LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI–RUGI JARINGAN DISTRIBUSI (STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG) Adri Senen Dosen Program Studi Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei. Alam – Bengkalis – Riau [email protected] Abstrak Kontinuitas pelayanan dan sistem tenaga listrik yang handal merupakan dambaan semua pihak, baik konsumen maupun produsen tenaga listrik. PT PLN (Persero) berkewajiban menjaga mutu keandalan sistem dan pelayanan terhadap gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada gardu induk, dan saluran transmisi dan distribusi. Dengan adanya distribusi yang baik, kerugian yang disebabkan oleh adanya rugi-rugi daya dapat dikurangi sehingga daya yang hilang tidak terlalu besar, dan dengan sendirinya kerugian yang harus ditanggung oleh PT. PLN menjadi lebih kecil. Masalah distribusi merupakan masalah operasi sistem tenaga listrik yang perlu mendapat penanangan tersendiri. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan studi perhitungan dan analisa terhadap salah satu jaringan distribusi daya listrik yang berada dikota Padang Kata kunci : Kontinuitas pelayanan, keandalan sistem, distribusi daya listrik, rugi-rugi jaringan, rugi-rugi daya, analisa jaringan. I. SISTIM TENAGA LISTRIK Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik (pembangkit) dan gardu induk (pusat beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Tujuan utama dari sistem tenaga listrik ini adalah mengusahakan penyediaan dan pengiriman tenaga listrik yansg serendah mungkin dan tetap memperhatikan mutu serta keandalan diukur dengan frekuensi , tegangan dan jumlah gangguan. Dalam proses penyediaan dan pengiriman tenaga listrik ini tidak dapat lagi dihindari timbulnya rugi-rugi dalam jaringan (saluran transmisi dan distribusi) disamping adanya,tenaga listrik yang harus digunakan untuk pemakaian sendiri pada pusat listrik dan gardu induk. Elemen pokok sistem tenaga terdiri atas : a. Pusat pembangkit Berfungsi untuk mengkonversi energi primer menjadi energi listrik. b. Sistem transmisi Berfungsi menyalurkan energi listrik ke pusat beban (gardu induk) dengan tegangan tinggi (≥ 70 kV). c. Sistem distribusi Berfungsi untuk menyalurkan energi listrik ke konsumen dengan tegangan rendah (20 kV, 380 V, 220 V). Elemen pokok sistem tenaga ini dapat digambarkan seperti gambar 2.1. Gambar 1. Elemen pokok sistem tenaga Beban listrik Turbi n Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 Genera tor Trafo penaik Tenaga listrik 3 fasa Trafo penurun Beban listrik Beban listrik Pusat Pembangkit Sistem transmisi tegangan tinggi Sistem distribusi tegangan rendah 22 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS Gambar 3. Saluran distribusi primer tipe loop II. SISTEM DISTRIBUSI 1 2.1. Fungsi Sistem Distribusi Sistem distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke gardu distribusi (saluran distribusi primer) dan mendistribusikan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen (saluran distribusi sekunder) dengan mutu yang memadai. Pada umumnya saluran distribusi primer adalah saluran tegangan menengah 20 kV dan saluran distribusi sekunder adalah saluran tegangan rendah 380 V atau 220 V. Mutu sistem distribusi sangat ditentukan oleh tingkat kontinuitas pelayanan, dimana kontinuitas pelayanan tergantung pada : a. tipe