ketahanan lingkungan – mitigasi dan remediasi

advertisement
KETAHANAN
LINGKUNGAN:
MITIGASI
&
REMEDIASI
Dikoleksi oleh:
Soemarno
PSDL-PPSUB April 2013
MITIGASI DAN REMEDIASI
Mitigasi adalah pengurangan, pencegahan atau bisa dikatakan
sebagai proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk
meminimalisasi dampak negatif dari sesuatu.
MITIGASI adalah proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk
meminimalisasi dampak negatif bencana yang akan terjadi. Mitigasi merupakan
investasi jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat.
Propinsi Kalsel kaya sumberdaya alam berupa hasil hutan, hasil bumi, dan mineral
tambang. Kayu dan batu bara merupakan komoditas ekonomi yang paling
diandalkan. Dalam perjalanan pembangunannya, banyak terjadi dampak negatif
akibat eksploitasi yang menyebabkan gangguan keseimbangan ekosistem, dan
berakibat timbulnya bencana banjir dan tanah longsor.
Banjir dan tanah longsor, kalau diperhatikan merupakan fenomena alam yang rutin
datang seiring perubahan musim dari kemarau ke penghujan. Namun intensitasnya
makin tahun terasa makin parah. Walaupun fenomena banjir dan tanah longsor di
daerah pegunungan dan gelombang pasang di daerah pesisir merupakan hal yang
berulang setiap tahun, tetapi tetap saja terasa minim antisipasi. Bencana alam
sekarang tidak hanya diakibatkan air dan tanah. Angin juga sering menimbulkan
malapetaka. Kedahsyatan puting beliung, mampu menyapu semua yang ada di
permukaan tanah.
Penanggulangan bencana alam adalah perkara kemanusiaan, sehingga menjadi
tanggung jawab setiap manusia untuk saling membantu. Tetapi tetap di pundak
pemerintah tanggung jawab paling besar untuk menanganinya.
Pada awalnya setiap bencana dikoordinasikan oleh Bakornas Penganggulangan
Bencana. Sejak disahkannya UU No 24 Tahun 2007, badan itu diganti dengan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Tugasnya adalah koordinasi,
komando dan rekonstruksi. BNPB diperkuat oleh dua lembaga yaitu panitia
pengarah dan panitia pelaksana. Panitia pengarah terdiri atas masyarakat
profesional dan sipil.
Oleh:
Wahyu Wardhana
Spesialis Bedah RS Hasan Basri Kandangan
Sumber: http://klipingbencana.blogspot.com/2008/03/mitigasi-bencana-di-kalsel.html … diunduh
31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
MITIGASI
“Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana” (UU No. 24 tahun 2007). Mitigasi sebagai upaya pengurangan
risiko bencana memiliki sifat struktural dan nonstruktural.
Mitigasi struktural merupakan upaya yang berbentuk fisik untuk dapat mengurangi
dampak dari ancaman bencana, misalnya pembangunan sarana dan prasarana
yang mampu untuk mengurangi dampak dari ancaman bencana. Sedangkan mitigasi
non-struktural merupakan upaya yang berkaitan dengan kebijakan, sosialisasi
kepada masyarakat, dan penyediaan informasi kepada masyarakat sehingga
mampu untuk mengurangi dampak dari bencana.
Dengan adanya kombinasi antara mitigasi struktural dan mitigasi nonstruktural,
maka diharapkan masyarakat akan lebih peka terhadap ancaman bencana yang
terdapat di sekitar tempat tinggalnya misalnya dengan pembangunan rumah tahan
gempa , maka masyarakat akan sadar bahwa di tempat pembangunan tersebut
merupakan daerah yang memiliki potensi gempa bumi atau dengan adanya
pengerukan sungai, maka masyarakat akan sadar bahwa di lokasi pengerukan
tersebut merupakan daerah rawan banjir.
Pembangunan rumah tahan gempa dan pengerukan sungai tidak akan mampu
memenuhi tujuan tanpa adanya sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi dapat
berupa penyuluhan, penyebaran pamflet, maupun pemasangan rambu yang
menjelaskan mengenai tujuan dibangunnya rumah tahan gempa dan pengerkan
sungai. Oleh karena itu, mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural harus berjalan
secara simultan.
Sumber: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_0807023_chapter2.pdf … diunduh 31
Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
. Bencana
Menurut keputusan Sekretaris Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penaganan Pengungsi Nomor 2
Tahun 2001
tentang Pedoman Umum Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Pengungsi,
yang dimaksud bencana adalah :
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan
atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan
manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana
dan fasilitas
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan
masyarakat.
Bencana alam menurut Majelis Guru Besar Institut Teknologi
Bandung (2009 : 2)
adalah “gejala ekstrim alam dimana masyarakat tidak siap
mengahadapinya. Jelas
ada dua hal yang berinteraksi yakni gejala alam, masyarakat,
atau sekumpulan
manusia yang berinteraksi dengan gejala alam”.
