PENGAWASAN TERHADAP IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH DI KOTA SAMARINDA DI TINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Hukum Diajukan Oleh : Muhammad Pratama NIM. 0710015040 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2012 PENGAWASAN TERHADAP IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH DI KOTA SAMARINDA DI TINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH ABSTRAK Muhammad Pratama, NIM 0710015040, Pengawasan Terhadap Izin Pengelolaan Air Tanah di Samarinda Ulu di Tinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, dibawah bimbingan Siti Kotijah selaku dosen Pembimbing Utama dan K.Wisnu Wardana selaku dosen Pembimbing Pendamping. Permasalahan dalam skripsi ini adalah tentang Pengawasan pengelolaan Air tanah di Kota Samarinda dan Upaya Hukum Pemerintah Kota Samarinda dalam Melakukan Pengawasan Pengelolaan Air tanah. Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah mengetahui pengawasan pengelolaan air tanah di kota samarinda dan pengelolaan air tanah dapat dilakukan secara legal dan bijakasana sesuai rencana peruntukannya, prioritas pemanfaatan dan potensi ketersediaannya dengan manfaat bahwa mengetahui upaya pemerintah dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan hukum yuridis empiris yaitu dengan cara mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data hukum yang berhubungan dengan Pengawasan pengelolaan air tanah di kota Samarinda. Hasil penelitian yang diperoleh pengawasan pengelolaan air tanah di lakukan apabila hanya menerima laporan, pola pengawasan adalah inventarisasi dan pembinaan ini yang menimbulkan kurangnya pengawasan terhadap pengelolaan air tanah di kota samarinda Upaya hukum yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerapkan Sanksi administrasi dan Sanksi Pidana sesuai dengan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah dan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda akan tetapi dalam hasil penelitian tersebut karena belum pernah adanya laporan terhadap pelanggaran pengelolaan air tanah maka belum pernah ada yang di kenakan sanksi. Agar pengawasan pengelolaan Air tanah lebih maksimal hendaknya pemerintah lebih meningkatkan pengawasan dengan cara melakukan pengawasan langsung kelapangan, peninjauan langsung, pengamatan, pencatatan, perekaman, pemeriksaan laporan dan bersifat pro aktif dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan air tanah dan agar upaya hukum dapat berjalan sesuai dengan baik pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi terhadap peraturan yang berkaitan dengan Air tanah. keyword : Pengawasan, Pengelolaan, Air Tanah dan Perizinan. PENDAHULUAN Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah .1 Oleh karena itu Air tanah juga harus mendapatkan pengelolaan yang baik guna untuk dapat memelihara lingkungan hidup yang sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.2 Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Air tanah merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup Karena itu, pengelolaannya harus menjamin pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan secara berkelanjutan, Sedangkan jenis kegiatan pengelolaan yang akan diatur diantaranya adalah inventarisasi, konservasi air tanah, perencanaan pendayagunaan air tanah, peruntukan pemanfaatan air tanah, perizinan air tanah, pengawasan dan pengendalian, pengelolaan data air tanah dan penegakan hukum, Saat ini air tanah menjadi sumber daya alam yang vital dan strategis karena menyangkut hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktifitas.3 Jika potensi air tanah ini dimanfaatkan secara optimal dan berwawasan kelestarian sumber daya tersebut, maka diharapkan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Samarinda akan terpenuhi, Potensi air bawah tanah sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Samarinda akan air bersih karena makin tercemarnya dan minimnya potensi air permukaan. 1 Pasal 1 ayat (4), Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Pasal 65 ayat (1), Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3 WWW.vivaborneo.com, Samarinda, Kalimantan Timur siapkan rancangan Peraturan Daerah air tanah, di akses tanggal 29 maret 2012. 