MAKALAH BAHASA INDONESIA “EJAAN BAHASA INDONESIA” Disusun oleh : 1. Ari Setiadi ( ) 2. Bangkit Puji P. (125100200111006) 3. Yesika Diah S. (125100200111026) 4. Yurike Widiyanti (125100200111016) 5. Ina Nur Anisa (125100201111010) 6. Ahmad Munawir (125100201111020) 7. Nilla Alvionita (125100201111030) 8. Siti Nur Segarwati (125100201111040) 9. Aliet Bagus (125100207111006) 10. Kanda Bagus P. (125100207111016) JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 1 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah penulis ucapkan pada Allah SWT. Karena atas seizinNyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ejaan Bahasa Indonesia” ini. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia pada semester 2 di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua yang telah turut membantu dalam doa dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas, petunjuk kepada penulis sehingga dapat termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Malang, 21 Februari 2013 Penulis 2 DAFTAR ISI Kata pengantar .................................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................................. ii Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang .............................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1 1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1 Bab II. Pembahasan 2.1 Pengertian dan macam-macam ejaan ........................................................................... 3 2.2 Sejarah perkembangan ejaan ........................................................................................ 3 2.3 Penulisan huruf ............................................................................................................ 9 2.4 Penulisan kata .............................................................................................................. 10 2.5 Penggunaan tanda baca ................................................................................................ 13 2.6 Unsur Serapan .............................................................................................................. 18 Bab III. Penutup 3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 20 Daftar Pustaka ................................................................................................................... 21 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, penyempurnaan ejaan Bahasa Indonesia mengalami berbagai tahap sejak sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga sekarang. Perkembangan yang dimaksud antara lain adanya penerapan ejaan oleh Ch.A.Van Ophujsen, atas nama pemerintah Belanda, penetapan Ejaan Republik Soewandi (1947), Ejaan Pembaharuan Prijono (1957), Ejaan Melindo Slametmuljana (1959), Ejaan Baru Bahasa Indonesia Anton Moeliono (1967), Ejaan Yang Disempurnakan I.B.Mantra (1972), yang akhirnya EYD ini disahkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972. Dan dalam setiap perkembangannya selalu mengalami pembaharuan di dalamnya. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut Tasai (2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu. Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun tulisan. Materi utama yang dibahas dalam EYD meliputi kaidah tentang penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan apa saja macamnya? 2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia? 3. Apa dan bagaimana penulisan huruf yang baik dan benar? 4. Apa dan bagaimana penulisan kata yang sesuai kaidah? 5. Apa dan bagaimana penulisan tanda baca dalam sebuah kalimat? 1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yakni : 1. Untuk mengetahui pengertian ejaan dan macam-macamnya. 4 2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia. 3. Untuk mengetahui cara penulisan huruf yang baik dan benar. 4. Untuk mengetahui cara penulisan kata yang sesuai kaidah. 5. Untuk mengetahui cara penulisan tanda baca yang benar dalam sebuah kalimat. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Macam-Macam Ejaan Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut Tasai (2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu. Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Adapun macam-macam ejaan menurut perkembangannya, antara lain : 1. Ejaan Ophujsen (1901) 2. Ejaan Soewandi atau ejaan Republik (1947) 3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956) 4. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) (1959) 5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK ( Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) (1966) 6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972) 2.2 Sejarah Perkembangan Ejaan a. Ejaan Ophujsen (1901) Ejaan Ophuysen didasarkan atas prakarsa pemerintah Hindia Belanda menugaskan Charles Adrian van Ophuysen untuk menuliskan bahasa Melayu. Tugas itu diselesaikannya pada tahun 1901 sejak permulaan usahanya pada tahun 1896. Sejak tahun 1901 itulah baru timbul keseragaman ejaan untuk menuliskan bahasa Melayu. Kelebihan Ejaan Ophuysen 1. Berhasil menghindarkan kesulitan penulisan bahasa Melayu dari huruf Arab-Melayu ke dalam huruf Latin 6 2. Membantu pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan roda pemerintahan 3. Membantu penyebaran bahasa-bahasa daerah cara yang lebih luas dengan mencetak buku-buku pelajaran dan buku lain dalam bahasa daerah tersebut dengan huruf Latin. Kekurangan 1. Terlalu bertegak di atas konsep bahasa Belanda 2. Memasukkan fonem asing ayang bukan merupakan fonem bahasa Melayu seperti: ain, hamzah, z, f, ch, sj, oe, dl, ts sehingga seringkali timbul cara penulisan yang salah Contoh: - hadir sering dibaca had-lir karena kadang-kadang ditulis hadlir - hasil sering dibaca hat-sil karena kadang-kadang ditulis hatsil b. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947) Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901. Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah: huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an. awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan. Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut : a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur. 7 b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat. c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2an. d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang. o Kebaikan Ejaan Soewandi : 1. Lambang oe diubah dengan u yang lebih sesuai dengan ilmu ejaan umum 2. Menundukkan ucapan kata asing pada kebiasaan ucapan dalam masyarakat Contoh: hadlir hadir export ekspor 3. Kata dari bahasa asing tidak disisipi e-pepet Contoh: peraktek praktek o Kekurangan Ejaan Soewandi : 1. Tidak membedakan e-taling dengan e-pepet Contoh: seri c. Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo Ejaan Pembaharuan merupakan penyempurnaan dari ejaan Republik karena ejaan tersebut terdapat unsur-unsur yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ejaan pembaruan merupakan hasil dari E.Katoppo dan Prof. Dr. Prijono. Pembaharuan ejaan ini mengalami beberapa kesulitan seperti biaya perombakan mesin tik sehingga ejaan ini tidak diresmikan. Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf-huruf tunggal. Atau bersifat fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu diusahakan hanya dilambangkan dengan satu huruf. Tampak seperti contoh di bawah ini : 1. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j 2. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts 3. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ 4. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ 5. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š Gunakan vokal ai, au dan oi(di sebut diftong) di tulis berdasarkan pelafalannya yaitu ay, aw, dan oy. Misal : satai → satay Harimau → harimaw 8 Amboi → amboy Serta huruf j, seperti pada kata jang di ubah menjadi y sesuai dengan ejaan Bahasa Indonesia. d. Ejaan Melindo (1959) Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang disusun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia) dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismail yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo. Awalnya Ejaan Melindo dimaksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan di kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah diumumkan. e. Ejaan Baru Bahasa Indonesia / LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan) Ejaan Baru Bahasa Indonesia merupakan hasil dari usaha pembaharuan yang berasaskan pada dasar pemikiran: • Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan • Ejaan Soewandi yang kurang dapat mencerminkan kodrat bahasa Indonesia Ejaan ini merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo. Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan Kasusaatraan, sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru. Namun lebih dikenal dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain: 1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem dilambangkan dengan satu huruf. 2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan secara teknis itu di sesuaikan dengan keperluan praktis seperti keadaan percetakan dan mesin tulis. 3) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya. Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru : 1) Gabungan konsonan dj diubah menjadi j 9 Misalnya : remadja → remaja djalan → jalan 2) Gabungan konsonan tj diubah menjadi c. Misalna : tjakap → cakap batja → baca 3) Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny. Misalnya : Sunji → sunyi Njala → nyala 4) Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy. Misalnya : Sjarat → syarat Sjair → syair 5) Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh. Misalnya : Tachta → takhta Ichlas → ikhlas 6) Huruf j diubah menjadi y Misalnya : Padjak → pajak Djatah → jatah 7) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya ditulis dengan e/tanpa penanda. Misalnya : Ségar → segar Copèt →copet 8) Huruf asing f, v, dan z dimasukkan ke dalam sistem ejaan bahasa Indonesia karena huruf huruf itu banyak digunakan. Misalnya : Fasih, vakum, zaman. f. Ejaan Yang Disempurnakan 10 Secara definisi, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972 yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Pedoman ejaan bahasa Indonesia disebut pedoman umum,karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu, yang disesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang disusun sebelumnya, terutama ejaan Republik yang dipadukan pula dengan konsep-konsep ejaan Pembaharuan, ejaan Melindo, dan ejaan Baru. 1. Perubahan huruf - Ejaan lama : Dj → djika, wadjar Tj →tjakap,pertjaja Nj → njata,sunji Ch → achir, chawatir - EYD : J → jika, wajar C → cakap, percaya Ny → nyata, sunyi Kh → akhir, khawatir 2. Huruf f, v dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya. Misalnya : Khilaf, fisik, zakat, universitas 3. Huruf q dan x yang lazim di gunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap di gunakan , misalnya pada kata furqan dan xenon. 