perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB IV A

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. ANALISIS DATA
Dalam analisis data terdapat empat hal yang diulas, yaitu: (1) pemanfaatan
aspek-aspek bunyi bahasa dalam LIDS, (2) diksi atau pilihan kata pada LIDS, (3)
penggunaan gaya bahasa pada LIDS, (4) pencitraan pada LIDS. Peneliti terlebih
dahulu akan memaparkan lagu identitas daerah, kemudian peneliti akan
menjabarkan
aspek-aspek
stilistika
seperti
pemanfaatan
aspek
bunyi
(purwakanthi), diksi atau pilihan kata, gaya bahasa dan juga pencitraan yang
terkandung dalam LIDS, hal ini bertujuan agar lagu yang diteliti tidak kehilangan
esensinya.
Lagu-lagu identitas daerah yang akan dikaji secara stilistika merupakan
lagu
yang
menjadi
identitas
masing-masing
kabupaten
di
SUBOSUKAWONOSRATEN. Adapun lagu-lagu tersebut adalah sebagai berikut.
A. Solo Berseri
B. Boyolali Tersenyum
C. Sukoharjo Makmur
D. Karanganyar Tenteram
E. Wonogiri Sukses
F. 1. Sragen Asri
2. Gerbang Sukowati
G. Klaten Bersinar.
Adapun lagu yang pertama diteliti menggunakan kajian stilistika dalam
commit to user
LIDS adalah “Solo Berseri”, adapun kajiannya adalah sebagai berikut.
39
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU SOLO BERSERI
1
2
3
4
5
6
7
8
Berseri berseri bersih sehat rapi indah/
Pancen nyata pra kanca kanggo srana/
Mujudake Surakarta kutha budaya/
Pariwisata lan olah raga/
Wus misuwur sedulur njaban rangkah/
Wus genah ngondangake kutha Sala
tanpa nendra/
Dadya budayaning bangsa mrih kuncara/
Berseri berseri bersih sehat rapi indah/
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah
„Memang benar teman-teman untuk sarana
„Mewujudkan Surakarta kota budaya
„Pariwisata dan olah raga
„Sudah terkenal oleh saudara luar daerah
„Sudah pasti menjadikan kota Solo tak pernah
tidur
„Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah
1. Pemanfaatan Aspek-aspek Bunyi Bahasa
Kajian stilistika dalam lagu “Solo Berseri” menggunakan banyak aspek
purwakanthi „perulangan bunyi‟. Penggunaan purwakanthi ini dimaksudkan
untuk keindahan bahasa. Pada Lagu “Solo Berseri” purwakanthi, yaitu asonansi
atau purwakanthi swara “pengulangan bunyi vokal”, aliterasi atau purwakanthi
sastra
‘perulangan
bunyi
konsonan‟,
dan
purwakanthi
basa/lumaksita
„pengulangan kata atau suku kata yang telah digunakan pada bagian sebelumnya‟.
a. Asonansi (purwakanthi swara)
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi
vokal yang sama. Adapun asonansi yang ditemukan dalam LIDS lirik lagu “Solo
Berseri”yaitu berupa perulangan vokal [ᴐ], [i], [U], [ê]. Berikut ini data yang
mengandung asonansi atau purwanthi swara „pengulangan bunyi vokal‟ pada lagu
“Solo Berseri”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41
digilib.uns.ac.id
1) Asonansi /a/ dibaca [ᴐ]
(1) Pancen nyata pra kanca kanggo srana (GgJP/81/SB/2)
„Memang benar teman-teman untuk sarana‟
(2) Mujudake Surakarta kutha budaya (GgJP/81/SB/3)
„Memujudkan Surakarta Kota Budaya‟
(3) Wus genah ngondhangake Kutha Sala tanpa nendra (GgJP/81/SB/5)
„Sudah pasti menjadikan Kota Solo tak pernah tidur‟
(4) Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/7)
Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal
Pada data (1) sampai dengan data (4) merupakan data yang mengandung
asonansi [ᴐ]. Pada data (1) merupakan bentuk perulangan [ᴐ], dalam baris tersebut
ditemukan perulangan /a/ pada kata nyata „benar‟, pra kanca „para saudara‟, dan
srana „sarana‟, dengan perulangan tersebut akan memberikan kesan keindahan
bunyi vokal yang runtut dan indah. Pada data (2) asonansi /a/ ditemukan sebanyak
enam kali secara berurutan, hal ini akan menambah kesan rapat dan kesan
keindahan dalam pelafalan, terlebih vokal /a/ yang berada di akhir kata baris yaitu
pada kata Surakarta „Surakarta‟, kutha „kota‟, dan budaya „budaya‟. Pada data (3)
asonansi /a/ diulang sebanyak lima kali, yaitu pada kata kutha Sala tanpa nendra
„kota Solo tak pernah tidur‟. Bunyi vokal [ᴐ] pada setiap suku kata terakir
memberikan kesan suara yang runtut dan memperindah lagu. Data (4) dadya
budayaning bangsa mrih kuncara „jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟
ditemukan asonansi /a/ yang memberikan unsur keindahan, meskipun sederhana
namun vokal [ᴐ] disini dapat membuat harmonisasi kata.
2) Asonansi /a/ [ᴐ] pada akhir baris
commit to user
(5) Pancen nyata pra kanca kanggo srana
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mujudake Surakarta kutha budaya (GgJP/81/SB/2-3)
„Memang benar teman-teman untuk sarana‟
„Mewujudkan Surakarta kota budaya‟
(6) Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra
Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/6-7)
„Sudah jelas menjadikan terkenal Kota Solo tak pernah tidur‟
„Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟
pada (5) sampai dengan data (6) merupakan bentuk asonansi pada akhir
baris. Pada data (5) asonansi /ᴐ/ pada suku kata terakhir setiap baris memberikan
kesan keindahan dan mempermudah dalam pelafalan lagu, yaitu vokal [ᴐ] pada
kata srana „sarana‟, dan budaya „budaya‟. Data (6) wus genah ngondhangake
kutha Sala tanpa nendra „sudah jelas menjadikan terkenal kota Solo tak pernah
tidur‟, dadya budayaning bangsa mrih kuncara „jadilah budaya bangsa menjadi
terkenal‟, kedua baris tersebut berurutan sehingga suku kata terakhir /ᴐ/ dari setiap
baris menjadi indah dan serasi jika dilafalkan‟, yaitu pada kata nendra „tidur‟ dan
kuncara „terkenal‟. Kedua data tersebut mengandung kesan keindahan yang
disebabkan oleh asonansi /a/ pada akhir baris.
3) Asonansi /i/
(7)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
Pada data (7) berseri berseri bersih sehat rapi indah „berseri berseri bersih
sehat rapi indah‟, terdapat perulangan vokal /i/ yang berurutan yaitu pada kata
berseri, berseri, bersih, rapi, dan indah. Adanya perulangan tersebut memberikan
keindahan suara yang secara langsung akan menambah keindahan lagu secara
keseluruhan.
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Asonansi /u/ [U]
(8)
Wus misuwur sedulur jaban rangkah (GgJP/81/SB/5)
„sudah dikenal saudara di luar daerah‟
Pada data (8) merupakan bentuk asonansi /u/, dapat dilihat pada kata wus
„sudah‟, misuwur „terkenal‟, dan sedulur „saudara‟, ketiga kata tersebut oleh
penulis disusun secara berurutan, vokal [U] yang rapat pada suku kata terakhir
ketiga kata tersebut menjadikan asonansi /u/ terdengar runtut dan indah.
5) Asonansi /e/ [ê]
(9)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/8)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
Pada data (9) di atas terdapat asonansi [ê] yang berurutan yaitu pada kata
berseri berseri bersih, asonansi [ê] di atas membuat harmonisasi suara yang
menambah kemerduan suara pada baris tersebut.
b. Aliterasi (purwakanthi sastra)
Purwakanthi sastra „aliterasi‟ adalah pengulangan konsonan atau
kelompok konsonan pada awal suku kata atau awal kata secara berurutan. Pada
LIDS lirik lagu “Solo Berseri” ditemukan aliterasi /s/, aliterasi /r/, dan aliterasi /b/.
1) Aliterasi /s/
(10)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
(11)
Wus misuwur sedulur jaban rangkah (GgJP/81/SB/5)
„sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
Pada data (10) dan (11) terdapat aliterasi konsonan /s/, pada data (10)
konsonan /s/ secara berurutan pada awal baris yaitu pada kata berseri „berseri‟
berseri „berseri‟ bersih „bersih‟ dan sehat „sehat‟, aliterasi /s/ dalam baris tersebut
memberikan kesan indah dan merdu, secara berurutan jika dilafalkan akan
terdengar indah dan enak didengar. Pada data (11) aliterasi /s/ ditemukan pada
kata wus „sudah‟ misuwur „terkenal‟ sedulur „saudara‟, aliterasi /s/ terdengar
sangat mendominasi ketika baris tersebut dilafalkan. Hal ini tentu akan menambah
kepaduan suara dan juga keindahan lagu.
2) Aliterasi /r/
(12)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/85/SB/1)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
(13)
Wus misuwur sedulur jaban rangkah (GgJP/85/SB/5)
„Sudah dikenal saudara diluar daerah‟
Pada data (12) dan (13) merupakan baris yang mengandung aliterasi /r/.
Pada data (12) aliterasi /r/ secara berurutan ditemukan pada kata berseri berseri
bersih rapi. Pada data (13) aliterasi /r/ terdapat pada kata misuwur „terkenal‟,
sedulur „saudara/kerabat‟, rangkah „pagar batas wilayah‟. Pada kedua data
tersebut menjadi terdengar ritmis dan indah karena adanya aliterasi /r/ yang
berurutan.
3) Aliterasi /b/
(14)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/85/SB/11)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
Pada data (14) berseri berseri bersih sehat rapi indah terdapat perulangan
/b/ pada suku kata pertama padacommit
tiga kata
pertama yaitu berseri berseri bersih,
to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan adanya perulangan tersebut membuat lagu tersebut terdengar merdu
dengan suara konsonan [b] yang terdengar runtut.
c.
Purwakanthi lumaksita
Purwakanthi basa/lumaksita adalah perulangan bunyi suku kata, kata atau
frase, letaknya di depan, tengah, dan akhir satuan lingual yang menimbulkan efek
estetis atau keindahan.
(15)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
(16)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/8)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
(17)
Wus misiwur sedulur njaban rangkah
Wus genah ngondangake kutha Sala tanpa nendra (GgJP/81/SB/56)
„Sudah saudara terkenal oleh di luar daerah‟
„Sudah pasti pasti menjadikan kota Solo tak pernah tidur‟
Pada data (15) dan (16) merupakan data yang mengandung unsur
purwakanthi lumaksita, meskipun berbeda nomor data, kedua data tersebut
mempunyai bentuk dan isi yang sama. Unsur purwakanthi lumaksita dalam data
tersebut ditemukan di awal baris, yaitu pada kata berseri berseri „berseri berseri‟.
Pengarang berusaha menjadikan kata berseri terlihat dominan karena memang
berseri merupakan semboyan dari kota Solo. Data (17) tersebut merupakan
bentuk perulangan kata atau purwakanthi lumaksita yang ditandai dengan
ditemukannya kata wus „sudah‟, pada awal baris kelima dan pada baris keenam
ditemukan lagi kalimat yang sama pada awal baris.
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Diksi / pilihan kata
Yang dimaksud diksi yaitu; Pertama, pilihan kata untuk diksi mencakup
pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya
mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situai dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosakata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Berdasarkan
uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi atau pilihan
kata yang digunakan untuk menyampaikan ide guna memperoleh efek tertentu
yang dituangkan melalui karya sastra. Diksi yang digunakan dalam LIDS lagu
“Solo Berseri” yaitu; kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung
pliutan, dan sinonimi,
a. Kosakata bahasa Indonesia
Kosa kata bahasa Indonesia merupakan kata-kata yang diambil dari bahasa
Indonesia dalam mengarang lagu, kosakata bahasa Indonesia dipilih agar hal-hal
tertentu mudah dimengerti jika menggunakan bahasa tersebut.
(18)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah (GgJP/81/SB/1)
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47
digilib.uns.ac.id
Pada data (18) penulis menggunakan kosakata bahasa Indonesia agar apa
yang disampaikan kepada pendengar bisa lebih diterima, selain itu penggunaan
bahasa Indonesia juga disebabkan semboyan asli dari Kota Solo adalah BERSERI
(bersih sehat rapi indah).
b. Kosakata Bahasa Kawi
Bahasa Kawi merupakan bahasa Jawa kuna yang sudah jarang dipakai
lagi. bisa juga berarti kata-kata arkhais atau kata-kata yang mengandung
keindahan.
(19)
Wus misuwur sedulur njaban rangkah
Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra
(GgJP/81/SB/5-6)
„Sudah dikenal saudara di luar daerah‟
„Sudah jelas menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟
(20)
Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/7)
„jadilah budaya bangsa mrih kuncara‟
Pada data (19) ditemukan unsur bahasa kawi yaitu pada kata nendra
„tidur‟, pengarang menyampaikan bahwa kota Solo sudah menjadi kota yang tak
pernah tidur seperti kota-kota besar lainnya. Pada data (20) kosakata bahasa kawi
yang ditemukan adalah kata kuncara „terkenal‟, kata kuncara dipilih karena lebih
mengandung keindahan dan agar selaras dengan kata budaya „budaya‟ yang juga
berakhiran /a/.
c. Tembung Plutan
Tembung plutan yaiku tembung kang diringkes cacahing wandane
commit to user
„tembung plutan adalah kata yang diringkas atau dikurangi jumlah suku katanya.
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
(21)
Pancen nyata pra kanca kanggo srana
Mujudake Surakarta kutha budaya (GgJP/81/SB/2-3)
„Memang benar teman-teman untuk sarana‟
„Mewujudkan Surakarta kota budaya‟
(22)
Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/7)
„Jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟
Pada data (21) terdapat dua tembung plutan yaitu pada kata pra „para‟
yang berasal dari kata para „para‟, pengurangan suku kata pada kata para menjadi
pra bertujuan untuk menyelaraskan lagu. Pada kata srana „sarana‟ juga dilakukan
pengurangan suku kata untuk membuat lagu terdengar padu dengan ketukan lagu.
Pada data (22) dadya budayaning bangsa mrih kuncara „jadilah budaya bangsa
menjadi terkenal‟ merupakan data yang di dalamnya terdapat tembung plutan
yaitu kata yang dikurangi jumlah sukukatanya, yaitu kata mrih yang berasal dari
kata amrih „agar/supaya‟.
d. Sinonimi
Sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan
bentuk lain, kesamaan itu berlaku bagi kata atau kalimat, walaupun umumnya
yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja
(23)
Mujudake Surakarta kutha budaya
Pariwisata lan olah raga
Wus misuwur sedulur njaban rangkah
Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra
(GgJP/81/SB/3-6)
„mewujudkan Surakarta kota budaya‟
„pariwisata dan olah raga‟
„sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟
„sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟
(24)
Wus misuwur sedulur njaban rangkah
Wus genah ngondhangake
commit tokutha
userSala tanpa nendra
Dadya budayaning bangsa mrih kuncara (GgJP/81/SB/5-7)
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
„Sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟
„Sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟
„jadilah budaya bangsa menjadi terkenal‟
Pada data (23) dan data (24) merupakan data yang mengandung sinonimi.
