keragaman fitoplankton dan sifat fisik-kimia sungai

advertisement
Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2006, hlm. 102-107
ISSN 0126-4265
Vol. 33 No.2
PENGARUH MINYAK BUMI (CRUDE OIL) TERHADAP
KEMATIAN IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypophthalmus)
Yusniar Hamidy1), Usman M.Tang2) dan Anas Salsabila 3)
Diterima tanggal : 1 Mei 2006/Disetujui : 7 Juni 2006
ABSTRACT
This research aims to understand the concentration of crude oil that cause mortality. Symptoms shown
and histological changing occur in the gill, hepatopancreas and kidney of the treated fishes were also
investigated. The treated fishes were kept in the aquaria and were treated with several concentrasions of crude
oil (bioassay, renewal test). Results indicated that the lethal concentrasion of crude oil in the 50 th- 90th hour
of treatmen (LC 50-90 hours) was 70.123 mg/liter. Fishes that were treated for 48 hours shown damage in the
gill structure, but there were no abnomarlity show in the hepatopancreas and kidney tissue. Even in the fishes
that were treated for 96 hours, there was no damage in the structure of these organs. The treated fishes also
show abnormal behavior. The frequency of operculum opening of the fishes that were treated with 1000
mg/liter crude oil was higher than that of the control, wich was 376.8 times/ minute in the treated fishes and
188.8 times/ minute in the control.
Key words : crude oil, Pangasius hypopthalmus, mortality.
PENDAHULUAN
Afrianto Dan Liviawati (1992)
menyatakan bahwa pengaruh polutan
terhadap ikan sangat bervariasi tergantung
jenis ikan dan konsentrasi polutan. Polutan
dapat menimbulkan kerusakan pada kulit,
insang atau terakumulasi dalam tubuh hingga
merusak hati dan ginjal. Polutan ini dapat
menyebabkan kematian ikan secara tiba-tiba
(acute) atau kematian secara perlahan-lahan
(kronis). Seterusnya Djalal, Harmoinani dan
Handari (1973) mengemukakan bahwa
minyak mentah dapat mempengaruhi tingkah
laku ikan dan dapat merusak sistem syaraf
dan saluran pencernaan.
Ikan Patin merupakan salah satu jenis
ikan air tawar yang dapat tumbuh besar, ikan
ini mudah beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan dan tumbuh normal dalam kolam.
Ikan patin tergolong kedalam ikan yang tidak
banyak menuntut persyaratan air sebagai
media (lingkungan) hidupnya.
Tujuan penelitian ini terutama untuk
mengetahui kosentrasi minyak bumi (crude
oil) yang mematikan ikan jambal siam
1) Staf Pengajar Jurusan PSP Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau
2) Staf Pengajar Jurusan BDP Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau
3) Staf Pengajar Pascasarjana Universitas Andalas
(Pangasius hypophthalmus), selanjutnya juga
untuk mengetahui kerusakan jaringan insang,
hepatopankreas dan ginjal serta gerakan tutup
insang ikan jambal siam.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama 22 hari
taitu dari tanggal 24 Desember 2003 samapai
dengan 15 Januari 2004 di Laboratorium
Balai Benih Ikan Budidaya Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah minya bumi (crude oil)
Minas, ikan jambal siam (Pangasius
hypophthalmus) yang panjangnya 5-8 cm,
beratnya 2.8-4.2 mg berumur 45 hari dan air
tawa serta bahan-bahan yang diperlukan
untuk membuat preparat jaringan histologis.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah:
alat-alat untuk mengukur pH, suhu, oksigen
terlarut, kandungan amoniak, discating kit
dan alat-alat yang digunakan untuk membuat
preparat histologis.
102
Pengaruh Minyak Bumi (Crude Oil)
Metode dan Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu
uji biologis (biosay) dengan menggunakan
metode uji pergantian (renewal test) yaitu
menggunakan beberapa wadah uji (Wardoyo,
1981).
