NILAI-NILAI KETUHANAN TOKOH NIDAH

advertisement
NILAI-NILAI KETUHANAN TOKOH NIDAH KIRANI
DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR
KARYA MUHIDIN M. DAHLAN
Asriyani Sularsanti, Mudjianto, Ida Lestari
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
Abstract: The purpose of the research is to describe: (1) charities,
(2) worship, and (3) aqidah of Nidah Kirani in the novel Tuhan
Izinkan Aku Menjadi Pelacur. The data is submitted by using the
collecting data and analyzed by using analysis data with guidelines
codifying the data. The results of the research are: (1) charities such
as: to keep promise and afraid of fault; (2) worship such as say
syahadat in sholat, fasting and praying; (3) aqidah of Nidah Kirani
in the novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur as an
implementation of “rukun islam”.
Keywords: novel, the characters, the value of Godlines
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) amal, (2)
ibadah, dan (3) aqidah tokoh Nidah Kirani dalam novel Tuhan
Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Data dikumpulkan dengan
mempergunakan panduan pengumpulan data dan dianalisis dengan
menggunakan panduan analisis data berupa panduan kodifikasi
data. Hasil penelitian adalah: (1) amal tokoh Nidah Kirani sebagai
berikut: menepati janjinya dan takut akan azab; (2) ibadah tokoh
Nidah Kirani berupa mengucapkan kalimat syahadat dalam sholat,
puasa dan berdoa; (3) aqidah tokoh Nidah Kirani merupakan
implementasi dari rukun iman.
Kata Kunci: novel, tokoh, nilai ketuhanan
Dunia sastra memang sarat dengan kreativitas dan imajinasi
pengarang yang kemudian diwujudkan dalam sebuah tulisan dengan
bahasa yang indah. Salah satu genre sastra adalah prosa yang dalam
pengertian kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif.
Salah satu jenis prosa fiksi adalah novel. Salah satu genre sastra adalah
prosa. Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro), prosa dalam pengertian
kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif (dalam
pendekatan struktural dan semiotik). Abrams (dalam Nurgiantoro, 1995:2)
menjelaskan istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan
(disingkat: cerkan) atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi
merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran. Tak
jauh berbeda dari Abrams, Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiantoro,
1995:2-3) mengartikan prosa fiksi sebagai “prosa naratif yang bersifat
imajiner, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang
mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Pengarang
menemukan hal itu berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap
kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai
dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan
penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.” Sehingga dapat
disimpulkan jika fiksi adalah cerita yang mengangkat berbagai masalah
kehidupan manusia dengan tujuan menghibur.
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia,
dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang
dibangun melalui berbagai unsur instrinsik seperti peristiwa, plot, tokoh
(dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya
tentu saja juga bersifat imajiner. Namun, perlu juga dicatat bahwa dalam
dunia kesusastraan terdapat suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan
diri pada fakta). Tokoh novel muncul dari kalimat-kalimat yang
mendeskripsikannya. Kebenaran dalam dunia fiksi merupakan kebenaran
yang sesuai dengan keyakinan pengarang, kebenaran yang diyakini
“keabsahannya” sesuai dengan pandangannya terhadap masalah
(Nurgiantoro, 1995:4).
Novel „Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur!‟ karya Muhidin
M.Dahlan merupakan salah satu karyanya yang menarik untuk diteliti.
Melalui novel tersebut, pengarang berupaya untuk mengeksplor kisah
hidup seseorang dan menuliskan kembali segala hal yang tersembunyi atas
jarak tipis antara bajik dan bajing dalam kode sosial masyarakat. Novel
tersebut merupakan memoar luka seorang muslimat yang taat kepada
ajaran agamanya. Kepribadian tokoh Nidah Kirani dalam novel Tuhan
Izinkan Aku Menjadi Pelacur! cenderung kepada nilai-nilai Islam, yang
tercemin dalam novel sehingga peneliti memberi judul “Nilai-nilai
Ketuhanan Pada Tokoh Nidah Kirani Dalam Novel Tuhan Izinkan Aku
Menjadi Pelacur Karya Muhidin M. Dahlan”.