saluran distribusi primer b. mutu peralatan yang digunakan c. pengaturan operasi saluran distribusi 2.2. Tipe Saluran Distribusi Primer Untuk memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan, dikenal 4 jenis tipe saluran distribusi primer, yaitu : a. Radial Kebaikan utama dari tipe radial adalah sederhana, sehingga biaya konstruksi dan operasi lebih rendah dibandingkan dengan tipe yang lain. Keburukannya adalah apabila salah satu seksi (bagian) dari salah satu feeder terputus, maka semua seksi dari feeder tersebut juga tidak dapat menyuplai tenaga listrik. Gambar 2. Saluran distribusi primer tipe radial A G I B Feeder 1 Feeder 2 b. Loop / Open Loop Tipe ini lebih andal daripada tipe radial, tetapi biaya konstruksi dan operasinya lebih mahal G I 2 ABS A X X ABS C ABS B Mesh / Grid Tipe ini memungkinkan gardu distribusi disuplai dari dua atau lebih gardu induk. Tipe ini membutuhkan lebih banyak ABS dibandingkan dengan tipe loop. Gambar 4. Saluran distribusi primer tipe mesh/grid A 1 1 ABS 2 GI A 2 GI B c. Spindle Tipe spindle adalah tipe radial yang dilengkapi dengan gardu hubung dan express feeder, sehingga memungkinkan . gardu distribusi salah satu feeder disuplai dari express feeder. Gambar 5. Saluran distribusi primer tipe spindle Express Feeder G I Gardu hubung III. PERHITUNGAN RUGI-RUGI 3.1. Perhitungan Rugi-rugi Saluran Udara Dalam melakukan perhitungan rugi-rugi saluran udara maka terlebih dahulu diplot kurva beban harian, untuk menentukan arus beban puncak (Imax) dan menghitung arus ratarata harian (Iavg) sehingga dapat ditentukan faktor beban (LFD) dan losses faktor (LFS) dengan persamaan : Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 23 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS L FD = I avg (1) I max L FS = 0,3L FD + 0,7 L FD 2 (2) Setelah itu dihitung arus maksimum dalam fungsi jarak dengan rumus Arus maksimum dalam fungsi jarak : I (L ) = − mL + C (3) dimana L adalah panjang total seluruh kabel konstanta C = Imax sehingga didapat gradien m: m= I max L (4) Dengan demikian didapat persamaan arus dalam fungsi jarak, maka Imax dapat dihitung dengan mengintegralkannya L 1 (−0,876 L + 53)dL L ∫0 (5) Dari parameter-parameter di atas maka akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi saluran utama (tiang ke tiang) dengan menggunakan rumus 2 P = I max .R.L FS (6) dimana R adalah resistansi kabel yang digunakan untuk saluran tersebut. 3.2. Perhitungan Rugi-rugi Sambungan Rumah Untuk menghitung rugi-rugi saluran rumah diperlukan data sampel dari sambungan rumah-rumah tersebut, yang dihitung dengan ∑ L . Sehingga dapat diketahui persamaan n total sambungan rumah : R = (∑ LSR )x(R / m ) Dalam melakukan perhitungan rugi-rugi rumah ke rumah juga perlu dilakukan plot kurva beban harian, untuk menentukan arus beban puncak (Imax) dan menghitung arus ratarata harian (Iavg) untuk menentukan faktor beban (LFD) dengan persamaan L FD = I avg (7) (8) I max Sehingga Rugi – rugi total sambungan rumah ini dihitung tipa jalurnya dengan persamaan PSR = Imax2 R LFD Panjang L dihitung untuk total tiap jalur. I max = dimana: R/m adalah resistansi dari kabel sambungan rumah ke rumah yang dapat dilihat pada spesifikasi kabelnya. (9) Dimana : Imax adalah arus maksimum yang dapat didekati dengan jumlah total MCB R adalah resistansi total saluran rumah dapat