BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN A. Prinsip Kerja AM (Amplitude Frequency) 1. Mengukur sinyal pembawa (carrier) dan sinyal modulasi menggunakan osiloskop dan menganalisis karakteristik sinyal yang di peroleh. B. Kedalaman Modulasi 1. Mengukur sinyal AM pada kedalaman modulasi (m) yang berbeda, 2. Menentukan efek dari nilai yang berbeda pada m (>1, <1), dan 3. Menyiapkan osilogram dari modulasi trapesium di berbagai kedalaman modulasi. C. Demodulasi 1. Mempelajari bagaimana sebuah sinyal modulasi direkonstruksi dari sinyal modulasi amplitudo (AM), 2. Mempelajari rangkaian demodulator sederhana. D. Spektrum Frekuensi AM dan DSB 1. Membandingkan spektrum sinyal AM dengan sinyal DSB. E. SSB Berdasarkan AM 1. Memeriksa sinyal (Single-side Band Modulasi) SSB yang dihasilkan dari sinyal AM. F. SSB Berdasarkan DSB 1. Memerikasa sinyal SSB yang dihasilkan dari sinyal DSB. G. Demodulasi SSB 1. Membahas bagaimana sebuah SSB didemodulasi dengan demodulator seimbang. 1.2 ALAT DAN BAHAN No. 1 2 3 4 5 6 7 Tabel 1.1 Alat dan bahan Alat dan bahan Software L@BSoft Card percobaan Kabel penghubung Konektor Unitrain interface Unitrain experiment Unitrain power supply Jumlah 1 1 Secukupnya Secukupnya 1 1 2 BAB II DASAR TEORI 2.1 DASAR TEORI Selama modulasi amplitudo, amplitudo frekuensi tinggi sinyal pembawa (carrier) dimodulasi oleh sinyal frekuensi rendah yang bertindak sebagai kurva amplop untuk sinyal pembawa (carrier), seperti yamg digambarkan di bawah ini. Gambar 2.1 Sinyal AM Modulasi amplitude menggunakan dua frekuensi diskrit untuk menghasilkan spektrum frekuensi dengan frekuensi sisi atas dan bawah masing-masing terletak di atas dan di bawah frekuensi pembawa pada interval yang sesuai dengan frekuensi modulasi. Modulasi seluruh rentang frekuensi, bukan frekuensi tunggal menimbulkan sideband seperti yang digambarkan di bawah ini. Gambar 2.2 Sideband sinyal AM Modulasi amplitudo digunakan untuk gelombang medium, panjang gelombang dan transmisi gelombang pendek. Secara matematis, modulasi amplitudo adlah operasi perkalian yang melibatkan gelombang frekuensi pembawa (carrier) Ω dengan sinyal modulasi frekuensi ω. UAM (t) = (UT + UM cos ω t) cos Ω t Transformasi persamaan ini dengan bantuan hasil trigonometri dalam rumus berikut, mengasumsi bahwa sinyal modulasi dan pembawa (carrier) memiliki amplitudo identik: UAM (t) = UT cos Ω t + 0.5UM cos (Ω - ω) t +0,5Um cos (Ω + ω) t Pengujian lebih dekat disini mengungkap bahwa dua frekuensi sebelum modulasi, digunakan untuk menghasilkan spektrum frekuensi yang terdiri dari frekuensi pembawa (carrier) dan dua sideband. Ilustrasi dibawah ini adalah varian sederhana dari sebuah rangkaian modulator AM yang terdiri dari osilator dan transistor. Seperti dijelaskan sebelumnya, modulasi dapat dianggap sebagai pekalian dari dua sinyal frekuensi yang berbeda. Proses perkalian juga mencakup non-linearitas dari p-n junction, yaitu transistor dalam kasus ini. Sinyal pembawa dan sinyal yang diinginkan yang pertama ditambahkan sebelum diterapkan bersama-sama untuk input basis transistor tersebut. Karakteristik non linear mendistorsi sinyal untuk menghasilkan komponen sinyal frekuensi lebih lanjut. Osilator di bagian atas circuit memastikan bahwa hanya produk modulasi yang diinginkan dipasok oleh output. Gambar 2.3 Rangkaian modulator AM Salah satu parameter karakteristik paling penting dari amplitudo modulasi adalah kedalaman modulasi “m”, yang ditentukan sebagai nilai mutlak atau dalam %. Kedalaman modulasi adalah perbandingan antara amplitudo