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka jelas bahwa bencana
merupakan
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, alam, maupun
gabungan dari keduanya
yang menimbulkan korban penderitaan manusia maupun
kehilangan harta benda,
serta merusak sistem
kehidupannya.
Bencana
Sumber:
… diunduh 31
Maret 2012terbagi menjadi
MITIGASI DAN REMEDIASI
. Risiko Bencana
Menurut United States Agency for International Development
(2009:10),
yang dimaksud risiko bencana adalah :
Kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu daerah akibat
kombinasi dari
bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari daerah yang
bersangkutan. Pengertian
yang lebih mudah dari risiko adalah besarnya kerugian yang
mungkin terjadi
(korban jiwa, kerusakan harta, dan gangguan terhadap kegiatan
ekonomi)
akibat terjadinya suatu bencana.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 tentang
penanggulangan bencana, pengertian risiko bencana adalah :
Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat.
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa untuk
mengetahui risiko bencana yang terdapat di suatu daerah, maka
terlebih dahulu
harus mengetahui jenis bahaya, kerentanan, dan kapasitas
daerah. Semakin rentan
suatu daerah, maka
tingkat…risiko
daerah
tersebut
Sumber:
diunduh
31 Maret
2012 akan tinggi.
MITIGASI DAN REMEDIASI
Mitigation may refer to:
mitigation of global warming in climate science
environmental mitigation in public administration; also, in particular:
Mitigation banking
The Disaster Mitigation Act of 2000
disaster mitigation in emergency management; also, in particular:
Flood mitigation
Landslide mitigation
Hurricane mitigation
mitigation of political risk in political science
defense against computer insecurity
Mitigation (law), the opposite of aggravation in law.
Environmental mitigation, compensatory mitigation, or mitigation
banking, are terms used primarily by the United States government and the
related environmental industry to describe projects or programs intended to
offset known impacts to an existing historic or natural resource such as a
stream, wetland, endangered species, archeological site or historic
structure.
To "mitigate" means to make less harsh or hostile. Environmental mitigation
is typically a part of an environmental crediting system established by
governing bodies which involves allocating debits and credits. Debits occur
in situations where a natural resource has been destroyed or severely
impaired and credits are given in situations where a natural resource has
been deemed to be improved or preserved. Therefore, when an entity such
as a business or individual has a "debit" they are required to purchase a
"credit".
In some cases credits are bought from "mitigation banks" which are large
mitigation projects established to provide credit to multiple parties in
advance of development when such compensation cannot be achieved at
the development site or is not seen as beneficial to the environment.
Crediting systems can allow credit to be generated in different ways. For
example in the United States, projects are valued based on what the
intentions of the project are which may be to restore, create, enhance, or
preserve a natural resource.
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mitigation
… diunduh 31 Maret 2012
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_mitigation
MITIGASI DAN REMEDIASI
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah
tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Menurut Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang berfungsi
sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam).
Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam
remediasi tanah. Jasad ini berperan langsung, melalui kemampuannya
menyerap unsur logam dari dalam tanah; dan berperan tidak langsung
karena mampu menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi
lain seperti bakteri, dan jamur.
Michael Hogan, Leda Patmore, Gary Latshaw and Harry Seidman das ist alles scheisse Computer modeling
of pesticide transport in soil for five instrumented watersheds, prepared for the U.S. Environmental
Protection Agency Southeast Water laboratory, Athens, Ga. by ESL Inc., Sunnyvale, California (1973)
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_tanah… diunduh 31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
BIOREMEDIASI
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi,
enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi
polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut,
sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi.
Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi,
dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak
kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya
dan tidak beracun.
Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan
mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini,
bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan
yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk
didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industri.
Hal-hal yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logamlogam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa
organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi… diunduh 31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
BIOREMEDIASI
Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini
telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana
polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba
yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi
melalui teknologi genetik.
Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen
yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gengen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang
bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak
berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat
lebih efisien dalam mengurangi polutan.
Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan
adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa
hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut
tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau
bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi,
penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan
ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas.
Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen
molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi… diunduh 31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
BIOREMEDIASI
Ada beberapa terminologi penting arti kata Remediasi. Proses pemulihan
dari kondisi terkontaminasi cemaran menjadi kondisi acuan. Dari
wikipedia Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan
tanah yang tercemar. Apabila dianalisis secara lebih mendalam, remediasi
ada tiga yaitu remediasi fisik (isolasi dan pewadahan ke suatu tempat
cemaran), remediasi kimia (solidifikasi dan ekstrasi kimia) dan remediasi
biologi (biofilter, bioventing, dll). Hal yang terakhir ini lebih dikenal dengan
istilah bioremediasi. Selain media tanah, remediasi dapat dilakukan di
media air dan udara.
Bioremediasi minyak bumi.
Perlu tahap – tahap studi aplikasi untuk menghindari kesalahan
bioremediasi yang nantinya berujung kerugian.