Penelitian yang dilakukan ini dibagi
menjadi 5 tahapan, yaitu: 1) percobaan
pendahuluan, 2) uji persistensi, 3) uji
toksisitas, 4) pengamatan jaringan, 5)
perhitungan gerakkan operkulum. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini diananlisis
berdasarkan Epa Probit Analysis Program
Used for Calculating LC/EC Value 1.5
1. Percobaan Pendahuluan
Dalam percobaan pendahuluan ini
dilakukan 24 buah wadah stoples yang
berukuran diameter alas 26 cm, diameter atas
29 cm dan tingginya 28 cm. Perlakuan yang
diberikan yaitu 5 konsentrasi minyak bumi
dan satu kontrol dengan 4 kali ulangan.
Tingkat pengenceran minyak bumi dalam
percobaan pendahuluan adalah sebesar 0
mg/l, 200 mg/l, 400 mg/l, 600 mg/l, 800 mg/l,
dan 1000 mg/l. Hal ini berdasarkan kepada
hasil penelitian Siagian (1984) yang
menyatakan bahwa konsentrasi minyak bumi
(parafinik) untuk ikan mujair yang berukuran
7.0-12.0 cm adalah 721.2 ppm. Kedalaman
masing-masing wadah uji sebanyak 10 liter
dan disetiap wadah uji dimasukkan ikan uji (
5 macam konsentrasi minyak bumi dan
kontrol) masukkan sebanyak 10 ekor,
seterusnya wadah uji ini diaerasi. Ikan uji
yang ada didalam wadah uji diamati dalam
waktu 6,12,24 dan 48 jam.
2. Uji Persistensi
Uji persistensi bertujuan untuk melihat
penurunan daya racun dari media uji,
sedangkan berdasarkan kegunaannya adalah
untuk menentukan kapan media uji harus
diganti atau diperbaharui. Berdasarkan
kepada percobaan pendahuluan, maka
konsentrasi ambang atas (N) inilah yang
dipakai dalam uji persistensi, wadah yang
dugunakan adalah sebanyak 4 buah. Ke
dalam wadah uji dimasukkan 10 liter media
uji yang konsentrasinya adalah konsentrasi
ambang atas (N) dan kemudian dimasukkan
10 ekor ikan uji, wadah uji ini diaerasi. Ikan-
Berkala Perikanan Terubuk Vol 33, No 2 Juli 2006
ikan uji diamati dan dihitung kalau ada yang
mati dalam jangka waktu 0, 8, 16, 24, 32, dan
40 jam (Busvine, 1973, dalam Siagian, 2001)
3. Uji Toksisitas
Uji
toksisitas
bertujuan
untuk
mendapatkan toksisitas yang mematikan
(letal toxicity) yang bersifat akut. Dalam uji
toksisistas ini wadah yang sebanyak 24 buah.
Konsentrasi minyak bumi pada masingmasing wadah uji berdasarkan kepada nilai
ambang atas (N) dan nilai ambang bawah (n)
yang diperoleh dari hasil percobaan
pendahuluan. Pada masing-masing wadah
konsentrasi minyak bumi dimasukkan
sebanyak 10 liter dengan perlakuan
konsentrasi dan satu kontrol (Darmayati,
1997). Kedalam setiap wadah dimasukkan 10
ekor ikan uji dalam waktu yang bersamaan.
Pengamatan terhadap kematian ikan uji
dalam waktu yang bersamaan. P[engamatan
terhadap kematian ikan uji dilakukan dalam
waktu pemaparan 24, 48, 72, dan 96 jam.
Ikan uji yang telah mati segera dihitung dan
dikeluarkan
untuk
mencegah
jangan
terjadinys pengotoran medis uji.
4. Pengamatan Jaringan
Pengamatan Jaringan berguna untuk
mengetahui apakah telah terjadi kerusakan
atau terdapat kelainan pada jaringan tubuh
ikan uji dengan membuat preparat histologis
yang menggunakan metode histoteknik
(Kierman, 1990). Pada penelitian ini organ
tubuh isang, hepatopankreas dan ginjal
diambil pada saat setelah ikan uji berada
selama 48 jam dan 96 jam dalam wadah uji
pada
uji
toksisitas
dan
sebagai
pembandingnya adalah organ tubuh insang,
hepatopankreas dan ginjal yang masih utuh
yang belum dikenakan pada perlakuan.
