Doa Seksual1 “Apa kaitan seksualitasku dengan persahabatanku dengan Tuhan? Setahu saya, seksualitas rasanya menghambat persahabatan itu.” Beberapa tahun lalu, reaksi saya seperti itu. Tapi pada saat yang sama, saya juga tertarik dengan hal ini dan berharap menemukan sesuatu yang membantu untuk mengolah dorongan-dorongan seksualku. Saya berharap Anda juga berminat pada tema ini dan tulisan ini dapat membantu Anda mengatasi keraguan yang mungkin muncul untuk membawa seksualitas Anda dalam persahabatan dengan Tuhan. Renungkanlah sebentar bagaimana Anda mengolah seksualitas Anda selama ini. Anda melihat seksualitas ini sebagai anugerah atau masalah? Apa yang telah Anda alami tentang seksualitas dalam relasi Anda dengan Tuhan? Pernahkah Anda secara jujur dan terbuka membicarakan dengan Tuhan tentang identitas seksual Anda, nafsu dan fantasi seksual, atau ketertarikan seksual Anda? Ketaknyamanan dengan Seksualitas Saya menduga banyak orang, seperti juga diriku, merasa kurang nyaman/ risi dengan seksualitas. Walaupun di dunia barat telah terjadi revolusi seksual, banyak di antara kita (merasa) tak nyaman dengan seksualitas, apalagi jika hal itu dikaitkan dengan relasi kita dengan Tuhan. Ketaknyamanan ini muncul dari pelbagai sumber. Berapa banyak dari orang tua kita yang menerima dengan baik pertanyaan-pertanyaan kita tentang bedanya anak laki-laki dan perempuan? Berapa banyak dari orang tua kita yang dengan nyaman menjelaskan bagaimana membuat bayi? Walaupun secara alami kita sebagai anak punya rasa ingin tahu yang sangat besar, kita segera tahu bahwa seksualitas adalah hal yang sulit, bahkan berbahaya. Guru-guru agama juga kerap merasa tak nyaman dengan seksualitas. Selain itu, pengajaran agama kerap memandang seksualitas sebagai daerah berbahaya yang dipenuhi banyak ranjau. Ketika saya remaja, tak seorangpun dari otoritas gereja dan sekolah, bahkan secara tersirat berbicara bahwa Tuhan senang menciptakan kita sebagai mahluk seksual. Pengajaran agama tentang seksualitas isinya tentang larangan-larangan untuk dilakukan sebelum menikah. Nampaknya seksualitas lebih dipandang sebagai jalan ke neraka, karena semua aktivitas seksual sebelum nikah dianggap sebagai dosa besar. Akibatnya pemahaman kita tentang seksualitas sangat minim. Generasi tua tumbuh dalam ketaknyamanan terhadap seksualitas. Sejak revolusi seks pada 1960-an, kaum muda punya pengalaman berbeda tentang seksualitas. Perjumpaan saya dengan mereka juga menunjukkan bahwa mereka juga merasa tak nyaman dengan seksualitas, tetapi sumber dan sifatnya berbeda. Kelihatannya orang muda lebih tahu tentang seksualitas, ’tahu’ di sini saya maksudkan sebagai pengetahuan eksperensial. Statistik menunjukkan kaum muda sekarang berusia jauh lebih muda ketika mulai melakukan eksplorasi seksual dibanding 1 Saduran dari Wiliam A. Barry, SJ, Telling God about Your Sexuality dalam buku Praying the Truth: Deepening Your Friendship with God through Honest Prayer, Loyola Press, Illinois, 2012, 65-73. William Barry adalah seorang pembimbing rohani yang berpengalaman, pembimbing tertiat para Jesuit dan mantan provincial. Artikel tentang doa dan seksualitas ini ditulisnya saat beliau berusia 80 tahun. Pesan seorang tua yang sarat pengalaman dan kebijaksanaan layak kita perhatikan dengan tetap menyadari konteks penulisan buku ini adalah budaya Amerika. 