2 Air tanah merupakan sumber daya yang memiliki nilai komoditi. Air tanah dapat diperjual belikan sehingga memberikan keuntungan. Keadaan ini telah mendorong masyarakat membuat sumur guna mengambil air tanah dan diperjual belikan. Keinginan untuk memperbaiki ekonominya merupakan salah satu alasan masyarakat mengambil air mengutamakan tanah, untuk yang selanjutnya mendapatkan menyebabkan pendapatan dari masyarakat pada lebih memperhatikan kelestarian sumber daya tersebut, oleh karena itu maka pemerintah harus dapat melindungi sumber daya air tanah karena air tanah juga merupakan cadangan energi untuk kebutuhan hidup dengan pengelolan yang berwawasan lingkungan hidup.4 Jika pemanfaatan air tanah tidak di pergunakan dengan baik maka cadangan sumber daya air juga akan terjadi kerusakan dan semakin minimnya kualitas air bersih air tanah, jika hal ini terjadi maka air tanah akan mengalami ancaman baku mutu air yang menyebabkan ketidakseterdian air bersih yang memadai dan otomatis pasokan air bersih berkurang tentu saja akan berdampak pada kehidupan di karenakan air merupakan sumber daya untuk kehidupan manusia. Peruntukan pendayagunaan Pemanfaatan Air tanah sendiri dalam Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah adalah, untuk ditujukan pemenuhan kebutuhan pokok sehari – hari. 5 Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air tanah, di sebutkan bahwa setiap hak guna pengelolaan air tanah harus memiliki izin, menerapkan perizinan dalam penggunaan air tanah.6 4 Pasal 1 ayat (4), Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 5 Pasal 47, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, berbunyi : Pendayagunaan air tanah ditujukan untuk memanfaatkan air tanah dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat secara adil dan berkelanjutan. 6 Pasal 1 ayat (17) dan Pasal (44 b), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah Pengawasan terhadap pengelolaan harus di lakukan secara berkala guna untuk menjaga kelestarian lingkunan hidup dan agar pengelolaan air Tanah dapat di gunakan sebagaimana mestinya oleh para pengguna pengelolaan air tanah.7 Dalam Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral K/10/MEM/2000 tentang Nomor 1451 Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, menyebutkan bahwa: Kegiatan eksplorasi, pengeboran termasuk penggalian, penurapan dan pengambilan air bawah tanah hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin. 8 PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Pengawasan Pengelolaan Air Tanah di Kota Samarinda ? 2. Apa upaya Hukum pemerintah Kota Samarinda dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah ? METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis dari penelitian yang Penulis akan lakukan adalah penelitian yuridis empiris. Karena penelitian ini selain mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, juga mengkaji hukum dari aspek terapan atau implementasinya, atau sering disebut dengan penelitian yuridis empiris. Jenis penelitian yuridis empiris mengungkapkan hukum yang hidup (living law) dalam masyarakat melalui perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat dan melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku.9 7 Pasal 2, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah . Pasal 11 ayat (1), Dalam Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral. 9 Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, halaman 115. 8 Waktu dan lokasi penelitian Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kurang lebih 6 bulan. Dilakukan pada 07 maret 2012 dan berakhir sampai dengan 07 september 2012. 10 Lokasi penelitian akan di laksanakan di Kota Samarinda bertempat di Pemerintahan Kota Samarinda dikarenakan yang memberikan izin pengelolaan pemanfaatan air tanah serta pengawasan pengelolaan air tanah adalah walikota membawahi Dinas Bina Marga bidang Bina teknik. Sumber data Sumber – sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder,11 dengan uraian sebagai berikut : 1. Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian, peristiwa hukum yang terjadi di lokasi penelitian,observasi dan wawancara pada pihak terkait yaitu: a) Kepala bagian hukum Pemerintah Kota Samarinda. b) Kepala bagian Bina Marga dan pengairan Kota Samarinda membawahi bidang bina teknik kota samarinda. 2. Data Sekunder, terdiri dari pertaturan perundang – undangan seperti : a) Undang-Undang Dasar 1945. b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. c) Undang – undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber daya air. d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. 