mengejar keindahan lagu dalam hal dong-ding. Pada data (136) terdapat kata yang mendapat pengurangan suku kata, kata tersebut ialah kang yang berasal dari kata ingkang „kang‟. e. Idiom atau ungkapan (137) Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3) „Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟ (138) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7) „Harapan tiada hari tanpa bekerja‟ „Tiada hari tanpa seni budaya‟ pada data (137) terdapat ungkapan Jawa yaitu cancut tali wanda, maksud commit to user daru ungkapan tersebut ialah hendaknya kita singsingkan lengan baju, berbuat, perpustakaan.uns.ac.id 84 digilib.uns.ac.id bertindak, tidak hanya berdiam diri. Pada data (138) terdapat ungkapan datan ana dina kang tanpa makarya „tiada hari yang tanpa bekerja‟. Maksudnya sebagai manusia kita wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri. Dengan mencukupi kebutuhan sendiri, maka secara langsung juga telah membantu memajukan kabupaten. f. Bentuk-bentuk literer 1) Afiksasi Pada LIDS lirik lagu “Karangayar Tenteram” ditemukan afiksasi berupa infiks „sisipan‟ berupa sisispan {-um-} dan awalan {ma-} (139) Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3) „Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟ (140) Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5) „Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟ (141) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya (CD/KT/6) „Harapan tiada hari tanpa bekerja‟ Pada data (139) terdapat afiksasi berupa infiks atau imbuhan ditengah yaitu pada kata gumregut „sangat giat‟. Kata tersebut berasal dari kata gregut + {um-}, seselan {-um-} tersebut memberikan keindahan pada lagu tersebut. Pada data (140) kata yang mengalami proses afiksasi adalah gumregut „sangat giat‟, kata dasar gregut + {-um-}. Data (141) terdapat kata yang mengalami afiksasi yaitu makarya „bekerja‟, berasal dari kata {ma-} + karya. 3. Gaya bahasa Gaya bahasa yang ditemukan pada LIDS “Karanganyar Tenteram” adalah to userespiszeukis. asindenton, gaya bahasa hiperbola,commit dan repetisi 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Asindeton (142) Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1) Iku tenang teduh rapi aman makmur „Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟ „Itu tenang teduh rapi aman makmur‟ Pada data (142) di atas terdapat gaya bahasa asindeton, dimana kata tenang, teduh, rapi, amam dirangkai tanpa menggunakan kata hubung yang bertujuan memberikan acuan secara padat dan mampat. b. hiperbola (143) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya (CD/KT/6) „Harapan tiada hari tanpa bekerja‟ Pada data (143) merupakan gaya hiperbola karena dalam baris tersebut ada hal-hal yang dilebih-lebihkan. Manusia tidak akan mungkin bekerja setiap hari, pasti akan ada waktu untuk beristirahat. c. Repetisi episzeukis (144) Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7) „Harapan tiada hari tanpa berkarya‟ „tiada hari tanpa seni budaya‟ Pada data (144) terdapat repetisi yang mengulang beberapa kata yang dianggap penting, repetisi ini disebut episzeukis. Dalam data ini yang diulang yaitu datan ana dina kang tanpa „tiada hari yang tanpa‟. Perulangan ini bertujuan untuk memberikan penekanan terhadap kata, frasa, atau klausa yang dianggap penting. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 86 digilib.uns.ac.id 4. Pencitraan Citraan yang terdapat pada LIDS lagu “Karanganyar Tenteram” yaitu citraan pengelihatan dan citraan gerak. a. Citraan pengelihatan (145) Tenteram tenteram Karanganyar tenteram Iku tenang teduh rapi aman makmur (CD/KT/1-2) „Tenteram tenteram Karananyar tenteram‟ „Itu tenang teduh rapi aman makmur‟ Pada data (145) terdapat pencitraan, di mana pengarang mengajak pendengar seolah-olah ikut melihat apa yang dilihat pengarang lagu. Memberikan dorongan imaji pada pendengar mengenai hal-hal yang dipandang pengarang. b. Citraan gerak (146) Cancut tali wanda gumregut bareng makarya Narapraja tamtama klawan kawula Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/3-5) „Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟ Data (146) merupakan bentuk citraan gerak, pengarang berusaha memaparkan tentang masyarakat yang bekerja bersama-sama membangun karanganyar. E. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU WONOGIRI SUKSES 1 2 3 4 5 6 7 8 Sukses-sukses Wonogiri sukses/ „sukses sukses Wonogiri sukses‟ Stabilitas mantap karya tentrem ing „Stabilitas mantap karya tenteram bebrayan/ dalam masyarakat‟ Undang-undang peraturan dasar/ „Undang undang peraturan dasar‟ Koordinasi kang becik tumata/ „Koordinasi yang baik dan tertata‟ Sasaran panujuning sedya mrih „Sasaran menuju pada kesiapan agar yuwana/ keselamatan Evaluasi kang kinarya panaliti/ „Evaluasi oleh para peneliti‟ Semangat sumber daya mrih „Semangat sumber daya agar lajuning pembangunan/ majunya pembangunan‟ Sukses-sukses Wonogiri sukses/ „Sukses sukses Wonogiri sukses‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 87 digilib.uns.ac.id 1. Pemanfaatan aspek bunyi a. Asonansi (purwakanthi swara) Asonansi yang ditemukan pada lagu “Wonogiri Sukses” ialah asonansi /a/, asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, dan asonansi /ê/. 