dari sinyal transmisi dan sinyal pembawa (carrier). Karena selama standar amplitudo modulasi, amplitudo sinyal pembawa (carrier) adalah lebih tinggi dari sinyal yang diinginkan, kedalaman modulasi lebih kecil dari “1” atau 100%. Gambar 2.3 Kedalaman modulasi Seperti digambarkan di atas, kedalaman modulasi juga dapat ditentukan dari rasio minimum sinyal AM dan amplitudo maksimum. Hal ini memungkinkan kedalaman modulasi untuk dihitung dengan bantuan dari modulasi trapesium. Selama standar modulasi amplitudo digunakan, misalnya, dengan gelombang, pemancar glombang menengah dan pendek gelombang, amplitudo sinyal pembawa adalah lebih tinggi dari sinyal yang diinginkan, seperti dijelaskan sebelumnya. Selain itu, hanya sekitar 50% dari sinyal yang diinginkan hadi dengan dua sideband (lihat deskripsi metemetis). Akibatnya, pembawa pasokan komponen utama dari daya transmisi. Komponen daya efektif sinyal transmsi dapat ditingkatkan atas dasar bahwa sinyal pembawa tidak diperlukan untuk menyampaikan informasi yang sederhana. Circuit yang sesuai (filter misalnya) dapat digunakan untuk menekan sinyal pembawa, hanya menyisakan sideband atas dan bawah. Gambar 2.4 Sinyal carrier yang ditekan Disebut modulasi sideband ganda, ini merupakan bentuk dari amplitudo modulasi yang digunakan, misalnya, untuk mengirimkan informasi stereo di kisaran VHF. Dengan menekan sinyal pembawa, adalah mungkin untuk mengirimkan sinyal yang diinginkan pada efesiensi yang lebih tinggi tanpa distorsi yang disebabkan oleh kedalaman modulasi yang banyak sekali. Dari segi matematika murni, kedalaman modulasi ini kemudian tak terbatas. Karena sejauh ini, informasi yang akan ditransmisikan hadir sebanyak dua kali, yaitu sekali setiap di sideband atas dan bawah, jenis ketiga modulasi amplitudo disebut single-sideband modulation (SSB) dapat dibayangkan. Dalam hal ini, hanya satu dari dua sideband ditransmisikan, mengoptimalkan pemanfaatan ini dari band frekuensi yang tersedia. SSB digunakan dalam aplikasi penyiaran gelombang pendek, dimana bandwidth harus dijaga untuk meminimalkan biaya. Untuk alas an yang sama, SSB juga digunakan dalam teknologi frekuensi carrier untuk multi-channel telepon. Ada dua dasar teknik SSB. Pertama, SSB yang dapat diturunkan dari AM, dalam hal ini sinyal pembawa yang tidak bisa disaring sepenuhnya menyebabkan superimposisi pada sinyal output. Kedua, SSBdapat diturunkan langsung dari DSB, yang mekanisme untuk menekan hasil sinyal pembawa menghasilkan sinyal output yang berisi hanya satu sideband. Gambar 2.5 Modulasi pada SSB Dasar teori tambahan Modulasi amplitudo mempunyai pengertian yaitu metode modulasi di mana amplitudo gelombang carrier (pembawa) dibuat bervariasi menurut harga sesaat dari sinyal pemodulasi. Dengan kata lain, bila gelombang pembawa dimodulasikan ke amplitudo, maka amplitudo bentuk gelombang tegangan pembawa dibuat berubah sesuai dengan tegangan yang memodulasi. Jenis modulasi ini kemudian disebut sebagai modulasi amplitudo (AM). Dalam sistem modulasi amplitudo sinyal suara ditumpangkan pada frekuensi pembawa yang berupa gelombang radio, sehingga pada sistem ini amplitudonya yang berubah-ubah. Kelemahan sistem modulasi amplitudo adalah mudah terganggu oleh derau cuaca, akan tetapi modulasi amplitudo ini dapat menjangkau jarak jauh dan dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Bentuk gelombang termodulasi AM dapat dilihat pada gambar . Keluaran osilator ini kemudian masuk ke bagian frequency multipier (pengali frekuensi) untuk menambahkan atau mengurangi besarnya frekuensi