Pada data (23) kata yang bersinonimi adalah Surakarta „Surakarta‟ dengan kata
Sala „Solo‟. Seperti diketahui secara umum bahwa nama lain dari kota Surakarta
adalah kota Solo, hal ini sangat berkaitan dengan sejarah berdirinya kota Solo
sendiri, data ini merupakan sinonim antara kata dengan frase. Pada data (24)
terdapat kata yang bersinonimi, yaitu kata misuwur „terkenal‟, ngondhangake
(dari kata dasar kondhang „terkenal‟) dan kata kuncara „terkenal‟, ketiga kata ini
mempunyai makna yang sepadan, pengarang menggunakan kata yang bersinonimi
untuk menambah variasi dan agar lagu tidak membosankan, data ini merupakan
sinonimianatara kata dengan kata.
3. Gaya Bahasa
Setiap penulis pasti memiliki gaya bahasa masing-masing. Gaya bahasa
adalah ekspresi linguistik, baik di dalam puisi maupun prosa (cerpen ,nonel,
drama). Dalam lagu “Solo Berseri” gaya bahasa yang ditemukan adalah gaya
bahasa hiperbola, asindenton, dan repetisi anafora.
a. Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu
pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
(25)
Wus genah ngondhangake kutha
(GgJP/81/SB/6) commit to user
Sala
tanpa
nendra
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
„sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟
Pada data (25) gaya bahasa yang ditemukan adalah gaya bahasa hiperbola,
yaitu semacam gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu hal. Data tersebut
menjelaskan bahwa kota Solo tak pernah tidur, padahal dalam kenyataannya
mungkin ungkapan tersebut terlalu berlebihan untuk ukuran kota Solo.
b. Repetisi Anafora
Repetisi anafora yaitu perulangan berupa pengulangan kata pertama pada
tiap baris atau kalimat berikutnya.
(26)
Wus misuwur sedulur njaban rangkah
Wus genah ngondhangake kutha Sala tanpa nendra
(GgJP/81/SB/5-6)
„Sudah terkenal oleh saudara di luar daerah‟
„Sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟
Pada data (26) merupakan bentuk dari gaya bahasa repetisi anafora, yaitu
pengulangan satuan lingual di awal baris dan diulangi pada baris berikutnya,
dalam data ini yang diulangan adalah satuan lingual berupa kata wus „sudah‟.
c. Asindenton
(27)
Berseri berseri bersih sehat rapi indah
„Berseri berseri bersih sehat rapi indah‟
Pada data (27) terdapat gaya bahasa berupa gaya bahasa asindenton yaitu
pengunaan kata atau frasa yang sederajat, tidak dihubungkan oleh tanda hubung
yaitu kata bersih sehat rapi indah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51
digilib.uns.ac.id
4. Pencitraan
Pencitraan bisa diartikan bahwa memakai citra itu sebagai wujud dalam
pikiran kemudian untuk menggambarkannya adalah bahasa. Citraan yang
ditemukan dalam lagu “Solo Berseri” adalah citraan pengelihatan.
a. Citraan pengelihatan
Citraan pengelihatan adalah citraan yang memberi sensor kepada indra
pengelihatan, sehingga hal-hal yang seharusnya tak terlihat seoalah-olah melihat.
(28)
Wus
genah
ngondhangake
Surakarta
tanpa
nendra
(GgJP/81/SB/6)
„sudah pasti menjadikan terkenal kota Solo tak pernah tidur‟
Pada data (28) merupakan contoh dari citraan pengelihatan, pengarang
berusaha menyampaikan apa yang dilihat, memberikan pengalaman bahwa kota
Solo masih berkegiatan meskipun di malam hari, maka disebut tanpa nendra
„tanpa tidur‟.
B. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU BOYOLALI
TERSENYUM
Tertib Elok Rapi Sehat/
„Tertib Elok Rapi Sehat‟
Nyaman untuk masyarakat/
„Nyaman untuk masyarakat‟
Pembangunan boyolali/
„Pembangunan Boyolali‟
Jero kutha lan ngadesa-desa/
„Dalam kota dan di desa-desa‟
Sesawangan wewangunan tumata katon „Pemandangan dan bangunan tertata
endah/
kelihatan indah‟
6 Tentrem diudi mrih lestarine/
„Tenteram diusahakan agar lestari‟
7 Jenjem ayem gotong royong lahir batin „Hidup tenang gotong royong lahir
ing bebrayan/
batin dalam masyarakat‟
8 Tersenyum pembangunan Boyolali „Tersenyum pembangunan Boyolali
tersenyum/
tersenyum‟
commit to user
1
2
3
4
5
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1
2
3
4
5
Pembangunan kang ginayuh/
Lahir batin dimen wutuh/
Bebrayan gung anyengkuyung/
Lancar rancak jumbuh lan tuwajuh/
Adil makmur rata, tata dhedhasar
Pancasila/
6 Bangun jiwa, bangun raga manunggal
lahir batine/
7 Adiguna lan adigung adiguna kabeh
wus sirna/
8 Tersenyum pembangunan Boyolali
tersenyum/
„Pembangunan yang diraih‟
„Lahir batin agar utuh‟
„Masyarakat semua mendukung‟
„Lancar rancak satu tujuan dan mantab‟
„adil makmur rata, aturan berdasarkan
Pancasila‟
„Membangun jiwa, membangun raga
bersatu lahir dan batin‟
„Sifat-sifat kesombongan telah hilang‟
„Tersenyum
tersenyum‟
pembangunan
Boyolali
1. Pemanfaatan aspek bunyi
a. Asonansi (purwakanthi swara)
Asonansi atau purwakanthi swara adalah semacam gaya bahasa yang
berwujud perulangan vokal yang sama. Adapun asonansi yang ditemukan dalam
LIDS lagu “Boyolali Tersenyum” adalah asonansi /a/,asonansi /ê/, asonansi /u/,
asonansi /o/
1) Asonansi /a/
(29)
Nyaman untuk masyarakat (GgJP/14/BT/2)
„nyaman untuk masayarakat‟
(30)
Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5)
„pemandangan bangungan tertata terlihat indah‟
(31)
Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/2/1)
„pembangunan yang diraih‟
Pada data (29) merupakan data yang mengandung asonansi /a/. Terdapat
pengulangan vokal /a/ sebanyak enam kali pada kata nyaman „nyaman‟ dan
commit
user asonansi /a/ sebanyak enam kali
masyarakat „masyarakat‟. Pada data
(30) to
terdapat
perpustakaan.uns.ac.id
53
digilib.uns.ac.id
yang menambah kesan runtut dan indah, yaitu pada kata sesawangan
„pemandangan‟, wewangunan „bangunan‟, katon „terlihat‟, dan endah „indah‟.
Data (31) Pembangunan kang ginayuh „pembangunan yang diraih‟ tedapat
perulangan vokal /a/ yang berurutan dalam baris tersebut yang menambah
kemerduan suara.
2) Asonansi /ê/
(32)
Jenjêm ayêm gotong royong ing bêbrayan (GgJP/14/BT/7)
„hidup tenang gotong royong dalam masyarakat‟
Data (32) merupakan bentuk asonansi vokal /ê/, pada awal baris vokal /ê/
diulang empat kali secara berurutan, hal ini akan menambah kesan ritmis dan
memperindah saat dilafalkan.
3) Asonansi /u/ [U] kombinasi konsonan /h/
(33)
Pembangunan kang ginayuh
Lahir batin dimen wutuh(GgJP/14/BT/2/1-2)
„pembangunan yang diraih‟
„lahir batin agar utuh‟
(34)
Lancar rancar jumbuh lan tuwajuh (GgJP/14/BT/2/4)
„lancar rancak satu tujuan dan mantab‟
Data (33) merupakan asonansi /u/ yang tertutup konsonan pada akhir
baris yang berurutan. Kesamaan bunyi vokal yang tertutup konsonan tersebut
akan memberikan dampak keindahan pada lagu, kata-kata tersebut yaitu
ginayuh „diraih / dicapai‟ dan wutuh „utuh‟. Data (34) terdapat aliterasi /h/
pada kata jumbuh „satu tujuan‟ dan tuwajuh „mantab‟, kedua kata tersebut
disusun secara berdekatan, sehingga aliterasi /h/ tersebut terdengar indah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54
digilib.uns.ac.id
4) Asonansi /o/ [O]
(35)
Jenjem ayem gotong royong lair batin ing bebrayan
(GgJP/14/BT/7)
„Hidup tenang goyong royong lahir batin dalam masyarakat‟
Data (35) merupakan data yang mengandung asonansi /o/, terlihat pada
kata gotong royong „gotong royong‟, terdapat huruf vokal /o/ yang berurutan dan
berdekatan sehingga terdengar ritmis ketika dinyanyikan.
b. Aliterasi (purwakanthi sastra)
Aliterasi adalah pengulangan konsonan atau kelompok konsonan yang
berurutan. Dalam bahasa jawa aliterasi lebih dikenal dengan purwakanthi sastrai.
Dalam lagu LIDS “Boyolali Tersenyum” adalah aliterasi /h/, aliterasi /n/, aliterasi
/ng/, aliterasi /r/ dan aliterasi /w/.
1) Aliterasi /n/
(36)
Sesawangan wewangunan tumata katon endah
Katentreman kasarasan diudi mrih lestarine (GgJP/14/BT/5-6)
„pemandangan, bangunan tertata terlihat indah‟
„ketrentraman kesehatan diusahakan kelestariannya‟
Data (36) merupakan aliterasi /n/ yang terdapat pada suku kata terakhir,
yaitu pada kata sesawangan „pemandangan‟, wewangunan ‘bangunan‟, katon
„terlihat‟, katentreaman „ketenteraman‟, dan kasarasan „kesehatan‟.
2) Aliterasi [ŋ]
(37)
Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/2/1)
„pembangunan yang diraih‟
(38)
Bebrayan gung anyengkuyung (GgJP/14/BT/2/3)
to user
„masyarakat semuacommit
mendukung‟
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada data (37) merupakan data yang mengandung aliterasi /ŋ/, terdapat
pengulangan konsonan /ŋ/ sebanyak dua kali namun suara /ŋ/ terdengar sangat
dominan. Data (38) terdapat aliterasi /ŋ/ sebanyak tiga kali pada kata guŋ „luas‟
dan anyeŋkuyuŋ „mendukung‟. Aliterasi /ŋ/ tersebut dapat menambah keindahan
suara dengan bunyi sengau yang berurutan.
3) Aliterasi /r/
(39)
Lancar rancak jumbuh lan tuwajuh (GgJP/14/BT/2/4)
„lancar rancak satu tujuan dan mantaba‟
(40)
Adil makmur rata, tata dhedhasar Pancasila (GgJP/14/BT/2/5)
„Adil makmur rata, peraturan berdasarkan Pancasila‟
Pada data (39) terlihat konsonan terakhir dari kata lancar ‟lancar‟
kemudian disusul kata yang mempunyai konsonan /r/ di awal kata yaitu rancak
„rancak‟ sehingga kedua kata tersebut ketika dinyanyikan seperti menyambung
satu dengan yang lain. pada data (30) seperti halnya pada data (38) yaitu pada kata
makmur „makmur‟ dengan kata rata „rata‟.
4) Aliterasi /w/
(41)
Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5)
„pemandangan bangunan tertata terlihat indah‟
Pada data (41) aliterasi /w/ terasa sangat dominan pada dua kata awal,
yaitu pada kata sesawangan „pemandangan‟ dan wewangunan „bangunan‟, dalam
data ini konsonan /w/ diulang sebanyak tiga kali yang letaknya berdekatan yang
memberikan kesan yang ritmik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56
digilib.uns.ac.id
c. Purwakanthi lumaksita
(42)
Tersenyum pembangunan Boyolali tersenyum (GgJP/14/BT/8)
„tersenyum pembangunan Boyolali tersenyum‟
(43)
Bangun jiwa, bangun raga manunggal lair batine
(GgJP/14/BT/2/6)
„Membangun jiwa, membangun raga bersatu lahir dan batin‟
(44)
Adiguna lan adigung adigang kabeh wus sirna (GgJP/14/BT/2/7)
„sifat-sifat kesombongan semua telah hilang‟
Pada data (42) merupakan bentuk purwakanthi lumaksita yaitu perulangan
kata tersenyum „tersenyum‟, data (43) berupa perulangan kata bangun
„membangun‟ yang diulang sebanyak dua kali, data (44) yaitu berupa perulangan
kata adi „lebih/kelebihan‟.
2. Diksi / pilihan kata
Diksi mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan
suatu gagasan, bagaimana membentk pengelompokan kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan yang tepat. Diksi yang ditemukan dalah dalam lagu
“Boyolali Tersenyum” adalah kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi,
tembung saroja, tembung plutan, sinonimi, antonimi, dan idiom.
a. Kosakata bahasa Indonesia
(45)
(46)
Tertip Elok Rapi Sehat
Nyaman Untuk Masyarakat (GgJP/14/BT/1-2)
„Tertib Elok Rapi Sehat‟
„Nyaman Untuk Masyarakat‟
commit toBoyolali
user tersenyum (GgJP/14/BT/8)
Tersenyum pembangunan
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
‘Tersenyum pembangunan Boyolalo tersenyum‟
Pada data (45) merupakan data yang secara keseluruhan menggunakan
pilihan kata berupa kosakata bahasa Indonesia, begitu juga pada data (46).
Pemilihan kosakata bahasa Indonesia agar sesuai dengan akronim daerah tersebut
yaitu Boyolali tersenyum. Alasan lain yaitu agar pesan mudah dimengerti oleh
orang lain yang bukan berasal dari Boyolali.
b. Kosakata bahasa kawi
(47)
Adiguna lan adigung adigang kabeh wus sirna (GgJP/14/BT/2/7)
„sifat-sifat kesombongan semua telah hilang‟
(48)
Bebrayan gung anyengkuyung (GgJP/14/BT/2/3)
„Masyarakat semua mendukung‟
Pada data (47) terdapat kosakata bahasa kawi yaitu pada kata sirna
„hilang‟. Kata ini sudah tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata ini
dipilih karena mengandung kesan indah jika digunakn dalam karya sastra. Pada
data (48) kosakata dari bahasa kawi yang ditemukan ialah kata gung „besar‟,
dalam baris ini dapat diartikan luas.
c. Tembung saroja
Tembung saroja ategese tembung rangkep, maksude tembung loro kang
padha utawa meh padha tegese, dienggo bebarengan „kata Saroja adalah kata
rangkap yang berarti dua kata yang sama atau hamper sama artinya dan dipakai
bersamaan.