1) Asonansi /a/ (147) Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/2) „Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟ (148) Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5) „Sasaran menuju pada keselamatan‟ Pada data (147) asonansi /a/ terdapat pada kata stabilitas „stabilitas‟, mantab „mantab‟, karya „karya‟, dan bebrayan „masyarakat. Pada data (148) terdapat asonansi /a/ pada kata sasaran „sasaran‟. Asonansi /a/ yang berurutan dan berdekatan di atas memberikan efek keindahan suara yang memberkan kemerduan pada keseluruhan lagu ketika bergabung dengan unsur-unsur yang lain. 2) Asonansi /a/ [ᴐ] (149) Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5) „Sasaran menuju pada keselamatan‟ (150) Koordinasi kang becik tumata Sasaran panujung sedya mrih yuwana (CD/WS/4-5) „Koordinasi yang baik dan tertata‟ „sasaran menuju pada keselamatan‟ Pada data (149) asonansi /a/ [ᴐ] secara berurutan ditemukan pada kata sedya „sedia/siap‟, dan yuwana „selamat‟. Pada data (150) merupakan asonansi /a/ [ᴐ] pada akhir baris, yaitu kata tumata „tertata‟ dan pada akhir berikutnya kata commit to user perpustakaan.uns.ac.id 88 digilib.uns.ac.id yuwana „selamat‟. Vokal [ᴐ] memebrikan efek kemerduan suara jika disusun secara baik seperti pada data-data tersebut. 3) Asonansi /i/ (151) Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6) „evaluasi oleh para peneliti‟ Pada data (151) terdapat asonansi /i/ yaitu pada kata evaluasi „evaluasi‟, kinarya „dikerjakan‟ dan panaliti „peneliti‟. Pada data tersebut asonansi /i/ terlihat dominan dan memberikan kesan keindahan dan keruntutan suara. 4) Asonansi /ê/ (152) Suksês suksês Wonogiri suksês (CD/WS/1) „Sukses sukses Wonogiri sukses‟ Pada data (152) terdapat asonansi /ê/ yang mendominasi vokal dalam baris tersebut, dalam data ini vokal /ê/ terdapat pada kata „sukses‟ sebanyak tiga kali. Asonansi /ê/ mampu memerikan kesan adanya kerapatan antar kata dan memberikan kesan keindahan dalam data tersebut. b. Aliterasi (purwakanthi sastra) Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan aliterasi /d/ dan aliterasi /s/. 1) Aliterasi /d/ (153) Undang undang peraturan dasar (CD/WS/3) „Undang undang peraturan dasar‟ Pada data (153) terdapat aliterasi /d/, konsonan /d/ dalam data ini memberikan kesan keindahan dalam lagu tersebut. Aliterasi /d/ memberikan kesan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 89 digilib.uns.ac.id kedekatan antara kata dalam lagu tersebut, yaitu undang undang „undangundang‟, dan dasar „dasar‟. 2) Aliterasi /s/ (154) Sukses sukses Wonogiri sukses (CDWS/1) „Sukses sukses Wonogiri sukses‟ (155) Sukses sukses Wonogiri sukses Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/1-2) „Sukses sukses Wonogiri sukses‟ „Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟ Pada data (154) dan (155) merupakan data yang mengandung aliterasi /s/. Dalam data (154) sukses sukses Wonogiri sukses „sukses sukses Wonogiri sukses‟, terlihat konsonan /s/ diulang pada kata „sukses‟. Pada data (155) mempunyai keunikan dalam pemanfaatan aspek aliterasi, pada baris pertama diakhiri dengan konsonan /s/ sukses „sukses‟, kemudian disusul dengan baris kedua yang diawali dengan kata yang diawali dengan konsonan /s/ yaitu stabilitas „stabilitas‟, sehingga seperti tidak ada jeda dalam baris tersebut karena adanya pengulangan konsonan /s/. c. Purwakanthi lumaksita (156) Sukses sukses Wonogiri sukses (CD/WS/8) „Sukses sukses Wonogiri Sukses‟ pada data (156) terdapat perulangan kata yaitu „sukses‟, kata sukses diulang sebanyak tiga kali dalam satu baris, perulangan ini berfungsi untuk memberikan penekanan mengenai apa yang disampaikan, yaitu tentang semboyan atau harapan kabupaten Wonogiri agar menjadi kabupaten yang sukses commit to user perpustakaan.uns.ac.id 90 digilib.uns.ac.id 2. Diksi / pilihan kata Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan diksi yang berupa kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung plutan , dan bentukbentuk literer. a. Kosakata Bahasa Indonesia (157) Sukses sukses Wonogiri sukses (CD/WS/1) „Sukses sukses Wonogiri sukses‟ (158) Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/2) „Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟ (159) Undang-undang peraturan dasar (CD/WS/3) „Undang undang peraturan dasar‟ (160) Koordinasi kang becik tumata (CD/WS/4) „Koordinasi yang baik dan tertata‟ (161) Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5) „Sasaran menuju pada keselamatan‟ (162) Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6) „Evaluasi oleh para peneliti‟ (163) Semangat sumber daya mrih lajuning pembangunan (CD/WS/7) „Semangat sumber daya agar majunya pembangunan‟ Pada data (157) sampai data (163) terdapat kosakata bahasa asing di dalamnya. Pada data (157) ditemukan kosakata bahasa Indonesia yaitu sukses „sukses‟. Pada data (158) kosakata bahasa Indonesia yang ditemukan adalah kata stabilitas „stabilitas‟. Pada data (159) ditemukan kosakata bahasa Indonesia yaitu undang-undang peraturan dasar „undang-undang peraturan dasar‟. Pada data (160) terdapat kosakata bahasa Indonesia yaitu kata koordinasi „koordinasi‟. Pada data (161) ditemukan kosakata bahasa commit Indonesia to user yaitu sasaran „sasaran‟. Pada perpustakaan.uns.ac.id 91 digilib.uns.ac.id data (162) kata bahasa Indonesia berupa kata evaluasi „evaluasi‟. Pada data (163) kosakata bahasa Indonesia yang ditemukan yaitu kata semangat „semangat‟ dan sumber daya „sumber daya‟. Penggunaan kosakata bahasa Indonesia tersebut bertujuan agar pendengar mampu menerima dengan mudah, selain itu memang pada dasarnya kata-kata tersebut merupakan