1 dengan generasi saya. Akibatnya mungkin mereka lebih terbuka untuk membicarakan seksualitas. Novel, film, TV dan media lain menimbulkan kesan bahwa ekspresi seksual adalah sesuatu yang alami dan otomatis ketika dua orang saling tertarik. Walau demikian kaum muda kerap terluka dan bingung dengan pengalaman seksual mereka. Saya bertanya apakah budaya kita telah menemukan maksud Allah dengan anugerah seksualitas ini. Saya memandang doa sebagai cara mengungkapkan kebenaran kepada Tuhan sebagai sahabat dan mengharapkan hal yang sama dari-Nya. Mungkin Anda bertanya,”Tidakkah kita bicara kebenaran ketika kita mengaku dosa seksual kita dalam sakramen tobat?” Ya, benar tetapi itu bukan yang saya maksudkan sebagai bicara kebenaran. Saya yakin, sedikit dari kita, berusaha mengungkapkan kebenaran kepada Tuhan tentang orientasi seksual, nafsu dan fantasi seksual kepada Tuhan dan mendengarkan tanggapan-Nya. Dengan melakukannya, saya percaya, kita dapat tertolong bukan hanya bagi persahabatan kita dengan-Nya, tetapi juga untuk menjadi nyaman dengan seksualitas dan menjadi lebih selaras dengan kerinduan Tuhan bagi kita. Kidung Agung Mazmur tidak bicara soal seksualitas. Tetapi, Kidung Agung menunjukkan bahwa bagi penulis kitab suci seksualitas bukan hal tabu. Bacalah kitab tersebut. Kitab ini akan membantu Anda untuk sadar bahwa Allah tidak memusuhi seksualitas. Kitab ini berisi kumpulan puisi cinta antara laki-laki dan perempuan yang cukup sensual dan erotik. Bahasa yang digunakan mungkin bisa membuat kita tersenyum atau bahkan terangsang secara seksual. Sebagai Novis Yesuit pada tahun 1950, kami dilarang membaca Kidung Agung ini. Anda pasti paham kenapa kami sebagai remaja dilarang membaca Kidung Agung oleh magister kami! Mungkin Anda mulai heran mengapa buku macam ini bisa masuk dalam Kitab Suci. Sebuah pertanyaan yang selama berabad-abad juga mengganggu orang Yahudi dan Kristen. Konsensus dari tradisi menyatakan bahwa puisi-puisi cinta ini menggambarkan relasi perjanjian Allah dengan umat Israel. Sementara banyak ahli mengungkapkan bahwa buku ini bicara tentang cinta badani dan manusiawi antara seorang pria dan wanita, Marvin Pope menegaskan: Tetapi, pemahaman dan insting dari ekseget Yahudi dan Kristen yang menghubungkan Kidung Agung pada cinta Illahi dan adi manusiawi didasarkan pada bukti internal yang banyak diabaikan oleh para penafsir jaman ini ... Seksualitas adalah sebuah minat dasariah manusia dan penegasan bahwa ”Allah adalah Kasih” memuat seluruh makna kedua kata tersebut.2 Pernyataan Pope tegas, yakni frasa Allah adalah Kasih dalam Surat Yohanes yang Pertama memuat seluruh makna kata-kata Allah dan kasih. Ini berarti termasuk makna seksual dari kata kasih itu juga. Mari kita bicarakan lebih dalam. 2 Marvin H. Pope, Song of Songs: A New Translation with Introduction and Commentary in The Anchor Bible (vol. 7C) (Garden City, NY: Doubleday, 1977), 17. 2 Kasih Allah yang Membara Dalam Kitab Suci, di luar Kidung Agung, kita jumpai pernyataan tegas tentang Kasih Allah yang membara dan melimpah untuk dunia, dan terutama untuk umat manusia, dengan ungkapan yang memakai bahasa kasih manusiawi. Kepada umat Allah yang berdosa dan berontak, Allah bersabda,”Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal” (Yer 31:3); dan,”Aku ini akan membujuk dia, dan membawa dia ke padang gurun, dan berbicara menenangkan hatinya ... Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku” (Hos 2:13, 15). Ketika umat berkata bahwa Allah telah melupakan mereka, Allah bersabda,” Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” (Yes 49:15-16). Kasih dan kesetiaan Allah diungkapkan dengan bahasa cinta manusiawi yang membara. Jika kita memang diciptakan secitra dengan-Nya, tentunya seksualitas kita juga sesuatu yang bernilai luhur bagi Tuhan. Saya harap kita dapat menemukan makna luhur ini dengan secara jujur membuka diri kepadaNya tentang seksualitas kita. Mari Mulai Bagaimana kita mulai bicara dengan Tuhan tentang nafsu, fantasi dan ketertarikan seksualku? Pertama, sadari bahwa Dia bersama Anda, memandang dan menanti Anda. Mungkin Anda mulai dengan berkata