MORFOLOGI NOMINA DALAM BAHASA PAKPAK DAIRI IDA BASARIA Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi juga berfungsi sebagai alat pengembangan Dan pendukung kebudayaan daerah. Dalam perantauan, bahasa ini jarang digunakan. Hal ini disebabkan banyak penutur bahasa pakpak Dairi merupakan penutur bilingual yaitu bahasa Pakpak Dairi dan bahasa Toba di samping bahasa Indonesia. Bahasa yang jarang digunakan lambat laun akan menjadi mati. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, di samping belum adanya deskripsi yang lengkap tentang morfologi nomina bahasa Pakpak Dairi. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan penelitian berupa: 1. mengetahui ciri-ciri nomina bahasa Pakpak Dairi, 2. proses morfologi nomina dan 3. mengetahui bentuk-bentuk nomina bahasa Pakpak Dairi yang mencakup: bentuk asal dan bentuk berimbuhan, bentuk ulang nomina dan bentuk majemuk nomina bahasa Pakpak Dairi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk menjaring data dibuat daftar tanyaan sebagai panduan wawancara (yang direkam dengan tape recorder) dengan caraa pancingan kontrastif dan b. pancingan berpola. Hasil penelitian memberikan deskripsi lengkap atas permasalahan yang ada. Di samping itu dalam analisis data ditemukan pula fenomena baru yang tidak diperhitungkan, berupa adanya suatu kaidah dalam proses morfotonemik yang melibatkan dua vokal yaitu hukum bunyi persandian dalam bahasa Pakpak Dairi. Sebagai kesimpulan, diperoleh bahwa ciri nomina bahasa Pakpak Dairi dapat diamati melalui perilaku semantis, perilaku sintaksis dan perilaku morfologinya. Proses morfologi nomina mencakup proses,atiksasi proses reduplikasi dan proses pemajemukan. Kemudian bentuk-bentuk nomina yang ditemukan berhubungan dengan proses morfologisnya yamgterbagi atas: a. bentuk nomina asal dan bentuk nomina berimbuhan b. bentuk nomina ulang c. bentuk nomina majemuk . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan bahasa nasional tidak bisa dipisahkan dari pengolahan bahasa daerah, dan demikian pula sebaliknya. Itulah sebabnya di samping mengolah bahasa nasional, Politik Bahasa Nasional pun berfungsi sebagai sumber dasar dan pengarah bagi pengolahan bahasa daerah yang jumlahnya ratusan dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bahasa Pakpak Dairi adalah salah satu bahasa daerah di Sumatera Utara yang masih tetap hidup yang mendiami daerah tingkat II di kabupaten Dairi. Oleh karena itu bahasa ini perlu dibina dan dikembangkan. Penelitian mengenai bahasa Pakpak Dairi telah pernah dilakukan, walaupun masih sangat sedikit, bila dibandingkan dengan penelitian bahasa daerah lainnya. Penelitian sebelumnya sudah mengungkapkan bahwa pembentukan kata dalam bahasa Pakpak Dairi dapat dilakukan melalui proses morfologi, di mana ditemukan bahwa proses afiksasi sebagai salah satu proses morfologi, sering mengakibatkan proses morfofonemik. Contoh kala kerja 'mengelabang' berasak dari prefiks me- dan © 2004 Digitized by USU digital library 1 kala benda labang 'paku' ; di mana dalam pembentukan kata itu bentuk meberubah menjadi menge- . Kemudian ditemukan pula bahwa kata benda pemekpek 'pemukul' berasal dari prefiks pe- dan kata kerja pekpek; dalam pembentukan kata ini telah terjadi peluluhan /p/ pada kata pekpek, sementara itu bentuk /pe- berubah menjadi /pem-/. Walaupun keberadaan proses morfofonemik dalam bahasa pakpak Dairi sudah diidentifikasi, sistem morfologi nominanya belum pernah diteliti secara mendalam dan terperinci. Informasi tentang strukturnya, ciri morfologi, tipe dan bentuk – bentuk nomina dalam bahasa Pakpak Dairi sangat mendesak untuk diteliti dengan cermat, apabila penelitian ini tidak segera dilaksanakan, dikhawatirkan sistem nomina (kata benda) bahasa Pakpak Dairi yang sesungguhnya sukar ditelusuri. Karena pengaruh pendidikan fonnal, administrasi, pemerintahan, agama, dan kemajuan sistem komunikasi massa, terutama radio dan televisi dan unsur kata lain sudah dan masih diserap ke dalam bahasa pakpak Dairi dari bahasa Indonesia. Kata benda seperti perlombaan, pertahanan, koperasi dan generasi, sudah sering digunakan sebagai bagian bahasa Pakpak Dairi oleh penutur asli. Penyerapan seperti ini lambat laun tentu mempengaruhi sistem nomina bahasa Pakpak Dairi. Solin (1988: 112) menyatakan bahwa penutur bahasa Pakpak dairi adalah bilingualis, yaitu bahasa Pakpak dan bahasa Toba, bahkan bahasa Karo, di samping bahasa Indonesia. Menurutnya, bahasa Batak Toba dan bahkan bahasa Karo banyak dipakai oleh penutur bahasa Pakpak Dairi terutama yang beragama kristen, yang merupakan agama mayoritas penduduk Pakpak. Dalam perantauan (ke Medan) bahasa Pakpak sangat jarang digunakan, apalagi bila bertemu dengan suku bangsa Toba dan Karo lainnya. Dengan jarangnya dipakai maka bahasa Pakpak Dairi juga jarang terdengar, yang akibatnya kurang dikenal. Penelitian ini dapat menjadi sarana pengenalan bahasa Pakpak an kepada pembacallya, yang sekaJigus juga mempunyai dampak penting bagi penutur asli bahasa Pakpak Dairi. Deskripsi sistem morfologi nomina bahasa ini memperagakan kepada mereka berbagai ciri, bentuk dan makna nomina bahasa Pakpak Dairi. Dengan demikian penutur asli akan menyadari bahwa bahasa Ibu mereka memiliki sistem sendiri yang sama baiknya dengan sistem bahasabahasa lain. Pengetahuan ini berdaya guna dalam upaya meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa mereka. Dengan penelitian ini, penutur asli akan percaya bahwa mereka memiliki dan memakai bahasa sendiri dan tidak merasa malu atau segan - segan membina dan melestarikan bahasa mereka. Sebab jika bahasa ini tidak segera dilestarikan, karena jarangnya dipakai lambat laun dapat menjadi bahasa mati. Akan tetapi peneliti sebagai penutur asli bahasa. ini, berharap hal ini tidak akan terjadi karena berarti menghilangkan salah satu identitas bangsa. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia memerlukan masukan bahasa-bahasa daerah yang ada di tanah air. Masukan itu banyak manfaatnya. Hasil penelitian ini menyediakan deskripsi yang sahih mengenai sistem morfologi nomina bahasa Pakpak Dairi, yang dapat digunakan untuk membandingkan bahasa Pakpak Dairi dengan bahasa Indonesia sehingga akan dapat diketahui secara meyakinkan persamaan serta perbedaan keduanya. Dua bahasa tidak dapat dibandingkan sebelum ada deskripsi masing-masing. Sehubungan hal - hal di atas penelitian ini ingin 'menguak' sebagian kecil dari misteri yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi yaitu sistem morfologi nomina bahasa Pakpak Dairi. © 2004 Digitized by USU digital library 2 B. Perumusan Masalah Penelitian berjudul Deskripsi Morfologi Nomina Bahasa Pakpak Dairi berusaha menjawab beberapa masalah seperti : 1. Bagaimanakah ciri-ciri nomina bahasa Pakpak Dairi ? 2. Bagaimanakah proses morfologi nomina yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi? 3. Bagaimanakah bentuk - bentuk nomina bahasa Pakpak Dairi? 4. Bagaimanakah bentuk peruIangan nomina yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi? 5. Bagaimanakah bentuk majemuk nomina yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi ? BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penelitian ini, diperlukan prinsip - prinsip pendekatan dan prosedur pemecahan masalah rang cukup relevan. Untuk keperluan itu penelitian ini pada dasarnya mempergunakan teori liguistik strukturat atau linguistik deskriptif. Pemakaian teori ini didasarkan anggapan bahwa teori ini bermanfaat tidak saja untuk diterapkan dalam penelitian bahasa daerah yang belum dikenal, tetapi juga untuk menganalisis data empiris tentang berbagai variasi bahasa. Setiap bahasa mempunyai ciri khas dalam unsur-unsurnya, akan tetapi untuk penelitian bahasa yang belum pernah dilakukan, dapat diterapkan dari teori bahasa yang serumpun (dalam hal ini bahasa Indonesia). Hal ini sesuai dengan kajian induktif yaitu kajian atau analisis yang diterapkan apabila peneliti belum memiliki pemahaman yang cukup terhadap bahasa yang diteliti. Akan tetapi, kalau ada kelainan dalam bahasa ini (bahasa Pakpak Dairi) tidak akan 'dipaksakan' sama dengan unsur-unsur bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria dalam analisis bahasa yang tidak berusaha untuk memaksakan sesuatu bahasa Indonesia diukur dari kategori - kategori bahasa Latin atau Yunani (Djajasudarma, 1993 : 15). Buku-buku acuan utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah Morphology (Nida. 1963), The Structure of American English ( Francis, 1958), On Linguistic Method (Garvin, 1964), Eield Linguistics (Samarin, 1976), IImu Bahasa Indonesia (Ramlan, 1987), Tata Bahasa Indonesia (Keraf, 1980). Di samping konsep buku-buku tersebut di atas itu, teori lain yang cukup menunjang untuk memahami konsep-konsep pokok dan memecahkan masalah penelitian ini dipakai juga teori Verhaar (1987) yang berjudul Pengantar Linguistik. Dengan demikian kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini bersifat gabungan ,tetapi tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi. Ciri morfologis adalah ciri yang ada dalam dan timbul akibat proses morfologis. Ciri morfologis nomina bahasa Pakpak Dairi berwujud morfem imbuhan penanda kelas nomina bahasa Pakpak Dairi. Seperti pada contoh: penjukjuk 'penjolok' ; penuan 'penanam' ; pengerana 'pembicara'; di mana imbuhan /pe-/ merupakan penanda / pembentuk nomina yang berasal dari kelas verba (jukjuk 'jolok' ; suan 'tanam') dan dari kelas nomina (rana 'kata '). Nida (1970 ; 1) mengatakan hahwa: Murphology is the study of morpheme and their arrangements in informing words. Teori ini sejalan dengan teori Ramlan (1985 : 1) yang mengemukakan bahwa morfologi ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk - beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap tungsi dan arti kala. Masalah-masalah yang berhubungan dengan bentuk kala adalah yang menjadi objek penelitian morfologi. © 2004 Digitized by USU digital library 3 Nomina, yang sering disebut kala benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda , konsep atau pengertian (Alwi, 1998 ; 213) adalah salah satu kelas kata, di samping kelas kata verba, adjektiva, adverbia yang dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek. Karena fungsinya di dalam kata yang sangat beragam itu , sulit diidentifikasi bentuk nomina itu dengan cepat. Hal ini berbeda dengan kelas verba yang pada umumnya hanya menduduki fungsi predikat dalam sebuah kalimat. Bentukan nomina berulang yang dimaksud dalam penelitian ini sama dengan bentukan kata ulang bahasa Indonesia yaitu bentukan nomina berulang yang pada prinsipnya terdiri dari perulangan sebagai berikut : 1. Perulangan bentuk asal tooggal bebas, bentuk asal tanpa variasi fonem dan tanpa proses imbuhan seperti rang dinyatakan Ramlan (dalam Rusyana dan Samsuri, 1976: 33) ; dan Keraaf(dalam Rusyana dan Samsuri, 1976: 66-68). Perulangan seperti itu disebut perulangan utuh. Contoh: pekpek-pekpek 'pemukul' ; jukjuk-jukjuk 'penjolok'. 2. Perulangan tidak sempurna yang berupa variasi bunyi bentuk asal yaitu bagian kedua mengalami perubahan fonem. Bentukan nomina majemuk adalah bentukan nomina yang terdiri dari dua komponen yang masing - masing berupa bentuk nomina sederhana (simple words) atau bentuk nomina asal tunggal bebas (a simple free base) dan juga berupa nomina majemuk yang mengalami proses afiksasi. Contoh: rambah mbellen 'hutan belantara' ; roroh-rorohen 'sayur-mayur'. Dengan memedomani teori-teori tersebut di atas telah dapat dianalisis nomina bahasa. Pakpak Dairi, terutama kala dasar dan kala berimbuhan. Demikian juga halnya mengenai proses - proses pembentukan nomina. BABIII TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Ingin mendeskripsikan ciri-ciri nomina bahasa Pakpak Dairi 2. Ingin mendeskripsikan proses morfologi rang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi 3. Ingin mendeskripsikan bentuk - bentuk nomina bahasa Pakpak Dairi 4. Ingin mendeskripsikan bentuk perulangan nomina dalam babasa Pakpak Dairi 5. Ingin mendeskripsikan bentuk majemuk nomina yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi B. Manfaat Hasil Penelitian Sesuai dengan yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian di atas, manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai salah satu sumber informasi tentang salah satu unsur bahasa nusantara yaitu bahasa Pakpak Dairi. 