Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf MODUL KRANIOFARINGIOMA 1. DEFINISI Kraniofaringioma adalah tumor epithelial jinak yang tumbuh dari tangkai atau glandula hipofisis, memiliki struktur solid, kistik ataupun campuran keduanya yang mengisi area sella dan suprasella. 2. WAKTU PENDIDIKAN TAHAP I TAHAP II S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 PROGRAM MAGISTER (beban dihitung dengan SKS) >=40SKS S8 TAHAP III S9 S10 S11 Program Magister Neurologi Tesis Program Profesi Bedah Saraf Pogram Bedah Dasar Program Bedah Saraf Dasar KEPROFESIAN (beban dihitung berdasarkan kompetensi) PROGRAM GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI Kranial KONGENITAL ICD 10 - Bab XVII Spinal INFEKSI ICD 10 - Bab I Kranium Supratentorial NEOPLASMA ICD 10 - Bab II Infratentorial Spinal Saraf Tepi TRAUMA ICD 10 - Bab XIX Kranial Spinal Saraf Tepi DEGENERASI ICD 10 - Bab VI & XIII VASKULER ICD 10 - Bab IX Spinal Saraf Tepi Intrakranial Spinal FUNGSIONAL ICD 10 - Bab VI & XXI Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1. Tahap Pengayaan (tahap I): a. Lama pendidikan 5 semester yaitu semester 1 sampai semester 5, peserta didik diberi ilmu-ilmu dasar maupun bedah saraf dasar. Dalam tahap ini dapat dipergunakan untuk mengambil program magister. 1 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di akhir masa pendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I. Residen sudah harus mengenal kelainan bedah saraf, khususnya semua jenis neoplasma dan 10 jenis kasus penyakit terbanyak. 2. Tahap Magang (tahap II) : a. Lama pendidikan 6 semester, yaitu dari semester 6 s/d 11. Peserta didik mulai dilatih melakukan tindakan bedah saraf. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen II, yaitu di akhir masa pendidikan tahap II residen telah mencapai Kompetensi tingkat II. Residen sudah harus mampu menangani secara mandiri kasus-kasus kraniofaringioma, minimal 2 kasus. Kompetensi bedah saraf dasar : 1. Semua jenis penyakit yang diajarkan dalam masa pendidikan sampai mencapai tingkat mandiri (residen boleh mengerjakan operasi sendiri, dengan tetap dalam pengawasan konsulen) 2. Tehnik operasi yang diajarkan sebagai target akhir pendidikan adalah terbatas pada tindakan operasi konvensional yang termasuk dalam Indeks Kesulitan 1 dan 2; tehnik operasi sulit yang membutuhkan kemampuan motoris lebih tinggi dan/ataupun membutuhkan alat-alat operasi canggih, termasuk dalam Indeks Kesulitan 3 dan 4, diajarkan hanya maksimal sampai tingkat magang. Tindakan operasi dalam kelompok ini merupakan kelanjutan pendidikan yang masuk dalam CPD. JENIS PENYAKIT ICD 10 TAHAP TAHAP II TAHAP III I IK 1 IK 2 IK IK 3 4 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P NEOPLASMA Kranium Granuloma eosinofilik Plasmositoma Osteoma Fibrous dysplasia Hamartoma Tumor metastatik Neurofibrosarkoma /osteosarkoma Supratentorial Glioma Glioma simpel Glioma kompleks Ependimoma Pleksus papiloma Meningioma (simpel) Meningioma (kompleks) Pituitary adenoma /t. sella (simpel) Pituitary adenoma/t. sella (kompleks) Kraniofaringioma Pinealoma /t. korpus pineal Tumor metastatik (simpel) Tumor metastatik (kompleks) Angioma (simpel) Angioma (kompleks) D 76.0 C 90.2 D 16 3 5 M 85.0 Q 85.9 C 79.5 C41.0 C 71.9 M 93.92 C 71.9 C 70 D 26.7 D.35.3 C 75.3, D 35.4 C 79.5 C 79.5 D 18.0 D 18.0 2 2 3 3 3 3 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf ICD 10 JENIS PENYAKIT TAHAP TAHAP II TAHAP III I IK 1 IK 2 IK IK 3 4 Infratentorial Glioma Simpel Kompleks Acoustic neuroma Meningioma (simpel) Meningioma (kompleks) Medulloblastoma Kolesteatoma Ependimoma Pleksus papiloma Angioma (simpel) Angioma (kompleks) C 71.9 C 71.9 D 33.3 C 70 C 70 C 71.6 2 1 2 2 Glioma Meningioma Ependimoma Schwannoma Angioma 1 D.18.5 D 33.4 . . . D 32.1 D 33.4 D 36.1 D 18.5 Tumor Saraf Tepi Schwannoma D 36.1 KETERANGAN 2 1 C 71.9 D 18.5 2 2 H 71 M 9392, C 71.9 Tumor Spinal 2 . . . 