Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi..,.., Dian Mutiara,. Sainmatika,..Volume 7,.. No.. 2,..Desember... 2010,…. 33-39 UJI TOKSISITAS AKUT SERBUK KERING DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.) Syamsul Rizal1, Dian mutiara1, dan Indah Lestary D2 e-mail: [email protected]; [email protected] Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang 1 Alumni Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang2 ABSTRACT The study aims to determine the concentration of dry leaf powder of sirsak (Annona muricata Linn.), which causes the death of infestation of rice (Sitophilus oryzae L.). Research conducted at the Laboratory of Biology, University of Science PGRI Palembang. Acute toxicity tests using bioassay with 96 hours of exposure time applications. Concentration tested 0% (control), 22%, 24%, 26%, 28%, 30%, 32%, 34%, 36% and 38%. Data were analyzed using the Spearman-Karber. The results showed 24-hour LC50 of 26.60%, LC50 48 hour LC50 of 26.06% and 25.70% for 96 hours. While the LT50 value for the concentration of 32% obtained 993 minutes, the LT50 for the concentration of 34% obtained 758 minutes, the LT50 for the concentration of 36% obtained 676 minutes and LT50 for 38% concentration is obtained 632 minutes. The higher the concentration of extract which will be given less time is needed to kill lice rice (Sitophilus oryzae L.) Key words: Acute toxicity, Annona muricata Linn, bioassay, Sitophilus oryzae L. ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi serbuk kering daun sirsak (Annona muricata Linn) yang menyebabkan kematian kutu beras (Sitophilus oryzae L). Penelitian dilakukan di Laboratorium MIPA Biologi Universitas PGRI Palembang. Uji toksisitas akut menggunakan metode bioassays (uji hayati) dengan waktu pendedahan 96 jam aplikasi. Konsentrasi yang diuji 0% (kontrol), 22%, 24%, 26%, 28%, 30%, 32%, 34%, 36% dan 38%. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan Spearman-Karber. Hasil penelitian didapatkan LC50 24 jam sebesar 26,60%, LC50 48 jam sebesar 26,06% dan LC50 96 jam sebesar 25,70%. Sedangkan nilai LT50 untuk konsentrasi 32% didapatkan 993 menit, LT50 untuk konsentrasi 34% didapatkan 758 menit, LT50 untuk konsentrasi 36% didapatkan 676 menit dan LT50 untuk konsentrasi 38% didapatkan 632 menit. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan akan semakin cepat waktu yang diperlukan untuk membunuh kutu beras (Sitophilus oryzae L.) Kata Kunci : Toksisitas akut, Annona muricata Linn, uji hayati, Sitophilus oryzae L. ISSN 1829.586x 33 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi..,.., Dian Mutiara,. Sainmatika,..Volume 7,.. No.. 2,..Desember... 2010,…. 33-39 PENDAHULUAN Serangga merupakan golongan hewan yang terbesar, kira-kira 75% dari jumlah hewan yang hidup telah diketahui manusia adalah dari golongan serangga. Ukuran serangga cukup seragam, yang terkecil besarnya kurang dari 0,25 mm dan yang terbesar mencapai 13 cm sampai 25 cm. Berat rata-rata serangga tidak melebihi 5,27 miligram (Pracaya, 1992). Serangga telah hidup dibumi kira-kira 350 juta tahun, kemudian menyebar keberbagai habitat untuk beradaptasi dan berkembang (Borror et al., 1992). Peranan serangga di alam sangat penting diantaranya sebagai dekomposer atau pengurai, serangga juga membantu penyerbukan pada tumbuhan dan sebagai hama yang merugikan banyak orang terutama petani (Hadikastowo dan Simanjuntak, 1988). Sebagian lainnya berperan sebagai predator atau parasit beberapa jenis hama di gudang dan ini sangat bermanfaat dalam pengendalian hama gudang. Salah satu jenis serangga yang