(49)
Jenjem ayem gotong
commit toroyong
user
(GgJP/14/BT/7)
lahir
batin
ing
bebrayan
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
„Hidup tenang goyong royong lahir batin dalam masyarakat‟
(50)
Lancar rancak jumbuh lan tuwajuh (GgJP/14/BT/2/4)
„lancar rancak satu tujuan dan mantap‟
Data (49) terdapat tembung saroja yaitu dua kata yang maknanya hampir
sama dan digunakan secara bersama-sama. Tembung saroja yang dipakai dalam
data ini adalah jenjem ayem „hidup tenang‟, kudua kata tersebut mempunyai
makna yang hampir sama yaitu “hidup tenang”. Data (50) terdapat kata yang
termasuk tembung saroja yaitu lancar rancak „lancar rancak‟. Selain makna yang
hampir sama, pelafalan kedua kata tersebut juga memiliki kedekatan, sehingga
membuat lagu tersebut menjadi dinamis.
d. Tembung plutan
(51)
Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/2/1)
„pembangunan yang diraih‟
(52)
Bebrayan gung anyengkuyung (GgJP/14/BT/2/3)
„Masyarakat semua mendukung‟
(53)
Tentrem diudi mrih lestarine (GgJP/14/BT/)
„Tenteram diusahakan agar lestari‟
Pada data (51) terdapat tembung plutan atau kata yang dikurangi jumlah
suku katanya, kata yang dikurangu suku katanya yaitu kang „yang‟ yang berasal
dari kata ingkang „yang‟. Pada data (52) kata yang dikurangi jumlah sukukantanya
adalah kata gung yang berasal dari kata agung yang bisa berarti besar atau luas.
Pada data (53) kata mrih merupakan kata yang berasal dari kata murih
„agar/supaya‟.
e. Sinonim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
(54)
59
digilib.uns.ac.id
Nyaman untuk masyarakat
..........................................
Jenjem
ayem
gotong
royong
lahir
batin
bebrayan(GgJP/14/BT/2-7)
„Nyaman untuk masyarakat‟
..........................................
„Hidup nyaman gotong royong lahir batin dalam masyarakat‟
ing
(55)
Katentreman diudi mrih lestarine
Jenjem ayem gotong royong lair batin ing bebrayan
(GgJP/14/BT/6-7)
„ketentreman diusahakan agar lestari‟
„hidup nyaman gotong royong lahir batin dalam masyarakat‟
(56)
Tertib elok rapi sehat
.................................
Katentreman kasarasan diudi mrih lestarine (GgJP/14/BT/1-6)
„tertib elok rapi sehat‟
................................
„ketenteraman kesehatan diusahakan agar lestari‟
Data (54) terdapat kata yang bersinonimi, yaitu kata masyarakat
„masyarakat‟ dengan kata bebrayan „masyarakat. Pada data (55) kata yang
bersinonimi adalah tentraman „tenang‟ dengan ayem „tenang‟. Data (56) terdapat
kata yang bersinonimi yaitu kata sehat „sehat‟ dan saras „sehat‟. Kata-kata yang
bersinonim tersebut memberikan variasi dalam pemilihan kata, dengan begitu bisa
menghindarkan kesan monoton dalam lagu tersebut.
f. Antonim
Antonim adalah kata yang berlawanan makna dengan kata lain. Antonimi
dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau atau hal yang lain; atau satuan
lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual yang lain.
antonimi juga sering disebut sebagai oposisi makna.
(57)
commit to user
Njero kutha lan desa ngadesa (GgJP/14/BT/4)
perpustakaan.uns.ac.id
60
digilib.uns.ac.id
„Dalam kota dan desa-desa‟
(58)
Lair batin dimen wutuh (GgJP/14/BT/2/2)
„Lahir batin agar utuh‟
(59)
Bangun jiwa, bangun raga (GgJP/14/BT/2/6)
„membangun jiwa, membangun raga‟
Pada data (57) terdapat kata-kata yang berantonim, yaitu kutha „kota ><
desa „desa‟. Pada data (58) terdapat kata yang beroposisi yaitu lair „lahir‟ ><
batin „batin‟, oposisi tersebut merupakan oposisi hubungan karena jika ada hal
yang ada secara lahiriah pasti ada hal yang ada secara batin. Pada data (59)
terdapat dua kata yang saling berantonim, yaitu kata jiwa „jiwa >< raga „raga‟.
g. Idiom atau Ungkapan
Idiom adalah konstruksi dari unsur-unsur yang memilih, masing-masing
anggota mempunyai makna yang ada hanya bersama yang lain, 2) konstruksi yang
maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya.
(60)
Jenjem ayem gotong royong ing bebrayan (GgJP/14/BT/7)
„hidup tenang gotong royong di dalam masyarakat‟
(61)
Adiguna lan adigung adigang kabeh wus sirna (GgJP/14/BT/2/7)
„adiguna dan adigung adigang (sifat-sifat kesombongan) semua
telah sirna‟
Pada data (60) merupakan ungkapan dari bahasa Jawa yang sekarang
lazim dipakai dalam bahasa Indonesia, ungakapan tersebut yaitu gotong royong
„gotong royong‟. Maksud dari ungkapan tersebut ialah bekerja bersama-sama agar
pekerjaan terasa lebih ringan dan cepat terselesaikan. Pada data (61) terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61
digilib.uns.ac.id
ungkapan yang berbunyi adigang adigung adiguna maksud dari ungkapan
tersebut ialah orang yang hanya mengandalkan atau berbuat semena-mena,
menyombongkan diri lantaran kekuasaan, kekayaan atau karena kepandaianya.
h. Bentuk-bentuk literer
Kata-kata berbahasa Jawa dapat berbentuk morfem bebas dapat dibentuk
dengan mengalami pengimbuhan (afiksasi). Disamping itu, bentuk literer yang
memancarkan kesan indah meliputi afiks literer, reduplikasi, dan kata arkhais.
(1) Afiksasi
Afiksasi yaitu kata yang dibentuk dengan beberapa proses pengimbuhan,
imbuhan yeng terdapat pada LIDS “Boyolali Tersenyum” berupa infiks {-um-}
dan {-in-} dan prefiks {aN-}
(62)
Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5)
„sesawangan bangunan tertata terlihat indah‟
(63)
Pembangunan kang ginayuh (GgJP/14/BT/1/1)
„pembangunan yang diraih‟
(64)
Bebrayan gung anyengkuyung
„Masyarakat semua mendukung‟
Pada data (62) terdapat afiksasi yang berupa infiks „imbuhan ditengah
kata‟, yaitu {-um} pada kata tumata „tertata‟ dari kata tata „tata‟+{-um-} . Kata
tumata lebih terdengar indah dibandingkan dengan bahasa sehari-hari seperti
katata „tertata‟ atau ditata „ditata‟. Data (63) terdapat kata yang mengandung
infiks yaitu {-in} pada kata ginayuh
„diraih‟.
commit
to userKata ini berasal dari kata gayuh
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
„raih‟ mendapat infiks {-in-} yang menambah kesan indah pada lagu. Pada data
(64) terdapat prefiks „imbuhan diawal kata‟ berupa awalan {aN-} pada kata
anyengkuyung „mendukung‟.
(2) Reduplikasi
Reduplikasi yaitu kata yang berubah dengan beberapa macam proses
pengulangan dalam bahasa Jawa reduplikasi dikenal adanya dwilingga
„pengulangan kata‟, dwipurwa „pengulangan suku kata depan‟, dwiwasana
„pengulangan suku kata belakang‟, dan dwilingga salin swara „pengulangan kata
berubah bunyi‟. Pada LIDS lirik lagu “Boyolali Tersenyum”terdapat reduplikasi
berupa reduplikasi berimbuhan nasal dan reduplikasi suku kata awal atau
dwipurwa.
(65)
Jero kutha lan ngadesa-desa (GgJP/14/BT/4)
„Dalam kota dan desa-desa‟
(66)
Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/4)
„pemandangan bangunan-bangunan tertata terlihat indah‟
(67)
Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/4)
„pemandangan bangunan-bangunan tertata terlihat indah‟
Pada data (65) terdapat reduplikasi berupa reduplikasi berimbuhan nasal
/{N} yaitu perulangan bunyi yang mengalami perubahan pada perulangannya,
yaitu pada kata ngadesa-desa „di desa-desa‟. Data (66) dan (67) merupakan dwi
purwa. Pada data (66) terdapat reduplikasi yaitu pada kata sesawangan
„pemandangan-pemandangan‟, hal ini dilakukan penulis untuk menekankan apa
yang disampaikan dan juga menambah kesan indah dibanding menggunakan kata
commit to user
sawangan-sawangan. Data (67) merupakan bentuk reduplikasi dwi purwa yang
perpustakaan.uns.ac.id
63
digilib.uns.ac.id
ditandai perulangan suku kata pertama dalam kata wewangunan „bangunanbangunan‟. Reduplikasi di atas merupakan bagian dari bentuk akhais, sehingga
sudah pasti akan memberikan kesan indah pada kata dalam lagu tersebut.
3. Gaya bahasa
Pada LIDS lirik lagu “Boyolali Tersenyum” ditemukan dua macam gaya
bahasa yaitu asindenton dan repetisi tautotes.
a. Asindenton
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan
mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak
dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja
dengan koma.
(68)
Tertib elok rapi sehat untuk masyarakat (GgJP/14/BT/1)
„Tertib elok rapi sehat untuk masyarakat‟
Data (68) tersebut merupakan bentuk gaya bahasa asidenton yaitu gaya
yang berupa acuan yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa,
atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
b. Antitesis
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan.
(69)
Jero kutha lan ngadesa(GgJP/14/BT/4)
commitdesa
to user
„dalam kota dan di desa-desa‟
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(70)
Lair batin dimen wutuh (GgJP/14/BT/2/2)
„lahir batin agar utuh‟
(71)
Bangun jiwa bangun raga manunggal lahir batine
(GgJP/14/BT/2/6)
„Membangun jiwa, membangun raga bersatu lahir dan batin‟
Data (69), (70), dan (71) merupakan data yang mengandung gaya bahasa
antitesis, yaitu menggunakan kata-kata secara berlawanan. Pada data (69) kata
yang berlawanan yaitu kutha „kota‟ dan desa „desa‟. Pada data (70) kata yang
berlawanan yaitu kata lair „lahir‟ dan batin „batin‟. Pada data (71) kata yang
berlawanan maknanya yaitu jiwa „jiwa‟ dan raga „raga‟.
4. Pencitraan
a. Pencitraan pengelihatan
(72)
Tertib elok rapi sehat
Nyaman untuk masyarakat (GgJP/14/BT/1-2)
„tertib elok rapi sehat‟
„nyaman untuk masyarakat‟
(73)
Sesawangan wewangunan tumata katon endah (GgJP/14/BT/5)
„Pemandangan bangunan-bangunan tertata terlihat indah‟
Data (72) merupakan pencitraan pengelihatan di mana pengarang berusaha
membagikan pengalaman indra pengelihatan bahwa Boyolali tersebut terlihat
tertib elok rapi dan sehat. Pada data (73) penulis menyampaikan pengalamannya
dari indra pengelihatan bahwa di Boyolali mempunyai pemandangan dan tata kota
yang indah.
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU SUKOHARJO MAKMUR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Sesantine Sukoharjo makmur/
Maju aman konstitusional/
Mantab unggul rapi iku dadi sarana/
Maju mbangun praja ambangun bebrayan/
Subur makmur gemah ripah loh jinawi/
Tulus kang tinandur murah kang tinuku/
Wimbuh kuncara negarane santosa/
Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari
bumi/
Aman mring swasana kalis ing rubeda/
Konstitusional pranatan prayoga/
Mantebing tekad manunggal sedya/
Unggul martabat luhur kawibawane/
Rapi kang kadulu sengsem kang amulat/
Nyata mahanani Sukoharjo makmur/
„Harapan Sukoharjo‟
„Maju aman konstitusional‟
„Mantab unggul rapi itu jadi sarana‟
„Maju membangun negara membangun masyarakat‟
„Subur makmur ramai, kaya, kebutuhan terjangkau‟
„Berhasil yang ditaman murah yang dibeli‟
„Bertambah terkenal negara sentosa‟
„Sesuai saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟
„Aman dalam suasana terhindar dari halangan‟
„Konstitusional peraturan yang baik‟
„Mantap dalam tekad siap bersatu‟
„Unggul martabat luhur wibawanya‟
„Rapi yang dilihat senang yang memandang‟
„Benar menandakan Sukoharjo makmur‟
1. Pemanfaatan aspek bunyi
a. Asonansi (purwakanthi suara)
Asonansi yang ditemukan pada lagu “Sukoharjo Makmur” adalah sebagai
berikut: asonansi /a/, asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, asonansi /u/
1) Asonansi /a/
(74)
Maju aman konstitusional (GgJP/75/SM/2)
„Maju aman konstitusional‟
Pada data (74) merupakan perulangan vokal /a/, terlihat pada kata maju,
aman, dan konstitusional yang terdengar urut dan runtut dalam pelafalannya.
2) Asonansi [ᴐ]
(75)
commit to user
Wimbuh kuncara negarane santosa (GgJP/75/SM/7)
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
„Bertambah terkenal negara sentosa‟
(76)
Aman mring swasana kalis ing rubeda (GgJP/75/SM/9)
„Aman dalam suasana terhindar dari halangan‟
(77)
Aman mring swasana kalis ing rubeda
Konstitusional pranatan prayoga
Mantabinging tekad manunggal sedya (GgJP/75/SM/9-11)
„aman dalam suasana terhindar dari halangan‟
„konstitusional peraturan yang baik‟
„mantab dalam tekat siap bersatu‟
Pada data (75) terdapat perulangan vokal [ᴐ] ada kata kuncara „terkenal‟,
dan santosa „santosa‟. Pada data (76) terdapat asonansi /ᴐ/ pada kata swasana
„suasana‟ dan rubeda „halangan/masalah‟. Data (77) merupakan asonansi /a/ [ᴐ]
pada akhir baris, terlihat dari suku kata terakir dari rubeda „halangan / bahaya‟,
prayoga „baik‟, dan sedya „sedia/siap‟.
Adanya perulangan tersebut akan
menambah keindahan dan kemerduan lagu.
3) Asonansi /i/
(78)
Mantab unggul rapi iku dadi sarana (GgJP/75/BT/3)
„Mantap unggul rapi itu jadi sarana‟
Pada data (78) terdapat asonansi /i/ yang berurutan, pada kata yang
sebelumnya yaitu rapi „rapi‟ yang terdapat vokal /i/ pada akhir kata kemudian
disusul oleh kata yang diawali dengan vokal /i/ sehingga vokal /i/ pada kata-kata
tersebut menjadi merdu dan enak didengarkan.
4) Asonansi /u/
(79)
Tulus kang tinandur murah kang tinuku (GgJP/75/SM/6)
„Berhasil yang ditanam murah yang dibeli‟
commit to user
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data (79) merupakan asonansi /u/ yang ditandai dengan perulangan vokal
/u/ pada kata tulus „selamat‟, murah „murah‟, dan tinuku „dibeli‟.
5) Asonansi /u/ [U] kombinasi konsonan [?]
