pengawasan terhadap izin pengelolaan air tanah di

advertisement
PENGAWASAN TERHADAP IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH DI KOTA
SAMARINDA DI TINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43
TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH
JURNAL
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Hukum
Diajukan Oleh :
Muhammad Pratama
NIM. 0710015040
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2012
PENGAWASAN TERHADAP IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH DI KOTA
SAMARINDA DI TINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43
TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH
ABSTRAK
Muhammad Pratama, NIM 0710015040, Pengawasan Terhadap Izin Pengelolaan Air
Tanah di Samarinda Ulu di Tinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Air Tanah, dibawah bimbingan Siti Kotijah selaku dosen Pembimbing Utama dan K.Wisnu
Wardana selaku dosen Pembimbing Pendamping.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah tentang Pengawasan pengelolaan Air tanah di
Kota Samarinda dan Upaya Hukum Pemerintah Kota Samarinda dalam Melakukan
Pengawasan Pengelolaan Air tanah.
Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah mengetahui pengawasan pengelolaan air
tanah di kota samarinda dan pengelolaan air tanah dapat dilakukan secara legal dan
bijakasana sesuai rencana peruntukannya, prioritas pemanfaatan dan potensi
ketersediaannya dengan manfaat bahwa mengetahui upaya pemerintah dalam melakukan
pengawasan pengelolaan air tanah.
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan hukum yuridis empiris yaitu dengan cara mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis data hukum yang berhubungan dengan Pengawasan pengelolaan air tanah di
kota Samarinda.
Hasil penelitian yang diperoleh pengawasan pengelolaan air tanah di lakukan apabila
hanya menerima laporan, pola pengawasan adalah inventarisasi dan pembinaan ini yang
menimbulkan kurangnya pengawasan terhadap pengelolaan air tanah di kota samarinda
Upaya hukum yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerapkan Sanksi administrasi
dan Sanksi Pidana sesuai dengan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2008 tentang Air Tanah dan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010
tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda
akan tetapi dalam hasil penelitian tersebut karena belum pernah adanya laporan terhadap
pelanggaran pengelolaan air tanah maka belum pernah ada yang di kenakan sanksi.
Agar pengawasan pengelolaan Air tanah lebih maksimal hendaknya pemerintah lebih
meningkatkan pengawasan dengan cara melakukan pengawasan langsung kelapangan,
peninjauan langsung, pengamatan, pencatatan, perekaman, pemeriksaan laporan dan
bersifat pro aktif dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan air tanah dan agar
upaya hukum dapat berjalan sesuai dengan baik pemerintah hendaknya melakukan
sosialisasi terhadap peraturan yang berkaitan dengan Air tanah.
keyword : Pengawasan, Pengelolaan, Air Tanah dan Perizinan.
PENDAHULUAN
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah .1 Oleh karena itu Air tanah juga harus mendapatkan pengelolaan
yang baik guna untuk dapat memelihara lingkungan hidup yang sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.2 Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang berbunyi Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan
penegakan hukum.
Air tanah merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup Karena itu,
pengelolaannya
harus
menjamin pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan
secara berkelanjutan, Sedangkan jenis kegiatan pengelolaan yang akan diatur
diantaranya adalah inventarisasi, konservasi air tanah, perencanaan pendayagunaan
air tanah, peruntukan pemanfaatan air tanah, perizinan air tanah, pengawasan dan
pengendalian, pengelolaan data air tanah dan penegakan hukum, Saat ini air tanah
menjadi sumber daya alam yang vital dan strategis karena menyangkut hajat hidup
orang banyak dalam berbagai aktifitas.3
Jika potensi air tanah ini dimanfaatkan secara optimal dan berwawasan
kelestarian sumber daya tersebut, maka diharapkan kebutuhan air bersih masyarakat
Kota Samarinda akan terpenuhi, Potensi air bawah tanah sangat diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Samarinda akan air bersih karena makin
tercemarnya dan minimnya potensi air permukaan.
1
Pasal 1 ayat (4), Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air.
Pasal 65 ayat (1), Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3
WWW.vivaborneo.com, Samarinda, Kalimantan Timur siapkan rancangan Peraturan Daerah air tanah,
di akses tanggal 29 maret 2012.
2
Air tanah merupakan sumber daya yang memiliki nilai komoditi. Air tanah dapat
diperjual belikan sehingga memberikan keuntungan. Keadaan ini telah mendorong
masyarakat membuat sumur guna mengambil air tanah dan diperjual belikan.