selalu menjadi persoalan bagi banyak orang terutama petani yang menyimpan beras di gudang adalah kutu beras (Sitophilus oryzae L.). Kebutuhan akan beras terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Peningkatan produksi beras harus diimbangi dengan usaha penanganan pascapanen yang bertujuan untuk menghindari kerusakan dan penyusutan baik kualitas maupu kuantitas hasil. Penanganan pascapanen dilakukan mulai dari panen, pengeringan sampai pada penyimpanan. Hal ini harus dilakukan secara simultan dengan yang lainnya, karena jika tidak akan ISSN 1829.586x mempengaruhi kualitas dan kuantitas beras hasil simpanan. Beras tidak tahan disimpan terlalu lama karena mudah diserang oleh serangga hama, khususnya sitophilus oryzae L. Tingkat kerusakan beras ditentukan oleh intensitas serangan oleh kutu beras tersebut. Menurut Hussein dan Ibrahim (1986). Sitophilus oryzae L atau kutu beras merupakan hama utama penyebab kerusakan pada saat penyimpanan beras di gudang, sehingga pada saat dipasarkan menurunkan nilai jualnya. Di Indonesia sitophilus oryzae L dilaporkan memiliki peranan penting dalam penurunan nilai ekonomis pada saat panen maupun dalam penyimpanan khususnya beras. Untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan pencegahan dan pemberantasan hama tersebut dengan menggunakan insektisida sintesis. Akan tetapi kenyataanya memberikan dampak buruk bagi lingkungan seperti timbulnya resurjensi dan resistensi hama terhadap pestisida tersebut. Selain itu juga dapat menyebabkan keracunan bagi organisme lainnya termasuk manusia. Oleh karena itu di cari alternatif lain dalam mengatasi serangan hama serangga tersebut. Salah satunya adalah menggunakan bioinsektisida yang dihasilkan dari tumbuhtumbuhan. Dampak dari penggunaan bioinsektisida ini relatif ringan dibandingkan penggunaan insektisida sintesis, karena mudah tergradasi. Tumbuhan yang berpotensi sebagai bioinsektisida adalah daun sirsak (Annona muricata L) merupakan tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan sebagai bioinsektisida terhadap hama kutu beras (Thomas, 1992). 34 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi..,.., Dian Mutiara,. Sainmatika,..Volume 7,.. No.. 2,..Desember... 2010,…. 33-39 Dari hasil penelitian diketahui bahwa daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, senyawa acetogenin dalam konsentrasi tinggi dapat bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga mati. Buah yang mentah, biji, daun dan akar sirsak mengandung 42% sampai dengan 45% lemak. Selain itu adanya senyawa Anonian dan resin yang terkandung pada tanaman sirsak dapat berfungsi sebagai racun perut dan racun kontak serangga. Sedangkan serbuk kering daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama gudang dan hama lainnya. Selain itu juga daun dan bijinya dapat berperan sebagai penolak serangga (repellent) dan penghambat makan (antifeedant) bagi serangga (http://www.dakiunta.com). Untuk mengetahui efek racun dari daun sirsak (Annona miricata L) terhadap kutu beras dilakukan pengujian efek racun tersebut sehingga didapatkan nilai LC50 dan nilai LT50 dari kutu beras (Sitophilus oryzae L.) yang diuji. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang dari bulan Agustus 2010 sampai dengan September 2010. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah stoples plastik berukuran 16 liter, stoples plastik berukuran 1,35 liter, mortal, kain kasa, cawan petri, timbangan digital, oven, gunting, dan alat tulis. Bahan yang digunakan kutu beras (Sitophilus oryzae L.), daun sirsak (Annona muricata), tissue, kapas, kertas label dan beras. Metode penelitian yang digunakan adalah metode bioassays ISSN 1829.586x (uji hayati) dengan contoh statik yang dilakukan dalam dua tahap yaitu : a. Uji pendahuluan dengan tujuan untuk mendapatkan kisaran konsentrasi yang akan digunakan untuk uji toksisitas dengan tingkat konsentrasi sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, dan 90% yang diamati selama 24 jam b. Uji toksisitas bertujuan untuk mengetahui jumlah Sitophilus oryzae L yang mati karena pengaruh pemberian serbuk kering daun sirsak (Annona muricata L) yang Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Spearman-Karber (Weber, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari uji pendahuluan yang telah dilakukan selama 24 jam aplikasi didapatkan nilai “Critical range”, 20% untuk range minimum dan 70% untuk range maksimum. Dari kisaran tersebut ditentukan 10 tingkatan konsentrasi yang akan digunakan pada uji toksisitas akut dengan mengkonversikan range minimum dan range maksimum, sehingga diperoleh kisaran untuk uji toksisitas akut 0% (kontrol), 22, 24, 26, 28, 30, 32, 34, 36, dan 38%. Uji toksisitas akut bertujuan untuk mengetahui jumlah Sitophilus oryzae L., yang mati karena pengaruh serbuk kering daun sirsak (Annona muricata Linn.) yang diberikan sehingga nilai LC50 dan LT50 dapat ditentukan. Untuk mengetahui konsentrasi letal tengah (LC50) pengaruh serbuk kering daun sirsak terhadap kutu beras Sitophilus oryzae L selama 24 jam, 48 dan 96 jam aplikasi dapat dilihat pada tabel 1. 35 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi..,.., Dian Mutiara,. Sainmatika,..Volume 7,.. No.. 2,..Desember... 2010,…. 33-39 Tabel 1. Konsentrasi letal tengahan (LC50) Sitophilus oryzae L yang diberikan perlakuan serbuk kering daun sirsak dengan waktu aplikasi selama 24 jam, 48 jam dan 96 jam. Waktu Perlakuan (jam) 24 48 96 LC50(%) 26,60 26,06 25,70 Pada tabel 1 dapat dilihat nilai LC50 selama 24, 48 dan 96 jam dari kisaran konsentrasi serbuk kering daun sirsak yang telah ditentukan. Ini menunjukan bahwa konsentrasi serbuk kering daun sirsak yang telah diaplikasikan dengan hewan uji mempunyai kemampuan untuk mebunuh Sitophilus oryzae L karena didalam serbuk kering daun sirsak terdapat zat aktif yang diduga dapat membunuh kutu beras yaitu senyawa acetogenin, anonian, dan resin (Harborner, 1987). Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin yaitu Pada konsentrasi rendah, senyawa acetogenin memiliki keistimewan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi tinggi, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga atau hama mati (Harborner, 1987). Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan struktur 30–32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2furanone. Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktifitas sitotoksik, dan derivat acetogenin yang berfungsi sitotoksik adalah asimicin, bulatacin, dan squamocin (Harborner, 1987). ISSN 1829.586x Interval Kepercayaan 95% Batas Bawah (%) Batas Atas (%) 25,72 27,51 25,23 26,91 24,71 26,73 Menurut (Sugianto, 1984) bahwa squamocin mampu menghambat transport elektron pada sistem respirasi sel, sehingga menyebabkan gradien proton terhambat dan cadangan energi tidak dapat membentuk ATP. Bulatacin diketahui menghambat kerja enzim NADHubiquinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria ( Harborner, 1987) Senyawa annonain, dan squamosin banyak terdapat didalam daun sirsak dan bersifat sitoksik dan neurotoksik sehingga menimbulkan kematian sel pada serangga. Apabila senyawa ini kontak atau masuk ke dalam tubuh maka akan menghalangi ikatan enzim