22 STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI–RUGI JARINGAN

advertisement
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI–RUGI JARINGAN DISTRIBUSI
(STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG)
Adri Senen
Dosen Program Studi Teknik Elektro Politeknik Bengkalis
Jl. Bathin Alam, Sei. Alam – Bengkalis – Riau
[email protected]
Abstrak
Kontinuitas pelayanan dan sistem tenaga listrik yang handal merupakan dambaan semua pihak,
baik konsumen maupun produsen tenaga listrik. PT PLN (Persero) berkewajiban menjaga mutu
keandalan sistem dan pelayanan terhadap gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada gardu
induk, dan saluran transmisi dan distribusi. Dengan adanya distribusi yang baik, kerugian yang
disebabkan oleh adanya rugi-rugi daya dapat dikurangi sehingga daya yang hilang tidak terlalu
besar, dan dengan sendirinya kerugian yang harus ditanggung oleh PT. PLN menjadi lebih kecil.
Masalah distribusi merupakan masalah operasi sistem tenaga listrik yang perlu mendapat
penanangan tersendiri. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan studi perhitungan dan analisa
terhadap salah satu jaringan distribusi daya listrik yang berada dikota Padang
Kata kunci : Kontinuitas pelayanan, keandalan sistem, distribusi daya listrik, rugi-rugi jaringan,
rugi-rugi daya, analisa jaringan.
I. SISTIM TENAGA LISTRIK
Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat
listrik (pembangkit) dan gardu induk (pusat
beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh
jaringan transmisi sehingga merupakan sebuah
kesatuan interkoneksi. Tujuan utama dari
sistem tenaga listrik ini adalah mengusahakan
penyediaan dan pengiriman tenaga listrik
yansg
serendah
mungkin
dan
tetap
memperhatikan mutu serta keandalan diukur
dengan frekuensi , tegangan dan jumlah
gangguan. Dalam proses penyediaan dan
pengiriman tenaga listrik ini tidak dapat lagi
dihindari timbulnya rugi-rugi dalam jaringan
(saluran transmisi dan distribusi) disamping
adanya,tenaga listrik yang harus digunakan
untuk pemakaian sendiri pada pusat listrik dan
gardu induk. Elemen pokok sistem tenaga
terdiri atas :
a. Pusat pembangkit
Berfungsi untuk mengkonversi energi
primer menjadi energi listrik.
b. Sistem transmisi
Berfungsi menyalurkan energi listrik ke
pusat beban (gardu induk) dengan
tegangan tinggi (≥ 70 kV).
c. Sistem distribusi
Berfungsi untuk menyalurkan energi listrik
ke konsumen dengan tegangan rendah (20
kV, 380 V, 220 V).
Elemen pokok sistem tenaga ini dapat
digambarkan seperti gambar 2.1.
Gambar 1. Elemen pokok sistem tenaga
Beban
listrik
Turbi
n
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
Genera
tor
Trafo
penaik
Tenaga
listrik
3 fasa
Trafo
penurun
Beban
listrik
Beban
listrik
Pusat Pembangkit
Sistem transmisi
tegangan tinggi
Sistem distribusi
tegangan rendah
22
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
Gambar 3. Saluran distribusi primer tipe loop
II. SISTEM DISTRIBUSI
1
2.1. Fungsi Sistem Distribusi
Sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu induk ke gardu
distribusi (saluran distribusi primer) dan
mendistribusikan tenaga listrik dari gardu
distribusi ke konsumen (saluran distribusi
sekunder) dengan mutu yang memadai. Pada
umumnya saluran distribusi primer adalah
saluran tegangan menengah 20 kV dan saluran
distribusi sekunder adalah saluran tegangan
rendah 380 V atau 220 V.
Mutu sistem distribusi sangat ditentukan oleh
tingkat kontinuitas pelayanan, dimana
kontinuitas pelayanan tergantung pada :
a. tipe saluran distribusi primer
b. mutu peralatan yang digunakan
c. pengaturan operasi saluran distribusi
2.2. Tipe Saluran Distribusi Primer
Untuk
memenuhi
tingkat
kontinuitas
pelayanan, dikenal 4 jenis tipe saluran
distribusi primer, yaitu :
a. Radial
Kebaikan utama dari tipe radial adalah
sederhana, sehingga biaya konstruksi dan
operasi lebih rendah dibandingkan dengan
tipe yang lain. Keburukannya adalah
apabila salah satu seksi (bagian) dari salah
satu feeder terputus, maka semua seksi dari
feeder tersebut juga tidak dapat menyuplai
tenaga listrik.