Hal yang pertama adalah melakukan feasibility study dan site
characterization, pemilihan teknik yang akan dipakai apakah in situ atau
ex situ. Kelebihan dan kekurangan tentunya menjadi alasan bagaimana
menyikapi cemaran tersebut.
Kelebihan “In Situ” adalah mengurangi gangguan terhadap lokasi,
pengolahan pencemaran yang lebih dalam, kontak yang minimal dengan
cemaran volatil dan tentunya sangat mengurangi biaya transport meliputi
ijin yang terkait dengan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Kekurangannya, diperlukan data geohidrologi yang lebih detail,
pengendalian kondisi reaksi dan hasil akhir yang sulit, monitoring yang
lebih hati-hati dan perlu rekayasa lebih lanjut untuk supply O2 dan
nutrient.
Sumber:
… diunduh 31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
BIOREMEDIASI
Kelebihan Ex Situ, optimasi kondisi pengolahan, pengendalian proses,
pengolahan lebih cepat dan mikroorganisme khusus dapat
diimplementasikan. Sedangkan kekurangannya, diperlukan kegiatan
pemindahan bahan pencemar yang mahal, materi volatil sulit dikontrol
pada saat kegiatan pemindahan limbah. Land Farming, composting,
biopile dan slurry reactor merupakan kegiatan bioremediasi Ex Situ.
Studi aplikasi berikutnya adalah Treatability , yang dibagi menjadi tiga
fase.
Fase pertama, uji kemungkinan bioremediasi tanah meliputi analisis kimia
kontaminan dan penyebarannya, komposisi mikroorganisme, yang ada di
tanah terkontaminan, uji toksisitas dan inhibitordan karakteristik fisik
permebilitas struktur tanah, dll.
Fase ke dua, kriteria desain termasuk didalamnya desorpsi abiotik,
biodegradasi materi terkontaminan skala laboratorium dan kinetika reaksi
dengan simulasi.
Fase ke tiga (fase pilot) , aplikasi di lapangan dengan sistem evaluasi dari
monitoring, yaitu penurunan konsentrasi tercemar, perubahan struktur
atau komposisi pencemar, perubahan struktur nitrogen, peningkatan
mikroorganisme dan perubahan kondisi operasional (pH, temperatur)
Sumber:
… diunduh 31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
Jenis-jenis bioremediasi
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam
air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan
aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah
tersebut.
Bio-augmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan
tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini
yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu
tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini
digunakan.
Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum
sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang
asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.
Di masa yang akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat
menyediakan cara yang efektif untuk mengurangi senyawa-senyawa
kimiawi yang berbahaya di lingkungan kita. Bagaimanapun, pendekatan
itu membutuhkan penelitian yang hati-hati berkaitan dengan
mikroorganisme rekombinan tersebut, apakah efektif dalam mengurangi
polutan, dan apakah aman saat mikroorganisme itu dilepaskan ke
lingkungan.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi… diunduh 31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
Faktor Lingkungan yang Berpengaruh
Kemasaman Tanah (pH).
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang
namun ada yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dr 4.5 menjadi 7.4
dengan penambahan kapur meningkatkan penguraian minyak menjadi dua
kali. Penyesuaian pH dapat merubah kelarutan, bioavailabilitas, bentuk
senyawa kimia polutan, dan makro & mikro nutrien. Ketersediaan Ca, Mg, Na,
K, NH4+, N dan P akan turun, sedangkan penurunan pH menurunkan
ketersediaan NO3- dan Cl- . Cendawan yang lebih dikenal tahan terhadap
asam akan lebih berperan dibandingkan bakteri asam.
Kadar Air dan karakter geologi.
Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi. Nilai
aktivitas air dibutuhkan utk pertumbuhan mikroba berkisar 0.9-1.0, umumnya
kadar air 50-60%. Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang poros.
Ketersediaan Hara.
Baik pada in situ & ex situ. Bila tanah yang dipergunakan bekas pertanian
mungkin tak perlu ditambah zat nutrisi. Untuk hidrokarbon ditambah nitrogen
& fosfor, dapat pula dgn makro & mikro nutrisi yang lain.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi… diunduh 31 Maret 2012
MITIGASI DAN REMEDIASI
TEKNOLOGI REMEDIASI TANAH
1. Perkembangan teknologi Remediasi Tanah (In situ, ex situ, physical
treatment, thermal treatment, chemical treatment, biologycal
treatment). Silahkan klik Perkembangan Teknologi Remediasi Tanah
2. Physical treatment: Soil Washing. Contoh prosesnya silahkan klik Soil
Washing dan Soil Washing Technique
3. Physical treatment: Soil flushing. Contoh proses lihat di Flushing dan
SOIL FLUSHING
4. Chemical treatment: Netralisasi Tanah. Lihat penjelasannya di
NETRALISASI pH TANAH DAN AIR dan gambar dampak kasus acid
sludge yang mencemari tanah
5. Presentasi tugas physical treatment, thermal treatment, chemical
treatment
6. Biologycal treatment: prinsip dasar (adsorbsi/absorbsi dan
bioakumulasi misal logam berat, radioaktif, dengan fitokelatin
(tanaman hiperakumulator), dll dan degradasi/biokonversi bahan oleh
makhluk hidup)
7. Biologycal treatment: prinsip dasar Bioremediasi (dibatasi dg prinsip
degradasi/biokonversi bahan) dan Fitoremediasi (adsorbsi/absorbsi,
rizofiltrasi, rizodegradasi, akumulasi, dll)
8. Bioremediasi: Landfarming
9. Bioremediasi: Biopile
10. Bioremediasi: Composting
11. Fitoremediasi: Bioakumulasi logam berat atau rhizodegradasi
hidrokarbon.