(80)
Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/8)
„Merangkul saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟
Pada data (80) asonansi [U] ditemukan pada kata sedumuk „satu
sentuhan‟, dan athuk „dahi‟. Baris data-data di atas merupakan perulangan bunyi
/u/ yang berdekatan sehingga menambah keindahan lagu.
b. Aliterasi (purwakanthi sastra)
Pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” aliterasi yang ditemukan adalah
aliterasi /b/, aliterasi /h/, aliterasi /m/, aliterasi /n/, aliterasi /ŋ/, dan aliterasi /s/.
1) Aliterasi /b/
(81)
Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/74
„Maju membangun negara membangun masyarakat‟
Pada data (81) merupakan bentuk purwakanthi sastra, terlihat pada
perulangan konsonan /b/ pada kata mbangun „membangun‟, ambangun
„membangun‟, dan juga pada kata bebrayan „masyarakat‟.
2) Aliterasi /h/
(82)
Subur makmur gemah ripah loh jinawi
„Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68
digilib.uns.ac.id
Data (82) merupakan aliterasi /h/, terlihat pada konsonan /h/ pada akhir
kata yang berurutan yaitu pada baris subur makmur gemah ripah loh jinawi
„subur makmur tanpa kurang suatu apapun‟
3) Aliterasi /m/
(83)
Mantabing tekad manunggal sedya (GgJP/SM/75/11)
„tekat yang mantab siap bersatu‟
Pada data (83) terdapat asonansi /m/ yang ditemukan pada awal kata
mantebing „mantabnya‟ dan manunggal „bersatu‟. Kedua kata tersebut diawali
konsonan /m/ sehingga terdengar runtut dan indah saat dilafalkan.
4) Aliterasi /n/
(84)
Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/SM/75/4)
„maju membangun negara membangun rakyat‟
Data (84) merupakan data yang mengandung unsur aliterasi /n/ yang
ditandai pada kata mbangun „membangun‟, ambangun „membangun‟ dan kata
bebrayan „masyarakat‟.
5) Aliterasi /ŋ/
(85)
Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/SM/75/13)
„Rapi yang dilihat senang yang memandang‟
Pada data di atas merupakan data yang mempunyai unsur aliterasi /ŋ/ yang
terlihat pada kata kang „yang‟ yang diulang dua kali dan konsonan /ŋ/ pada kata
sengseng „senang‟
6) Aliterasi /s/
(86)
commit to user
Sesantine Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/1)
perpustakaan.uns.ac.id
69
digilib.uns.ac.id
„Harapan Sukoharjo makmur‟
(87)
Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/7)
„Merangkul saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟
Data (86) dan (87) merupakan data yang mengandung aliterasi konsonan
/s/ yang dapat dilihat pada data di atas, yaitu terletak pada suku kata pertama. Data
(86) sesantine „harapan‟, Sukoharjo „sukoharjo‟. Data (87) saloka „suatu jenis
ungkapan‟ sedumuk „satu sentuhan‟, dan senyari „satu jengkal‟.
c. Purwakanthi lumaksita
(88)
Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4)
„maju membangun negara, membangun masyarakat‟
(89)
Subur makmur gemah ripah loh jinawi
Tulus kang tinandur murah kang tinuku (GgJP/75/SM/5-6)
„subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟
„berhasil yang ditanam murah yang dibeli
Pada data (88) penulis menggunakan purwakanthi lumaksita yang ditendai
dengan ditemukannya perulangan kata bangun „membangun‟ pada satu baris.
Data (89) mengandung perulangan kata kang „yang‟ yang memperindah lagu pada
saat pelafalan.
2. Diksi/Pilihan kata
Diksi yang ditemukan pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” yaitu
kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung saroja, tembung
plutan, sinonim, antonim, idiom atau ungkapan, dan bentuk-bentuk literer.
a. Kosakata Bahasa Indonesia
commit to user
(90)
Sesantine Sukoharjo makmur
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Maju aman konstitisonal
Mantab unggul rapi iku dadi sarana (GgJP/75/SM/1-3)
„harapan Sukoharjo makmur‟
„Maju aman konstitusional‟
„Mantab unggul rapi iku dadi sarana‟
(91)
Aman mring swasana kalis ing rubeda
Konstitusional pranatan prayoga (GgJP/75/SM/9-10)
„Aman dalam suasana terhindar dari bahaya‟
„Konstitusional peraturan yang baik‟
Data (90) merupakan data yang mengandung diksi bahasa Indonesia, yaitu
ditemukannya kata „maju‟, „amam‟, „konstitusional‟, „mantab‟, „unggul‟, dan
„rapi‟. Pada data (91) ditemukan kosakata bahasa Indonesia yang sama pada data
sebelumnya yaitu kata konstitusional „konstitusional‟.
b. Kosakata bahasa kawi
(92)
Sesantine Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/1)
„Harapan Sukoharjo makmur‟
(93)
Maju bangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4)
„Maju membangun negara membangun masyarakat‟
(94)
Wimbuh kuncara negarane santosa (GgJP/75/SM/7)
„bertambah terkenal negara sentosa‟
(95)
Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13)
„rapi yang dilihat senang yang memandang‟
(96)
Nyata mahanani Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/14)
„Nyata menandakan Sukoharjo makmur‟
(97)
Ngrungkebi saloka sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/8)
„Merangkul saloka sedumuk bathuk senyari bumi‟
(98)
Aman mring swasana kalis ing rubeda (GgJP/75/SM/9)
„Aman dalam suasana terhindar dari halangan‟
commit to user
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada data (92) terdapat kosakata bahasa kawi yaitu sesanti „harapan / doa‟,
kata tersebut sudah jarang digunakan, bahkan dalam pergaulan umum banyak
masyarakat yang tidak mengetahui makna kata tersebut. Data (93) mengandung
kosakata bahasa kawi yaitu praja „negara‟ dan bebrayan „masyarakat‟. Pada data
(94) kosakata bahasa kawi yang ditemukan adalah kata kuncara „sangat terkenal‟,
bahasa ini digunakan karena lebih indah dari bahasa sehari-hari dan mengandung
unsur arkhais. Data (95) ditemukan dua kata yang merupakan bahasa kawi, yaitu
kadulu „dilihat‟ dan amulat „melihat, kedua kata ini lebih terkesan arkhais jika
dibanding bahasa sehari-hari. Data (96) kata yang berupa kata kawi adalah
mahanani „menandakan‟, kata tersebut terdengan lebih memiliki nilai keindahan.
Pada data (97) ditemukan kosakata bahasa kawi yaitu kata saloka yaitu ungkapan
seperti peribahasa akan tetapi mengandung makna kiasan. Pada data (98)
ditemukan kosakata bahasa kawi yaitu kata kalis yang mempunyai makna
terhindar dari (penyakit, kecelakaan dst).
c. Tembung Saroja
(99)
Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5)
„Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟
pada (99) terdapat dua kata yang maknanya hampir sama dan dipakai
secara berdampingan yaitu kata subur „subur‟ dan makmur „makmur‟.
d. Tembung plutan
(100)
Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13)
„rapi yang dilihat senang yang memandang‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72
digilib.uns.ac.id
Data (100) mengandung tembung plutan „kata yang dikurangi jumlah suku
katanya, kata yang berupa tembung plutan yaitu kata kang „yang‟ yang berasal
dari kata ingkang „yang‟. Pengurangan tersebut bertujuan untuk menyelaraskan
lirik dengan dongding lagu.
e. Sinonim
(101)
Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13)
„Rapi yang dilihat senang yang memandang‟
Pada data (101) merupakan bentuk sinonim kata dengan kata, kata yang
besinonimi yaitu kata dulu „lihat‟ dengan mulat „melihat‟. Dengan adanya
sinonim tersebut membuat kata-kata dalam lirik tersebut lebih variatif dan tidak
membosankan.
f. Antonimi
(102)
Aman mring swasana kalis ing rubeda (GgJP/75/SM/9)
„Aman dalam swasana terhindar dari bahaya‟
Pada data (102) terdapat kata yang berantonimi yaitu antara kata aman
„aman‟ dengan kata rubeda „halangan/bahaya‟. Kedua kata tersebut merupakan
oposisi kutub karena tidak bersifat mutlak melainkan ada tingkatannya.
g. Idiom atau ungkapan
(103)
Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5)
„Tanpa kekurangan suatu apapun‟
Data (103) merupakan ungkapan Jawa yang sekarang masih digunakan
gemah ripah loh jinawi yang bermakna negeri yang ramai tanahnya subur dan
commit to user
kebutuhan terjangka. Ungkapan ini biasanya digunakan untuk menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id
73
digilib.uns.ac.id
suatu daerah yang subur sehingga apapun yang ditanam bisa menghasilkan dan
bermanfaat, aman sehingga banyak orang yang datang, tanahnya subur, dan
semua kebutuhan terjangkau.
(104)
Ngrungkebi saloka Sedumuk bathuk senyari bumi (GgJP/75/SM/
„kewajiban mempertahankan apa yang kita miliki‟
Maksud dari data (104) sedumuk bathuk senyari bumi „meskipun hanya
satu sentuhan oleh orang lain jika yang disentuh adalah bathuk atau tubuh
keluarga kita, kita wajib menjaga dan mempertahankannya, dan meskipun yang
diusik hanya sejengkal tetapi jika itu adalah tanah kita, maka kewajiban kita
membela meskipun sampai berkorban jiwa.
h. Bentuk-bentuk literer
1) Afiksasi
Pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” ditemukan afiksasi berupa prefiks
{aN-}, prefiks {ka-}, prefiks {a-}, dan infiks {-in-}
(105)
Tulus kang tinandur murah kang tinuku (GgJP/75/SM/6)
„berhasil yang ditanam murah yang dibeli‟
Pada data (105) terdapat dua kata yang mengalami afiksasi literer, yang
pertama tinandur „ditanam‟ kata ini berasal dari kata dasar tandur „tanam‟ +{- in}. Kata yang kedua adalah tinuku „dibeli‟, kata ini berasal dari kata dasar tuku
„beli‟ + {-in-}, dengan adanya sisipan {-in-} mengubah kata kerja aktif menjadi
kata kerja pasif.
(106)
commit to user
Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13)
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
„Rapi yang dilihat senang yang memandang‟
Data (106) terdapat dua kata yang mengalami afiksasi literer yaitu kadulu
„dilihat‟ dan amulat „memandang‟. Kadulu berasal dari kata {ka-}+ dulu. Amulat
merupakan perubahan dari kata {a-}+ mulat.
(107)
Pada
Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4)
„Maju membangun negara membangun masyarakat‟
data
(107)
terdapat
prefiks
{aN-}
pada
kata
ambangun
„membangun‟, kata tersebut terbentuk oleh {aN-}+bangun yang mengubah kata
dasar bangun menjadi kata kerja aktif.
2) Reduplikasi
(108)
Sesantine Sukoharjo makmur (GgJP/75/SM/1)
„Harapan Sukoharjo makmur‟
Pada data (108) terdapat reduplikasi berupa dwipurwa „perulangan pada
suku kata pertama yaitu kata sesanti „harapan, doa‟, reduplikasi berfungsi untuk
mempertegas makna suatu kata dalam karya sastra, memberikan tekanan yang
terdengar ritmik atau runtut.
(109)
Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4)
„Maju membangun negara membangun masyarakat‟
Pada data (109) terdapat kata yang mengalami reduplikasi yaitu bebrayan
„masyarakat luas‟, reduplikasi tersebut merupakan dwipurwa „pengulangan pada
suku kata awal‟ dari kata dasar brayan „masyarakat‟.
commit to user
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Gaya bahasa
Pada LIDS lagu “Sukoharjo Makmur” ditemukan beberapa gaya bahasa,
yaitu asindenton dan repetisi tautotes. Gaya bahasa tersebut berrujuan untuk
menambah variasi-variasi kebahasaan.
a. Asindeton
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan
mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak
dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja
dengan koma.
(110)
Sesantine Sukoharjo makmur
Maju aman konstitusional
Mantab unggul rapi iku dadi sarana (GgJP/75/SM/3)
„Harapan Sukoharjo makmur‟
„Maju aman konstitusional‟
„Mantab unggul rapi itu jadi sarana‟
(111)
Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5)
„Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟
Pada data (110) merupakan bentuk gaya bahasa yang memberikan acuan
secara padat dimana beberapa kata yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata
sambaung, yaitu kata maju, aman, konstitusional, mantab, unggul, dan rapi. Pada
data (111) terdapat gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata yang sederajat
tanpa tanda hubung yaitu subur makmur gemah ripah loh jinawi „Subur makmur,
ramai, semua yang ditanam subur, dan bahan pokok terjangkau‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76
digilib.uns.ac.id
b. Repetisi tautotes
Repetisi tautotes adalah pengulangan satuan lingual beberapa kali dalam
sebuah konstruksi.
(112)
Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4)
„Maju membangu negara membangun masyarakat‟
Pada data (112) merupakan bentuk gaya bahasa tautotes yaitu kata bangun
„membangun‟ diulang sebanyak dua kali dalam satu konstruksi. Hal ini tentu akan
menambah penekanan pada kata yang diulang sehingga maksud dari penulis lebih
mudah diterima oleh masyarakat.
4. Pencitraan
Pada LIDS lirik lagu “Sukoharjo Makmur” terdapat dua macam pencitraan
yaitu citraan pengelihatan dan citraan gekak.
a. Citraan pengelihatan
(113)
Subur makmur gemah ripah loh jinawi (GgJP/75/SM/5)
„Subur makmur tanpa kekurangan suatu apapun‟
Dari data (113) dapat kita lihat adanya citraan yang membuat imaji kita
terusik untuk ikut membayangkan suatu tempat yang subur makmur, pengarang
mencoba membawa kita pada suatu pengalaman indrawi yaitu indra pengelihatan.
(114)
Rapi kang kadulu sengsem kang amulat (GgJP/75/SM/13)
„Rapi yang dilihat senang yang memandang‟
Pada data (114) merupakan pencitraan pengelihatan, di mana pengarang
mencoba mengajak pendengar untuk ikut membayangkan dan seolah-olah ikut
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melihat apa yang dilihat oleh pengarang. Pengarang menjelaskan bahwa
Sukoharjo kota yang rapi dan menyenangkan jika diperhatikan.
b. Citraan gerak
(115)
Maju mbangun praja ambangun bebrayan (GgJP/75/SM/4)
„Maju membangu negara membangu masyarakat‟
Pada data (115) merupakan bentuk dari citraan gerak di mana seolah-olah
orang yang membaca juga bisa mengetahui bahwa kota Sukoharjo melakukan
pembangunan baik pembangunan fisik maupun pembangunan masyarakat.
D. ANALISIS
STILISTIKA
LIRIK
LAGU
KARANGANYAR
TENTERAM
1
2
3
4
5
6
7
8
Tenteram tenteram Karanganyar tenteram/
Iku tenang teduh rapi aman makmur/
Cancut tali wanda gumregut bareng makarya/
Narapraja tamtama klawan kawula/
Wus gumolong nunggal cipta budi karsa/
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya/
Datan ana dina kang tanpa seni budaya/
Ya kanca mujudake kutha Karanganyar
tenteram/
„Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟
„Itu tenang teduh rapi aman makmur‟
„Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟
„Pejabat negara, prajurit dan rakyat jelata‟
„Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟
„Harapan tiada hari tanpa berkarya‟
„Tiada hari tanpa seni budaya‟
„Mari teman mewujudkan Karanganyar tenteram‟
1. Pemanfaatan aspek bunyi
a. Asonansi ( purwakanthi swara)
Asonansi merupakan perulangan vokal yang mampu menambah keindahan
lagu, pada LIDS lirik lagu “Karanganyar Tenteram” ditemukan asonansi /ᴐ/,
asonansi /ê/, dan asonansi /u/.
