Baptisan Roh Kudus adalah tema teologis sentral dari pemahaman kaum Pentakosta J. Roadman Williams mengatakan, “in the Pentecostal and Charismatic traditions the doctrine of baptism in (or with) the Holy Spirit occupies a place of critical importance” KELAHIRAN BARU BAPTISAN ROH KUDUS BAPTISAN ROH KUDUS: Pengalaman Krisis yang berbeda dan terjadi sesudah kelahiran baru. Teks kunci yang dipakai oleh kaum injili untuk memahami Baptisan Roh Kudus adalah 1 Korintus 12:13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Kapan seseorang menjadi anggota tubuh Kristus?? Tentu saja pada saat PERTOBATAN Grudem mengatakan “it was that baptism that resulted in their being members of the body of Christ, the Church.” (baptisan itulah yang membuat sehingga mereka bisa menjadi anggota tubuh Kristus, yaitu Gereja.) Ketakutan mereka adalah jika baptisan Roh Kudus itu terpisah dari pertobatan maka akan ada dua level kekristenan. Alasan lain dari sistem teologis Injili ini adalah alasan hermeneutis. Bagi mereka kita tidak boleh mendirikan teologi di atas kitab-kitab sejarah. Teologinya kitab2 sejarah (KPR) harus ditentukan oleh tulisan2 didaktik (Paulus) JOHN R.W. STOTT Dengan kata lain Kaum Injili berpendapat “bahan dasar” yang digunakan oleh orangorang Pentakosta untuk berteologi itu (Kisahkisah Sejarah – Naratif) tidak sahih” Lukas hanyalah sejarahwan, bukan teolog. Jadi jangan membangun teologi di atas karya sejahrawan, bangunlah teologi di atas karyakarya yang punya nilai didaktis yang jelas (SK. Paulus) Masalah menggunakan Kitab Lukas-KPR sebagai bahan dasar untuk berteologi Masalah ini sudah kedaluwarsa Generasi sarjana-sarjana Injili masa kini semacam: Craig Blomberg dan Grant Osborne mengakui bahwa naratif alkitabiah sangat valid digunakan sebagai dasar untuk membangun teologi Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (II Tim 3: 16) Yang dirujuk oleh Rasul Paulus di sini jelas PL – yang di dalamnya mayoritas dalam bentuk cerita (naratif) Kalau Paulus memandang naratif sebagai sumber yang sahih untuk membangun sebuah ajaran (teologi), kenapa orang Injili harus menolak naratif sebagai sumber yang sahih untuk membangun teologi. I. Howard Marshall, Guru Besar PB dari Aberdeen University, Skotlandia menyatakan bahwa Lukas bukan saja seorang sejarahwan melainkan juga seorang teolog. Jadi jelas, sah-sah saja membangun teologi dari kitab yang bercorak naratif semacam Lukas-Kisah Para Rasul. Karena Lukas adalah seorang teolog, maka tulisan-tulisannyapun harus dihargai sebagai karya teologi yang mandiri. Karya teologinya tidak boleh dipahami dengan menggunakan kaca mata Rasul Paulus, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Injili. Menurut Paulus, Baptisan Roh Kudus adalah pengalaman yang identik dengan kelahiran Baru. Namun menurut Lukas, tidak demikian, Baptisan Roh Kudus adalah pengalaman yang berbeda dan terjadi sesudah kelahiran baru. Jadi kalau kita membaca tulisan Lukas dengan menggunakan kaca mata Paulus, bukankah kita melakukan pemaksaan yang malah mengacaukan makna yang seharusnya. Itu mungkin seperti seorang ahli ekonomi yang memahami kata “bunga” dalam biologi dengan menggunakan konsep ekonomi. Pertanyaan Kunci: Status dari orang-orang Samaria ---- apakah mereka (1) “sudah percaya” (Baptisan Roh Kudus di sini berbicara mengenai pengalaman pasca pertobatan atau (2) “belum sepenuhnya percaya”? (berarti baptisan Roh Kudus di sini identik dengan kelahiran baru) Posisi James Dunn -- posisi (2), alasan – narasi cukup singkat, tidak ada penjelasan detil, satu-satunya yang jelas turunnya Roh Kudus di tunda” ; karena tesis Dunn Roh Kudus adalah Roh yang menyatukan orangorang percaya ke dalam tubuh Kristus , penundaan turunnya Roh kudus mengandung arti bahwa orang-orang Samaria belum menjadi bagian dari tubuh Kristus. Robert P. Menzies --- posisi (2), alasan: Narasi sudah cukup eksplisit! Orangorang Samaria sebelum menerima