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 Tingkat Pengayaan. Dalam periode ini, tingkat kognisi harus dapat mencapai 6 (K6) Tingkap Magang. Dalam periode ini, di samping K6, Psikomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3 (A3) Tingkat Mandiri. Semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5 S : Semester G : Magang M : Mandiri K : Kognitif : A : Afektif P : Psikomotor 3. TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan modul kraniofaringioma peserta didik diharapkan mampu mengenali kraniofaringioma, mampu mengobati kraniofaringioma yang diajarkan sampai level mandiri serta mampu mengatasi kegawatan akut kraniofaringioma. 4. TUJUAN KHUSUS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan mikrobiologi dari kraniofaringioma. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi, patologi dan mikrobiologi) dalam menegakkan diagnosis kraniofaringioma. Mengetahui pengobatan pada berbagai jenis kraniofaringioma. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi yang disebabkan oleh kraniofaringioma. Mampu menentukan lokasi kraniofaringioma. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosis kraniofaringioma. Mampu menegakkan diagnosis banding dari kraniofaringioma. 3 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan diagnosis kraniofaringioma. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa pada kraniofaringioma. Mampu melakukan tindakan operasi pada kraniofaringioma. Mampu melakukan tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatan akut kraniofaringioma. Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus kraniofaringioma. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan Mampu memberi informed consent 5. STRATEGI PEMBELAJARAN a Pengajaran dan Kuliah Pengantar b Tinjauan Pustaka Presentasi ilmu dasar: submodul penyakit Presentasi kasus: submodul penyakit b Diskusi Kelompok 1 1 kali kali tiap Kuliah tatap muka, 50 menit tiap jenis Telaah kepustakaan, 1 kali Presentasi kasus, 1 kali 2 x 50 menit diskusi kasus tiap submodul penyakit menyangkut diagnosis, operasi Diskusi kasus, 2 x 50 menit dan penyulit d Bed-side Teaching Bed-side teaching minimum 3 kali setiap Ronde diikuti bed-side teaching submodul penyakit e Bimbingan Operasi operasi magang 6. PERSIAPAN SESI memenuhi minimal 2 kasus kraniofaringioma sebagai prasyarat untuk instruksi/evaluasi operasi sampai dinyatakan lulus 1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis kraniofaringioma b. Neuroanatomi, dan neurofisiologisusunan saraf dan pembungkusnya. c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dan patologi anatomi dalam menegakkan kraniofaringioma d. Pengobatan berbagai jenis kraniofaringioma e. pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosis kraniofaringioma f. Diagnosis banding kraniofaringioma g. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan kraniofaringioma h. Pengobatan medikamentosa kraniofaringioma 4 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf i. Tindakan operasi kraniofaringioma j. Penyulit tindakan bedah pada kasus kraniofaringioma k. Kegawatdaruratan kraniofaringioma l. Tindak lanjut yang diperlukan m. Informed consent 2. Audio visual 3. Lampu baca x ray 7. REFERENSI a.Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 b.Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 c. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 d.Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994 8. KOMPETENSI Tingkat Kompetensi K P A JENIS KOMPETENSI a. b Mampu menerangkan kraniofaringioma insidens, patogenesis, dan sitogenesis TAHAP P E N G A Y A A N 6 Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan 6 pembungkusnya. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan c tambahan (neuroradiologi) dan patologi anatomi dalam menegakkan 6 kraniofaringioma d Mengetahui pengobatan berbagai jenis kraniofaringioma 6 f Mampu menentukan lokasi kraniofaringioma 6 h Mampu mengetahui diagnosis banding kraniofaringioma 6 e Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena kraniofaringioma 6 2 3 g 2 3 Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan 6 diagnosis kraniofaringioma i Mampu melakukan tindakan operasi kraniofaringioma j k l 6 Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam 6 menegakkan kraniofaringioma Mampu melakukan kraniofaringioma Mampu mengatasi kraniofaringioma pengobatan tindakan medikamentosa pertolongan terhadap pertama m Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus kraniofaringioma n Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan o Mampu memberi informed consent 9. GAMBARAN UMUM pada 6 6 6 6 6 2 2 2 5 5 5 5 5 5 M A G A N G 3 3 3 5 M A N D I R I 5 5 5 5 5 5 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf Kraniofaringioma merupakan tumor yang bertumbuh lambat yang terletak extraaksial. Tumor ini akan memberikan gejala bila sudah tumbuh cukup besar dan gejala – gejala tersebut timbul tergantung lokasi tumor dan penekanannya. Tumor ini umumnya terdapat pada anak-anak meskipun kadang terjadi juga pada usia dewasa. Secara umum, tanda dan gejala yang ditimbulkan dapat berupa tanda dan gejala oftalmologis, tanda endokrin dan tanda neurologis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang. Tatalaksana kraniofaringioma adalah dengan cara operasi, radiasi atau kemoterapi. 10. CONTOH KASUS Contoh kasus dibuat sesuai dengan jenis penyakit pada submodul. 11. TUJUAN PEMBELAJARAN Proses, materi dan metode pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan menatalaksana kelainan kraniofaringioma. 12. METODE Metode Pembelajaran 1. 2. 3. 4. Tinjauan Pustaka Diskusi Kelompok Bed side teaching Tindakan Operasi Mandiri a. Peserta didik harus terlebih dahulu melakukan asistensi operasi (magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudian melakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakan lulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri. b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu ada spesialis supervisor yang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh asisten terhadap pasien secara mandiri. c. Residen yang memiliki level tertinggi dalam suatu operasi harus membuat laporan operasi dengan berpedoman pada daftar tilik, selanjutnya konsulen/supervisor operasi ini akan memeriksa laporan operasi sesuai daftar tilik dan memberi nilai berdasarkan kelengkapan yang ditetapkan daam daftar tilik. Metode Diagnostik 1. Pemeriksaan klinis neurologik 2. Alat bantu diagnostik a. Pemeriksaan X ray, b. EMG / EEG c. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI, MRS, Angiografi 3. Metode diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak semata-mata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih. 6 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 13. RANGKUMAN Kraniofaringioma merupakan tumor yang bertumbuh lambat yang terletak extraaksial. Tumor ini akan memberikan gejala bila sudah tumbuh cukup besar dan gejala – gejala tersebut timbul tergantung lokasi tumor dan penekanannya. Tumor ini umumnya terdapat pada anak-anak meskipun kadang terjadi juga pada usia dewasa. Secara umum, tanda dan gejala yang ditimbulkan dapat berupa tanda dan gejala oftalmologis, tanda endokrin dan tanda neurologis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang. Tatalaksana kraniofaringioma adalah dengan cara operasi, radiasi atau kemoterapi. 14. EVALUASI Organisasi Evaluasi 1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf 2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf 3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada supratentorial setiap semester b. Kemampuan menegakkan diagnosis c. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap akan dilakukan tindakan / operasi. 4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalam program CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini, dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi sama ketentuan yang berlaku. Tahap Evaluasi 5. Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan. 6. Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul 7. Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul Metode dan Materi Evaluasi 1. 2. 3. 4. Ujian Tulis dan Lisan Kemampuan menegakkan diagnosis di poliklinik maupun ruang rawat Penilaian kemampuan melakukan tindakan Penilaian kemampuan penanganan penderita secara menyeluruh Hasil Penilaian IPDS 1. Penyelesaian modul harus dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan 2. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi akhir yang harus dicapai pada setiap sum modul (pengayaan, magang, mandiri) 3. Kegagalan dalam 1 aspek harus diulang dalam masa selama stase di Bagian/Departemen Badah Saraf. 