Kami atas nama forum Perjuangan Hak Karyawan PT

advertisement
FORUM PERJUANGAN HAK KARYAWAN
PT. PAN UNITED SHIPYARD INDONESIA & PT. IMES
Email : [email protected]
---------------------------------------------------------------------------------
Kami atas nama forum Perjuangan Hak Karyawan PT. Pan United Shipyard Indonesia
(PUSI), Batam dan PT. Inter Marindo Engineering Service (IMES), Batam ingin
memberikan sedikit tanggapan resmi atas terjadinya kesimpang siuran berita yang
beredar di khalayak umum, khususnya berita yang beredar di kota Batam, atas terjadinya
perselisihan antara Management PT. PUSI & PT. IMES dengan kami selaku karyawan
kedua perusahaan tersebut yang berjumlah 450 orang, yang berakibat terjadinya PHK
sepihak oleh Management PT. PUSI & PT. IMES.
Kronologis dibawah ini kami buat berdasarkan fakta-fakta yang ada berdasarkan suratsurat dan risalah yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak baik itu dari pihak karyawan
maupun dari pihak perusahaan, serta dari pihak DISNAKER dan DPRD Kota Batam
selaku penengah, tanpa kami kurangi atau kami lebihkan.
Apabila dikemudian hari fakta-fakta tersebut diperlukan oleh pihak-pihak yang merasa
berkepentingan, kami siap untuk memberikannya.
Semua urutan kronologis ini dapat kami pertanggungjawabkan kebenarannya.
Untuk diketahui sampai hari ini tanggal 12 Mei 2005 pihak Perusahaan, Disnaker Batam
dan DPRD kota Batam tidak memberikan jalan keluar atau keputusan apapapun terhadap
nasib 450 karyawan. Bahkan Disnaker Batam lepas tangan dengan mengalihkan
persoalan menjadi persoalan PHK dan melimpahkannya ke P4P. Untuk itu kami
karyawan PT Pan United dan IMES yang nasibnya digantung tanpa keputusan sampai
hari ini berusaha sendiri mencari solusi ke pihak-pihak yang kami anggap lebih
berwewenang termasuk Bapak Presiden Republik Indonesia dan DPR RI, walau dengan
kemampuan finansial yang sangat terbatas.
Untuk itu kami mohon batuan rekan-rekan sekalian, untuk menyelesaikan permasalahan
ini walau dalam bentuk apapun termasuk publikasi.
Kami juga meminta rekan-rekan untuk sementara waktu, (sampai permasalahan ini
selesai) untuk tidak membuat perjanjian kerja dalam bentuk apapun terhadap PT. Pan
United Shipyard Indonesia, Batam.
Tanggal 02 Maret 2005
Kami dari pihak karyawan mengajukan tuntutan atas Hak Normative yang selama ini
tidak kami terima, berdasarkan UU Ketenagakerjaan No. 13 TH 2003.
Isi tuntutan :
1. Perbedaan tunjangan perumahan antara karyawan lokal sebesar seratus ribu
rupiah (Rp. 100.000) dan karyawan rekrut sebesar dua ratus ribu rupiah (Rp.
200.000). Seharusnya disamakan menjadi sebesar dua ratus ribu rupiah, sesuai
dengan Bab III pasal 6 UU No. 13/2003.
Latar belakang: karyawan yang sama-sama berstatus permanen tidak mendapat
uang perumahan yang sama (ada yang Rp 100.000,- dan ada yang Rp
200.000,00) sekalipun mempunyai golongan yang sama atau bahkan lebih tinggi
2. Perbedaan uang makan worker/pekerja sebesar Rp. 5.000 dan staff sebesar Rp.
6.000, seharusnya disamakan menjadi Rp. 6.000, sesuai dengan Bab III pasal 6
UU No. 13/2003.
Latar belakang: ada perbedaan tunjangan uang makan sekalipun golongan sama.
Dan tuntutan ini telah disetujui oleh GM dan HR Manager pada tgl 05 Maret
2005, tetapi kemudian dicabut lagi oleh Mr Ng Sing Chan selaku presiden
direktur.