Sumber:
http://sumarsih07.wordpress.com/bioremediasi-tanah/… diunduh 31 Maret 2012
FITO REMEDIASI
“FITOREMEDIASI” berasal dari kata Inggris phytoremediation; kata ini
sendiri tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata
Yunani phyton (= "tumbuhan") dan remediation yanmg berasal dari kata
Latin remedium ( ="menyembuhkan", dalam hal ini berarti juga
"menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau
kekurangan“).
Fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai: penggunaan tumbuhan untuk
menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan
bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik.
Fitoremediasi dapat dibagi menjadi fitoekstraksi, rizofiltrasi, fitodegradasi,
fitostabilisasi, fitovolatilisasi.
Fitoekstraksi mencakup penyerapan kontaminan oleh akar tumbuhan dan
translokasi atau akumulasi senyawa itu ke bagian tumbuhan seperti akar,
daun atau batang.
Rizofiltrasi adalah pemanfaatan kemampuan akar tumbuhan untuk
menyerap, mengendapkan, dan mengakumulasi logam dari aliran limbah.
Fitodegradasi adalah metabolisme kontaminan di dalam jaringan
tumbuhan, misalnya oleh enzim dehalogenase dan oksigenase.
Fitostabilisasi adalah suatu fenomena diproduksinya senyawa kimia
tertentu untuk mengimobilisasi kontaminan di daerah rizosfer.
Fitovolatilisasi terjadi ketika tumbuhan menyerap kontaminan dan
melepasnya ke udara lewat daun; dapat pula senyawa kontaminan
mengalami degradasi sebelum dilepas lewat daun.
Sumber:
http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora1.htm… diunduh 31 Maret 2012
TUMBUHAN HIPER-AKUMULATOR LOGAM
Tumbuhan hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk
mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa
tinggi. Kebanyakan tumbuhan mengakumulasi logam, misalnya nikel, sebesar 10
mg/kg berat kering (BK) (setara dengan 0,001%). Tetapi tumbuhan hiperakumulator
logam mampu mengakumulasi hingga 11% BK. Batas kadar logam yang terdapat di
dalam biomassa agar suatu tumbuhan dapat disebut hiperakumulator berbeda-beda
bergantung pada jenis logamnya (Baker, 1999). Untuk kadmium, kadar setinggi
0,01% (100 mg/kg BK) dianggap sebagai batas hiperakumulator. Sedangkan batas
bagi kobalt, tembaga dan timbal adalah 0,1% (1.000 mg/kg BK) dan untuk seng dan
mangan adalah 1% (10.000 mg/kg BK).
Laporan pertama mengenai adanya tumbuhan hiperakumulator muncul pada tahun
1948 oleh Minguzzi dan Vergnano, yang menemukan kadar nikel setinggi 1,2%
dalam daun Alyssum bertolonii. Sejak itu, terutama dengan mengandalkan analisis
mikro terhadap spesimen herbarium, diketahui ada 435 taxa tumbuhan
hiperakumulator logam yang tumbuh tersebar di lima benua dan semua wilayah iklim
(Baker, A.J.M. 1999. Metal hyperaccumulator plants: a biological resource for exploitation in the
phytoextraction of metal-polluted soils. URL: http://lbewww.epfl.ch/COST837/ WG2_abstracts.html).
Banyak jenis tumbuhan yang mempunyai sifat hiperakumulator atau bersifat toleran
terhadap logam berat. Tumbuhan hiperakumulator nikel diketahui lebih dari 150
spesies; sekitar 50 jenis ditemukan di Kaledonia Baru, 70 jenis (terutama dari 6
genera Brassicaceae) di daerah dingin di belahan utara bumi, dan sisanya
ditemukan di Indonesia, Kuba, Zimbabwe, Afrika Selatan, Brazil dan Filipina
(Batianoff, G.N., R.D. Reeves dan R.L. Specht. 1990. Stackhousia tryonii Bailey: a nickelaccumulating serpentine-endemic species of central Queensland. Aust. J. Bot. 38:121-130).
Sebagian tumbuhan mampu menyerap dan mengakumulasi logam berat dalam
jumlah besar. Di antara tumbuhan hiperakumulator tersebut, Sebertia acuminata dari
Kaledonia Baru perlu mendapat catatan khusus karena kemampuannya yang luar
biasa dalam mengakumulasi nikel. Sedemikian besarnya kadar nikel di dalam
lateksnya sehingga bila batang dilukai, lateks yang keluar berwarna hijau-biru, yaitu
warna nikel oksida.