7 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 15. INSTRUMEN PENILAIAN 1 Kemampuan informed consent Instruksi & Bimbingan 2 Penilaian Ilmiah a. Teori & Penyakit b. Instrument & Penyakit 3 Penilaian Kecakapan 4 Penilaian Rehabilitasi 16. PENUNTUN BELAJAR Diskusi dan Ujian Diskusi dan Ujian Poliklinik, Bedside teaching & Kamar Operasi Instruksi & Bimbingan 1. Kisi-kisi materi dan buku referensi 2. Kisi-kisi materi Neoplasma susunan saraf : a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis kraniofaringioma susunan saraf b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan kraniofaringioma susunan saraf pusat d. Pengobatan berbagai jenis kraniofaringioma susunan saraf e. Perubahan neurofisiologikarena kraniofaringioma susunan saraf f. Lokasi kraniofaringioma susunan saraf g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosis kraniofaringioma susunan saraf h. Diagnosis banding kraniofaringioma susunan saraf i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan kraniofaringioma susunan saraf j. Pengobatan medikamentosa kraniofaringioma susunan saraf k. Tindakan operasi kraniofaringioma susunan saraf l. Penyulit tindakan bedah pada kasus kraniofaringioma susunan saraf m. Tindak lanjut yang diperlukan n. Informed consent 17. DAFTAR TILIK RINCIAN DAFTAR TILIK ADA TA TL L Menentukan indikasi bedah saraf 1 2 Uraian atau keluhan tentang gejala utama Cara datang (sendiri/rujukan) Kelengkapan riwayat penyakit 1 2 Alasan pertama kali (bila pernah berobat) dan sekarang membawa ke dokter Edit Pengobatan dan tindakan yang pernah diberikan(tempat, waktu, oleh, siapa), serta hasilnya Deskripsi keadaan kulit 8 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 1 2 Bekas luka operasi (bila pernah operasi) dan lokalisasi Daerah yang akan dioperasi Deskripsi kelainan saraf yang dijumpai Pemeriksaan penunjang 1 2 X-Ray, CT scan, MRI Laboratorium darah Hasil konsultasi persiapan operasi Catatan status gizi Obat-obatan yang masih diberikan Inform consent 1 Kelainan yang dijumpai 3 Peraturan rumah sakit untuk pasien maupun keluarga / penunggu 2 4 Apa yang dilakukan, lama perawatan, biaya yang dibutuhkan Prognose penyakit dan apa yang perlu dilakukan setelah pulang Surat pengantar rawat inap 1 Lampiran daftar tilik 3 Nama konsulen dan asisten 2 Instruksi untuk perawat Admission 1 2 Kelengkapan administrasi Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik * Status poliklinik * Hasil pemeriksaan neuroradiologi * Hasil pemeriksaan laboratorium * Hasil konsultasi persiapan operasi Buat status Rekam medis Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik 1 Riwayat penyakit 3 Hasil pemeriksaan klinis neurologis 2 4 Deskripsi keadaan kulit Status gizi Buat rencana perawatan 1 Instruksi perawatan dan pengobatan 1 Assesment rencana tindakan, operator dan asisten 3 Konsul toleransi operasi Persiapan Operasi 2 Persiapan alat 9 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 4 Buat daftar operasi 1 Konsul anestesi 3 Persiapan menjelang operasi Pra bedah 2 Asisten lapor pada operator * Pasang infuse * Cukur gundul * Cuci daerah yang akan dioperasi dengan sabun * Puasa * Klisma menjelang ke kamar operasi * Cek kelengkapan status * Cek dokumen pendukung * Sediakan alat Kamar operasi 1 2 Dokumen yang disertakan bersama pasien Keadaan pasien * Terpasang infuse * Cukur gundul 3 Persiapan pasien 5 Dipasang kateter 4 6 7 Dilakukan narkose umum Posisi pasien diatur sesuai standard Persiapan daerah operasi * Cuci ulang dengan sabun * Dibuat marking * Dilakukan tindakan a dan antiseptik 8 9 * Dilakukan penyuntikan anestesi lokal Dipasang plat diatermi Persiapan alat Tindakan operasi 1 Memasang Head Frame Dan Navigasi Intra Operatif 3 Kraniotomi dan drilling tulang 2 4 5 6 7 Insisi kulit kepala Gantung duramater Membuka Duramater Identifikasi tumor Removal Tumor secara makroskopis dan mikroskopis 10 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 8 Ambil spesimen tumor untuk pemeriksaan histopatologis 10 Tutup Dura, duraraph, duraplasy 9 11 12 13 14 12 13 14 15 Hemostasis Pasang drain bila perlu Fiksasi tulang Jahit