3. Sampai dengan surat ini dibuat tertanggal 02 Maret 2005, fix overtime untuk
karyawan grade 5 ke atas diberlakukan sebagai tunjangan tetap sesuai dengan
yang tertera dalam slip gaji, seharusnya ikut diperhitungkan dalam penetapan gaji
pokok minimum sebesar 75% dari jumlah gaji pokok dan tunjangan tetap, sesuai
dengan Bab X pasal 94 UU No. 13/2003.
Latar belakang: karyawan grade V ke atas sebagian besar tidak mendapat gaji
minimum sebagaimana diatur undang-undang.
Contoh:
Fresh graduate yang mendapat tunjangan Rp 500.000,- (uang perumahan Rp
200.000,- dan tunjangan bulanan Rp 300.000,-) hanya mendapat gaji pokok
sebesar Rp 900.000,-. Alasan perusahaan adalah bahwa yang Rp 300.000,adalah fix overtime. Sedangkan dalam UU tidak ada fix overtime dan tunjangan
bulanan tsb juga memenuhi kriteria sebagai tunjangan tetap karena tidak
tergantung pada kehadiran.
4. Fix Overtime yang berlaku bagi karyawan grade 5 ke atas seharusnya ditiadakan,
sesuai Bab X pasal 78 UU No.13/2003, dan keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. 102/Men/VI/2004, tentang waktu kerja
lembur dan upah lembur pasal 4, 5, 6 dan 7, dan perhitungan upah
overtime/lembur diberlakukan sesuai dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 102/Men/VI/2004. tentang waktu kerja
lembur dan upah kerja lembur pasal 8 dan 10.
Latar belakang: selama ini upah lembur karyawan grade V ke atas dihitung
berdasarkan blok, sehingga upah bulanan yang diterima lebih rendah dari upah
bulanan grade yang di bawahnya sekalipun jam lemburnya sama.
Contoh:
- untuk karyawan grade V ke atas wajib bekerja dari jam 07.00-17.30 (hari
senin-jumat) dan 07.00-15.00 (hari sabtu). Jika karyawan mempunyai
keperluan untuk keluar pada jam 15.00 pada hari senin-jumat atau pada jam
13.00 pada hari sabtu, karyawan wajib mengajukan pass out (ijin keluar
area) dan tidak disediakan transport. Kelebihan jam kerja (2 jam) tidak
dibayar dengan alasan karyawan telah menerima fix overtime sebesar Rp
300.000,-/bulan (untuk grade V dan tambah Rp 100.000,- untuk setiap
kenaikan grade)
- apabila karyawan dipekerjakan lagi setelah jam kerja wajib
o
dari jam 17.30-20.30 upah lembur dibayarkan flat sebesar Rp
30.000,o dari jam 17.30-06.30 pagi (overnight) upah lembur hanya dibayarkan
Rp 70.000,-
apabila karyawan dipekerjakan pada hari Minggu atau libur resmi termasuk
hari besar agama seperti lebaran dan natal, upah lembur hanya dibayar Rp
60.000,5. Sampai dengan surat ini dibuat tertanggal 02 Maret 2005, perhitungan upah
lembur untuk karyawan grade 1- 4 hanya dihitung sebesar gaji pokok/173.
Seharusnya perhitungannya adalah sebagai berikut: (gaji pokok + tunjangan
tetap)/173, sesuai dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. 102/Men/VI/2004, tentang waktu lembur kerja lembur
dan upah kerja lembur pasal 8 dan 10.
Latar belakang: selama ini upah lembur untuk grade IV ke bawah hanya
diperhitungkan sebesar gaji pokok/173
6. Kompensasi berupa pembayaran penuh atas kesalahan perhitungan dalam tuntutan
No. 1, 2, 3, 4, dan 5 tersebut di atas.
(sesuai dengan UU no 13/2003 Ps 96)
Tuntutan kami diterima oleh Bapak Abdoel Gofoer selaku Senior HR Officer.