dicari dengan spesifikasi kabel sambungan rumah LFD adalah faktor beban Untuk total rugi-rugi sambungan rumah adalah (10) PTot = PSR.A + PSR.B + PSR.C 3.3. Perhitungan Rugi-Rugi Total Untuk rugi-rugi total saluran secara teknis dapat dihitung dari total rugi-rugi saluran udara dan sambungan rumah. Etotal = ESU + ESR (11) Dimana : ESU adalah rugi-rugi saluran ESR adalah rugi-rugi sambungan rumah IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada daerah Kampung Dobi sistem distribusinya mempunyai tiga jalur utama yakni jalur A, Jalur B, dan Jalur C yang merupakan keluaran trafo distribusi tegangan rendah 20 kV : 220 Volt dengan nomor gardu 359 T. Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 24 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS 4.1. Perhitungan Rugi-Rugi Saluran Udara m= 53 LA 4.1.1 Jalur A 4.1.1.1. Fasa R m= 53 = 0,876 A / m 60,5 Berdasarkan data pengukuran arus (pada lampiran), maka dapat kita plot kurva beban harian Jalur A fasa R sebagai berikut: Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga C = 53 dengan demikian didapat persamaan arus dalam fungsi jarak : Gambar 6. Kurva beban harian fasa R I (L ) = −0,876 L + 53 Akhirnya Imax dapat dihitung : Kurva Beban Harian Jalur A Fasa R L I max = 60 Arus (A) 50 30 I max 20 [ ] L 1 − 0,438L2 + 53L 0 L = −0,438(60,5) + 53 = 26,501 A I max = 40 1 (−0,876 L + 53)dL L ∫0 10 08 .0 0 10 .0 0 12 .0 0 14 .0 0 16 .0 0 19 .0 0 21 .0 0 23 .0 0 01 .0 0 03 .0 0 05 .0 0 07 .0 0 0 Waktu (jam) Dari kurva diatas diketahui beban puncak (Imax) = 53 A. Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 10,02 A Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD): L FD = I avg I max LFD = 10,02 = 0,189 53 Sedangkan losses faktor (LFS): L FS = 0,3L FD + 0,7 L FD 2 Resistansi saluran udara dengan asumsi penggunaan kabel pilin udara LVTC alumunium dengan spesifikasi kabel : • Arus maksimum 185 A • Kabel pilin 19 buah kawat dengan diameter kawat 2,25 mm • Diameter konduktor 9,9 mm s/d 10,7 mm • Resistansi 0,499 Ω/km RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω Dari parameter-parameter di atas maka akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi saluran utama (tiang ke tiang) pada fasa R, dengan menggunakan rumus 2 P = I max .R.L FS LFS = 0,3x0,189 + 0,7 x0,189 2 = 0,081 PR = 26,5012 x0,03 x0,081 = 1,706 Watt Arus maksimum dalam fungsi jarak : 3.1.1.2 Fasa S I (L ) = − mL + C Berdasarkan data pengukuran arus (pada lampiran), maka dapat kita plot kurva beban harian Jalur A fasa S sebagai berikut: Gradien m: m= I max L Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A sehingga : Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 25 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS Gambar 7. Kurva beban harian fasa S dengan demikian didapat persamaan arus dalam fungsi jarak : Kurva Beban Harian Jalur A Fasa S I (L ) = −0,502 L + 30,4 07.00 05.00 03.00 01.00 23.00 21.00 19.00 16.00 14.00 12.00 10.00 Akhirnya Imax dapat dihitung : 08.00 Arus (A) 35 30 25 20 15 10 5 0 L I max = Waktu (jam) 1 (−0,502 L + 30,4)dL L ∫0 [ ] L 1 − 0,251L2 + 30,4 L 0 L = −0,251(60,5) + 30,4 = 15,21A I max = Dari kurva diatas dapat diketahui beban puncak (Imax) = 30,4 A. I max Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 22,06 A. Dengan perhitungan resistansi yang sama dengan fasa S, maka didapat resistansi