yang terdapat pada bagian frequency multipier ini. Dan selanjutnya diberikan ke bagian power amplifier untuk dipancarkan. (http://shatomedia.com/2008/12/modulasi-amplitudo-am/) Pada modulasi amplitudo, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubahubah amplitudo sinyal pembawa. Besarnya amplitudo sinyal pembawa akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi. Seperti telah dijelaskan di atas, pada modulasi amplitudo maka besarnya amplitudo sinyal pembawa akan diubah-ubah oleh sinyal pemodulasi sehingga besarnya sebanding dengan amplitudo sinyal pemodulasi tersebut. Frekuensi sinyal pembawa biasanya jauh lebih tinggi daripada frekuensi sinyal pemodulasi. Frekuensi sinyal pemodulasi biasanya merupakan sinyal pada rentang frekuensi audio (AF, Audio Frequency) yaitu antara 20 Hz sampai denan 20 kHz. Sedangkan frekuensi sinyal pembawa biasanya berupa sinyal radio (RF, Radio Frequency) pada rentang frekuensi tengah (MF, Mid-Frequency) yaitu antara 300 kHz sampai dengan 3 Mhz. Untuk mempermudah pembahasan, hanya akan didiskusikan modulasi dengan sinyal sinus. (www.scribd.com/doc/55037655/kuliah-3-modulasi-amplitudo) BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Prinsip Kerja AM (Amplitudo Modulation) 1. Percobaan diatur seperti yang di modul 2. Pada osilator colpitts diatur sinyal carrier untuk F = 455 KHZ dan uoscil = 100 mVpp. Pada osiloskop chanel A, diukur sinyal pada output osilator 1:1 3. dibuka osilator dengan mengkik symbol osilator di bagian kanan atas pada toolbar. Untuk kembali ke halaman saja, diklik pada symbol buku. Osiloskop diatur seperti tabel di bawah ini. Instrument : Oscilloscope Timebase : 1 µs / DIV Chanel A: 500 mV/ DIV Chanel B : Off Trigger : Chanel A 4. dimulai pengukuran dengan osiloskop melalui tombol start dan continuous measurement . 5. sinyal ini memiliki suatu periode sekitar 2,2 mikrodetik. Digunakan potensiometer carier null , diatur sinyal sehingga memperlihatkan tidak ada distorsi (dekat batas kanan). 6. pada saluran osiloskop A, sinyal diukur pada modulasi AM di titik pengukuran Am out (A+ dihubungkan pada interface pada Am out pada modulator) dan di copy hasil ke tempat yang disediakan. 7. sinyal pembawa dihapus dari titik pengkuran osilator “oscill” sebagai gantinya dimasukkan sinyal sinusoidal ke input frekuensi rendah dengan menggunakan generator fungsi. 8. dibuka fungsi generator melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan dilakukan pengaturan yang ditunjukkan pada tabel yang berdekatan. Dihidupkan alat pada saklar power nya. Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 20 % (approx 400 mVpp) Frequency : 10 kHz 9. diukur sinyal pada titik peengukuran AM out pada osilator saluran A. parameter osiloskop menggunakan penilaian anda sendiri 10. ditetap kan nilai nilai sebelumnya untuk sinyal carrier dan sinyal modulasi pada modulator . diukur sinyal keluaran pada saluran osilator A dan sinyal modulasi pada chanel B. di copy hasil nya ke lembar kerja. Dilakukan trigger di chanel A. 3.2 kedalam Modulasi 1. pengaturan percobaan sebelumnya dapat digunakan pada percobaan ini. 2. Dibuka osiloskop dengan mengklik symbol oscilloscope di bagian kanan atas pada toolbar. Untuk kembali ke halaman saja , diklik pada symbol buku. Instrument : Oscilloscope Timebase : 10 µs / DIV Chanel A: 500 mV/ DIV Chanel B : 500 mV/ DIV Trigger : Chanel B 3. dibuka fungsi generator fungsi melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan si set ke nilai yang dipakai dalm percobaan sebelum nya. Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 20 % (approx 400 mVpp) Frequency : 10 kHz Perlahan lahan diturunkan amplitude frekuensi rendah dan ditingkatkan lagi. 4. dimulai pengukuran osiloskop melalui tombol start dan continous measurement. 5. diatur sinyal frekuensi rendah kembali ke nilai awalnya. Diubah +A (LF) dan +B (AM out) input pada interface Unitrain –I dan diatur parameter pada osiloskop seperti berikut Instrument : Oscilloscope Timebase : 10 µs / DIV Chanel A: 500 mV/ DIV Chanel B : 500 mV/ DIV Display : X-Y 6. diaslin hasilnya ke lembar kerja yang disediakan. 7. diatur kedalaman modulasi sekitar 100% dan disalin hasilnya ke lembar kerja yang disediakan . 8. ditingkatkan amplitude sinyal frekuensi rendah (fungsi generator diatur sekitar 80%) dan disalin hasil ke lembar kerja. 3.3 Demodulasi 1. Diatur percobaan seperti gambar di bawah ini. 2. Dibuka fungsi generator melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan dilakukan pengaturan yang ditunjukkan pada tabel yang berdekatan . dihidupkan alat menggunakan saklar powerya Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 20 % (approx 400 mVpp) Frequency : 10 kHz 3. Dibuka osiloskop dengan mengklik symbol buku di bagian kanan atas pada toolbar. Instrument : Oscilloscope Timebase : 10 µs / DIV Chanel A: 500 mV/ DIV Chanel B : 500 mV/ DIV Trigger : Chanel B 4. Digunakan osiloskop , diukur sinyal pada output detector AM yang “LF demod” dan dianilisis data nya. 3.4 Modulasi Side Band Ganda (DSB) 1. Disusun peralatan seperti gambar dibawah ini 2. Disesuaikan colokan penghubung pada kontak modulator AM “DSB/AM” 3. Pada osilator Colpitts, ditingkatkan amplitude sinyal pembawa sebesar 200 mVpp. 4. Pada osiloskop chanel A , diukur sinyal yang diberikan oleh keluaran osilator 1:1. 5. Kemudian diukur sinyal pada output “AM out” (tanpa sinyal modulasi). 6. Diminimalkan sinyal (sisa carrier) pada titik pengukuran AM out dengan bantuan potensiometer “carrier null” (dekat pengaturan tengah). 7. dibuka fungsi generator melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan dilakukan pengaturan yang ditunjukkan pada tabel yang berdekatan. Dihidupkan alat pada saklar power nya. Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 20 % (approx 1 mVpp) Frequency : 10 kHz 8. Dibuka osiloskop dengan mengklik symbol oscilloscope di bagian kanan atas pada toolbar 9. Diukur sinyal frekuensi rendah pada saluran osiloskop A, dan sinyal output dimodulasi pada saluran B output kopling AC, digunakan sinyal frekuensi rendah sebagai dasar untuk trigger. Instrument : Oscilloscope Timebase : 10 µs / DIV Chanel A: 200 mV/ DIV Chanel B : 500 mV/ DIV Trigger : Chanel A 10. Dilihat hasil pengukuran yang diperoleh menggunakan modus layar osiloskop X/Y dn disalin osilogram ke lembar kerja. 11. Dialihkan osiloskop kembali ke mode X/T dan diatur sehingga secara khusus dapat mengamati karakteristik sinyal yang termodulasi di sebuah persimpangan nol. Digeser pemicu ke tengah layar osiloskop dan dipilih baris waktu dari 2µs. 3.5 Spektrum frekuensi AM dan DSB 1. Digunakan pengaturan percobaan sebelumnya 2. dibuka fungsi generator melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan dilakukan pengaturan yang ditunjukkan pada tabel yang berdekatan. Dihidupkan alat pada saklar power nya. Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 50 % (approx 1 mVpp) Frequency : 10 kHz 3. dibuka spectrum analyzer dan parameter nya dilakukan seperti di bawah ini : Instrument : Spectrum Analizer Chanel : B, 50 V, DC Valves : 2492 Time factor : 64 X-axis : 400-500 kHz Y-axis : 0-1 V 4. diukur sinyal spectrum yang AM. Untuk tujuan ini, disingkirkan colokan penghubung DSB pada modulator AM 5. Diatur carrier null potensiometer sehingga distorsi sinyal carier diminimalkan (dekat batas kanan). 