10 Surat Keputusan Dekan nomor 779/UN17.17/DT/2012, tentang persetujuan Judul dan Penunjukan Dosen Pembimbing, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman. 11 Peter Mahmud marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, halaman 141. e) Departemen Energi dan sumber daya mineral 2004 Nomor 1451 K/10/MEM/2000. f) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah. 3. Data hukum sekunder, berupa asas-asas hukum, teori-teori hukum atau doktrin yang diperoleh dari buku-buku serta bahan hukum yang berasal dari hasil-hasil penelitian, artikel ataupun jurnal-jurnal di bidang ilmu hukum.12 Metode Pengumpulan Data. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara sebagai berikut : 1) Pengamatan langsung di lokasi penelitian yaitu di Pemerintah Kota Samarinda . 2) Interview atau melakukan wawancara dengan pihak – pihak yang terkait seperti kepala bagian hukum pemerintah Kota Samarinda dan kepala bagian Bina Marga dan Pengairan bagian bina teknik Pemerintah Kota Samarinda. 3) Studi Dokumen yaitu mengkaji dokumen berupa peraturan perundang – undangan seperti yang di sebutkan diatas, yaitu: a) Undang-Undang Dasar 1945. b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. c) Undang – undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air. d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. 12 Peter Mahmud marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, halaman 155. e) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 2004 Nomor 1451K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. f) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah. 4) Studi kepustakaan yaitu mengkaji perundang – undangan, buku, literatur dan dari internet selanjutnya dianalisis berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif, artinya menguraikan gambaran permasalahan secara menyeluruh, data secara bermutu dalam bentuk teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan pemahaman dan interprestasi data, adapun langkahlangkah analisis secara kualitatif adalah sebagai berikut : a. Data yang diperoleh di klasifikasikan sesuai dengan urutan permasalahan yang disistematiskan. b. Setelah mengklasifikasikan data, selanjutnya data yang ada disistematiskan. c. Setelah mensistematiskan data, maka data dianalisis untuk dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan. Selanjutnya di analisis Dan di jadikan dasar terhadap pengawasan terhadap izin pengelolaan air tanah di Kota Samarinda di tinjau dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. PEMBAHASAN 1. Pengawasan pengelolaan Air Tanah di Kota Samarinda Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air bersih di kota samarinda dan dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antar generasi, sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air, Seperti yang tercantum di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyebutkan Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Pengawasan dilaksanakan oleh menteri, gubernur, dan bupati/walikota dengan mengikutsertakan masyarakat. 13 Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah diperoleh tanpa izin apabila untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat.14 Air tanah merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup Karena itu, pengelolaannya harus menjamin pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan secara berkelanjutan, Sedangkan jenis kegiatan pengelolaan yang akan diatur diantaranya adalah inventarisasi, konservasi air tanah, perencanaan pendayagunaan 13 Pasal 88 ayat (2) Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. Pasal 55 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. 14 air tanah, peruntukan pemanfaatan air tanah, perizinan air tanah, pengawasan dan pengendalian, pengelolaan data air tanah dan penegakan hukum, saat ini air tanah menjadi sumber daya alam yang vital dan strategis karena menyangkut hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktifitas. Asas dan dasar pengelolaan yang dipertimbangkan adalah asas kesinambungan, pemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, kelestarian, keadilan, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan jenis kegiatan pengelolaan yang akan diatur diantaranya adalah inventarisasi, konservasi air tanah, perencanaan pendayagunaan air tanah, peruntukan pemanfaatan air tanah, perijinan air tanah, pengawasan dan pengendalian, pengelolaan data air tanah dan penegakan hukum. Dalam keadaan yang membahayakan lingkungan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mengambil