kabel : RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD) : L FD = LFD I avg I max 22,06 = = 0,725 30,4 2 P = I max .R.L FS Sedangkan losses faktor (LFS): LFS = 0,3L FD + 0,7 L FD Dari parameter-parameter di atas maka akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi saluran utama (tiang ke tiang) pada Jalur B fasa S, dengan menggunakan rumus: 2 L FS = 0,3 x0,725 + 0,7 x 0,725 PS = 15,212 x 0,03 x 0,584 = 4,053 Watt 4.1.1.3 Fasa T 2 = 0,584 Arus maksimum dalam fungsi jarak: I (L ) = −mL + C Berdasarkan data pengukuran arus (pada lampiran), maka dapat kita plot kurva beban harian Jalur A fasa T sebagai berikut : Gambar 8. Kurva beban harian fasa T Gradien m : Kurva Beban Harian Jalur A Fasa T m= 1.5 C = 30,4 07.00 05.00 03.00 01.00 23.00 21.00 19.00 16.00 14.00 12.00 0 30,4 = 0,502 A / m 60,5 Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga didapat 1 0.5 10.00 Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A sehingga : 2 08.00 I max L Arus (A) m= Waktu (jam) Dari kurva diatas dapat diketahui beban puncak (Imax) = 1,78 A. Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 0,093 A. Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 26 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD) : L FD = LFD = I avg I max 0,093 = 0,052 1,78 Dari parameter-parameter di atas maka akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi saluran utama (tiang ke tiang) pada Jalur B, dengan menggunakan rumus 2 P = I max .R.LFS PT = 0,9332 x0,03x0,016 = 0,0004 Watt Sedangkan losses faktor (LFS) : 4.1.1.4 Fasa N LFS = 0,3LFD + 0,7 LFD 2 = 0,016 LFS = 0,3 x 0,052 + 0,7 x 0,052 2 Arus maksimum dalam fungsi jarak : Berdasarkan data pengukuran arus (pada lampiran), maka dapat kita plot kurva beban harian Jalur A fasa N sebagai berikut : Gambar 9. Kurva beban harian fasa N I (L ) = −mL + C Kurva Beban Harian Jalur A Fasa N Gradien m: Arus (A) Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A sehingga : m= 1,78 LA 30 20 10 0 08 .0 0 10 .0 0 12 .0 0 14 .0 0 16 .0 0 19 .0 0 21 .0 0 23 .0 0 01 .0 0 03 .0 0 05 .0 0 07 .0 0 I m = max L m= 1,78 = 0,029 A / m 60,5 Waktu (Jam) Dari kurva diketahui beban puncak (Imax) = 27,9 A. Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga didapat Sedangkan arus rata-rata harian (Iavg) = 19,593 A. C = 1,78 Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD) : dengan demikian didapat persamaan arus dalam fungsi jarak : L FD = I (L ) = −0,029L + 1,78 LFD Akhirnya Imax dapat dihitung : L I max 1 = ∫ (−0,029 L + 1,78)dL L0 I max [ ] 1 − 0,014 L2 + 1,78 L 0 L = −0,014(60,5) + 1,78 = 0,933 A I max = L Dengan perhitungan resistansi yang sama dengan fasa T, maka didapat resistansi kabel : RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω I avg I max 19,593 = = 0,702 27,9 Sedangkan losses faktor (LFS) : LFS = 0,3LFD + 0,7 LFD 2 LFS = 0,3 x0,702 + 0,7 x0,702 2 = 0,554 Arus maksimum dalam fungsi jarak : I (L ) = −mL + C Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 27 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS Gradien m : 4.1.2. Jalur B m= I max L Panjang L dihitung untuk total seluruh jalur A sehingga : 27,9 m= = 0,461A / m 60,5 Sedangkan konstanta C = Imax, sehingga didapat C = 27,9 dengan demikian didapat persamaan arus dalam fungsi jarak : I (L ) = −0,461L + 27,9 Akhirnya Imax dapat dihitung : Dengan proses