PEMENUHAN HAK ANAK PEMULUNG MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DI YAYASAN TUNAS MULIA KELURAHAN SUMUR BATU BANTAR GEBANG BEKASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh EPIDA SARI 1110054100009 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untukmemenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti karya saya hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlakudi UIN Syarif hidayatullah Jakarta. Jakarta, September 2014 Epida Sari ABSTRAK Epida Sari Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi Pemenuhan hak anak sangatlah penting dalam mensejahterakan anak. Khususnya pemenuhan akan pendidikan dan kesehatan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 8: “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial”. Pasal 9: “(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun pada kenyataannya masih ada anak yang tidak mendapatkan hakhak tersebut yaitu anak-anak pemulung. Maka dari itu pelayanan sosial dalam bidang pendidikan dan kesehatan merupakan salah satu cara pemunahan hak anak pemulung. Hal ini yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait dengan pemenuhan hak anak pemulung, yakni Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Dari penelitian ini, peneliti merumuskan bagaimana pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian, maka diperoleh data bahwa pertama, program pendidikan di Yayasan Tunas Mulia yaitu pendidikan yang berbasis PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan jenjang pendidikan PAUD, Paket A, Paket B, dan Beasiswa untuk SMK dan Kuliah. Kedua, Program kesehatan di Yayasan Tunas Mulia yaitu Pengobatan Gratis dan Pendampingan Pasien i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi yang mulia Muhammad Rasulullah Saw. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial. Dalam pembuatan skripsi,penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf bila terjadi kekurangan ataupun kekeliruan dalam pembuatan skripsi ini.Penulis mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca. Dengan dibuatnya skripsi,penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam mengerjakan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses terbentuknya skripsi ini. Terima kasih kepada mama dan bapak yang selalu mendoakan tanpa putus, membimbing, membantu penulis demi menyelesaikan tugas-tugas dalam penelitiandan memberikan dukungannya baik moril dan materil kepada penulis selama proses pembuatan skripsi. Kepada kedua abangku yang selalu memberikan bantuan kepada penulis dimana bantuan tersebut satu sama lain sangat melengkapi dan juga adiku yang selalu menghiburku. Semoga Allah SWT membalas semua ii kebaikan dan cinta yang telah mereka berikan kepada penulis. Ucapan terimaksih juga penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial. 3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan sebagai Pembimbing Akademik. 4. Bapak Helmi Rustandi, MA sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih telah banyak meluangkan waktu selama bimbingan, memberikan arahan, sebagai motivator penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta memberikan banyak sekali hal yang bermanfaat bagi penulis, dan kritik sehingga dapat membangun penulis dalam penulisan skripsi. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini. 6. Bapak Nadam Dwi Subekti, Pendiri Yayasan Tunas Mulia yang telah mengizinkan penulis melakukan penulisan. 7. Bapak Johan , Ibu Eli Indah Yani, Ibu Mertianah, Ibu Siti Aminah dan seluruh pengurus Yayasan Tunas Mulia yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian. 8. Anak-anak didik di Yayasan Tunas Mulia yang menerima dan membantu penulis dalam mendapatkan informasi-informasi dalam melakukan penelitian di Yayasan Tunas Mulia iii 9. Orang tua, Mama dan Bapak yang selalu memberikan doa, juga kedua Kakak ku yaitu Abang Maraden yang selalu memberikan fasilitas untuk mengerjakan skripsi dan Abang Mahfudin yang selalu mengantar bahkan menunggu penulis di saat kuliah maupun penulisan dari awal perkuliahan hingga sekarang. Serta Adiku Achmad Novrizal dan Dede Mutiara Nur Asyiyah yang selalu membuatku tertawa. 10. Keluarga Bapak H. Hamim, Khususnya Abang Ahmad Zarkasih, S.Th I dan Teteh Amalia Alaydrus yang telah sabar membantu penulis untuk mengerjakan skripsi serta abang-abang dan teteh-teteh yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 11. Abang Ibrahim Hanif yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan penuh kasih sayang serta selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebahagian dan keberkahan selalu untuk kita. 12. My Boclays terima kasih untuk kebersamaannya setiap hari selama 4 tahun ini. Syarifah Lubna Asseggaf, Asisah, Ratih Eka Susilawati, Ilma Hasanah dan Nur Hikmah. 13. Adik-adik sepupu di rumah, Arief, Syifa, Vinka, Ryan, Risa, Rani, Fauzan, Fikri, Faisal, Reyhan, Ike yang selalu menemani dan menghibur penulis ketika mengerjakan skripsi 14. Teman-teman seperjuangan khususnya untuk angkatan 2010 di Kesejahteraan Sosial yang Best of The Best yang selalu kompak dalam hal apapun. iv 15. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang membantu, mendoakan serta mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Peneliti banyak mengucapkan terima kasih. Jakarta, Agustus 2014 Epida Sari v DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................................1 B. Pembatasan Masalah .....................................................................................5 C. Perumusan Masalah ......................................................................................6 D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................6 E. Manfaat Penelitian ........................................................................................6 1. Manfaat Akademik..................................................................................6 2. Manfaat Praktis .......................................................................................7 F. Metodologi Penelitian ...................................................................................7 1. Pendekatan Penelitian ............................................................................7 2. Sumber Data............................................................................................8 3. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................8 4. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................9 5. Teknik Analisis Data.............................................................................11 6. Teknik Keabsahan Data ........................................................................12 7. Pedoman penulisan Skripsi ...................................................................12 8. Teknik Pemilihan Informan ..................................................................13 G. Tinjauan Pustaka........................................................................................14 vi H. Sistematika Penulisan ..............................................................................16 BAB II KAJIAN TEORI A. Hak Anak ....................................................................................................18 1. Pengertian Anak ....................................................................................18 2. Pengertian Hak Anak ............................................................................19 3. Regulasi Hak Anak .............................................................................. 20 a. Sistem Hukum Indonesia ................................................................20 b. Hukum yang Mengatur Tentang Hak Anak ....................................21 B. Pelayanan Sosial..........................................................................................24 1. Definisi dan Makna Kesejahteraan sosial .............................................24 2. Masalah Kesejahteraan Sosial ..............................................................27 3. Metode Perubahan Sosial Terencana (Metode Intervensi Sosial).........31 a. Perubahan sosial terencana di level mikro (individu, keluarga, dan kelompok kecil) .......................................31 b. Perubahan sosial terencana di level makro (komunitas dan organisasi) .............................................................32 4. Definisi Pelayanan Sosial......................................................................33 5. Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan........................35 6. Pelayanan Sosial Luar Panti .................................................................35 a) Definisi Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti ....................35 b) Tujuan Pelayanan Sosial Luar Panti ...............................................36 c) Sistem Pelayanan Sosial..................................................................36 1) Sistem Dasar Pelayanan ............................................................36 vii 2) Metode Pelayanan .....................................................................37 3) Bentuk Pelayanan......................................................................38 (a) Pelayanan kelembagaan ......................................................38 (b) Pelayanan masyarakat .........................................................39 7. Program Pelayanan Pendidikan.............................................................40 a. Pengertian Pendidikan.....................................................................40 b. Satuan Pendidikan ..........................................................................40 c. Bentuk Pendidikan Nonformal........................................................41 8. Program Pelayanan Kesehatan..............................................................43 BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang .........................44 B. Visi dan Misi Yayasan Tunas Mulia...........................................................46 1. Visi Yayasan Tunas Mulia ....................................................................46 2. Misi Yayasan Tunas Mulia ...................................................................46 C. Tujuan Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang ............................................47 1. Tujuan Umum .......................................................................................47 2. Tujuan Khusus ......................................................................................47 D. Sasaran Penerima Layanan .........................................................................48 E. Fasilitas Sarana Prasarana dan Sumber Dana Manusia yang dimiliki Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang.........................................................48 1. Sarana dan Prasarana.............................................................................48 2. Sumber Pendanaan Yayasan Tunas Mulia............................................51 F. Susunan Pengurus Yayasan.........................................................................53 G. Program Pelayanan Sosialdi Yayasan Tunas Mulia....................................54 1. Program Pelayanan Pendidikan.............................................................54 viii a. Pelayanan pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Paket A (Setara SD), dan Paket B (Setara SMP) ............................54 b. Pelayanan pendidikan kesenian dan keterampilan .........................55 2. Program Pelayanan Kesehatan..............................................................56 a. Pengobatan Gratis ...........................................................................56 b. Pendampingan Pasien......................................................................56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISATENTANG PELAYANAN YAYASAN TUNAS MULIA TERHADAP ANAK-ANAK PEMULUNG 1. Program Pelayanan Pendidikan...................................................................57 a. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), PAKET A (Setara Sekolah Dasar), PAKET B (Setara Sekolah Menengah Pertama): .......59 1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ..............................................59 2) PAKET A (Setara Sekolah Dasar) ..................................................60 3) PAKET B (Setara SMP) .................................................................61 b. Pelayanan Pendidikan Kesenian dan Keterampilan .............................63 1) Pelayanan Kesenian ........................................................................63 2) Pelayanan Keterampilan .................................................................64 2. Program Pelayanan Kesehatan Yayasan Tunas Mulia................................65 a. Pengobatan Gratis .................................................................................65 b. Pendampingan Pasien............................................................................66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................68 1. Jenis Pelayanan Pendidikan di Yayasan Tunas Mulia: .........................68 2. Pelayanan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia ....................................68 ix B. Saran............................................................................................................69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan dari sutu kegiatan pembangunan. Misalnya, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. 