2. Melestarikan, menghindarkan dari kepunahan dan sekaligus sebagai usaha pembinaan dan pengembangan salah satu unsur bahasa nusantara yaitu bahasa Pakpak Dairi. 3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lanjutan tentang tipe morfologi nomina dalam bahsa daereah lainnya. © 2004 Digitized by USU digital library 4 BAB IV METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif: sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah teknik perekaman yaitu perekaman ujaran informan. Kemudian rekaman itu ditranskripsikan lalu diterjemahkan. B. Teknik Pengumpulan Data Pada dasarnya metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah metode informan atau metode kontak (Hockett, 1948 : 119). Kontak dengan informan itu sebenarnya tidak harus terjadi di lapangan (tempat informan tinggal), melainkan dapat juga terjadi di tempat peneliti atau di mana saja (Samarin, 1966 : 10). Meskipun demikian, dengan pertimbangan agar peneliti dapat secara langsung mendengar pemakaian bahasa target secara wajar dan agar peneliti dapat segera melaksanakan 'pancingan korektif kepada informan penunjang apabila peneliti meragukan data yang diperoleh dari informan utama, maka pelaksanaan pengumpulan data ini dikerjakan langsung di lapangan. Populasi penelitian ini adalah penutur bahasa Pakpak Dairi. Namun sesuai pendapat Solin (1998) bahasa Pakpak Dairi terdiri atas 5 (lima) dialek yaitu : (1). Dialek Pegagan (2). Dialek Keppas (3). Dialek Simsim (4). Dialek KeJasen (5) Dialek Boang. Diantara kelima dialek tersebut diatas berdasarkan ketiadan pengaruh bahasa lain (Toba dan Karo) dialek yang paling standard adalah dialek Simsim. Maka rang menjadi informan penelitian ini pemakai bahasa Pakpak Dairi dialek Simsim, berdasarkan kriteria keaslian, umur, pendidikan, dan strata sosial dengan memperhatikan persyaratan antara lain: • Laki-laki, dewasa, diatas 40 tahun dan belum uzur. • Tidak banyak bepergian ke luar wilayah kabupaten Dairi misalnya karena pindah tugas atau dagang. Jadi lebih tepat misalnya petani. Untuk menjaring data, dilakukan metode berikut ini. Peneliti sebagai penutur bahasa Pakpak (sebagai bahasa Ibu) sudah mendapat gambaran umum tentang bentuk-bentuk nomina, proses morfologis bahasa Pakpak Dairi. Berdasarkan pengetahuan ini dibuat daftar tanyaan sebagai panduan wawancara yang direkam dengan tape recoreder. Dengan instrumen yang telah disiapkan, ada alat perekam yang siap pakai, korpus ujaran dipancing dengan teknik-teknik sebagai berikut: a. Pancingan terjemah Instrumen yang memuat kalimat-kalimat bahasa Indonesia rang disusun atas dasar model-model hipotesis nomina bahasa Pakpak Dairi yang diharapkan diminta terjemahkan oleh informan ke dalam bahasa Pakpak Dairi. b. Pancingan kontrastif Peneliti memberikan dua atau lebih bentukan yang berbeda hanya pada satu unsur (satu morfem), sedang informan diminta menjelaskan perbedaan artinya. Jawaban informan diharapkan dapat memberikan informasi tentang fungsi, dan nasi atau makna kategori morfem tersebut. c. Pancingan karektif Pancingan ini bertujuan untuk meyakinkan peneliti terhadap kebenaran gejalagejala kebahasan tertentu.Informan diminta menilai benar tidaknya pemakaian gejala itu. © 2004 Digitized by USU digital library 5 d. Wawancara sambil lalu Wawancara ini ditujukan kepada orang-orang yang belum terseleksi. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang gejala-gejala yang secara kebetulan diketahui atau didengar oleh peneliti dan cukup menarik perhatian. BABV PEMBAHASAN 5.1. Ciri-ciri Nomina Bahasa Pak-pak Dairi Sama halnya dengan nomina dalam bahasa Indonesia, nomina dalam bahasa Pakpak Dairi dapat diamati ciri-cirinya melalui : (1) Perilaku Semantis (2) Perilaku Sintaksis (3) Perilaku Morfologis A. Perilaku semantis Nomina Nomina berbeda dari kelas kata lainnya dari perilaku semantisnya. Perilaku semantis nomina adalah makna yang dikandung oleh nomina tersebut. Dari segi semantisnya nomina adalah kata yang baik bentuk dasar maupun bentuk kompleks yang mengacu pada manusia, binatang, tumbuhan, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti : siswa, ayam, kursi, kebangsaan, adalah nomina. Dalam bahasa Pakpak Dairi contoh nomina tersebut adalah : dedahen ' adik' daberuh ' perempuan' daholi ' laki-laki' bulung 'daun' duhut ‘rumput' Manuk-manuk 'burung' Wari 'hari' Nipe 'ular' dan lain-lain Ada beberapa fitur semantik nomina (dasar) yang darat digolongkan alas: 1. Nomina yang mengacu pada tempat seperti : iteruh meja 'dibawah meja' , isapo 'dirumah' , ibagas lae 'didalam sungai' 2. Nomina yang mengacu pada nama tempat atau nama geografis, seperti: Medan, Dairi, Sidikalang, Salak, Silencang, dll. 3. Nomina yang mengacu nama orang termasuk sapaan kekerabatan: Nurlince, Patonga 'bapak uda', puhun 'paman ' 4. Nomina yang mengacu pada nama-nama hari, seperti : Senin, Selasa, Rabu B. Perilaku Sintaksis Di samping ciri semantis, nomina dalam bahasa Pakpak dairi juga dapat diamati melalui ciri sintaksisnya. Ciri-ciri sintaksis itu adalah sebagai berikut : 1. Tugas nomina dalam kalimat2. 