Nilai adalah sesuatu yang penting atau hal-hal yang berguna bagi
manusia atau kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam sebuah
karya (Redaksi, 2009: 639). Ketuhanan ialah segala sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan (Depdikbud, 1989: 965). Sedangkan
pengertian nilai sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, nilai ialah harga
dari segala sesuatu yang penting atau berguna bagi kemanusiaan sebagai
rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Hakim menyatakan
bahwa ketuhanan [dalam Islam] juga didasarkan atas keyakinan terhadap
ada kesatuan tertinggi dari sumber segala eksistensi (1986: 56). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa nilai ketuhanan ialah keyakinan seseorang
terhadap Tuhan sebagai dasar bertindak atau menentukan pilihan (1986:
56).
Penelitian ini secara umum akan mendeskripsikan nilai-nilai
ketuhanan pada novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Sedangkan
secara khusus tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: (1)
mendeskripsikan amal perbuatan yang dilakukan tokoh Nidah Kirani
dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur; (2) mendeskripsikan
ibadah yang dilakukan tokoh Nidah Kirani dalam novel Tuhan Izinkan Aku
Menjadi Pelacur;(3) mendeskripsikan aqidah yang dilakukan tokoh Nidah
Kirani dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian kepustakaan karena teori atau pengalaman yang
dikembangkan menggunakan bahan dari melakukan studi kepustakaan
dengan menggambarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data secara
rinci. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi
sastra. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Pendekatan sosiologi sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat.
Pemilihan sosiologi sastra karena diasumsikan bahwa kehidupan sosial
Nidah Kirani memicu lahirnya sebuah karya sastra.
Data pada penelitian ini berupa paparan kalimat dalam novel.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi
Pelacur. Teknik pengumpulan data menggunakan panduan pengumpulan
data atau studi dokumentasi sebagai instrumen penelitian. Pada tahap
analisis data, peneliti menggunakan panduan analisis data. Analisis data
dilakukan dengan mengidentifikasi, merepresentasi dan mengintrepetasi
data berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Pada panduan
pengumpulan data terdapat empat kolom isian, yaitu nomor, aspek yang
diteliti, indikator dan kode data. Data diklasifikasikan menjadi tiga aspek
yang diteliti berupa amal, ibadah dan aqidah. Parameter yang digunakan
untuk menentukan kesesuaian data dengan aspek yang diteliti terdapat pada
kolom indikator. Sedangkan kolom terakhir merupakan kode data. Kode
data merupakan alat pemberi label data.
HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan dan analisis data dapat disimpulkan sebagai
berikut. Berdasarkan studi dokumentasi amal Nidah Kirani berupa
menepati janjinya dan takut akan azab; memberi makanan yang disukai
kepada fakir miskin, anak yatim dan tawanan; dan menghibur orang yang
menderita. Wujud dari amal Nidah Kirani yang pertama adalah ketika dia
sedang datang bulan, dia tidak menginjakkan kakinya di pelataran masjid
karena hal itu dilarang agama. Tokoh patuh pada aturan agama tentang
keharusan tunduk dan pasrah dalam beragama dengan menutup auratnya
mengenakan jilbab atau jubah. Dia juga menjalankan ajaran agama yang
menegaskan bahwa tempat yang paling baik bagi wanita adalah di rumah
dengan tetap berada di dalam kamar. Amal Nidah Kirani yang kedua
telihat dengan infaq yang dia lakukan sebagai aplikasi dari memberi
makanan yang disukai kepada fakir miskin, anak yatim dan tawanan.
Sedangkan amal gambaran amal Nidah Kirani yang terakhir adalah dia
tidak berburuk sangka karena hal tersebut merupakan aplikasi dari
menghibur orang yang menderita.