1) Asonansi /a/ [ᴐ]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78
digilib.uns.ac.id
(116)
Nara praja tamtama klawan kawula (CD/KT/4)
„Pejabat negara, prajurit dan rakyat jelata‟
(117)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya(CD/KT/6)
„Harapan tiada hari tanpa bekerja‟
(118)
Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/7)
„Tiada hari tanpa seni budaya‟
(119)
Cancut tali wanda gumregut bareng makarya/
Nara praja tamtama klawan kawula/
Wus gumolong nunggal cipta budi karsa/
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya/
Datan ana dina kang tanpa seni budaya/ (CD/KT/3-7)
„Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟
„Pejabat negara, prajurit dan rakyat jelata‟
„Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟
„Harapan tiada hari tanpa berkarya‟
„Tiada hari tanpa seni budaya‟
(120)
Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1)
„Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟
Data (116) terdapat asonansi /a/ [ᴐ] yang berurutan pada setiap katanya,
yaitu pada kata narapraja „priyayi, tamtama „prajurit, dan kawula „rakyat jelata‟.
Asonansi /a/ memberikan penekanan suara yang indah karena disusun secara
berurutan dalam satu baris. Pada data (117) terdapat perulangan vokal [ᴐ] pada
kata ana „ada‟, dina „hari‟, tanpa „tanpa‟ makarya „bekerja‟, asonansi /a/ pada
baris tersebut memberikan kesan runtut dan indah ketika dilafalkan. Pada data
(118) datan ana dina kang tanpa seni budaya „tiada hari tanpa seni budaya‟, pada
data tersebut asonansi /a/ menjadi vokal yang dominan sehingga baris tersebut
memberikan penekanan pada pendengar mengenai apa yang disampaikan dalam
lirik tersebut. Data (119) merupakan asonansi /a/ pada akhir baris, yaitu pada kata
commitjelata‟
to userkarsa „keinginan‟, dan budaya
makarya „bekerja‟, kawula „rakyat
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
„budaya‟. Adanya kesamaan vokal pada akhir baris akan menambah kemerduan
suara, dan terdengar enak ketika dilafalkan. Pada data (120) terdapat asonansi /a/
yang tertutup konsionan /m/ yaitu pada setiap akhir kata tenteram „tenteram‟ yang
diulang sebanyak tiga kali. Pengulangan tersebut membuat lagu yang dinyanyikan
terdengar padu dan memberikan penekanan tentang makna tenteram „tenteram‟.
2) Asonansi /ê/
(121)
Têntêram têntêram Karanganyar têntêram
Iku tênang têdhuh rapi aman makmur (CD/KT/1-2)
„Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟
„Iku tenang teduh rapi aman makmur‟
Pada data (121) merupakan bentuk asonansi /ê/, yaitu pada kata Têntêram
„tenteram‟, tênang „tenang‟, têdhuh „teduh‟. Vokal /ê/ pada data tersebut membuat
lagu yang dinyanyikan terdengar selaras karena vokal /ê/ tersebut terdengar
dominan.
3) Asonansi /u/
(122)
Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5)
„Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟
Pada data (122) terdapat asonansi /u/, vokal /u/ diulang sebanyak empat
kali dalam satu baris dan semuanya terdapat pada suku kata pertama, yaitu pada
kata gumolong „menyatu‟, nunggal „bersatu‟, dan budi „gagasan‟.
b. Aliterasi (purwakanthi sastra)
Pada LIDS lagu “karanganyar Tenteram” ditemukan aliterasi berupa
perulangan /m/, /n/, dan /t/.
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Aliterasi /n/
(123)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya (CD/KT/6)
„Harapan tiada hari tanpa berkarya‟
(124)
Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/7)
„tiada hari tanpa seni budaya‟
Pada data (123) merupakan data yang mengandung aliterasi /n/, terlihat
pada kata sesanti „harapan‟, datan ana „tidak ada‟, dina „hari‟, dan tanpa „tanpa‟.
Konsonan /n/ yang dominan dan diulang beberapa kali dalam satu baris
menimbulkan suara yang dinamis dan merdu. Data (124) merupakan data yang di
dalamnya terdapat aliterasi /n/, konsonan /n/ secara berulang terdapat pada kata
datan „tidak‟, ana „ada‟, dina „hari‟, tanpa, „tanpa, seni „seni‟.
2) Aliterasi /t/
(125)
Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1)
„Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟
(126)
Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3)
„Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟
Data (125) merupakan data yang mengandung aliterasi /t/, dalam data
tersebut konsonan /t/ menjadi konsonan yang terdengar dominan, secara umum
akan mempertegas apa yang disampaikan oleh pengarang. Pada data (126)
terdapat aliterasi /t/ sebanyak tiga kali, namun yang terlihat sangat padu adalah
pada kata cancut „semacam jarit‟ dan tali „tali‟. Pada kata cancut diakhiri
konsonan /t/, kemudian disusul kata tali yang diawali konsonan /t/ juga sehingga
seola-olah kedua kata tersebut tanpa jeda ketika diucapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81
digilib.uns.ac.id
c. Purwakanthi lumaksita
(127)
Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1)
„Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟
(128)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya
Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7)
„Harapan tiada hari tanpa bekerja‟
„tiada hari tanpa seni budaya‟
Data (127) dan (128) merupakan data yang mengandung purwakanthi
lumaksita. Pada data (127) kata tenteram „tenteram‟ diulang sebanyak tiga kali,
hal ini dilakukan pengarang untuk menekankan bahwa semboyan Karanganyar
adalah tenteram. Pada data (128) merupakan aliterasi dengan pengulangan
beberapa kata sekaligus yaitu datan ana dina kang tanpa „tiada hari yang tanpa‟.
Kedua baris tersebut menjadi terdengar sangat rapat karena hampir sebagian besar
kata dalam kedua baris tersebut diulang .
2. Diksi / pilihan kata
Diksi yang ditemukan pada LIDS lirik lagu “Klaten Bersinar”
yaitu
kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung saroja, tembung
plutan, idiom dan bentuk-bentuk literer.
a. Kosakata bahasa Indonesia
(129)
Tenteram tenteram Karanganyar tenteram
Iku tenang teduh rapi aman makmur (CD/KT/1-2)
„Tenteram tenteram Karananyar tenteram‟
„Itu tenang teduh rapi aman makmur‟
Pada data (129) terdapat pemilihan kata berupa kata-kata yang diambil
dari bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut adalah „tenang‟, „teduh‟, „rapi‟, „aman‟,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82
digilib.uns.ac.id
dan „makmur‟. Kata-kata tersebut merupakan kepanjangan dari Tenteram yang
merupakan semboyan dari Karanganyar.
b. Kosakata bahasa kawi
(130)
Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3)
„Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟
(131)
Narapraja tamtama klawan kawula (CD/KT/4)
„Pejabat negara prajurit dan rakyat jelata‟
(132)
Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5)
„Sudah bersatu, satu gagasan pikiran dan keinginan‟
(133)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya
Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7)
pada data (130) terdapat dua kosakata bahasa kawi yaitu wanda „badan‟,
makarya „bekerja‟. Kedua kata tersebut dipilih karena lebih indah dari pada kata
pada umumnya seperti awak „badan‟ atau kerja „kerja‟. Pada data (131)
penggunaan bahasa kawi ditemukan pada kata narapraja „priyayi‟, tamtama
„prajurit‟, klawan „dan‟, dan kawula „rakyat jelata‟. Pada data (132) bahasa kawi
yang digunakan ialah cipta „gagasan‟, budi „pikiran‟. Data (133) memuat
beberapa kata kawi yaitu sesanti „harapan‟ dan datan „tidak‟. Penggunaan bahasa
kawi pada beberapa data tersebut menambah kesan arkhais atau bisa dikatakan
menambah kesan keindahan dalam lagu tersebut.
c. Tembung saroja
(134)
Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5)
„Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟
Pada data (134) terdapat tembung saroja „kata yang hampir sama
maknanya dan dipakai bersama-sama,
gumolong nunggal „bersatu-padu‟.
commityaitu
to user
perpustakaan.uns.ac.id
83
digilib.uns.ac.id
Kata ini dipilih untuk menekankan akan makna bersatu, pentingnya persatuan dan
kesatuan.
d. Tembung plutan
(135)
Narapraja tamtama klawan kawula (CD/KT/4)
„Priyayi prajurit dan rakyat jelata
(136)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya
Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7)
„Harapan tiada hari tanpa berkarya‟
„Tiada hari tanpa seni budaya‟
Pada data (135) terdapat tembung plutan yaitu klawan „dan‟, kata tersebut
bersal dari kata dasar kalawan „dan‟, kata tersebut merupakan kata yang berasal
dari kosakata bahasa kawi atau Jawa kuna. Pengurangan suku kata tersebut
digunakan untuk mengejar keindahan lagu dalam hal dong-ding. Pada data (136)
terdapat kata yang mendapat pengurangan suku kata, kata tersebut ialah kang
yang berasal dari kata ingkang „kang‟.
e. Idiom atau ungkapan
(137)
Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3)
„Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟
(138)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya
Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7)
„Harapan tiada hari tanpa bekerja‟
„Tiada hari tanpa seni budaya‟
pada data (137) terdapat ungkapan Jawa yaitu cancut tali wanda, maksud
commit to user
daru ungkapan tersebut ialah hendaknya kita singsingkan lengan baju, berbuat,
perpustakaan.uns.ac.id
84
digilib.uns.ac.id
bertindak, tidak hanya berdiam diri. Pada data (138) terdapat ungkapan datan ana
dina kang tanpa makarya „tiada hari yang tanpa bekerja‟. Maksudnya sebagai
manusia kita wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri. Dengan
mencukupi kebutuhan sendiri, maka secara langsung juga telah membantu
memajukan kabupaten.
f. Bentuk-bentuk literer
1) Afiksasi
Pada LIDS lirik lagu “Karangayar Tenteram” ditemukan afiksasi berupa
infiks „sisipan‟ berupa sisispan {-um-} dan awalan {ma-}
(139)
Cancut tali wanda gumregut bareng makarya (CD/KT/3)
„Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟
(140)
Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/5)
„Sudah bersatu satu gagasan pikiran dan keinginan‟
(141)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya (CD/KT/6)
„Harapan tiada hari tanpa bekerja‟
Pada data (139) terdapat afiksasi berupa infiks atau imbuhan ditengah
yaitu pada kata gumregut „sangat giat‟. Kata tersebut berasal dari kata gregut + {um-}, seselan {-um-} tersebut memberikan keindahan pada lagu tersebut. Pada
data (140) kata yang mengalami proses afiksasi adalah gumregut „sangat giat‟,
kata dasar gregut + {-um-}. Data (141) terdapat kata yang mengalami afiksasi
yaitu makarya „bekerja‟, berasal dari kata {ma-} + karya.
3. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang ditemukan pada LIDS “Karanganyar Tenteram” adalah
to userespiszeukis.
asindenton, gaya bahasa hiperbola,commit
dan repetisi
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Asindeton
(142)
Tenteram tenteram Karanganyar tenteram (CD/KT/1)
Iku tenang teduh rapi aman makmur
„Tenteram tenteram Karanganyar tenteram‟
„Itu tenang teduh rapi aman makmur‟
Pada data (142) di atas terdapat gaya bahasa asindeton, dimana kata
tenang, teduh, rapi, amam dirangkai tanpa menggunakan kata hubung yang
bertujuan memberikan acuan secara padat dan mampat.
b. hiperbola
(143)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya (CD/KT/6)
„Harapan tiada hari tanpa bekerja‟
Pada data (143) merupakan gaya hiperbola karena dalam baris tersebut ada
hal-hal yang dilebih-lebihkan. Manusia tidak akan mungkin bekerja setiap hari,
pasti akan ada waktu untuk beristirahat.
c. Repetisi episzeukis
(144)
Sesanti datan ana dina kang tanpa makarya
Datan ana dina kang tanpa seni budaya (CD/KT/6-7)
„Harapan tiada hari tanpa berkarya‟
„tiada hari tanpa seni budaya‟
Pada data (144) terdapat repetisi yang mengulang beberapa kata yang
dianggap penting, repetisi ini disebut episzeukis. Dalam data ini yang diulang
yaitu datan ana dina kang tanpa „tiada hari yang tanpa‟. Perulangan ini bertujuan
untuk memberikan penekanan terhadap kata, frasa, atau klausa yang dianggap
penting.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86
digilib.uns.ac.id
4. Pencitraan
Citraan yang terdapat pada LIDS lagu “Karanganyar Tenteram” yaitu citraan
pengelihatan dan citraan gerak.
a. Citraan pengelihatan
(145)
Tenteram tenteram Karanganyar tenteram
Iku tenang teduh rapi aman makmur (CD/KT/1-2)
„Tenteram tenteram Karananyar tenteram‟
„Itu tenang teduh rapi aman makmur‟
Pada data (145) terdapat pencitraan, di mana pengarang mengajak
pendengar seolah-olah ikut melihat apa yang dilihat pengarang lagu. Memberikan
dorongan imaji pada pendengar mengenai hal-hal yang dipandang pengarang.
b. Citraan gerak
(146)
Cancut tali wanda gumregut bareng makarya
Narapraja tamtama klawan kawula
Wus gumolong nunggal cipta budi karsa (CD/KT/3-5)
„Singsingkan lengan bekerja bersama-sama‟
Data (146) merupakan bentuk citraan gerak, pengarang berusaha
memaparkan tentang masyarakat yang bekerja bersama-sama membangun
karanganyar.
E. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU WONOGIRI SUKSES
1
2
3
4
5
6
7
8
Sukses-sukses Wonogiri sukses/
„sukses sukses Wonogiri sukses‟
Stabilitas mantap karya tentrem ing „Stabilitas mantap karya tenteram
bebrayan/
dalam masyarakat‟
Undang-undang peraturan dasar/
„Undang undang peraturan dasar‟
Koordinasi kang becik tumata/
„Koordinasi yang baik dan tertata‟
Sasaran panujuning sedya mrih
„Sasaran menuju pada kesiapan agar
yuwana/
keselamatan
Evaluasi kang kinarya panaliti/
„Evaluasi oleh para peneliti‟
Semangat sumber daya mrih
„Semangat sumber daya agar
lajuning pembangunan/
majunya pembangunan‟
Sukses-sukses Wonogiri sukses/
„Sukses sukses Wonogiri sukses‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87
digilib.uns.ac.id
1. Pemanfaatan aspek bunyi
a. Asonansi (purwakanthi swara)
Asonansi yang ditemukan pada lagu “Wonogiri Sukses” ialah asonansi /a/,
asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, dan asonansi /ê/.