kepanjangan dari akronim „SUKSES‟. b. Kosakata bahasa kawi (164) Sasran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5) „Sasaran menuju menuju pada keselamatan‟ (165) Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/2) „Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟ (166) Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5) „Sasaran menuju pada keselamatan‟ Pada data (164) sasaran panujuning sedya mrih yuwana „sasaran menuju pada keselamatan‟, dalam data ini kata yang berasal dari bahasa kawi adalah yuwana „selamat‟. Pada data (165) stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan „stabilitas mantap karya tentrem dalam masyarakat‟, pada data ini kata yang berasal dari bahasa kawi adalah karya „kerja‟, namun kata ini juga masih sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebagai kata serapan dari bahasa Jawa kuna.. Pada data (166) kosakata bahasa kawi yang ditemukan yaitu kata sedya yang mempunyai makna siap atau sedia. c. Tembung plutan (167) Koordinasi kang becik tumata (CD/WS/4) „Koordinasi yang baik dan tertata‟ commit to user 92 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (168) Semangat sumber daya mrih lajuning pembangunan (CD/WS/7) „Semangat sumber daya agar majunya pembangungan‟ Pada data (167) terdapat kosakata bahasa kawi yang sering dipakai dalam bahasa sehari-hari dan juga sering digunakan dalam lagu-lagu berbahasa Jawa, kata tersebut adalah kang yang berasal dari kata ingkang „yang‟. Pada data (168) terdapat kata yang dikurangi jumlah sukukatanya yaitu kata mrih yang berasal dari kata amrih „agar‟. d. Bentuk-bentuk literer 1) Afiksasi Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan beberapa afiksasi, yaitu; seselan „sisipan‟ {-um-} prefiks {pa-} dan sisipan{-in-}. (169) Koordinasi kang becik tumata (CD/WS/4) „Koordinasi yang baik dan tertata‟ (170) Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6) „Evaluasi oleh para peneliti‟ (171) Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6) „Evaluasi oleh para peneliti‟ Pada data (169) terdapat kata yang mengalami afiksasi yaitu tumata „tertata‟, kata tumata merupakan hasil afiksasi yaitu dari kata tata + {-um-}, sisipan {-um-} dalam kata tersebut berfungsi memperindah kata dan juga mengubah kata kerja aktif menjadi pasif melalukan penelitian. Pada data (170) terdapat prefiks {pa-} pada kata panaliti „peneliti‟, atau orang yang Pada data (171) kata kinarya berasal dari kata karya „kerja‟ yang mendapat sisipan {-in-} (karya + {-in-}). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 93 digilib.uns.ac.id 3. Gaya bahasa Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan gaya bahasa yang berupa gaya bahasa repetisi tautotes, yaitu perulangan satuan lingual yang dianggap penting dalam satu konstruksi. a. Repetisi tautotes (172) Sukses sukses Wonogiri sukses (CD/WS/8) „Sukses sukses Wonogiri sukses‟ Pada data (172) terdapat perulangan atau repetisi epizeukis, yaitu perulangan satuan lingual yang dipentingkan beberapa kali secara berurutan. Dalam baris ini yang diulang adalah kata „sukses‟ yang diulang sebanyak tiga kali dalam satu baris. 4. Pencitraan Citraan yang ditemukan dalam LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” adalah berupa citraan gerak. a. Pencitraan gerak (173) Semangat sumber daya mrih lajuning pembangunan (CD/WS/7) „Semangat sumber daya agar majunya pembangunan‟ Pada data (173) penulis lagu berusaha menjelaskan kepada pendengar bahwa adanya pembangunan di Wonogiri yang didukung oleh sumber daya yang memadai. Penulis berusaha mendorong imajinasi pendengar mengenai keadaan Wonogiri yang terus membangun. F. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU GERBANG SUKOWATI 1 2 3 Ayo yo ayo angayahi kardi „marilah mari menjalankan kewajiban‟ Ora ngemungake mring para „Tak hanya menggantungkan pada pangarsa pemimpin‟ commit to user Cancut gumregut mbangun Sukowati „Singsingkan baju membangun Sukowati‟ 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4 5 6 7 8 Kabeh prawarga duwe kewajiban Murih wewangunan katon endah asri Mujudake Sragen kutha kang mandiri Rakyat ayem tentrem gemah ripah loh jinawi Gerbang Sukowati greget mbangun Sukowati „Semua warga punya kewajiban‟ „Agar bangunan terlihat indah asri‟ „Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟ „Rakyat hidup tenteram semua kebutuhan tercukupi‟ „Gerbang Sukowati semangat membangun Sukowati‟ 1. Pemanfaatan aspek bunyi A. Asonansi (purwakanthi swara) Pada LIDS lirik lagu “Gerbang Sukowati” ditemukan beberapa asonansi yaitu asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, asonansi /ê/, asonansi /o/. 1) Asonansi /ᴐ/ (174) Ora ngemungake mring para pangarsa (GN/GS/2) „Tak hanya menggantungkan pada pemimpin‟ Pada data (174) ora ngemungake mring para pangarsa „tak hanya menggantungkan pada pemimpin‟, pada baris ini terdapat asoansi /a/ yaitu pada kata para pangarsa „para pemimpin‟. Pada data tersebut asonansi /a/ berfungsi menambah kemerduan dan memberikan kesan adanya kerapatan antara kata tersebut. 2) Asonansi /i/ (175) Murih wewangunan katon endah asri Mujudake Sragen kutha kang mandiri Rakyat ayem tentrem gemah ripah loh jinawi Gerbang Sukowati greget mbangun Sukowati (GN/5-8) „Agar bangunan terlihat indah asri‟ „Mewujudkan Sragen kuta yang mandiri‟ „Rakyat hidup tenteram semua kebutuhan tercukupi‟ „Gerbang Sukowati semangat membangun Sukowati‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id 95 digilib.uns.ac.id Pada data (175) terdapat asonansi /i/ pada akhir baris, yaitu pada kata asri „asri‟, mandiri „mandiri‟, jinawi „serba murah‟, dan Sukowati „nama lain kota Sragen‟. Keempat kata tersebut secara berurutan berada pada akhir masingmasing baris. 