Gambar 2. Saluran distribusi primer tipe radial
A
G
I
B
Feeder 1
Feeder 2
b. Loop / Open Loop
Tipe ini lebih andal daripada tipe radial,
tetapi biaya konstruksi dan operasinya
lebih mahal
G
I
2
ABS A
X
X
ABS C
ABS B
Mesh / Grid
Tipe ini memungkinkan gardu distribusi
disuplai dari dua atau lebih gardu induk.
Tipe ini membutuhkan lebih banyak ABS
dibandingkan dengan tipe loop.
Gambar 4. Saluran distribusi primer tipe mesh/grid
A
1
1
ABS
2
GI A
2
GI
B
c. Spindle
Tipe spindle adalah tipe radial yang
dilengkapi dengan gardu hubung dan
express feeder,
sehingga memungkinkan
.
gardu distribusi salah satu feeder disuplai
dari express feeder.
Gambar 5. Saluran distribusi primer tipe spindle
Express Feeder
G
I
Gardu hubung
III. PERHITUNGAN RUGI-RUGI
3.1. Perhitungan Rugi-rugi Saluran Udara
Dalam melakukan perhitungan rugi-rugi
saluran udara maka terlebih dahulu diplot
kurva beban harian, untuk menentukan arus
beban puncak (Imax) dan menghitung arus ratarata harian (Iavg) sehingga dapat ditentukan
faktor beban (LFD) dan losses faktor (LFS)
dengan persamaan :
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
23
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
L FD =
I avg
(1)
I max
L FS = 0,3L FD + 0,7 L FD
2
(2)
Setelah itu dihitung arus maksimum dalam
fungsi jarak dengan rumus
Arus maksimum dalam fungsi jarak :
I (L ) = − mL + C
(3)
dimana L adalah panjang total seluruh kabel
konstanta C = Imax sehingga didapat gradien
m:
m=
I max
L
(4)
Dengan demikian didapat persamaan arus
dalam fungsi jarak, maka Imax dapat dihitung
dengan mengintegralkannya
L
1
(−0,876 L + 53)dL
L ∫0
(5)
Dari parameter-parameter di atas maka
akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi
saluran utama (tiang ke tiang) dengan
menggunakan rumus
2
P = I max
.R.L FS
(6)
dimana R adalah resistansi kabel yang
digunakan untuk saluran tersebut.
3.2. Perhitungan Rugi-rugi Sambungan
Rumah
Untuk menghitung rugi-rugi saluran rumah
diperlukan data sampel dari sambungan
rumah-rumah tersebut, yang dihitung dengan
∑ L . Sehingga dapat diketahui
persamaan
n
total sambungan rumah :
R = (∑ LSR )x(R / m )
Dalam melakukan perhitungan rugi-rugi
rumah ke rumah juga perlu dilakukan plot
kurva beban harian, untuk menentukan arus
beban puncak (Imax) dan menghitung arus ratarata harian (Iavg) untuk menentukan faktor
beban (LFD) dengan persamaan
L FD =
I avg
(7)
(8)
I max
Sehingga Rugi – rugi total sambungan rumah
ini dihitung tipa jalurnya dengan persamaan
PSR = Imax2 R LFD
Panjang L dihitung untuk total tiap jalur.
I max =
dimana: R/m adalah resistansi dari kabel
sambungan rumah ke rumah yang dapat dilihat
pada spesifikasi kabelnya.
(9)
Dimana :
Imax adalah arus maksimum yang dapat
didekati dengan jumlah total MCB
R adalah resistansi total saluran rumah dapat
dicari dengan spesifikasi kabel
sambungan rumah
LFD adalah faktor beban
Untuk total rugi-rugi
sambungan rumah
adalah
(10)
PTot = PSR.A + PSR.B + PSR.C
3.3. Perhitungan Rugi-Rugi Total
Untuk rugi-rugi total saluran secara teknis
dapat dihitung dari total rugi-rugi saluran
udara dan sambungan rumah.