Ibadah Nidah Kirani berupa mengucapkan kalimat syahadat dalam
sholat, sholat, puasa dan berdoa. Pengucapan kalimat syahadat dalam
sholat tidak ditemukan secara langsung melainkan secara tersurat ketika
dia melaksanakan sholat. Sholat yang dilaksanakan Nidah Kirani adalah
sholat fardhu dan sholat sunnah. Dia juga menunaikan ibadah puasa wajib,
puasa sunnah senin-kamis juga puasa sunnah daud. Sedangkan doa dalam
novel tersebut merupakan kalimat-kalimat harapan yang diucapkan oleh
Nidah Kirani selain doa setelah sholat wajib.
Aqidah Nidah Kirani merupakan implementasi rukun iman, yaitu:
tokoh beriman kepada Allah, tokoh beriman kepada malaikat, tokoh
beriman kepada kitab Allah, tokoh beriman kepada Rasul, dan tokoh
beriman kepada qadar/ketentuan Allah.
PEMBAHASAN
Heri menjelaskan nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang
bertindak atas dasar pilihannya (2010: 25). Kajian tentang nilai dalam sebuah
karya sastra termasuk dalam unsur intrinsik. Hakim menyatakan bahwa ketuhanan
[dalam Islam] juga didasarkan atas keyakinan terhadap ada kesatuan tertinggi dari
sumber segala eksistensi. Nilai ketuhanan ialah keyakinan seseorang terhadap
Tuhan sebagai dasar bertindak atau menentukan pilihan (1986: 56). Dasar sebuah
nilai ialah kebenaran dan kebaikan. Islam menempatkan tekanannya yang paling
besar pada keesaan Tuhan (tauhid). Menurut Islam hanya ada satu Tuhan (yaitu
Allah). Islam menyatakan: “Tuhan adalah kebenaran (Al-Haqq); Dia menciptakan
kebenaran dan menuntut agar makhluk-makhluk-Nya hidup berdasarkan
kebenaran itu. Keyakinan yang dimaksud di atas ialah adanya rasa percaya yang
kemudian ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan seseorang. Nilai ketuhanan
merupakan nilai religius paling tinggi dan paling kuat karena bersumber dari
Tuhan. Kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan merupakan aspek terpenting
yang dimiliki oleh seeorang di masyarakat meskipun terkadang hal tersebut tidak
sepenuhnya nampak.
Nilai ketuhanan tokoh Nidah Kirani dalam novel Tuhan Izinkan Aku
Menjadi Pelacur dapat diketahui dengan menjawab beberapa pertanyaan penting,
bagaimanakah amal perbuatan yang dilakukan oleh tokoh Nidah Kirani dalam
novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur? Bagaimanakah ibadah tokoh Nidah
Kirani dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur? Bagaimanakah aqidah
tokoh Nidah Kirani dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur?
Menurut Rakhmat, amal adalah benih yang kita tanam (2007: 122).
Perwujudan amal atau tajassum al-„amal muncul dalam tiga bentuk. Pertama,
amal-amal kita akan membentuk diri kita. Amal-amal buruk akan membentuk diri
yang buruk. Diri manusia secara batiniah adalah perwujudan amal yang pertama.
Kedua, amal-amal kita akan diciptakan Tuhan dalam wujud makhluk yang
menyertai kita; sejak alam kubur sampai dibangkitkan pada hari kiamat. Ketiga,
amal-amal yang dilakukan akan berwujud dalam bentuk dampak atau akibat.
Amal baik akan muncul dalam akibat-akibat yang baik, dan sebaliknya (2007:
120-121). Berdasarkan studi dokumentasi amal Nidah Kirani berupa menepati
janjinya dan takut akan azab, memberi makanan yang disukai kepada fakir miskin,
anak yatim dan tawanan, dan menghibur orang yang menderita. Menepati janji
dan takut akan azab yang dimaksud merupakan sikap atau perbuatan tidak
melanggar aturan-aturan agama Islam yang tertulis dalam Alqur’an dan hadis.