1 Dalam konteks tujuan pembangunan hal yang paling penting adalah mempersiapkan generasi penerus bangsa yaitu anak-anak Indonesia agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam melakukan pembangunan sosial di Indonesia. Dalam Undang-Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak sudah jelas ”bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan; bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak 1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hal. 3. 2 dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi”.2 Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan sosial pada lingkup anak. Salah satunya yaitu permasalahan anak terlantar. Anak terlantar merupakan salah satu permasalahan sosial anak yang sampai saat ini masih belum bisa terpecahkan. Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi, terlantar di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan.3 Menurut Bagong Suyanto, meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak-hak anaknya sangat terbatas.4 Seperti halnya anak pemulung termasuk kedalam kategori anak terlantar,di mana hak mereka ini tidak dapat terpenuhi yaitu; hak akan pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan dan juga kesehatan. Anak pemulung sering kali kita jumpai di sekitar tempat pembuangan akhir sampah di mana tempat orang tua mereka mengais rezeki, seperti di Tempat 2 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 3 4 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana 2010), h. 213 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana 2010), h. 214. 3 Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang tepatnya di Kelurahan Sumur Batu. Luas desa sumur batu ± 568.955 ha, sekitar 318 ha dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan sisanya dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana pendidikan serta TPA Pemda DKI seluas 27 ha dan Kota Bekasi seluas 18 ha.5 Keberadaan lokasi TPA Bantar Gebang membawa dampak tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Para pemulung yang datang dari luar daerah untuk mengais rejeki, penduduk pribumi pun pada akhirnya ikut mengumpulkan sampah-sampah plastik yang laku dijual sebagai bahan mata pencaharian untuk menopang kebutuhan hidup keluarga sehari – hari, sekitar ± 415 orang di Kelurahan Sumur Batu yang menjadi pemulung. Para pemulung di wilayah Kelurahan Sumur Batu menempati rumahrumah kumuh tepat di bawah tumpukan sampah, mereka mengais sampah demi kelangsungan hidup keluarganya. Penghasilan yang diperoleh sangatlah minim yaitu sekitar Rp.30.000-Rp.40.000 per hari. 6 Dari penghasilan tersebut bagaimana bisa seorang pemulung memenuhi kebutuhan pendidikan untuk anak-anak mereka. Uang tersebut hanya bisa digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari, terlebih untuk kesehatan, anak-anak pemulung ini tidak bisa bebas dari tempat yang tidak bersih tersebut mereka harus menghirup udara tidak segar, mandi menggunakan air yang bau dan kotor karena sudah tercemar oleh sampah. Sesungguhnya pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan anak di masa mendatang, pemerintah pun telah menargetkan 5 6 Dokumen Kelurahan Sumur Batu, Program Selayang Pandang Kel. Sumur Batu, 2012. Wawancara Pribadi dengan orang tua Dede, pada tanggal 25 Maret 2014. 4 pembangunan pendidikan di masa ini adalah pendidikan dasar sembilan tahun. Begitupun dalam aspek kesehatan, tentunya anak-anak pemulung harus mendapat kan pelayanan kesehatan yang baik sehingga mampu mengikuti pendidikan untuk dirinya. Namun pada kenyataannya kondisi mereka sangat memprihatinkan, mereka tidak bisa merasakan indahnya pendidikan dan juga nikmatnya lingkungan yang sehat. Mereka hanya bisa pasrah merasakan pahitnya kenyataan akan ketidakterpenuhinya hak-hak mereka sebagai anak khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Terkait dengan permasalahan ini hal yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak pemulung adalah melalui program pendidikan dan kesehatan. Program tersebut merupakan bentuk pemenuhan hak-hak anak pemulung oleh Yayasan Tunas Mulia. Usaha pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan ini pun tentunya sudah banyak di bentuk oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik dalam kategori milik pemerintah maupun non pemerintah. Salah satu lembaga non pemerintah yang bergerak dalam program pemenuhan hak anak pemulung adalah Yayasan Tunas Mulia. Yayasan ini terletak di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Jalan Pangkalan 2 RT. 002/ RW. 04, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Yayasan Tunas Mulia menyediakan pelayanan pendidikan gratis, beasiswa untuk anak pemulung yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih 5 tinggi, sanggar kreatifitas anak pemulung, pengobatan kesehatan gratis, serta program pendampingan pasien. Yayasan ini diperuntukan bagi anak pemulung di sekitar kompleks tempat pembuangan akhir Bantar Gebang, Peneliti tertarik pada program pendidikan dan kesehatan untuk anak pemulung karena letak yayasan ini sangat tepat dengan keberadaan anak pemulung yaitu di TPA Bantar Gebang, di mana orang tua mereka yaitu pemulung tidak bisa memenuhi kebutuhan pendidikan dan juga memfasilitasi kesehatan anak-anak mereka karena keterbatasan ekonomi, maka dengan adanya yayasan tunas mulia sudah pasti sangat membantu para pemulung untuk memenuhi hakhak anak mereka dan tentunya akan memberikan kebaikan kepada anak- anak pemulung di masa depan. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana pemenuhan hak-hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia di Kelurahan Sumur Batu TPA Bantar Gebang, Bekasi. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul “Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.” B. Pembatasan Masalah Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang peneliti teliti, agar lebih terfokus dan efektif dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah yang terkait dengan penelitian. Peneliti membatasi penelitian 6 ini hanya pada pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar lebih terarah maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia? D. Tujuan Penelitian Dengan mengacu kepada permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin peneliti capai yaitu untuk mengetahui pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik a. Dapat dijadikan informasi dalam pengembangan mutu pembelajaran kesejahteraan sosial (Kessos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Diharapkan dapat bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial dalam dimensi usaha kesejahteraan sosial yaitu pemberian pelayanan sosial khususnya kepada anak pemulung. 7 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengurus lembaga Yayasan Tunas Mulia agar tetap Istiqomah karena keberadaan program pelayanan sosial untuk anak pemulung ini dapat membantu menyelesaikan permasalahan anak pemulung. b. Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca, mengenai pelayanan sosial yang di berikan oleh Yayasan Tunas Mulia kepada Anak Pemulung di Bantar Gebang. F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Karena penelitiannya merupakan studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek lingkungan alamiahnya. Peneliti menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna daripadanya. Peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang kompleks dan menyeluruh dengan deskripsi detail dari pandangan para informan.7 Sedangkan menurut Lexy J. Moleong pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Penggunaan pendekatan kualitatif ini yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata 7 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h. 39-44. 8 tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati8 Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang program pendidikan dan kesehatan untuk anak pemulung yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia. 2. Sumber Data Data primer adalah data pokok yang mendukung penelitian dimana data diperoleh secara langsung dari subjek penelitian yaitu anak-anak didik (anak pemulung) dan juga yayasan tunas mulia seperti pengurus yayasan, dan juga para pengajar yayasan.9 Sedangkan data sekunder peneliti adalah para informan yaitu orang- orang selain dari subjek penelitian seperti misalnya ayah dan ibu pemulung atau warga sekitar yayasan. Kemudian sumber data sekunder juga berupa data-data atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari lembaga, dan referensi, serta berbagai sumber buku dari perpustakaan. 3. Waktu dan Lokasi Penelitian Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 12 Mei 2014 sampai dengan 05 Juli 2014. Adapun lokasi yang dijadikan objek penelitian yaitu Yayasan Tunas Mulia, yang beralamat lengkap di Jalan Pangkalan 2 RT. 002/ RW. 04, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Jawa Barat. 8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998), Cet, Ke-15, h. 3. 9 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h.157. 9 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan: a. Observasi atau pengamatan, merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.10 Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke tempat penelitian yaitu di Jalan Pangkalan Dua Kelurahan Sumur Batu Kompleks Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang, peneliti juga mengamati proses program pendidikan dan kesehatan untuk anak pemulung yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia. b. Wawancara, merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas 10 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h. 165. 10 waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang11. Peneliti melakukan wawancara kepada subjek penelitian yaitu anak-anak didik sekolah alam yang dimana anak-anak didiknya adalah anak-anak pemulung, ketua yayasan tersebut, juga para pengajar yayasan tersebut serta unsur yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin digali. c. Wawancara Kelompok Wawaancara kelompok adalah suatu percakapan kelompok dengan suatu tujuan. Peneliti kualitatif menyatukan suatu kelompok orang untuk menemukan apa yang mereka pikirkan, rasakan, atau tahu mengnai fokus penyelidikan dari peneliti. Wawancara kelompok bisa menjadi suatu cara yang efisien dalam membantu peneliti untuk berfokus pada aspek yang lebih menonjol dari fenomena yang sedang dipelajari.12 Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara kelompok sebagai metode pengumpulan data karena agar lebih mudah dalam mengumpulkan data dan dengan memikirkan keterbatan waktu yang d. Dokumentasi Studi Dokumentasi- catatan tertulis yang didapat dari lokasi penelitian.13 Dokumen sendiri dapat dipahami sebagai setiap catatan 11 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 176. 12 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 192-193 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Jakarta (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 1993), h. 234. 11 tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian.14 Dalam studi dokumentasi ini peneliti mencari catatan tertulis mengenai hal-hal atau variable yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti di lokasi penelitian. 5. Teknik Analisis Data Secara umum dinyatakan bahwa analisis data merupakan suatu pencarian pola-pola dalam data perilaku yang muncul, objek-objek, terkait dengan fokus penelitian. Suatu pola diidentifikasi dan diinterpretasi ke dalam istilah-istilah teori sosial atau latar, di mana teori sosial itu terjadi. Peneliti kualitatif pindah dari deskripsi peristiwa historis atau latar sosial ke interpretasi maknanya yang lebih umum. Analisis data mencakup, menguji, menyeleksi, menyortir, mengategorikan, mengevaluasi, membandingkan, menyintesiskan, dan merenungkan data yang telah direkam, juga meninjau kembali data mentah dan terekam.15 Adapun proses dari analisis data menurut Seiddel (1998) sebagai berikut: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan memilih dan memilah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. 14 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 199. 15 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 246. 12 3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.16 Berdasarkan hal tersebut maka metode analisis data yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menyajikan, baru kemudian menganalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut. 6. Teknik Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi sumber yaitu cara mengecek kembali data yang telah diperoleh pada sumber yang sama dalam waktu yang berbeda, atau di cek dengan sumber yang berbeda.17 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan ketua Yayasan Yayasan Tunas Mulia, Bantar Gebang pada saat hari pertama penelitian kemudian data tersebut peneliti cek kembali pada penelitian berikutnya dengan cara mewawancarai kembali ketua yayasan tersebut dan juga mewawancarai sumber yang lain yaitu para tenaga pengajar dan anak didik (anak pemulung) yang ada di Yayasan Tunas Mulia, Bantar Gebang. 7. Pedoman penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007. 16 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 248. 