3) Asonansi /ê/ (176) Rakyat ayêm têntrêm gêmah ripah loh jinawi (GN/GS/7) „rakyat hidup tenteram tanpa kekurangan suatu apapun‟ Pada data (176) rakyat ayem tentrem gemah ripah loh jinawi, pada baris tersebut terdapat asonansi /ê/ yaitu pada kata ayem tentrem „hidup tenang‟ dan gemah ‘ramai‟. 4) Asonansi /o/ (177) Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1) „Marilah mari menjalankan kewajiban‟ Pada data (177) ayo yo ayo angayahi kardi „marilah mari menjalankan kewajiban‟, pada baris tersebut ditemukan asonansi /o/ yaitu pada tiga kata awal ayo yo ayo „marilah mari‟. Suara vokal /o/ yang berurutan menyebabkan lagu menjadi terdengar merdu. b. Aliterasi ( purwakanthi sastra) Pada LIDS lirik lagu “Gerbang Sukowati” ditemukan aliterasi berupa aliterasi /g/ dan aliterasi /y/. 1) Aliterasi /g/ (178) Gerbang Sukowati greget mbangun Sukowati (GN/GS/8) „Gerbang Sukowaticommit semangan membangun Sukowati‟ to user perpustakaan.uns.ac.id (179) 96 digilib.uns.ac.id Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1) „Marilah mari menjalankan kewajiban‟ Pada pada (178) terdapat aliterasi /g/ yaitu pada kata gerbang „gerbang‟ dan greget „semangat/tekad‟. Adanya perulangan tersebut menambah kesan ritmis pada suara yang dihasilkan. Pada data (179) merupakan data yang mengandung aliterasi /y/, yaitu pada kata ayo yo ayo „marilah mari‟. c. Purwakanthi lumaksita (180) Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1) „Marilah mari menjalankan kewajiban‟ Data (180) ayo yo ayo angayahi kardi „marilah mari menjalankan kewajiban‟, dalam baris tersebut ditemukan perulangan kata dari ayo „mari‟, yang berada berurutan pada awal baris sehingga menciptakan pola yang menyatu dan merdu. 2. Diksi / pilihan kata Pada lagu Gerbang Sukowati ditemukan beberapa diksi, yaitu; kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung plutan, tembung saroja, sinonim, dan idiom (ungkapan). a. Kosakata Bahasa Indonesia (181) Mujudake Sragen kutha kang mandiri (GN/GS/6) „Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟ pada data (181) mujudake Sragen kutha mandiri „mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟, kata “mandiri” dipilih karena kata tersebut lebih mudah diterima oleh masyarakat umum. Alasan lain juga dikarenakan kesulitan mencari commit padanan kata mandiri dalam bahasa Jawa.to user 97 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Kosakata bahasa kawi (182) Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1) „Marilah mari menjalankan kewajiban‟ Data (182) ayo yo ayo angayahi kardi „marilah mari menjalankan kewajiban‟, dalam larik tersebut terdapat kosakata bahasa kawi yaitu kardi „kewajiban/pekerjaan‟. Kata tersebut dipilih karena lebih memiliki nilai keindahan dibanding jika menggunakan bahasa Jawa sekarang misalnya pagawean „pekerjaan‟. c. Tembung saroja (183) Rakyat ayem tentrem gemah ripah loh jinawi (GN/GS/7) „Rakyat hidup tenteram tanpa kekurangan suatu apapun‟ pada data (183) terdapat tembung saroja yaitu ayem tentrem „hidup tenteram‟, kedua kata tersebut memiliki makna yang hampi sama yaitu „hidup tenang‟. d. Tembung plutan (184) Kabeh prawarga duwe kewajiban (GN/GS/4) „Semua warga punya kewajiban‟ (185) Mujudake Sragen kutha kang mandiri „Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟ Pada data (184) kabeh prawarga duwe kewajiban „semua warga punya kewajiban‟, pada baris tersebut terdapat tembung plutan atau kata yang mengalami pengurangan jumlah suku kata, yaitu pra yang berasal dari kata para „para‟. Pada data (185) terdapat tembung plutan atau kata yang dikurangi jumlah commit to user 98 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sukukatanya yaitu kata kang „yang‟ yang berasal dari kata ingkang yang berarti „yang‟. Pengurangan tersebut bertuan untuk menyelaraskan lagu. e. Sinonim (186) Cancut gumregut mbangun Sukowati Kabeh prawarga duwe kewajiban Murih wewangunan katon endah asri Mujudake Sragen kutha kang mandiri (GN/GS/3-6) „Bekerja dengan giat membangun Sukowati‟ „Semua warga punya kewajiban‟ „Agar bangunan terlihat indah asri‟ „Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟ Pada data (186) terdapat kata yang bersinonim yaitu kata “Sukowati” dengan kata “Sragen”, penulis mencoba mengungkapkan nama lain dari kota Sragen, seperti diketahui secara umum bahwa nama lain dari kota Sragen adalah kota Sukowati. f. Idiom atau ungkapan (187) Rakyate ayem tentrem gemah ripah loh jinawi (GN/GS/7) „Rakyatnya hidup tenteram tanpa kekurangan suatu apapun‟ Pada data (187) terdapat ungkapan Jawa yaitu gemah ripah loh jinawi, ungkapan ini mempunyai penjabaran yang sangat panjang, gemah „tempat yang ramai‟, ripah „sangat kaya‟, loh „subur, semua yang ditanam akan menghasilkan‟, jinawi „serba murah‟, jadi bisa diartikan sebagai tempat yang ramai dikunjungi banyak orang, tempat yang kaya, sangat subur dan kebutuhan sehari-hari terjangkau. commit to user 99 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id g. Bentuk-bentuk literer 1) Afiksasi Pada LIDS lirik lagu Gerbang Sukowati ditemukan afiksasi literer berupa infiks „sisipan‟ {-um-} dan prefiks „awalan‟ {-aN-}. (188) Cancut gumregut mbangun Sukowati (GN/GS/3) „bekerja dengan giat membangun Sukowati‟ (189) Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1) „Marilah mari menjalankan kewajiban‟ Pada data (188) terdapat kata yang mengalami afiksasi yaitu kata gumregut yang berasal dari kata dasar gregut „giat‟ yang mendapat seselan „sisipan‟ {-um-}. Dengan perubahan bentuk tersebut membuat kata gumregut „giat‟ lebih memiliki nilai keindahan dari pada hanya kata gregut „giat‟. Pada data (189) terdapat afiksasi literer berupa prefiks {aN-}, kata tersebut adalah anganyahi yang berasal dari prefiks {aN-} + {ayahi}. 