Janji dalam kehidupan sehari-hari diibaratkan sebagai hutang adalah sesuatu yang
harus dipenuhi oleh seseorang (ketaatan/kepatuhan). Sedangkan azab merupakan
hukuman yang diterima seseorang apabila ia mengingkari janjinya. Janji dan azab
merupakan peraturan yang harus ditaati sebagaimana syariat Islam. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Hamid (2010: 511) yang menyebutkan bahwa salah satu
tolok ukur kadar keimanan seseorang adalah dengan melihat bagaimana ia
memelihara janjinya. Pada novel tersebut Nidah Kirani menepati janjinya untuk
tidak menginjak masjid ketika haid, lalu menutupi auratnya dengan mengenakan
jilbab,sebagai wanita muslimah Nidah Kirani mengamalkan ajaran islam tentang
tempat terbaik seorang wanita adalah di dalam rumah, dan tidak berburuk sangka.
Haid adalah darah kotor yang keluar dari farji (kemaluan) seorang perempuan dan
haram hukumnya perempuan haid menginjakkan kaki di masjid sebagaimana
firman Allah SWT. dalam surat Al-Baqarahh ayat 222. Ahmad (1998:13)
menyatakan bahwa haidl adalah darah yang keluar dari farji seorang perempuan
setelah umur 9 tahun, dengan sehat (tidak karena sakit), tetapi memang
watak/kodrat wanita, dan tidak setelah melahirkan anak. Sebuah hadis dalam
kumpulan hadist sahih juga menjelaskan bahwa haram hukumnya wanita haid ke
masjid. Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, Tidak ku halalkan
masjid bagi yang junub dan haidh. (HR. Bukhari, Abu Daud dan Ibnu
Khazaemah) (Redaksi, hadits-qudsi.blogspot.com).
Ajaran agama Islam yang harus diamalkan selain itu adalah keharusan
menutup aurat bagi perempuan. Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh
dilihat ataupun dipegang sehingga harus ditutupi. Firman Allah SWT. dalam surat
An-Nur ayat 31. Keharusan menutup aurat bagi wanita juga tertuang dalam hadis
berikut. Berkata Shafiyah binti Syaibah: ketika kami bersama-sama Aisyah,
mereka sebut-sebut wanita-wanita Quraisy dan kelebihannya. Maka Aisyah
berkata: sesungguhnya bagi wanita-wanita Quraisy ada kelebihannya. Tetapi
sesungguhnya aku, Demi Allah, aku tidak melihat yang lebih mulia selain
daripada wanita Anshar, mereka sangat membenarkan kitab Allah (AlQur‟an)
dan sangat kuat imannya kepada wahyu yang diturunkan. Sungguh ketika
diturunkan surat An-Nur dan ulurkanlah kerudung-kerudung mereka hingga ke
dadanya. Para lelaki mereka pun pulang lalu membacakan ayat yang baru turun
itu kepada para wanitanya. Maka mereka pun mengambil kain yang kemudian
dengan kain itu mereka jadikan kerudung. Itu karena sangat membenarkan dan
beriman kepada apa yang telah diturunkan Allah dalam kitab-Nya (AlQur‟an)”.
(HR. Abu Dawud) (Kusumayadi, 2006:11). Sebaiknya perempuan berada di dalam
rumah karena perempuan sumber adanya fitnah sebagaimana pernyataan Rahmat
(blog.re.or.id.) di atas lengkap dengan hadisnya, Nidah Kirani enggan keluar
kamar, dia juga sudah tidak mengikuti tradisi shalat berjamaah di masjid kerena
dia mengamalkan ajaran agama. Adapun firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat
33. Dari Ummul Mukminin Aisyah ra. dia menceritakan: “Artinya: Seandainya
Rasulullah SAW. Mengetahui apa yang terjadi pada kaum wanita, niscaya beliau
akan melarang mereka berangkat ke masjid sebagaimana larangan yang berlaku
bagi wanita Bani Israel” (HR. Muttafaqun‟alaih).Islam menggolongkan buruk
sangka ke dalam dosa. Firman Allah SWT. surat Yunus ayat 36. Hadis tentang
larangan berburuk sangka, Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah
Shalallahu‟alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman: Aku
menurut prasangka hambaKu kepadaKu, dan aku bersamanya apabila ia ingat
kepadaKu” (HR. Tirmidzi) (Redaksi, hadits-qudsi.blogspot.com).