Keinginan untuk memperbaiki ekonominya merupakan salah satu alasan masyarakat
mengambil
air
mengutamakan
tanah,
untuk
yang
selanjutnya
mendapatkan
menyebabkan
pendapatan
dari
masyarakat
pada
lebih
memperhatikan
kelestarian sumber daya tersebut, oleh karena itu maka pemerintah harus dapat
melindungi sumber daya air tanah karena air tanah juga merupakan cadangan energi
untuk kebutuhan hidup dengan pengelolan yang berwawasan lingkungan hidup.4
Jika pemanfaatan air tanah tidak di pergunakan dengan baik maka cadangan
sumber daya air juga akan terjadi kerusakan dan semakin minimnya kualitas air
bersih air tanah, jika hal ini terjadi maka air tanah akan mengalami ancaman baku
mutu air yang menyebabkan ketidakseterdian air bersih yang memadai dan otomatis
pasokan air bersih berkurang tentu saja akan berdampak pada kehidupan di
karenakan air merupakan sumber daya untuk kehidupan manusia.
Peruntukan pendayagunaan Pemanfaatan Air tanah sendiri dalam Dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
adalah, untuk ditujukan pemenuhan kebutuhan pokok sehari – hari. 5 Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air tanah,
di sebutkan bahwa setiap hak guna pengelolaan air tanah harus memiliki izin,
menerapkan perizinan dalam penggunaan air tanah.6
4
Pasal 1 ayat (4), Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5
Pasal 47, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah,
berbunyi : Pendayagunaan air tanah ditujukan untuk memanfaatkan air tanah dengan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat secara adil dan berkelanjutan.
6
Pasal 1 ayat (17) dan Pasal (44 b), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008
tentang Air Tanah
Pengawasan terhadap pengelolaan harus di lakukan secara berkala guna untuk
menjaga kelestarian lingkunan hidup dan agar pengelolaan air Tanah dapat di
gunakan sebagaimana mestinya oleh para pengguna pengelolaan air tanah.7
Dalam Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral
K/10/MEM/2000 tentang
Nomor 1451
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di
Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral,
menyebutkan bahwa: Kegiatan eksplorasi, pengeboran termasuk penggalian,
penurapan dan pengambilan air bawah tanah hanya dapat dilaksanakan setelah
memperoleh izin.
8
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengawasan Pengelolaan Air Tanah di Kota Samarinda ?
2. Apa upaya Hukum pemerintah Kota Samarinda dalam melakukan pengawasan
pengelolaan air tanah ?
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis dari penelitian yang Penulis akan lakukan adalah penelitian yuridis empiris.
Karena penelitian ini selain mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, juga
mengkaji hukum dari aspek terapan atau implementasinya, atau sering disebut
dengan penelitian yuridis empiris. Jenis penelitian yuridis empiris mengungkapkan
hukum yang hidup (living law) dalam masyarakat melalui perbuatan yang dilakukan
oleh masyarakat dan melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku.9
7
Pasal 2, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah .
Pasal 11 ayat (1), Dalam Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451
K/10/MEM/2000 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air
Bawah Tanah Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral.
9
Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, halaman 115.
8
Waktu dan lokasi penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kurang lebih 6 bulan.
Dilakukan pada 07 maret 2012 dan berakhir sampai dengan 07 september
2012. 10 Lokasi penelitian akan di laksanakan di Kota Samarinda bertempat di
Pemerintahan Kota Samarinda dikarenakan yang memberikan izin pengelolaan
pemanfaatan air tanah serta pengawasan pengelolaan air tanah adalah walikota
membawahi Dinas Bina Marga bidang Bina teknik.
Sumber data
Sumber – sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder,11 dengan uraian sebagai berikut :
1. Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian,
peristiwa hukum yang terjadi di lokasi penelitian,observasi dan wawancara pada
pihak terkait yaitu:
a) Kepala bagian hukum Pemerintah Kota Samarinda.
b) Kepala bagian Bina Marga dan pengairan Kota Samarinda membawahi bidang
bina teknik kota samarinda.
2. Data Sekunder, terdiri dari pertaturan perundang – undangan seperti :
a) Undang-Undang Dasar 1945.
b) Undang-undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
perlindungan
dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c) Undang – undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber daya air.
d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah.
10
Surat Keputusan Dekan nomor 779/UN17.17/DT/2012, tentang persetujuan Judul dan Penunjukan
Dosen Pembimbing, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman.