Kelainan atau kerusakan jaringan dideteksi
pada preparat histologis dari insang,
hepatopankreas dan ginjal.
5. Gerakan operkulum
Pengamatan
terhadap
gerakan
operculum berguna untuk mengetahui apakah
ada pengaruh konsentrasi minyak bumi
terhadap gerakan operkulum ikan jambal
siam. Konsentrasi minyak bumi yang
dicobakan adalah 1.000 mg/l dan sebagai
kontrolnya adalah konsentrasi 0 mg/l dengan
103
Pengaruh Minyak Bumi (Crude Oil)
menghitung jumlah gerakan tutp insang
selama satu menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Percobaan Pendahuluan dan
Uji Persistensi
Berdasarkan
kepada
percobaan
pendahuluan didapatkan nilai ambang atas
(N) 1.000 mg/l dan nilai ambang bawah (n)
600 mg/l. Nilai ambang atas ini digunakan
untuk melakukan uji persistensi, sedangkan
nilai ambang bawah (n) dan nilai ambang atas
(N) digunakan untuk melakukan uji
toksisistas. Hasil uji persistensi menunjukkan
bahwa penggantian media uji dilakukan
sekali dalam 12 jam.
2. Uji Toksisitas
Berdasarkan kepada uji pendahuluan
maka konsentrasi minyak bumi (crude oil)
yang digunakan pada uji toksisitas untuk
mendapatkan nilai LC50 selama pemaparan
24, 48,72 dan 96 jam dengan menggunakan
rumus wardoyo (1977), diperoleh konsentrasi
minyak bumi pada uji toksitas sebesar 660
mg/l, 740 mg/l, 820 mg/l, 900 mg/l dan 1.000
mg/l serta 0 mg/l sebagai kontrol.
Analisis dengan menggunakan Epa
Probit Analysis Program Used for
Calculating LC/EC Values Version 1.5,
diperoleh nilai LC/EC sebesar 701,230 mg/l
pada pemaparan konsentrasi dengan kisaran
antara 624,399 – 747,293 mg/l pada
confidance limit 95%. Perhitungan safety
concentrasion di Indonesia masih bersifat
arbirter,
artinya
tergantung
kepada
kesepakatan,
biasanya
para
pakar
menyepakati faktor aplikasinya antara 5 – 10
% (Wibisono, 1987). Faktor aplikasi ini
sejalan dengan pendapat Denton & buldonJones (1982) dalam Syafriadiman, Hasibuan
dan Riauwaty (2004) yang menggunakan
faktor aplikasi (application factor) sebesar
0.1 (10%) maka dengan demikian batas aman
konsentrasi minyak bumi (crude oil) terhadap
kematian ikan jambal siam (Pangasius
hypophthalmus) pada penelitian ini adalah
sebesar 0.1 X 701,230 mg/l = 70.123 mg/l.
Nainggolan (2000) berkesimpulan bahwa
konsentrasi aman (safety concentration)
minyak mentah (crude oil) terhadap benih
ikan kakap (lates calcalifer, Bloch) adalah
sebesar 56 ppm. Kemudian Tamba (20010
berpendapat bahwa nilai lethal concentration
(LC50-96 jam) ikan lele dumbo (Clarias
Berkala Perikanan Terubuk Vol 33, No 2 Juli 2006
gariepenus, Burchell) akibat minyak mentah
(crude oil) adalah sebesar 98,736 ppm.
Nafft et al. (1976) dalam Siagian
(1984) menjelaskan bahwa hidrokarbon
aromatic minyak bumi dapat terakumulasi
dalam tubuh ikan, hal ini dapat merubah
beberapa fungsi dari organ-organ tubuh,
menyebabkan penyakit atau terganggunya
kesehatan ikan yang diduga akan dapat
menimbulkan kematian pada ikan. Seterusnya
Malin dan Varanasi (1977) dalam Siagian
(1984)
melaporkan
bahwa
adanya
hidrokarbon minyak bumi dalam air
menyebabkan butir-butir darah merah tidak
normal, menyebabkan kemampuan mengikat
oksigen semakin berkurang sehingga dapat
mengakibatkan kematian pada ikan.