2. Pemarkah fiase nomina (1) Tugas nomina dalam kalimat Nomina dalam bahasa Pakpak Dairi dapat diamati melalui ciri sintaksisnya. Dalam kalimat, nomina cenderung bertugas untuk mengisi atau menduduki fungsi © 2004 Digitized by USU digital library 6 subjek. Sebagaimana diketahui bahwa kalimat terdiri dari fungsi sintaksis tertentu yaitu fungsi subjek, predikat, objek dan keterangan. Fungsi-fungsi sintaksis ini merupakan tempat-tempat kosong yang dapat diisi oleh kelas-kelas kata tertentu. Nomina dalam bahasa Pakpak Dairi dapat diamati melalui tugasnya sebagai pengisui fungsi subjek, objek atau pelengkap. Contoh: kalai manjaha 'mereka membaca' Meridi bapa ' Bapak mandi' Berkat ia ' la berangkat' lnang menuan rorohen ' Ibu menanam sayuran Beltekna mbelen 'perutnya membesar" Mengeloteh sabah Bapa ' Ayah membajak sawah' Dari contoh-contoh di atas terlihat bahwa semua pengisi subjek dalam kalimat-kalimat tersebut adalah kategori kelas nomina. Jadi nomina dalam bahasa Pakpak. Dairi selalu mengisi fungsi subjek, objek dalam sebuah kalimat. (2) Pemarkah Frase Nomina Di samping ciri sebagai pengisi fungsi subjek,objek dan pelengkap dalam sebuah kalimat, pada tataran fase nomina, kala oda 'bukan' selalu dapat berkombinasi dengan nomina untuk menyatakan makna mengingkarkan . Contoh: Oda bapa 'bukan bapa' Oda tambar 'bukan obat ' Oda kalak I 'bukan mereka' Selain itu, dalam tataran frase, nomina dalam bahasa Pakpak Dairi dapat diikuti oleh adjektiva. Dengan demikian ketek 'kecil' dapat mengikuti nomina: Oles 'kain' ,jelma 'orang', kempu 'cucu' ,pinahan 'hewan' menjadi oles kerek,jelma. ketek,kempu ketek, pinahan kerek Juga 'gomok 'gemuk' selalu dapat berkombinasi dengan nomina: dedahen 'adik' jelma 'orang' ,kempu 'cucu' pinahan 'hewan' menjadi : dedahen gomok, jelma gomok, kempu gomok, pinahan gomok Jadi nomina dalam bahasa Pakpak Dairi berpeluang untuk dilekati oleh kata berkelas adjektiva. C. Perilaku Morfologis Nomina Nomina dalam bahasa Pakpak Dairi dapat diamati melalui proses morfologisnya.Proses morfologi adalah proses pembentukan kata dengan menggabungkan kata dasar dengan berbagai afiks. Dalam bahasa Pakpak Dairi terdapat afiks tertentu yang dapat berkombinasi dengan kata dasar untuk membentuk kelas nomina jadi afiks tersebut dapat diidentifikasi sebagai ciri pembentuk nomina dalam bahasa Pakpak Dairi. Afiks-afiks pembentuk verba tersebut : Prefiks Infiks Sufiks Konfiks Pe-inke-en Per-en pe-en per-en Contoh: pe- + aleng → pengaleng Pe- + dedoh → pendedoh Pe- + dedoh → pendedoh Per- + juma → perjumah -in- + tangko→ tinangko -en + kundu/→kundu/en © 2004 Digitized by USU digital library 'penjemput’ . ‘penjaga' 'penjaga' 'peladang , 'yang dicuri' 'tempat duduk' 7 ke-en +bincar→ kebincaren 'tempat terbit' pe-en+ suan → penuanen 'penanaman' per-en + kuta → perkutaan 'perkampungan ' Dari contoh data-data di atas dapat dilihat bahwa afiks pembentuk nomina dalam. bahasa Pakpak Dairi dapat melekat dengan kata dasar yang berupa : nomina,verba, dan adjektiva. 5.2 Proses Morfologi Nomina Bahasa Pakpak Dairi Proses morfologi nomina yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi terbagi atas: 1. Afiksasi 2. Reduplikasi 3. Kompositum 1. Afiksasi Nomina Bahasa Pakpak Dairi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada kata dasar untuk membentuk nominna, yang meliputi afiks: 1. Pretiks (awalan) 2. lnfiks (sisipan) 3. sufiks (akhiran) 4. Konfiks ( gabungan awalan dan akhiran) 2. Reduplikasi Nomina Reduplikasi nomina adalah proses perulangan kata dasar untuk membentuk kata yang baru; hasil perulangan kata dasar tersebut merupakan bentuk nomina ulang. Contoh: pemorih → pemorih-morih 'pencyuci-cuci' suanen → suan-suanen 'tanam-tanaman' binual → binual-nual 'yang diambil-ambil 3. KomPositum Nomina Kompositum nomina adalah proses penggabungan dua buah kata untuk membentuk kata yang baru. Dalam hal ini, kata baru tersebut merupakan bentuk nomina. Contoh: guru gedang → 'guru besar' Bunga mbara → 'bunga merah' Daholi daberu → 'suami istri' 5.2.1. Morfologi Nomina Bahasa Pakpak Dairi Morfologi nomina bahasa Pakpak Dairi mencakup proses: A. Afiksasi Nomina bahasa Pakpak Dairi B. Reduplikasi Nomina Bahasa Pakpak Dairi C. Kompositum Nomina Bahasa Pakpak Oairi A. Afiksasi Nomina Bahasa Pakpak Dairi Proses afiksasi nomina yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi mencakup: 1. Prefiksasi Bahasa Pakpak Dairi (1) Prefiks pea.Bentuk © 2004 Digitized by USU digital library 8 1.Prefiks pe- mengalami perubahan bentuk baik melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan, untuk mengahasilkan nomina; bila pemelekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal, /g/ dan /k/ maka prefiks/pe-/ berubah menjadi /peng-/I. Contoh: pePePePePePePe- + + + + + + + angm aleng oge garar goit kolingi kuso → → → → → → → pengangin pengaleng pengoge penggarar penggoit pengkolingi pengkuso 'cara mengangin 'penjemput' 'pembuka' 'pembayar' 'pencubit' 'cara menguliti' 'penanya' 2.Jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal/b/dan/p/ maka prefiks /pe-/ berubah menjadi /pem-/ sedangkan fonem awal kata dasar luluh Contoh: Pe+ bori → pemorih 'cara mencuci' Pe+ buat → pemuat 'earn mengambil' Pe+ pekpek → pemekpek 'cara memukul' 3. Jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal/I/ dan/r/maka prefiks /pe-/ berubah menjadi /penge-/ Contoh: Pe+ labang → pengdabang 'earn memaku' Pe+ lempit → pengelempit 'earn melipat' Pe+ roroh → pengeroroh 'cara menyayur' Pe+ rana → pengerana 'cara berbicara' 4. Bila melekat pada bentuk dasar berubah menjadi /pen-/ Contoh: Pe+ dedah Pe+ deger Pe+ jemak Pe+ jalang yang berfonem awal/d/dan/j/ maka prefiks/pe-/ → → → → pendedah pendeger penjemak penjalang 'penjaga' 'penggoyang' 'cara memegang' 'pengejar' 5. Jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /s/ dan /t/ maka prefik /pe-/ berubah menjadi /pen-/ sedangkan fonem awal /s/ dan luluh Contoh: Pe+ suan → penuan 'earn menanam' Pe+ tutu → pelutu 'menumbuk' Pe+ sipak → penipak 'penyepak ' Pe+ tulus → penulus 'peneari' b. Distribusi Prefiks /pe-/ dapat melekat pada : 1. Nomina Contoh: pe+ son → Pe+ labang → pe+ pangkur → penori pengelabang pemangkur ‘cara menyisir’ ‘cara memaku’ ‘pencangkul’ 2.Verba Contoh: © 2004 Digitized by USU digital library 9 pePePe- + + + embah age keret → → → pengembah pengoge pengkeret 3. Adjektiva. Contoh: pe+ Pe+ Pe+ gomok ketek deher → → → penggomok pengketek pendeher 'pembawa' 'pembuka' 'pemotong' 'yang menggemukkan' 'yang mengecilkan 'yang mendekatkan' c. Makna/Arti Makna yang didukung oleh prefiks pe- adalah : 1. menyatakan cara melakukan apa yang tersebut pada kata dasar Contoh: pengkuso ' cara menanya' Penjalang 'cara mengejar' pemeroh 'cara