Sumber:
… diunduh 31 Maret 2012
LINGKUNGAN PERKOTAAN
KOTA HIJAU
Jawaban Permasalahan Kualitas Lingkungan Perkotaan
Amanat Undang-undang Penataan Ruang (UUPR) mengenai penyediaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan seluas 30% harus dipenuhi oleh setiap
Kabupaten/Kota. Hal ini merupakan jawaban atas permasalahan lingkungan dan
perubahan iklim yang mengemuka saat ini, demikian diungkapkan Direktur Jenderal
Penataan Ruang (Imam S. Ernawi), terkait dengan Program Pengembangan Kota
Hijau (P2KH).
Perwujudan RTH perkotaan yang berkualitas diharapkan dapat menjadi etalase atas
miniatur kota hijau, Terbukanya akses publik yang luas terhadap RTH akan
mewujudkan peranannya sebagai laboratorium sosial yang memiliki fungsi
diseminasi informasi dan edukasi masyarakat dalam hal perwujudan kota hijau
(menurut Direktur Perkotaan, Ditjen Penataan Ruang, Joessair Lubis) dalam
kegiatan sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) di Jakarta .
Ditjen Penataan Ruang menggulirkan P2KH sebagai upaya peningkatan kuantitas
dan kualitas RTH pada kawasan perkotaan secara nasional. P2KH diharapkan dapat
menjadi sarana bagi pemerintah kabupaten/kota untuk bersama-sama pemerintah
pusat, menyatukan potensi dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan.
Pada saat ini, luasan rata-rata RTH Publik pada Kawasan Perkotaan di Indonesia
baru mencapai sekitar 13 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan
yang perlu dilakukan untuk memenuhi amanat Undang-undang Penataan Ruang
(UUPR) tersebut. P2KH yang telah dirintis sejak 2010 lalu merupakan upaya
mengatasi kekurangan tersebut.
Kegiatan perluasan dan peningkatan kualitas RTH yang akan dilakukan
pada tahun 2012 ini, rencananya akan menyentuh 60 Kabupaten/Kota
terlebih dahulu.
Paralel dengan kegiatan tersebut, dilakukan fasilitasi penyusunan
Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) bagi kabupaten/kota lainnya di
Indonesia sebagai prasyarat perluasan fisik RTH kotanya masing-masing.
Sumber: http://www.penataanruang.net/detail_b.asp?id=1878 … diunduh 31 Maret 2012
LINGKUNGAN PERKOTAAN
LANGIT BIRU: “Mendorong Peningkatan kualitas Udara Perkotaan dari
Pencemaran Udara”
Public Expose Langit Biru 2011; Jakarta, 14 Desember 2011
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) kembali menyelenggarakan Program Expose
Langit Biru 2011 diJakarta.
Langit Biru merupakan program KLH yang bertujuan untuk mendorong peningkatan
kualitas udara perkotaan dari pencemaran udara, khususnya yang bersumber dari
kendaraan bermotor melalui penerapan transportasi berkelanjutan. Saat ini,
pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi di kota-kota besar di Indonesia tidak saja
menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas tetapi juga menimbulkan masalah lain
seperti kecelakaan lalu lintas, polusi udara, kebisingan, kerugian ekonomi serta
kesehatan.
Kerugian ekonomi dan dampak kesehatan akibat pencemaran udara dari sumber
bergerak di kota-kota di Indonesia, di tahun 1994 World Bank studi memperkirakan
biaya ekonomi akibat pencemaran udara di Jakarta mencapai Rp. 500 milyar. Studi
ini menghitung terjadi 1.200 kematian prematur, 32 juta masalah pernapasan, dan
464.000 kasus asthma. Sementara data Profil Kesehatan Jakarta tahun 2004
menunjukkan sekitar 46% penyakit masyarakat bersumber dari pencemaran udara
antara lain gejala pernapasan 43%, iritasi mata 1,7%, dan asthma 1,4%, sementara
infeksi saluran pernapasan dan masalah pernapasan lainnya selalu berada di jajaran
paling atas.
KLH melalui program Langit Biru bertujuan mengurangi pencemaran udara,
sehingga “biaya ekonomi” tidak terbuang sia-sia dan dapat diturunkan serta
digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.
“Hasil evaluasi kualitas udara perkotaan diintegrasikan ke dalam Program Adipura
untuk kriteria pencemaran udara dan menjadi bagian dari penilaian kota dalam
pelaksanaan Program Adipura. Evaluasi kualitas udara perkotaan dilaksanakan di
seluruh kota metropolitan dan kota besar serta ibukota propinsi di
Indonesia. Penilaian dilakukan baik terhadap aspek fisik maupun non fisik, yang
pada intinya adalah mendorong kota-kota di Indonesia untuk menerapkan
transportasi yang berwawasan lingkungan (Environmental Sustainable Transport)
sebagaimana kesepakatan negara-negara di Asia yang tertuang dalam AICHI
Statement”.
