XML - ip fisip untan

advertisement
Analisis Perencanaan Pembagian Beban Dan Instalasi Listrik Pada
Hotel Golden Tulip Di Kota Pontianak
Edi Ridwan1), M. Iqbal Arsyad2), Abang Razikin3)
1,2,3)Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Email: [email protected]
ABSTRACT
One of building sector which is developing in Pontianak city is the raise of hotels in the center city. Hotel needs
large enough electric energy. It’s proved by the used of transformator capacity, till 1250 KVA and the use of
genset as big as 1000 KVA. This must be followed by a good and efficient electric distribution to get high
electric energy supply. The hotel building that become a research object in Pontianak city is located in Jl. Teuku
umar is Golden Tulip. It stand on 11 floors that consume big enough electric energy. This hotel has had a good
distribution system, effectif and efficient instalation such as balance dividing load, safe and standart electric
instalation, PUIL 2000 and professional electric system to minimize the waste of electric energy while
distribution because of the loses power. Based on accounting result, data analiz, dividing load and electric
instalation in hotel Golden Tulip Pontianak must be divided and categoried spread evenly between stand by load
and unstand by load to get the balance dividing load, otherwise on the measuring result in the basemant floor
until five floor, there is unbalance load that cause by the unspread evenly load categories to get the safe MCB
result, MCCB and grounding cabel is different with planning result. This is happened because 1 feeder pull for 3
different panel in basemant floor, 1 st floor and 2nd floor. Same cases with the 3rd floor panel, 4th floor and 5th
floor only need 1 feeder pull. Based on planning analize result for the effeciency distribution of electric power
can be done by 1 feeder pull directly to each panel / floor.
Keyword : Load dividing, electric instalation, PUIL 2000.
1.
PENDAHULUAN
Energi listrik merupakan salah satu energi
yang sangat vital peranannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kenyataan ini memicu permintaan
akan energi listrik dari tahun ke tahun semakin
meningkat, dengan semakin berkembangnya
sektor perumahan, hotel, mall, dan lain
sebagainya. Dengan peningkatan tersebut
maka harus diikuti dengan pendistribusian
energi listrik yang baik dan efisien supaya
dapat diperoleh energi listrik yang memiliki
kontinuitas suplai yang tinggi. Belakangan ini
sering kali terjadi kebakaran pada suatu
bangunan baik rumah ataupun gedung-gedung
lainnya yang penyebabnya diduga karena
hubungan singkat atau secara umum karena
listrik pada gedung banyak ditemukan instalasi
listrik yang mengabaikan peraturan umum
instalasi listrik (PUIL). Perencanaan sistem
instalasi listrik pada suatu bangunan haruslah
mengacu pada peraturan dan ketentuan yang
berlaku sesuai dengan PUIL 2000, standar
nasional indonesia (SNI) dan undang-undang
ketenagalistrikan 2002.
Salah satu sektor bangunan yang
berkembang di kota Pontianak adalah
berdirinya hotel-hotel di pusat kota yaitu Hotel
Golden tulip. Hotel ini terdiri atas 11 lantai
yang mengkonsumsi tenaga listrik cukup
besar. Itu dibuktikan dengan kapasitas trafo
yang digunakan sebesar 1250 KVA, serta
Genset yang berkapasitas sebesar 1000 KVA.
Hotel Golden Tulip harus mempunyai sistem
distribusi dan instalasi yang efektif dan efisien
seperti pembagian beban yang seimbang,
instalasi listrik yang aman dan sesuai standar,
serta sistem kelistrikan yang handal, hal ini
dimaksudkan agar dapat mengurangi energi
listrik yang terbuang selama pendistribusian
akibat rugi-rugi.
2. URAIAN PENELITIAN
A. Hubungan Bintang (Y, wye)
Pada hubungan bintang (Y, wye), ujungujung tiap fasa dihubungkan menjadi satu dan
menjadi titik netral atau titik bintang.