17 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h. 318. 13 8. Teknik Pemilihan Informan Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purvosive sampling yaitu penentuan sampel penelitian tidak secara random karena dianggap tidak penting. Oleh karena itu, sampel ditentukan secara purposive (sengaja) sehingga sampel penelitian tidak perlu mewakili populasi. Adapun pertimbangan sampel purposive lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin kepada peneliti. Dengan kata lain informan yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orangorang yang dapat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian18. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkannya pada tabel berikut: Tabel 1. Data Informan Penelitian No. Informan 1. Pengurus Yayasan Mulia Informasi yang dicari Jumlah Gambaran tentang Yayasan 3 Tunas Tunas Mulia mendetail, secara program pelayanan pendidikan dan kesehatan yang disediakan oleh yayasan. 2. Orang Tua Anak Gambaran 18 yang diketahui 3 M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 89. 14 Pemulung tentang Yayasan Tunas Mulia, program pelayanan pendidikan yang dan kesehatan disediakan oleh yayasan serta kualitasnya 3. Anak- anak didik Program pelayanan 15 pendidikan yang dan kesehatan disediakan oleh yayasan serta kualitasnya G. Tinjauan Pustaka Dalam kajian ini, peneliti memuat penelitian yang sudah ada, dengan membandingkan judul yang akan diteliti yaitu, “Upaya Pemenuhan Hak-hak Anak Pemulung melalui Program Pelayanan Sosial oleh Yayasan Tunas Mulia di Kel. Sumur Batu, Kompleks Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang, Bekasi” Adapun beberapa kajian pelaksanaan program yang pernah diteliti diantaranya ialah skripsi yang berjudul “Pelayanan Sosial bagi Gelandangan dan Pengemis di Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi.” yang disusun oleh Muhammad Akmal Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 1430H/2009M. Dalam penelitian tersebut peneliti melihat bahwa pembahasannya lebih terfokus kepada bagaimana tahapan pelayanan sosial, jenis pelayanan sosial terhadap gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh panti 15 dan bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemberian pelayanan sosial. Kemudian tinjauan pada skiripsi yang berjudul “Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti sebagai Wujud Perlindungan Hak Anak (Studi Kasus di Social Development Center for Street Children, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur)”, yang disusun oleh Ipul Suharma Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1430H/2009M. Dalam penelitian tersebut peneliti melihat bahwa pembahasan lebih terfokus kepada tahapan pelayanan sosial yang di berikan kepada anak jalanan dan juga jenis pelayanan sosial untuk anak jalanan di Social Development Center for Street Children, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Dari penelitian tersebut peneliti menilai penelitian tersebut memiliki fokus yang berbeda walaupun sama-sama membahas tentang pelayanan sosial. Dari dua penelitian tersebut masing-masing memiliki fokus pelayanan yang berbeda yaitu pelayanan untuk gelandangan dan pengemis dan juga pelayanan untuk anak jalanan. Sedangkan peneliti lebih fokus kepada pelayanan untuk anak pemulung. Dengan demikian penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang peneliti kaji. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap perkembangan ilmu kesejahteraan sosial. 16 H. Sistematika Penulisan Sitematika penulisan skripisi ini adalah sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan; memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi peneltian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II: Kajian Teori; Hak Anak memuat di dalamnya: Pengertian Hak, Macam-macam Hak, Pengertian Anak, Pengertian Hak Anak, Regulasi Hak Anak memuat di dalamnya; Sistem Hukum di Indonesia dan Hukum yang Mengatur Hak Anak. Pelayanan Sosial memuat di dalamnya Definisi dan Makna Kesejahteraan Sosial, Masalah Kesejahteraan Sosial, Metode Perubahan Sosial Terencana, Definisi Pelayanan Sosial, Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan, Pelayanan Sosial Luar Panti, Sistem Pelayanan Sosial, Program Pelayanan Pendidikan dan Program Pelayanan Kesehatan. BAB III: Gambaran Umum Lembaga; Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang Bekasi. Menguraikan tentang Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi Yayasan, Tujuan Yayasan, Sasaran Penerima Layanan, Sarana dan Prasarana, Struktur Organisasi, Sumber Pendanaan Lembaga, Susunan Pengurus Lembaga, , Program Pelayanan Sosial di Yayasan. BAB IV:Temuan dan Analisis data; Program Pelayanan Pendidikan memuat di dalamnya Pelayanan PAUD, Kejar Paket A, Kejar Paket B serta Beasiswa unruk SMK dan Kuliah. Program Pelayanan Kesehatan memuat di dalamnya Pengobatan Kesehatan Gratis dan Pendampingan Pasien. 17 BAB V: Penutup; yang memuat Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 18 BAB II KAJIAN TEORI A. Hak Anak 1. Pengertian Anak Berdasarkan UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”19 Sedangkan menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang berarti makna anak (pengertian tentang anak) yaitu “seseorang yang harus memperoleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rahasia, jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial. Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesuadah ia dilahirkan”. 20 Dalam pengertian khusus menurut ajaran islam, anak adalah generasi penerus untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan mewarisi kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan. Karena itu, 19 Republik Indonesia, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 20 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. 19 anak perlu dirawat dan dididik di dalam keluarga dengan sebaik-baiknya, agar ia berguna bagi agama, bangsa dan negara. Dalam ajaran agama islam, sebagaimana disebutkan dalam ayat- ayat Al-Quran dan Sunnah Rasul serta pendapat para ulama, anak menempati posisi yang sangat mulia, sejak masa pembuahan, pembentukan embrio, perkembangan janin, hingga ia menjadi manusia dewasa sebagai khalifah di muka bumi. Pemenuhan hak untuk hidup dan perlindungan keselamatan, kesehatan, disayangi dan dikasihi harus didapatkan oleh setiap anak. Hak anak merupakan kewajiban yang harus di penuhi oleh orang tua, masyarakat, dan negara untuk diberikan kepada setiap anak yg terlahir di dunia ini.21 2. Pengertian Hak Anak Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungaan Anak Bab 1 Pasal 1 ayat 12 bahwa “Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.”22 Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum sejak anak dalam kandungan. 21 Maria Ulfah dan Abdullah Ghalib, Parenting With Love. Panduan Islami Mendidik Anak Penuh Cinta, (Bandung: Pt. Mizan Pustaka, 2010), h. 17 22 Republik Indonesia, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 20 3. Regulasi Hak Anak a. Sistem Hukum Indonesia Dalam Undang- undang Dasar 1945 Bab XA telah dijelaskan secara umum tentang hak asasi manusia yang didalamnya terdapat hak anak, beberapa pasal yang berkaitan dengan hak anak adalah sebagai berikut Pasal 28A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Pasal 28B: “(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 28C: “(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya”. Dari uraian tersebut sudah terlihat bahwa Indonesia telah memiliki dasar hukum yang kuat tentang permasalahan hak asasi manusia khususnya hak- hak anak. 21 b. Hukum yang Mengatur Tentang Hak Anak Sejak ditetapkannya Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada tanggal 22 Oktober 2002, perlindungan anak Indonesia telah memiliki landasan hukum yang lebih kokoh. Hak anak relatif lebih lengkap dan cukup banyak dicantumkan dalam UndangUndang Perlindungan Anak. Pasal-pasal yang berkaitan dengan hak-hak anak antara lain, yaitu: Pasal 4: “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 5: “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”. Pasal 6: “Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua”. Pasal 8: “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial”. Pasal 9: “(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. (2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, 22 sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus”. Pasal 10: “Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilainilai kesusilaan dan kepatutan”. Pasal 53: “(1) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yangbertempat tinggal di daerah terpencil. (2) Pertanggungjawaban pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk pula mendorong masyarakat untuk berperan aktif”. Dalam Konvensi Hak- hak anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989, telah dituliskan beberapa hal tentang hak- hak anak yang harus diwujudkan. Salah satunya yaitu pada pasal 24 ayat 1 “Negara- Negara peserta mengakui hak anak untuk menikmati status kesehatan tertinggi yang dapat dicapai dan untuk memperoleh sarana- sarana perawatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Negara- negara peserta akan berusaha untuk menjamin bahwa tak seorang anak pun yang dirampas haknya untuk memperoleh pelayanan perawatan kesehatan seperti itu. Kemudian dalam pasal 27 ayat 1“Negara- negara peserta mengakui hak setiap anak atas taraf hidup yang layak bagi pengembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak”. Serta dalam pasal 28 ayat 1 23 Negara- negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama mereka akan khususnya: (a) Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan tersedia secara cumacuma untuk semua; (b) Mendorong pengembangan bentuk- bentuk yang berbeda dari pendidikan menengah, termasuk pendidikan umum dan kejuruan, menyediakannya untuk setiap anak dan mengambil langkah- langkah yang tepat seperti memperkenalkan pendidikan cuma- cuma dan menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan; (c) Membuat pendidikan yang lebih tinggi tersedia bagi semua berdasarkan kemampuan dengan semua cara yang layak; (d) Membuat informasi dan bimbingan pendidikan dan kejuruan tersedia untuk semua anak dan bisa diperoleh oleh semua anak; (e) Mengambil langkah- langkah untuk mendorong kehadiran teratur di sekolah dan pengurangan angka putus sekolah23. Melihat beberapa pasal diatas peneliti menyimpulkan bahwa anak Indonesia berhak mendapat pelayanan perawatan kesehatan yang baik. Kemudian anak juga berhak atas penghidupan yang layak demi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Serta berhak untuk mendapat pendidikan yang layak. 23 Republik Indonesia, Konvensi Hak- hak Anakyang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989, Pasal 24 ayat 1, Pasal 27 ayat 1, Pasal 28 ayat 1. 24 B. Pelayanan Sosial 1. Definisi dan Makna Kesejahteraan sosial Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang memiliki ciri aman, sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan). Dengan demikian, kesejahteraan sosial, merupakan keadaan masyarakat yang sejahtera. Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB), misalnya telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat Internasional. PBB memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatankegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga- lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat. Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini 25 menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu kegiatan pembangunan. Pengertian kesejahteraan sosial juga merujuk pada segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung baik yang bersifat formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial. Kesejahteraan merupakan cita- cita sosial yang tidak hanya diangankan untuk dimiliki, tetapi juga harus diusahakan. Tanpa usaha dan kerjasama di antara berbagai macam pihak, kesejahteraan sosial hanyalah fatamorgana. Sebagian pakar menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang digambarkan dalam al- Qur’an tercermin dari surga yang dihuni oleh Adam dan istrinya, sesaat sebelum turunnya mereka menjalankan tugas kekhalifahan mereka di muka bumi. Keadaan Adam dan istrinya di surga merupakan bayang- bayang impian manusia akan kehidupan yang nyaman, tercukupinya pangan, sandang, dan papan, dalam artian tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan. Tercukupinya kebutuhan Adam selama di surga merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.24 Berikut disampaikan kutipan mengenai definisi kesejahteraan: i. The University of Virginia Library’s Electronic Tex Centre 2003 explains that the usual formalism of social welfare derived from economic theory, viz. The preferences or tastes or value’s which may be expressed by the government to meet the basic needs of the people. The theory of social welfare is the interaction of the preferences of desires of the decisionmaker in the elite group with the range of the alternative decisions actually available as opportunity set. The latter may vary from time to time because of changes in the wealth of the community. 