11
Peter Mahmud marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, halaman 141.
e) Departemen
Energi
dan
sumber
daya
mineral
2004
Nomor
1451
K/10/MEM/2000.
f) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin
Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah.
3. Data hukum sekunder, berupa asas-asas hukum, teori-teori hukum atau doktrin
yang diperoleh dari buku-buku serta bahan hukum yang berasal dari hasil-hasil
penelitian, artikel ataupun jurnal-jurnal di bidang ilmu hukum.12
Metode Pengumpulan Data.
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara sebagai berikut :
1) Pengamatan langsung di lokasi penelitian yaitu di Pemerintah Kota Samarinda .
2) Interview atau melakukan wawancara dengan pihak – pihak yang terkait
seperti kepala bagian hukum pemerintah Kota Samarinda dan kepala bagian
Bina Marga dan Pengairan bagian bina teknik Pemerintah Kota Samarinda.
3) Studi Dokumen yaitu mengkaji dokumen berupa peraturan perundang –
undangan seperti yang di sebutkan diatas, yaitu:
a) Undang-Undang Dasar 1945.
b) Undang-undang
Nomor 32
Tahun
2009
tentang
perlindungan
dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c) Undang – undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air.
d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah.
12
Peter Mahmud marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, halaman 155.
e) Departemen
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
2004
Nomor
1451K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah.
f) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin
Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah.
4) Studi kepustakaan yaitu mengkaji perundang – undangan, buku, literatur dan
dari internet selanjutnya dianalisis berdasarkan permasalahan dalam penelitian
ini.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif
kualitatif, artinya menguraikan gambaran permasalahan secara menyeluruh, data
secara bermutu dalam bentuk teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan
efektif, sehingga memudahkan pemahaman dan interprestasi data, adapun langkahlangkah analisis secara kualitatif adalah sebagai berikut :
a. Data yang diperoleh di klasifikasikan sesuai dengan urutan permasalahan yang
disistematiskan.
b. Setelah mengklasifikasikan data, selanjutnya data yang ada disistematiskan.
c. Setelah mensistematiskan data, maka data dianalisis untuk dijadikan dasar dalam
membuat kesimpulan.
Selanjutnya di analisis Dan di jadikan dasar terhadap pengawasan terhadap izin
pengelolaan air tanah di Kota Samarinda di tinjau dari Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
PEMBAHASAN
1. Pengawasan pengelolaan Air Tanah di Kota Samarinda
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air bersih di kota samarinda dan
dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung
menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola
dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras
pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antar generasi, sejalan
dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran
dalam pengelolaan sumber daya air, Seperti yang tercantum di dalam Pasal 1 ayat
(2)
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyebutkan Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.
Pengawasan dilaksanakan oleh menteri, gubernur, dan bupati/walikota dengan
mengikutsertakan masyarakat.
13
Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah
diperoleh tanpa izin apabila untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan pertanian rakyat.14
Air tanah merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup Karena itu,
pengelolaannya
harus
menjamin pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan
secara berkelanjutan, Sedangkan jenis kegiatan pengelolaan yang akan diatur
diantaranya adalah inventarisasi, konservasi air tanah, perencanaan pendayagunaan
13
Pasal 88 ayat (2) Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
Pasal 55 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
14
air tanah, peruntukan pemanfaatan air tanah, perizinan air tanah, pengawasan dan
pengendalian, pengelolaan data air tanah dan penegakan hukum, saat ini air tanah
menjadi sumber daya alam yang vital dan strategis karena menyangkut hajat hidup
orang banyak dalam berbagai aktifitas.
Asas
dan
dasar
pengelolaan
yang
dipertimbangkan
adalah
asas
kesinambungan, pemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, kelestarian,
keadilan, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas.
Sedangkan jenis kegiatan pengelolaan yang akan diatur diantaranya adalah
inventarisasi, konservasi air tanah, perencanaan pendayagunaan air tanah,
peruntukan
pemanfaatan
air
tanah,
perijinan
air
tanah,
pengawasan
dan
pengendalian, pengelolaan data air tanah dan penegakan hukum.
Dalam keadaan yang membahayakan lingkungan, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengambil tindakan darurat sebagai
upaya pengendalian daya rusak air tanah.15
Berdasarkan wawancara yang di lakukan dengan bapak Iwan selaku Staff Bina
Teknik bidang Air tanah pengawasan pengelolaan Air tanah di Kota Samarinda 16
adalah sebagai berikut :
a. Inventarisasi yaitu:
Kegiatan yang meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi,
evaluasi, mengumpulkan dan mengelola data air bawah tanah, yang meliputi :
a) Sebaran cekungan air bawah tanah dan geometri akuifer;
b) Kawasan imbuh (recharge area) dan lepasan (discharge area);
c) Karakteristik akuifer dan potensi air bawah tanah;
d) Pengambilan air bawah tanah; dan
15
Pasal 65 ayat (1), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008 Tentang Air Tanah
Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik
Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012.