NADH dengan sitokrom c reduktase dan sitokrom komplek sub unit I yang berada di dalam mitokondria serangga. Akibatnya sel kehilangan energi dan pernafasan sel akan terhenti ( Harborner, 1987). Ketiga senyawa ini bersifat racun terhadap serangga karena pada konsentrasi yang tinggi dalam waktu 24 jam dapat membunuh hewan uji dan dapat merugikan kebiasaan makan serangga (Connell, and Miller, 2006). Pada Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi serbuk kering daun sirsak yang diaplikasikan kepada kutu beras (Sitophilus oryzae L), maka semakin pendek waktu yang diperlukan untuk membunuh hewan uji tersebut. 36 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi..,.., Dian Mutiara,. Sainmatika,..Volume 7,.. No.. 2,..Desember... 2010,…. 33-39 Sedangkan semakin rendah konsentrasi yang diberikan maka semakin panjang waktu yang diperlukan untuk membunuh hewan uji. Menurut Prijono (1988) semakin banyak atau pekat konsentrasi insektisida nabati yang diberikan maka semakin besar pengaruhnya terhadap kematian organisme sasaran karena akumulasi racun yang ditimbulkan oleh insektisida tersebut. Serbuk kering daun sirsak yang konsentrasinya rendah yang telah dicampurkan kedalam makanan Sitophilus oryzae L, hanya dapat mengurangi nafsu makan kutu beras, jika konsentrasinya tinggi Tabel 2. maka bersifat racun yang dapat menyebabkan kematian terhadap hewan uji. Jika konsentrasi serbuk kering daun sirsak yang diberikan dalam jumlah yang rendah, maka serbuk kering daun sirsak tersebut tidak termasuk kedalam kategori toksis yang berbahaya, karena senyawa tersebut hanya bersifat zat penghambat atau menurunkan aktivitas makan pada kutu beras. Untuk melihat lama waktu serbuk kering daun sirsak yang dapat menyebabkan 50% kematian kutu beras (LT50) dapat dilihat pada tabel 2. Waktu kematian tengahan (LT50) Sitophilus oryzae L yang diberikan perlakuan serbuk kering daun sirsak (Annona muricata Linn). Perlakuan Konsentrasi Serbuk Kering Daun Sirsak(%) LT50 (menit) 32 34 36 38 993 758 676 632 Pada tabel 2 dapat dilihat nilai LT50 dengan konsentrasi 32, 34, 36, dan 38% sedangkan pada gambar 5 dapat dilihat adanya hubungan antara konsentrasi zat toksik dengan aktivitas zat toksik yang merupakan hubungan eksponensial dari waktu yang berarti aktivitas racun dalam membunuh hewan uji tergantung pada waktu atau lamanya aplikasi racun terhadap hewan uji. Untuk mengetahui kecepatan membunuh serbuk kering daun sirsak konsentrasi 32, 34, 36, dan 38% terhadap Sitophilus oryzae L, dapat dihitung waktu kematian tengahan (LT50). Sedangkan konsentrasi 0% - 30 % nilai LT50 tidak dihitung karena ISSN 1829.586x Interval Kepercayaan 95% Batas Bawah Batas Atas (menit) (menit) 946 709 619 570 1042 811 739 701 jumlah kematian Sitophilus oryzae L tidak mencapai 100%. Dari tabel 2 juga dapat dilihat bahwa dengan konsentrasi 32% diperlukan waktu yang lebih lama untuk membunuh 50% (LT50) hewan uji, dibandingkan dengan konsentrasi 34, 36 dan 38%. Jika serbuk kering daun sirsak yang diberikan kepada hewan uji berada pada konsentrasi yang rendah, maka waktu yang diperlukan untuk membunuh hewan uji semakin lama. Hal ini menjelaskan bahwa semakin rendah konsentrasi serbuk kering daun sirsak yang diberikan kepada hewan uji, maka semakin 37 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi..,.., Dian Mutiara,. Sainmatika,..Volume 7,.. No.. 2,..Desember... 2010,…. 