3. Pengamatan Jaringan
Jaringan tubuh ikan jambal siam yang
diamati dalam penelitian ini adalah insang,
hepatopankreas dan ginjal.
Hati
Kerusakan
ikan
jambal
siam
(Pangasius hypophthalamus) telah terjadi
dalam jangka waktu 48 jam, dengan gejala
klinis berupa sudah terjadi perubahan warna
menjadi gelap, lendir semakin banyak, terjadi
pembengkakan pada lamella primer dan
sekunder sehingga terjadi perubahan bentuk
dan struktur, terjadinya hyperplasia, nekrosis,
endema, pendarahan, kerusakan jaringan
insang ini semakin banyak dengan semakin
meningkatnya konsentarsi minyak mentah.
Kerusakan jaringan insang ini semakin
banyak lagi dalam jangka waktu 96 jam.
Menurut Takashima and Hibiya
(1995) dalam Efrizal (1997) bahwa
perubahan histologis pada insang meliputi
tiga hal, yaitu: 1) terjadinya perubahanperubahan yang bersifat regresif, seperti
edema pada epitel insang, terjadinya
vakuolisasi, nekrosis pada lemela sekunder,
kematian sel mukus dan sekresi berlebihan,
mengelupasnya epitel dari lamela sekunder,
nekrosis pada sel pilar, terjadinya pendarahan
serta terjadinya distrosi pada sistem sirkulasi,
2) terjadinya gangguan dan kerusakan pada
sistem sirkulasi, dan 3) terjadinya perubahanperubahan yang bersifat progresif, seperti
hipertropi pada permukaan epitel lamela
primer dan sekunder merupakan tanda-tanda
104
Pengaruh Minyak Bumi (Crude Oil)
awal dari ikan yang terekspose bahan-bahan
kimia maupun pengaruh fisik. Hyperplastik
sel mukus di lamela primer, fusi lamela, serta
terjadinya hyperplasia epitel lamela sekunder.
Hepatopankeras
Hati merupakan organ yang sangat
penting pada hewan maupun manusia, karena
hati merupakan organ detoksikasi dan banyak
memproduksi enzim metabolisme. Hati dan
pankreas pada ikan jambal siam masih
menyatu yang disebut hepatopankreas ikan
jambal siam (Pangasius hypophthalmus)
dalam keadaan normal jaringannya masih
normal dan utuh, berwarna merah dan bersih
serta tidak ada pengerutan, setelah diberikan
perlakuan dengan berbagai konsentarsi
minyak bumi dalam jangka waktu 98 jam
tidak terlihat adanya perubahan struktur
jaringan hepatopankreas, hanya saja terlihat
warna jaringan hepatopankreas tersebut
semakin tinggi konsentrasi minyak bumi
semakin gelap, hitam kecoklatan.
Perubahan warna hepatopankreas
tersebut disebabkan oleh kekurangannya
aliran darah ke hepatopankreas sehingga
menyebabkan
hepatopankreas
kurang
berfungsi, tetapi belum menyebabkan
terjadinya kerusakan struktur jaringan
hepatopankreas. Nabib dan Pasaribu (1989)
dalam Tamba (2001) mengemukakan bahwa
hati ikan normal merupakan organ yang
relatif besar dengan warna coklat kemerahan.
Ditambahkan lagi oleh Green and Treet
(1989) dalam Tamba (2001) bahwa sebagian
besar crude oil berada pada liver dan ginjal
ikan. Hasil pemeriksaan preparat histologi
terhadap jaringan hepatopankreas ikan jambal
siam dalam jangka waktu 96 jam tidak
menunjukkan terjadinya kerusakan. Hal ini
disebabkan karena minyak bumi tersebut
sebelum sampai ke hepatopankeras, dan
disebabkan karena insang telah rusak
sehingga insang tidak berfungsi untuk
memasok oksigen ke adalam ataupun ke
hepatopankreas.