Amal tokoh member makanan kepada fakir miskin bisa diartikan sebagai
bentuk berbagi rejeki dengan sesama. Tokoh mengamalkan ajaran tersebut dengan
berinfaq. Memberikan sesuatu yang disukai kepada orang miskin, anak yatim, dan
tawanan adalah wujud kasih sayang antar sesama. Pada ajaran agama Islam
keharusan berbagi dikelompokkan ke dalam infaq atau sedekah sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 245. Pinjaman yang dimaksud dalam
surat tersebut adalah sebagian harta yang digunakan untuk berbagai dengan
sesama. Sedangkan pembayaran yang dimaksud adalah pahala dari Allah SWT
atas amal yang telah dilakukannya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
Rasulullah Saw pernah bersabda, "Allah berkata, 'Keluarkanlah (infaq) dan akan
akan kukeluarkan untukmu' Nabi Saw juga berkata, "tangan Allah adalah penuh,
dan tidak akan berkurang meskipun dikeluarkan sepanjang siang dan sepanjang
malam". Nabi Saw juga berkata, "tidakkah kalian lihat apa yang telah Dia
keluarkan sejak Dia menciptakan langit dan bumi? sesungguhnya apa yang ada
di Tangan-Nya tidaklah berkurang, dan Singgasana-Nya di atas air; dan di
Tangan-Nya terdapat mizan yang dengan itu Dia meninggikan atau merendahkan
seseorang" (Redaksi, hadist-albukhari.blogspot.com).
Menghibur orang yang menderita dalam analisis ini diartikan sebagai sikap
atau perilaku tokoh yang menenangkan, ikut merasakan penderitaan dan
membahagiakan orang lain. Berdasarkan contoh-contoh di atas, hasil analisis
dilihat dari bentuk amalnya, sikap atau perilaku dan perkataan Nidah Kirani
termasuk ke dalam kategori amal yang membentuk diri sendiri. Maksud dari amal
yang membentuk diri sendiri sebagaimana dijelaskan di atas, amal buruk akan
membentuk diri yang buruk, sedangkan amal yang baik membentuk diri yang
baik. Beberapa contoh di atas memperlihatkan amal Nidah Kirani termasuk dalam
amal yang baik.
Muthahhari (2002: 71) menjelaskan bahwa, ibadah pada hakikatnya
adalah bentuk kepasrahan dan penyerahan diri tanpa syarat kepada Allah. Bahkan
semua makhluk bertasbih dan melakukan penghambaan kepada Allah. Ibadah
tokoh Nidah Kirani dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur berupa
mengucapkan kalimat syahadat dalam sholat, puasa dan berdoa. Secara tersurat
pada saat mengidentifikasi data, tidak ditemukan kalimat dalam novel Tuhan
Izinkan Aku Menjadi Pelacur yang menerangkan bahwa tokoh mengucapkan
kalimat syahadat. Akan tetapi secara tersirat ketika Nidah Kirani sholat tentu dia
membaca kalimat syahadat sebab dalam bacaan sholat terdapat kalimat syahadat
ketika melakukan duduk tahiyat awal. Sedangkan dalam novel diketahui bahwa
Nidah Kirani melaksanakan sholat tepat waktu, sholat rawatib dhuha dan tahajut,
juga berdoa. Makna sholat yang sebenarnya adalah menghadapkan jiwa (hati dan
pikiran) kepada Allah SWT. untuk menumbuhkan rasa taat dan berserah diri
kepada-Nya (Rifa’i, 1976: 34), serta mengakui keagungan dan kesempurnaan-Nya
dengan demikian setiap orang yang mengaku beragama Islam wajib menegakkan
shalat sebagaimana firman Allah dalam surat Huud ayat 114. Rakhmat (2007: 59)
menerangkan dalam bukunya bahwa doa adalah salah satu percakapan antara
seorang hamba dengan Tuhan, antara seorang kekasih kepada yang dikasihinya.