Tegangan antara dua terminal dari tiga
terminal a – b – c mempunyai besar magnitude
dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan
tiap terminal terhadapa titik netral. Tegangan
Va, Vb dan Vc disebut tegangan “Fasa” atau
Vf. Dengan adanya saluran / titik netral maka
besaran tegangan fasa dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk
sistem tegangan 3 fasa yang seimbang dengan
magnitudenya.(Lumbanraja, 2008).
.
Gambar 3. Hubungan bintang dan segitiga yang
seimbang
Gambar 1. Hubungan Bintang
B.
Hubungan Segitiga
Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D)
ketiga fasa saling dihubungkan sehingga
membentuk hubungan segitiga 3 fasa dengan
tidak adanya titik netral, maka besarnya
tegangan saluran dihitung antar fasa, karena
tegangan saluran dan tegangan fasa
mempunyai besar magnitude yang sama.
Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama
dan hubungan antara kedua arus tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan hukum
kirchoff.(Lumbanraja, 2008)
Gambar 2. Hubungan Segitiga
C. Daya Sistem 3 Fasa Pada Beban
Dari gambar diatas daya pada kedua jenis
hubungan terlihat bahwa besarnya daya pada
kedua jenis hubungan adalah sama, yang
membedakan hanya pada tegangan kerja dan
arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada
kondisi beban yang seimbang.(Badaruddin,
2012).
D. Daya Sistem 3 Fasa Pada Beban
yang Tidak Seimbang
Sifat terpenting dari pembebanan yang
seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga
tegangan adalah sama dengan nol, begitupula
dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga
fasa juga sama dengan nol. Jika impedansi
beban dari ketiga fasa tidak sama, maka
jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak
sama dengan nol dan beban dikatakan tidak
seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat
saja terjadi karena hubung singkat atau hubung
terbuka pada beban.
Dalam sistem 3 fasa ada 2 jenis
ketidakseimbangan, yaitu:
1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. Ketidakseimbangan pada sumber listrik
(sumber daya).
Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan
sangatlah rumit untuk mencari pemecahan
permasalahannya, oleh karena itu kami hanya
akan membahas mengenai ketidakseimbangan
beban dengan sumber listrik yang seimbang.
Yang Seimbang
Jumlah daya yang diberikan oleh suatu
generator 3 fasa atau daya yang diserap oleh
beban 3 fasa, diperoleh dengan menjumlahkan
daya dari tiap-tiap fasa. Pada sistem yang
seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga
kali daya fasa, karena daya pada tiap-tiap
fasanya sama.
Gambar 4. Ketidakseimbangan beban pada sistem
3 fasa
Pada sistem tenaga listrik tiga fasa,
idealnya daya listrik yang dibangkitkan,
disalurkan dan diserap oleh beban semuanya
seimbang. Daya pembangkitan sama dengan
daya pemakaian dan juga pada tegangan
seimbang. Pada tegangan yang seimbang
terdiri dari tegangan satu fasa yang
mempunyai magnitude dan frekuensi yang
sama, tetapi antara satu fasa dengan yang
lainnya mempunyai beda fasa sebesar 1200 dan
dapat dihubungkan secara bintang (Y) atau
delta (βˆ†).(Badaruddin, 2012).
E.
Tarikan
Kabel
Pengaman Arus Lebih
Rumus
dan
Untuk menentukan persamaan tarikan
kabel dan pengaman arus lebih dapat dihitung
dengan
menggunakan
rumus
berikut
berdasarkan standar
PUIL 2000, adalah
sebagai berikut ini:
1. Tarikan Kabel
Besar luas penampang kabel tembaga
yang digunakan dalam instalasi tarikan kabel
adalah mengacu pada cara hitung di PUIL
2000.
𝑃
𝐼𝐾𝐻𝐴 = 125% ×( 𝑉𝐹𝐴𝑆𝐴 )
𝐹𝑁
Dengan,
𝐼𝐾𝐻𝐴 = Nilai nominal kemampuan hantar arus
pengantar (ampere)
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴 = Daya beban yang melewati kabel
disalah satu fasa yang dihitung (watt)
𝑉𝐹𝑁 = Tegangan salah satu fasa yang dihitung
ke netral (volt)
Dalam PUIL 2000, luas penampang kabel
instalasi penerangan yang terpasang tidak
boleh kurang dari 1,5 π‘šπ‘š2 . Sedangkan untuk
beban instalasi stop kontak luas penampang
kabelnya minimal berdiameter 2,5 π‘šπ‘š2 .