6. Dimulai pengukuran (mode kontinyu). Setelah pengukuran selesai, disalin hasil yang diperoleh pada lembar kerja yang tersedia. 7. Untuk mengoptimalkan pengukuran jika perlu, diubah sedikit “nilai” spectrum analyzer dan parameter “factor waktu”. 8. Sekarang diukur spectrum sinyal DSB , untuk tujuan ini, dimasukkan DSP dan dipasang colokan lagi. Di copy hasil pengukuran untuk lembar kerja yang disediakan. 9. Diputar carrier null potensiometer kira kira untuk pengaturan pusat dalam rangka untuk meminimalkan sisa carrier.diulangi pengukuran dn disalin hasilnya ke lembar kerja yang disediakan. 3.6 DSB Berdasarkan AM 1. Diatur percobaan seperti gambar berikut : 2. Pada osilator colpitts diatur sinyal carrier untuk F = 446 kHz dan uoscil = 100 mVpp. Pada saluran A, dikur sinyal pada osilator saluran 1:1 (dipasang kembali kabel koneksi). 3. Dibuka osilator dengan mengklik symbol osilator dibagian kanan atas pada toolbar. Instrument : Oscilloscope Timebase : 20 µs / DIV Chanel A: 500 mV/ DIV Chanel B : 500 mV/ DIV Trigger : Chanel B 4. Dimulai pengukuran melalui tombol start Tips : sinyal ini memiliki rentang waktu sekitar 2,24 µs. anda dapat mengukur sinyal dengan bantuan kursor . ditentukan nilai rata rata selm periode beberapa sinyal untuk meningkatkan akurasi pembacaan, digunakan potensiometer carrier null , diatur sinyal sehingga tidak menunjukkan distorsi (dekat kanan atas). 5. setelah selesai mengatur sinyal pembawa, dihubangkan chanel A ke soket “AM out” lagi, dan diukur sinyal modulasi pada saluran B. 6. dibuka fungsi generator melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan dilakukan pengaturan yang ditunjukkan pada tabel yang berdekatan. Dihidupkan alat pada saklar power nya. Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 40 % (approx 1 mVpp) Frequency : 6 kHz 7. dinonaktifkan tampilan chanel B pada osiloskop. Disalin pengukuran sinyal AM pada lembar kerja yang tersedia. 8. dihubungkan chanel A ke titik pengukuran “SSB out” dan disalin hasil yang diperoleh pada lembar kerja yang tersedia. Jika perlu, kembali parametrize osiloskop. 3.7 SSB Berdasarkan DSB 1. Digunakan pengaturan percobaan sebelum nya. 2. Dipindahkan ke modulator DSB (dengan mengatur colokan AM/ DSB bridging) 3. Pada osilator colpitts, ditingkatkan amplitude sinyal pembawa uoscill = 200 mVpp.dibiarkan frekuensi tidak berubah pada F= 446 kHz. 4. Diminimalkan nilai sisa carrier pada titik AM out, titik pengukuran dengan bantuan dari potensiometer “carrier null” (dekat tengah pengaturan). 5. dibuka fungsi generator melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan dilakukan pengaturan yang ditunjukkan pada tabel yang berdekatan. Dihidupkan alat pada saklar power nya . Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 50 % (approx 1 mVpp) Frequency : 10 kHz 6. diatur parameter osiloskop seperti berikut : Instrument : Oscilloscope Timebase : 5 µs / DIV Chanel A: 200 mV/ DIV Chanel B : 500 mV/ DIV Trigger : Chanel B 7. dihubungkan chanel A ke SSB out seperti di bawah ini. 8. Diukur sinyal SSB out pada chanel A dan disali hasilnya pada lembar kerja yang tersedia. 