Tanggal 05 Maret 2005
Perusahaan membahas & memberikan jawaban atas tuntutan diatas. Tetapi tidak sesuai
dengan UU Ketenagakerjaan No. 13 TH 2003, dan perusahaan mengundang wakil
karyawan untuk berunding membahas tuntutan pada tanggal 28 Maret 2005.
Tanggal 07 Maret 2005
Karyawan meminta perundingan diadakan tanggal 14 Maret 2005.
Tanggal 09 Maret 2005
Pihak perusahaan memberitahukan waktu perundingan yaitu tanggal 21 Maret 2005.
Tanggal 18 Maret 2005
Pihak perusahaan menentukan waktu & tempat perundingan pada tanggal 21 Maret 2005.
Tanggal 21 Maret 2005
Perwakilan karyawan bertemu & berunding dengan pihak Management perusahaan. Tapi
dari awal perundingan ini, pihak perusahaan sudah menunjukan itikad tidak baik yaitu
dengan hanya menjawab 2 point dari 6 point tuntutan. Itupun point ke-2 yang memuat
perihal Over Time, perusahaan memutuskan sepihak tanpa mangacu pada UU
Ketenagakerjaan No. 13 TH 2003 sehingga membuat perundingan gagal.
Tanggal 21 Maret 2005
Karyawan memberikan tanggapan atas surat perusahaan tertanggal 05 Maret 2005 (Agar
uang makan disamakan menjadi Rp. 6000,- dan efektif berlaku mulai bulan April 2005.
Dan pada saat yang bersamaan karyawan mengajukan surat mogok kerja yang ditujukan
kepada Management PT. PUSI & PT. IMES.
Tanggal 23 Maret 2005
Pihak perusahaan mengundang perwakilan karyawan untuk berunding
Tanggal 24 Maret 2005
Karyawan menolak memenuhi tuntutan perusahaan, karena sebelum & selama mogok
kerja, DISNAKER lah yang berwenang menyelesaikan masalah tersebut.
Tanggal 24 Maret 2005
DISNAKER mengajukan surat panggilan untuk pimpinan PT. PUSI & PT. IMES serta
perwakilan karyawan untuk berunding pada tanggal 28 Maret 2005.
Tanggal 28 Maret 2005
Kedua pihak berunding dengan disaksikan pihak DISNAKER. Perundingan
menghasilkan risalah yang ditandatangani oleh kedua belah pihak & diketahui oleh pihak
DISNAKER. Dalam risalah ini Disnaker membenarkan semua tuntutan karyawan dan
meminta pihak perusahaan untuk memenuhi.
Sayang nya, kedamaian perundingan pada hari itu dicemari oleh saudara Abdoel Gofoer
dengan menyisipi satu kalimat pada risalah yang telah ditandatangani tersebut. Sehingga
sempat terjadi kegaduhan.
Isi risalah yang dicemari oleh saudara Abdoel Gofoer tersebut berbunyi :
“ Pem/DISNAKER : Meminta agar pihak-pihak dapat bekerja sama seperti biasa bekerja
kembali. Tidak melakukan mogok kerja.” (Kalimat yang digaris bawahi ini ditambahkan
oleh Saudara Abdoel Gofoer. Yang kemudian dicoret kembali oleh beliau)
Dalam risalah itu, pihak perusahaan berjanji akan mempertemukan Mr. Ng Sing Chan
pada hari Rabu tanggal 06 April 2005, tetapi pihak karyawan meminta kepastian akan
agenda pertemu tersebut, dikarenakan sering nya pihak perusahaan berbohong. Tetapi,
pihak perusahaan tidak dapat memberikan kepastian.
Tanggal 30 Maret 2005
Karyawan menggunakan hak mogok kerja.
Tanggal 30 Maret 2005
Perusahaan mengeluarkan satu surat pengumuman yang isinya : “Bagi karyawan yang
tidak kerja dianggap mangkir & dikenakan sangsi sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku”.
Dan ditandatangani oleh Ismed Syamsudin selaku HR Manager.
Ini jelas-jelas melecehkan UU Ketenagakerjaan No. 13 TH 2003, yang menyatakan,
bahwa buruh berhak untuk mogok.