Sumber:
www.menlh.go.id/langit-biru-mendorong-peningk... … diunduh 31 Maret 2012
LANGIT BIRU: “Mendorong Peningkatan kualitas Udara Perkotaan
dari Pencemaran Udara”
Public Expose Langit Biru 2011; Jakarta, 14 Desember 2011
Expose Langit Biru meliputi 2 (dua) kegiatan yaitu :
1.
2.
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan yang merupakan upaya KLH dalam
menurunkan pencemaran udara dari sektor transportasi melalui promosi dan
penerapan kebijakan transportasi berkelanjutan di daerah perkotaan.
Evaluasi Penaatan Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru
Melalui Random Sampling. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya KLH dalam
mendorong industri otomotif untuk memproduksi kendaraan bermotor rendah
emisi dan rendah konsumsi bahan bakar berdasarkan pada teknologi terbaik
yang tersedia (Best Available Technology).
Beberapa kegiatan fisik dan non fisik telah dievaluasi. Kegiatan non fisik berupa
survei pendapat para pemangku kepentingan yang ada di kota-kota tersebut dan
pengisian formulir data kota. Kegiatan fisik meliputi uji emisi “Spotcheck” kendaraan
bermotor selama 3 hari dengan target 500 kendaraan pribadi perhari.
Kegiatan lainnya adalah Pemantauan Kualitas Udara Udara Jalan Raya (roadside
monitoring) untuk parameter SO2, CO, NO2, HC, O3, PM10 dan penghitungan
kinerja lalu lintas (Kecepatan lalu lintas dan Kerapatan Kendaraan (VCR) di jalan
raya).
Seluruh kegiatan fisik dilakukan secara serentak di tiapkota di 3 ruas jalan arteri
yang dipilih bersama dan dianggap mewakili kota tersebut.
Hasil evaluasi ini menghasilkan 3 (tiga) kota dengan nilai tertinggi sebagai Kota
Langit Biru untuk Kategori Kota Metropolitan, yaitu Kota Surabaya, Kota Medan dan
Kota Jakarta Timur. Sedangkan tiga Kota Langit Biru Terbaik untuk Kategori Kota
Besar, yaitu Kota Surakarta, Kota Batam dan Kota Malang.
“Selain meningkatkan kualitas udara kota, Program Langit Biru juga telah
berhasil menjawab tantangan upaya-upaya inovatif untuk program penurunan
konsumsi bahan bakar minyak sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca yang
merupakan penyebab terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim dari sektor
transportasi”.
Sumber:
www.menlh.go.id/langit-biru-mendorong-peningk... … diunduh 31 Maret 2012
LANGIT BIRU: “Mendorong Peningkatan kualitas Udara Perkotaan
dari Pencemaran Udara”
Public Expose Langit Biru 2011; Jakarta, 14 Desember 2011
Dalam rangka mendorong industri otomotif memproduksi kendaraan bermotor
rendah emisi dan rendah konsumsi bahan bakar berdasarkan pada teknologi terbaik
yang tersedia di dunia, KLH melalui kegiatan evaluasi penaatan baku mutu emisi gas
buang kendaraan bermotor tipe baru melakukan pengujian secara acak.
Parameter yang diuji meliputi emisi CO, HC, PM dan NOx, fuel consumsion (carbon
balance) dan CO2. Hasil pengukuran pengujian ini akan dibandingkan dengan nilai
rendah emisi sesuai dengan KepmenLH No. 252 Tahun 2004 tentang Peringkat
Hasil Uji Tipe Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru.
Melalui kegiatan evaluasi penaatan baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor
tipe baru telah melakukan pengujian terhadap 33 jenis kendaraan bermotor roda 4.
Hasil pengujian ini menghasilkan nilai terbaik (a) untuk kendaraan berbahan bakar
bensin yaitu Honda CR-V RE3 2WD 2.4 CKD A/T dengan nilai 98.118; (b) untuk
kendaraan berbahan bakar solar yaitu Toyota Fortuner 2.5 G M/T dengan nilai
55.770.
Apresiasi kepada 6 (enam) kota terbaik sebagai “Kota Langit Biru 2011”, diberikan
dalam bentuk plakat dan sebuah sepeda listrik yang merupakan salah satu
kendaraan ramah lingkungan; serta plakat untuk Agen Pemegang Merek kendaraan
rendah emisi dan rendah konsumsi bahan bakar yang diwakili oleh PT. Honda
Prospect Motor dan PT. Toyota Motor Manufacturing.
Kegiatan lainnya yang dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan pencemaran
udara di kota adalah Pemantauan Kualitas Bahan Bakar di SPBU.
Kualitas BBM sangat berpengaruh terhadap emisi yang dihasilkan, semakin baik
kualitas BBM tersebut maka semakin sedikit pula emisi berbahaya yang dikeluarkan
dari proses pembakarannya.
