BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah pandangan fundamental tentang apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari, pertanyaan-pertanyaan apa yang semestinya dijawab, bagaimana semestinya pertanyaan-pertanyaan itu diajukan, dan aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh1. Paradigma menurut Guba dalam Creswell adalah serangkaian sudut pandang yang merupakan pedoman dalam penelitian. Dalam metodologi penelitian kualitatif, seseorang dapat menggunakan satu atau lebih paradigma. Perlu diketahui kiranya, bahwa masing-masing paradigma memiliki karakter yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain, dan sangat menentukan arah dari sebuah penelitian. Menurut Cresswel, paradigma penelitian dibagi menjadi 4 (empat) yaitu Postpositivisme, Constructivisme, Advocacy/Participatory, Pragmatisme.2 Paradigma Postpositivisme adalah sudut pandang yang memiliki ciri-ciri bahwa setiap element penelitian biasanya dapat di reduksi, bersifat logis, dan mengandalkan koleksi data empiris. Selain itu, karakter dari penelitian positivisme di 1 Diambil dari website http://perpustakaan.untirta.ac.id/berita-119-paradigma-penelitian-kualitatif.html, pada tanggal 12/06/2014 jam 18.19 2 John D. Cresswell. Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Approaches, California: Sage Publication. 2007 hal. 20-23 122 fokuskan pada penyebab dan efek dari penyebab tersebut. Postpositivisme juga berasumsi bahwa perilaku masyarakatlah yang mengkonstruksi bagaimana individu harus berperilaku.3 Paradigma Contructivisme beranggapan bahwa individu selalu berusaha untuk memahami dunia disekitarnya, ditempat dia berinteraksi dengan sesama manusia serta makhluk lain. Individu-individu tersebut, dalam paradigma ini berupaya untuk membangun makna-makna subjektif dalam pengalaman hidup mereka, dan maknamakna tersebut datang dari serangkaian interpretasi atas objek atau sesuatu. Maknamakna tersebut biasanya dapat lebih dari satu penginterpretasian makna yang akan membawa peneliti kepada kompleksitas sudut pandang alih-alih hanya serangkaian kategori dari ide-ide tertentu. Tujuan dari paradigma yang menggunakan Social Contructivisme adalah berupaya sebanyak mungkin mengetahui sudut pandang partisipan penelitian terhadap sebuah situasi sosial. Biasanya paradigma ini digunakan pada studi-studi yang menggunakan teori atau pendekatan fenomenologi atau turunan-turunan teori fenomenologi.4 Paradigma Advocay/Participatory, merupakan alternatif sudut pandang sekaligus merupakan kritik dari paradigma postpositivisme yang menurut paradigma ini terlalu memaksa dan menggiring individu terhadap hukum atau kaidah struktural, kurang memperhatikan fenomena-fenomena di masyarakat yang memarginalkan individu atau sekelompok orang tersebut. Paradigma ini juga mengkritik paradigma 3 John D. Cresswell. Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Approaches, California: Sage Publication. 2007 hal. 20 4 Ibid hal. 20 - 21 123 social constructivisme yang hanya berupaya mengumpulkan pendapat dari sekumpulan individu atas realitas sosial yang terjadi di sekitar mereka, tanpa adanya upaya untuk merubah situasi yang terjadi pada kelompok masyarakat tersebut. Maksud dan tujuan dasar dari paradigma ini adalah bagaimana merumuskan agenda untuk melakukan reformasi yang sekiranya dapat merubah keadaan yang dialami oleh subyek penelitian atau bahkan situasi atau realitas yang terjadi di sekitar peneliti itu sendiri.5 Paradigma Pragmatisme memiliki sudut pandang seorang individu yang diarahkan pada output dari penelitian yang telah dilakukan. Menurut Cherryholmes dan Murphy, paradigma pragmatisme didasarkan pada beberapa pemikiran, antara lain: (1) Pragmatisme tidak berkomitmen pada satu filsafat dan realitas tertentu, (2) Peneliti dianggap sebagai individu yang memiliki kebebasan untuk memilih, sehingga bebas untuk memilih metode, tehnik dan prosedur penelitia yang menurut mereka dianggap terbaik dan sesuai dengan kebutuhan serta tujuan mereka, (3) Kebenaran akan realitas yang terjadi pada sebuah konteks penelitian bukanlah suatu hal yang memisahkan realitas dengan pemikiran peneliti dan realitas yang ada, atau dengan kata lain pemikiran dan realitas adalah sebuah kesatuan.6 5 John D. Cresswell. Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Approaches, California: Sage Publication. 2007 hal. 21-22 6 John D. Cresswell. Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Approaches, California: Sage Publication. 