24 Misbahul Ulum, dkk., Model- model Kesejahteraan Sosial Islam; Perspektif Normatif Filosofis dan Praktis, (Yogyakarta: Pt. LKiS Pelangi Aksara, 2007), h. 33-35 26 ii. UU No 11/2009 tentang kesejahteraan sosial mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun pemahaman kesejahteraan sosial secara operasional adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial dan perlindungan sosial. Pengertian kesejahteraan sosial tersebut baik menurut The University of Virginia maupun menurut UU N0 11/2009 pada dasarnya memiliki kesamaan konsep dalam menekankan pentingnya ekonomi. Implementasi kesejahteraan sosial mengacu pada konsep ekonomi, yaitu teori preferensi dan selera untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Karena itu teori kesejahteraan adalah interaksi dan preferensi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyrakat. Secara esensi, program kesejahteraan sosial diajukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam tiga dimensi yaitu material, spiritual dan sosial. Teori kesejahteraan adalah konsep kebutuhan dasar bagi masyarakat yang membutuhkannya agar dapat melaksanakan kembali fungsi-fungsi sosialnya.25 Dengan demikian kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup dalam beberapa 25 Bambang Purwoko, Sistem Proteksi Sosial dalam Dimensi Ekonomi, (Jakarta: Oxford Graventa Indonesia, 2011), h. 5-7. 27 aspek yaitu material, spiritual dan sosial agar dapat hidup layak dan memungkinkan untuk berfungsi secara sosial. 2. Masalah Kesejahteraan Sosial Terkait dengan konsep kesejahteraan sosial, belum tentu apa yang warga masyarakat lakukan untuk mewujudkan kondisi sejahtera itu bisa terwujud dengan sempurna. Tidak terwujudnya kondisi sejahtera akan menimbulkan masalah- masalah sosial di masyarakat. Menurut Earl Rubington dan Martin S. Weinberg (1989) masalah sosial adalah suatu kondisi yang dinyatakan tidak sesuai dengan nilai- nilai yang dianut oleh sebagian warga, yang sepakat bahwa suatu kegiatan bersama diperlukan untuk mengubah kondisi itu. Masalah sosial bersifat kompleks: salah satu ciri masalah sosial adalah sifatnya yang kompleks, tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Masalah sosial tidak pernah muncul melaikan dilatarbelakangi oleh penyebab yang kompleks dan rumit. Menurut D. M. Jensen (1947) berdasar atas penyebab timbulnya masalah, masalah dapat dikelompokan dalam empat kelompok yaitu: (1) masalah sosial yang bersumber fisik (penyakit fisik dan cacat), (2) masalah sosial bersumber mental (gangguan jiwa dan keterbatasan mental), (3) masalah sosial bersumber ekonomi (kemiskinan dan pengangguran), (4) masalah sosial bersumber budaya (masalah kesejahteraan anak, gelandangan, jompo, kejahatan dan kecanduan minuman keras).26 26 Universitas Terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Materi PokokMasalahmasalah Sosial (Suatu Pendekatan Analisis Sosiologi), (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 1012 28 Terkait dengan masalah sosial, salah satu masalah sosial yang cukup kompleks yaitu masalah kesejahteraan anak, begitu banyak masalah tentang kesejahteraan anak salah satunya yaitu masalah anak terlantar. Dalam UU RI No. 23 Tahun 2009 ayat (6) anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Berdasarkan pendekatan kebutuhan minimum baik kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial ditetapkan kriteria untuk menentukan derajat ketelantaran anak. Ciri- ciri yang menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah: a. Mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yatim piatu. b. Anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkan. c. Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung diperlakukan salah. d. Meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak-hak anaknya sangat terbatas. 29 e. Anak yang berasal dari keluarga broken home, karena korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup ditengah kondisi keluarga yang bermasalah, pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat narkotika dan sebagainya.27 Bentuk nyata dari salah satu ciri di atas adalah anak dari keluarga pemulung atau yang sering disebut Anak Pemulung. Anak pemulung termasuk kedalam ciri-ciri anak dari keluarga miskin atau keterbatasan ekonomi dimana hak anak pemulung ini tidak dapat terpenuhi yaitu hak akan pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan dan juga kesehatan. Menurut Twikromo, yang dimaksud dengan pemulung adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas. Terkait dengan ruang lingkup pembahasan pemulung, pada dasarnya terdapat dua kategori pemulung yaitu pemulung jalanan dan pemulung menetap. Twikromo mendefinisikan pemulung adalah pemulung yang hidup di jalanan atau dideskripsikan oleh pemerintah sebagai gelandangan atau pemulung liar. Sedangkan pemulung menetap yaitu pemulung yang menyewa sebuah rumah secara bersama-sama di suatu tempat tertentu, pemulung tinggal di rumah permanen atau semi permanen yang berlokasi di tempat pembuangan akhir atau sekitarnya atau kampung yang memiliki mata pencaharian sebagai pemulung.28 Dalam berbagai kondisi, pemulung seringkali mengalami berbagai tekanan maupun kondisi yang berat dalam berbagai situasi kota. Dalam 27 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana 2010), h. 213-214. Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h. 74-75 28 30 beratnya tekanan situasi kota, pemulung berjuang untuk bertahan hidup dalam ruang terbatas yang disediakan oleh masyarakat kota. Mereka merupakan kaum marginal yang berjuang secara terus menerus tidak hanya menghadapi tekanan- tekanan ekonomi tetapi juga tekanan- tekanan sosial dan budaya. Mereka harus berjuang menahan rasa lapar, dinginnya malam, sampah yang kotor dan berbau tidak sedap, sakit tanpa pengobatan yang wajar, tidur tanpa rumah, hidup tanpa standar yang pasti, hidup tanpa lindungan hukum yang sepantasnya. Selain mereka juga berjuang melawan rasa malu, rasa takut, rasa khawatir, terhadap ancaman rasa tidak ada harapan, dan rasa kurang dihargai martabatnya karena mereka tidak menjadi bagian dari masyarakat kota atau mereka benar- benar dikucilkan dari sistem masyarakat kota.29 Hal ini terutama dialami oleh pemulung jalanan. Sedangkan untuk pemulung menetap, pada umumnya mereka memiliki kehidupan yang lebih teratur. Pada umumnya mereka merupakan orang- orang pendatang dalam rangka mencari pekerjaan dan tinggal pada suatu daerah terkonsentrasi dengan pemulung yang lain baik sewa sendiri maupun tempat yang telah disediakan oleh pemilik lapak. Walupun kehidupan mereka sudah lebih teratur, pada realitanya seringkali mereka tidak memiliki hak terhadap jaminan pelayanan, seperti jaminan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pelayanan maupun pelayanan pendidikan. 30 Realita yang terjadi tentang tempat tinggal pemulung di TPA yaitu pemulung di TPA Bantar Gebang Bekasi, pemulung tinggal tepat di 29 Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h. 160 30 Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h. 195 31 bawah sumber penghidupan mereka yaitu sampah. Pemulung- pemulung ini merupakan orang- orang pendatang yang ingin mengadu nasib mencari pekerjaan, namun dengan keberadaan mereka sebagai pendatang membuat mereka termasuk kedalam golongan penduduk yang tidak resmi status kependudukannya. Sehingga mereka tidak mendapatkan hak terhadap jaminan pelayanan, seperti jaminan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, maupun pelayanan pendidikan. Tentunya keadaan inilah yang membuat kondisi anakanak pemulung juga tidak memiliki hak akan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, dan juga pelayanan pendidikan. Sungguh sangat memprihatinkan kondisi anak- anak pemulung ini selain karena status kependudukannya yang membuat mereka tidak bisa memiliki hak atas berbagai pelayanan tetapi juga karena kondisi orang tua mereka sebagai pemulung yang tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi hak-hak anak mereka. 3. Metode Perubahan Sosial Terencana (Metode Intervensi Sosial) Metode perubahan sosial terencana (Metode Intervensi Sosial) dalam ilmu kesejahteraan sosial pada dasarnya dapat dikelompokkan antara lain berdasarkan level intervensinya. Level intervensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: a. Perubahan sosial terencana di level mikro (individu, keluarga, dan kelompok kecil) Metode perubahan sosial terencana pada individu, keluarga, dan kelompok kecil dikenal juga sebagai metode intervensi sosial pada level mikro (micro intervention). Sedangkan, metode intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial sendiri, pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk 32 memperbaiki keberfungsian sosial (social functioning) dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini individu, keluarga, dan kelompok kecil.31 Metode intervensi pada level mikro ini lebih memusatkan pada dua metode besar (1) Metode social casework yaitu metode bimbingan sosial perseorangan, (2) Metode social groupwork yaitu metode bimbingan sosial kelompok.32 b. Perubahan sosial terencana di level makro (komunitas dan organisasi). Metode perubahan sosial terencana pada komunitas dan organisasi dikenal juga sebagai metode intervensi sosial pada level makro (macro intervention). Intervensi di tingkat makro ini merupakan bentuk intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial yang digunakan guna melakukan perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi.33 Praktek pada level makro itu sendiri pada dasarnya terdiri dari beberapa model intervensi antara lain yang dikemukakan oleh Glen (1993) yang mengacu pada model intervensi: community development (pengembangan masyarakat), community action (aksi komunitas), dan community service approach (pendekatan layanan masyarakat). Sedangkan menurut Rothman (1995) model intervensi komunitas terdiri dari: locality development (pengembangan komunitas lokal), social 31 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan), (Depok: FISIP UI Press, 2005), h. 165 32 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 35 33 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 31 33 action (aksi sosial), dan social planning/ policy (perencanaan sosial dan kebijakan sosial).34 Model intervensi yang berkaitan dengan masalah sosial anak pemulung yaitu metode Perencanaan Sosial. Salah satu aspek dalam Perencanaan Sosial adalah mengenain Perencanaan Pelayanan Sosial. Walaupun perencanaan pelayanan sosial mungkin merupakan interpretasi perencanaan sosial yang amat terbatas, namun perencanaan pelayanan sosial sangatlah penting dan sering menyita sebagian besar pemikiran dan waktu perencanaan-perencanaan sosial. 4. Definisi Pelayanan Sosial Dalam ilmu kesejahteraan sosial pelayanan sosial didefinisikan sebagai usaha, aktifitas, dan kegiatan. Pelayanan sosial adalah usaha pemberian bantuan atau penolongan kepada orang lain, baik materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri.35 The Social Work Dictionary (1999), menyebutkan sebagai berikut: “Pelayanan Sosial merupakan aktifitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat”.36 34 Isbandi Rukminto Adi, Perencanaan Parsipatoris Berbasis Aset Komunitas (Dari Pemikiran Menuju Penerapan), (Depok: FISIP UI Press, 2007), h. 6-7 35 Departemen Sosial R.I. Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:1997), h. 179. 36 Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dan Pelayanan Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial, (Jakarta: 1997), h. 119. 34 Brenda Dubois dan Karl Korgsurd Miley menyebut pelayanan sosial sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian sosial atau untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga.37 Sedangkan menurut Alfed J. Khan menyebutkan pelayanan sosial sebagai pelayanan oleh lembaga kesejahteraan sosial dan terbagi dalam dua golongan yaitu pekerjaan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan identitasnya dan pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup dan batas-batas kewenangannya walaupun selalu mengalami perubahan.38 Istilah pelayanan sosial mempunyai dua macam kompenen yaitu sosial dan ekonomi. Istilah tersebut pada umumnya digunakan untuk menyatakan adanya beraneka ragam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah seluruhnya atau sebagian dengan tujuan pokok meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tujuan pokok ini lebih ditekankan pada tujuan yang secara langsung berujud sumbangan nyata terhadap hasil produksi atau membawa secara langsung adanya keuntungan finansial. Bentuk- bentuk pelayanan semacam itu seringkali meliputi kategori pelayanan seperti: kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan, sanitasi, dan pengadaan air bersih, serta berbagai pelayanan rekreasi. Sedang bentuk pelayanan lain seperti listrik, transportasi dan komunikasi, mempunyai implikasi sosial tetapi biasanya tidak dipandang sebagai pelayanan sosial utama. 37 Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004, h. 201. 38 Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004, h. 201. 35 5. Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan Penelaahan mengenai metode pengadaan pelayanan sosial dengan biaya rendah akan menghadapkan kita pada pertanyaan yang lebih luas mengenai bentuk-bentuk pelayanan sosial macam apa yang cocok bagi negaranegara Dunia Ketiga. Pernah diasumsikan bahwa standar dan metode yang dipakai di negara maju seharusnya ditiru dan dilaksanakan di negara berkembang. Sebagai akibatnya, banyak negara Dunia Ketiga yang memilih sistem pendidikan, standar kesehatan, corak rumah serta pendekatan terhadap sarana pelayanan kesejahteraan sosial yang meniri model yang diterapkan di Eropadan Amerika Utara. Namun dewasa ini sudah banyak pemerintah berkembang yang menyadari perlunya diadakan penyesuaian dalam penerapan pelayanan sosial, dengan titik berat pada keadaan dan situasi setempat. Dalam hal ini pemerintah tidak saja mencari cara yang lebih murah, tetapi yang lebih utama yaitu menerapkan bentuk suatu pelayanan yang lebih cocok ditijau dari segi fisik, sosial, serta ekonomi.39 6. Pelayanan Sosial Luar Panti a. Definisi Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti Pelayanan sosial anak terlantar luar panti yaitu sistem pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar berbasis masyarakat yang memberikan perlindungan, bimbingan, dan pembinaan baik fisik, mental, dan sosial, serta keterampilan kepada anak agar dapat hidup, tumbuh kembang, dan berprestasi secara wajar. 39 Diana Conyers, Perencanaan Sosial di Dunia ketiga, suatu pengantar, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal. 70 36 b. Tujuan Pelayanan Sosial Luar Panti 1) Tujuan Umum Terpenuhinya hak dan kebutuhan anak terlantar meliputi; kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi. 2) Tujuan Khusus a) Terpenuhinya kebutuhan dasar anak terlantar mencakup pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keterampilan, perlindungan, persamaan perlakuan, dan mental spiritual. b) Terciptanya rasa aman dan peluang berpartisipasi dalam proses pelayanan sosial dan kehidupan masyarakat c. Sistem Pelayanan Sosial 1) Sistem Dasar Pelayanan Sistem pelayanan sosial anak terlantar luar panti mendasarkan pada praktik pekerjaan sosial. Oleh karena itu intervensi pekerjaan sosial tidak hanya ditujukan kepada klien (anak terlantar) tetapi juga lingkungan keluarga,kelompok, dan masyarakat. Ada empat sistem dasar pemecahan masalah dalam pekerjaan sosial yakni: a) Sistem Klien, terdiri dari anak terlantar dan keluarganya sebagai kelompok yang memanfaatkan pelayanan sosial anak terlantar luar panti. 37 b) Sistem sasaran, terdiri dari keluarga, kelompok dan masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk membantu penanganan anak terlantar. c) Sistem pelaksana perubahan, terdiri dari berbagai unsur yang terlibat dalam upaya pelayanan sosial anak terlantar luar panti. d) Sistem kegiatan, terdiri dari berbagai pihak terkait yang dapat dimanfaatkan dalam proses pelayanan, seperti instansi terkait, dunia usaha, dan suber- sumber lainnya sebagai mitra dalam pelaksanaan pelayanan. 2) Metode Pelayanan Pelayanan sosial anak terlantar luar panti menggunakan metode pekerjaan sosial. Metode yang sesuai dengan kondisi masalah anak terlantar adalah metode bimbingan sosial perorangan (social case work), metode bimbingan sosial kelompok (social group work)dan metode bimbingan pengembangan masyarakat (community development). a) Bimbingan sosial perorangan (social case work), yaitu metode pekerjaan sosial yang merupakan proses bimbingan dan pelayanan yang memberdayakan bersifat individual. kemampuan anak Tujuannya sehingga adalah mampu memecahkan permasalahannya. b) Bimbingan sosial kelompok (social group work), proses bimbingan dan pelayanan sosial yang menggunakan kelompok (kelompok sepermainan/ peer group, kelompok sekolah dan 38 sebagainya) sebagai media untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi anak. c) Bimbingan pengembangan masyarakat (community development) proses bimbingan dan pelayanan sosial yang menekankan pentingnya keterlibatan semua potensi dan sumber yang terdapat di lingkungan masyarakat. Upaya pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat setempat merupakan sasaran dan tujuan utama. Metode ini diharapkan dapat menciptakan jaringan yang harmonis dan berkelanjutan antara masyarakat lokal dengan berbagai sumber yang ada (instansi terkait, dunia usaha, Orsos/LSM/ Yayasan dan sebagainya) dalam upaya memberikan pelayanan sosial kepada anak- anak terlantar di lingkungannya. 3) Bentuk Pelayanan Berdasarkan kategori anak terlantar sebagaimana disebutkan pada kriteria sasaran, ada dua bentuk dalam pelayanan sosial anak terlantar luar panti, yakni: a) Pelayanan kelembagaan: (1) Pelayanan ini dilakukan oleh berbagai kelembagaan yang dimaksud adalah Organisasi Sosial/LSM/Yayasan, perusahaan-perusahaan, dan organisasi- organisasi atau lembaga- lembaga baik yang bersifat pendidikan, kemasyarakatan, dan sebagainya. keagamaan, 39 (2) Jenis pelayanan yang berbasis kelembagaan ini dapat berupa sumber pendanaan bagi anak- anak terlantar, atau pelaksana pelayanan itu sendiri. (3) Berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelayanan untuk anak- anak terlantar dapat mengembangkan jaringan kemitraan dengan lembaga- lembaga untuk memperluas jangkauan pelayanan. b) Pelayanan masyarakat Pelayanan sosial anak terlantar ini dilakukan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM), yang telah tumbuh di masyarakat. Pelayanan sosial ini juga dilakukan oleh berbagai lembaga di luar masyarakat sebagai pendukung dari pelayanan sosial yang dilakukan oleh masyarakat. Di lingkungan masyarakat terdapat berbagai kelompok swadaya masyarakat, kelompok kekerabatan, kelompok keagamaan, arisan, PKK, persatuan warga kompleks perumahan, dan sebagainya. Kelompok- kelompok ini potensial untuk menolong anak terlantar di lingkungannya. Biasanya mereka mempunyai aktifitas sosial, misalnya bantuan beasiswa, makanan, pakaian, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya40 40 Departemen Sosial RI, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti, h. 10-14 40 7. Program Pelayanan Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan perangkat penting dalam meningkatkan kesejahteraan warga melalui penguasaan pengetahuan, informasi, dan teknologi sebagai prasyarat masyarakat modern. Pelayanan pendidikan bukan saja ditujukan untuk menyiapkan dan menyediakan angkatan kerja yang sangat diperlukan oleh dunia kerja, melainkan pula untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dalam arti luas, yakni membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan.41 Selain itu juga, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.42 b. Satuan Pendidikan Terkait dengan pembahasan pendidikan diatas. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.43 Sejalan dengan Peraturan Pemerintah yang terdapat dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu; satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang 41 Edi Suharto, Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam mewujudkan negara kesejahteraan (welfare state) di Indonesia, (Jakarta: Alfabeta), h. 18-19. 42 Republik Indonesia, UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1) 43 Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 11. 41 dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.44 c. Bentuk Pendidikan Nonformal Pendidikan non-formal bisa berupa pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan juga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Program PAUD dalam UU Sisdiknas No 20 dijelaskan sebagai berikut; 1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. 2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. 3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. 4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. 44 Nasional. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 42 5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.45 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat. PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community Based Institution). Terminologi PKBM dari masyarakat, berarti bahwa pendirian PKBM merupakan inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Keinginan itu datang dari suatu kesadaran akan pentingnya peningkatan mutu kehidupan melalui suatu proses transformasional dan pembelajaran. Inisiatif ini dapat dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan pentingnya PKBM sebagai wadah pemberdayaan masyarakat kepada beberapa anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak lain di luar komunitas tersebut. Oleh masyarakat,berarti bahwa penyelenggaraan, pengembangan, dan keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggung jawab masyarakat itu sendiri. Ini juga bermakna adanya semangat kebersamaan, kemandirian, dan kegotongroyongan dalam pengelolaan PKBM serta penyelenggaraan berbagai program pendidikan masyarakat pada lembaga tersebut. Untuk masyarakat,berarti bahwa keberadaan PKBM sepenuhnya untuk kemajuan dan keberdayaan kehidupan masyarakat tempat lembaga tersebut berada. Eksistensi lembaga didasarkan pada pemilihan program-program yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau pemberdayaan masyarakat. Hal ini tidak 45 Republik Indonesia, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 43 menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar komunitas tersebut ikut serta dalam berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai subjek dan objek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.46 8. Program Pelayanan Kesehatan Selain program pendidikan, pelayanan kesehatan dapat dipandang sebagai aspek penting. Kesehatan merupakan faktor penentu bagi kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki pendapatan atau rumah memadai. Melainkan pula orang yang sehat, baik jasmani maupun rohani.47 Sistem Kesehatan Nasional menjabarkan pelayanan kesehatan yang akan dikembangkan untuk masa mendatang. Sistem kesehatan dibagi dalam dua sub-sistem utama, yaitu sub-sistem yang menitikberatkan pelayanan kuratif di mana sub-sistem ini berfokus pada penyembuhan penyakit pasien. Fungsi-fungsi ini dapat dilakukan oleh warga masyarakat sebagai individu ataupun kelompok. Kemudian Sub-sistem yang menitikberatkan pelayanan preventif dan promotif yaitu sub-sistem ini berusaha mempertahankan kesehatan warga yaitu melindungi kesehatan warga masyarakat, melakukan dan mengelola usaha-usaha bantuan kesehatan, mempromosi hidup yang menunjang kesejahteraan masyarakat secara fisik dan sosial, bukan melakukan praktik-praktik kedokteran.48 46 Standar dan Prosedur Penyelenggaraann Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial denganKlien dalam Setting Rumah Sakit, (Surakarta: Departemen Sosial RI, 1988) h. 7-9. 48 Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial dengan Pasien, h. 7-9. 47 44 BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang Bantar Gebang setiap kali mendengar nama ini, yang terbesit dalam pikiran adalah sebuah tempat pembuangan akhir atau tempat pembuangan sampah yang berada di bekasi, ribuan ton sampah perharinya dibuang ke tempat ini. Sampah- sampah tersebut berasal dari Daerah Ibu Kota Jakarta dan juga Kota Bekasi. Gunung sampah adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan TPA Bantar Gebang. Sejauh mata memandang akan terlihat tumpukan sampah warnawarni dari plastik dan kaleng yang menjadi incaran para pemulung. Tepat di atas gunung sampah terlihat beko yang sedang mengeruk sampah untuk diatur penumpukannya. Gunung sampah ini ada yang masih basah dan juga ada yang sudah kering, sampah-sampah yang masih basah akan menjadi incaran para pemulung, sedangkan sampah yang sudah kering tidak di incar para pemulung karena sampahnya sudah tidak bisa di kumpulkan atau di jual kembali, tumpukan sampah yang sudah kering diberi pipa-pipa untuk penyaluran gas dari sampah tersebut. Gunung sampah yang sudah kering ini terlihat ditumbuhi rerumputan sehingga menyerupai pegunungan asli.49 Keberadaan TPA Bantar Gebang tentunya mendatangkan permasalahan pada pemukiman warga sekitar lingkungan TPA Bantar Gebang. Seperti 49 2014. Observasi di TPA Bantar Gebang Kelurahan Sumur Batu, pada tanggal 3 Februari 45 permasalahan adanya udara yang tidak bersahabat akibat bau yang tidak sedap apabila tersengat hidung, terjadinya rembesan terhadap mata air di dalam tanah yang mencemari sumur- sumur penduduk disekitarnya sehingga air tidak layak dikonsumsi karena bau dan kotor, serta pencemaran terhadap tanaman padi penduduk apabila air yang kotor dan bau masuk ke areal pesawahan akibat gagal panen/ puso.50 Namun keadaan yang lebih memilukan selain beberapa permasalahan yang terjadi akibat sampah- sampah di TPA Bantar Gebang yaitu masalah anak- anak dari keluarga pemulung, banyak anak usia belajar yaitu SD, SMP, dan SMA terlihat bergulat dengan gunungan sampah –mengumpulkan sampah- sampah juga. Pertanyaan dari dasar hati menguak ke permukaan, tidakkah anak-anak itu seharusnya sekolah? Betapapun alasan anak-anak tersebut melakukan pekerjaan tersebut adalah untuk membantu keuangan keluarganya. Tetapi mereka harus tetap bersekolah, bagaimanpun caranya. Pada Oktober 2006, Nadam Dwi Subekti seorang tokoh masyarakat di daerah Bantar Gebang membaca fenomena sosial diatas. Kemudian ia mengajukan sebuah konsep sekolah untuk anak-anak bantar gebang yang kesehariannya mencari sampah tetapi tidak bersekolah. Kemudian sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ) PortalInfaq menangkap peluang yang dapat dijadikan ladang kebaikan tersebut setelah Pak Nadam mengajukan konsepnya. Dalam hal 50 Dokumen Selayang Pandang Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang. 46 ini Yayasan PortalInfaq hanyalah sebagai penghubung antara muzakki dan mustahiq. Tepat pada tanggal 13 Oktober 2006 sebuah sekolah berkonsep alam di buka dengan nama Sekolah Alam Tunas Mulia, karena sebelumnya telah didirikan TPA yang bernama TPA Tunas Mulia selain itu diharapkan anak- anak pemulung tersebut bisa menjadi anak- anak yang mulia. Respon positif dari masyarakat bantar gebang membuat sekolah alam ini mendapatkan murid yang cukup banyak dari kalangan anak-anak pencari sampah atau anak-anak pemulung.51 B. Visi dan Misi Yayasan Tunas Mulia 1. Visi Yayasan Tunas Mulia Mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan pemulung dan dhuafa. 