16
e) Data lain yang bertalian dengan air bawah tanah.
Kegitan pengawasan pengelolaan air tanah di kota Samarinda yang berkenaan
dengan inventarisasi dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah dan Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 k/10/MEM/2000 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintah
di Bidang Pengelolaan Air Bawah
Tanah. Saat ini Pemerintah Kota Samarinda melakukan pengawasan pengelolaan air
tanah di kota Samarinda dengan mengikuti peraturan tersebut.
b. Pembinaan
Pembinaan yang dilakukan pemerintah kota samarinda adalah dengan melakukan
seminar tentang air tanah dan memberikan penjelasan – penjelasan kepada
pengguan air tanah. Contoh: perorangan, kegiatan usaha/badan hukum sebelum
membuat air tanah dan melakukan pengelolaan serta pemanfaatan air tanah akan
di berikan penjelasan yang berkenaan dengan pengelolaan air tanah yang baik
yang akan di berikan penjelasan oleh Bina Teknik Kota Samarinda.17
Kemudian penjelasan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan bapak iwan
Staff Bina Teknik Kota Samarinda18 tersebut adalah pengawasan pengelolan air tanah
di Kota Samarinda dilakukan ketika adanya laporan atau pemberitahuan dari pihak
yang melakukan pengelolaan air tanah dan pemanfaatan air tanah kepada
pemerintah kota samarinda khususnya kepada Bina Teknik Samarinda untuk
dilakukan pembinaan.
Untuk laporan dan pemberitahuan pengelolaan air tanah serta pemanfaatan air
tanah di Kota Samarinda yang ilegal sampai saat ini belum ada laporan ataupun
pemberitahuan dari pihak manapun dan pengelolaan air tanah yang menyebabkan
17
Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik
Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012.
18
Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik
Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012.
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup juga belum ada laporan atau
pemberitahuan dari pihak manapun.19
Pengawasan pengelolaan air tanah masih kurang dan pemerintah dalam
pengawasan pengelolaan air tanah masih pasif dalam pengawasan pengelolaan air
tanah di karenakan menunggu adanya laporan apabila adanya pengelolaan air tanah
yang ilegal dan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, pemerintah Kota
Samarinda seharusnya dapat lebih pro aktif dalam melakukan Pengawasan
pengelolaan air tanah dalam Pasal 32 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2008 tentang Air tanah pemerintah dapat melakukan pemantauan yaitu,
Pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah dilakukan melalui:
a. Pengamatan;
b. Pencatatan;
c. Perekaman;
d. Pemeriksaan laporan; dan/atau
e. Peninjauan secara langsung.
Untuk mendapat pembinanan dan pengawasan mencapai hasil yang maksimal
pemerintah harus lebih aktif dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) yaitu, Pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap:
a. Pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah, pemakaian dan/atau
pengusahaan air tanah;
b. Kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan air tanah; atau
c. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan dan/atau analisis
mengenai dampak lingkungan.
19
Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik
Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012.
Dengan
pelaksanan
Pengawasan
terhadap
pelaksanaan
pengeboran,
penggalian air tanah, pemakaian dan/atau pengusahaan air tanah sebagai berikut:
a. Lokasi dan kedalaman pengeboran atau penggalian air tanah;
b. Pemasangan konstruksi sumur;
c. Pelaksanaan uji pemompaan air tanah;
d. Analisis kualitas air tanah;
e. Jumlah pengambilan air tanah;
f. Peruntukan pemanfaatan air tanah;
g. Kewajiban membangun sumur resapan; dan
h. Pajak pemanfaatan air tanah.
Pengawasan adalah sesuatu yang bersifat kodrati. Pengawasan sangat
diperlukan dalam kehidupan manusia. Tujuan utama pengawasan adalah untuk
mengontrol keadaan dilapangan apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah
dibentuk. Pengawasan diperlukan bukan karena kurang kepercayaan dan bukan pula
untuk mencari-cari kesalahan atau mencari siapa yang salah. Tetapi untuk
memahami apa yang salah demi perbaikan di masa yang akan datang. Upaya
dilakukannya pengawasan adalah agar tidak terjadinya penyimpangan dalam suatu
rencana dan segera mengambil jalan keluar dari masalah yang mungkin akan terjadi.