2) Reduplikasi Reduplikasi yang ditemukan dalam lirik lagu Gerbang Sukowati adalah berupa dwipurwa „perulangan suku kata awal‟. (190) Murih wewangunan katon endah asri (GN/GS/5) „Agar bangunan terlihat indah asri‟ Pada data (190) terdapat kata yang mengalami reduplikasi yaitu kata wewangunan „banyak bangunan‟, kata tersebut disebut dwipurwa yaitu perulangan hanya pada suku kata pertama saja. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 100 digilib.uns.ac.id 3. Gaya bahasa Dalam lirik lagu Gerbang Sukowati ditemukan dua gaya bahasa, yaitu gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa repetisi epizeuksis. a. Personifikasi (191) Mujudake Sragen kutha mandiri (GN/GS/6) „Mewujudkan Sragen kota mandiri‟ Pada data (191) merupakan gaya bahasa personifikasi karena menyamakan kota Sragen seolah-olah memiliki sifat mandiri seperti manusia, karena pada umumnya yang mempunyai sifat mandiri adalah manusia. b. Repetisi epizeuksis Repetisi epizeuksis adalah pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali secara berurutan. (192) Gerbang Sukowati, greget mbangun Sukowati (GN/GS/8) „Gerbang Sukowati, semangat membangun Sukowati‟ Pada data (192) gerbang Sukowati greget mbangun Sukowati „semangat membangun Sukowati‟ terdapat satu kata yang diulang karena merupakan bagian yang penting yaitu Sukowati „Sukowati/Sragen. 4. Pencitraan Pada LIDS lagu “Gerbang Sukowati”, ditemukan pencitraan yaitu pencitraan gerak. a. Citraan gerak (193) Cancut gunregut mbangun Sukowati (GNB/GS/3) commit to user Sukowati‟ „Bekerja dengan giat membangun perpustakaan.uns.ac.id 101 digilib.uns.ac.id Pada data (193) merupakan penggambaran gerak yang dilakukan oleh masyarakat Sragen, dalam baris tersebut penulis ingin menyampaikan bagaimana mobilitas dan semangat masyarakat Sragen dalam membangun kotanya. G. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU KLATEN BERSINAR 1 2 3 4 5 6 7 8 Bersinar bersinar Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar Bersinar, Bersinar iku mengku surasa, bersih tumrap lingkungan urip sabendinane. sehat lahir, lan sehat batine, endah wewangunan jro kutha lan desadesa, aman mapan tansah murah sandang pangan, aman mulat lelakon tansah waspada, 9 kanthi tumata sinawang asri nglamlami. 10 papan olahraga ana, papan wisata sumadya, 11 kabudayan pranyata lambang dadi lan lian bangsa 1 2 3 4 5 6 7 8 „Bersinar bersinar‟ „Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar‟ „Bersinar, Bersinar itu mengandung makna, „bersih lingkungan sehari-hari. „sehat lahir, dan sehat batinnya, „indah bangunan dalam kota dan desadesa, „aman mapan selalu , murah kubutuhan pokok, „aman memperhatikan perilaku agar selalu waspada, „dengan tertata terlihat asri menyenangkan „tempat olahraga ada, tempat wisata tersedia „kebudayaan sebagai lambang yang berbeda dari bangsa lain „Rakyate sudah hidup tenang sejahtera‟ „Rakyat dan masyarakat yang majemuk‟ „bersatu menghargai sesama‟ „Para petani bekerja giat mengolah tanah bersama-sama‟ „Menanam bahan makan, berlipat hasilnya‟ palawija lan pari gilir gumanti „Palawija lan padi silih berganti‟ tanduran subur gemah ripah loh jinawi „Tanaman subur tanpa kekurangan suatu apapun‟ commit to„Menjadikan user temah adil makmur rata adhedhasar adil makmur merata rakyate wus ayem tentrem kertaraharja rakyat lan bebrayane beda lan werna werna tunggal sedya ngajenisesama, pratani wus sengkut ngolah lemah bebarengan, tanem tuwuh nedha, tikel pametune 102 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 9 pancasila kondange jaban rangkah sinebut klaten bersinar berdasar pancasila‟ „Merkenal diluar daerah disebut Klaten bersinar‟ 1. Pemanfaatan aspek bunyi a. Asonansi (purwakanthi swara) Aliterasi yang ditemukan pada LIDS lirik lagu Klaten Bersinar adalah asonansi /a/, asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, asonansi /ê/, asonansi /e/, asonansi /u/. 1) Asonansi /a/ (194) Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar (CD/KB/2) „Bersih sehat indah nyaman rapi nyata, Klaten bersinar‟ (195) Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6) „Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟ (196) Aman mapan tansah, murah sandang pangan (CD/KB/7) „Aman mapan selalu murah kebutuhan pokok‟ Pada data (194) terdapat asonansi /a/ yang merata dalam satu baris, kata-kata tersebut secara berurutan yaitu sehat „sehat‟, indah „indah‟, nyaman „nyaman‟, aman „aman‟, rapi „rapi‟, nyata „nyata‟, Klaten „Klaten‟, bersinar „bersinar‟. Pada data (195) vokal /a/ yang berurutan terdapat pada kata Endah „indah‟, wewangunan „bangunan-bangunan‟. Pada data (196) mengandung asonansi /a/ yaitu pada kata aman „aman‟, mapan „tinggal‟, tansah „selalu‟, murah „murah‟, sandang pangan „kebutuhan pokok‟. Adanya perulangan bunyi vokal /a/ yang berurutan commit to user 103 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tersebut membuat lagu menjadi semakin indah, ada pola suara yang berulang sehingga terdengar merdu. 