2. Misi Yayasan Tunas Mulia a. Melaksanakan program pendidikan umtuk anak pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang b. Melakukan kegiatan pembinaan sosial dan kerohanian masyarakat pemulung dan sekitarnya c. Memberikan dana beasiswa kepada anak- anak pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang d. Memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang 51 Yayasan Tunas Mulia, Sekolah Anak Pemulung, http://yayasantunasmulia.blogspot.com pada tanggal tanggal 27 Maret 2014. di akses dari 47 e. Memberdayakan ekonomi masyarakat pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang f. Memberikan dana santunan untuk yatim piatu, dhuafa, dan orang tua jompo di TPA Bantar Gebang g. Meningkatkan kreatifitas masyarakat pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang h. Meningkatkan program pemberdayaan perempuan pemulung dan dhuafa di TPA Bantar Gebang i. Meningkatkan minat membaca masyarakat di TPA Bantar Gebang52 C. Tujuan Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang 1. Tujuan Umum Tujuan pelayanan yang diberikan oleh yayasan kepada anak-anak pemulung yaitu untuk mensejahterakan anak- anak pemulung dari kondisi tidak baik menjadi lebih baik serta melayani kebutuhan anak-anak pemulung baik dalam hal pendidikan, kesehatan, maupun keterampilan. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan umum dan agama islam b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keahlian khusus c. Meningkatkan pengalaman agama islam di lingkungan sekolah maupun rumah 52 Dokumen brosur Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang 48 d. Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang layak bagi anakanak pemulung di komplek TPA Bantar Gebang e. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif bagi peserta didik dan guru. f. Menciptakan lingkungan yang baik bagi anak didik, khususnya yang tinggal di lingkungan sekolah g. Menciptakan budaya sehat baik kebersihan dari segi lingkungan maupun kebersihan diri sendiri h. Mencarikan dukungan dana bagi siswa yang berprestasi yang dikirim untuk belajar di pendidikan formal D. Sasaran Penerima Layanan Sasaran pelayanan ditujukan kepada anak- anak pemulung, anak yatim, piatu, yatim piatu dan dhuafa mulai dari usia 4 tahun sampai dengan 17 tahun atau usia setara dengan usia anak pada jenjang pendidikan SMP/SMK dan tinggal di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.53 E. Fasilitas Sarana Prasarana dan Sumber Dana Manusia yang dimiliki Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang Agar semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang, yaitu sebagai berikut: 1. Sarana dan Prasarana a. Fasilitas bangunan yang dimiliki: 53 Proyek Proposal, Permohonan Biaya Opersional Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia 49 1) Tanah wakaf seluas 5336 m2, tanah ini di beli melalui dana zakat, infaq, sadaqah yang telah di kelola oleh Yayasan PortalInfaq dan kemudian di waqafkan. 2) Ruang belajar berupa Saung terbuat dari kayu sebanyak empat buah, berukuran masing- masing 4 x 8 m2, 4x4 m2, 4x8 m2 dan 6 x 12 m2. Dua saung yang berukuran 4x4 m2 dan 6 x 12 m2 berasal dari gabungan donatur tidak tetap yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia, PT. Arlajasa, PT. Indosat M2, PT. Telkomsel, PT. NEC Indonesia, Alumni Lab School’ 85, Yayasan Kesetiakawanan dan kepedulian, Pengajian Orbit, Bank Permata Tbk, H. Usmani Usman dan H. Renaldi Zein. Kemudia satu saung yang berukuran 4 x 8 m2 berasal dari donatur pengajian orbit yaitu pengajian yang beranggotakan artis-artis Indonesia, dan saung 4 x 8 m2 yang terahir berasal dari sumbangan Persatuan Wanita Parta (PWP). Di saung- saung ini masing masing hanya tersedia papan tulis saja, tidak ada meja atau kursi belajar, karena anak- anak belajar dengan cara duduk secara lesehan. 54 3) Perpustakaan, berukuran 5 x 10 m2. Perpustakaan ini hasil dari sumbangan Perusahaan Indonesia Power. Di dalam perpustakaan terdapat lima rak buku, dua rak buku diantaranya terbuat dari kayu, sedangkan tiga rak buku lain terbuat dari besi. Kemudian ada satu lemari kaca yang berisikan buku-buku namun di letakan tidak berdekatan dengan rak buku lainnya, kemudian ada dua buah meja 54 Hasil pengamatan di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014. 50 yang digunakan berlainan fungsi, satu meja di gunakan untuk menaruh lemari loker kecil dan rabana, sedangkan meja yang satu digunakan untuk menaruh komputer dan patung organ tubuh manusia. Kemudian terdapat patung tengkorak yang berdiri di dekat meja komputer. 4) Kantor Guru dan Pengurus yayasan berukuran 5x7 m2. Di dalam ruangan kantor ini terdapat dua buah lemari kaca yang berisikan buku- buku untuk mengajar serta dokumen- dokumen yayasan di atas lemari ini terdapat tiga piala yang di pajang untuk menghiasi ruangan. Kemudian terdapat empat buah lemari kecil yang berisikan buku- buku, hasil karya kerajinan tangan anak- anak dan alat shalat. Di ruangan ini terdapat meja dan kursi guru sebanyak dua belas buah, satu meja komputer dan printer, alat pengerassuara, alat musik marawis, dua buah mesin jahit, satu buah kipas angin, satu buah dispenser, dua buah karpet, dan dua buah tirai.55 5) Gedung Kopersi berukuran 6x10 m2. Gedung koperasi ini hasil sumbangan dari Bank BNI Syariah, fungsi koperasi yaitu untuk memberikan pinjaman kepada keluarga pemulung. Di ruangan koperasi ini terdapat dua buah meja etalase yang berisi barang dagangan koperasi seperti obat-obatan, sabun, sampo, gula, kopi, teh, kecap dan lain sebagainya. Kemudian ada sepuluh rak besi untuk menaruh barang- barang dagangan koperasi juga namun rakrak ini sudah terlihat kosong karena banyak barang dagangan yang 55 Hasil pengamatan di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014. 51 sudah kadaluarsa. Kemudian ada lemari pendingin untuk berjualan minuman dingin, dispenser dan galon, dan juga satu set meja dan kursi. Kemudian di dalam ruang koperasi ini terdapat ruangan kecil yang berisi tiga set meja dan kursi, satu buah lemari berangkas, dan tiga buah kursi tamu. 6) Mushola Hasanah berukuran 6x6 m2. Musholla ini hasil dari sumbangan Bank BNI. Di musholla terdapat karpet sajadah dan perlatan shalat. 7) Kamar mandi dan WC 2 buah berukuran 2x2 m2. Kamar mandi ini hasil sumbangan dari gabungan donatur. Tepat di depan pintu kamar mandi terdapat empat buah keran air untuk tempat berwudhu. 8) Kolam Ikan Lele berukuran 5x7 m2 sebanyak 7 buah. Kolam ikan lele ini dibuat untuk membantu keungan yayasan, agar yayasan bisa lebih mandiri dalam mengumpulkan dana. b. Sejumlah peralatan seperti peralatan belajar, peralatan kantor, peralatan pelatihan keterampilan, peralatan kesenian, olah raga, ibadah, dan lain-lain. 56 2. Sumber Pendanaan Yayasan Tunas Mulia Sumber pendanaan Yayasan Tunas Mulia diperoleh dari: a. Dana Zakat Infak dan Shadaqah yang di kelola oleh Lembaga Amil Zakat Portalinfaq 56 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 52 b. Kerjasama dengan pihak donatur baik dari segi perseorangan atau pribadi maupun perusahaan c. Dana dari hasil kemandirian yayasan yaitu berupa usaha koperasi syariah pemulung, budi daya ikan lele, ternak kambing, ternak sapi dan produksi pupuk kompos57 57 Hasil wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada hari senin tanggal 12 Mei 2014 53 F. Susunan Pengurus Yayasan Tunas Mulia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. PENDIRI Wahyu Prihantono Renaldi Zein Widita Prasetyawadi S Nur Rochim Achmad Anwari Hadis Noveri Damir Hasan Agus Suprihatin Pengawas 1. Yusuf Suprapto (Ketua) 2. Faizaluddin (Anggota) Pengurus 1. Juwarto (Ketua) 2. Nadam Dwi Subekti (Sekertaris) 3. Widyawan Hendrayana (Bendahara) 4. Ely Indah Yani (Administrasi) Program Pendidikan 1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2. PKBM Paket A (Setara SD) 3. PKBM Paket B (Setara SMP) Program Kesehatan 1. Pengobatan Gratis 2. Pendampingan Pasien Penerima Manfaat Anak-anak Pemulung di TPA Bantar Gebang 54 G. Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Yayasan Tunas Mulia menyelenggarakan program pendidikan dan kesehatan untuk anak pemulung, yakni sebagai berikut: 1. Program Pelayanan Pendidikan Pada dasarnya pelayanan pendidikan di Yayasan Tunas Mulia ini bersifat non formal dengan sistem PKBM yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dengan beberapa jenjang pendidikan, yaitu: a. Pelayanan pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Paket A (Setara SD), dan Paket B (Setara SMP) 1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)ini, terdapat dua kelas yaitu PAUD A dan PAUD B. Pada kelas PAUD A siswa berusia sekitar empat tahun, dengan jumlah siswa delapan belas siswa dan pada kelas PAUD B siswa berusia sekitar lima sampai enam tahun dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Dengan waktu belajar setiap hari selasa, kamis, sabtu jam 08.0009.30 WIB.58 2) PAKET A (Setara SD) Pada jenjang PAKET A (Setara SD) ini, terdapat enam kelas dengan jumlah siswa pada tiap kelasnya berbeda-beda, kelas satu jumlah siswa sebanyak 13 siswa, kelas dua dengan sebanyak 28 siswa, kelas tiga sebanyak 21 siswa, kelas empat sebanyak 20 siswa, kelas lima sebanyak 22 siswa, kelas enam sebanyak 32 58 Wawancara dengan Ibu Siti Aminah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014. 55 siswa. Mata pelajaran yang diajarkan seperti mata pelajaran pada sekolah formal pada umumnya yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), namun tidak sesuai KTSP yang berlaku, buku mata pelajaran yang digunakan yaitu buku dari hasil sumbangan para donatur namun dipilah terlebih dahulu agar terpilih buku yang sesuai dengan tahun ajaran sekarang. Waktu belajar jenjang Paket A setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu jam 13.00-15.30 WIB. 59 3) PAKET B (Setara SMP) Pada jenjang pendidikan Paket B ini, tidak ada pengklasifikasian murid baik kelas satu, dua, dan tiga, semua siswa belajar secara bersama dalam satu kelas. Waktu belajar jenjang Paket B ini setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 10.00-13.00 WIB.60 b. Pelayanan pendidikan kesenian dan keterampilan Pelayanan pendidikan kesenian yang ada di Yayasan Tunas Mulia yaitu kesenian rampak gendang yang dilakukan setiap hari Senin jam 13.00 WIB. Kegiatan pendidikan keterampilan yang ada di Yayasan Tunas Mulia yaitu keterampilan membuat kerajinan tangan dari sampah plastik, sampah plastik ini diperoleh dari hasil anak- anak memulung di TPA Bantar Gebang, sampah plastik ini di bersihkan terlebih dahulu kemudian di jemur dan setelah itu dibuat kerajinan 59 60 Wawancara dengan Ibu Siti Aminah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 Wawancara dengan Ibu Siti Aminah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 56 seperti bros, tas, gantungan kunci. Tidak hanya plastik, koran pun bisa dibuat kerajinan tangan seperti topi, vas bunga, tempat tisu dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilakukan setiap satu minggu sekali dan diikuti oleh anak-anak pada jenjang pendidikan Paket A dan Paket B.61 2. Program Pelayanan Kesehatan a. Pengobatan Gratis Pengobatan gratis ini berasal dari donatur, biasanya donatur tersebut mendatangkan dokter ke yayasan dan memeriksakan kesehatan anakanak pemulung dan warga sekitar setiap dua bulan sekali. b. Pendampingan Pasien Pendampingan pasien yang dimaksud dalam pelayanan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia dilakukan oleh divisi kesehatan dengan jalan membantu mengurus persyaratan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti jamkesmas atau BPJS. Selain itu Yayasan Tunas Mulia juga bekerja sama dengan Lembaga Kesehatan Cuma- Cuma (LKC) milik dompet dhuafa, LKC setiap saat siap membantu pengobatan kesehatan keluarga pemulung melalui divisi kesehatan yang ada di yayasan. Seperti misalnya ada keluarga pemulung yang sakit parah dan meminta bantuan ke yayasan kemudian yayasan menghubungkan ke LKC setelah itu pasien bisa dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.62 61 Wawancara dengan Ibu Mertianah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Johan selaku kepala sekolah alam yayasan tunas mulia, pada hari sabtu tanggal 3 Mei 2014 62 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Hak anak adalah suatu hak yang harus dipenuhi oleh orang tua kepada anaknya. Hak yang harus didapatkan oleh anak yaitu seperti hak akan pembelajaran atau pendidikan, baik pendidikan umum, pendidikan kreativitas maupun pendidikan akhlak atau kepribadian anak. Hak anak telah diatur dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 secara tersirat bahwa anak-anak harus diberikan pendidikan yang layak, perawatan kesehatan yang memadai, serta perlakuan tanpa diskriminasi maupun kekerasan. “ yaa yang kita ketahui tentang hak anak itu bahwa anak berhak mendapat pembelajaran baik pembelajaran dalam bidang umum, kreativitas dan juga akhlak. Yang saya tahu dalam undang-undang tentang perlindungan anak, hak anak yaitu harus mendapatkan pendidikan yang layak, mendapat perawatan kesehatan, tidak boleh disakiti.”63 