Untuk memperoleh hasil pengawasan yang memuaskan maka pengawasan haruslah
dilakukan dengan terbuka, ada kebersamaan dalam koordinasi, petugas dari
pengawasan itu sendiri haruslah bersih, ada kemampuan teknis dan keberanian
moral, ada tahapannya serta dilakukan dengan konsisten.
Apabila pengawasan yang demikian terlaksana, maka semua perencanaan
yang telah dibentuk oleh pemerintah akan berjalan dengan baik, dalam arti tidak ada
pelanggaran yang terjadi terhadap pelaksanaannya.
Berikut adalah data pengguna air tanah legal di kota Samarinda :
Tabel Data Pengguna Air Tanah Kota Samarinda
No.
Pemilik
Lokasi sumur
Pemanfaatan
Jl. Angsoka no 2
smd
Jl. Koaro
rektorat/sumur 1
Jl. koarao
rektorat/sumur 2
Jl. Jend.
Sudirman no 33
Samarinda
Jl.P.
Antasari/sumur 1
Jl.P.
Antasari/sumur 2
Jl.P.
Antasari/sumur 3
Jl . eripsuparjan
Rumah tangga
1.
PT.Bayan Nusantara
2.
Universitas Mulawarman
3.
4.
Universutas
Mulawarman/ workshop
PT.BCA
5.
PT.Samekarindo Indah 1
6.
PT.Samekarindo Indah 2
7.
PT.Samekarindo Indah 3
8.
PT.Tirta Maruto
9.
Jl. Wahid hasyim
Jl. perjuangan
Usaha Industri
11.
PT.Wahana Sumber
Lestari
PT.Mahakam Tirta
Nusantara
CV. syifa Darma
Rumah tangga
(dealer)
Rumah tangga
(dealer)
Rumah tangga
(dealer)
Usaha industri
(AMDK)
Rumah Tangga
Kel.lempake
12.
PT.Berkas Sumber Tirta
13.
PT. Sarana Abadi Lestari
Komplek citra
griya
Jl. Niaga selatan
Usaha industri
(AMDK)
Perumahan
14.
PT.Golden Mahakam
15.
Samarinda Central Plaza
16.
10.
Rumah tangga
Rumah tangga
Rumah tangga
Rumah tangga
Jl. Poros
samarinda – Ma
Badak
Jl.p. irian
Rumah Tangga
Jl.basuki rahmat
Rumah Tangga
Jl. Teuku umar
Rumah Tangga
18.
Dinas Cipta karya dan
Tata Kota Samarinda
PT.Pama
Persadanusantara
PT. Bara Lestari
Jl.A.Yani
Rumah Tangga
19.
CV. Bayu Utama
Jl.A.Yani
-
17.
Usaha industri
(AMDK)
Sumber Data : Bina teknik Kota samarinda Tahun 2012
Jenis
Izin
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIP dan
SIPA
SIPPAT
dan SIJB
SIPPAT
dan SIJB
Izin
Keterangan
aktif
Sumur
ditutup
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
aktif
Sumur
ditutup
aktif
aktif
aktif
aktif
Bagan Alur Perizinan Pengelolaan Air tanah di kota Samarinda
Perorangan dan atau badan hukum/pengusaha membuat surat
permohonan untuk memanfaatkan air tanah
Dinas bina Teknik kota Samarinda
Izin Pegeboran Air tanah
jangka waktu 6 bulan
izin pengambilan air tanah
jangka waktu 6 bulan
Pemanfaatan air tanah
Wewenang dan tanggung jawab Pengelolaan Air Tanah
A. Tinjauan menurut peraturan perundang -undangan
1) Pasal 16 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya air.
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota meliputi :
a. Menetapkan kebijakan pengelolaan
sumber daya air di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan
sumber daya air
provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu
kabupaten/kota;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota;
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan
pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota;
g. Membentuk
dewan
sumber
daya
air
atau
dengan
nama
lain
di
tingkat
kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
h. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di
wilayahnya dan Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.
Pengelolaan air tanah di Kota Samarinda yang memiliki Wewenang dalam
pengelolaannya adalah bupati/walikota dengan mengatur,
menetapkan,
dan
memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah bagi
masyarakat.