Sumber:
www.menlh.go.id/langit-biru-mendorong-peningk... … diunduh 31 Maret 2012
HUTAN KOTA DAN KENYAMANAN LINGKUNGAN
Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau
pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras
atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman.
Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau
sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota.
Hutan kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal
seperti, kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari,
kehidupan satwa dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi. Hutan kota bisa
mengurangi dampak cuaca yang tidak bersahabat seperti mengurangi kecepatan
angin, mengurangi banjir, memberi keteduhan. Juga memberikan efek pengurangan
pemanasan global.
Menurut pemerintah Indonesia definisi hutan kota bisa dilihat pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.
Keuntungan dari hutan kota dengan pohon dan semak-semaknya sangat banyak,
termasuk keindahan, pengurangan efek pulau bahang (urban heat island),
pengurangan limpasan air hujan, pengurangan polusi udara, pengurangan biaya
energi untuk pendinginan udara ruang dalam bangunan jika ada bangunan di
dekatnya, meningkatkan nilai lahan dan bangunan di sekitarnya, meningkatkan
habitat kehidupan satwa, juga mitigasi dampak lingkungan perkotaan secara
keseluruhan.
Manfaatnya bisa meliputi:
1. Pelestarian plasma nutfah. Keragaman tanaman dan hewan yang ada di kota
sudah banyak mengalami penurunan. Oleh sebab itu, hutan kota dapat dijadikan
areal pelestarian plasma nutfah.
2. Penyangga ekosistem rawan. Tanah miring/terjal dan tepian sungai yang mudah
longsor dapat ditanami dengan pepohonan hutan kota.
3. Meningkatkan estetika kota.
4. Hutan kota sebagai kawasan untuk pendidikan dan penelitian.[2]
5. Hutan kota juga dapat dimanfaatkan untuk areal wisata.
6. Pohon, bunga dan buah serta getah yang dihasilkan dapat menunjang
pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7. Adanya hutan kota akan terbuka lapangan kerja baru seperti pemandu wisata,
sopir, biro perjalanan, pedagang asongan dan cinderamata.[2]
8. Pengurangan polusi udara. Penyehatan lingkungan. Lingkungan kota tercemar
berat. Hutan kota yang tahan terhadap pencemar dan efektif dalam menurunkan
kandungan pencemar dapat menjadikan lingkungan kota menjadi lebih sehat.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_kota… diunduh 31 Maret 2012
MEMBANGUN HUTAN KOTA
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun Hutan Kota a.l. :
1.
Strategik: banyak masalah lingkungan kota dan perkotaan yang dapat diatasi
dengan membangun hutan kota.
2. Antisipatif: hutan kota harus dipersiapkan untuk mengatasi masalah lingkungan
yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Hal ini perlu
diperhatikan mengingat hutan kota baru akan berfungsi dengan baik setelah
tanaman berumur 15 – 25 tahun.
3. Futuristik: hutan kota akan dapat berfungsi dengan baik setelah tanaman
berukur 15 – 25 tahun; selain itu disain dan tata letak tanaman dan jarak
tanamnya harus memperhatikan lingkungan setempat. Jangan terlalu dekat
dengan banguna, agar tanaman setelah dewasa tidak mengganggu bangunan,
jalan dan saluran air.
4. Fungsional: hutan kota harus diarahkan untuk mengatasi masalah lingkungan
baik yang sudah ada pada saat ini atau yang diperkirakan akan munsul pada
masa yang akan datang.
5. Efektif: hutan kota dapat berperan dalam mengatasi masalah lingkungan karena
jumlah luasan (batang) cukup.
6. Efisien: luasan hutan kota (jumlah batang) yang ada dapat mengatasi masalah
lingkungan pada luasan yang minimal. Hal ini perlu diperhatikan mengingat
lahan kota sangat mahal dan lahan kota harus cukup tersedia untuk menyangga
kota sebagai pusat berbagai kegiatan.
7. Kecocokan: cocok dengan lingkungan setempat (tanah dan iklim)
8. Luasannya cukup agar manafaat hutan kota dapat dirasakan secara nyata.
9. Penata letakan tanaman diatur sedemikian rupa, sehingga menghasilkan kesan
yang indah (estetik)
10. Ketahanan: tahan terhadap cekaman lingkungan alam dan buatan.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_kota… diunduh 31 Maret 2012
KENDALA PEMBANGUNAN HUTAN KOTA
Beberapa hambatan yang dijumpai dan sering mengakibatkan kurang
berhasilnya program pengembangan hutan kota antara lain:
1.
2.
Terlalu terpaku kepada anggapan bahwa hutan kota harus dan hanya dibangun
di lokasi yang cukup luas dan mengelompok.
Adanya anggapan bahwa hutan kota hanya dibangun di dalam kota, padahal
harga lahan di beberapa kota besar sangat mahal. Harga tanah misalnya di
Jakarta di kawasan Jl. Jend. Sudirman Rp. 5,5 juta/m2, di Jl. Gatot Subroto Rp.