otot, Fasia dan kulit Dressing luka Jumlah perdarahan tercatat Jumlah urin tercatat Jumlah kassa yang dipakai tercatat Jumlah dan jenis instrumen sesuai prosedur Pasca Bedah 1 Dokumentasi * Status dan hasil pemeriksaan penunjang dari OK diterima lengkap * Laporan operasi 2 * Laporan Anestesi Catatan perawatan * Pemantauan luka operasi * Pemantauan efek samping * Pemantauan KU rutin * Catatan pengobatan Pemulangan 1 Catatan keadaan pasien 3 Jadwal kontrol dan konsultasi 2 4 5 Inform concernt pada yang merawat Kelengkapan status dan diagnosis Catatan administrasi & keuangan 18. MATERI BAKU Definisi Tumor Epithelial jinak yang tumbuh dari tangkai atau glandula hipofisis, memiliki struktur solid, kistik ataupun campuran keduanya yang mengisi area sella dan suprasella. Embriologi 11 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf Pada akhir minggu ketiga perkembangan fetus, sel – sel ektodermal stoma mengalami invaginasi ke arah diensefalon dan membentuk celah stomatodium. Seiring dengan masa perkembangan fetus, pertumbuhan tulang sphenoid akan menutup batas ventral diensefalon, sehingga terjadi puntiran pada celah stomadium tersebut yang menyebabkan terbentuknya sebuah kantung yang disebut sebagai kantung Rathke. Klasifikasi Berdasarkan jenisnya kraniofaringioma dapat dibedakan menjadi 2 jenis : 1. Kraniofaringioma pada anak. Secara patologi ditemukan struktur sel kolumnar dan diduga merupakan kelainan embriologis yang berasal dari sisa kantung Rathke 2. Kraniofaringioma pada dewasa Pada pemeriksaan patologi ditemukan adanya sel – sel squamosa bertingkat. Diduga kraniofaringioma ini merupakan akibat metaplasia dari sel epitel squamosa yang berada di infundibulum atau hipofisis anterior Gejala Klinis Kraniofaringioma merupakan tumor yang bertumbuh lambat yang terletak extraaksial. Tumor ini akan memberikan gejala bila sudah tumbuh cukup besar dan gejala – gejala tersebut timbul tergantung lokasi tumor dan penekanannya. Banyak sekali presentasi klinis yang dapat timbul akibat tumor ini, namun secara umum gejala dan tanda klinis kraniofaringioma dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu : tanda oftalmologi, tanda endokrin, dan tanda neurologis. Gejala dan Tanda Oftalmologi 1. Gangguan visus : diakibatkan baik oleh kompresi saraf optikus secara langsung oleh tumor ataupun kompresi khronis akibat peningkatan tekanan intracranial. Pada pemeriksaan funduskopi akan ditemukan adanya papiledema unilateral atau bilateral, atrofi papil 2. Gangguan lapangan pandang biasanya bersifat asimeris dan tergantung pada lokasi kompresi komponen optikus oleh tumor. Pada lesi pre-kiasmatik dan infrakiasmatik , gangguan lapangan pandang cenderung akan memberikan gambaran hemianopia bitemporal 3. Jarang terjadi : gangguan gerak bola mata Gejala dan Tanda Endokrin 1. Keterlambatan dalam proses tumbuh kembang 2. Obesitas 3. Poliuria dan polidipsia 4. Gangguan fungsi hormon seksual : ammenorhea, kehilangan libido, impotensi Gejala dan Tanda Neurologis 1. Gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial : dapat merupakan komplikasi hidrosefalus akibat obstruksi dari forame Monroe atau dapat juga akibat penambahan volume tumor itu sendiri. 2. Nyeri Kepala terlokalisir Nyeri kepala terlokalisir pada area sella merupakan akibat dari peregangan duramater didaerah sella oleh massa tumor 12 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 3. Gangguan memori dan intelektual merupakan akibat penekanan korpus mamilare 4. Gangguan tidur dan termoregulasi merupakan akibat penekanan pada hipothalamus 5. Kejang epilepsi dan hemiparesis Tatalaksana Kraniofaringioma dapat ditatalaksana dengan cara operatif, radiasi dan kemoterapi. 19. ALGORITME 20. KEPUSTAKAAN a.Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 b.Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 c. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 d.Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994 13 Bedah Saraf : Neoplasma Susunan Saraf 21. PRESENTASI Materi presentasi menggunakan materi dalam bentuk Power Point sesuai dengan materi modul kraniofaringioma. 22. MODEL Model pembelajaran dapat menggunakan diseksi kadaver. 14