Tanggal 31 Maret 2005
Ditengah-tengah DISNAKER & Pihak Kepolisian, karyawan menanyakan & meminta
penjelasan kepada saudara Ismed Syamsudin selaku HR Manager atas dikeluarkan nya
surat pengumuman sehari sebelum nya. Apa dasarnya yang mengatakan bahwa karyawan
yang mogok kerja dianggap mangkir ?
Saudara Ismed Syamsudin tidak bisa menjawab dan menjelaskan apa dasar hukumnya
dan karyawan meminta agar pihak yang berwenang menjelaskan dan memberikan sangsi
sesuai dengan UU yang berlaku. Karena surat tersebut dianggap sebagai suatu bentuk
intimidasi dan merupakan pelanggaran menurut UU Ketenagakerjaan No. 13 TH 2003.
Tanggal 01 April 2005
Pihak perusahaan telah menggantikan pekerja yang sedang menggunakan hak mogok
kerja dengan pekerja lain ( 3 orang operator crane ). Di bawah tanggung jawab Saudara
Hendri Yoo, Azmi & Edgar (ke-3 nya Expatriate).
Lagi-lagi pelanggaran UU Ketenagakerjaan No. 13 TH 2003.
Tanggal 02 April 2005
DISNAKER mengajukan surat kepada pihak perusahaan dan pihak karyawan untuk
kembali berunding pada tanggal 04 April 2005.
Tanggal 04 April 2005
Perundingan menghasilkan kesepakatan bahwa karyawan bersedia sementara untuk
berhenti melakukan mogok kerja selama perundingan berlangsung yaitu dari tanggal 05
April s/d 06 April 2005. Pada saat itu perundingan dihadiri oleh Mr. Ng Sing Chan selaku
orang nomor satu untuk pengambilan keputusan.
Pihak karyawan mengajukan surat berhenti mogok sementara selama perundingan kepada
PT. PUSI & PT. IMES serta DISNAKER.
Dan karyawan akan kembali menggunakan hak mogok kerjanya apabila tidak ada
kesepakatan dalam perundingan.
Tanggal 05 April 2005
Perundingan menghasilakn risalah dilanjutkan tanggal 06 April 2005.
Tanggal 06 April 2005
Perundingan menghasilkan risalah, bahwa perusahaan tidak mau memenuhi tuntutan hak
normative karyawan termasuk gugur nya surat keputusan perusahaan tertanggal 05 Maret
2005 tentang kenaikan uang makan.
Tanggal 06 April 2005
Karyawan mengajukan surat pemberitahuan kembali hak mogok kerja berdasarkan surat
tertanggal 04 April 2005.
Tanggal 07 April 2005
Karyawan menggunakn kembali hak mogok kerja nya.
Selama mogok berlangsung, pihak perusahaan telah melakukan pelanggaran dengan
menggantikan pekerja yang mogok kerja dengan pekerja lain.
Adanya pihak lain yang membantu pelanggaran tersebut. Pihak lain disini adalah aparata
Kepolisian yang menjaga keamanan selama proses mogok kerja berlangsung yang
dibawah pimpinan Ipda Pol. Sarbini.
Disini kami memohon kepada atasan yang bersangkutan untuk menindak Ipda Po. Sarbini
sesuai hokum yang berlaku karena masalah ini antara perusahaan dan karyawan dan
ditengahi oleh instansi yang terkait yaiutu DISNAKER.
Sore hari nya, pada saat karyawan yang mogok kembali kerumah masing-masing, pihak
perusahaan mengeluarkan surat yang isinya :
“ Karyawan dihimbau kembali bekerja seperti biasa, bagi karyawan yang tidak bekerja
paling lambat hari Sabtu tanggal 09 April 2005, maka Management akan mem PHK dan
segala sesuatunya akan diselesaikan dengan undang-undang yang berlaku.”
Kembali pihak perusahaan melakukan pelanggaran UU Ketenagakerjaan No. 13 TH 2003
Tanggal 08 April 2005
Perwakilan karyawan bergerak menuju gedung DPRD kota Batam yang mana DPRD
dianggap dapat menampung & menjembatani permasalahan karyawan yang telah
berlarut-larut ini.