tindakan darurat sebagai upaya pengendalian daya rusak air tanah.15 Berdasarkan wawancara yang di lakukan dengan bapak Iwan selaku Staff Bina Teknik bidang Air tanah pengawasan pengelolaan Air tanah di Kota Samarinda 16 adalah sebagai berikut : a. Inventarisasi yaitu: Kegiatan yang meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi, evaluasi, mengumpulkan dan mengelola data air bawah tanah, yang meliputi : a) Sebaran cekungan air bawah tanah dan geometri akuifer; b) Kawasan imbuh (recharge area) dan lepasan (discharge area); c) Karakteristik akuifer dan potensi air bawah tanah; d) Pengambilan air bawah tanah; dan 15 Pasal 65 ayat (1), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008 Tentang Air Tanah Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012. 16 e) Data lain yang bertalian dengan air bawah tanah. Kegitan pengawasan pengelolaan air tanah di kota Samarinda yang berkenaan dengan inventarisasi dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 k/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Saat ini Pemerintah Kota Samarinda melakukan pengawasan pengelolaan air tanah di kota Samarinda dengan mengikuti peraturan tersebut. b. Pembinaan Pembinaan yang dilakukan pemerintah kota samarinda adalah dengan melakukan seminar tentang air tanah dan memberikan penjelasan – penjelasan kepada pengguan air tanah. Contoh: perorangan, kegiatan usaha/badan hukum sebelum membuat air tanah dan melakukan pengelolaan serta pemanfaatan air tanah akan di berikan penjelasan yang berkenaan dengan pengelolaan air tanah yang baik yang akan di berikan penjelasan oleh Bina Teknik Kota Samarinda.17 Kemudian penjelasan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan bapak iwan Staff Bina Teknik Kota Samarinda18 tersebut adalah pengawasan pengelolan air tanah di Kota Samarinda dilakukan ketika adanya laporan atau pemberitahuan dari pihak yang melakukan pengelolaan air tanah dan pemanfaatan air tanah kepada pemerintah kota samarinda khususnya kepada Bina Teknik Samarinda untuk dilakukan pembinaan. Untuk laporan dan pemberitahuan pengelolaan air tanah serta pemanfaatan air tanah di Kota Samarinda yang ilegal sampai saat ini belum ada laporan ataupun pemberitahuan dari pihak manapun dan pengelolaan air tanah yang menyebabkan 17 Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012. 18 Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012. terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup juga belum ada laporan atau pemberitahuan dari pihak manapun.19 Pengawasan pengelolaan air tanah masih kurang dan pemerintah dalam pengawasan pengelolaan air tanah masih pasif dalam pengawasan pengelolaan air tanah di karenakan menunggu adanya laporan apabila adanya pengelolaan air tanah yang ilegal dan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, pemerintah Kota Samarinda seharusnya dapat lebih pro aktif dalam melakukan Pengawasan pengelolaan air tanah dalam Pasal 32 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air tanah pemerintah dapat melakukan pemantauan yaitu, Pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah dilakukan melalui: a. Pengamatan; b. Pencatatan; c. Perekaman; d. Pemeriksaan laporan; dan/atau e. Peninjauan secara langsung. Untuk mendapat pembinanan dan pengawasan mencapai hasil yang maksimal pemerintah harus lebih aktif dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) yaitu, Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap: a. Pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah, pemakaian dan/atau pengusahaan air tanah; b. Kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan air tanah; atau c. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan dan/atau analisis mengenai dampak lingkungan. 19 Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012. Dengan pelaksanan Pengawasan terhadap pelaksanaan pengeboran, penggalian air tanah, pemakaian dan/atau pengusahaan air tanah sebagai berikut: a. Lokasi dan kedalaman pengeboran atau penggalian air tanah; b. Pemasangan konstruksi sumur; c. Pelaksanaan uji pemompaan air tanah; d. Analisis kualitas air tanah; e. Jumlah pengambilan air tanah; f. Peruntukan pemanfaatan air tanah; g. Kewajiban membangun sumur resapan; dan h. Pajak pemanfaatan air tanah. Pengawasan adalah sesuatu yang bersifat kodrati. Pengawasan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Tujuan utama pengawasan adalah untuk mengontrol keadaan dilapangan apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah dibentuk. Pengawasan diperlukan bukan karena kurang kepercayaan dan bukan pula untuk mencari-cari kesalahan atau mencari siapa yang salah. Tetapi untuk memahami apa yang salah demi perbaikan di masa yang akan datang. Upaya dilakukannya pengawasan adalah agar tidak terjadinya penyimpangan dalam suatu rencana dan segera mengambil jalan keluar dari masalah yang mungkin akan terjadi. Untuk memperoleh hasil pengawasan yang memuaskan maka pengawasan haruslah dilakukan dengan terbuka, ada kebersamaan dalam koordinasi, petugas dari pengawasan itu sendiri haruslah bersih, ada kemampuan teknis dan keberanian moral, ada tahapannya serta dilakukan dengan konsisten. Apabila pengawasan yang demikian terlaksana, maka semua perencanaan yang telah dibentuk oleh pemerintah akan berjalan dengan baik, dalam arti tidak ada pelanggaran yang terjadi terhadap pelaksanaannya. Berikut adalah data pengguna air tanah legal di kota Samarinda : Tabel Data Pengguna Air Tanah Kota Samarinda No. Pemilik Lokasi sumur Pemanfaatan Jl. Angsoka no 2 smd Jl. Koaro rektorat/sumur 1 Jl. koarao rektorat/sumur 2 Jl. Jend. Sudirman no 33 Samarinda Jl.P. Antasari/sumur 1 Jl.P. Antasari/sumur 2 Jl.P. Antasari/sumur 3 Jl . eripsuparjan Rumah tangga 1. PT.Bayan Nusantara 2. Universitas Mulawarman 3. 4. Universutas Mulawarman/ workshop PT.BCA 5. PT.Samekarindo Indah 1 6. PT.Samekarindo Indah 2 7. PT.Samekarindo Indah 3 8. PT.Tirta Maruto 9. Jl. Wahid hasyim Jl. perjuangan Usaha Industri 11. PT.Wahana Sumber Lestari PT.Mahakam Tirta Nusantara CV. syifa Darma Rumah tangga (dealer) Rumah tangga (dealer) Rumah tangga (dealer) Usaha industri (AMDK) Rumah Tangga Kel.lempake 12. PT.Berkas Sumber Tirta 13. PT. Sarana Abadi Lestari Komplek citra griya Jl. Niaga selatan Usaha industri (AMDK) Perumahan 14. PT.Golden Mahakam 15. Samarinda Central Plaza 16. 10. Rumah tangga Rumah tangga Rumah tangga Rumah tangga Jl. Poros samarinda – Ma Badak Jl.p. irian Rumah Tangga Jl.basuki rahmat Rumah Tangga Jl. Teuku umar Rumah Tangga 18. Dinas Cipta karya dan Tata Kota Samarinda PT.Pama Persadanusantara PT. Bara Lestari Jl.A.Yani Rumah Tangga 19. CV. Bayu Utama Jl.A.Yani - 17. Usaha industri (AMDK) Sumber Data : Bina teknik Kota samarinda Tahun 2012 Jenis Izin SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIP dan SIPA SIPPAT dan SIJB SIPPAT dan SIJB Izin Keterangan aktif Sumur ditutup aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif aktif Sumur ditutup aktif aktif aktif aktif Bagan Alur Perizinan Pengelolaan Air tanah di kota Samarinda Perorangan dan atau badan hukum/pengusaha membuat surat permohonan untuk memanfaatkan air tanah Dinas bina Teknik kota Samarinda Izin Pegeboran Air tanah jangka waktu 6 bulan izin pengambilan air tanah jangka waktu 6 bulan Pemanfaatan air tanah Wewenang dan tanggung jawab Pengelolaan Air Tanah A. Tinjauan menurut peraturan perundang -undangan 1) Pasal 16 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya air. Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota meliputi : a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya; b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya; d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya; f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; g. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; h. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di wilayahnya dan Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota. Pengelolaan air tanah di Kota Samarinda yang memiliki Wewenang dalam pengelolaannya adalah bupati/walikota dengan mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah bagi masyarakat. 2) Pasal 6 Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah. a. Bupati/walikota menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air tanah kabupaten/kota dengan mengacu pada kebijakan teknis pengelolaan air tanah provinsi dan berpedoman pada kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat kabupaten/kota. b. Penyusunan kebijakan teknis pengelolaan air tanah oleh menteri, gubernur, atau bupati/walikota dilakukan konsultasi publik dengan sesuai dengan kewenangannya mengikutsertakan instansi melalui teknis dan unsur masyarakat terkait. Bupati/walikota yang menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air tanah kabupaten/kota dengan mengacu pada kebijakan teknis pengelolaan air tanah dengan mengikutsertakan instansi teknis dan unsur masyarakat terkait, bupati/walikota menunjuk Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda dan membawahkan Bina Teknik dalam melakukan kegiatan usaha pengelolaan air tanah di Kota Samarinda. 