3.8 Demodulasi SSB 1. Diatur percobaan seperti gambar berikut 2. dibuka fungsi generator melalui instrument menu path| voltage sources| function generator atau dengan mengklik icon generator dan dilakukan pengaturan yang ditunjukkan pada tabel yang berdekatan. Dihidupkan alat pada saklar power nya. Function generator Setting Mode : SINE Amplitude : 1:10, 50 % (approx 1 mVpp) Frequency : 6 kHz 3. diatur parameter osiloskop seperti berikut : Instrument : Oscilloscope Timebase : 50 µs / DIV Chanel A: 500 mV/ DIV Chanel B : 500 mV/ DIV Trigger : Chanel B 4. diukur sinyal pada “output LF demod” demodulator pada chanel A, dan sinyal pengaturan modulasi pada chanel B. di copy hasil pada lembar kerja yang tersedia. BAB IV ANALISA DATA 4.1 Data Percobaan Data hasil percobaan praktikum ini terlampir (sesuai dengan Lampiran) 4.2 Analisa Data dan Pembahasan A. Prinsip kerja AM 1. Percobaan pertama T: 1 µs/D IV TR G(A) LVL : 0% POST: 0% C H N A [500 mV/D IV] AC XT Gambar 4.1 Percobaan 1, prinsip kerja AM Pada percobaan pertama, rangkaian dirangkai sesuai dengan prosedur percobaan. Pada osilator Colpitts, sinyal Carrier nya di atur dan untuk F = 445 kHz dan uoscilnya = 100 mVpp dan untuk tegangan dan waktu nya 1 µs / div. dari sinyal tersebut dapat ita lihat bahwa amplitude = 0,6 div dan panjang gelombang = 2,4 div. dengan didapat amplitudo dan panjang gelombang , maka bisa dicari nilai Vpp , Periode , dan frekuensi. Vpp dapat dihitung dengan rumus Vpp= 2.A.Volt/div. periode (T) = α.time/div. sedangkan F = 1/T. dari rumus rumus tersebut didapat Vpp = 0,6 V, T = 2,4 µs , dan F = 416,67 kHz. 2. Percobaan kedua T: 10 µs/DIV CHN A [50 mV/DIV] AC XT Gambar 4.2 percobaan ke dua prinsip kerja AM Grafik diatas merupakan grafik sinusoidal. Sinyal output yang diperoleh dari percobaan kedua prinsp kerja AM. Sinyal yang diperoleh sedikit bergerigi. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan gangguan atau noise yang terjadi ketika praktikum. Sinyal tersebut diperoleh dengan osiloskop chanel A untuk tegangan 50 mV/ div dan waktu 10 µs / div. dari hasil ini juga dapat dilihat bahwa amplitude 1,2 div dan α= 10 div. Vpp dapat dicari dengan rumus Vpp= 2.A volt/ div = 0,12 V. T= α.time/div= 100 µs / div dan F = 1/T = 10kHz. 3. percobaan ketiga Gambar 4.3 percobaan ketiga prinsip kerja AM Sinyal sinyal pada gambar diatas merupakan sinyal output pada percobaan ke tiga prinsip kera AM. Sinyal sinyal tersebut diperoleh dari rangkaian yang sesuai dengan prosedur percobaan dan dengan mengatur osiloskop pada chanel A dan chanel B dengan tegangan 500 mV/div, mode XT dan waktu µs / div. sinyal yang dihasilkan amplitude nya berbeda beda, dari tinggi lalu merendah dan kemudian meninggi lagi. Hal ini disebabkan oleh demodulation sinyal pembawa (carrier). B. Kedalaman Modulasi 1. Percobaan Pertama T: 10 µs/DIV CHN A [100 mV/DIV] AC CHN B [500 mV/DIV] AC XY Gambar 4.4 percobaan pertama kedalaman Modulasi Pada percobaan pertama kedalaman modulasi, rangkaian dirangkai sesuai prosedur percobaan . selanjutnya chanel A diatur 100 mV/div AC dan chanel B 500 mV/ AC.time base pada percobaan ini 10 µs / div dan trigger nya pada chanel B. fungsi analog pada XY. Bentuk sinyal yang dihasilkan adalah sinusoidal, tetapi gelombang nya rapat. Sinyal nya berubah rubah dari tinggi ke rendah. 2. Percobaan ke dua T: 10 µs/DIV CHN A [200 mV/DIV] AC CHN B [500 mV/DIV] AC XY Gambar 4.5 percobaan kedua kedalaman modulasi Pada percobaan kedua kedalaman modulasi, kedalaman modulasi nya diatur 100%, chanel A diatur pada 200 mV/div AC dan chanell B pada 500 mV/div AC.Setelah mengatur tegangan, waktu juga diatur pada 10 µs / div dengan mode XY yaitu pada fungsi analog. Gelombang yang dihasilkan berbentuk sinusoidal, tetapi gambar nya merapat dan semakin rendah sehingga gambarnya runcing. Pada kedalaman modulsi yang diamati yaitu perbandingan antara amplitude dan sinyal transmisi dan sinyal pembawa (carrier). 