Besarnya kabel dapat di lihat pada tabel PUIL,
dengan acuan nilai 𝐼𝐾𝐻𝐴 ini. (M. Basri, 2008).
2. Pengaman Arus Lebih
Untuk
pengaman arus lebih beban
instalasi dapat dihitung dengan rumusan
berikut: (M. Basri, 2008).
𝑃
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 250% × π‘‰πΉπ΄π‘†π΄
𝐹𝑁
𝐼𝑅𝐴𝑇
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴
𝑉𝐹𝑁
Dengan,
= Nilai rating pengaman arus lebih
beban instalasi (ampere)
= Daya beban yang melewati kabel
disalah satu fasa yang dihitung
(watt)
= Tegangan salah satu fasa yang
dihitung ke netral (volt)
3.
Pengaman Akhir Sirkit Cabang
Untuk menentukan rating pengaman akhir
sirkit cabang yang digunakan sebagai
pengisolasi area ruangan atau jika ada
gangguan adalah dihitung sebagai berikut: (M.
Basri, 2008).
𝐼𝑃𝐴
=(πΌπ‘π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– × 250%) + 𝐼𝑁2+ 𝐼𝑁3
Dengan,
𝐼𝑃𝐴
= Nilai rating maksimum pengan
arus lebih pada sirkit akhir
(ampere)
πΌπ‘π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– =Nilai
rating
maksimum
pengaman arus lebih (ampere)
𝐼𝑁2 dan 𝐼𝑁3 = Nilai-nilai rating pengaman lain
yang lebih kecil daripada
πΌπ‘π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– (ampere)
4. Kabel Akhir Sirkit Cabang
𝐼𝑁 = (πΌπ‘ƒβ„Žπ‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– × 125%)+πΌπ‘ƒβ„Ž2+πΌπ‘ƒβ„Ž3
Dengan,
𝐼𝑁
= Nilai kemampuan hantar arus
kabel pada sirkit akhir (ampere)
πΌπ‘ƒβ„Žπ‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– = Nilai rating maksimum
pengaman arus lebih (ampere)
πΌπ‘ƒβ„Ž2 dan πΌπ‘ƒβ„Ž3 = Nilai-nilai rating pengaman
lain yang lebih kecil daripada
πΌπ‘ƒβ„Žπ‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– (ampere)
5.
Kabel Pentanahan
Besar luas penampang kabel pentanahan
yang digunakan sebagai pentanahan panel ini
dapat ditentukan dengan melihat besarnya
kabel penghantar pada sirkit akhir yang
menjadi sisi incoming panel yaitu: (M. Basri,
2008).
𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × π΄πΉπΈπΈπ·πΈπ‘…
𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × 10 π‘šπ‘š2
F. Data Pengukuran
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan
secara langsung pada tanggal 4 juli 2015 pukul
19.00 dan tanggal 7 juli 2015 pukul 14.00 di
Hotel Golden Tulip. Data pengukuran yang di
ambil tanggal 4 juli 2015 pukul 19.00 yaitu
pada lantai Basemant, lantai 1, lantai 2, lantai
4, dan lantai 5, karena beban rata-rata sudah
menyala. Sedangkan tanggal 7 juli 2015 pukul
14.00 yaitu pada lantai 3 saja, itu dikarenakan
lantai 3 merupakan tempat manajement hotel
Golden Tulip.
Dari hasil pengukuran data dari lantai
basemant sampai lantai 5 total beban yang
didapat adalah sebesar 186,66 ampere. Ini
bukan merupakan beban puncak yang di ukur.