3) Pasal 3 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 k/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. a. Pengelolaan cekungan air bawah tanah yang berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota. b. Pengelolaan cekungan air bawah tanah yang melintasi wilayah propinsi atau kabupaten/kota ditetapkan oleh masing-masing gubernur atau bupati/walikota berdasarkan kesepakatan bupati/walikota yang bersangkutan dengan dukungan koordinasi dan difasilitasi oleh gubernur. 4) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah Pasal 3 “setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan pengambilan air tanah, pengambialan mata air, pengambilan rembesan air dan usaha di bidang jasa pengeboran air tanah wajib memiliki izin dari walikota”. B. Dinas yang berwenang dalam pengelolaan Air tanah di kota Samarinda adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda. Pasal 35 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Samarinda dalam kewenangannya pada, yaitu: a) Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum khususnya urusan bina marga dan pengairan serta jasa konstruksi jalan dan jembatan. b) Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Samarinda dipimpin oleh seorang kepala dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekertaris daerah Kota Samarinda. Dan pengelolaan air bawah tanah dinas bina marga dan pengairan memiliki susunan organisasi yang membidangi air bawah tanah pada khusus nya yaitu Bidang Bina Teknik yang diatur dalam Pasal 38 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Samarinda yaitu: Bidang Bina Teknik membawahkan : a. Seksi Perencanaan dan Bimbingan Teknik; b. Seksi Pengujian, Monitoring dan Evaluasi; dan c. Seksi Pengembangan Teknologi dan Kelayakan. Penetapan air tanah adalah menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air tanah Kota Samarinda dengan mengacu pada kebijakan teknis pengelolaan air tanah. 2. Upaya Hukum Pemerintah Kota Samarinda dalam melakukan Pengawasan Pengelolaan Air tanah. Pengawasan pengelolaan air tanah pemerintah kota Samarinda melakukan upaya hukum dengan menerapkan 3 (tiga) aturan perundang – undangan dalam pengelolaan air tanah di kota Samarinda yaitu berupa: A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859. B. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pengelolaan Air Bawah Tanah. Pemerintah Di Bidang C. Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda. Dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda Pemerintah Kota Samarinda melakukan penerapan sanksi kepada pengguna pengelolaan air tanah yang menyalahi aturan hukum pengelolaan air tanah yaitu : 1. Sanksi Administrasi Dalam sanksi Administrasi pemerintah Kota Samarinda menggunakan 2 (dua) aturan hukum yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah dan Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda. Pasal 92 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud berupa: 1. Peringatan tertulis; 2. Penghentian sementara seluruh kegiatan; dan 3. Pencabutan izin. Pasal 30 sampai 36 Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda Pasal Sanksi Administrasi dimaksud berupa: Sanksi yang telah memiliki izin 1. Peringatan tertulis; 2. Pembekuan Izin dan Penghentian seluruh kegiatan; dan 3. Pencabutan Izin. Sanksi bagi yang tidak memiliki izin Pasal 37 dan 38 1. Setiap kegiatan di bidang pengambilan air tanah yang tidak memiliki izin diberi peringatan secara tertulis; 2. Peringatan tertulis diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut – turut dengan tenggang waktu masing – masing 1 (satu) minggu; dan 3. Peringatan tertulis dikeluarkan oleh walikota atau pejabat yang ditunjuk. Apabila yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan sesuai ketentuan yang berlaku setelah melalui proses peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), maka walikota melakukan tindakan sebagai berikut: 1. Terhadap kegiatan pengeboran air tanah dan pengambilan air tanah dilakukan penutupan sumur dengan cara disegel; 2. Terhadap kegiatan penurapan mata air dan pengambilan air tanah pada mata air dilakukan pembongkaran bangunan; 3. Terhadap kegiatan penurapan rembesan air dan pengambilan air tanah pada rembesan air dilakukan pembokaran bangunan; 