Roh Kudus dilukiskan sebagai orang-orang yang sudah percaya (8:12), menerima firman Allah (8:14) dan dibaptiskan (8:12). Narrative ini memberikan indikasi tegas buat kita bahwa orang2 Samaria itu telah percaya kepada khotbah yang disampaikan oleh Filipus, dan mereka memberi diri dibaptis (ay. 12) Indikasinya juga terlalu jelas bahwa mereka belum menerima baptisan Roh Kudus untuk beberapa lama setelah itu (ay. 15-17) Jadi, karena Lukas menganggap bahwa orang2 Samaria itu telah menjadi orang Kristen (e.g. converted) sebelum mereka menerima Roh Kudus, maka tidak mungkin bagi kita untuk mempertahankan/berargumen bahwa baptisan Roh itu adalah untuk “membuat seseorang menjadi orang Kristen” (lihat Menzies, 52) Pertanyaan Paulus, “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?” (ay. 2) adalah sesuatu yang sangat fundamental untuk diperdebatkan. Kata “KETIKA” dalam teks bahasa Yunani tidak ada. Elabete pisteousantes Apakah Aorist Participle MNJ itu harus dimengerti sebagai sesuatu yang terjadi “sesudah” atau “pada saat yang bersamaan dengan” kata kerja utamanya??? Kelihatannya terjemahan Indonesia sudah langsung mengambil posisi kedua. Aorist Partisiple - Suatu tindakan dilakukan sebelum tindakan yang dilakukan oleh kata kerja utama Kata kerja Utama: Anjing itu Berlari Aorist Partisipel: menyalak Terjemahan terbaik: Sesudah menyalak Anjing itu berlari KATA KERJA UTAMA BENTUK AORIST PARTISIPEL Present Partisipel Kata Kerja Utama Tindakan secara serentak Kata Kerja Utama: Anjing Berlari Pres Partisipel: Anjing Menyalak Terjemahan terbaik: Sembari menyalak , anjing itu berlari. εἰ πνεῦμα ἅγιον ἐλάβετε πιστεύσαντες; Kata kerja utama di sini adalah: ἐλάβετε (menerima) – V- Aorist Indicative Active-2P Partisipel di sini adalah: πιστεύσαντες; (percaya) – V- Aorist Active Partisipel – Nominative Plural Masculine. Terjemahan seharusnya mengikuti logika: Sesudah percaya ------ menerima Roh Kudus (Sudahkah kamu menerima roh kudus sesudah percaya) MENERIMA ROH KUDUS SESUDAH PERCAYA Dengan demikian, Paulus di sini sedang menuntut mereka untuk mengalami suatu pengalaman “sesudah” pertobatan, yaitu baptisan Roh Kudus. Kaum Pentakosta boleh berbesar hati bahwa ada dukungan alkitabiah yang sahih bagi rumusan teologi mereka tentang baptisan Roh Kudus. Robert P. Menzies menegaskan pentingnya orang-orang Pentakosta mempertahakankan gagasan teologis – Bahasa Roh sebagai tanda dari pengalaman Baptisan Roh Kudus. Dalam karya terebarunya “Speaking in tongues” - Robert Menzies bukan saja berargumen dengan menggunakan pendekatan eksegesis, ia juga menggunakan pendekatan empiris. Dia membandingkan the Church of God in Christ and the Church of Christ; yang pertama mengajarkan Bahasa Roh sebagai tanda, yang kedua tidak. Hasilnya: yang pertama pada tahun 1990 jumlah anggota: 3.7 juta dan yang kedua “Cuma” 15.000 anggota Kasus lain: Assemblies of God (AOG) dan Christian Missionari Alliance (CMA). Yang pertama menekankan Bahasa lidah; yang kedua; Jangan mencari! Jangan menolak! Hasilnya: 1992, CMA: 265.863; AOG: 2.17 juta. Buku yang terakhir menarik karena Bob juga membuat semacam “plausible conjecture” bahwa Yesus juga berbicara dalam Bahasa lidah. Ayat yang dia pakai adalah Lukas 10: 21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi Teks itu unik miliknya Lukas Konteks dari ayat itu adalah kembalinya 70 murid dari lading misi Pengutusan 70 murid itu menggemakan pengurapan profetik yang direkam dalam Bilangan pasal 11 Gordon Wenham, pakar PL, menyatakan bahwa Bilangan 11: 24-30 merupakan bentuk dari ungkapan profetik yang tak terpahami (glossolalia) Jesus dikatakan bergembira – kata Yunani: agalliao Agalliao dalan KPR 2: 26 dikaitkan dengan glossa 5 dari 8 kemunculan glossa dalam Lukas-KPR melukiskan pengalaman rohani luar biasa yang bermuara pada pujian. Aggalliao dan glossa muncul dalam konteks ucapan-ucapan yang berasal dari inspirasi Roh Kudus.