Dengan menggunakan alat ukur yaitu Tang
Fasa
R
S
T
Fasa
R
S
T
Fasa
R
S
T
Fasa
R
S
T
Fasa
R
S
T
Fasa
R
S
T
Lantai Basemant
Arus (Ampere)
6,69
5,42
2,66
Lantai 1
Arus (Ampere)
18,75
17,88
6,84
Lantai 2
Arus (Ampere)
19,22
9,12
11,3
Lantai 3
Arus (Ampere)
6,1
12,6
4,6
Lantai 4
Arus (Ampere)
6,9
6,6
11,9
Lantai 5
Arus (Ampere)
15,22
9,88
14,98
οƒ˜ Langkah-langkah Analisa Perhitungan
Instalasi Listrik
ο‚· Dapatkan data perencanaan Instalasi
Listrik.
ο‚· Menghitung Tarikan Kabel.
ο‚· Menghitung Pengaman Arus Lebih.
ο‚· Menghitung Kabel Akhir Sirkit Cabang.
ο‚· Menghitung Kabel Pentanahan.
ο‚· Analisa perhitungan dengan perencanaan
Instalasi hotel golden tulip.
Kemudian dari analisa tersebut dapat kita
ketahui apakah pembagian beban seimbang
atau tidak pada pengukuran pembebanan serta
hasil perhitungan dengan rumus Instalasi
listrik apakah sesuai standar SNI dan PUIL
2000.
B. Diagram Alir Penelitian
ampere didapat data tabel sebagai berikut ini :
Tabel 1. Data Pengukuran
3. METODELOGI PENELITIAN
A. Analisa Pembagian Beban
οƒ˜ Langkah-langkah Analisa Pembagian
Beban
ο‚· Dapatkan data perencanaan pembagian
beban.
ο‚· Lakukan pengukuran beban langsung pada
hotel golden tulip.
ο‚· Lakukan perencanaa perhitungan beban
tiap fasa yaitu pada lantai basemant smpai
dengan lantai 5.
ο‚· Setelah hasil perencanaan perhitungan
apakah pembagian tiap fasa seimbang atau
tidak.
ο‚· Lakukan perbandingan beban perencanaan
dengan beban pengukuran langsung.
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
4.
ANALISA
PERHITUNGAN
PEMBAGIAN
BEBAN
DAN
INSTALASI LISTRIK
A. Obyek Rancangan
Gambar 6. Rancangan Gedung Hotel
Golden Tulip
Gedung yang dimaksud berada dijalan
teuku umar pontianak, hotel golden tulip ini
terdiri dari 11 lantai dan memiliki 186 kamar.
Lantai Basemant berfungsi sebagai tempat
parkir. Lantai 1 berfungsi sebagai tempat Cafe
dan Reseptionis. Lantai 2 berfungsi sebagai
tempat meeting room. Lantai 3 berfungsi
sebagai office. Lantai 4 berfungsi sebagai
tempat kolam renang. Lantai 5 dan seterusnya
berfungsi sebagai kamar hotel.
B.
Analisa Pembagian Beban
Tabel 2. Perencanaan Lantai Basemant
Tabel 3. Hasil Pengukuran Lantai Basemant
FASA
ARUS (Ampere)
R
6,69
Pada hasil pengukuran dan perencanaan
pembagian beban besar dari arus Fasa R, S,
dan T tidak seimbang. Hal ini dikarenakan
tidak semua beban menyala pada waktu
bersamaan. Pada Fasa R, Beban stop kontak
lantai, IU/OU-B.1, IU/OU-B.3, Lp.TL Tipe
Balk/Battery, tidak semua menyala. Hal ini
yang menyebabkan nilai dari pengukuran
hanya sebesar 6,69 A, berbeda dengan nilai
arus perencanaan sebesar 30 A. Itu
dikarenakan nilai arus perencanaan merupakan
nilai arus beban puncak.
Pada Fasa S, beban stop kontak,
Pompa Greastraf, Pompa Sampit, Lp.Tangga
TL/ Battery, tidak semua menyala. Hal ini
yang menyebabkan nilai dari pengukuran
hanya sebesar 5,42 A, berbeda dengan nilai
arus perencanaan sebesar 15 A. Itu
dikarenakan nilai arus perencanaan merupakan
nilai arus beban puncak.