4. Terhadap kegiatan usaha perusahaan pengeboran dilakukan penutupan kegiatan usaha dan penyegelan instalsi bor dan; 5. Terhadap kegiatan juru bor dilakukan pelarangan untuk menjalankan instalasi bor. Dalam pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda Dalam Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah di Kota Samarinda, juga melakukan upaya hukum dengan menerapakan sanksi pidana yaitu: Pasal 2 Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda “ setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan pengambilan air tanah, pengambialan mata air, pengambilan rembesan air dan usaha di bidang jasa pengeboran air tanah wajib memiliki izin dari walikota “. Apabila tidak memenuhi izin tersebut maka dapa dikenakan sanksi pidana yaitu berupa: 1. Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 diancam pidana dengan pidana kurungan selama – lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak – banyaknya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). 2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) adalah pelanggaran. Dalam penjelasan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan bapak iwan Staff Bina Teknik Kota Samarinda tersebut adalah bahwa karena belum adanya laporan mengenai tindakan yang bertentangan dengan aturan pengelolaan air tanah tersebut di kota Samarinda maka penerapan sanksi tersebut belum pernah di terapkan dengan kata lain belum pernah ada di Kota Samarinda baik orang atau badan hukum yang menerima Sanksi dalam melakukan pengelolaan air tanah. Hasil wawancara 20 tersebut juga menyatakan bahwa belum adanya laporan tentang pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan air tanah di Kota Samarinda dan juga belum adanya laporan penggunaan air tanah ilegal atau tidak sah di Kota Samarinda, sehingga dalam upaya hukum tersebut belum pernah ada yang di kenakan sanksi baik secara administrasi maupun pidana. Untuk melakukan upaya hukum maksimal terhadap pengawasan pengelolaan air tanah dan terhadap pelanggaran yang di lakukan oleh pengguna air tanah yang ilegal dan pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pengelolaan air tanah pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi atau pemberitahuan atau pengumuman terhadap terhadap pengguna air tanah agar mengetahui mengetahui peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan air tanah dan sanksi yang akan di kenakan apabila melakukan pelanggaran terhadap pengelolaan air tanah. 20 Hasil penelitian berupa wawancara dengan bapak Iwan selaku staff Bina Marga Bidang Bina Teknik Kota Samarinda Bidang Air Tanah tanggal 5 juli 2012. A. Kesimpulan 1. Pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda. Pengawasan pengeloaan air tanah di Kota Samarinda yang memiliki kewenangannya sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Samarinda yaitu adalah bupati/walikota dengan Dinas Bina marga dan pengairan Kota Samarinda dan membawahi Bidang Bina Teknik Kota Samarinda melakukan pengawasan pengelolaan air tanah di Kota Samarinda dengan melakukan pengawasan yaitu inventarisasi dan pembinaan, pengawasan terebut memiliki kekurangan yaitu pemerintah Kota Samarinda dalam melakukan pencegahan pencemaran terhadap lingkungan yang disebabkan oleh Pengelolaan air tanah dan pengguna air tanah secara ilegal hanya bersifat dan menunggu adanya laporan. 2. Upaya Hukum Pemerintah Kota Samarinda dalam melakukan Pengawasan Pengelolaan Air tanah. Dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah di kota Samarinda, maka pemerintah Kota Samarinda yaitu bupati/walikota memiliki kewenangan memberikan izin dan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan air tanah di Kota Samarinda dengan tata organisasi unsur pelaksanaan urusan pemerintahan adalah dinas bina marga dan pengairan Kota Samarinda membawahi bina teknik Kota Samarinda bidang pengelolaan air tanah. Menerapkan tiga aturan hukum berupa: A. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859. B. Keputusan Menteri Energi 1451K/10/MEM/2000 tentang dan Sumber Pedoman Daya Teknis Mineral Nomor: Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. C. Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah tanah di Kota Samarinda. Dan belum pernah adanya sanksi yang di terapkan dalam pengawasan terhadap izin pengelolaan air tanah di Kota Samarinda. B. Saran 1. Dalam melakukan pengawasan seharusnya pemerintah melakukan penambahan terhadap pengawasannya terhadap pengelolaan Air tanah seperti dengan melakukan pengawasan langsung kelapangan, peninjauan langsung, pengamatan, pencatatan, perekaman, pemeriksaan laporan dan bersifat pro aktif dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan air tanah. 