Etotal
= ESU + ESR
(11)
Dimana :
ESU adalah rugi-rugi saluran
ESR adalah rugi-rugi sambungan rumah
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada daerah Kampung Dobi sistem
distribusinya mempunyai tiga jalur utama
yakni jalur A, Jalur B, dan Jalur C yang
merupakan keluaran trafo distribusi tegangan
rendah 20 kV : 220 Volt dengan nomor gardu
359 T.
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
24
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
4.1. Perhitungan Rugi-Rugi Saluran Udara
m=
53
LA
4.1.1 Jalur A
4.1.1.1. Fasa R
m=
53
= 0,876 A / m
60,5
Berdasarkan data pengukuran arus (pada
lampiran), maka dapat kita plot kurva beban
harian Jalur A fasa R sebagai berikut:
Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga
C = 53 dengan demikian didapat persamaan
arus dalam fungsi jarak :
Gambar 6. Kurva beban harian fasa R
I (L ) = −0,876 L + 53
Akhirnya Imax dapat dihitung :
Kurva Beban Harian Jalur A Fasa R
L
I max =
60
Arus (A)
50
30
I max
20
[
]
L
1
− 0,438L2 + 53L 0
L
= −0,438(60,5) + 53 = 26,501 A
I max =
40
1
(−0,876 L + 53)dL
L ∫0
10
08
.0
0
10
.0
0
12
.0
0
14
.0
0
16
.0
0
19
.0
0
21
.0
0
23
.0
0
01
.0
0
03
.0
0
05
.0
0
07
.0
0
0
Waktu (jam)
Dari kurva diatas diketahui beban puncak
(Imax) = 53 A.
Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 10,02
A
Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD):
L FD =
I avg
I max
LFD =
10,02
= 0,189
53
Sedangkan losses faktor (LFS):
L FS = 0,3L FD + 0,7 L FD
2
Resistansi saluran udara dengan asumsi
penggunaan kabel pilin udara LVTC
alumunium dengan spesifikasi kabel :
• Arus maksimum 185 A
• Kabel pilin 19 buah kawat dengan
diameter kawat 2,25 mm
• Diameter konduktor 9,9 mm s/d 10,7 mm
• Resistansi 0,499 Ω/km
RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω
Dari parameter-parameter di atas maka
akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi
saluran utama (tiang ke tiang) pada fasa R,
dengan menggunakan rumus
2
P = I max
.R.L FS
LFS = 0,3x0,189 + 0,7 x0,189 2 = 0,081
PR = 26,5012 x0,03 x0,081 = 1,706 Watt
Arus maksimum dalam fungsi jarak :
3.1.1.2 Fasa S
I (L ) = − mL + C
Berdasarkan data pengukuran arus (pada
lampiran), maka dapat kita plot kurva beban
harian Jalur A fasa S sebagai berikut:
Gradien m:
m=
I max
L
Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A
sehingga :
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
25
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
Gambar 7. Kurva beban harian fasa S
dengan demikian didapat persamaan arus
dalam fungsi jarak :
Kurva Beban Harian Jalur A Fasa S
I (L ) = −0,502 L + 30,4
07.00
05.00
03.00
01.00
23.00
21.00
19.00
16.00
14.00
12.00
10.00
Akhirnya Imax dapat dihitung :
08.00
Arus (A)
35
30
25
20
15
10
5
0
L
I max =
Waktu (jam)
1
(−0,502 L + 30,4)dL
L ∫0
[
]
L
1
− 0,251L2 + 30,4 L 0
L
= −0,251(60,5) + 30,4 = 15,21A
I max =
Dari kurva diatas dapat diketahui beban
puncak (Imax) = 30,4 A.
I max
Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 22,06
A.
