SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS Yohan Wahyudhi Eghva Garilda O.V. Dhien Setiani Nurfitriyani Him Ahmath Ria Widyaswari Warantia Citta C.P. Arifin Santoso Feolistin M.P. FA/7514 FA/7734 FA/7756 FA/7833 FA/7909 FA/7717 FA/8875 FA/8882 FA/8889 Pengendalian Persediaan Utk memperkecil total investasi pada persediaan & dapat menyediakan produk yg benar untuk memenuhi permintaan pasien Pengendalian persediaan yg tepat dapat menghindari stock out&stock obat yg menumpuk Akan tercapai apabila dapat menentukan: (1) Berapa banyak suatu item barang akan dipesan pada suatu waktu, (2) kapan dilakukakan pemesanan ulang terhadap item tsb, (3) item mana yg perlu dilakukan pengawasan Analisis ABC Analisis VEN EOQ • A→inventory sejumlah ±20% dr item tapi nilai investasi ±80% dr total nilai inventory • B→inventory sejumlah ±30% dr item tapi nilai investasi ±15% dr total nilai inventory • C→inventory sejumlah ±50% dr item tapi nilai investasi ±5% dr total nilai inventory • V = obat-obatan yg sangat esensial ex: obat2 penyelamat • E = obat-obatan yg bekerja kausal (obat yg bekerja pd sumber penyakit) • N = obat-obatan penunjang • Mudah digunakan tetapi didasarkan beberapa asumsi: permintaan,lead time, dan biaya pemesanan diketahui& bersifat konstan, permintaan diterima dg segera, tidak ada discount, dan tidak terjadi kehabisan stock Siklus Pengadaan Obat Menentukan jumlah Tujuan seleksi obat yang dibutuhkan Menyesuaikan kebutuhan dan dana Pengumpulan Memilih metode informasi pengadaan pemakaian Mencari dan memilih pemasok Menetukan Menerima dan memeriksa obatobatan Monitor status pemesanan persyaratan kontrak Tender Terbuka Kelebihan: penetapan harga yg lebih menguntungkan Tender Terbatas Kelebihan: mengurangi resiko lead time yg terlalu panjang, harga masih bisa dikendalikan Metode Pengadaan Obat di IFRS Negosiasi Kelebihan: pengadaan lebih sederhana, waktu lebih pendek, digunakan u. kontrak pengadaan jangka panjang Pengadaan Langsung Kelebihan: paling sederhana → pembelanjaan sesuai yg dibutuhkan ANALISA KASUS Analisa Kasus.docx Pembahasan A. SISTEM PENGADAAN PERSEDIAAN OBAT Dipilih pengadaan obat dengan metode langsung. Alasan: lebih efisien (tak terjadi stock out), lebih dinamis, dan realistis Kelebihan: proses pengadaan lebih cepat dan problem stock kosong barang lebih cepat teratasi Pemantauan status pemesanan → memonitor pengiriman barang → memastikan obat dan alat kesehatan dapat dikirim tepat waktu (terutama untuk obat-obat vital) →tidak terjadi keterlambatan pengiriman yang dapat berakibat kerugian bagi rumah sakit Dalam penerimaan barang perlu dilakukan pemeriksaan: - Kelengkapan dokumen pengiriman barang yg sah (faktur lengkap, ada obat, jumlah batch, ED) - ED obat yg diterima minimal 2 tahun - Perbekalan farmasi yg diterima disertai MSDS B. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT Digunakan analisis ABC dan VEN → utk menentukan obat yg tergolong prioritas, utama, dan tambahan Prioritas : harus diadakan tanpa memperdulikan sumber anggaran (termasuk dlm kelompok AV, BV, dan CV) Utama : dialokasikan pengadaannya dari sumber dana ttt (termasuk dlm kelompok AE, BE, dan CE) Tambahan : dialokasikan pengadaannya setelah obat prioritas dan utama terpenuhi (termasuk dlm kelompok AN, BN, dan CN) Goal setting dalam pengendalian ABC VEN : agar dana yang dikeluarkan dan obat yang didapatkan di IFRS terkontrol dengan baik secara efektif dan efisien Total dana utk perencanaan kebutuhan obat Dana yg tersedia utk pengadaan obat Rp 268.084.143,00 Rp 250.000.000,00 Dilakukan pengendalian persediaan obat dg skala prioritas ABC VEN utk mendapatkan obat yg efektif&efisien serta terhindar dr penyerapan anggaran obat non esensial yg terlalu besar dan pembelian obat non esensial yg mahal KOREKSI EFISIENSI BIAYA a. Broad Ced inj. 1 gram Ceftriaxon 1 gram inj. yang memiliki harga yang lebih murah. Sehingga untuk pengadaan Ceftriaxon 1 gram inj. menjadi 1302 vial. b. Taxegram inj. 1 gram Cefotaxim 1 gram inj. yang memiliki harga yang lebih murah. Sehingga untuk pengadaan Cefotaxim 1 gram inj. menjadi 362 vial. c. Opinacea tablet, Zegavit tablet, dan Glisodin kapsul vitamin C tablet yang memiliki harga yang lebih murah. Satu tablet Opinacea sebanding dengan 4 tablet vitamin C, 1 tablet Zegavit sebanding dengan 4 tablet vitamin C, 1 kapsul Glisodin sebanding dengan 4 tablet vitamin C. Sehingga untuk pengadaan vitamin C tablet menjadi 19 box. Cont’d… d. Cernevit Inj. Neurobion 5000 inj. yang memiliki harga yang lebih murah. Sehingga untuk pengadaan Neurobion 5000 inj. menjadi 22 ampul. Dana yang tersisa dialokasikan untuk pengadaan obat dengan kategori vital ataupun esensial. Dalam kasus ini yaitu Alopurinol 100mg (total Alopurinol yang diadakan adalah 31 box) dan Ceftriakson inj (total Ceftriakson inj. yang diadakan adalah 1328 vial). Total kebutuhan dana utk pengadaan obat dari hasil efisiensi Rp 249.995.149,00. Penerapan sistem FIFO dan FEFO disertai dokumentasi pencatatan tanggal kadaluarsa yg lengkap Kontrol yg ketat untuk obat-obat kategori A vital dan esensial Pengendalian persediaan obat Lampiran… Sebelum koreksi.docx Setelah koreksi.docx KESIMPULAN 1. Kasus RSUD X tipe C dilakukan pengadaan obat dengan metode langsung karena lebih efisien, lebih dinamis, dan realistis. 2. Pemantauan status pemesanan dilakukan untuk memonitor pengiriman barang guna memastikan obat dan alat kesehatan dapat dikirim tepat waktu. 3. Pada kasus digunakan analisis ABC dan VEN untuk menentukan obat yang tergolong prioritas, utama dan tambahan. 4. Total dana pada kasus untuk kebutuhan obat dari perencanaan adalah Rp 268.084.143,00 sedangkan dana yang tersedia untuk pengadaan obat di RSUD X adalah Rp Rp 250.000.000,00. 5. Pengendalian persediaan dikelola dengan metode ABC VEN untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien serta terhindar dari penyerapan anggaran obat non esensial yang terlalu besar dan pembeliannnya yang mahal. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Peraturan Pengadaan Obat, http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20pengadaan%20o bat%20639-2003.pdf, 8 Oktober 2011. Indrajit, R. E, Djokopranoto, R, 2005, Manajemen Persediaan, Gramedia, Jakarta Quick, J, 1997, The Selection, Distribution and use of pharmaceuticals In Managing Drug Supply, 2nd edition, hal 273286, Kumarian Press Book on International Development.