Dan karyawan melaporkan atas tindakan intimidasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Perwakilan diterima oleh Komisi I dan IV DPRD kota Batam, dan selanjut nya DPRD
mengeluarkan surat rekomendasi yang isinya antara lain, “Tidak ada PHK sebelum ada
penyelesaian masalah antara karyawan dan perusahaan”.
Tanggal 09 April 2005
Perwakilan karyawan membuat laporan ke Poltabes Barelang (Kasat Intel) untuk
memohon izin bagi karyawan PT. PUSI & PT. IMES yang akan mengadakan aksi damai
ke gedung DPRD kota Batam. Guna mendesak DPRD kota Batam untuk menjembatani
permasalhan ini, karena pihak perusahaan sama sekali tidak ada itikad baik dan kami
selaku karyawan tidak dianggap sebagai asset yang berharga oleh perusahaan serta tidak
perdulinya perusahaan atas surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh DPRD kota Batam.
Tanggal 10 April 2005
Perusahaan mengeluarkan pengumuman nama-nama keryawan yang di PHK secara
sepihak.
Tanggal 11 April 2005
Karyawan yang namanya terdaftar di pengumuman sehari sebelumnya melakukan aksi
damai di gedung DPRD.
DPRD mengeluarkan surat rekomendasi untuk melakukan Hearing pada tanggal 14 April
2005 antara pihak perusahaan, pihak karyawan dan pihak Disnaker.
Tanggal 14 April 2005
Perusahaan dan karyawan dan didampingi oleh Disnaker dan anggota Komisi I & Komisi
IV melakukan hearing ( Dengar pendapat mengenai Perselisihan Hubungan Kerja ) di
gedung DPRD Kota Batam.
Dari hearing tersebut pihak Disnaker memberikan surat anjuran, yang isinya antara lain :
“ Agar pekerja melapor kepada perusahaan untuk kembali bekerja seperti biasanya ”.
Tanggal 15 April 2005
Seluruh karyawan yang melakukan aksi damai, kembali mendatangi perusahaan yang
bermaksud untuk bekerja kembali dengan membawa surat anjuran dari Disnaker, tetapi
pihak perusahaan menolak dan melarang karyawan untuk masuk kembali bekerja dengan
alasan bahwa karyawan dalam proses PHK yang telah diajukan ke P4P, bahkan pada hari
itu sebagian karyawan yang akan melaksanakan ibadah Sholat Jum’at juga dilarang
melaksanakannya di Musholla perusahaan, yang lokasinya tidak jauh dari tempat
karyawan berkumpul. Larangan tersebut dikeluarkan secara lisan oleh Sdr. Abdoel
Gofoer selaku Senior HR Officer kepada Assistance Chief Security dengan alasan
karyawan yang telah di PHK dikawatirkan akan berbuat anarkis.
Untuk kasus pelarangan itu, pihak karyawan telah mengadukan ke pihak-pihak terkait
antara lain, Depag, Kepolisian, MUI dan Persatuan Mubaliq Batam (PMB).
Tanggal 20 April 2005
Hearing II
Dikeluarkan satu surat pernyataan yang ditandatangani oleh Ismed Syamsudin yang
diantaranya menyatakan bahwa karyawan dirumahkan sampai persoalan selesai dan
karyawan tetap medapatkan hak-haknya seperti sebelumnya. Pihak perusahaan juga
menjanjikan akan menghadirkan Mr Ng Sing Chan selaku pengambil keputusan pada
hearing ke III.
Tanggal 26 April 2005
Hearing III
Hasil:
1. pengambil keputusan tidak datang (melanggar perjanjian)
2. HR manager hanya diberi kuasa untuk membacakan keputusan yang salah satunya
menyatakan bahwa perusahaan akan tetap mem-PHK karyawannya.
Tanggal 01 Mei 2005
Karyawan membentuk suatu wadah yang diberi nama Forum Perjuangan Hak Karyawan
Pan-U dan IMES agar informasi dan komunikasi tetap terjaga karena persoalan yang
dihadapi juga semakin berlarut-larut.
Download