memeras' 2. menyatakan alat atau orang yang melakukan perbuatan seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar . Contoh : penangko 'orang yang mencuri' pendedah ‘orang yang menjaga' penggarar 'alat /orang yang membayar' pengereme 'alat/orang yang merendam' (2) Prefiks /per-/ a.Bentuk Prefiks /per-/ tidak mengalami perubahan bentuk , baik melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan Contoh: Per+ nange → pernange 'peribu' Per+ tanoh → pertanoh 'yang mempunyai tanah' b. Distribusi prefiks /per-/ dapat 1. Nomina Contoh: Per+ Per+ Per+ 2. Adjektiva Contoh PerPerPer- melekat pada : kakak Juma bapa → → → perkakak perjuma Perbapa 'dijadikan kakak' 'peladang' ‘perayah’ → → → Perbapa perbiar permelki ‘perayah’ ‘penakut’ ‘penyedih’ Contoh: + + + Kelleng Biar Melki C. Makna Makna yang didukung oleh prefiks /per-/ adalah: 1. yang mempunyai seperti apa yang terse but pada kata dasar © 2004 Digitized by USU digital library 10 Contoh: Pertanoh Perkuta Perjuma ‘yang mempunyai tanah’ ‘yang mempunyai kampung’ ‘yang mempunyai ladang’ 2. menyatakan cara Contoh: Pertubuh ‘cara lahir’ Perkundul ‘cara duduk’ Permulak ‘cara pulang’ 3. menyatakan alat Contoh: Perbentir 'alat melempar' Perjukjuk 'alat menjolok' Perembah ‘mempunyai sifat sayng’ 4. mempunyai sifat seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar Contoh: Perlupa 'mempunyai sifut lupa' Perbiar 'mempunyai sifat takut' Perkeleng 'mempunyai sifat sayang' 5. yang biasa mengerjakan apa yang tersebut pada bentuk dasar Contoh: Perburu 'yang biasa berburu' Perjodi 'yang biasa berjudi' 6. berasal dari apa yang tersebut pada bentuk dasar Contoh: Persumbul 'yang berasal dari Sumbul' Persidikalang 'yang berusal dari sidikalang' 2. Infiksasi Bahasa Pakpak Dairi Dalam bahasa Pakpak Dairi terdapat 1 infik yang membentuk nomina ,yaitu infiks/ina. bentuk Infiks /-in-/ tidak pernah mengalami perubahan bentuk Contoh: /-in-/ + kail → kinail 'hasil memancing’ /-in-/ + cekep → cinekep 'sudah digenggam' b. Distribusi infiks /-in-/ dapat melekat pada kala berupa: 1. Nomina Contoh: /-in-/ + sori → sinori /-in-/ + pangkur → pinangkur /-in-/ + tutu → tinutu ‘yang disisir’ ‘yang dicangkul’ ‘yang ditumbuk’ 2. Verba Contoh: /-in-/ + ‘yang diikat’ tali → © 2004 Digitized by USU digital library tinali 11 /-in-/ + tutung → tinutung ‘yang dibakar’ /-in-/ + tangko → tinangko ‘yang dicuri’ c. Makna Infiks /-in-/ secara umum menyatukan makna luas dari suatu perbuatan yang disebut oleh bentuk dasarnya. Contoh: Tinangko 'hasil curian' Tinali 'yang diikat' Pinangkur 'yang dicangkul' 3. Sufiksasi Nomina Bahasa Pakpak Dairi Sufiks yang membentuk nomina dalam bahasa Pakpak Dairi adalah sufiks /en/ a. Bentuk Sufiks /en/ tidak mengalami perubahan bentuk bila melekat pada bentuk dasar yang berfonem akhir konsonan; bila melekat pada bentuk dasar yang berfonem akhir vokal , maka akan mengalarni proses persandian yang merupakan suatu kaidah. Contoh: Ketek + -en → keteken 'lebih kecil' Ugah + -en → ugahen 'bisulan' Seloh + -en → selohen 'lebih tenang' Kaidah persandian akibat bergabungnya dua vokal dalam proses sufiksasi ini adalah: 1) /a/ + /-en/ → /an/ Contoh: rana 'kata' → ‘ranan' yang dikatakan' Mbara 'merah' → mbaran 'lebih merah' 2) /e/ + /-en/ → /en/ Contoh: melehe 'lapar' Reme 'rendam' → → melehen remen 'lebih lapar' 'yang direndam' 3) /o/ + /-en/ → /on/ Contoh: lolo 'gembira' Tangko 'curi' → → lolon tangkon 'lebih gembira' 'yang dicuri' 4) /u/ + /-en/ Contoh: tuhu → → tuhun 'lebih benar' 5) /i/ + /-en/ Contoh: lui Dahi Sori → /in/ → → → ruin dahin sorin 'lebih sedih' 'yang didatangi' 'yang disisir' /un/ 'benar' 'sedih' 'datang' 'sisir' b. Distribusi Sufiks /-en/ dapat melekat pada : I. Nomina Contoh: Kempu + -en → Kail + -en → © 2004 Digitized by USU digital library kempun kailen 'keinginan bercucu' 'yang dipancing' 12 2. Verba Contoh: Tangko Aleng + + -en -en → → tangkon alengen 'yang dicuri' 'yang dijemput' 3. Adjektiva Contoh: Ndaoh Seloh + + -en -en → → ndaohen selohen 'Iebih jauh' 'lebih bagus' C. Makna Makna yang didukung oleh sufiks /-en/ adalah: 1. menderita seperti yang tersebut pada bentuk dasar Contoh: Ugahen 'menderita bisul' Guntuten 'menderita campak' Purun 'menderita penyakit puru' 2. menyatakan tempat Contoh: Kundulen 'tempat duduk' Pedemen 'tempat tidur' Tanden 'tempat bersandar' 3. menyatakan hal yang di sebut seperti pada bentuk dasar Contoh: Ajaren 'hal yang diajar' Suanen 'yang ditanam' Tutun 'yang ditumbuk' 4. Konfiksasi Nomina Bahasa Pakpak Dairi Dalam hal ini pengertian konfiksasi mencakup proses melekatnya prefiks dan sutiks, baik secara berurutan ( prefiksasi terjadi lebih dahulu lalu diikuti oleh sufiksasi atau sebaliknya sufiksasi terjadi lebih dahulu lalu diikuti oleh prefik)maupun secara sekaligus. Dalam bahasa Pakpak Dairi terdapat 3 jenis konfiks yang membentuk nomina yaitu: (1) Konfiks /ke-en/ (2) Kont1ks /pe-en/ (3) Konfiks /per-en/ (1) Konfiks /ke-en/ a. Bentuk Konfiks /ke-en/ tidak mengalami perubahan bentuk, apabila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan, tetapi kofiks /ke-en/ mengalami perubahan bentuk apabila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dan utau diakhiri oleh vokal. Perubahan tersebut merupakan hukum bunyi sandi yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi. Contoh: Berngin + ke – en → kebernginen ‘ kemalaman’ Lolo + ke – en → kelolon ‘kegembiraan’ Tuhu + ke-en → ketuhun ‘kebenaran’ © 2004 Digitized by USU digital library 13 b. Distribusi Konfiks ke-en dapat melekat pada : 1. Nomina Contoh: Jabu + ke-en → Sapo + ke-en → kejabun kesapon 'sudah berkeluarga' 'sudah digubukkan' 2. Verba Contoh: Tutung + Tubuh + ketutungen ketubuhen 'kebakaran' 'tempat lahir' ke-en ke-en → → C.Makna Konfiks ke-en mengandung makna sebagai berikut: 1 . menyatakan tempat Contoh: Kebincaren 'tempat terbit' Kesunduten 'tempat terbenam' Ketubuhen 'tempat lahir' 2. menyatakan hal/yang disebut seperti pada bentuk dasarnya Contoh: Kelelengen ‘yang disayangi’ Kebiaren ‘yang diikuti’ (2) Konfiks /pe-en/ a. Bentuk