Pada Fasa T, beban stop kontak, stop
kontak lantai, Pompa Greastraf, Pompa
Sampit, Lp.TL Tipe Balk / Battery, tidak
semua menyala. Hal ini yang menyebabkan
nilai dari pengukuran hanya sebesar 2,66 A,
berbeda dengan nilai arus perencanaan sebesar
23 A. Itu dikarenakan nilai arus perencanaan
merupakan nilai arus beban puncak.
Jadi beban peralatan listrik yang selalu
menyala sebaiknya dibuat seimbang pada
setiap fasa R, S, dan T. Sama halnya dengan
beban peralatan listrik yang tidak selalu
menyala sebaiknya dibuat seimbang antara
fasa R, S, T.
C. Analisis Rancang Hitung Elektrikal
Analisis rancangan membahas mengenai
jenis ukuran Kabel, Pengaman Arus Lebih,
Pengaman Akhir Sirkit Cabang, Kabel Akhir
Sirkit Cabang, dan Kabel Pentanahan.
ο‚· Panel Lantai Basemant
1. Kabel Instalasi
Besar luas penampang kabel tembaga
yang digunakan dalam instalasi tarikan ini
dapat ditentukan dengan mencari kemampuan
hantar arus kabel terlebih dahulu yaitu :
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴
S
5,42
𝐼𝐾𝐻𝐴 =125% ×(
𝑉𝐹𝑁
1100
T
2,66
)
𝐼𝐾𝐻𝐴 =125% ×( 220 )
𝐼𝐾𝐻𝐴 = 6,25 ampere
Besar luas penampang dapat ditentukan
dengan melihat tabel yang ada di dalam PUIL
2000.
Di dalam PUIL 2000, juga ditentukan bahwa
luas penampang kabel beban instalasi
penerangan adalah tidak boleh kurang dari 1,5
mπ‘š2 dan untuk luas penampang kabel beban
instalasi stop kontak adalah minimal
berdiameter 2,5 mπ‘š2 . Sehingga pada diagram
satu garis di fasa R dapat ditulis bahwa tarikan
kabel adalah dengan kabel NYM 3 × 2,5 mπ‘š2 .
2.
Pengaman Arus Lebih
Besar pengaman terhadap arus lebih yang
rencana akan digunakan dalam tarikan kabel
instalasi dengan beban AC ini, dapat
ditentukan dengan mencari arus nominalnya
terlebih dahulu yaitu :
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 250% ×
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 250% ×
𝑃𝐹𝐴𝑆𝐴
𝑉𝐹𝑁
1100
220
Arus sebesar 72 ampere ini adalah hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus
diatas, sedangkan dari data perencanaan
menggunakan MCCB sebesar 50 ampere. Jadi
hasil perhitungan menggunakan rumus sebesar
72 ampere, seharusnya yang digunakan dalam
perencanaan
pengaman
sirkit
akhir
menggunakan MCCB sebesar 72 ampere.
4.
Penghantar Sirkit Akhir
Besar luas penampang kabel tembaga
yang digunakan sebagai penghantar sirkit
akhir ini dapat ditentukan dengan mencari
kemampuan hantar arus kabel terlebih dahulu
yaitu :
𝐼𝑁 = (πΌπ‘ƒβ„Žπ‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– × 125%)+πΌπ‘ƒβ„Ž2+πΌπ‘ƒβ„Ž3
5284
𝐼𝑁 = ( 220 × 125%) +
2666
4014
+ 220
220
𝐼𝑁 = 60 ampere
Arus sebesar 12,5 ampere ini adalah besar
rating arus untuk pengaman seperti MCB.
Sehingga dengan melihat data perencanaan
pada diagram satu garis dapat ditulis untuk
tarikan pertama adalah sebesar 10 A. Tetapi
dalam perhitungan menggunakan rumus diatas
didapat sebesar 12,5 A, dalam menggunakan
MCB tidak terdapat MCB sebesar 12,5 A
namun sebesar 16 A. Jadi seharusnya
menggunakan MCB sebesar 16 A, bukan
sebesar 10 A.