2) Pasal 6 Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Air Tanah.
a. Bupati/walikota menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air
tanah kabupaten/kota dengan mengacu pada kebijakan teknis pengelolaan air
tanah provinsi dan berpedoman pada kebijakan pengelolaan sumber daya air
pada tingkat kabupaten/kota.
b. Penyusunan kebijakan teknis pengelolaan air tanah oleh menteri, gubernur,
atau
bupati/walikota dilakukan
konsultasi
publik
dengan
sesuai
dengan
kewenangannya
mengikutsertakan instansi
melalui
teknis dan unsur
masyarakat terkait.
Bupati/walikota yang menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan
air tanah kabupaten/kota dengan mengacu pada kebijakan teknis pengelolaan air
tanah dengan mengikutsertakan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait,
bupati/walikota menunjuk Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda dan
membawahkan Bina Teknik dalam melakukan kegiatan usaha pengelolaan air tanah
di Kota Samarinda.
3) Pasal 3 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451
k/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di
Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah.
a. Pengelolaan cekungan air bawah tanah yang berada di dalam satu wilayah
kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota.
b. Pengelolaan cekungan air bawah tanah yang melintasi wilayah propinsi atau
kabupaten/kota
ditetapkan
oleh
masing-masing
gubernur
atau
bupati/walikota berdasarkan kesepakatan bupati/walikota yang bersangkutan
dengan dukungan koordinasi dan difasilitasi oleh gubernur.
4) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan,
Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah
Pasal 3 “setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan
pengambilan air tanah, pengambialan mata air, pengambilan rembesan air dan
usaha di bidang jasa pengeboran air tanah wajib memiliki izin dari walikota”.
B. Dinas yang berwenang dalam pengelolaan Air tanah di kota Samarinda adalah
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda.
Pasal 35 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Samarinda dalam kewenangannya
pada, yaitu:
a) Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda merupakan unsur pelaksana
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan bina marga
dan pengairan serta jasa konstruksi jalan dan jembatan.
b) Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda dipimpin oleh seorang kepala
dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada kepala daerah melalui sekertaris daerah Kota Samarinda.
Dan pengelolaan air bawah tanah dinas bina marga dan pengairan memiliki
susunan organisasi yang membidangi air bawah tanah pada khusus nya yaitu Bidang
Bina Teknik yang diatur dalam Pasal 38 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Samarinda
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota
Samarinda yaitu:
Bidang Bina Teknik membawahkan :
a. Seksi Perencanaan dan Bimbingan Teknik;
b. Seksi Pengujian, Monitoring dan Evaluasi; dan
c. Seksi Pengembangan Teknologi dan Kelayakan.
Penetapan air tanah adalah menyusun dan menetapkan kebijakan teknis
pengelolaan air tanah Kota Samarinda dengan mengacu pada kebijakan teknis
pengelolaan air tanah.
2. Upaya
Hukum
Pemerintah
Kota
Samarinda
dalam
melakukan
Pengawasan Pengelolaan Air tanah.
Pengawasan pengelolaan air tanah pemerintah kota Samarinda melakukan
upaya hukum dengan menerapkan 3 (tiga) aturan perundang – undangan dalam
pengelolaan air tanah di kota Samarinda yaitu berupa:
A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859.
B. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000
tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pengelolaan Air Bawah Tanah.
Pemerintah
Di Bidang
C. Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan,
Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda.
Dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda
Pemerintah Kota Samarinda melakukan penerapan sanksi kepada pengguna
pengelolaan air tanah yang menyalahi aturan hukum pengelolaan air tanah yaitu :
1. Sanksi Administrasi
Dalam sanksi Administrasi pemerintah Kota Samarinda menggunakan 2 (dua)
aturan hukum yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008
tentang Air Tanah dan
Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010
tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota
Samarinda.
Pasal 92 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2008 tentang Air Tanah Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud berupa:
1. Peringatan tertulis;
2. Penghentian sementara seluruh kegiatan; dan
3. Pencabutan izin.
Pasal 30 sampai 36
Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010
tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota
Samarinda Pasal Sanksi Administrasi dimaksud berupa:
Sanksi yang telah memiliki izin
1. Peringatan tertulis;
2. Pembekuan Izin dan Penghentian seluruh kegiatan; dan
3. Pencabutan Izin.
Sanksi bagi yang tidak memiliki izin Pasal 37 dan 38
1. Setiap kegiatan di bidang pengambilan air tanah yang tidak memiliki izin diberi
peringatan secara tertulis;
2. Peringatan tertulis diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut – turut dengan
tenggang waktu masing – masing 1 (satu) minggu; dan
3. Peringatan tertulis dikeluarkan oleh walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Apabila yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan sesuai ketentuan yang
berlaku setelah melalui proses peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat (2), maka walikota melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Terhadap kegiatan pengeboran air tanah dan pengambilan air tanah dilakukan
penutupan sumur dengan cara disegel;
2. Terhadap kegiatan penurapan mata air dan pengambilan air tanah pada mata air
dilakukan pembongkaran bangunan;
3. Terhadap kegiatan penurapan rembesan air dan pengambilan air tanah pada
rembesan air dilakukan pembokaran bangunan;
4. Terhadap kegiatan usaha perusahaan pengeboran dilakukan penutupan kegiatan
usaha dan penyegelan instalsi bor dan;
5. Terhadap kegiatan juru bor dilakukan pelarangan untuk menjalankan instalasi bor.
Dalam pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda Dalam Peraturan
Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan
dan Pengusahaan Air Tanah di Kota Samarinda, juga melakukan upaya hukum
dengan menerapakan sanksi pidana yaitu:
Pasal 2 Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin
Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda “
setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan pengambilan air tanah,
pengambialan mata air, pengambilan rembesan air dan usaha di bidang jasa
pengeboran air tanah wajib memiliki izin dari walikota “.
Apabila tidak memenuhi izin tersebut maka dapa dikenakan sanksi pidana yaitu
berupa:
1. Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 diancam pidana dengan pidana kurungan selama –
lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak – banyaknya Rp. 5.000.000,00 (lima
juta rupiah).
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) adalah pelanggaran.
Dalam penjelasan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan bapak iwan
Staff Bina Teknik Kota Samarinda tersebut adalah bahwa karena belum adanya
laporan mengenai tindakan yang bertentangan dengan aturan pengelolaan air tanah
tersebut di kota Samarinda maka penerapan sanksi tersebut belum pernah di
terapkan dengan kata lain belum pernah ada di Kota Samarinda baik orang atau
badan hukum yang menerima Sanksi dalam melakukan pengelolaan air tanah.
Hasil wawancara 20 tersebut juga menyatakan bahwa belum adanya laporan
tentang pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan air tanah di Kota
Samarinda dan juga belum adanya laporan penggunaan air tanah ilegal atau tidak
sah di Kota Samarinda, sehingga dalam upaya hukum tersebut belum pernah ada
yang di kenakan sanksi baik secara administrasi maupun pidana.
Untuk melakukan upaya hukum maksimal terhadap pengawasan pengelolaan
air tanah dan terhadap pelanggaran yang di lakukan oleh pengguna air tanah yang
ilegal dan pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pengelolaan air tanah
pemerintah
seharusnya
melakukan
sosialisasi
atau
pemberitahuan
atau
pengumuman terhadap terhadap pengguna air tanah agar mengetahui mengetahui
peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan air tanah dan sanksi yang
akan di kenakan apabila melakukan pelanggaran terhadap pengelolaan air tanah.
20
Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik
Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012.
A. Kesimpulan
1. Pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda.
Pengawasan pengeloaan air tanah di Kota Samarinda yang memiliki
kewenangannya sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Samarinda
yaitu adalah bupati/walikota dengan Dinas Bina marga dan pengairan Kota
Samarinda dan membawahi Bidang Bina Teknik Kota Samarinda melakukan
pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda dengan melakukan
pengawasan yaitu inventarisasi dan pembinaan, pengawasan terebut memiliki
kekurangan yaitu pemerintah Kota Samarinda dalam melakukan pencegahan
pencemaran terhadap lingkungan yang disebabkan oleh Pengelolaan air tanah
dan pengguna air tanah secara ilegal hanya bersifat dan menunggu adanya
laporan.
2. Upaya Hukum Pemerintah Kota Samarinda dalam melakukan Pengawasan
Pengelolaan Air tanah.
Dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah di kota Samarinda, maka
pemerintah
Kota
Samarinda
yaitu
bupati/walikota
memiliki
kewenangan
memberikan izin dan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan air tanah di
Kota Samarinda dengan tata organisasi unsur pelaksanaan urusan pemerintahan
adalah dinas bina marga dan pengairan Kota Samarinda membawahi bina teknik
Kota Samarinda bidang pengelolaan air tanah. Menerapkan tiga aturan hukum
berupa:
A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859.
B. Keputusan
Menteri
Energi
1451K/10/MEM/2000
tentang
dan
Sumber
Pedoman
Daya
Teknis
Mineral
Nomor:
Penyelenggaraan
Tugas
Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah.
C. Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan,
Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda.
Dan belum pernah adanya sanksi yang di terapkan dalam pengawasan
terhadap izin pengelolaan air tanah di Kota Samarinda.
B. Saran
1. Dalam melakukan pengawasan seharusnya pemerintah melakukan penambahan
terhadap pengawasannya terhadap pengelolaan Air tanah seperti dengan
melakukan pengawasan langsung kelapangan, peninjauan langsung, pengamatan,
pencatatan, perekaman, pemeriksaan laporan dan bersifat pro aktif dalam
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan air tanah.
2. Pemerintah Kota Samarinda dapat untuk melakukan upaya hukum maksimal
terhadap pelanggaran yang di lakukan oleh pengguna air tanah yang ilegal dan
pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pengelolaan air tanah pemerintah
seharusnya melakukan sosialisasi atau pemberitahuan atau pengumuman
terhadap terhadap pengguna air tanah agar mengetahui peraturan perundang –
undangan yang berkaitan dengan air tanah, memberikan peran serta kepada
masyarakat dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah dan sanksi yang
di kenakan apabila melakukan pelanggaran terhadap pengelolaan air tanah.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Chay Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan
kelima, Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Hardjasoemantri. Koesnadi. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Edisi kedelapan,
Cetakan Kedelapan Belas, Gajah Mada Press: Yogyakarta.
Makarao. T. Mohammad. 2004. Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, PT. INDEKS
Gramedia: Jakarta.
Muhammad. Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT.Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Muhammad. Fauzan. 2006. Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang
Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. UII Press: Yogyakarta.
Marzuki, Peter Mahmud. 2010. Penelitian Hukum. Prenada Media Group :
Jakarta.
R.Soeroso, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar grafika, Jakarta.
Siahaan. N.H.T. 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, PT.
Erlangga : Jakarta.
Subagyo, Joko, P. 1999. Hukum Lingkungan Masalah dan Pelanggarannya.
Rineka Cipta : Jakarta.
Siti Sundari Rangkuti, 2000. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional, Airlangga University Press: Surabaya.
Silalahi, Daud, 2003, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup
di Indonesia, Alumni : Bandung.
Wardhana, W.A., 1995. Dampak
Yogyakarta, Jakarta.
Pencemaran Lingkungan, Andi Offset
B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140.
Republik Indonesia, Undang – undang nomor 27 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air
Tanah , Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:1451
K/10/MEM/2000, Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah .
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:1451
K/10/MEM/2000, tentang pedoman teknis Evaluasi Potensi Air Bawah
Tanah.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber
K/10/MEM/2000, tentang prosedur
pengeboran Air Bawah Tanah.
Daya Mineral Nomor:1451
pemberian Izin perusahaan
Keputusan Direktur Jendral Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor
005/10/MEM/2000, tentang pedoman tekhnis penyelenggaraan tugas
Pemerintah di bidang pengelolaan Air Bawah Tanah.
Republik Indonesia, Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010
tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah.
C. Dokumen Hukum, Skripsi, dan Tesis
Heru Hendrayana. 2002 ,Dampak pemanfaatan air tanah, Geological
Engineering Dept., Faculty of Engineering, Gadjah Mada University.
Trisianus Hanry Rinandus Adoe, 2008, Pengendalaian Air Bawah Tanah di
Kota
Kupang, Tesis, Teknik Wilayah Pembangunan dan Kota,
Universitas Diponegoro.
D. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Internet, Artikel koran
Brosur Pengelolaan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, Dinas Pertambangan dan
Sumber Daya Mineral Propinsi Kalimantan Timur,
2002,
Perpustakaan
Daerah Kalimantan Timur.
Kadek Diana Harmayani dan I G. M. Konsukartha. 2007, Pencemaran air tanah
akibat pembuangan limbah domestic di lingkungan kumuh studi kasus Banjar
Ubung Sari, kelirahan Ubung, jurnal ilmiah, Dosen Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Laporan pengembangan Teknologi pengelolaan Air tanah Samarinda. 2006, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
www. Perizinan - PenataanRuang.Com/perizinan di akses pada tanggal 14 juni 2012.
www.geotek..lipi.go,id, tanggal akses 13 juni 2012
http//www.google.com/search?q=tingkat kebutuhan air bersih di kota Samarinda, di
akses tanggal 16 juni2012.
http://korantempo.com/korantempo/koran/2011/03/22/Opini/index.
http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=8988.
www.badan pusat statistik kota samarinda .com
Download