3. percobaan ketiga T: 10 µs/DIV CHN A [200 mV/DIV] AC CHN B [500 mV/DIV] AC XY Gambar 4.6 percobaan ke tigankedalaman modulasi Pada Percobaan ketiga kedalaman modulasi , dari sinyal nya dapat ditentukan bahwa niali modulasi lebih besar dari satu (M>1). Hal ini dapat diketahui karena sinyal output yang merendah kemudian meninggi lagi. Pengaturan osiloskop pada percobaan kedalam modulasi yang ketiga ini sama seperti percobaan kedua kedalaman modulasi. C. Demodulasi 1. percobaan nya T: 10 µs/DIV CHN A [200 mV/DIV] AC XT Gambar 4.7 percobaan demodulasi Sinyal pada gambar diatas diperoleh dengan merangkai rangkaian sesuai dengan rangkaian pada modul praktikum. Kemudian function generator diatur , begitu juga dengan osiloskop. Pada osiloskop waktu diatur 10 µs / div dan tegangan nya 200 mV/ div dengan mode XT. Didapat output berupa gelombang sinusoidal dengan sedtikit bergerigi yang disebabkan oleh noise . osiloskop digunakan untuk mengukur sinyal pada output detector AM yang yang LFdemod. D. Demodulasi Side Bnad Ganda (DSB) 1. percobaan pertama T: 10 µs/DIV CHN A [200 mV/DIV] DC TRG(A) LVL: 0% POST: 0% CHN B [500 mV/DIV] AC XT Gambar 4.8 Percobaan Pertama pada demodulasi side band ganda (DSB) Pada percobaan pertama demodulasi DSB , ada dua gelombang yang didapat , yaitu sideband atas dan sideband bawah . tegangan pada percobaan ini diatur pada chanel A sebesar 200 mV/div DC dan pada chanel B 500 mV/div AC. Kemudian diukur sinyal yang diberikan oleh keluaran osilator 1:1. Disebut modulasi sideband ganda karena bentuk dari amplitude modulasi yang digunakan , misalnya sinyal ke kisaran VHF. Waktu yang digunakan 10 µs / div. kemudian sinyal frekuensi rendah diukur pada saluran osiloskop A dan sinyal output pada saluran B. 2. Percobaan kedua T: 10 µs/DIV CHN A [200 mV/DIV] DC CHN B [500 mV/DIV] AC XY Gambar 4.9 percobaan kedua modulasi sideband ganda (DSB) Pada percobaan kedua modulasi side band ganda , pengukuran menggunakan modus layar XY yaitu fungsi analog. Tegangan yang diberikan pada chanel A = 200 mV/div DC dan pada chanel B = 500 mV/div AC. Pada percobaan ini bentuk gelombang dilihat dari X terhadap Y. 3. percobaan ketiga T: 2 µs/DIV CHN A [200 mV/DIV] DC CHN B [500 mV/DIV] AC XT Gambar 4.10 percobaan ketiga pada modulasi side band ganda (DSB) Pada percobaan ketiga modulasi side band ganda diperoleh dua buah sinyal yang berbeda. Sinyal yang berwarna biru merupakan bentuk sinyal sinusoidal . untuk memperoleh kedua sinyal tersebut , tegangan diatur pada chanel A sebesar 200 mV/div AC, dan pada chanel B 500 mV/div AC , mode yang digunakan adalah mode XT, yaitu X terhadap waktu (periode). Basis yang digunakan 2 µs / div. E. Spectrum Frekuensi AM dan DSB 0,8 U / V 1. percobaan pertama 0,6 0,4 0,2 0,0 400 420 440 460 480 500 f / kHz Gambar 4.11 percobaan pertama spectrum frekuensi AM dan DSB. Pada percobaan pertama spectrum frekuensi AM dan DSB, bentuk gambar nya adalah tegak lurus, jika posisi U/V 0,3 f/kHz pada 450 dan 0,5 U/V f/kHz pada 455 dan 0,2 U/V, f/kHz pada 470. Pada X axis 400-500 kHz dan pada Y-axis 0,1 V. tegangan yang diberikan pada chanel B = 50 V ,DC serta time factornya 64. Praktikum ini untuk membandingkan spectrum sinyal AM dan DSB. 0,8 U / V 2. percobaan kedua 0,6 0,4 0,2 0,0 400 420 440 460 480 500 f / kHz Gambar 4.12 percobaan kedua spectrum frekuensi AM dan DSB. Percobaan kedua spectrum frekuensi AM dan DSB