perhitungan yang sama dengan jalur A maka didapat total rugi – rugi saluran untuk Jalur B PTOT = PR + PS + PT + PN = 909,633 + 598,63 + 1543,66 + 183,99 = 3235.913 watt dan untuk energi E = PTOT x T T dihitung dari selang waktu pemadaman pertama dengan pemadaman kedua E = 3235.913 watt x 360 = 1164928,6Wh = 1164,9286 kWh L I max = 1 (−0,461L + 27,9 )dL L ∫0 I max = L 1 − 0,23L2 + 27,9 L 0 L [ ] I max = −0,23(60,5) + 27,9 = 13,985 A Dengan perhitungan resistansi yang sama dengan fasa R, maka didapat resistansi kabel : RT = 0,499 Ω/km x 60,5 .10-3 km = 0,03 Ω Dari parameter-parameter di atas maka akhirnya kita dapat menghitung rugi-rugi saluran utama (tiang ke tiang) pada Jalur B, dengan menggunakan rumus 2 P = I max .R.L FS PN = 13,985 2 x0,03 x0,554 PN = 3,25 Watt Jadi total rugi – rugi saluran untuk Jalur A PTOT = PR + PS + PT + PN = 1,706 + 4,053 + 0,0004 + 3,25 = 9,0094watt dan untuk energi E = PTOT x T T dihitung dari selang waktu pemadaman pertama dengan pemadaman kedua E = 7,808 watt x 360 = 2810,88 Wh = 2,810 kWh 4.1.3. Jalur C Total rugi – rugi saluran untuk Jalur C (Proses perhiungan sama dengan Jalur A) PTOT = PR + PS + PT + PN = 87.647 + 198.2 + 71,497 + 27,821 = 385,165 Watt dan untuk energi E = PTOT x T T dihitung dari selang waktu pemadaman pertama dengan pemadaman kedua E = 385,165 watt x 336 = 129.514,44 Wh = 129,415 kWh Jadi total rugi-rugi saluran adalah : 139.02 kWh + 1164,9286 kWh + 129,415 kWh = 1433,364 kWh 4.2. Perhitungan rugi-rugi sambungan rumah Untuk menghitung rugi-rugi saluran rumah diperlukan data sampel ∑ L . Untuk itu diambil n sampel 3 tiang, dengan jumlah pelanggan 30 rumah. Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 28 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS +8 (6 + 8 + 7 + 5 + 9 + 4 + 3 + 11 + 8 + 9 + 15 + 10 + 5 + 10 + 6 + 7 + 3 + 15Dimana : Imax dapat didekati dengan jumlah total MCB/Pelanggan, dimana MCB = 1504 A Pelanggan = 499 Imax adalah 1504/499 = 3.014 A ∑ L = + 4 + 10 + 10 + 6 + 7 + 6 + 7 + 9 + 5 + 15 + 7) 30 n ∑L 240 = = 8m / rumah n 30 Sehingga dapat diketahui total sambungan rumah : ∑L SR = (8m / rumah) x(499 rumah) = 3992 m Resistansi total saluran rumah dapat dicari dengan spesifikasi kabel sambungan rumah adalah alumunium dengan ukuran 2 x 6 mm2 dan resistansi 1,333 Ω/km. R = (∑ LSR )x(R / m ) R = 3992 x 1,333 x 10 −3 = 5.321 Ω Dari data pengukuran beban harian maka dapat diplot kurvanya sebagai berikut : Gambar 10. Kurva beban harian fasa N Jadi rugi-rugi total sambungan rumah adalah: PSR = 3,0142 x 5.321 x 0.603 = 29.147 watt dan untuk energi E = PTOT x T T dihitung dari selang waktu pemadaman pertama dengan pemadaman kedua E = 29.147 watt x 336 = 9793.392 Wh = 9,79 kWh 4.3. Perhitungan Rugi-Rugi Total Rugi-rugi total saluran secara teknis dapat dihitung dari total rugi-rugi saluran udara dan sambungan rumah. Etotal 400 300 200 100 0 14:00 12:00 10:00 8:00 6:00 4:00 2:00 0:00 22:00 20:00 18:00 Waktu (Jam) Dari kurva diatas dapat diketahui beban puncak (Imax) = 286 A. Sedangkan arus ratarata harian (Iavg) = 172,6A. Sehingga dapat dihitung faktor beban (LFD) : L FD = LFD = ESU + ESR = 1433,364 kWh + 9,79 kWh = 1443,154 kWh V. ANALISA 16:00 Arus (A) Kurva Beban Harian Beban 3 Fasa I avg I max 172.6 = = 0.603 286 Rugi – rugi total sambungan rumah rata-rata dicari dengan persamaa : PSR = Imax2 R LFD