2) Asonansi /a/ [ᴐ] (197) Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (KB/6) „Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟ (198) Papan olah raga ana, papan wisata sumadya (KB/10) „tempat olah raga ada, tempat wisata tersedia‟ Data (197) asonansi /a/ yang dibaca [ᴐ] yang memberikan efek keindahan suara terdapat pada awal dan akhir suku kata berikut ini aman „aman‟, mulat „melihat‟, tansah „selalu‟, waspada „waspada‟. Pada data (198) papan olah raga ana papan wisata sumadya „temat olahraga ada, empat wisata tersedia‟, pengarang menggunakan vokal [ᴐ] pada kata ana „ada‟, wiasata „wisata‟, sumadya „tersedia‟, dengan demikian maka baris tersebut menjadi lebih dinamis dan lebih enak dinyanyikan, selain itu juga mampu menciptakan kesan kedekatan dan kerapatan antar kata dalam kalimat. 3) Asonansi /i/ (199) Kanthi tumata sinawang asri nglamlami (CD/KB/9) „Dengan ditata terlihat asri menyenangkan‟ (200) palawija lan pari gilir gumanti (CD/KB/2/6) „Palawija dan padi silih berganti‟ Pada data (199) terdapat asonansi /i/ yang kurang dominan namun tetap menambah keindahan dari pengucapan lagu tersebut, kata tersebut yaitu kanthi „dengan‟, sinawan „dipandang‟, asri „asri‟, nglamlami „menyenangkan‟. Data (200) mengandung perulangan vokal /i/ yaitu pada kata palawija „Sejenis tanaman commit to user perpustakaan.uns.ac.id 104 digilib.uns.ac.id di tegal‟, pari „padi‟, dan gilir gumanti „silih berganti‟. Dengan adanya asonansi /i/ di atas, membuat baris tersebut terdengar lebih merdu. 4) asonansi /ê/ (201) Bêrsinar, Bêrsinar iku mêngku surasa (CD/KB/3) „Bersinar bersinar itu mengandung makna‟ (202) Rakyate wus ayêm têntrêm kêrtaraharja (KB/2/1) „Rakyatnya sudah hidup tenang dan sentosa‟ Pada data (201) dan (202) merupakan data yang mengandung asonansi /ê/. pada data (201) kata yang mengandung vokal /ê/ yaitu pada kata bêrsinar bêrsinar „bersinar-bersinar‟ dan pada kata mêngku „memuat/mengandung‟. Pada data (202) vokal /ê/ terdapat pada kata ayêm têntrêm „hidup tenang‟, dan kêrtaraharja „sentosa‟. Asonansi /ê/ tersebut mampu menambah kesan kemerduan suara yang secara langsung mampu menambah keestetikan lagu. 5) Asonansi /e/ (203) sehat lahir, lan sehat batine (CD/KB/5) „sehat lahir dan sehat batinnya‟ (204) bersih tumrap lingkungan urip sabendinane. sehat lahir lan sehat batine (CD/KB/4-5) „bersih lingkungan hidup sehari-hari‟ „sehat lahir dan sehat batinnya‟ pada data (203) dan (204) merupakan data yang mengandung asonansi /e/. Pada data (203) asonansi /e/ ditemukan pada kata sehat „sehat‟ dua sebanyak dua kali dan batine „batinnya‟. Pada data (204) asonansi /e/ berada pada suku kata terakir atau bisa disebut huruf terakhir dalam dua baris, yang pertama sabendinane „setiap harinya‟ dan pada baris berikutnya batine „batinnya‟. Asonansi /e/ tersebut mampu memberikan kesan keindahan suara. commit to user 105 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 6) asonansi /u/ (205) Bersinar, Bersinar iku mengku surasa (CD/KB/3) „Bersinar bersinar itu mengandung makna‟ Pada data (205) asonansi /u/ terlihat sangat dominan pada tiga kata terakhir, yaitu pada iku „itu‟, mengku „mengandung‟ dan yang terakhir pada kata surasa „arti/makna‟. Vokal /u/ tersebut mampu menambah kesan keindahan pada lagu tersebut. b. aliterasi ( purwakanthi lumaksita) pada LIDS lirik lagu Klaten Bersinar ditemukan beberapa aliterasi diantaranya; aliterasi /d/, aliterasi /n/, aliterasi /p/, dan aliterasi /t/. 1) aliterasi /d/ (206) endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6) „Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟ Pada data (206) endah wewangunan jro kutha lan desa-desa „indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟, dalam data ini terdapat asonansi /d/ yaitu pada kata-kata endah „indah‟, desa-desa „desa-desa‟. Dengan adanya konsoan /d/ tersebut menambah kesan ritmis dalam lagu tersebut. 2) aliterasi /n/ (207) aman mapan tansah, murah sandang pangan (CD/KB/8) „Aman mapan selalu murah sandang pangan‟ Pada data (207) aman mapan tansah, murah sandang pangan „aman mapan selalu murah kebutuhan pokok‟, konsonan /n/ secara berulang ditemukan commit to user 106 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada kata aman „aman‟, mapan „tinggal‟, tansah „selalu‟, sandang pangan „kebutuhan pokok‟. 3) aliterasi /p/ (208) papan olah raga ana, papan wisata sumadya (CD/KB/10) „Tempat olah raga ada, tempat wisata tersedia‟ Pada data (208) papan olah raga ana papan wisata sumadya „tempat olah raga ada, tempat wisata tersedia‟, aliterasi /p/ terlihat sangat dominan pada data ini, terlihat pada kata papan „tempat‟. Konsonan /p/ diulang sebanyak empat kali sehingga memberikan kesan suara yang runtut. 