Dengan perhitungan resistansi yang sama
dengan fasa S, maka didapat resistansi kabel :
RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω
Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD) :
L FD =
LFD
I avg
I max
22,06
=
= 0,725
30,4
2
P = I max
.R.L FS
Sedangkan losses faktor (LFS):
LFS = 0,3L FD + 0,7 L FD
Dari parameter-parameter di atas maka
akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi
saluran utama (tiang ke tiang) pada Jalur B
fasa S, dengan menggunakan rumus:
2
L FS = 0,3 x0,725 + 0,7 x 0,725
PS = 15,212 x 0,03 x 0,584 = 4,053 Watt
4.1.1.3 Fasa T
2
= 0,584
Arus maksimum dalam fungsi jarak:
I (L ) = −mL + C
Berdasarkan data pengukuran arus (pada
lampiran), maka dapat kita plot kurva beban
harian Jalur A fasa T sebagai berikut :
Gambar 8. Kurva beban harian fasa T
Gradien m :
Kurva Beban Harian Jalur A Fasa T
m=
1.5
C = 30,4
07.00
05.00
03.00
01.00
23.00
21.00
19.00
16.00
14.00
12.00
0
30,4
= 0,502 A / m
60,5
Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga
didapat
1
0.5
10.00
Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A
sehingga :
2
08.00
I max
L
Arus (A)
m=
Waktu (jam)
Dari kurva diatas dapat diketahui beban
puncak (Imax) = 1,78 A.
Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 0,093
A.
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
26
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD) :
L FD =
LFD =
I avg
I max
0,093
= 0,052
1,78
Dari parameter-parameter di atas maka
akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi
saluran utama (tiang ke tiang) pada Jalur B,
dengan menggunakan rumus
2
P = I max
.R.LFS
PT = 0,9332 x0,03x0,016 = 0,0004 Watt
Sedangkan losses faktor (LFS) :
4.1.1.4 Fasa N
LFS = 0,3LFD + 0,7 LFD
2
= 0,016
LFS = 0,3 x 0,052 + 0,7 x 0,052 2
Arus maksimum dalam fungsi jarak :
Berdasarkan data pengukuran arus (pada
lampiran), maka dapat kita plot kurva beban
harian Jalur A fasa N sebagai berikut :
Gambar 9. Kurva beban harian fasa N
I (L ) = −mL + C
Kurva Beban Harian Jalur A Fasa N
Gradien m:
Arus (A)
Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A
sehingga :
m=
1,78
LA
30
20
10
0
08
.0
0
10
.0
0
12
.0
0
14
.0
0
16
.0
0
19
.0
0
21
.0
0
23
.0
0
01
.0
0
03
.0
0
05
.0
0
07
.0
0
I
m = max
L
m=
1,78
= 0,029 A / m
60,5
Waktu (Jam)
Dari kurva diketahui beban puncak (Imax) =
27,9 A.
Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga
didapat
Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 19,593
A.
C = 1,78
Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD) :
dengan demikian didapat persamaan arus
dalam fungsi jarak :
L FD =
I (L ) = −0,029L + 1,78
LFD
Akhirnya Imax dapat dihitung :
L
I max
1
= ∫ (−0,029 L + 1,78)dL
L0
I max
[
]
1
− 0,014 L2 + 1,78 L 0
L
= −0,014(60,5) + 1,78 = 0,933 A
I max =
L
Dengan perhitungan resistansi yang sama
dengan fasa T, maka didapat resistansi kabel :
RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω
I avg
I max
19,593
=
= 0,702
27,9
Sedangkan losses faktor (LFS) :
LFS = 0,3LFD + 0,7 LFD
2
LFS = 0,3 x0,702 + 0,7 x0,702 2 = 0,554
Arus maksimum dalam fungsi jarak :
I (L ) = −mL + C
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
27
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
Gradien m :