2007 hal. 22-23 124 Penelitian ini menggunakan paradigma contructivisme karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang membantu proses interpretasi terhadap kegiatan komunikasi yang terjadi di website forum komunitas backpackerindonesia.com. Point penting dalam penelitian yang menggunakan paradigma contructivisme, menurut Patton adalah para peneliti mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari kontruksi tersebut bagi kehidupan mereka, sehingga setiap individu memiliki pengalaman yang unik.7 Dengan demikian penelitian dengan strategi ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid dan pandangan tersebut perlu dihargai. Bila dilihat dari sudut pandang para anggota komunitas backpackerindonesia.com, strategi ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada perubahan atau penambahan pengetahuan awal serta pengalaman-pengalaman para anggota terhadap kegiatan komunikasi yang terjadi di website backpackerindonesia.com antar anggota, setelah mereka terlibat langsung di dalamnya. Sedangkan untuk peneliti, peneliti juga bisa mendapatkan informasiinformasi baru atau tambahan dari penelitian dan hasil pengamatannya terhadap kegiatan komunikasi pemasaran di website backpackerindonesia.com nelalui para anggotanya. 7 Michael Quin Patton. Qualitative Research and Evaluation Method, 3rd Edition. USA: Sage Pub, 2002 hal. 96-97 125 3.2 Metode Penelitian Dalam mengunakan metode penelitian Kualitatif, kasus atau tema yang di angkat dalam penelitian ini sangat bergantung pada subjektivitas persepsi yang ditimbulkan oleh subjek penelitian atau khalayak, sedangkan penelitian kuantitatif tidak dapat mengeksplor informasi subjek secara lebih mendalam. Menggunakan definisi yang sederhana, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode dalam menelaah penelitiannya.Penggunaan berbagai metode ini sering disebut triangulasi dimaksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang komprehensif (holistic) mengenai fenomena yang di teliti.8Sedangkan menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.9 Riset Kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan 8 Mulyana Deddy dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung. Remaja Rosadakarya, 2008 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung. Remaja Rosdakarya. 2006, hal 6 9 126 kedalaman (kualitas) data, bukan kuantitas data.10 Berdasarkan beberapa definisi itu maka penelitian ini akan mengungkap aktifitas komunikasi pemasaran internet yang dilakukan oleh para anggota forum backpackerindonesia.com secara mendetail dan mendalam. Oleh karena itu, dengan tipe penelitian desktiptif yang di gunakan di harapkan dapat mengungkap permasalahan dalam penelitiannya, yaitu apakah aktifitas komunikasi pemasaran internet yang dilakukan para anggota forum dapat mempromosikan obyek wisata di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) didalam kehidupan nyata.11 Penggunaan setiap metode memiliki kuntungan dan kerugian tersendiri, tergantung kepada tiga hal yaitu ; 1. Tipe pertanyaan penelitiannya, 2. Kontrol yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa perilaku yang akan ditelitinya, 3. Fokus terhadap fenomena penelitiannya.12 Salah satu studi kasus deskriptif yang terkenal “ Street corner society ( 1943 ) oleh William F.Whyte “ telah bertahun tahun menjadi bacaan yang direkomendasikan dalam sosiologi. Buku tersebut dijadikan sebuah contoh klasik untuk studi kasus 10 Kriyantono Rachmat, Teknik praktis Riset Komunikasi, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.2012 11 Yin Robert K, Studi Kasus Desain dan Metode, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2013. Hal 3 12 Ibid. Hal 3 127 desktptif. Ia melacak urutan peristiwa hubungan antar pribadi, menggambarkan subbudaya yang sudah jarang menjadi topik penelitian, dan menemukan fenomena kunci seperti kemajuan karir para pemuda berpendapatan rendah beserta kemampuan atau ketakmampuan merka untuk mengesampingkan ikatan lingkungan.13 Adapun kasus yang akan diteliti adalah mengenai bagaimana komunikasi pemasaran internet yang dilakukan oleh anggota komunitas melalui forum backpackerindonesia.com dalam mempromosikan obyek wisata di Indonesia. Untuk mendapatkan jawaban yang jelas atas pertanyaan bagaimana dan mengapa tersebut, maka peneliti akan menggunakan wawancara mendalam dan juga pengamatan (observasi). 3.3 Subyek Penelitian Subyek penelitian pada penelitian ini adalah para anggota komunitas online backpackerindonesia.com. Alasan mengapa peneliti memilih anggota komunitas sebagai subyek penelitian dan partisipan adalah karena pihak pengelola website backpackerindonesia.com hanya mau bertindak sebagai fasilitator, pihak pengelola pun menggunakan nama samaran di web yang dikelolanya sendiri ini, oleh karena it u kegiatan komunikasi yang terjadi di website backpackerindonesia.com dilakukan oleh para anggotanya saja. Selain itu juga, website backpackerindonesia.com ini dibangun agar para anggotanya aktif untuk saling memberikan informasi seputar kegiatan wisata dan obyek wisata. 