Dengan kemampuan hantar arus sebesar
60 ampere tersebut, besar luas penampang
dapat ditentukan dengan melihat tabel yang
ada didalam PUIL 2000 dan brosur kabel
metal sesuai standar SNI. Sehingga pada
diagram satu garis dapat ditulis bahwa
penghantar sirkit akhir yang akan menjadi sisi
incoming panel adalah dengan kabel tembaga
yaitu NYY 4 × 10 mπ‘š2 . Pada tabel
perencanaan
penghantar
sirkit
akhir
menggunakan kabel tembaga NYY 4 × 240
mπ‘š2 , itu dikarenakan sisi incoming panel
Basemant, panel lantai 1, dan panel lantai 2
merupakan satu tarikan kabel.
3.
5.
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 12,5 A
Pengaman Sirkit Akhir
Besar pengaman terhadap arus lebih yang
rencana akan digunakan dalam sirkit akhir di
dalam panel, dapat ditentukan dengan mencari
arus nominalnya terlebih dahulu yaitu :
𝐼𝑃𝐴 = (πΌπ‘π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘– × 250%) + 𝐼𝑁2 + 𝐼𝑁3
2600
𝐼𝑃𝐴 = ( 220 × 250%)+ 𝐼𝑁2 + 𝐼𝑁3
1100
1100
836
800
660
600
+ 220 + 220 + 220 + 220 + 220 +
220
414
400
400
400
324
+ 220 + 220 + 220 + 220
220
286
252
250
250
250
216
𝑁3 = 220 + 220 + 220 + 220 + 220 + 220 +
216
200
150
150
108
+ 220 + 220 + 220 + 220
220
𝐼𝑁2 =
𝐼
𝐼𝑃𝐴 = 72 ampere
Kabel Pentanahan
Besar luas penampang kabel pentanahan
yang digunakan sebagai pentanahan panel ini
dapat ditentukan dengan melihat besarnya
kabel penghantar pada sirkit akhir yang
menjadi sisi incoming panel yaitu :
𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × π΄πΉπΈπΈπ·πΈπ‘…
𝐴𝐺𝑁𝐷 = 50% × 10 mπ‘š2
𝐴𝐺𝑁𝐷 = 5 mπ‘š2
Besar luas penampang dapat cocok dan
lazim digunakan dapat ditentukan dengan
melihat tabel yang ada di dalam PUIL 2000.
Sehingga pada diagram satu garis dapat ditulis
bahwa kabel pentanahan yang akan menjadi
grounding dari panel adalah dengan kabel
grounding BC 6 mπ‘š2 . Sedangkan pada tabel
perencanaan menggunakan kabel BC 70 mπ‘š2
dikarenakan ukuran kabel yang besar. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7.
dibawah ini.
Feeder untuk 3 Panel. Sehingga kabel yang
digunakan, MCCB dan Kabel Grounding yang
digunakan ukuran yang besar.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa
terhadap data-data dari penelitian Pada Hotel
Golden Tulip, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1.
2.
3.
Gambar 7. Diagram Satu Garis Lantai Basemant
D. Analisa
Dari hasil analisa perhitungan pembagian
beban dan instalasi listrik pada hotel golden
tulip di kota pontianak pengambilan data
langsung pada saat beban tidak penuh itu
disebabkan bangunan hotel yang baru
beroperasi sehingga belum banyak beban yang
terpakai, serta pengambilan data yang hanya
lantai basemant sampai lantai 5 saja karena
lantai 6 smpai lantai 11 belum selesai
dikerjakan. hasil pembagian beban yang tidak
seimbang antar fasa R, S dan T pada lantai
basemant sampai lantai 5, itu dikarenakan
pada perencanaan pembagian beban dan
pengelompokan beban tidak merata antar fasa
seperti pengelompokan beban stop kontak,
lampu emergency.Untuk instalasi listrik hasil
perhitungan Tarikan Kabel, Pengaman Arus
Lebih, Pengaman Sirkit Akhir, Penghantar
Sirkit Akhir dan Kabel Pentanahan berbeda
dengan hasil perencanaan itu dikarenakan
perencanaan merencanaakan 1 tarikan Kabel
4.