4) aliterasi /t/ (209) rakyate wus ayem tentrem kertaraharja (CD/KB/2/1) „Rakyatnya hidup tenteram sejahtera‟ Pada data (209) rakyate wus ayem tentrem kertaraharja „rakyatnya sudah hidup tenang sentosa‟, pada data ini terdapat ini terdapat aliterasi /t/ yaitu pada kata rakyate „rakyatnya‟, tentrem „tenteram‟, kertaraharja „sentosa‟. c. Purwakanthi lumaksita (210) Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar Bersinar, Bersinar iku mengku surasa (CD/KB/2-3) „Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, klaten bersinar‟ „Bersinar, bersinar itu mengandung makna‟ (211) Sehat lahir, lan sehat batine (CD/KB/5) „sehat lahir dan sehat batinnya‟ (212) papan olahraga ana, papan wisata sumadya (CD/KB/10) „tempat olah raga ada, tempat wisata tersedia‟ commit to user 107 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada data (210) terdapat purwakanthi lumaksita yaitu berupa perulangan kata bersinar „bersinar‟, pada baris pertama kata „bersinar‟ berada di akhir baris kemudia pada baris berikutnya diawali lagi dengan kata „bersinar‟ sehingga memberikan kesan rapat antara dua baris tersebut, selain itu juga memberikan penekanan terhadap makna dari „bersinar‟ sebagai semboyan kota Klaten. Pada data (211) sehat lair sehat batine „sehat lahir sehat batinnya‟, pada data ini terdapat perulangan kata sehat „sehat‟ sebanyak dua kali. Pada data (212) papan olah raga ana papan wisata sumadya „tempat olah raga ada tempat wisata tersedia‟, dalam data tersebut ditemukan purwakanthi lumaksita yaitu berupa perulangan kata papan „tempat‟. 2. Diksi / pilihan kata Dalam LIDS lirik lagu Klaten bersinar, ditemukan beberapa idiom yaitu; kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung plutan, tembung saroja, antonim, dan idiom. a. Kosakata Bahasa Indonesia (213) Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar (CD/KB/2) „Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar‟ Pada data (213) Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar terdapat tujuh kata yang merupakan kosakata bahasa Indonesia yaitu „bersih‟, „sehat‟, „indah‟, „nyaman‟, „aman‟, „rapi‟, „nyata‟, dan „bersinar‟. Kosakata tersebut digunakan karena memang kata-kata tersebut merupakan kepanjangan dari akronim “bersinar” sebagai semboyan kota Klaten, selain commit to user 108 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id semboyan, “bersinar” juga menjadi sebuah harapan Klaten akan menjadi kabupaten yang dikenal oleh masyarakat luas. b. Kosakata Bahasa Kawi (214) Rakyate wus ayem tentrem kertaraharja (CD/KB/2/1) „Rakyatnya sudah hidup tenteram aman sentosa‟ pada data (214) terdapat kosakata bahasa kawi yaitu kertaraharja „aman sentosa‟, kata ini terdengar lebih arkhais atau lebih indah, sehingga membuat orang yang mendengar menjadi lebih tertarik. c. Tembung Saroja (215) Palawija lan pari gilir gumanti (CD/KB/2/6) „Palawija dan padi silih berganti‟ pada data (215) palawija lan pari gilir gumanti „palawija dan padi silih berganti‟, dalam data tersebut terdapat tembung saroja gilir gumanti „silih berganti‟, kedua kata tersebut mempunyai makna yang hampir sama dan dipakai bersama-sama. d. Tembung Plutan (216) Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6) „Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟ Pada data (216) endah wewangunan jro kutha lan desa-desa „indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟, pada data tersebut ditemukan tembung plutan yaitu kata yang dikurangi jumlah suku katanya, pengurangan tersebut bertujuan untuk memenuhi tuntutan dongding lagu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 109 digilib.uns.ac.id e. Antonim (217) Sehat lair lan sehat batine (CD/KB/5) „Sehat lahir dan sehat batinnya‟ (218) Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa „Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟ pada data (217) sehat lair lan sehat batine „sehat lahir dan sehat batinnya‟ pada data tersebut terdapat dua kata yang maknannya berlawanan yaitu lair „lahir‟ >< batin „batin‟, oposisi tersebut merupakan oposisi mutlak. Pada data (218) terdapat dua kata yang maknanya saling berlawanan yaitu kata kutha „kota dan desa-desa „desa-desa‟. f. Idiom atau Ungkapan (219) Tanduran subur gemah ripah loh jinawi temah adil makmur rata adhedhasar pancasila (CD/KB/7-8) „Tanaman subur tanpa kekurangan suatu apapun‟ „Aadil makmur berdasarkan pancasila‟ Pada data (219) terdapat ungkapan Jawa yaitu gemah ripah loh jinawi, ungkapan ini bisa diartikan sebagai negara yang ramai, tempat yang subur, alam yang kaya, kebutuhan tercukupi tanpa kekurangan suatu apapun. g. Bentuk-bentuk Literer 1) Afiksasi Afiksasi pada LIDS lirik lagu Klaten bersinar berupa infiks „sisipan‟ {um-} dan sisipan {-in-}. (220) Kanthi tumata sinawang asri nglamlami (CD/KB/9) „Dengan tertata dipandang asri menyenangkan‟ commit to user perpustakaan.uns.ac.id (221) 110 digilib.uns.ac.id Kondhange njaban rangkah sinebut Klaten bersinar (CD/KB/9) „Terkenal di luar daerah disebut Klaten bersinar‟ Pada data (220) kanthi tumata sinawang asri nglamlami „dengan tertata terlihat asri menyenangkan‟, dalam data tersebut kata yang mengalami afiksasi adalah tumata „tertata‟ berasal dari kata dasar tata + {-um-}. Dengan adanya sisipan {-um-} akan menjadikan kata tersebut terdengar lebih mempunyai nilai keindahan. Data (221) kondhange njaban rangkah sinebut Klaten bersinar „terkenal di luar daerah disebut klaten bersinar‟, pada data tersebut kata sinebut „disebut‟ mengalami afiksasi yaitu mendapat sisipan {-in-}, asal kata sebut + {-in}. 