Pada hakikatnya berdoa adalah saling memanggil di antara sepasang kekasih. Doa
dan sholat merupakan dua hal yang saling berkaitan. Sholat merupakan ibadah
wajib sedangkan doa menurut Hamid (2010: 554) merupakan unsur paling
essensial dalam ibadah. puasa juga termasuk ibadah bagi pemeluk agama Islam.
Sama seperti sholat, menurut sifatnya puasa juga digolongkan menjadi dua yaitu
puasa wajib dan puasa sunnah.
Aqidah ialah salah satu unsur pembangun nilai ketuhanan tokoh wanita
utama pada novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur setelah ibadah dan amal.
Aqidah merupakan implementasi dari rukun islam. Wujud keimanan Nidah Kirani
kepada Allah SWT. diketahui dari adanya rasa percaya dalam diri Nidah Kirani.
Hamid (2010: 53) menerangkan bahwa Allah adalah ismudz Dzat yang
mengandung seluruh pengertian yang ada dalam Asmaul Husna. Umat Islam
wajib mempercayai sepenuhnya tentang adanya Allah SWT. (2010:38). Firman
Allah dalam surat Ibrohim ayat 26-27. Nidah Kirani juga beriman kepada
malaikat dengan mempercayai keberadaannya. Hamid (2010: 39) mengatakan
bahwa Allah memiliki makhluk gaib yang selalu bersujud dan bertasbih kepadaNya sepanjang waktu tanpa mengenal lelah, yakni para malaikat. Beriman kepada
malaikat-malaikat Allah adalah rukun iman kedua, sehingga setiap umat Islam
wajib mempercayai keberadaannya (2010: 82). Firman Allah surat Al-Anbiya ayat
26. Nidah Kirani juga beriman kepada kitab Allah, wujud keimanan tersebut
nampak ketika dia pergi ke taman dan membaca kitab suci, kemudian dia juga
mengamalkan firman Allah surat An-Nur ayat 31. Hamid (2010: 213)
menjelaskan bahwa mempelajari Al Qur’an adalah suatu kewajiban, dan jika
sudah menguasainya, maka kita dituntut untuk mengajarkannya kepada sesama
muslim yang masih awam sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Alaq ayat 1
sampai 5. Bentuk aqidah selanjutnya adalah iman kepada Rasul yang diwujudkan
oleh Nidah Kirani dengan mengingat peristiwa isra’ mi’raj, lalu bercerita tentang
kisah nabi Ibrohim. Terakhir adalah bentuk iman kepada ketentuan Allah yang
diwujudkan dengan Nidah Kirani tidak mengeluh atas segala hal yang terjadi di
kehidupannya meskipun berat dia tetap berusaha dan berdoa lalu berpasrah pada
takdir. Hamid (2010: 41) menjelaskan bahwa kita wajib percaya sepenuhnya
bahwa dalam menciptakan umat manusia, Allah SWT. menetapkan juga usia,
rezeki, dan jodonya. Jadi segala sesuatu yang baik atau yang buruk datangnya dari
Allah SWT. Firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 78.