33-39 panjang waktu yang diperlukan untuk membunuh 50% (LT50) hewan uji. Sebaliknya jika konsentrasi serbuk kering daun sirsak yang diberikan semakin tinggi, maka semakin pendek waktu yang diperlukan untuk membunuh 50%(LT50) hewan uji dikarenakan semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak zat aktif yang masuk kedalam tubuh Sitophilus oryzae L. Ciri tubuh hewan yang mati yaitu tubuhnya tidak bergerak lagi apabila disentuh dengan tangan, berwarna coklat gelap, dan tidak berbau. Kematian Sitophilus oryzae L menunjukan bahwa bahan aktif yang terkandung dalam tumbuhan Annona muricata Linn ini bersifat sebagai racun perut, masuknya zat racun perut kedalam tubuh serangga melalui beberapa bagian tubuh serangga yaitu : 1. Melalui dinding tubuh karena dinding tubuh serangga dapat menyebabkan insektisida dengan adanya lapisan epikutikula yang terdiri dari protein dan lemak. 2. Insektisida juga dapat memasuki sistem pernapasan dalam bentuk gas ataupun butir-butir halus karena serangga bernafas dengan sistem tabung yang disebut trakea. 3. Selain itu isektisida juga masuk ke alat pencernaan makanan serangga (usus) dan disinilah terjadi peracunan dalam jumlah yang besar. Serangga akan meningkatkan kemampuan dalam mencernakan makanan jika terdapat senyawa racun dalam tubuhnya yang dilakukan untuk memperoleh energi yang cukup guna menetralisirkan racun tersebut (Sastrodihardjo, 1979). ISSN 1829.586x KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konsentrasi serbuk kering daun sirsak (Annona muricata Linn.) yang menyebabkan kematian 50% (LC50) Sitophilus oryzae L, dengan waktu aplikasi 24, 48, dan 96 jam masing-masing didapat untuk LC50 24 jam sebesar 26,60%, LC50 48 jam sebesar 26,06% dan LC50 96 jam sebesar 25,70%. 2. Waktu kematian tengahan (LT50) yang diperlukan dengan serbuk kering daun sirsak (Annona muricata Linn) dapat menyebabkan kematian Sitophilus oryzae L yaitu yaitu LT50 32% selama 993 menit, LT50 34% selama 758 menit, LT50 36% selama 676 menit dan LT50 38% adalah selama 632 menit. 3. Semakin tinggi konsentrasi serbuk kering daun sirsak (Annona muricata Linn.) yang diaplikasikan kepada hewan uji, maka semakin pendek waktu yang diperlukan untuk membunuh hewan uji (Sitophilus oryzae L.) DAFTAR PUSTAKA Borror, D. J, C. A and Triplehorn, N.P. Johnson. Serangga. Diterjemahkan oleh Partosoejono, S dan M. Notowidjoyo. 1992. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Connel, W., & Miller, G.G,. 2006. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Diterjemahkan Oleh Yanti Koestroer. UniversitasPress. Jakarta. Hadikastowo dan Simanjuntak, 1988. Dinamika Obat Buku Ajar 38 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Umbi..,.., Dian Mutiara,. Sainmatika,..Volume 7,.. No.. 2,..Desember... 2010,…. 33-39 Farmokologi dan Toksikologi. Penerbit ITB Bandung, Harborner, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penentuan cara modern menganalisa tumbuhan. Terbitan Kedua. Penerbit ITB Bandung. Hussein, M. Y. dan A.G. Ibrahim. 1986. Biological control in the Tropics. Pertanian Malaysia. Serdang, Malaysia Pracaya, 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Penyebar Swadaya, Jakarta. Prijono.1988. Pengujian Insektisida (Penuntunan Praktikum) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB. Bogor. ISSN 1829.586x Sastrodihardjo, S. 1978. Toksikologi Serangga. Fakultas Biologi ITB Bandung. Thomas A.N.S. Khasiat Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Darah Tinggi, SKH Suara Karya, Edisi 27 Oktober, 1988. Weber, C.I. 1991. Methodes For Measing The Acute Toxicity of Effuents and Receiving Water to Freshwater and Marine Organisme. Environmental Monitoring Systems Laboratory Cincinnati. http://www.daglunta.com/content/daun -sirsak-membunuh- sel-kangker, (di akses 07 Mei 2010). 39