kepada-Nya bahwa Anda ingin menjadi lebih nyaman bicara soal seksualitas kepada-Nya dan mohon bantuan-Nya. Jika Anda merasa risi, tak nyaman, katakan kepada-Nya dan tunggulah apa yang akan terjadi. Apakah Anda merasa menjadi sedikit lebih tenang? Apakah Tuhan nampak tertarik untuk mengenal Anda lebih jauh? Ingatlah bahwa Tuhan menciptakan Anda sebagai mahluk seksual. Mungkin Tuhan menginginkanku berbagi tentang aspek ini dan menolongku untuk hidup lebih penuh dan bahagia. Yang bisa menolong Anda mungkin dengan mengingat bahwa Yesus dan Ibu-Nya Maria juga mahluk seksual yang dalam pertumbuhannya juga harus berhadapan dengan seksualitasnya. Mungkin engkau bisa lebih mudah berbicara tentang seksualitasmu dengan Yesus atau Maria. Sekarang ingatlah seseorang yang menarik hati Anda. Coba ungkapkan kepadaNya apa yang membuatmu tertarik. Bisa mulai dengan menceritakan dan menggambarkan orang itu, misalnya, mengungkapkan dengan detail hal-hal yang menarik hati Anda. Lalu ungkapkan bagian dan sifat-sifat tubuhnya yang menarik hati Anda. Ungkapkan saja apapun yang bisa Anda sampaikan dengan nyaman. Apakah Anda merasakan bahwa Dia mendengarkan dan tertarik akan cerita Anda? Jika Anda ingin tahu tanggapan-Nya, minta dan tunggulah. Saya ingatkan, Anda mungkin tak mendengar katakata, tetapi mungkin Anda merasakan sesuatu. Perhatikanlah apa yang terjadi, dan teruslah berkomunikasi. Jika Anda telah menikah, Anda bisa bicara dengan Tuhan tentang pasangan Anda dan ketertarikan seksual Anda dan kebersamaan Anda dengannya. Mungkin ini nampak 3 aneh, tetapi ingatlah bahwa persatuan seksual Anda adalah bagian sakramental pernikahan Anda. Coba dan lihatlah apa yang terjadi. Jika Anda lajang dan tertarik secara seksual pada seseorang, coba ungkapkan ketertarikan Anda itu kepada-Nya, tentang bagaimana rasanya berada di dekatnya, tentang mimpi Anda akan dia, dan sementara Anda merasa semakin nyaman dengan kehadiran Allah, bicarakanlah ketertarikan seksual Anda kepada-Nya. Usahakan untuk sekonkret mungkin. Yang dapat menolong Anda kiranya dengan mengingat bahwa Tuhan menciptakan Anda sebagai pribadi seksual yang punya daya tarik dan nafsu seksual Jika Anda selibat, Anda tahu bahwa Anda juga punya ketertarikan seksual. Coba ungkapkan hal itu kepada-Nya dengan sekonkret mungkin. Anda juga diciptakan dan dikaruniai daya tarik dan nafsu seksual. Anda juga bisa bicara kepada-Nya tentang perasaan Anda terhadap tubuh Anda dan seksualitas Anda. Apakah Anda menyukai tubuh dan wajah Anda? Adakah sesuatu dari tubuh dan wajah Anda yang menyulitkan Anda? Takutkah Anda kalau orang lain tertarik kepada Anda? Mulailah bicara tentang tubuh dan seksualitas Anda kepada-Nya dan lihat apa yang terjadi. Semakin Anda merasa nyaman, Anda akan semakin mampu lebih membuka diri. Pernahkah Anda berbicara dengan Tuhan tentang orientasi seksual Anda3? Mengapa tak mencobanya. Bicarakan dengan-Nya tentang ketertarikan seksual Anda. Jangan biarkan rasa malu menghambat Anda. Kita tidak memilih struktur genetik kita, orang tua, budaya tempat kita dilahirkan dan tumbuh, atau cara kita dibesarkan. Sementara Anda membuka diri kepada-Nya, bagaimana perasaan Anda? Apakah Anda merasakan bagaimana Tuhan bereaksi? Sepanjang sejarah dan bahkan sekarang, beberapa orang, mungkin lebih banyak daripada yang kita tahu, mengalami pengalaman erotis dan terangsang secara seksual ketika berdoa. Belum lama ini seorang wanita menyampaikan bahwa ia terganggu dengan perasaan seksual dan erotis ketika dia merasa dekat dengan Tuhan. Saya memintanya untuk berusaha menceritakan perasaannya itu kepada Tuhan dan mohon tanggapan-Nya. Ketika dia mencobanya, dia merasa lebih lega tentang perasaan seksualnya, menyadari bahwa hal itu adalah bagian integral