Belum terjadinya kerusakan pada
hepatopankreas ikan jambal siam dalam
penelitian ini, disebabkan juga karena
konsentrasi minayk dalam penelitian ini lebih
kecil dari konsentrasi
Cd (0,5 mg/l).
Kontawa (1995) mengemukakan bahwa
metal yang terdapat dalam komponen dalam
minyak bumi adalah 0,03 %. Nilai toksisitas
Berkala Perikanan Terubuk Vol 33, No 2 Juli 2006
(LC50-96 jam) ikan jambal siam pada
penelitan ini adalah sebesar 70,123 mg/l,
berarti bahwa kandungan metal pada minyak
mentah yang dicobakan adalah sebesar 0,03
% X 70,123 mg/l = 0,021 mg/l, masih jauh
dibawah konsentrasi Cd
Ginjal
Secara garis besar ginjal ikan jambal
siam yang diteliti dengan menggunakan
konsentrasi minyak bumi yang berbeda tidak
menunjukkan perubahan-perubahan struktur
jika dibandingkan dengan ginjal yang masih
segar, hanya saja warna ginjal sudah
memucat. Hal ini disebabkan karena darah
segar tidak sampai ke ginjal karena fungsi
insang sudah terganggu. Pasaribu (1989)
dalam Tamba (2001) Mengemukakan bahwa
ginjal ikan normal berwarna coklat muda atau
tua. Terjadinya perubahan warna pada ginjal
disebabkan karena darah tidak sampai pada
organ ginjal tetapi belum menyebabkan
kerusakan pada ginjal tersebut. Keadaan ini
sesuai dengan pendapat Green and Treet
(1989) dalam Tamba (2001) bahwa sebagian
besar crude oil berada pada liver dan ginjal
ikan.
Delamare and Truchet (1984) dalam
Darmono (2001) menjelaskan bahwa ikan
sebra, Brachiario rerioI, yang hidup dalam
air tawr yang mengandung 5 mg/l Cd dan 5
mg/l Hg, mengalami kerusakan ginjal setelah
13 hari. Pada Ikan Fundulus heteroclitus
yang dipelihara dalam air yang mengandung
50 mg/l Cd, perubahan patologik pada ginjal
terjadi setelah 20 jam.
Terjadinya perubahan-perubahan pada
struktur ikan jambal siam, karena konsentrasi
logam berat yang terdapat dalam minyak
bumi 0,021 mg/l masih jauh di bawah
konsentrasi logam berat yang docobakan oleh
Dalmare dan Truchet (1984) dalam Darmono
(2001).
4. Gerakan Operkulum
Semakin tinggi konsentrasi bumi yang
diberikan kepada media uji, maka terdapat
kecendrungan diikuti pula oleh semakin
banyak jumlah gerakan operkulum ikan
jambal siam. Rata-rata gerakan operkulum
ikan jambal siam yang tertinggi terdapat pada
konsentrasi minyak bumi 1.000 mg/l yaitu
sebanyak 376,8 kali dalan satu menit,
sedangkan yang paling rendah terdapat pada
105
Pengaruh Minyak Bumi (Crude Oil)
kontrol (konsentrasi minyak bumi 0 mg/l
sebanyak 188.8 kali dalam satu menit.
Meningkatnya gerakan operkulum
ikan jambal siam pada penelitian ini karena
terdapat lendir yang melekat pada insang atau
terdapat kerusakan pada insang sehingga
dapat menunggu proses respirasi yang
mengakibatakan diffusi oksigen kurang
lancar, mengakibatkan kematian pada ikan
sehingga operkulumnya tidak bergerak lagi,
oleh sebab itu untuk memenuhi akan oksigen
tersebut
akan
mempercepat
gerakan
operkulumnya sehingga frekuensinya terus
meningkat. Lat et al. (1984) menjelaskan
bahwa gerakan operkulum sangat penting
dalam proses respirasi untuk mengalirkan air
pada permukaan insang dalam pengambilan
oksigen
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Nilai toksisitas (LC50-96 jam) ikan jambal
siam pada air yang tercemar oleh minyak
bumi (crude oil) berada pada konsentrasi
70,123 mg/l
2. Hasil Pemeriksaan histologi terhadap
insang ikan jambal dalam jangka waktu 48
jam sudah ada yang rusak, dan bahkan
dalam jangka waktu 96 jam kerusakan
insang tersebut semakin banyak, sedangkan
hasil pemeriksaan histologi terhadap
hepatopankreas dan ginjal ikan dalam
jangka waktu 96 jam belu ada struktur
jaringannya yang rusak, namun sudah
terjadi perubahan warna.