1) Asonansi /a/
(147)
Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/2)
„Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟
(148)
Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5)
„Sasaran menuju pada keselamatan‟
Pada data (147) asonansi /a/ terdapat pada kata stabilitas „stabilitas‟, mantab
„mantab‟, karya „karya‟, dan bebrayan „masyarakat. Pada data (148) terdapat
asonansi /a/ pada kata sasaran „sasaran‟. Asonansi /a/ yang berurutan dan
berdekatan di atas memberikan efek keindahan suara yang memberkan
kemerduan pada keseluruhan lagu ketika bergabung dengan unsur-unsur yang
lain.
2) Asonansi /a/ [ᴐ]
(149)
Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5)
„Sasaran menuju pada keselamatan‟
(150)
Koordinasi kang becik tumata
Sasaran panujung sedya mrih yuwana (CD/WS/4-5)
„Koordinasi yang baik dan tertata‟
„sasaran menuju pada keselamatan‟
Pada data (149) asonansi /a/ [ᴐ] secara berurutan ditemukan pada kata
sedya „sedia/siap‟, dan yuwana „selamat‟. Pada data (150) merupakan asonansi /a/
[ᴐ] pada akhir baris, yaitu kata tumata „tertata‟ dan pada akhir berikutnya kata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88
digilib.uns.ac.id
yuwana „selamat‟. Vokal [ᴐ] memebrikan efek kemerduan suara jika disusun
secara baik seperti pada data-data tersebut.
3) Asonansi /i/
(151)
Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6)
„evaluasi oleh para peneliti‟
Pada data (151) terdapat asonansi /i/ yaitu pada kata evaluasi „evaluasi‟,
kinarya „dikerjakan‟ dan panaliti „peneliti‟. Pada data tersebut asonansi /i/ terlihat
dominan dan memberikan kesan keindahan dan keruntutan suara.
4) Asonansi /ê/
(152)
Suksês suksês Wonogiri suksês (CD/WS/1)
„Sukses sukses Wonogiri sukses‟
Pada data (152) terdapat asonansi /ê/ yang mendominasi vokal dalam baris
tersebut, dalam data ini vokal /ê/ terdapat pada kata „sukses‟ sebanyak tiga kali.
Asonansi /ê/ mampu memerikan kesan adanya kerapatan antar kata dan
memberikan kesan keindahan dalam data tersebut.
b. Aliterasi (purwakanthi sastra)
Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan aliterasi /d/ dan
aliterasi /s/.
1) Aliterasi /d/
(153)
Undang undang peraturan dasar (CD/WS/3)
„Undang undang peraturan dasar‟
Pada data (153) terdapat aliterasi /d/, konsonan /d/ dalam data ini
memberikan kesan keindahan dalam lagu tersebut. Aliterasi /d/ memberikan kesan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89
digilib.uns.ac.id
kedekatan antara kata dalam lagu tersebut, yaitu undang undang „undangundang‟, dan dasar „dasar‟.
2) Aliterasi /s/
(154)
Sukses sukses Wonogiri sukses (CDWS/1)
„Sukses sukses Wonogiri sukses‟
(155)
Sukses sukses Wonogiri sukses
Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/1-2)
„Sukses sukses Wonogiri sukses‟
„Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟
Pada data (154) dan (155) merupakan data yang mengandung aliterasi /s/.
Dalam data (154) sukses sukses Wonogiri sukses „sukses sukses Wonogiri sukses‟,
terlihat konsonan /s/ diulang pada kata „sukses‟. Pada data (155) mempunyai
keunikan dalam pemanfaatan aspek aliterasi, pada baris pertama diakhiri dengan
konsonan /s/ sukses „sukses‟, kemudian disusul dengan baris kedua yang diawali
dengan kata yang diawali dengan konsonan /s/ yaitu stabilitas „stabilitas‟,
sehingga seperti tidak ada jeda dalam baris tersebut karena adanya pengulangan
konsonan /s/.
c. Purwakanthi lumaksita
(156)
Sukses sukses Wonogiri sukses (CD/WS/8)
„Sukses sukses Wonogiri Sukses‟
pada data (156) terdapat perulangan kata yaitu „sukses‟, kata sukses
diulang sebanyak tiga kali dalam satu baris, perulangan ini berfungsi untuk
memberikan penekanan mengenai apa yang disampaikan, yaitu tentang semboyan
atau harapan kabupaten Wonogiri agar menjadi kabupaten yang sukses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90
digilib.uns.ac.id
2. Diksi / pilihan kata
Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan diksi yang berupa
kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung plutan , dan bentukbentuk literer.
a. Kosakata Bahasa Indonesia
(157)
Sukses sukses Wonogiri sukses (CD/WS/1)
„Sukses sukses Wonogiri sukses‟
(158)
Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/2)
„Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟
(159)
Undang-undang peraturan dasar (CD/WS/3)
„Undang undang peraturan dasar‟
(160)
Koordinasi kang becik tumata (CD/WS/4)
„Koordinasi yang baik dan tertata‟
(161)
Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5)
„Sasaran menuju pada keselamatan‟
(162)
Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6)
„Evaluasi oleh para peneliti‟
(163)
Semangat sumber daya mrih lajuning pembangunan (CD/WS/7)
„Semangat sumber daya agar majunya pembangunan‟
Pada data (157) sampai data (163) terdapat kosakata bahasa asing di
dalamnya. Pada data (157) ditemukan kosakata bahasa Indonesia yaitu sukses
„sukses‟. Pada data (158) kosakata bahasa Indonesia yang ditemukan adalah kata
stabilitas „stabilitas‟. Pada data (159) ditemukan kosakata bahasa Indonesia yaitu
undang-undang peraturan dasar „undang-undang peraturan dasar‟. Pada data
(160) terdapat kosakata bahasa Indonesia yaitu kata koordinasi „koordinasi‟. Pada
data (161) ditemukan kosakata bahasa
commit Indonesia
to user yaitu sasaran „sasaran‟. Pada
perpustakaan.uns.ac.id
91
digilib.uns.ac.id
data (162) kata bahasa Indonesia berupa kata evaluasi „evaluasi‟. Pada data (163)
kosakata bahasa Indonesia yang ditemukan yaitu kata semangat „semangat‟ dan
sumber daya „sumber daya‟. Penggunaan kosakata bahasa Indonesia tersebut
bertujuan agar pendengar mampu menerima dengan mudah, selain itu memang
pada dasarnya kata-kata tersebut merupakan kepanjangan dari akronim
„SUKSES‟.
b. Kosakata bahasa kawi
(164)
Sasran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5)
„Sasaran menuju menuju pada keselamatan‟
(165)
Stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan (CD/WS/2)
„Stabilitas mantap karya tenteram dalam masyarakat‟
(166)
Sasaran panujuning sedya mrih yuwana (CD/WS/5)
„Sasaran menuju pada keselamatan‟
Pada data (164) sasaran panujuning sedya mrih yuwana „sasaran menuju
pada keselamatan‟, dalam data ini kata yang berasal dari bahasa kawi adalah
yuwana „selamat‟. Pada data (165) stabilitas mantap karya tentrem ing bebrayan
„stabilitas mantap karya tentrem dalam masyarakat‟, pada data ini kata yang
berasal dari bahasa kawi adalah karya „kerja‟, namun kata ini juga masih sering
dipakai dalam bahasa Indonesia sebagai kata serapan dari bahasa Jawa kuna..
Pada data (166) kosakata bahasa kawi yang ditemukan yaitu kata sedya yang
mempunyai makna siap atau sedia.
c. Tembung plutan
(167)
Koordinasi kang becik tumata (CD/WS/4)
„Koordinasi yang baik dan tertata‟
commit to user
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(168)
Semangat sumber daya mrih lajuning pembangunan (CD/WS/7)
„Semangat sumber daya agar majunya pembangungan‟
Pada data (167) terdapat kosakata bahasa kawi yang sering dipakai dalam
bahasa sehari-hari dan juga sering digunakan dalam lagu-lagu berbahasa Jawa,
kata tersebut adalah kang yang berasal dari kata ingkang „yang‟. Pada data (168)
terdapat kata yang dikurangi jumlah sukukatanya yaitu kata mrih yang berasal
dari kata amrih „agar‟.
d. Bentuk-bentuk literer
1) Afiksasi
Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan beberapa afiksasi,
yaitu; seselan „sisipan‟ {-um-} prefiks {pa-} dan sisipan{-in-}.
(169)
Koordinasi kang becik tumata (CD/WS/4)
„Koordinasi yang baik dan tertata‟
(170)
Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6)
„Evaluasi oleh para peneliti‟
(171)
Evaluasi kang kinarya panaliti (CD/WS/6)
„Evaluasi oleh para peneliti‟
Pada data (169) terdapat kata yang mengalami afiksasi yaitu tumata
„tertata‟, kata tumata merupakan hasil afiksasi yaitu dari kata tata + {-um-},
sisipan {-um-} dalam kata tersebut berfungsi memperindah kata dan juga
mengubah kata kerja aktif menjadi pasif melalukan penelitian. Pada data (170)
terdapat prefiks {pa-} pada kata panaliti „peneliti‟, atau orang yang Pada data
(171) kata kinarya berasal dari kata karya „kerja‟ yang mendapat sisipan {-in-}
(karya + {-in-}).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93
digilib.uns.ac.id
3. Gaya bahasa
Pada LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” ditemukan gaya bahasa yang
berupa gaya bahasa repetisi tautotes, yaitu perulangan satuan lingual yang
dianggap penting dalam satu konstruksi.
a. Repetisi tautotes
(172)
Sukses sukses Wonogiri sukses (CD/WS/8)
„Sukses sukses Wonogiri sukses‟
Pada data (172) terdapat perulangan atau repetisi epizeukis, yaitu
perulangan satuan lingual yang dipentingkan beberapa kali secara berurutan.
Dalam baris ini yang diulang adalah kata „sukses‟ yang diulang sebanyak tiga kali
dalam satu baris.
4. Pencitraan
Citraan yang ditemukan dalam LIDS lirik lagu “Wonogiri Sukses” adalah
berupa citraan gerak.
a. Pencitraan gerak
(173)
Semangat sumber daya mrih lajuning pembangunan (CD/WS/7)
„Semangat sumber daya agar majunya pembangunan‟
Pada data (173) penulis lagu berusaha menjelaskan kepada pendengar
bahwa adanya pembangunan di Wonogiri yang didukung oleh sumber daya yang
memadai. Penulis berusaha mendorong imajinasi pendengar mengenai keadaan
Wonogiri yang terus membangun.
F. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU GERBANG SUKOWATI
1
2
3
Ayo yo ayo angayahi kardi
„marilah mari menjalankan kewajiban‟
Ora
ngemungake
mring
para „Tak
hanya
menggantungkan
pada
pangarsa
pemimpin‟
commit to user
Cancut gumregut mbangun Sukowati
„Singsingkan baju membangun Sukowati‟
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
5
6
7
8
Kabeh prawarga duwe kewajiban
Murih wewangunan katon endah asri
Mujudake Sragen kutha kang mandiri
Rakyat ayem tentrem gemah ripah loh
jinawi
Gerbang Sukowati greget mbangun
Sukowati
„Semua warga punya kewajiban‟
„Agar bangunan terlihat indah asri‟
„Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟
„Rakyat hidup tenteram semua kebutuhan
tercukupi‟
„Gerbang Sukowati semangat membangun
Sukowati‟
1. Pemanfaatan aspek bunyi
A. Asonansi (purwakanthi swara)
Pada LIDS lirik lagu “Gerbang Sukowati” ditemukan beberapa asonansi
yaitu asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, asonansi /ê/, asonansi /o/.
1) Asonansi /ᴐ/
(174)
Ora ngemungake mring para pangarsa (GN/GS/2)
„Tak hanya menggantungkan pada pemimpin‟
Pada data (174) ora ngemungake mring para pangarsa „tak hanya
menggantungkan pada pemimpin‟, pada baris ini terdapat asoansi /a/ yaitu pada
kata para pangarsa „para pemimpin‟. Pada data tersebut asonansi /a/ berfungsi
menambah kemerduan dan memberikan kesan adanya kerapatan antara kata
tersebut.
2) Asonansi /i/
(175)
Murih wewangunan katon endah asri
Mujudake Sragen kutha kang mandiri
Rakyat ayem tentrem gemah ripah loh jinawi
Gerbang Sukowati greget mbangun Sukowati (GN/5-8)
„Agar bangunan terlihat indah asri‟
„Mewujudkan Sragen kuta yang mandiri‟
„Rakyat hidup tenteram semua kebutuhan tercukupi‟
„Gerbang Sukowati semangat membangun Sukowati‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95
digilib.uns.ac.id
Pada data (175) terdapat asonansi /i/ pada akhir baris, yaitu pada kata asri
„asri‟, mandiri „mandiri‟, jinawi „serba murah‟, dan Sukowati „nama lain kota
Sragen‟. Keempat kata tersebut secara berurutan berada pada akhir masingmasing baris.
3) Asonansi /ê/
(176)
Rakyat ayêm têntrêm gêmah ripah loh jinawi (GN/GS/7)
„rakyat hidup tenteram tanpa kekurangan suatu apapun‟
Pada data (176) rakyat ayem tentrem gemah ripah loh jinawi, pada baris
tersebut terdapat asonansi /ê/ yaitu pada kata ayem tentrem „hidup tenang‟ dan
gemah ‘ramai‟.
4) Asonansi /o/
(177)
Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1)
„Marilah mari menjalankan kewajiban‟
Pada data (177) ayo yo ayo angayahi kardi „marilah mari menjalankan
kewajiban‟, pada baris tersebut ditemukan asonansi /o/ yaitu pada tiga kata awal
ayo yo ayo „marilah mari‟. Suara vokal /o/ yang berurutan menyebabkan lagu
menjadi terdengar merdu.
b. Aliterasi ( purwakanthi sastra)
Pada LIDS lirik lagu “Gerbang Sukowati” ditemukan aliterasi berupa
aliterasi /g/ dan aliterasi /y/.
1) Aliterasi /g/
(178)
Gerbang Sukowati greget mbangun Sukowati (GN/GS/8)
„Gerbang Sukowaticommit
semangan
membangun Sukowati‟
to user
perpustakaan.uns.ac.id
(179)
96
digilib.uns.ac.id
Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1)
„Marilah mari menjalankan kewajiban‟
Pada pada (178) terdapat aliterasi /g/ yaitu pada kata gerbang „gerbang‟
dan greget „semangat/tekad‟. Adanya perulangan tersebut menambah kesan ritmis
pada suara yang dihasilkan. Pada data (179) merupakan data yang mengandung
aliterasi /y/, yaitu pada kata ayo yo ayo „marilah mari‟.
c. Purwakanthi lumaksita
(180)
Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1)
„Marilah mari menjalankan kewajiban‟
Data (180) ayo yo ayo angayahi kardi „marilah mari menjalankan
kewajiban‟, dalam baris tersebut ditemukan perulangan kata dari ayo „mari‟, yang
berada berurutan pada awal baris sehingga menciptakan pola yang menyatu dan
merdu.