Hasil temuan tersebut selaras dengan hasil temuan Anshari (2007) dalam
skripsinya yang menyebutkan hasil temuan penelitian bahwa dalam tipe relasi
manusia dan Tuhan, ditemukan: Allah Swt. menciptakan manusia, pernyataan
manusia tentang kekuasaan dan keesaan Allah Swt., kewajiban manusia
menunaikan ibadah salat, manusia senantiasa mengingat Allah Swt., sikap
manusia menerima takdir Allah Swt., dan manusia membutuhkan pertolongan
Allah Swt. Dalam tipe relasi manusia dan manusia, ditemukan: membina
hubungan anak dan orang tua, mempererat hubungan dalam keluarga, merekatkan
tali silaturahim, dampak memutuskan tali silaturahim, menghormati sesama
manusia, menghargai dan memuliakan tamu, menjalin sikap tolong menolong dan
kerja sama, menegakkan prinsip musyawarah untuk mufakat, dan kesantunan
surowa/rakyat pada raja. Dalam tipe relasi manusia dan diri sendiri, ditemukan:
penampilan fisik dan batin, pengendalian diri, memiliki kesadaran diri, sikap
bertanggung jawab, berperilaku jujur, tidak mengumbar janji, memegang teguh
amanah, tidak mementingkan diri sendiri, dan berbuat sesuai dengan niat.
Aspek nilai ketuhanan tidak hanya mencakup hubungan manusia dengan
Allah saja, akan tetapi keselarasan hubungan manusia dengan sesamanya juga
sangat penting. Keseimbangan kedua hubungan tersebut biasanya dikenal dengan
istilah vertikal dan horizontal. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
tentang nilai kemanusiaan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
Ketuhanan tokoh Nidah Kirani dilihat dari kesesuaian amal, ibadah, dan
aqidah yang dilakukan tokoh dengan ajaran agama Islam. Adapun amal
Nidah Kirani berupa menepati janjinya dan takut akan azab, memberi
makanan yang disukai kepada fakir miskin, anak yatim dan tawanan, dan
menghibur orang yang menderita. Ibadah Nidah Kirani berupa
mengucapkan kalimat syahadat dalam sholat, sholat, puasa dan berdoa.
Aqidah Nidah Kirani merupakan implementasi rukun iman, yaitu: tokoh
beriman kepada Allah, tokoh beriman kepada malaikat, tokoh beriman
kepada kitab Allah, tokoh beriman kepada Rasul, dan tokoh beriman
kepada qadar/ketentuan Allah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan kepada guru
pengajar dan mahasiswa jurusan sastra Indonesia agar memanfaatkan
penelitian ini sebagai media pengajaran sastra terutama mengenai unsur
intrinsik novel yang terkait dengan nilai dalam sebuah karya sastra. Selain
itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, KH. M. A. B. 1998. Risalah Haidl Nifas dan Istikhadloh. Surabaya: AlMiftah.
Al-’Alim, M. 1983. Aqidah Islam Menurut Ibnu Taymiyah. Terjemahan oleh
Muslich Shabir. Bandung: Al-Ma’arif.
Anshari. 2007. Nilai Kemanusiaan dalam Sastra Sinrilik. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Dahlan, M. M. 2003. Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Yogyakarta: Scripta
Manen.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hakim, K. A. 1986. Hidup Yang Islami: menyehatkan pemikiran transendental
(akidah dan ubudiah). Jakarta: Rajawali.
Hamid, S. R. 2010. Buku Pintar Agama Islam Edisi Yang Disempurnakan. Bogor:
Cahaya Salam.
Heri, J. 2010. Cara Memahami Nilai Religius dalam Karya Sastra dengan
Pendekatan Reader‟s response. Bandung: Arfino Raya.
Kusumayadi, A. 2006. Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab.
Yogyakarta: Shalahudin Press..
Muthahhari, M. 2002. Mengapa Kita Diciptakan?. Jakarta: Pustaka Insani.
Nurgiantoro, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pers.
Rakhmat, J. 2007. The Road To Allah. Bandung: Mizan.
Redaksi. 2010. Kumpulan Hadist Qudsi, (Online), (http://hadistqudsi.blogspot.com., diakses tanggal 27/3/2011)
Redaksi. 2010. Kumpulan Hadist, (Online), (http://hadistalbukhari.blogspot.com., diakses tanggal 27/3/2012)
Rifa’i Moh. 1976 . Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: CV. Toha Putra.
Download