Maka dari itu Yayasan Tunas Mulia memandang pemenuhan hak anak pemulung dalam bidang pendidikan dan kesehatan itu perlu di wujudkan. Berikut penjabaran lebih jelas tentang program pendidikan dan program kesehatan di Yayasan Tunas Mulia: 1. Program Pelayanan Pendidikan Sesuai dengan teori di bab dua halaman 42 tentang satuan pendidikan maka, Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia termasuk kedalam satuan pendidikan non-formal. Yayasan ini menyediakan pelayanan pendidikan dengan sistem Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Program pendidikan di Yayasan Tunas Mulia dikenal dengan nama Sekolah Alam Tunas Mulia, karena konsep 63 Wawancara dengan Ibu Mertiana pada hari sabtu tanggal 13 September 2014 58 sekolahnya tidak permanen berbentuk gedung sekolah seperti sekolah formal pada umumnya melainkan bangunan berupa saung. “Bangunan di sini itu enggak permanen seperti bangunan sekolah formal, disini hanya ada saung-saung buat kegiatan belajar anak-anak”64 Selain itu juga para tenaga pengajar (Guru) di Yayasan Tunas Mulia adalah tenaga sukarelawan yang direkrut berdasarkan relasi pendiri yayasan dengan berbagai tingkatan pendidikan mulai dari SMA sampai Sarjana. “Proses perekrutan guru-guru di sini berdasarkan dari relasi-relasi para pengurus yayasan”65 Metode belajar di Yayasan Tunas Mulia juga berbeda dengan metode belajar di sekolah formal. Pengajar di Yayasan Tunas Mulia harus menguasai materi ajar, karena para pengajar harus mengajarkan secara langsung kepada anak-anak yang tidak mempunyai buku pelajaran.Tempat yang disediakan untuk belajar anak-anak pemulung ini adalah tanah yang diwakafkan oleh Yayasan Portal Infaq. Kemudian waktu belajar di Yayasan Tunas Mulia berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Di Sekolah Alam kegiatan belajar mengajar hanya tiga kali dalam seminggu dan dilaksanakan pada siang hari. Hal ini disebabkan karena anak-anak pemulung harus membantu orang tua mereka memulung.66 “Metode belajar yang diterapkan di sini beda dengan sekolah biasa karena guru harus benar-benar memahami mata pelajaran yang akan diajarkan dikarenakan anak-anak tidak punya buku pelajaran sebagai pegangan. Jam belajar di sini tidak setiap hari karena anak-anak harus memulung di TPA jadi sekolahnya sehari sekolah, sehari tidak. Jam belajarnya pun siang hari setelah mereka selesai memulung. “67 64 Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani, pada tanggal 05 Juli 2014. Wawancara dengan Bapak Nadam Dwi Subekti, pada tanggal 21 Juni 2014. 66 Wawancara dengan Ibu Mertianah, pada tanggal 21 Juni 2014. 67 Wawancara dengan Ibu Mertianah, pada tanggal 21 Juni 2014. 65 59 Berdasarkan hasil observasi, fasilitas yang disediakan oleh Yayasan Tunas Mulia yaitu saung untuk tempat belajar sebanyak empat buah saung namun tidak semua saung berkondisi baik, ada satu saung yang rusak karena memang sudah rapuh. Tiga saung lainnya masih berkondisi baik dan bisa digunakan hingga sekarang. Di dalamnya hanya tersedia papan tulis untuk proses belajar-mengajar tidak ada meja dan kursi, hanya duduk secara lesehan. Sedangkan buku yang dimiliki oleh yayasan adalah sumbangan para donatur, namun buku tersebut dipilah terlebih dahulu agar lebih sesuai atau mendekati dengan kurikulum sekolah formal. Yayasan juga menyediakan sebuah perpustakaan untuk menunjang kegiatan belajar di sekolah alam ini, perpustakaan juga sebagai hasil sumbangan dari sebuah perusahaan swasta.68 Pendidikan Di Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia ini memeiliki jenjang pendidikan diantaranya: a. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), PAKET A (Setara Sekolah Dasar), PAKET B (Setara Sekolah Menengah Pertama): 1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) PAUD di Sekolah Alam terdapat dua kelas yaitu PAUD A dan PAUD B. Pada kelas PAUD A siswa berusia sekitar empat tahun, dengan jumlah siswa delapan belas siswa dan pada kelas PAUD B siswa berusia sekitar lima sampai enam tahun dengan jumlah siswa sebanyak 58 siswa. Dengan waktu belajar setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 08.00-09.30 WIB.69 68 69 Observasi Sarana dan Prasarana pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 Papan jumlah siswa-siswi Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia. 60 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, tempat belajar yang disediakan untuk jenjang PAUD bukan sebuah bangunan saung, tetapi sebuah ruangan kelas bekas kandang kelinci, walaupun bekas kandang kelinci tetapi ruangan ini sudah dibersihkan dan dirapihkan. Meskipun tidak diberi lantai hanya plesteran semen yang diberi alas karpet dan diberi meja kecil untuk belajar.70 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan agar anak-anak lebih mengenal huruf atau bisa membaca dan menulis sehingga mampu masuk ke Sekolah Dasar (SD) formal. Di sini anak-anak juga di tanamkan ilmu keislaman agar memiliki budi pekerti yang baik. “PAUD di sini tujuannya supaya anak-anak mampu membaca dan menulis, sehingga bisa masuk SD di sekolah formal” 71 2) PAKET A (Setara Sekolah Dasar) Adapun PAKET A /Setara SD di Yayasan ini dimulai sejak tahun 2006 sampai sekarang, sesuai dengan sistem yang digunakan oleh Yayasan Tunas Mulia yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) pada umumnya. Data peserta Jenjang pendidikan PAKET A tahun 2014 ini terdapat enam kelas dengan jumlah siswa pada tiap kelasnya berbeda-beda, dengan rincian sebagai berikut; kelas satu jumlah siswa sebanyak 13 siswa, kelas dua sebanyak 28 siswa, kelas tiga sebanyak 21 siswa, kelas empat sebanyak 20 siswa, kelas lima sebanyak 22 siswa, kelas enam sebanyak 32 siswa.72 70 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 71 Wawancara dengan Ibu Mertianah pada tanggal 12 Mei 2014 72 Papan jumlah siswa-siswi Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia 61 Kemudian dari observsasi yang peneliti lakukan dapat dijelaskan bahwa bangunan tempat belajar anak-anak pada jenjang pendidikan PAKET A berbentuk saung dengan luas 6 x 12 m2 dengan fasilitas satu buah papan tulis, di sini anak-anak belajar tanpa menggunakan meja atau kursi hanya duduk secara lesehan terkadang ketika menulis mereka tidak duduk tetapi telengkup. Saung ini tidak hanya digunakan untuk satu kelas saja tetapi terkadang untuk dua kelas karena saung ini merupakan saung yang paling besar.73 Mata pelajaran yang diajarkan sama seperti mata pelajaran pada sekolah formal pada umumnya yaitu Matematika, Pendidikan Agama Islam, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Adapun waktu belajar jenjang Paket A setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu jam 13.00-15.30 WIB. “Pelajaran yang dipelajarin mtk, agama, bahasa inggris, bahasa Indonesia, pkn, ipa, ips, sbk. Belajarnya setiap hari senin, rabu, sabtu jam satu siang sampe jam setengah empat” 74 3) PAKET B (Setara SMP) Sebagaimana halnya di atas, PAKET B sama seperti PAKET A yaitu sistem Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) tidak ada pengklasifikasian kelas pada jenjang pendidikan ini yaitu kelas satu, dua dan tiga dijadikan satu kelas. Waktu belajar jenjang Paket B ini setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 10.00-13.00 WIB. 73 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 74 Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014 62 “Paket B tidak ada pembedaan kelas, semua belajar dalam satu kelas. Jam belajarnya setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 10 pagi sampai jam 1 siang”75 PAKET B ini adalah jenjang pendidikan tertinggi karena yayasan hanya menyediakan pelayanan sampai pada tingkat ini yaitu setara SMP. Jika ada anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan tingkat SMA/SMK, maka yayasan akan memberikan beasiswa bahkan sampai pada tingkat perguruan tinggi, ini terbukti dengan sudah ada lima anak pemulung yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan sepenuhnya di biayai oleh Yayasan Tunas Mulia. Mereka yang mendapatkan biaya siswa sebagai berikut; “Di Sekolah Alam hanya menyediakan pendidikan sampai tingkat SMP yaitu Paket B, tapi kita juga memberi beasiswa untuk anakanak yang mau lanjut ke SMK bahkan sampai kuliah, sudah ada lima anak yang kuliah dan kami biayai”76 a) Cayem, sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas Bina Insani semester 3. b) Masnah, sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas Jaya baya semester 3. c) Nurjanah sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas Jaya baya semester 3 d) Julaeha sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas STBA JIA semester 3 e) Omih, sekarang baru masuk perkuliahan di Universitas Islam 45 semester 1 75 76 Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada tanggal 12 Mei 2014 Wawancara dengan Bapak Nadam Dwi Subekti, pada tanggal 21 Juni 2014 63 b. Pelayanan Pendidikan Kesenian dan Keterampilan Yayasan Tunas Mulia selain mengadakan pelayanan di bidang pendidikan juga menyediakan pelayanan pendidikan kesenian dan keterampilan agar anak-anak pemulung dapat memperoleh manfaat dari ilmu keterampilan, seni, dan budaya. 1) Pelayanan Kesenian Pelayanan kesenian yang disediakan di Yayasan Tunas Mulia yaitu kesenian rampak gendang, rongsok band dan angklung. Kegiatan ini mempunyai jadwal tersendiri yaitu; Latihan rampak gendang dilakukan setiap hari Senin jam 14.30 WIB, dan angklung setiap hari Rabu pukul 14.00 WIB, serta latihan rongsok band pada hari Sabtu pukul 14.30 WIB. “Rampak gendang latihannya setiap hari senin jam setengah tiga sore, angklung hari rabu jam dua siang, rongsok band jam setengah tiga sore hari sabtu”77 Mereka yang ikut serta dalam latihan kesenian juga telah menampilkan kebolehannya di berbagai acara, diantaranya; kesenian angklung pernah tampil di Plaza Bapindo pada tahun 2009, rongsok band pernah shooting dengan Abu Marlo dan Jo Sandy di Taman Matahari untuk acara di KOMPAS TV dengan judul Sains is Fun. “Kesenian di sini alhamdulillah sudah memiliki prestasi yaitu diantaranya kesenian angklung pernah tampil di Plaza Bapindo pada tahun 2009, rongsok band pernah shooting dengan Abu Marlo dan Jo Sandy di Taman Matahari untuk acara di KOMPAS TV dengan judul Sains is Fun”78 77 78 Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia, pada tanggal 13 September 2014 Wawancara dengan Bapak Nadam Dwi Subekti, pada tanggal 21 Juni 2014. 64 2) Pelayanan Keterampilan Pelayanan pendidikan keterampilan di Yayasan Tunas Mulia yaitu; keterampilan membuat kerajinan tangan dari sampah plastik, sampah plastik ini diperoleh dari hasil anak- anak memulung di TPA Bantar Gebang. Kerajinan tersebut menggunakan beberapa tahapan; Sebelum diolah menjadi kerajinan tangan, sampah plastik yang dikumpulkan dibersihkan terlebih dahulu kemudian di jemur. “Sampah-sampah plastiknya dari hasil kita ngumpulin, kalau udah kumpul terus dicuci terus dijemur, baru deh di buat kerajinan tangan”79 Sampah-sampah plastik tersebut bisa dibuat kerajinan seperti bros, tas, gantungan kunci, sampah botol air mineral pun bisa di buat bunga hia. Tidak hanya kerajinan bahan plastik saja, melainkan koran pun bisa dibuat kerajinan tangan seperti topi, vas bunga, tempat tisu dan lain sebagainya. Selain itu sampah kulit telur pun bisa dimanfaatkan untuk membuat keterampilan seperti gambar kaligrafi dan gambar peta Indonesia. Bahkan keterampilan dari kulit telur ini sudah pernah dipamerkan di Pakistan. “kesenian di sini bikin bunga dari botol aqua, bikin ikan-ikanan dari bungkus milkuat, bikin love-love dari kertas origami, sama bikin bendera dari bungkus soklin, rinso, sama superpel”80 Kegiatan pelatihan keterampilan ini dilakukan setiap satu minggu sekali dan diikuti oleh anak-anak pada jenjang pendidikan Paket A dan Paket B. Oleh karena itu, semua kerajinan yang dihasilkan di sini dapat menghasilkan nilai tambah bagi para perajin dan yayasan. Hal ini diperkuat 79 80 Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014 Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014 65 dengan dengan adanya pesanan kerajinan jam dinding yang terbuat dari kulit telur, dan kaligrafi dari kulit telur.81 2. Program Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Yayasan Tunas Mulia merupakan suatu pemenuhan hak-hak anak pemulung. Pelayanan kesehatan yang tersedia di Yayasan Tunas Mulia berupa pengobatan gratis, serta pendampingan pasien, sesuai dengan konsep pelayanan sosial kesehatan dalam aspek kuratif yang telah dijelaskan pada bab dua halaman 44. Pelayanan ini diberikan karena kondisi tempat tinggal anak-anak pemulung sangat dekat sampah sehingga membuat keluarga pemulung rentan terhadap berbagai penyakit. Berikut adalah penjelasan beberapa pelayanan kesehatan yang disediakan: a. Pengobatan Gratis Pengobatan rutin gratis adalah salah satu tindakan pelayanan kuratif didanai oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility), kegiatan ini mendatangkan dua orang dokter kemudian memeriksakan kesehatan anak-anak pemulung serta warga sekitar. “pengobatan gratis kita biasanya dapet dari Bank Mandiri, terjadwalkan setidaknya satu tahun sekali, selain Bank Mandiri juga ada lembaga ACT yang memberikan pengobatan gratis tapi tidak terjadwalkan pengadaannya.”82 Pengobatan gratis ini mendatangnya dokter ke yayasan kemudian memeriksakan keadaan anak-anak pemulung, orang tua, dan juga masyarakat 81 82 Observasi Keterampilan di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 21 Juni 2014. Wawancara dengan Ibu Mertianah pada tanggal 13 September 2014. 