4.1.2. Jalur B
m=
I max
L
Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A
sehingga :
27,9
m=
= 0,461A / m
60,5
Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga
didapat C = 27,9 dengan demikian didapat
persamaan arus dalam fungsi jarak :
I (L ) = −0,461L + 27,9
Akhirnya Imax dapat dihitung :
Dengan proses perhitungan yang sama dengan
jalur A maka didapat total rugi – rugi saluran
untuk Jalur B
PTOT = PR + PS + PT + PN
= 909,633 + 598,63 + 1543,66 + 183,99
= 3235.913 watt
dan untuk energi
E
= PTOT x T
T dihitung dari selang waktu pemadaman
pertama dengan pemadaman kedua
E
= 3235.913 watt x 360
= 1164928,6Wh
= 1164,9286 kWh
L
I max =
1
(−0,461L + 27,9 )dL
L ∫0
I max =
L
1
− 0,23L2 + 27,9 L 0
L
[
]
I max = −0,23(60,5) + 27,9 = 13,985 A
Dengan perhitungan resistansi yang sama
dengan fasa R, maka didapat resistansi kabel :
RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω
Dari parameter-parameter di atas maka
akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi
saluran utama (tiang ke tiang) pada Jalur B,
dengan menggunakan rumus
2
P = I max
.R.L FS
PN = 13,985 2 x0,03 x0,554
PN = 3,25 Watt
Jadi total rugi – rugi saluran untuk Jalur A
PTOT = PR + PS + PT + PN
= 1,706 + 4,053 + 0,0004 + 3,25 =
9,0094watt
dan untuk energi
E
= PTOT x T
T dihitung dari selang waktu pemadaman
pertama dengan pemadaman kedua
E
= 7,808 watt x 360
= 2810,88 Wh
= 2,810 kWh
4.1.3. Jalur C
Total rugi – rugi saluran untuk Jalur C (Proses
perhiungan sama dengan Jalur A)
PTOT = PR + PS + PT + PN
= 87.647 + 198.2 + 71,497 + 27,821
= 385,165 Watt
dan untuk energi
E
= PTOT x T
T dihitung dari selang waktu pemadaman
pertama dengan pemadaman kedua
E
= 385,165 watt x 336
= 129.514,44 Wh
= 129,415 kWh
Jadi total rugi-rugi saluran adalah :
139.02 kWh + 1164,9286 kWh + 129,415
kWh
= 1433,364 kWh
4.2. Perhitungan rugi-rugi sambungan
rumah
Untuk menghitung rugi-rugi saluran rumah
diperlukan data sampel ∑ L . Untuk itu diambil
n
sampel 3 tiang, dengan jumlah pelanggan 30
rumah.
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
28
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
+8
(6 + 8 + 7 + 5 + 9 + 4 + 3 + 11 + 8 + 9 + 15 + 10 + 5 + 10 + 6 + 7 + 3 + 15Dimana
: Imax dapat didekati dengan jumlah
total MCB/Pelanggan, dimana
MCB
= 1504 A
Pelanggan = 499
Imax adalah 1504/499 = 3.014 A
∑ L = + 4 + 10 + 10 + 6 + 7 + 6 + 7 + 9 + 5 + 15 + 7)
30
n
∑L
240
=
= 8m / rumah
n
30
Sehingga dapat diketahui total sambungan
rumah :
∑L
SR
= (8m / rumah) x(499 rumah) = 3992 m
Resistansi total saluran rumah dapat dicari
dengan spesifikasi kabel sambungan rumah
adalah alumunium dengan ukuran 2 x 6 mm2
dan resistansi 1,333 Ω/km.
R = (∑ LSR )x(R / m )
R = 3992 x 1,333 x 10 −3 = 5.321 Ω
Dari data pengukuran beban harian maka dapat
diplot kurvanya sebagai berikut :
Gambar 10. Kurva beban harian fasa N
Jadi rugi-rugi total sambungan rumah
adalah:
PSR = 3,0142 x 5.321 x 0.603
= 29.147 watt
dan untuk energi
E
= PTOT x T
T dihitung dari selang waktu pemadaman
pertama dengan pemadaman kedua
E
= 29.147 watt x 336
= 9793.392 Wh
= 9,79 kWh
4.3. Perhitungan Rugi-Rugi Total
Rugi-rugi total saluran secara teknis dapat
dihitung dari total rugi-rugi saluran udara dan
sambungan rumah.