Sufiks /-en/ pada /pe-en/ mengalami proses persandian bila melekat pada bentuk dasar yang berakhiran dengan vokal, sedangkan /pe-/ mengalami perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal bentuk dasar yang dilekatinya;hal ini sudah diuraikan pada pembahasan bentuk prefiksasi /pe-/ sebelumnya. Contoh: Cinar + pe-en → pencinaren 'tempat menjemur' Tokor + pe-en → penokoren 'pembelian' Tutu + pe-en → penuntun ‘penumbukan’ Labang + pe-en → pengelabangen ‘pemakuan’ Lempit + pe-en → pengelempitan ‘pelipatan’ Rana + pe-en → pengeranan ‘pembicaraan’ b. Distribusi Konfiks /pe-en/ dapat melekat pada : 1. Nomina Contoh: Gerar + pe-en → Tabas + pe-en → © 2004 Digitized by USU digital library pengeraren penabasen ‘penanaman’ ‘pemanteraan’ 14 2. Verba Contoh: Garar Tabah Buat + + + pe-en → pe-en → pe-en → penggararen penabahen pembuatan ‘pembayaran’ ‘penebangan’ ‘pengambilan’ 3. Adjektiva Contoh: Betoh Merung + + pe-en → pe-en → pemetohen pemerenungen ‘pengetahuan’ ‘pengurusan’ C. Makna Makna yang didukung oleh konfik /pe-en/ adalah : 1. hal melakukan perbuatan seperti yang disebut pada bentuk dasarnya Contoh: Penuanen 'hal menanam' Penutungen 'hal membakar' Penggeraren 'hal memberi nama' 2. menyatakan tempat Contoh: Pencinaren 'tempat menjemur' Pengadin 'tempat berhenti' Pengkeruken 'tempat mengorek' (3) Konfiks /per-en/ a. Bentuk Prefiks /per-/ pada /per-en/ tidak mengalami perubahan sedangkan sufiks/en/ mengalami perubahan bunyi seperti proses persandian bila melekat pada kata yang berakhir dengan vokal. Contoh: Per-en, + kuta → perkutan ‘perkampungan’ Per-en + demu → perdemun ‘tempat bersatu’ Per-en + bapa → perbapan ‘golongan bapak – bapak’ b. Distribusi Konfiks per-en dapat melekat pada : 1. Nomina Contoh: Per-en + kuta → Per-en + juma → perkutan perjuman 2. Verba Contoh: Per-en Per-en Per-en perpulungen 'perkumpulan' perdedahen 'penjagaan' perburun 'tempat berburu' + + + pulling → dedah → buru → © 2004 Digitized by USU digital library ‘perkampungan’ ‘perladangan’ 15 3. Kata bilangan Contoh: Per-en + sada → persadan 'persatuan' C. Makna Konfiks per-en menyatakan makna sebagai berikut: 1. menyatakan tempat seperti yang tersebut pada bentuk dasar: Contoh: Perpanganen 'tempat makan' Persiran 'tempat garam' Perjodin 'tempat judi' 2. menyatakan golongan Contoh: Perinangen Perbesanen 'golongan ibu-ibu' 'golongan besan' B. Reduplikasi Nomina Bahasa Pakpak Dairi Proses reduplikasi yang menghasilkan nomina dalam bahasa Pakpak Dairi terbagi atas 2 bagian besar yaitu : 1. Reduplikasi dengan modifikasi 2. Reduplikasi sempurna ( full reduplication) Reduplikasi dengan modifikasi terjadi apabila proses perulangan dimodifikasi dengan proses afiksasi ; sedangkan reduplikasi sempurna adalah reduplikasi dengan cara mengulang seluruh bentuk dasar tanpa mengalami proses afiksasi. Contoh: Juma + R → juma-juma ‘ ladang –ladang’ Sapo + R → sapo-sapo 'gubuk-gubuk' lnang + R → inang – inang 'ibu-ibu' Dalam reduplikasi sempurna ini ditemukam, reduplikasi partial, karena yang dilang hanya suku kata awal bentuk dasarnya. Contoh: Daholi Kedek Jongkit 'lelaki' 'kecil' 'jolok' → dadaholi → kekedek → jongkit -jongkit 'banyak lelaki muda' 'kecil-kecil' 'alat menjolok' Dalam bahasa ini perulangan sempurna atau full reduplication pada bentuk dasar nomina akan selalu menghasilkan perulangan nomina; hal ini juga berlaku untuk perulangan sempurna kelas verba, sebagian besar akan menghasilkan perulangan nomina. Contoh: Pekpek 'pukul' + R → pekpek-pekpek 'pemukul' Kalang ‘ganjal' + R → kalang - kalang 'pengganjal' Jukjuk 'jolok' + R → jukjuk-jukjuk 'penjolok' Reduplikasi dengan modifikasi dapat dibagi atas : A. Reduplikasi dengan prefiks B. Reduplikasi dengan infiks C. Reduplikasi dengan stinks D. Reduplikasi dengan konfiks dan atau afiks gabung © 2004 Digitized by USU digital library 16 (1). Reduplikasi dengan prefiks Proses reduplikasi ini terjadi dengan menambahkan prefiks /pe-/ dan /per/pada bentuk dasarnya, sebelum bentuk dasar tersebut diulang. Jadi bentuk dasar terlebih dahulu dibubuhi afiks sebelum bentuk dasar tersebut diulang. Contoh: Pedaoh + R →pedaoh-daoh 'keadaanberjauhan' Pengeket + R →pengeket-eket 'cara mengikat-ikat' Penuan + R →penuan-nuan 'cara menanam' penjemak + R →penjemak -jemak 'cara memegang' perdengan + R →perdengan-dengan 'cara berteman' perjodi + R →perjodi-jodi 'caraberjudi' perbiar + R →perbiar-biar 'orang penakut' Dari contoh dii atas dan data di lapangan, ternyata prefiks /pe-/ lebih produktif untuk diulang dalam proses reduplikasi nomina. A. Bentuk Perubahan bentuk yang terjadi pada proses afiksasi yang merupakan proses morfofonemik yang telah dijelaskan sebelumnya berlaku pula pada proses reduplikasi ini. Misalnya prefiks /pe-/ apabila melekat pada bentuk dasar yang dimulai dengan /p/ dan /b/, dan /pe-/ berubah menjadi /pem-/, sedangkan /p/ dan /b/ luluh. Contoh: Pe+ pekpek → pemekpek → ‘pemekpek-mekpek’ Pe+ borih → pemorih → ‘pemorih-morih’ Jadi karena kaidah morfofonemik yang terjadi proses afiksasi berlaku sama dengan kaidah morfofonemik pada proses reduplikasi maka pembahasan bentuk dalam semua proses reduplikasi pada analisis berikutnya tidak akan dibicarakan lagi. B. Distribusi Perilaku afiks pada proses afiksasi mencakup kemampuan melekatnya pada bentuk dasar sama dengan perilaku afiks pada proses reduplikasi. Misalnya prefiks /pe-/ mempunyai distribusi terhadap kelas kata nomina, verba, dan adjektiva untuk membentuk kata komplek berupa nomina; hal ini juga terjadi pada proses reduplikasi. Contoh: Pe+ pangkur (N) →pemangkur →pemangkur-mangkur Pe+ embah (V) →pengembah →pengembah-embah Pe+ bergoh (A) →pemergoh →pemergoh-mergoh Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kaidah disribusi pada afiksasi sama dengan kaidah distribusi pada reduplikasi, sehingga pembahasan distribusi pada proses reduplikasi selanjutnya tidak perlu dilakukan. C. Fungsi Reduplikasi nomina dengan modifikasi tidak berfungsi mengubah kelas kata; maksudnya, kelas kata sebelum terjadi perulangan dengan kelas kala