2. Diksi / pilihan kata
Pada lagu Gerbang Sukowati ditemukan beberapa diksi, yaitu; kosakata
bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung plutan, tembung saroja,
sinonim, dan idiom (ungkapan).
a. Kosakata Bahasa Indonesia
(181)
Mujudake Sragen kutha kang mandiri (GN/GS/6)
„Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟
pada data (181) mujudake Sragen kutha mandiri „mewujudkan Sragen
kota yang mandiri‟, kata “mandiri” dipilih karena kata tersebut lebih mudah
diterima oleh masyarakat umum. Alasan lain juga dikarenakan kesulitan mencari
commit
padanan kata mandiri dalam bahasa
Jawa.to user
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kosakata bahasa kawi
(182)
Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1)
„Marilah mari menjalankan kewajiban‟
Data (182) ayo yo ayo angayahi kardi „marilah mari menjalankan
kewajiban‟, dalam larik tersebut terdapat kosakata bahasa kawi yaitu kardi
„kewajiban/pekerjaan‟. Kata tersebut dipilih karena lebih memiliki nilai keindahan
dibanding jika menggunakan bahasa Jawa sekarang misalnya pagawean
„pekerjaan‟.
c. Tembung saroja
(183)
Rakyat ayem tentrem gemah ripah loh jinawi (GN/GS/7)
„Rakyat hidup tenteram tanpa kekurangan suatu apapun‟
pada data (183) terdapat tembung saroja yaitu ayem tentrem „hidup
tenteram‟, kedua kata tersebut memiliki makna yang hampi sama yaitu „hidup
tenang‟.
d. Tembung plutan
(184)
Kabeh prawarga duwe kewajiban (GN/GS/4)
„Semua warga punya kewajiban‟
(185)
Mujudake Sragen kutha kang mandiri
„Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟
Pada data (184) kabeh prawarga duwe kewajiban „semua warga punya
kewajiban‟, pada baris tersebut terdapat tembung plutan atau kata yang
mengalami pengurangan jumlah suku kata, yaitu pra yang berasal dari kata para
„para‟. Pada data (185) terdapat tembung plutan atau kata yang dikurangi jumlah
commit to user
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sukukatanya yaitu kata kang „yang‟ yang berasal dari kata ingkang yang berarti
„yang‟. Pengurangan tersebut bertuan untuk menyelaraskan lagu.
e. Sinonim
(186)
Cancut gumregut mbangun Sukowati
Kabeh prawarga duwe kewajiban
Murih wewangunan katon endah asri
Mujudake Sragen kutha kang mandiri (GN/GS/3-6)
„Bekerja dengan giat membangun Sukowati‟
„Semua warga punya kewajiban‟
„Agar bangunan terlihat indah asri‟
„Mewujudkan Sragen kota yang mandiri‟
Pada data (186) terdapat kata yang bersinonim yaitu kata “Sukowati”
dengan kata “Sragen”, penulis mencoba mengungkapkan nama lain dari kota
Sragen, seperti diketahui secara umum bahwa nama lain dari kota Sragen adalah
kota Sukowati.
f. Idiom atau ungkapan
(187)
Rakyate ayem tentrem gemah ripah loh jinawi (GN/GS/7)
„Rakyatnya hidup tenteram tanpa kekurangan suatu apapun‟
Pada data (187) terdapat ungkapan Jawa yaitu gemah ripah loh jinawi,
ungkapan ini mempunyai penjabaran yang sangat panjang, gemah „tempat yang
ramai‟, ripah „sangat kaya‟, loh „subur, semua yang ditanam akan menghasilkan‟,
jinawi „serba murah‟, jadi bisa diartikan sebagai tempat yang ramai dikunjungi
banyak orang, tempat yang kaya, sangat subur dan kebutuhan sehari-hari
terjangkau.
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g. Bentuk-bentuk literer
1) Afiksasi
Pada LIDS lirik lagu Gerbang Sukowati ditemukan afiksasi literer berupa
infiks „sisipan‟ {-um-} dan prefiks „awalan‟ {-aN-}.
(188)
Cancut gumregut mbangun Sukowati (GN/GS/3)
„bekerja dengan giat membangun Sukowati‟
(189)
Ayo yo ayo angayahi kardi (GN/GS/1)
„Marilah mari menjalankan kewajiban‟
Pada data (188) terdapat kata yang mengalami afiksasi yaitu kata
gumregut yang berasal dari kata dasar gregut „giat‟ yang mendapat seselan
„sisipan‟ {-um-}. Dengan perubahan bentuk tersebut membuat kata gumregut
„giat‟ lebih memiliki nilai keindahan dari pada hanya kata gregut „giat‟. Pada data
(189) terdapat afiksasi literer berupa prefiks {aN-}, kata tersebut adalah anganyahi
yang berasal dari prefiks {aN-} + {ayahi}.
2) Reduplikasi
Reduplikasi yang ditemukan dalam lirik lagu Gerbang Sukowati adalah
berupa dwipurwa „perulangan suku kata awal‟.
(190)
Murih wewangunan katon endah asri (GN/GS/5)
„Agar bangunan terlihat indah asri‟
Pada data (190) terdapat kata yang mengalami reduplikasi yaitu kata
wewangunan „banyak bangunan‟, kata tersebut disebut dwipurwa yaitu
perulangan hanya pada suku kata pertama saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100
digilib.uns.ac.id
3. Gaya bahasa
Dalam lirik lagu Gerbang Sukowati ditemukan dua gaya bahasa, yaitu
gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa repetisi epizeuksis.
a. Personifikasi
(191)
Mujudake Sragen kutha mandiri (GN/GS/6)
„Mewujudkan Sragen kota mandiri‟
Pada data (191) merupakan gaya bahasa personifikasi karena menyamakan
kota Sragen seolah-olah memiliki sifat mandiri seperti manusia, karena pada
umumnya yang mempunyai sifat mandiri adalah manusia.
b. Repetisi epizeuksis
Repetisi epizeuksis adalah pengulangan satuan lingual (kata) yang
dipentingkan beberapa kali secara berurutan.
(192)
Gerbang Sukowati, greget mbangun Sukowati (GN/GS/8)
„Gerbang Sukowati, semangat membangun Sukowati‟
Pada data (192) gerbang Sukowati greget mbangun Sukowati „semangat
membangun Sukowati‟ terdapat satu kata yang diulang karena merupakan bagian
yang penting yaitu Sukowati „Sukowati/Sragen.
4. Pencitraan
Pada LIDS lagu “Gerbang Sukowati”, ditemukan pencitraan yaitu
pencitraan gerak.
a. Citraan gerak
(193)
Cancut gunregut mbangun Sukowati (GNB/GS/3)
commit
to user Sukowati‟
„Bekerja dengan giat
membangun
perpustakaan.uns.ac.id
101
digilib.uns.ac.id
Pada data (193) merupakan penggambaran gerak yang dilakukan oleh
masyarakat Sragen, dalam baris tersebut penulis ingin menyampaikan bagaimana
mobilitas dan semangat masyarakat Sragen dalam membangun kotanya.
G. ANALISIS STILISTIKA LIRIK LAGU KLATEN BERSINAR
1
2
3
4
5
6
7
8
Bersinar bersinar
Bersih sehat indah nyaman aman rapi
nyata, Klaten bersinar
Bersinar, Bersinar iku mengku surasa,
bersih tumrap lingkungan urip
sabendinane.
sehat lahir, lan sehat batine,
endah wewangunan jro kutha lan desadesa,
aman mapan tansah murah sandang
pangan,
aman mulat lelakon tansah waspada,
9
kanthi tumata sinawang asri
nglamlami.
10 papan olahraga ana, papan wisata
sumadya,
11 kabudayan pranyata lambang dadi lan
lian bangsa
1
2
3
4
5
6
7
8
„Bersinar bersinar‟
„Bersih sehat indah nyaman aman rapi
nyata, Klaten bersinar‟
„Bersinar, Bersinar itu mengandung
makna,
„bersih lingkungan sehari-hari.
„sehat lahir, dan sehat batinnya,
„indah bangunan dalam kota dan desadesa,
„aman mapan selalu , murah kubutuhan
pokok,
„aman memperhatikan perilaku agar
selalu waspada,
„dengan tertata terlihat asri
menyenangkan
„tempat olahraga ada, tempat wisata
tersedia
„kebudayaan sebagai lambang yang
berbeda dari bangsa lain
„Rakyate sudah hidup tenang sejahtera‟
„Rakyat dan masyarakat yang
majemuk‟
„bersatu menghargai sesama‟
„Para petani bekerja giat mengolah
tanah bersama-sama‟
„Menanam bahan makan, berlipat
hasilnya‟
palawija lan pari gilir gumanti
„Palawija lan padi silih berganti‟
tanduran subur gemah ripah loh jinawi „Tanaman subur tanpa kekurangan
suatu apapun‟
commit to„Menjadikan
user
temah adil makmur rata adhedhasar
adil makmur merata
rakyate wus ayem tentrem kertaraharja
rakyat lan bebrayane beda lan werna
werna
tunggal sedya ngajenisesama,
pratani wus sengkut ngolah lemah
bebarengan,
tanem tuwuh nedha, tikel pametune
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9
pancasila
kondange jaban rangkah sinebut klaten
bersinar
berdasar pancasila‟
„Merkenal diluar daerah disebut Klaten
bersinar‟
1. Pemanfaatan aspek bunyi
a. Asonansi (purwakanthi swara)
Aliterasi yang ditemukan pada LIDS lirik lagu Klaten Bersinar adalah
asonansi /a/, asonansi /ᴐ/, asonansi /i/, asonansi /ê/, asonansi /e/, asonansi /u/.
1) Asonansi /a/
(194)
Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar
(CD/KB/2)
„Bersih sehat indah nyaman rapi nyata, Klaten bersinar‟
(195)
Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6)
„Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟
(196)
Aman mapan tansah, murah sandang pangan (CD/KB/7)
„Aman mapan selalu murah kebutuhan pokok‟
Pada data (194) terdapat asonansi /a/ yang merata dalam satu baris,
kata-kata tersebut secara berurutan yaitu sehat „sehat‟, indah „indah‟,
nyaman „nyaman‟, aman „aman‟, rapi „rapi‟, nyata „nyata‟, Klaten
„Klaten‟, bersinar „bersinar‟. Pada data (195) vokal /a/ yang berurutan
terdapat pada kata Endah „indah‟, wewangunan „bangunan-bangunan‟.
Pada data (196) mengandung asonansi /a/ yaitu pada kata aman „aman‟,
mapan „tinggal‟, tansah „selalu‟, murah „murah‟, sandang pangan
„kebutuhan pokok‟. Adanya perulangan bunyi vokal /a/ yang berurutan
commit to user
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut membuat lagu menjadi semakin indah, ada pola suara yang
berulang sehingga terdengar merdu.
2) Asonansi /a/ [ᴐ]
(197)
Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (KB/6)
„Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟
(198)
Papan olah raga ana, papan wisata sumadya (KB/10)
„tempat olah raga ada, tempat wisata tersedia‟
Data (197) asonansi /a/ yang dibaca [ᴐ] yang memberikan efek keindahan
suara terdapat pada awal dan akhir suku kata berikut ini aman „aman‟, mulat
„melihat‟, tansah „selalu‟, waspada „waspada‟. Pada data (198) papan olah raga
ana papan wisata sumadya „temat olahraga ada, empat wisata tersedia‟,
pengarang menggunakan vokal [ᴐ] pada kata ana „ada‟, wiasata „wisata‟,
sumadya „tersedia‟, dengan demikian maka baris tersebut menjadi lebih dinamis
dan lebih enak dinyanyikan, selain itu juga mampu menciptakan kesan kedekatan
dan kerapatan antar kata dalam kalimat.
3) Asonansi /i/
(199)
Kanthi tumata sinawang asri nglamlami (CD/KB/9)
„Dengan ditata terlihat asri menyenangkan‟
(200)
palawija lan pari gilir gumanti (CD/KB/2/6)
„Palawija dan padi silih berganti‟
Pada data (199) terdapat asonansi /i/ yang kurang dominan namun tetap
menambah keindahan dari pengucapan lagu tersebut, kata tersebut yaitu kanthi
„dengan‟, sinawan „dipandang‟, asri „asri‟, nglamlami „menyenangkan‟. Data
(200) mengandung perulangan vokal /i/ yaitu pada kata palawija „Sejenis tanaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
104
digilib.uns.ac.id
di tegal‟, pari „padi‟, dan gilir gumanti „silih berganti‟. Dengan adanya asonansi
/i/ di atas, membuat baris tersebut terdengar lebih merdu.
4) asonansi /ê/
(201)
Bêrsinar, Bêrsinar iku mêngku surasa (CD/KB/3)
„Bersinar bersinar itu mengandung makna‟
(202)
Rakyate wus ayêm têntrêm kêrtaraharja (KB/2/1)
„Rakyatnya sudah hidup tenang dan sentosa‟
Pada data (201) dan (202) merupakan data yang mengandung asonansi /ê/.
pada data (201) kata yang mengandung vokal /ê/ yaitu pada kata bêrsinar bêrsinar
„bersinar-bersinar‟ dan pada kata mêngku „memuat/mengandung‟. Pada data (202)
vokal /ê/ terdapat pada kata ayêm têntrêm „hidup tenang‟, dan kêrtaraharja
„sentosa‟. Asonansi /ê/ tersebut mampu menambah kesan kemerduan suara yang
secara langsung mampu menambah keestetikan lagu.
5) Asonansi /e/
(203)
sehat lahir, lan sehat batine (CD/KB/5)
„sehat lahir dan sehat batinnya‟
(204)
bersih tumrap lingkungan urip sabendinane.
sehat lahir lan sehat batine (CD/KB/4-5)
„bersih lingkungan hidup sehari-hari‟
„sehat lahir dan sehat batinnya‟
pada data (203) dan (204) merupakan data yang mengandung asonansi /e/.
Pada data (203) asonansi /e/ ditemukan pada kata sehat „sehat‟ dua sebanyak dua
kali dan batine „batinnya‟. Pada data (204) asonansi /e/ berada pada suku kata
terakir atau bisa disebut huruf terakhir dalam dua baris, yang pertama
sabendinane „setiap harinya‟ dan pada baris berikutnya batine „batinnya‟.
Asonansi /e/ tersebut mampu memberikan kesan keindahan suara.
commit to user
105
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) asonansi /u/
(205)
Bersinar, Bersinar iku mengku surasa (CD/KB/3)
„Bersinar bersinar itu mengandung makna‟
Pada data (205) asonansi /u/ terlihat sangat dominan pada tiga kata
terakhir, yaitu pada iku „itu‟, mengku „mengandung‟ dan yang terakhir pada kata
surasa „arti/makna‟. Vokal /u/ tersebut mampu menambah kesan keindahan pada
lagu tersebut.
b. aliterasi ( purwakanthi lumaksita)
pada LIDS lirik lagu Klaten Bersinar ditemukan beberapa aliterasi
diantaranya; aliterasi /d/, aliterasi /n/, aliterasi /p/, dan aliterasi /t/.