2) Reduplikasi Ada beberapa bentuk reduplikasi dalam LIDS lirik lagu Klaten Bersinar yaitu; dwilingga „perulangan utuh‟, dwipurwa „perulangan suku kata awal‟ + sufiks „akhiran‟, dan dwipurwa+ prefiks {a-}. (222) Endah wewangunan jro kutha lan desa desa (CD/KB/6) „Indah bangunan dalam kota dan desa desa‟ (223) Pratani wus sengkut ngolah lemah bebarengan tanem tuwuh nedha tikel pametune (CD/KB/4-5) „Mengolah tanah bersama-sama‟ „menanam bahan pokok berlipat hasilnya‟ (224) Tanduran subur gemah ripah loh jinawi rata adhedhasar Pancasila (CD/KB/7-8) „Tanaman subur tanpa kekurangan suatu apapun‟ „merata berdasar Pancasila‟ Pada data data (222) Endah wewangunan jro kutha lan desa desa „indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟, pada baris tersebut ditemukan dwilingga commit userdesa „desa-desa‟. Pada data (223) atau perulangan yang utuh yaitu pada katatodesa perpustakaan.uns.ac.id 111 digilib.uns.ac.id terdapat perulangan berupa dwipurwa „perulangan suku kata awal‟ yaitu pada kata bebarengan „bersama-sama‟ yang berasal dari kata bareng „bersama‟. Pada data (224) perulangan berupa dwipurwa dengan variasi prefiks yaitu kata adhedhasar „berdasarkan‟, dari kata dasar dhasar yang diulang hanya suku kata awal ditambah prefiks (awalan) {a-}. 3. Gaya bahasa Gaya bahasa yang ditemukan dalam lirik lagu Klaten bersinar hanya berupa gaya bahasa asindenton dan antitesis. a. Asindeton (225) Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata Klaten bersinar (CD/KB/2) „Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata Klaten bersinar‟ Pada data (225) bersih sehat indah nyaman rapi nyata Klaten bersinar „bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata Klaten bersinar‟, merupakan bentuk gaya bahasa asindeton, yaitu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma. b. Antitesis (226) Sehat lair lan sehat batine (CD/KB/5) „Sehat lahir dan sehat batinnya‟ Pada data (226) sehat lair lan sehat batine „sehat lahir dan sehat batinnya‟, dalam baris tersebut gaya bahasa berupa gaya bahasa antitesis ditandai dengan adanya kata yang berlawanan yaitu lair „lahir‟ dengan batin „batin‟. commit to user 112 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4. Pencitraan Citraan yang terdapat pada LIDS lirik lagu Klaten Bersinar adalah citraan pengelihatan dan citraan gerak. a. Citraan pengelihatan (227) Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6) „Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟ (228) Kanthi tumata sinawang asri nglamlami (CD/KB/9) „dengan tertata terlihat asri menyenangkan‟ Pada data (227) endah wewangunan jro kutha lan desa-desa „indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟, baris tersebut merupakan bentuk dari citraan pengelihatan, dimana penulis memberikan gambaran pada pendengar mengenai keadaan Kota klaten. Pada data (228) kanthi tumata sinawang asri nglamlami „dengan tertata terlihat asri menyenangkan‟, dalam data ini pengarang berusaha memberikan gambaran mengenai kota Klaten yang tertata dan enak dipandang mata, memberikan rangsangan kepada pendengar seolah-oleh ikut menyaksikan apa yang digambarkan dalam lirik lagu. b. Citraan gerak (229) Pratani wus sengkut ngolah lemah bebarengan (CD/KB/2/4) „Para petani sudah bekerja giat mengolah tanah bersama-sama‟ Data (229) pratani wus sengkut ngolah lemah bebarengan „petani sudah bekerja giat mengolah tanah bersama-sama‟, pengarang berusaha memberikan gambaran keaadaan petani Klaten yang giat bekerja, memberikan penjelasan bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang giat bekerja. commit to user 113 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id TABEL DOMINASI Pada analisis data di atas diketahui bahwa tidak semua lagu memiliki unsur stilistika yang sama. Oleh karena itu, selanjutnyai akan disajikan tabel dominasi unsur-unsur stlilistika yang terkandung dalam LIDS. No Lirik lagu Unsur stilistika Jumlah % 1 1 Pemanfaatan aspek bunyi 17 60,7% 2 Diksi/pilihan kata 7 25% 3 Gaya bahasa 3 10,7% 4 pencitraan 1 3,6% Total 28 100% 1 Pemanfaatan aspek bunyi 16 35,5% 2 Diski/pilihan kata 23 51,1% 3 Gaya bahasa 4 8,9% 4 pencitraan 2 4,5% Total 45 100% 1 Pemanfaatan aspek bunyi 16 37,2% 2 Diksi/pilihan kata 21 48,8% 3 Gaya bahasa 3 7% 4 pencitraan 3 7% Total 43 100% 2 3 Solo Berseri Boyolali Tersenyum Sukoharjo Makmur commit to user 114 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4 5 6 7 Karanganyar Tenteram Wonogiri Sukses Gerbang Sukowati Klaten Bersinar 1 Pemanfaatan aspek bunyi 13 42% 2 Diksi/pilihan kata 13 42% 3 Gaya bahasa 3 9,6% 4 Pencitraan 2 6,4% Total 31 100% 1 Pemanfaatab aspek bunyi 10 37% 2 Diksi/pilihan kata 15 55,6% 3 Gaya bahasa 1 3,7% 4 Pencitraan 1 3,7% Total 27 100% 1 Pemanfaatan aspek bunyi 5 27,8% 2 Diksi/pilihan kata 10 55,6% 3 Gaya bahasa 2 11% 4 Pencitraan 1 5,6% 18 100% 1 Pemanfaatan aspek bunyi 19 52,8% 2 Diksi/pilihan kata 11 30,6% 3 Gaya bahasa 3 8,3% 4 pencitraan 3 8,3% Total 36 100% commit to user 115 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id TABEL DOMINASI MASING-MASING UNSUR STILISTIKA No Unsur Stilistika Jumlah Prosentase 1 Pemanfaatan aspek bunyi 96 42,1% 2 Diksi/pilihan kata 100 43,6% 3 Gaya bahasa 20 8,7% 4 Pencitraan 13 5,6% Total 229 100% Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa diksi merupakan aspek stilistika yang paling dominan dipakai dalam LIDS, hal tersebut dikarenakan diksi terdiri dari banyak unsur. aspek stilistika yang mendominasi selanjutnya adalah aspek pemanfaatan bunyi, hal ini dikarenakan dalam lagu atau tembang memang membutuhkan banyak aspek bunyi untuk mendukung keindahan lagu. Aspek dominan yang selanjutnya dalam LIDS adalah gaya bahasa, gaya bahasa kurang banyak digunakan dalam lagu karena, berbeda dengan prosa yang membutuhkan banyak gaya bahasa. Aspek yang paling sedikit digunakan dalam LIDS adalah pencitraan. commit to user 116 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id commit to user