setelah terjadi perulangan tidak berubah. Kecuali full reduplication nomina untuk bentuk dasar verba berfungsi mengubah kelas kala bentuk dasarnya © 2004 Digitized by USU digital library 17 Contoh: Pemeroh (N) Pengembah (N) Perjodi (N) Perkuta (N) Pekpek (V) Jukjuk (V) → → pemeroh-meroh (N) pengembah-ngembah (N) → → → → perjodi-jodi (N) perkuta-kuta (N) pekpek-pekpek (N) jukjuk-jukjuk (N) Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa fungsi dalam proses afiksasi sama dengan proses reduplikasi, maka pembahasan fungsi dalam proses reduplikasi selanjutnya tidak akan dilakukan. D. Makna Secara umum semua makna yang didukung oleh reduplikasi nomina adalah: 1. menyatakan alat Contoh: Eket 'ikat' Pekpek 'pukul' Jukjuk 'jolok' → → → Eket-eket Pekpek-pekpek Jukjuk-jukjuk 2. menyatakan banyak tidak tentu Contoh: Sapo 'gubuk' Sapo-sapo lnang 'ibu’ lnang - inang Dukak 'anak' Dukak-dukak 'alat untuk mengikat' 'alat untuk memukul' 'alat untuk menjolok' 'banyak gubuk' 'banyak ibu' 'banyak anak' 3. menyatakan bermacam-macam Contoh: Son 'sigil' Son-son ‘ bermacam- macam sisir' Suanen 'tanaman' Suan-suanen 'bermacam tanaman' Dies 'kain' Oles-oles 'bermacam kain' 4. menyatakan menyerupai Contoh: Sira 'garam' Babah 'mulut' Rambah 'hutan' sira-sira babah-babah rambah-rambah 5. menyatakan tempat Contoh: Penuanen 'penanaman' → Penggararen 'pembayaran' → 'menyerupai garam' 'menyerupai mulut' 'menyerupai hutan' penuan-nuanen pengarar-gararer 'tempat menanam' 'tempat membayar' 2).Reduplikasi dengan sufiks Reduplikasi jenis ini adalah reduplikasi dengan membubuhkan sufiks /-en/ pada bentuk dasar sebelum bentuk dasar tersebut diulang. Contoh: /suan+en/ + R → suan-suanen 'tanam-tanaman' /kundul+en/ + R → kundul-kundulen 'tempat duduk' /buat+en/ + R → buat-buten 'yang diambil-ambil' /ajar+en/ + R → ajar-ajaren 'yang diajar-ajarkan' © 2004 Digitized by USU digital library 18 /jemak+en/ + R → jemak-jemaken 'yang dipegang-pegang' (3) Reduplikasi dengan konfiks Reduplikasi jenis ini adalah reduplikasi dengan membubuhkan konfiks /peen/pada bentuk dasar, sebelum bentuk dasar tersebut diulang. Contoh: Penokoren + R →penoko-nokoren 'tempat pembelian' Penuanen + R →penuan-nuanen 'tempatpenanaman' Penabasen + R →penabas-nabasen ‘tempatpemanteraan' Pemetohen + R → pemetoh-metohen 'tabu sendiri' C. Proses Pemajemukan (kompositum) Proses pemajemukan nomina dalam bahsa Pakpak Dairi biasanya bersifat gabungan kata dasar, tanpa proses afiksasi; walaupun ada pula kata majemuk niminal yang terbentuk dengan proses afiksasi (walaupun jumlahnya sangat sedikit), misalnya Jenis-jenis kompositum nomina yang terdapat dalam bahasa Pakpak Dairi : 1. Kata majemuk yang bersifat Eksosentris dan penggabungan mempunyai derajat yang sama (bersifat kopulatif). Contoh: Pahetangan 'kaki tangan' Daholi daberu 'suami istri' Kaka dedahen 'abang adik' 2. Kata majemuk yang bersifat endosentris bagian kedua (merupakan kala benda dan kata kerja) menjelaskan bagian pertama. Contoh: Matawari 'matahari' Rumah pangan 'rumah makan' Sapu tangan 'sapu tangan' 3. Kata majemuk rang bersifut endosentris tetapi bagian yang menjelaskan merupakan kata sifat. Contoh: Gedang ate 'besar hati' Rambah beleen 'hutan belantara' 5.3 Bentuk Nomina Bahasa Pakpak Dairi Dari segi bentuknya nomina dalarn bahsa Pakpak Dairi terdiri dari : (A) Nomina Asal (B) Nomina Turunan (A) Nomina Asal Nomina Asal yaitu nomina yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh: Sapo 'gugup' Kuta 'kampung' Kalak 'orang' Bages 'rumah' Bena 'pokok' Ukur 'hati' Elu 'air mata' pusuh 'ulu hati' jelma 'orang' © 2004 Digitized by USU digital library 19 saong dll 'tudung' Dari data di atas terlihat bahwa nomina asal / nomina dasar pada bahasa Pakpak Dairi umumnya bersuku kala dua (B) Nomina Turunan Nomina Turunan dalam bahasa Pakpak Dairi berdasarkan proses pembentukannya dapat dibagi atas : 1. Nomina berimbuhan, yang dibentuk melalui proses pengafiksan . 2. Nomina utang, yang dibentuk melalui proses reduptikasi. 3. Nomina majemuk, yang dibentuk melalui proses penggabungan kala dasar. 1. Bentuk Nomina Berimbuhan Nomina berimbuhan dalam bahasa Pakpak Dairi dapat diidentifikasi melalui afiks, baik prefiks, sufiks, infiks dari konfiks yang melekat pada nomina tersebut melalui proses afiksasi. Bentuk-bentuk nomina tersebut adalah : (1) /pe-/ + nomina / verba / adjektiva Contoh: Penipak ‘penyepak' Penjemak 'pemegang' Penulus 'pencari' Penggomok 'yang menggemukkan' (2) /per-/ + verba / nomina Contoh: Perburu 'pemburu' Perende 'penyanyi' Perjuma 'peladang' Perbapa 'yang dijadikan ayah' (3) /-in-/ + nomina Contoh: Sinori 'yang disisir' Tinutung 'yang dibakar' (4)/-en/ +verba / nomina / adjektiva Contoh: Tangkon 'yang dicuri Alengen 'yang dijemput' Kailen 'yang dipancing' Keteken 'lebih kecil' (5) /ke-en/+nomina/verba Contoh: Ketubuhen ‘tempat lahir’ Kebincaren ‘tempat terbit’ Kesapon ‘tempat berkumpul’ (6) /per-en/+ Contoh: Perkuten Perdemun Perpulungen nomina/verba 'perkampungan' 'tempat bersatu' ‘tempat berkumpul' © 2004 Digitized by USU digital library 20 (7) /pe-en/+ nomina/verba/adjektiva Contoh: Penggeraren ‘penanaman’ Penabasen 'pengobatan' Penggararen 'pembayaran' Penabahen 'penebangan ' Pemetohen 'pengetahuan' 2.Bentuk Nomina ulang Berdasarkan komponen pembentuknya, tipe perulangan nomina mempunyai 4 bentuk, yaitu: (1) Dasar + Dasar Contoh: Pekpek -pek pek ‘pemukul’ Jukjuk-jukjuk ‘penjolok Sapo-sapo ‘gubuk-gubuk’ Jabu-jabu ‘rumah-rumah’ (2) (Prefiks + Dasar) + Dasar Contoh: Pemorih-morih Pemekpek –mekpek Perjuma-juma Pengembah-embah Pendedah-dedah ‘pencuci-cuci’ ‘pemukul – mukul’ ‘orang- orang peladang’ ‘cara membawa’ ‘penjaga- jaga’ (3) Dasar + (Dasar + Sufiks) Contoh: Dedah-dedahen 'yang dijaga-jaga' Cedur-ceduren 'yang diludah-ludahi' Suan-suanen 'tanam-tanaman' Kundul-kundulen 'tempat-tempat duduk' (4) (Dasar + Dasar) + Konfiks Contoh: Penabas-nabasen 'tempat - tempat mantera' Penggarer-gararen 'tempat-tempat membayar' Penuan-nuanen 'tempat - tempat penanaman' Penokor – nokoren 'tempat-tempat pembelian' 