2. Pemerintah Kota Samarinda dapat untuk melakukan upaya hukum maksimal terhadap pelanggaran yang di lakukan oleh pengguna air tanah yang ilegal dan pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pengelolaan air tanah pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi atau pemberitahuan atau pengumuman terhadap terhadap pengguna air tanah agar mengetahui peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan air tanah, memberikan peran serta kepada masyarakat dalam melakukan pengawasan pengelolaan air tanah dan sanksi yang di kenakan apabila melakukan pelanggaran terhadap pengelolaan air tanah. DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Chay Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan kelima, Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Hardjasoemantri. Koesnadi. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Edisi kedelapan, Cetakan Kedelapan Belas, Gajah Mada Press: Yogyakarta. Makarao. T. Mohammad. 2004. Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, PT. INDEKS Gramedia: Jakarta. Muhammad. Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. Muhammad. Fauzan. 2006. Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. UII Press: Yogyakarta. Marzuki, Peter Mahmud. 2010. Penelitian Hukum. Prenada Media Group : Jakarta. R.Soeroso, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar grafika, Jakarta. Siahaan. N.H.T. 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, PT. Erlangga : Jakarta. Subagyo, Joko, P. 1999. Hukum Lingkungan Masalah dan Pelanggarannya. Rineka Cipta : Jakarta. Siti Sundari Rangkuti, 2000. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Airlangga University Press: Surabaya. Silalahi, Daud, 2003, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di Indonesia, Alumni : Bandung. Wardhana, W.A., 1995. Dampak Yogyakarta, Jakarta. Pencemaran Lingkungan, Andi Offset B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140. Republik Indonesia, Undang – undang nomor 27 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah , Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:1451 K/10/MEM/2000, Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah Di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah . Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:1451 K/10/MEM/2000, tentang pedoman teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah. Keputusan Menteri Energi dan Sumber K/10/MEM/2000, tentang prosedur pengeboran Air Bawah Tanah. Daya Mineral Nomor:1451 pemberian Izin perusahaan Keputusan Direktur Jendral Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor 005/10/MEM/2000, tentang pedoman tekhnis penyelenggaraan tugas Pemerintah di bidang pengelolaan Air Bawah Tanah. Republik Indonesia, Peraturan Walikota Samarinda Nomor 20 Tahun 2010 tentang Izin Penyediaan, Penggunaan dan Pengusahaan Air Tanah. C. Dokumen Hukum, Skripsi, dan Tesis Heru Hendrayana. 2002 ,Dampak pemanfaatan air tanah, Geological Engineering Dept., Faculty of Engineering, Gadjah Mada University. Trisianus Hanry Rinandus Adoe, 2008, Pengendalaian Air Bawah Tanah di Kota Kupang, Tesis, Teknik Wilayah Pembangunan dan Kota, Universitas Diponegoro. D. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Internet, Artikel koran Brosur Pengelolaan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, Dinas Pertambangan dan Sumber Daya Mineral Propinsi Kalimantan Timur, 2002, Perpustakaan Daerah Kalimantan Timur. Kadek Diana Harmayani dan I G. M. Konsukartha. 2007, Pencemaran air tanah akibat pembuangan limbah domestic di lingkungan kumuh studi kasus Banjar Ubung Sari, kelirahan Ubung, jurnal ilmiah, Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Laporan pengembangan Teknologi pengelolaan Air tanah Samarinda. 2006, Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. www. Perizinan - PenataanRuang.Com/perizinan di akses pada tanggal 14 juni 2012. www.geotek..lipi.go,id, tanggal akses 13 juni 2012 http//www.google.com/search?q=tingkat kebutuhan air bersih di kota Samarinda, di akses tanggal 16 juni2012. http://korantempo.com/korantempo/koran/2011/03/22/Opini/index. http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=8988. www.badan pusat statistik kota samarinda .com