Etotal
400
300
200
100
0
14:00
12:00
10:00
8:00
6:00
4:00
2:00
0:00
22:00
20:00
18:00
Waktu (Jam)
Dari kurva diatas dapat diketahui beban
puncak (Imax) = 286 A. Sedangkan arus ratarata harian (Iavg) = 172,6A. Sehingga dapat
dihitung faktor beban (LFD) :
L FD =
LFD
= ESU + ESR
= 1433,364 kWh + 9,79 kWh
= 1443,154 kWh
V. ANALISA
16:00
Arus (A)
Kurva Beban Harian Beban 3 Fasa
I avg
I max
172.6
=
= 0.603
286
Rugi – rugi total sambungan rumah rata-rata
dicari dengan persamaa :
PSR = Imax2 R LFD
Dari hasil pemakaian trafo dilapangan
diperoleh penunjukan data-data pada trafo
sebagai berikut :
Awal : 14949,1 Kwh
Akhir : 15564,2 Kwh
Akhir-Awal : 615,1 kWh
Dikarenakan trafo menggunakan CT dengan
rasio 50:1 maka :
Kwh Trafo = 615,1 Kwh x 50 = 30755 Kwh,
Jadi, rugi-rugi trafo = Kwh Trafo - ΣKwh
rumah
= 30755 kWh – 27182,4 kWh
= 3572,7 kWh
Atau besar rugi dalam persen adalah :
% Rugi - rugi =
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
Rugi - rugi
x100%
KWH terpakai
29
LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS
- Arus maksimum yang melalui kabel
cukup besar bahkan melebihi
kapasitas kabel akan menyebabkan
terjadinya peningkatan rugi-rugi I2R
b) Rugi-rugi non teknis
- Kekurangtelitian dalam pengukuran
dan peneraan
- Adanya indikasi pencurian
- Tidak semua rumah teridentifikasi
data kWh meter
3572.7
x100%
27182.4
= 11.62 %
% Rugi - rugi =
Jika kita bandingkan rugi-rugi secara teori
dengan rugi-rugi hasil pendataan maka
terdapat selisih :
(3572.7 – 1443, 154) kWh = 2129,546 kWh
Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab
terjadinya selisih tersebut diperkirakan sebagai
berikut :
1. Rugi-rugi teknis lain
a. Rugi-rugi yang disebabkan renggang
pada persambungan antar kabel
b. Arus maksimum yang melalui kabel
cukup besar bahkan melebihi kapasitas
kabel. Pada kabel pilin udara LVTC
kapasitas arus maksimumnya adalah
185 A, tetapi kenyataanya kabel ini
dialiri arus sampai 300 A. hal ini akan
menyebabkan terjadinya peningkatan
rugi-rugi I2R
2. Rugi-rugi non teknis
a. Kesalahan peneraan
b. Adanya indikasi pencurian
c. Tidak
semua
rumah
yang
teridentifikasi data kWh meter
6.2.Saran
Dari hasil studi yang telah dilakukan ada
beberapa hal yang perlu untuk disarankan pada
pihak PLN, yaitu :
a. Perlunya untuk menaikkan kapasitas trafo
karena pada saat beban puncak, trafo
mengalami overload.
b. Karena pada saat beban puncak melebihi
kapasitas salur kabel maka perlu diganti
dengan kapasitas yang lebih besar.
c. Untuk mengurangi rugi-rugi lain, PLN
perlu
memperhatikan
kualitas
penyambungan, menindak pelanggan yang
memasang kWH meter didalam rumah
serta pemakaian lampu-lampu jalan illegal.
d. PLN perlu memperhatikan pemasangan
instalasi baru sehingga dapat diusahakan
beban masing-masing fasa seimbang
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
6.1. Kesimpulan
[1]. Rina Irawati, Analisa Aliran Daya
Jaringan Distribusi Radial, paper, SSTE,
2001
[2]. William H K, Distributin Sistem Modeling
and Analysis, CRC press, 2002
[3]. X. Wang, Modern Power System Planning,
Mc Graw Hill.
[4]. Gonen, Turan. Electric Power Distribution
System Engineering. McGraw-Hill Int. Ed.
1987.
[5]. P.K. Dash, S.K Panda, A.C. Liew, B.
Mishra, R.K. Jena. A new approach to
monitoring electric power quality. Electric
Power Systems Research 46. 1998
1. Hasil pengukuran dan pengolahan data
didapatkan :
a. Rugi-rugi total saluran udara adalah
2290,583 kWh
b. Rugi-rugi total sambungan rumah adalah
24,978 kWh
c. Rugi-rugi total saluran secara teknis
adalah 2315,561 kWh
d. Rugi-rugi trafo sebesar 2924,7 kWh
2. Selisih rugi-rugi secara teori dengan rugirugi hasil pendataan diperoleh sebesar
609,139 kWh,ini dimungkinkan karena
adanya :
a) Rugi-rugi teknis lain
- Rugi-rugi yang disebabkan renggang
pada persambungan antar kabel
Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010
Bengkalis, 26-27 Mei 2010
30
Download