dari kerinduannya akan Allah. Maka, jika Anda juga merasakan seperti itu, mengapa tidak mencoba membicarakannya dengan Tuhan dan melihat bagaimana tanggapan-Nya. Ingatlah bahwa Kidung Agung masuk dalam Kitab Suci karena umat Allah merasakan bahwa kitab itu mengungkapkan sesuatu tentang relasi Tuhan dengan umatNya. Hal-hal yang Lebih Sulit Mari kita sekarang mendalami hal yang lebih sulit dengan mengambil kasus dari Kitab Suci. Daud, raja Israel, tinggal di rumah sementara pasukannya berperang. Dari atas sotoh istananya, pada suatu sore ia melihat seorang perempuan cantik sedang mandi. Daud mencari tahu siapa perempuan itu. Dia adalah Batsyeba, istri Uriah orang Het. Daud sangat tertarik pada Batsyeba. Kisah ini mungkin mengingatkan Anda pada waktu Anda tertarik secara seksual pada seseorang dan tahu bahwa hal tersebut melanggar batas moral. 3 Kecenderungan untuk lebih tertarik pada sesama jenis(homoseksual) atau lain jenis(heteroseksual). 4 Daud mewujudkan nafsunya dengan membawa Batsyeba ke istananya dan bersetubuh dengannya sementara Uria pergi dengan pasukan Daud. Ketika Batsyeba hamil, Daud membawa Uria balik ke Yerusalem dan mengusahakan supaya Uria tidur dengan istrinya. Harapannya agar Uria yakin bahwa anak yang dikandung Batsyeba adalah anaknya – tetapi usaha ini gagal. Akhirnya, Daud mengirim Uria ke medan tempur disertai surat kepada komandannya agar Uria ditempatkan di pertempuran yang paling berbahaya supaya dia terbunuh. Kita gunakan contoh ini untuk mengolah pembicaraan dengan Tuhan tentang nafsu seksual yang dapat membawa kita pada tindakan yang berdosa. Seandainya Daud bercerita kepada Tuhan tentang ketertarikan seksualnya pada Batsyeba, saya kira jika ia melakukannya, ia akan menjadi sadar akan kekeliruannya. Mari kita dalami kemungkinan berbicara kepada Tuhan tentang ketertarikan seksual yang bisa mengarah kepada dosa. Saya tahu orang yang mulai bercerita kepada Tuhan tentang nafsu seksual yang mengarah kepada masturbasi. Mereka mengungkapkan kepada Tuhan dengan cermat apa yang terjadi dalam fantasi dan tubuhnya. Ketika mereka mulai bercerita, dorongan seks ini kehilangan sebagian kekuatannya. Mereka bisa tidur setelah munculnya fantasi seks itu. Sementara sebelumnya mereka yakin tak mungkin tidur tanpa masturbasi dulu. Keterbukaan kepada Tuhan tentang fantasi dan nafsu seksual merupakan salah satu aspek dari tumbuhnya persahabatan dengan-Nya. Hal ini juga berlaku ketika seperti Daud kita tertarik secara seksual kepada seseorang yang semestinya tidak begitu. Kita bisa bercerita kepada-Nya tentang ketertarikan ini. Ini tidak berarti kita mengungkapkan ketidaksukaan kita akan ketertarikan macam ini, tetapi kita mengungkapkan ketertarikan itu sendiri. Misalnya, Daud bisa mengungkapkan kepada Tuhan betapa cantiknya Batsyeba dan betapa terangsangnya dia. Ketika Anda mengalami ketertarikan seksual macam itu, saya menyarankan agar Anda mengungkapkannya dengan konkret kepada-Nya tentang apa yang terjadi di hati, pikiran dan tubuh Anda. Jangan biarkan rasa malu menghalangi Anda untuk sungguh jujur dan spesifik. Apakah Anda menemukan latihan ini, yaitu mengungkapkan diri dengan jujur dan konkret kepada Tuhan tentang pergulatan seksual Anda, menolong dan membebaskan? Saya harap begitu. Jika Anda merasa lebih bebas dan nyaman, Anda bisa mengungkapkan diri Anda lebih jauh. Jika Anda menjadi makin tegang dan cemas, juga perlu Anda sampaikan kepada-Nya tentang perasaan negatif ini. Tetapi, dalam hal ini saya menyarankan agar Anda mencari orang yang Anda percayai untuk mengungkapkan reaksi Anda terhadap tulisan ini. Kadang kita butuh bantuan orang lain untuk mampu dengan jujur mengungkapkan soal seksualitas atau perkara lain yang sensitif dan sangat pribadi. 5