1) aliterasi /d/
(206)
endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6)
„Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟
Pada data (206) endah wewangunan jro kutha lan desa-desa „indah
bangunan dalam kota dan desa-desa‟, dalam data ini terdapat asonansi /d/ yaitu
pada kata-kata endah „indah‟, desa-desa „desa-desa‟. Dengan adanya konsoan /d/
tersebut menambah kesan ritmis dalam lagu tersebut.
2) aliterasi /n/
(207)
aman mapan tansah, murah sandang pangan (CD/KB/8)
„Aman mapan selalu murah sandang pangan‟
Pada data (207) aman mapan tansah, murah sandang pangan „aman
mapan selalu murah kebutuhan pokok‟, konsonan /n/ secara berulang ditemukan
commit to user
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada kata aman „aman‟, mapan „tinggal‟, tansah „selalu‟, sandang pangan
„kebutuhan pokok‟.
3) aliterasi /p/
(208)
papan olah raga ana, papan wisata sumadya (CD/KB/10)
„Tempat olah raga ada, tempat wisata tersedia‟
Pada data (208) papan olah raga ana papan wisata sumadya „tempat olah
raga ada, tempat wisata tersedia‟, aliterasi /p/ terlihat sangat dominan pada data
ini, terlihat pada kata papan „tempat‟. Konsonan /p/ diulang sebanyak empat kali
sehingga memberikan kesan suara yang runtut.
4) aliterasi /t/
(209)
rakyate wus ayem tentrem kertaraharja (CD/KB/2/1)
„Rakyatnya hidup tenteram sejahtera‟
Pada data (209) rakyate wus ayem tentrem kertaraharja „rakyatnya sudah
hidup tenang sentosa‟, pada data ini terdapat ini terdapat aliterasi /t/ yaitu pada
kata rakyate „rakyatnya‟, tentrem „tenteram‟, kertaraharja „sentosa‟.
c. Purwakanthi lumaksita
(210)
Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar
Bersinar, Bersinar iku mengku surasa (CD/KB/2-3)
„Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, klaten bersinar‟
„Bersinar, bersinar itu mengandung makna‟
(211)
Sehat lahir, lan sehat batine (CD/KB/5)
„sehat lahir dan sehat batinnya‟
(212)
papan olahraga ana, papan wisata sumadya (CD/KB/10)
„tempat olah raga ada, tempat wisata tersedia‟
commit to user
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada data (210) terdapat purwakanthi lumaksita yaitu berupa perulangan
kata bersinar „bersinar‟, pada baris pertama kata „bersinar‟ berada di akhir baris
kemudia pada baris berikutnya diawali lagi dengan kata „bersinar‟ sehingga
memberikan kesan rapat antara dua baris tersebut, selain itu juga memberikan
penekanan terhadap makna dari „bersinar‟ sebagai semboyan kota Klaten. Pada
data (211) sehat lair sehat batine „sehat lahir sehat batinnya‟, pada data ini
terdapat perulangan kata sehat „sehat‟ sebanyak dua kali. Pada data (212) papan
olah raga ana papan wisata sumadya „tempat olah raga ada tempat wisata
tersedia‟, dalam data tersebut ditemukan purwakanthi lumaksita yaitu berupa
perulangan kata papan „tempat‟.
2. Diksi / pilihan kata
Dalam LIDS lirik lagu Klaten bersinar, ditemukan beberapa idiom yaitu;
kosakata bahasa Indonesia, kosakata bahasa kawi, tembung plutan, tembung
saroja, antonim, dan idiom.
a. Kosakata Bahasa Indonesia
(213)
Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar
(CD/KB/2)
„Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten bersinar‟
Pada data (213) Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata, Klaten
bersinar terdapat tujuh kata yang merupakan kosakata bahasa Indonesia yaitu
„bersih‟, „sehat‟, „indah‟, „nyaman‟, „aman‟, „rapi‟, „nyata‟, dan „bersinar‟.
Kosakata tersebut digunakan karena memang kata-kata tersebut merupakan
kepanjangan dari akronim “bersinar” sebagai semboyan kota Klaten, selain
commit to user
108
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semboyan, “bersinar” juga menjadi sebuah harapan Klaten akan menjadi
kabupaten yang dikenal oleh masyarakat luas.
b. Kosakata Bahasa Kawi
(214)
Rakyate wus ayem tentrem kertaraharja (CD/KB/2/1)
„Rakyatnya sudah hidup tenteram aman sentosa‟
pada data (214) terdapat kosakata bahasa kawi yaitu kertaraharja „aman
sentosa‟, kata ini terdengar lebih arkhais atau lebih indah, sehingga membuat
orang yang mendengar menjadi lebih tertarik.
c. Tembung Saroja
(215)
Palawija lan pari gilir gumanti (CD/KB/2/6)
„Palawija dan padi silih berganti‟
pada data (215) palawija lan pari gilir gumanti „palawija dan padi silih
berganti‟, dalam data tersebut terdapat tembung saroja gilir gumanti „silih
berganti‟, kedua kata tersebut mempunyai makna yang hampir sama dan dipakai
bersama-sama.
d. Tembung Plutan
(216)
Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6)
„Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟
Pada data (216) endah wewangunan jro kutha lan desa-desa „indah
bangunan dalam kota dan desa-desa‟, pada data tersebut ditemukan tembung
plutan yaitu kata yang dikurangi jumlah suku katanya, pengurangan tersebut
bertujuan untuk memenuhi tuntutan dongding lagu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109
digilib.uns.ac.id
e. Antonim
(217)
Sehat lair lan sehat batine (CD/KB/5)
„Sehat lahir dan sehat batinnya‟
(218)
Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa
„Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟
pada data (217) sehat lair lan sehat batine „sehat lahir dan sehat batinnya‟
pada data tersebut terdapat dua kata yang maknannya berlawanan yaitu lair „lahir‟
>< batin „batin‟, oposisi tersebut merupakan oposisi mutlak. Pada data (218)
terdapat dua kata yang maknanya saling berlawanan yaitu kata kutha „kota dan
desa-desa „desa-desa‟.
f. Idiom atau Ungkapan
(219)
Tanduran subur gemah ripah loh jinawi
temah adil makmur rata adhedhasar pancasila (CD/KB/7-8)
„Tanaman subur tanpa kekurangan suatu apapun‟
„Aadil makmur berdasarkan pancasila‟
Pada data (219) terdapat ungkapan Jawa yaitu gemah ripah loh jinawi,
ungkapan ini bisa diartikan sebagai negara yang ramai, tempat yang subur, alam
yang kaya, kebutuhan tercukupi tanpa kekurangan suatu apapun.
g. Bentuk-bentuk Literer
1) Afiksasi
Afiksasi pada LIDS lirik lagu Klaten bersinar berupa infiks „sisipan‟ {um-} dan sisipan {-in-}.
(220)
Kanthi tumata sinawang asri nglamlami (CD/KB/9)
„Dengan tertata dipandang asri menyenangkan‟
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
(221)
110
digilib.uns.ac.id
Kondhange njaban rangkah sinebut Klaten bersinar (CD/KB/9)
„Terkenal di luar daerah disebut Klaten bersinar‟
Pada data (220) kanthi tumata sinawang asri nglamlami „dengan tertata
terlihat asri menyenangkan‟, dalam data tersebut kata yang mengalami afiksasi
adalah tumata „tertata‟ berasal dari kata dasar tata + {-um-}. Dengan adanya
sisipan {-um-} akan menjadikan kata tersebut terdengar lebih mempunyai nilai
keindahan. Data (221) kondhange njaban rangkah sinebut Klaten bersinar
„terkenal di luar daerah disebut klaten bersinar‟, pada data tersebut kata sinebut
„disebut‟ mengalami afiksasi yaitu mendapat sisipan {-in-}, asal kata sebut + {-in}.
2) Reduplikasi
Ada beberapa bentuk reduplikasi dalam LIDS lirik lagu Klaten Bersinar
yaitu; dwilingga „perulangan utuh‟, dwipurwa „perulangan suku kata awal‟ +
sufiks „akhiran‟, dan dwipurwa+ prefiks {a-}.
(222)
Endah wewangunan jro kutha lan desa desa (CD/KB/6)
„Indah bangunan dalam kota dan desa desa‟
(223)
Pratani wus sengkut ngolah lemah bebarengan
tanem tuwuh nedha tikel pametune (CD/KB/4-5)
„Mengolah tanah bersama-sama‟
„menanam bahan pokok berlipat hasilnya‟
(224)
Tanduran subur gemah ripah loh jinawi
rata adhedhasar Pancasila (CD/KB/7-8)
„Tanaman subur tanpa kekurangan suatu apapun‟
„merata berdasar Pancasila‟
Pada data data (222) Endah wewangunan jro kutha lan desa desa „indah
bangunan dalam kota dan desa-desa‟, pada baris tersebut ditemukan dwilingga
commit
userdesa „desa-desa‟. Pada data (223)
atau perulangan yang utuh yaitu pada
katatodesa
perpustakaan.uns.ac.id
111
digilib.uns.ac.id
terdapat perulangan berupa dwipurwa „perulangan suku kata awal‟ yaitu pada kata
bebarengan „bersama-sama‟ yang berasal dari kata bareng „bersama‟. Pada data
(224) perulangan berupa dwipurwa dengan variasi prefiks yaitu kata adhedhasar
„berdasarkan‟, dari kata dasar dhasar yang diulang hanya suku kata awal
ditambah prefiks (awalan) {a-}.
3. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang ditemukan dalam lirik lagu Klaten bersinar hanya
berupa gaya bahasa asindenton dan antitesis.
a. Asindeton
(225)
Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata Klaten bersinar
(CD/KB/2)
„Bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata Klaten bersinar‟
Pada data (225) bersih sehat indah nyaman rapi nyata Klaten bersinar
„bersih sehat indah nyaman aman rapi nyata Klaten bersinar‟, merupakan bentuk
gaya bahasa asindeton, yaitu gaya yang berupa acuan yang bersifat padat dan
mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak
dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja
dengan koma.
b. Antitesis
(226)
Sehat lair lan sehat batine (CD/KB/5)
„Sehat lahir dan sehat batinnya‟
Pada data (226) sehat lair lan sehat batine „sehat lahir dan sehat
batinnya‟, dalam baris tersebut gaya bahasa berupa gaya bahasa antitesis ditandai
dengan adanya kata yang berlawanan yaitu lair „lahir‟ dengan batin „batin‟.
commit to user
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pencitraan
Citraan yang terdapat pada LIDS lirik lagu Klaten Bersinar adalah citraan
pengelihatan dan citraan gerak.
a. Citraan pengelihatan
(227)
Endah wewangunan jro kutha lan desa-desa (CD/KB/6)
„Indah bangunan dalam kota dan desa-desa‟
(228)
Kanthi tumata sinawang asri nglamlami (CD/KB/9)
„dengan tertata terlihat asri menyenangkan‟
Pada data (227) endah wewangunan jro kutha lan desa-desa „indah
bangunan dalam kota dan desa-desa‟, baris tersebut merupakan bentuk dari citraan
pengelihatan, dimana penulis memberikan gambaran pada pendengar mengenai
keadaan Kota klaten. Pada data (228) kanthi tumata sinawang asri nglamlami
„dengan tertata terlihat asri menyenangkan‟, dalam data ini pengarang berusaha
memberikan gambaran mengenai kota Klaten yang tertata dan enak dipandang
mata, memberikan rangsangan kepada pendengar seolah-oleh ikut menyaksikan
apa yang digambarkan dalam lirik lagu.
b. Citraan gerak
(229)
Pratani wus sengkut ngolah lemah bebarengan (CD/KB/2/4)
„Para petani sudah bekerja giat mengolah tanah bersama-sama‟
Data (229) pratani wus sengkut ngolah lemah bebarengan „petani sudah
bekerja giat mengolah tanah bersama-sama‟, pengarang berusaha memberikan
gambaran keaadaan petani Klaten yang giat bekerja, memberikan penjelasan
bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang giat bekerja.
commit to user
113
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TABEL DOMINASI
Pada analisis data di atas diketahui bahwa tidak semua lagu memiliki
unsur stilistika yang sama. Oleh karena itu, selanjutnyai akan disajikan tabel
dominasi unsur-unsur stlilistika yang terkandung dalam LIDS.
No Lirik lagu
Unsur stilistika
Jumlah
%
1
1
Pemanfaatan aspek bunyi
17
60,7%
2
Diksi/pilihan kata
7
25%
3
Gaya bahasa
3
10,7%
4
pencitraan
1
3,6%
Total
28
100%
1
Pemanfaatan aspek bunyi
16
35,5%
2
Diski/pilihan kata
23
51,1%
3
Gaya bahasa
4
8,9%
4
pencitraan
2
4,5%
Total
45
100%
1
Pemanfaatan aspek bunyi
16
37,2%
2
Diksi/pilihan kata
21
48,8%
3
Gaya bahasa
3
7%
4
pencitraan
3
7%
Total
43
100%
2
3
Solo Berseri
Boyolali Tersenyum
Sukoharjo Makmur
commit to user
114
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
5
6
7
Karanganyar Tenteram
Wonogiri Sukses
Gerbang Sukowati
Klaten Bersinar
1
Pemanfaatan aspek bunyi
13
42%
2
Diksi/pilihan kata
13
42%
3
Gaya bahasa
3
9,6%
4
Pencitraan
2
6,4%
Total
31
100%
1
Pemanfaatab aspek bunyi
10
37%
2
Diksi/pilihan kata
15
55,6%
3
Gaya bahasa
1
3,7%
4
Pencitraan
1
3,7%
Total
27
100%
1
Pemanfaatan aspek bunyi
5
27,8%
2
Diksi/pilihan kata
10
55,6%
3
Gaya bahasa
2
11%
4
Pencitraan
1
5,6%
18
100%
1
Pemanfaatan aspek bunyi
19
52,8%
2
Diksi/pilihan kata
11
30,6%
3
Gaya bahasa
3
8,3%
4
pencitraan
3
8,3%
Total
36
100%
commit to user
115
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TABEL DOMINASI MASING-MASING UNSUR STILISTIKA
No Unsur Stilistika
Jumlah
Prosentase
1
Pemanfaatan aspek bunyi
96
42,1%
2
Diksi/pilihan kata
100
43,6%
3
Gaya bahasa
20
8,7%
4
Pencitraan
13
5,6%
Total
229
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa diksi merupakan aspek stilistika
yang paling dominan dipakai dalam LIDS, hal tersebut dikarenakan diksi terdiri
dari banyak unsur. aspek stilistika yang mendominasi selanjutnya adalah aspek
pemanfaatan bunyi, hal ini dikarenakan dalam lagu atau tembang
memang
membutuhkan banyak aspek bunyi untuk mendukung keindahan lagu. Aspek
dominan yang selanjutnya dalam LIDS adalah gaya bahasa, gaya bahasa kurang
banyak digunakan dalam lagu karena, berbeda dengan prosa yang membutuhkan
banyak gaya bahasa. Aspek yang paling sedikit digunakan dalam LIDS adalah
pencitraan.
commit to user
116
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Download