3. Rata-rata gerakan operkulum ikan jamabal
siam semakin cepat dengan meningkatnya
konsentarsi minyak bumi, dimana pada
kontrol (konsentrasi minyak bumi 0 mg/l)
gerakannya 188.8 kali/menit, pada
konsentrasi 1000 mg.l adalah 376,8
kali/menit
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh minyak bumi (crude oil) ini
terhadap jenis ikan berbeda.
Berkala Perikanan Terubuk Vol 33, No 2 Juli 2006
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E, dan E. Liviawati. 1992.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Darmayati, Y., 1997. Uji Toksisitas Akut
Dengan Krustase dan Ikan. Dalam
Metode Analisis Air Laut, Sedimen
dan Biota. Buku 2. Pusat Penelitian
dan
Pengembangan
Oseanologi.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta. Hal. 169-182
Darmono. 2001. Lingukungan Hidup Dan
Pencemaran. Hubungannya Dengan
Toksokilogi senyawa Logam. Penerbit
Universitas Indinesia. Jakarta.
Djalal, T.S, S.D. Harmoinani dan Handari.
1973. Penelitian Histologi Intestinum
Tilapia mosambica yang mati di
Lingkungan Crude Oli Ledok dan
Kawengan Dalam Laboratorium.
Seminar Biologi II. Jakarta.
Efrizal, T. 1997. Pengaruh Konsentrasi Sub
Letal
Phosphamidon
terhadap
Pertumbuhan dan Kerusakan Jaringan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus
Trew). Tesis. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lal. H., V. Misra, P.P. Prof. Dr. Ir. Dewita
Buchari, MS and C.R. Krisnamurthy.
1984. Effect Of Synthetic detergens on
some the behavioral pattern of fish
fimgrlings (Cirrhina mrigala) and its
relation to ecotoxicology. Bull
Environ. Contam Toxicol.
Nainggolan, S., 2000. Toksisitas Minyak
Bumi (Crude Oil) Terhadap Benih
Ikan kakap (Lates calcalifer, Bloch).
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau.
Siagian, M., 1984. Pengaruh Fraksi Larut
Tiga Jenis Minyak Bumi Terhadap
Pertumbuhan dan Kerusakan Histologi
Ikan
Mujair
(Sorotherodon
mossambicus Peters). Tesis. Fakultas
Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Siagian, M., 2001. Toksikologi Lingkungan
dan Uji Bilogis. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelauatan Universitas Riau.
Pekanbaru.
Syafriadirman, S. Hasibuan dan M.
Riauwaty. 2004. Kajian Awal
Ketoksikan Limbah Industri PT. Ricry
106
Pengaruh Minyak Bumi (Crude Oil)
terhadap
Berbagai
Organisme
Budidaya Perikanan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Air dan
Budidaya Ikan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru
Tamba, A., 2001. Patologi Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus Burchell) akibat
Kandungan
berbagai
konsentrasi
minyak mentah (Crude Oil). Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru.
Berkala Perikanan Terubuk Vol 33, No 2 Juli 2006
Wardoyo, S.T.H., 1981. Analisis Dampak
Suatu proyek terhadap kualitas air dan
kriteria kulitas air untuk keperluan
pertanian dan perikanan. Training
Andal. PPLH-PUDIPSL. IPB Bogor.
Wibisono, M.S. 1987. Tingkat Toksisitas
minyak bumi nephtenik intermediet
terhadap beberapa jenis biota aquatic
pantai. Majalah Lembaran Publikasi
LEMIGAS, 21 (3). 218-229.
107
Download