ini, bentuk gambarnya juga tegak lurus seperti percobaan pertama. Pada percobaan ini jika U/V = 0,3 maka 450 f/kHz dan 0,1 U/V maka 455 f/kHz dan 0,2 U/V maka 470 f/kHz. Pada gambar tersebut merupakan pengukuran spectrum sinyal DSB. 0,8 U / V 3. percobaan ketiga 0,6 0,4 0,2 0,0 400 420 440 460 480 500 f / kHz Gambar 4.13 percobaan ketiga spectrum frekuensi AM dan DSB Pada percobaan ketiga gambarnya juga tegak lurus. Jika U/V pada 0,3 maka f/kHz nya pada 450 f/kHz. Jika U/V pada 0,2 maka f/kHz pada 470 f/kHz. Percobaan ini putar carrier null terlebih dahulu untuk pengaturan pusat yang gunanya untuk meminimalkan sisa carrier. F. SSB Berdasarkan AM 1. Percobaan pertama T: 20 µs/DIV CHN A [500 mV/DIV] AC XT Gambar 4.14 percobaan pertama SSB berdasarkan AM Pada percobaan pertama SSb berdasarkan AM ini diamati dengan merangkai kabel-kabel penghubung sesuai dengan prosedur percobaan. Kemudian atur tegangan channel A pada 500 mV/div, AC. Sinyal carriernya f = 446kHz dan uoscil = 100 mVpp. Waktu yang diberikan 20 s/div dan X terhadap T(periode). Pada channel B dimatikan, sinyal yang dihasilkan awalnya dan selanjutnya meniggi sesaat serta yang terakhir sinyalnya kembali rendah. 2. Percobaan kedua T: 20 µs/DIV CHN A [100 mV/DIV] AC XT Gambar 4.15 percobaan kedua SSB berdasarkan AM Pada percobaan kedua, channel A dihubungkan ke titik pengukuran “SSBout”. Tegangan yang diberikan pada channel A = 100mv/div, AC sedangkan channel B di-nonaktifkan (off). Waktu yang diberikan 20 s/div dan X-nya terhadap T (periode). Gambar sinusoidal yang diperoleh pada percobaan kedua ini dari rendah ke tinggi kemudian kembali merendah. XT menyatakan fungsi terhadap waktu. G. SSB berdasarkan DSB 1. Percobaan pertama T: 5 µs/DIV dT: 22,1467 µs f: 45,1534 kHz dUA: 427,538 mV CHN A [200 mV/DIV] AC XT Gambar 4.16 percobaan SSB berdasarkan DSB Percobaan ini dilakukan untuk memeriksa sinyal SSB yang dihasilkan dari sinyal DSB. Tegangan yang diberikan pada gambar yang berbentuk sinusoidal ini pada channel A 200 mV/div, AC dan channel B dinonaktifkan. Waktu yang diberikan 5 s/div dan X nya terhadap waktu (T). H. Demodulasi SSB 1. percobaannya T: 50 µs/DIV dT: 166,667 µs f: 6 kHz dUA: 541,424 mV CHN A [200 mV/DIV] AC CHN B [500 mV/DIV] DC XT Gambar 4.17 percobaan demodulasi SSB Pada percobaan demodulasi SSB terdapat dua sinyal yang diberikan tegangan channel A 200 mV/div, AC dan B 500mV/div, DC. Waktu yang diberikan 50 s/div. X terhadap T yaitu fungsi waktu. Pada percobaan ini SSB demodulasi dengan demodulator seimbang. Sinyal pada output LF demodulator pada channel A diukur. BAB V KESIMPULAN 1. Sinyal transmisi sudah didemodulasi mempunyai gerigi karena adanya pengaruh noise dan interferensi. 2. Pada SSB berdasarkan AM. Hanya terlihat satu bagian yang dimodulasikan. Gelombang sinyal disesuaikan oleh sinyal carrier. 3. Sinyal SSB berdasarkan DSB lebih renggang dari sinyal SSB berdasarkan AM karena pada DSB telah terjadi penekanan sinyal carrier. 4. Spectrum sinyal AM lebih tinggi dari spectrum sinyal DSB, karena sinyal carrier telah ditelan pada sinyal DSB. 5. Dengan menggunakan demodulator seimbang, maka noise dan inteferensi dapat ditekan sehingga sinyal demodulasi terlihat lebih tinggi. 6. Pada modulasi amplitude, sinyal informasi disesuaikan amplitudonya dengan sinyal carrier. 7. Jika kedalaman modulasi mendekati 100% maka dikatakan perbandingan antara sinyal transmisi dan sinyal carrier hamper sama besat. 8. Sinyal carrier adalah sinyal pembawa yang lebih tinggi untuk membawa sinyal informasi yang bentuknya lebih rendah.