4. Penulisan di- sebagai awalan di bedakan dengan di yang merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.Misal : Awalan → didicuci dibelikan dilatarbelakangi Kata depan → Di Di kantor 11 Di belakang Di tanah 5. Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan. Misalnya : Anak-anak, bukan anak2 Bersalam-salaman, bukan bersalam2an Bermain-main, bukan bermain2 d. Yang di atur dalam EYD yaitu : a) Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring. b) Penulisan kata c) Penulisan tanda baca d) Penulisan singkatan dan akronim e) Penulisan angka dan lambang bilangan f) Penulisan unsur serapan. Kelebihan Ejaan Yang Disempurnakan yakni : 1. Dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmu ejaan umum 2. Aturan penulisan kata, huruf dan tanda tanya jauh lebih tegas 2.3 Penulisan Huruf A. Huruf Besar dan Huruf Kapital Huruf besar dan huruf kapital digunakan untuk hal-hal berikut : 1. Awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung. Contoh: Dia berangkat ke sekolah. Ibu bertanya,” Mengapa kamu menangis?” 2. Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, termasuk kata gantinya. Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab 3. Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Sultan Hasanudin, Gubernur Joko Widodo, Profesor Samsuri 4. Huruf pertama nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah. Contoh: bangsa Indonesia, tahun Masehi, hari Senin, hari Kebangkitan Nasional 12 5. Huruf pertama khas dalam geografi. Contoh: Danau Towuti, Afrika Selatan, Jalan Surabaya 6. Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, dan dokumen resmi. Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan Rakyat, Surat Perintah Sebelas Maret 7. Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. Contoh: Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas, majalah Trubus 8. Singkatan nama gelar dan sapaan, huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata ganti. Contoh : Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silahkan diminum, Mbak! B. Huruf Miring Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut : 1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh: majalah Tempo, harian Kompas. buku Dasar- dasar Penulisan 2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Contoh: Bab ini tidak membicarakan…, Huruf pertama kata abad ialah a 3. Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh: Penataran merupakan kata lain dari upgrading 2.4 Penulisan Kata A. Kata Dasar Kata asli yang belum medapat imbuhan. Kata dasar yang terdapat dalam kalimat ditulis satukesatuan. Contoh : Dia tidak suka marah Siapa yang datang ? B. Kata Turunan Kata yang diturunkan dari kata dasar asli, bisa disebut kata berimbuhan. Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh : o Pemanas (pe+panas) o Jawaban (jawab+an) 13 Awalan atau akhiran ditulis serangkai denan kata yang mendahului apabila bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Contoh : o Bersuka ria (ber + suka ria) o Dimejahijaukan (di + meja hijau + kan) o Membabi buta (me-N + babi buta) Jika bentuk dasarnya berupa kata gabung dan mendapat awalan dan akhiran, kata ditulis serangkai. Contoh : o Mengedepankan (me-N + ke + depan + kan) o Mempertanggungjawabkan (me-N + pe + tanggung jawab + kan) Jika salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan ditulis serangkai. Contoh : o Pascasarjana o Prasangka o Mahasiswa C. Kata Ulang Kata dasar yang diulang. Dapat berupa kata ulang murni (sama dengan kata dasar) dan kata ulang sebagian (berbeda dengan kata dasar). Kata dasar yang berupa kata ulang ditulis lengkap menggunakan tanda gabung. Contoh : - Sepandai-pandai - Lauk-pauk D. Gabungan Kata Kata dasar yang terbentuk dari penggabungan dua kata. Bisa disebut kata majemuk, kata dasar yang berasal dari gabungan kata yang punya makna tertentu. Gabungan kata yang lazim, kata majemuk termasuk istilah khusus bagiannya ditulis terpisah. Contoh : o Sapu tangan o Mata pisau o Mata hati Gabungan kata termasuk istilah khusus yang menimbulkan salah baca dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan. Contoh : alat pandang-dengar. Gabungan kata yang sudah diangap padu, kata ditulis serangkai. 