3. Bentuk Nomina Majemuk Berdasarkan komponen pembentuknya, bentuk nomina majemuk dalam bahasa Pakpak Dairi terdiri dari 5 bentuk, yaitu: (1) Nomina + Nomina Contoh: Lae mul 'mata air' Sapo ijuk 'rumah adat' Mata wari 'matahari' Dilaki diberu 'suami istri' Kalak pakpak 'orang pakpak' © 2004 Digitized by USU digital library 21 (2) Verba + Verba Contoh: Pangan medem Dedah tumatak Daya tokor 'pemalas, makan tidur' 'sesuka bati' 'jual beli' (3) Adjektiva + Adjektiva Contoh: Njuah tendi 'keselamatan' Dates gedang 'gagah, tinggi besar' (4) Nomina + Adjektiva contoh: tambar malem daberu pergalgal lae gedang baju settar 'obat sehat' 'perempuan jalang' 'sungai besar' 'baju bersih' (5) Nomina + Verba Contoh: Meja pangen 'meja makan' BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ciri-ciri nomina bahasa Pakpak Dairi dapat diamati melalui : (a) perilaku semantis, (b) perilaku sintaksis dan (c) perilaku morfologisnya. Dari perilaku semantisnya nomina adalah semua kala baik bentuk dasar maupun bentuk kompleks yang mengacu pada manusia, binatang, tumbuhan, benda, dan konsep atau pengertian. Dari perilaku morfologisnya nomina dapat diidentifikasi melalui afik tertentu. Afiks tersebut adalah : /pe- , per- , -in- ,-en, keen , pe-en, per-en/ yang melekat pada kata dasar untuk membentuk nomina. Dari perilaku sintaksisnya, nomina bahasa Pakpak Dairi selalu mengisi fungsi subjek, objek dan juga dapat mengisi fungsi predikat, di samping itu, pada tataran frase kala oda selalu dapat berkombinasi dengan nomina untuk menyatakan 'tidak'. Proses morfologi nomina adalah proses pembentukan nomina akibat pembubuhan afiks pada kata dasar, yang terdiri dari : (a) proses afiksasi yaitu proses melekatnya afiks paa kata dasar untuk membentuk nomina, (b) proses reduplikasi yaitu proses perulangan kata dasar untuk membentuk kata yang baru, yang hasilnya merupakan bentuk nomina ulang, ( c) proses kompositum yaitu proses penggabungan dua kata untuk membentuk kata yang hal, yang hasilnya merupakan bentuk nomina majemuk. Dalam ketiga proses mortologi nomina di atas, terjadi proses morfofonemik yaitu proses perubahan fonem. Di samping proses morfofonemik, dalam bahasa Pakpak Dairi terjadi juga perubahan-perubahan bunyi yang mengikuti pola hukum bunyi sandi. © 2004 Digitized by USU digital library 22 Bentuk nomina dalam bahasa Pakpak Dairi terdiri dari (a) Nomina Asal (b)Nomina Turunan. Nomina turunan dapat dibagi atas : (a) Nomina Berimbuhan yang dapat dikaidahkan dengan : (I) /pe-/ + nomina / verba / adjektiva (2) /per-/+ verba / nomina (3) /-in-/ + nomina (4) /-en/ + verba / nomina / adjektiva (5) /keen/ + nomina / verba (6) /per-en/ + nomina / verba / adjektiva (7) /pe-en/ + nomina / verba / adjektiva. Selanjutnya (b) Nomina ulang yang dapat dikaidahkan dengan : (I) Dasar + Dasar (2) (Prefiks + Dasar) + Dasar (3) Dasar + (Dasar + Sufiks) (4) (Dasar + Dasar) + Konfiks. Terakhir (c) Nomina Majemuk terdiri dari : (1) Nomina + Nomina (2) Verba + Verba (3) Adjektiva + Adjektiva (4) Nomina + Adjektiva (5) Nomina + verba. B. Saran Penelitian ini telah mendeskripsikan struktur morfologi nomina dalam bahasa Pakpak Dairi, yang merupakan salah satu aspek dari struktur morfologi bahasa Pakpak Dairi secara keseluruhan, yang tentunya masih banyak aspek lain yang belum disentuh dalam penelitian ini, sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dua kata untuk membentuk kata yang ham, yang hasilnya merupakan bentuk nomina mengkaji aspek lain dalam kajian morfologi bahasa Pakpak Dairi lebih mendalam lagi. Mengingat besarnya pengaruh bahasa daerah dalam memperkaya bahasa Indonesia, kiranya penelitian terhadap bahasa Pakpak Dairi ini perlu terus dilanjutkan, sehingga bahasa ini dapat terus menjadi pengisi pendokumentasian bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Hal ini dirasakan sangat perlu mengingat pelestarian dan pembinaan bahasa-bahasa daerah yang tersebar di wilayah pemakaian bahasa Indonesia sangat mempengaruhi keberadaan pengembangan bahasa Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Badudu, J.S. 1982. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia ( Tata Dahasa). Handung : Pustaka Prima. Djajasudarma,Fatimah T.1993.Metode Linguistik : Ancangan Metode Penelitian dan Kajian . Bandung : Eresco Katamba, Francis. 1994. Morpbology: Modem Linguistic. London: The Macmillan Press Ltd. Kaseng, Syahruddin. 1975. Valensi Morfologi Dasar Verba Babasa Bugis . Soppeng. Desertasi. Keraf, Gorys. 1990. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores : Nusa Indah. Nida, E.A. 1970. Morphology: The Descriptive Analysis Of Words. Michigan: Ann Arbour, Diversity Of Michigan Press. Parera, Jos Daniel. 1994. Morfologi Dabasa. Jakarta: Gramedia. © 2004 Digitized by USU digital library 23 Rachman, H.A. Abdul, dkk. 1980. Morfologi dari Sintaksis Bahasa Bima. Malang : Laporan Penelitian Tim Peneliti. Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKlP Malang. Rusyana, Yus dan Samsuri (editor). 1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Samarin, William. J. 1977. Field Linguistics: A Guide to Linguistics Field Work. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Samsuri. 1982. Analisis Bahasa : Memahami Bahasa Secara Alamiah. Jakarta: Erlangga. Silitonga, M. dkk. 1975. Bahasa Batak Toba : Laporan Hasil Penelitian'. PPPB. Jakarta. Siregar, Bahren Umar. 1998. Pengantar Metode Penelitian Kebahasaan. Makalah Disajikan Pada Penataran Metode Penelitian Untuk Dosen Muda USU. Sotin, Matsyuhito. 1988. Dalam Tradisi dan Perubahan : Konteks Masyarakat Pakpak Dairi. Medan: Monora. Surdayanto, 1979. Beberapa Aspek Bahasa Indonesia yang Menarik dilihat dari Sudut Tipologi Struktural Tradisl Sapir - Greenburg-Lehman (Sebuah Tinjauan Sekilas ) Kertas Kerja pada Seminar MU di Yogyakarta 22-24 Maret 1979. Tarigan, Henry Guntur. 1993. Penyelidikan Bahasa dan Perkembangan kawasannya. Jakarta: MLI Verhaar,J. W.M. 1987. Pengantar Linguistik. Bandung: Gajah Mada University Press. © 2004 Digitized by USU digital library 24