Dalam Pembagian Beban harus dibagi
dan dikelompokan secara merata antara
beban yang selalu digunakan atau standby
dengan beban yang digunakan tidak
standby seperti, lampu emergency dan
stop kontak yang terhubung ke fasa R, S,
dan T. Agar didapatkan pembagian beban
yang seimbang.
Dari data hasil pengukuran di Hotel
Golden Tulip Pontianak didapatkan data
pengukuran yang tidak seimbang pada
Lantai Basemant, Lantai 1, Lantai 2,
Lantai 3, Lantai 4, dan Lantai 5. Itu
disebabkan karena pengelompokan beban
yang tidak merata atau tepat, antara beban
yang digunakan standby dengan tidak
standby dalam tiap fasa.
Dari hasil perhitungan didapat hasil
perhitungan Pengaman Arus Lebih,
Pengaman Sirkit Akhir, Penghantar Sirkit
Akhir, dan Kabel Pentanahan berbeda
dengan
hasil
Perencanaan.
Itu
dikarenakan 1 tarikan Feeder untuk 3
panel yang berada pada Lantai Basemant,
Lantai 1, dan Lantai 2. Sama halnya
dengan Panel Lantai 3, Lantai 4, dan
Lantai 5, cuma 1 tarikan Feeder. Khusus
untuk beban AC tidak dilakukan
perhitungan karena mempunyai panel
pembagian beban tersendiri.
Untuk Efesiensi penyaluran daya listrik
dapat dilakukan 1 tarikan Feeder langsung
menuju per Panel / Lantai. Agar ketika
terjadi gangguan pada Lantai Basemant
tidak berakibat pada Lantai 1 dan Lantai
2. Begitu juga dengan lantai 3 ketika
terjadi gangguan tidak berakibat pada
lantai 4 dan lantai 5.
B. Saran
Melalui tugas akhir ini penulis
menyampaikan kepada pihak pengelola dalam
hal ini yaitu Hotel Golden Tulip Pontianak
disarankan agar seharusnya reseptionis atau
petugas hotel mengetahui pembagian beban
fasa R, S dan T pada setiap kamar hotel untuk
menjaga keseimbangan beban.
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
REFERENSI
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
Suswanto, Daman. 2009. “Sistem
Distribusi Tenaga Listrik”,Universitas
Negeri Padang.
Suryadi, Roni. 2012. Penyediaan Daya
Generator
Set
Serta
Kualitas
Penyaluran Energi Listrik Di Restaurant
Mc. Donald’s Tasikmalaya.Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
Sirait, Bonar.2012. Sistem Distribus.
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Suharno, Dedi. 2003. Teori Rangkaian
Listrik, Polban.
M. Basri, Hasan. 2008. Rancangan
Bangun Diagram Satu Garis Rencana
Sistem Distribusi Tenaga Listrik Di
Gedung
Bertingkat.
Universitas
Indonesia.
Lumbanraja, Hotdes. 2008. Pengaruh
Beban Tidak Seimbang Terhadap
Efesiensi Transformator Tiga Fasa
Hubungan Open – Delta.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik
(PUIL), Yayasan PUIL 2000.
Badaruddin.
2012.
Pengaruh
Ketidakseimbangan Beban Terhadap
Arus Netral dan Losses Pada Trafo
Distribusi Proyek Rusunami Gading
Icon. Universitas Mercu Buana.
Ismansyah. 2009. Perancangan Instalasi
Listrik Pada Rumah dengan Daya
Listrik Besar. Universitas Indonesia.
Depok.
BIOGRAFI
Universitas
Indonesia, 2015.
Edi Ridwan, lahir di
Sambas (Kab. Sambas),
Kalimantan
Barat,
Indonesia, pada tanggal
16
April
1989.
Memperoleh
gelar
Sarjana dari Program
Studi Teknik Elektro
Tanjungpura, Pontianak,
Dr. Ir. H. M. Iqbal Arsyad, MT.
NIP. 19660907 199203 1 002
Pembimbing Pembantu,
Ir. Abang Razikin, MT.
NIP. 19550125 198303 1 003
Download