14 Contoh : o Apabila (apa + bila) o Daripada (dari + pada) o Adapun (ada + pun) E.Kata Ganti Kata ganti –ku, -mu dan –nya ditulis dengan kata yang mendahuluinya. Contoh : o Ayahmu orang yang dermawan o Buku ini miliknya F. Kata Depan Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali daripada. Contoh : o Ayah berangkat ke masjid o Saya dari masjid G. Kata Sandang Kata sandang berupa Si dan Sang ditulis secara terpisah dari kata yang megikutinya. Contoh : o Si Unyil o Sang Raja H. Partikel 1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh : o Bacalah buku itu dengan baik ! o Akankah kita tetap menjadi saudara ? 2. Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Kecuali : adapun, bagaimanapun, maupun, biarpun, walaupun. Contoh : o Sepetak tanah pun aku tak punya. o Sepucuk surat pun tak datang. 3. Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap dtulis terpisah dari kalimat yang mendampinginya. Contoh : o Dia membaca buu itu per bab. o Dia menggaji karyawannya per hari I. Angka dan Lambang Bilangan 15 Dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Contoh : 1, 2, 3. Digunakan untuk ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, nilai uang. Contoh : o 3 meter kain, 10 kilogram beras, 5 liter. o Pukul 12.30, 100 dolar, tahun 1962. o Penulisan lambang bilangan dengan huruf. Contoh : sebelas (11), dua per tiga (2/3). Penulisan kata bilangan tingkat. Contoh : o Bab III o Bab tiga o Bab ke-3 Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an. Contoh : o Tahun 60-an o Tahun enam puluhan Akta dan Kuitansi, bilangan ditulis dengan kata dan huruf skaligus dalam teks. Contoh : o Telah diterima uang sebesar Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah). 2.5 Penggunaan Tanda Baca A. Tanda Baca Titik (.) Ada beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik (.). kaidah-kaidah tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seruan. Contoh: a. Saya beragama Islam b. Kita adalah saudara 2. Tanda baca titik digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,ikhtisar,atau daftar. Contoh: a. 4.1 Pembahasan b. Tabel 10. Rekapitulasi data 16 3. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan angka jam,menit,dan detik yang menunjukan jangka waktu. Contoh: a. Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik ) 4. Tanda baca titik digunakan diantara nama penulis,judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Contoh: a. Lestariningrum,Dwi.1998.Teknik Menjahit.Malang:Intan. b. Syamsu,M.2007.Belajar Mengaji.Malang:UIN Press. 5. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukan jumlah. Contoh: a. Tamu yang hadir adalah 24.200 orang. b. Ayamnya berjumlah 5.500 ekor. 6. Tanda baca titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatanya yang tidak menunjukan jumlah. Contoh: a. 6 juni adalah tanggal kelahiranya. b. Dia mendapat gaji setiap tanggal 2. 7. Tanda baca titik tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kapala ilustrasi,tabel,dan sebagainya. Contoh: a. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI b. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 8. Tanda baca titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim surat,nama dan alamat penerima surat,serta tanggal surat. Contoh: a. Yth.Rektor UIN Malang Jalan Gajayana 50 Malang b. Malang,28 Maret 2010 B. Tanda Baca Koma (,) Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut 17 1. Tanda baca koma (,) digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang. Contoh: a. Saya membeli kertas,pena,dan tinta b. Saya suka apel,durian,dan pisang 2. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan. Contoh: a. Ayah suka buah,tetapi ibu tidak b. Dia tidak kakakku,melainkan sepupuku 3. Tanda baca (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat. Contoh: a. Jika hari tidak hujan,saya akan datang b. Atas perhatian Bapak,saya berterima kasih 4. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Contoh: a. Saya tidak akan datang,jika ayah tidak mengijinkan b. Saya akan memaafkan,jika ia mau bertobat 5. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: a. Dia malas belajar.oleh karena itu,dia tidak naik kelas b. Dia sudah berstatus mahasiswa .akan tetapi,dia seperti anak-anak C. Tanda Baca Titik Koma (;) Kaidah-kaidah enggunaan tanda baca titik koma (;) adalah sebagai berikut. 1. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara. Contoh: a. Ayah sedang mengaji; ibu sedang memasak; adik sedang belajar; meraka sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing 2. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: 18 a. Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing.Ayah sedang membaca koran; ibu menjahit kayu;saya asyik membersihkan taman di depan rumah. D. Tanda Baca Titik Dua (:) Terdapat beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik dua (:) kaidah-kaidah yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut. 1. Tanda baca titik dua (:) digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian atau perincian. Contoh: a. Ketua: Ahmad Wijaya, Sekretaris: Siti Tantowi 2. Digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan subjudul,serta nama kata dan penerbit buku acuan. Contoh: a. Tempo, I ( 1971 ). 