Dari hasil pemakaian trafo dilapangan diperoleh penunjukan data-data pada trafo sebagai berikut : Awal : 14949,1 Kwh Akhir : 15564,2 Kwh Akhir-Awal : 615,1 kWh Dikarenakan trafo menggunakan CT dengan rasio 50:1 maka : Kwh Trafo = 615,1 Kwh x 50 = 30755 Kwh, Jadi, rugi-rugi trafo = Kwh Trafo - ΣKwh rumah = 30755 kWh – 27182,4 kWh = 3572,7 kWh Atau besar rugi dalam persen adalah : % Rugi - rugi = Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 Rugi - rugi x100% KWH terpakai 29 LPPM-POLTEKNIK BENGKALIS - Arus maksimum yang melalui kabel cukup besar bahkan melebihi kapasitas kabel akan menyebabkan terjadinya peningkatan rugi-rugi I2R b) Rugi-rugi non teknis - Kekurangtelitian dalam pengukuran dan peneraan - Adanya indikasi pencurian - Tidak semua rumah teridentifikasi data kWh meter 3572.7 x100% 27182.4 = 11.62 % % Rugi - rugi = Jika kita bandingkan rugi-rugi secara teori dengan rugi-rugi hasil pendataan maka terdapat selisih : (3572.7 – 1443, 154) kWh = 2129,546 kWh Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya selisih tersebut diperkirakan sebagai berikut : 1. Rugi-rugi teknis lain a. Rugi-rugi yang disebabkan renggang pada persambungan antar kabel b. Arus maksimum yang melalui kabel cukup besar bahkan melebihi kapasitas kabel. Pada kabel pilin udara LVTC kapasitas arus maksimumnya adalah 185 A, tetapi kenyataanya kabel ini dialiri arus sampai 300 A. hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan rugi-rugi I2R 2. Rugi-rugi non teknis a. Kesalahan peneraan b. Adanya indikasi pencurian c. Tidak semua rumah yang teridentifikasi data kWh meter 6.2.Saran Dari hasil studi yang telah dilakukan ada beberapa hal yang perlu untuk disarankan pada pihak PLN, yaitu : a. Perlunya untuk menaikkan kapasitas trafo karena pada saat beban puncak, trafo mengalami overload. b. Karena pada saat beban puncak melebihi kapasitas salur kabel maka perlu diganti dengan kapasitas yang lebih besar. c. Untuk mengurangi rugi-rugi lain, PLN perlu memperhatikan kualitas penyambungan, menindak pelanggan yang memasang kWH meter didalam rumah serta pemakaian lampu-lampu jalan illegal. d. PLN perlu memperhatikan pemasangan instalasi baru sehingga dapat diusahakan beban masing-masing fasa seimbang VI. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA 6.1. Kesimpulan [1]. Rina Irawati, Analisa Aliran Daya Jaringan Distribusi Radial, paper, SSTE, 2001 [2]. William H K, Distributin Sistem Modeling and Analysis, CRC press, 2002 [3]. X. Wang, Modern Power System Planning, Mc Graw Hill. [4]. Gonen, Turan. Electric Power Distribution System Engineering. McGraw-Hill Int. Ed. 1987. [5]. P.K. Dash, S.K Panda, A.C. Liew, B. Mishra, R.K. Jena. A new approach to monitoring electric power quality. Electric Power Systems Research 46. 1998 1. Hasil pengukuran dan pengolahan data didapatkan : a. Rugi-rugi total saluran udara adalah 2290,583 kWh b. Rugi-rugi total sambungan rumah adalah 24,978 kWh c. Rugi-rugi total saluran secara teknis adalah 2315,561 kWh d. Rugi-rugi trafo sebesar 2924,7 kWh 2. Selisih rugi-rugi secara teori dengan rugirugi hasil pendataan diperoleh sebesar 609,139 kWh,ini dimungkinkan karena adanya : a) Rugi-rugi teknis lain - Rugi-rugi yang disebabkan renggang pada persambungan antar kabel Disampaikan pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2010 Bengkalis, 26-27 Mei 2010 30