13 Yin Robert K, Studi Kasus Desain dan Metode, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2013. Hal 5 128 Beberapa narasumber yang relevan dalam penelitian ini antara lain: 1. Randy Ramdhany Pria single berusia 25 Tahun ini adalah pecinta jalan-jalan yang sudah menjadi anggota forum backpackerindonesia.com sejak berusia 18 Tahun, beliau tinggal di Sukabumi, namun kegiatan jalan-jalan nya bersama komunitas tidak hanya terpusat di pulau Jawa melainkan ke seluruh pelosok negeri yang memungkinkan untuk dia jelajahi bersama temanteman di komunitasnya. Randy juga sering diminta oleh teman-teman nya yang bukan anggota komunitas sebagai guide freelance karena pengalaman-nya. Selain itu Randy juga termasuk anggota yang masih aktif dan peduli untuk mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh pengelola forum backpackerindonesia.com. 2. Wahyu Hendraningtyas Perempuan yang lebih akrab dipanggil Tyas ini tinggal di Depok dan masih berusia 24 Tahun. Tyas pernah menjadi salah satu pengurus komunitas Backpacker Indonesia untuk regional Jabodetabek di tahun 2011 dengan masa kepengurusan selama 1 Tahun. Saat ini Tyas sudah bekerja sebagai karyawati di perusahaan swasta, namun pekerjaannya tidak menghalanginya untuk tetap melakukan hobinya yaitu jalan-jalan, hobi 129 jalan-jalan ala backpacker ini sudah dijalaninya sejak lulus SMA dan mulai kuliah sampai dengan sekarang. 3. Firdaus Pria single berusia 27 Tahun ini bukan anggota komunitas online backpackerindonesia.com, namun Firdaus aktif berkomunitas di internet salah satu nya adalah di Kaskus dan sering melakukan transaksi melalui internet. Pemilihan Firdaus sebagai salah satu subyek penelitian adalah karena dengan pengetahuannya akan kegiatan komunitas online, dapat memberi masukkan kepada peneliti tentang hal-hal yang dia lihat di website backpackerindonesia.com untuk menjawab fokus penelitian ini. 3.4 Teknik Pengumpulan Data a. Data Primer: 1. Proses wawancara secara mendalam dengan narasumber / subjek penelitian. Wawancara merupakan tatap muka antara peneliti dengan narasumber / responden. Disini peneliti adalah instrument utama penelitian. Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan 130 secara fisik. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.14 2. Observasi website backpackerindonesia.com yang berfokus kepada isi-isi pesan yang berkaitan dengan promosi obyek wisata di Indonesia. b. Data Sekunder : Data sekunder di peroleh dari studi kepustakaan dan literatur 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif berupa kata-kata, kalimat-kalimat, atau narasinarasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi. Tahap analisis data memegang peran penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset. Artinya, kemampuan periset memberi makna kepada data merupakan kunci apakah data yang diperolehnya memenuhi unsur reliabilitas dan validitas atau tidak. Ingat, reliabilitas dan validias data kualitatif terletak pada diri periset sebagai instrument riset.15 14 Gunawan, Imam, Metode Penelitian kualitatif : Teori dan Praktik, Bumi Aksara, jakarta. 2013. Hal 160 15 Kriyantono Rachmat, Teknik praktis Riset Komunikasi, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.2012. hal 196 131 Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui wawancara mendalam, studi kepustakaan, serta pengamatan langsung, peneliti akan mendeskripsikan data tersebut secara kualitatif. Langkah analisi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengorganisasikan data: Hasil data yang diperoleh dari wawancara mendalam melalui rekaman akan di buatkan transkrip / di salin menjadi naskah tulisan. 2. Pengelompokan data berdasarkan kategori, tema dan jawaban. 3. Mereduksi data: Menghilangkan data-data yang tidak bisa di gunakan pada penelitian. 4. Analisa data 3.6 Pengukuran Keabsahan Data Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan (kredibilitas atau validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisi data di lapangan. Kegiatan triangulasi dengan sendirinya mencakup proses pengujian hipotesis yang dibangun selama pengumpulan data. Hipotesis di sini tidaklah sama dengan hipotesis penelitian kuantitatif yang memerlukan dukungan teori. Triangulasi menurut Mantja (2007:84) dapat juga digunakan untuk memantapkan konsistensi metode silang, seperti wawancara dan pengamatan atau penggunaan metode yang sama, seperti wawancara dengan beberapa 132 informan. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data pada proses penelitian. 16 Triangulasi Sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber untuk memperoleh data. Dalam triangulasi ini yang penting adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. Triangulasi sumber berarti membandingkan atau mengecek ulang informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum, dengan yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. 17 Triangulasi sumber yang dipakai pada penelitian ini adalah narasumber non – anggota komunitas online backpackerindonesia.com. Informasi yang didapat dari narasumber non-anggota ini akan menguatkan pendapat yang diberikan oleh subyek penelitian yang merupakan anggota dari komunitas backpackerindonesia.com dalam melihat kegiatan komunikasi pemasaran internet yang terjadi di website backapckerindonesia.com dalam mempromosikan obyek wisata di Indonesia. 16 Gunawan, Imam, Metode Penelitian kualitatif : Teori dan Praktik, Bumi Aksara, jakarta. 2013. Hal 218 17 Ibid. Hal 219 133