34:7 b. Surat yasin:19 E. Tanda Hubung (-) Kaidah-kaidah penggunaan tanda hubung (-) adalah sebagai berikut 1. Digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan an-, singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap. Contoh: a. se-Indonesia. b. Hadiah ke-2 c. Mem-PHK-kan d. Sinar-X 2. Digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contoh: a. di-smash b. di-drill c. di-carge d. mem-backup F. Tanda Pisah (--) Tanda pisah (--) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke” atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (--) dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Contoh: 19 a. 1910-1945 b. Tanggal 15-10 April 1970. G. Tanda Elipsis (...) Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang hilang. Contoh: a. Sebab-sebab kemerosotan akhlak di kalangan mahasiswa ... atau diteliti lebih lanjut. b. ... kata adalah kumpulan huruf yang sudah bermakna lengkap ( Suwono,1999:13) H. Tanda Kurung ( ) Tanda kurung () digunakan untuk hal-hal sebagai berikut. 1. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh: a. Lampiran: 1 (satu) bendel b. ABRI ( Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) 2. Di gunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan. Contoh: a. Opera Van Java (acara komedi) cukup menghibur masyarakat b. Aku ( puisi karya Chairil Anwar ) aalah puisi Angaktan 45. I. Tanda Tanya (?) Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan jawaban. Contoh: a. Siapa yang pergi ke Bandung ? b. Dimana kamu membeli tas itu? J. Tanda Seruan (!) Tanda seru (!) digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa sruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhanya,atau emosi yang kuat. Contoh: a. Duduklah! b. Ambilkan buku itu! K. Tanda Kurung Siku ([...]) Tanda kurung siku ([...]) digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh: 20 a. Persamaan kedua proses ini (perbedaanya dibicarakan pada Bab II [lihat halaman 35-38]) b. Konsep tentang pengetahuan (hubunganya dengan konsep ilmu secara umum [ lihat halaman 124]) juga diterangkan pada Bab III buku ini. L. Tanda Petik (“...”) Tanda petik (“...”) ini digunakan untuk meakhiri petikan langsung. Adapun kaidah penggunaan tanda petik (“...”) yang dumaksud adalah sebagai berikut. Contoh: a. Kata Toto,”saya juga berpuasa”. b. Pesan Ayah, “jangan berani pada ibumu”. M. Tanda Petik Tunggal (‘...’) Tanda petik tunggal (‘...’) digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: a. Reformasi ‘perubahan’ b. Mastery Learning ‘belajar tuntas’ N. Tanda Garis Miring (/) Tanda garis miring (/) digunakan di dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh: a. Tahun anggaran 2011/2012 b. Semester genap 2012/2013 c. Jalan Kramat III/10 Jakarta O. Tanda Apostrof (΄) Tanda penyingkat atau apostrof (΄) ini digunakan untuk menunjukan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh: a. Malam΄lah tiba (΄lah = telah) b. 1 Januari ΄88 (΄88 = 1988) 2.6 Unsur Serapan Sampai saat ini Bahasa Indonesia berkembang pesat dari waktu ke waktu. Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia menerima berbagai unsur dari bahasa – bahasa lain termasuk dari bahasa asing. Unsur dari bahasa asing tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa indonesia. Contoh kata yang sudah melalui penyerapan, yaitu : 21 • Accomodation menjadi Akomodasi • System menjadi Sistem • Variety menjadi Varietas • Scriptie menjadi Skripsi Demikianlah kaidah-kaidah penulisan huruf, penulisan kata, dan kaidah penulisan serta penggunaan tanda baca yang berlaku di dalam ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia berdasarkan uraian di atas. 22 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut diantaranya ejaan Ophujsen, ejaan Soewandi, ejaan Pembaharuan, ejaan Melindo, ejaan Baru, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). 2. Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi. 3. Ejaan memiliki komponen-komponen penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan tanda baca, serta unsur serapan. 4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau kaidah penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun tulisan 5. Penulisan huruf yang terdapat dalam ejaan yaitu penulisan hurf miring dan huruf kapital. 6. Penulisan kata yang terdapat dalam sebuah ejaan yakni kata dasar, kata ulang, kata ganti, gabungan kata, dll. 7. Pemakaian tanda baca yang terdapat dalam ejaan diantaranya tanda titik, tanda koma, tanda seru, tanda tanya, titik dua, tanda petik, tanda miring, dll. 8. Dari penjabaran diatas, ejaan sangat dibutuhkan dalam hal kepenulisan. Misalnya dalam penulisan karya ilmiah, skripsi, dan thesis. 23 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. “Dari Ejaan van Ophujsen hingga EYD”. www.makalahkuliah.com. Pada 25 Februari 2013. Fakultas Pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah. Malang. Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Safioedin, Asis. 1987. Membina Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni. Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN-Maliki Press. Wilyarsa, I Gusti Agung. 2012. ”Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”. www.ejaanindonesia.blogspot.com. Pada 25 Februari 2013. 24