3,5 juta/ m2 dan di kawasan Jl. Rasuna Said Rp. 2,2 juta/m2 (Suara
Pembaruan, 7-11-1990).
3.
Adanya konflik dari berbagai kepentingan dalam peruntukan lahan. Biasanya
yang menang adalah yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Karena hutan
kota tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, maka lahan yang semula
diperuntukkan bagi hutan kota, atau yang semula telah dibangun hutan kota,
pada beberapa waktu kemudian diubah peruntukannya menjadi supermarket,
real-estate, perkantoran dan lain-lain.
4.
Adanya penggunaan lain yang tidak bertanggung jawab seperti:
-
Bermain sepak bola,
Tempat kegiatan a-susila,
Tempat tuna wisma,
Pohon sebagai tempat cantolan kawat listrik dan telepon,
Pangkal pohon sering dijadikan sebagai tempat untuk membakar sampah,
Sebagai tempat ditancapkannya reklame dan spanduk.
Vandalisme dalam bentuk coretan dengan cat atau goresan dengan
pisau.
- Gangguan binatang : anjing, kucing, tikus dan serangga.
Sumber:
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/HUTKOT/hutkot.htm… diunduh 31 Maret 2012
VEGETASI HUTAN KOTA
Pemilihan Jenis
Jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan hutan kota
hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman
dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah lingkungan
yang muncul di tempat itu dengan baik.
Untuk mendapat hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang
maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain.
Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi
matahari.
Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan
kemudahan dalam tingkat pemeliharaan.
Persyaratan umum tanaman:
Tahan terhadap hama dan penyakit,
Cepat tumbuh,
Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis,
Mempunyai umur yang panjang,
Mempunyai bentuk yang indah,
Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada,
Kompatibel dengan tanaman lain,
Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,
Persyaratan untuk pohon peneduh jalan:
Mudah tumbuh pada tanah yang padat,
Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah,
Tanah terhadap hembusan angin yang kuat,
Dahan dan ranting tidak mudah patah,
Pohon tidak mudah tumbang,
Buah tidak terlalu besar,
Serasah yang dihasilkan sedikit,
Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri,
Luka akibat benturan mobil mudah sembuh,
Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap,
Kompatibel dengan tanaman lain,
Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah
Sumber:
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/HUTKOT/hutkot.htm… diunduh 31 Maret 2012
HUTAN KOTA SEBAGAI HABITAT BURUNG
Hembusan angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan
dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk
perkotaan.
Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung
perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi
masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Membantu mengendalikan serangga hama,
Membantu proses penyerbukan bunga,
Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,
Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang
menyenangkan,
Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,
Sebagai sumber plasma nutfah,
Objek untuk pendidikan dan penelitian.
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan
maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra disenangi burung
pengisap madu. Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak
didatangi burung antara lain :
1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F. glaberrima
buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.).
2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis
burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga
antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak
(Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.
3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah
menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.
4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung
sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.
5. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar
(Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya
seperti : burung cacing (Cyornis banyumas), celepuk (Otus bakkamoena),
sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau ( Pachycephala cinerea) dan
perenjak kuning (Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di
antara dedaunan dan di dalam batangnya.
Sumber: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/HUTKOT/hutkot.htm … diunduh 31 Maret 2012
HUTAN KOTA UNTUK KEINDAHAN
Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya
seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari
benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari
arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya
silau tersebut perlu untuk dikurangi.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung
pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun
kerimbunan tajuknya.
Meningkatkan Keindahan Kota
Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman,
namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan
rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis,
bentuk, warna, ukuran dan teksturnya, sehingga dapat diperoleh suatu bentuk
komposisi yang menarik.
Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur
yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu
tidak alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi
dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah
ada akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh
setiap manusia.
Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan bendabenda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi
yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa,
sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang
ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras
atau untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).
Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga
pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah,
pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan
warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi
lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota sebagai tabir
penyekat di sana.
Sumber: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/HUTKOT/hutkot.htm … diunduh 31 Maret 2012
HUTAN KOTA UNTUK MENYIMPAN AIR TANAH
Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan
kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah hutan
akan meningkat.
Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami
dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping
itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga
air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit
yang menjadi air limpasan.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah
yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota
yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat
membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.
Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah
antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet (Hevea
brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa),
Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera).
Po. K (1 + r - c)t - PAM - Pa
La = ----------------------------------------z
La : luas hutan kota yang harus dibangun
Po : jumlah penduduk
K : konsumsi air per kapita 1/hari)
r : laju peningkatan pemakaian air
c : faktor pengendali
PAM : kapasitas suplai perusahaan air minum
t : tahun
Pa : potensi air tanah
z : kemampuan hutan kota dalam menyimpan air
Sumber: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/HUTKOT/hutkot.htm … diunduh 31 Maret 2012
HUTAN KOTA –
KENYAMANAN LINGKUNGAN
Download