66 sekitar. Pemeriksaannya bukan hanya untuk orang sakit, yang sehat pun diperiksa kemudian diberi vitamin. “ada berobat gratis dari tamu, kita diperiksain sama dokter, dokternya ada satu terus diperiksain satu-satu, abis itu dikasih obat. Orang tua yang anak-anak paud juga diperiksa”83 Pada bulan Mei 2014 Yayasan Berani Bhakti Bangsa mengadakan pemeriksaan kesehatan mata, dengan mendatangkan tenaga medis untuk memeriksakan mata ke seluruh anak-anak yang bersekolah di Yayasan Tunas Mulia, jika ada yang terkena rabun mata maka akan diberikan kaca mata gratis. “waktu itu ada periksa mata gratis, semua anak-anak matanya diperiksa, periksanya disuruh baca tulisan gitu hurufnya dari besar sampe kecil tapi matanya di tutup satu. Kalau ada yang matanya min nanti dikasih kaca mata.” 84 b. Pendampingan Pasien Pendampingan pasien yang dimaksud dalam pelayanan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia dilakukan oleh divisi kesehatan dengan jalan membantu mengurus persyaratan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti jamkesmas atau BPJS, agar mereka bisa mendapatkan hak kesehatan dari pemerintah setempat. Pendampingan dilakukan hingga pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan bahkan sampai pasien ke luar dari rumah sakit, jika dilakukan rawat inap. “Selain pengobatan gratis yang diadakan di sekolah, Yayasan juga membantu masyarakat sekitar untuk mengurus persyaratan bebas biaya berobat di rumah sakit, yayasan mengirimkan satu orang pengurus untuk membantu masyarakat seperti membuat kartu BPJS.”85 83 Wawancara Kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014 Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014 85 Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada tanggal 13 September 2014 84 67 Selain melakukan pendampingan kepada pasien, yayasan juga bekerja sama dengan Lembaga Kesehatan Cuma- Cuma (LKC) milik Dompet Dhuafa. Dalam hal ini, LKC setiap saat siap membantu pengobatan kesehatan keluarga pemulung melalui divisi kesehatan yang ada di yayasan seperti; ada keluarga pemulung yang sakit parah kemudianmeminta bantuan ke yayasan selanjutnya yayasan menghubungkan langsung ke LKC setelah itu pasien dapat di rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan gratis. “Untuk pelayanan kesehatan kita bekerja sama dengan LKC, di mana LKC akan selalu membantu kita dalam menangani masalah kesehatan, seperti misalnya membantu orang tua dari anak murid kita yang butuh bantuan untuk rujukan ke rumah sakit, di sini lah LKC membantu proses penyembuhan pasien” 86 86 Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada tanggal 13 September 2014. 68 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hal yang telah dikemukakan dalam uraian pada bab di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemenuhan hak anak-anak pemulung di Yayasan Tunas Mulia adalah melalui program pendidikan dan kesehatan . Adapun program yang disediakan Yayasan Tunas Mulia kepada anak-anak pemulung adalah sebagai berikut; 1. Program Pelayanan Pendidikan di Yayasan Tunas Mulia yaitu: a. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), PAKET A (Setara Sekolah Dasar), PAKET B (Setara Sekolah Menengah Pertama b. Pelayanan Pendidikan Kesenian dan Keterampilan 2. Program Pelayanan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia, dikategorikan sebagai berikut; a. Pengobatan Gratis Pengobatan gratis ini merupakan bentuk dari sub-sistem kuratif. Anak- anak pemulung dan keluarga pemulung diberikan pengobatan gratis yang dilakukan satu bulan sekali. Seperti; pada bulan Mei 2014 Yayasan Berani Bhakti Bangsa mengadakan pemeriksaan kesehatan mata. b. Pendampingan Pasien Pendampingan pasien yang dilakukan yayasan yaitu bekerja sama dengan Lembaga Kesehatan Cuma- Cuma (LKC) milik dompet 69 dhuafa, LKC setiap saat siap membantu pengobatan kesehatan keluarga pemulung melalui divisi kesehatan yang ada di yayasan. B. Saran Demi memenuhi hak-hak anak pemulung dalam bidang pendidikan dan kesehatan, setelah peneliti melakukan penelitian di Yayasan Tunas Mulia, maka peneliti mempunyai saran-saran diantaranya: 1. Bekerjasama dengan Dinas Sosial setempat agar mendapatkan fasilitas dalam bidang sosial dari pemerintah. 2. Meningkatkan kualitas pengajar dengan cara memperbaiki proses perekrutan pengajar serta pelatihan terhadap pengajar dalam bidang pendidikan. 3. Meningkatkan fasilitias untuk kegiatan belajar mengajar seperti memberi meja untuk menulis. Memperbaiki bangunan saung yang rusak agar anak-anak bisa belajar di tempat yang lebih luas. 4. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan setempat agar mutu pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan. 5. Mengusahakan agar program pelayanan pengobatan gratis selalu berjalan rutin setiap bulanagar dapat terlaksana dengan baik tanpa menunggu donatur serta bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat. DAFTAR PUSTAKA Buku: Adi, Isbandi Rukminto Perencanaan Parsipatoris Berbasis Aset Komunitas: Dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press. 2007. Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Depok: Lembaga Penerbit FakultasEkonomi UI. 2001. Adi,Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Depok: FISIP UI Press. 2005. al-Qur’an dan Terjemah. Depag RI Tahun 2009. Conyers, Diana. Perencanaan Sosial di Dunia ketiga, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1992. Ghony, M. Djunaedi & Fauzan Almanshur. Metode Penelitian Kualitatif . Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-15. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998 Nazaruddin, Pepen Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004. Purwoko, Bambang. Sistem Proteksi Sosial dalam Dimensi Ekonomi. Jakarta: Oxford Graventa Indonesia. 2011 Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Sukoco, Dwi Heru. Kemitraan dan Pelayanan Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial. Jakarta: 1997. Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010 Twikromo,Y. Argo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : Konstruksi Marginalitas dan Perjuangan Hidup dalam Bayang-bayang Budaya Dominan. Yogyakarta: Media Pressindo. 1999 Ulum, Misbahul dkk. Model- model Kesejahteraan Sosial Islam; Perspektif Normatif Filosofis dan Praktis, Yogyakarta: Pt. LKiS Pelangi Aksara, 2007. Ulfah, Maria dan Abdullah Ghalib. Parenting With Love: Panduan Islami Mendidik Anak Penuh Cinta. Bandung: Pt. Mizan Pustaka. 2010 Universitas Terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Materi Pokok Masalah- masalah Sosial: Suatu Pendekatan Analisis Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2009 Artikel Internet: Kompas. Definisi Anak. Artikel diakses pada tanggal 24 Maret 2014 dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak/ Yayasan Tunas Mulia. Sekolah Anak Pemulung. Artikel di akses pada tanggal tanggal 27 Maret 2014 dari http://yayasantunasmulia.blogspot.com Lain-lain: Brosur Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang Dokumen Kelurahan Sumur Batu, Program Selayang Pandang Kel. Sumur Batu, 2012 Proyek Proposal, Permohonan Biaya Opersional Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia RI, Departemen Sosial. Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti. RI, Departemen Sosial. Badan Penelitian dan Pengembangan: Istilah Usaha Kesejahteraan Sosial, Jakarta: 1997 RI, Konvensi Hak- hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pedoman Wawancara Wawancara kepada pemberi manfaat (Yayasan Tunas Mulia) 1. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang Hak Anak? 2. Apakah Ibu/Bapak mengetahui Undang-undang yang mengatur tentang hakhak anak? 3. Apakah Ibu/Bapak mengetahui definisi tentang anak menurut Undang-undang Perlindungan anak? 4. Hak-hak apa saja yang harus dipenuhi oleh orang tua kepada anaknya? 5. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang pelayanan sosial? 6. Pelayanan sosial seperti apa yang disediakan di yayasan? 7. Apakah pelayanan di yayasan sudah sesuai dengan kondisi sosial lingkungan? 8. Pelayanan yang diberikan berisifat pelayanan panti atau non-panti. 9. Bentuk pelayanan di Yayasan Tunas Mulia berupa pelayanan kelembagaan atau pelayanan kemasyarakatan? 10. Menurut Bapak/Ibu pendidikan itu apa dan apa arti pentingnya pendidikan bagi anak? 11. Apakah Yayasan tunas mulia sudah menyediakan program pelayanan pendidikan? 12. Apa landasan di dirikannya program pendidikan di Yayasan Tunas Mulia? 13. Program pendidikan di Yayasan Tunas Mulia termasuk kedalam satuan pendidikan formal, non-formal atau informal? 14. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang PKBM? 15. Pendirian PKBM di Yayasan Tunas Mulia merupakan inisiatif dari siapa? 16. Apa dasar pendirian PKBM di Yayasan Tunas Mulia? 17. Penyelenggaraan PKBM di Yayasan Tunas Mulia sepenuhnya menjadi tanggung jawab yayasan atau bersama dengan masyarakat juga? 18. Apa tujuan didirikannya PKBM di Yayasan Tunas Mulia? 19. Apakah penyelenggaraan PKBM di Yayasan Tunas Mulia sudah memiliki izin dari dinas pendidikan setempat? 20. Menurut Ibu/Bapak, apakah aspek kesehatan untuk anak itu penting? 21. Apakah Yayasan Tunas Mulia menyediakan program pelayanan kesehatan? 22. Pelayanan kesehatan seperti apa yang diberikan yayasan? 23. Apakah ada persyaratan tertentu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di yayasan? Wawancara Kelompok kepada penerima manfaat (Anak-anak Pemulung) 1. Apa yang kalian merasa senang selama bersekolah di Yayasan Tunas Mulia? 2. Apakah keberadaan Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia di Bantar Gebang membuat kalian merasa senang? 3. Apakah kalian hanya sekolah di sekolah alam saja atau sekolah di sekolah formal juga? 4. Program kegiatan apa saja yang ada di Yayasan Tunas Mulia? 5. Sesuai tingkatan kelasnya, mata pelajaran apa saja yang di ajarkan di Yayasan Tunas Mulia? 6. Apakah kalian mendapatkan buku paket mata pelajaran dari yayasan? 7. Apakah yayasan memberikan peralatan sekolah? 8. Apakah kalian mengikuti program kegiatan keterampilan? Keterampilan apa saja yang sudah pernah kalian buat? 9. Siapa pengajar program kegiatan keterampilan di yayasan? 10. Apakah kalian mengetahui tentang pelayanan kesehatan di yayasan? 11. Program pelayanan kesehatan apa yang diberikan yayasan? 12. Apakah kalian pernah mengikuti pelayanan kesehatan di yayasan? 13. Apakah keluarga kalian pernah mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan untuk berobat inap di rumah sakit? Pedoman Observasi Observasi Pertama ke Yayasan Tunas Mulia Senin, 3 Februari 2014. Pada hari ini peneliti akan mencoba mencari alamat Yayasan Tunas Mulia yang sudah peneliti dapatkan dari web resmi Yayasan Tunas Mulia. Peneliti pergi bersama kakak peneliti karena beliau sudah mengetahui alamat tersebut walaupun sebenarnya belum tahu pasti. Peneliti sebelumnya sudah menghubungi pihak yayasan bahwasannya peneliti akan datang ke yayasan. Perjalanan menuju yayasan peneliti tempuh dalam waktu kurang lebih satu jam, dalam perjalanan mencari alamat yayasan peneliti sudah mencium aroma sampah padahal belum melihat sampahnya itu dikarenakan bau TPA Bantar Gebang yang sudah tercium dalam jarak kurang lebih satu kilometer. Ini adalah pertama kalinya peneliti melihat langsung TPA Bantar Gebang. Pertama kali memasuki gapura Yayasan Tunas Mulia yang peneliti rasakan yaitu benar-benar konsep alam yang terbuka, di mana peneliti melihat banyak pepohonan rindang dan juga sawah, namun yang masih peneliti rasakan yaitu bau sampah dari TPA Bantar Gebang, karena lokasi yayasan tepat di belakang gundukan sampah TPA Bantar Gebang. Ketika sudah sampai di Yayasan Tunas Mulia, peneliti menuju ke ruang guru untuk mencari pengurus yayasan yang bisa ditemui. Saat itu peneliti bertemu dengan Pak Johan selaku kepala sekolah di Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia namun pada saat itu beliau sedang menerima telepon sehingga saya mencoba mencari pengurus yayasan yang lainnya, kebetulan saya bertemu dengan pengurus yayasan yang lain di ruang koperasi yang letaknya tepat berhadapan dengan ruang guru. Peneliti bertemu dengan Ibu Eli selaku bagian administrasi yayasan, kemudian peneliti segera mencari informasi tentang profil yayasan, Ibu Eli memberikan penjelasan secara singkat tentang program yang ada di yayasan dan juga brosur yayasan tunas mulia. Setelah itu peneliti kembali menemui Pak Johan untuk memberikan penjelasan bahwa peneliti akan melakukan penelitian di yayasan. Observasi ke Yayasan Tunas Mulia dan ke Rumah Anak Pemulung Sabtu, 3 Mei 2014 Observasi kali ini peneliti ingin mencari data untuk latar belakang masalah di bab satu, peneliti membutuhkan data tentang bagaimana kondisi keluarga pemulung dan juga mencari tahu berapa penghasilan mereka setiap harinya. Peneliti datang ke yayasan menemui Ibu Eli untuk menghubungkan peneliti dengan anak-anak didik (anak pemulung) di yayasan dan bisa mendatangkan rumahnya, agar bisa melakukan wawancara kepada orang tuanya. Saat itu Ibu Eli menghubungkan peneliti dengan anak yang bernama Dede dan kemudian peneliti pergi menuju rumah Dede bersama Ibu Eli mengikuti Dede yang menggunakan sepeda. Sesampainya di rumah Dede, peneliti bertemu dengan kakak dari Dede, sedangkan kedua orang tua Dede sedang memulung di atas gundukan sampah kemudian Dede memanggil kedua orang tuanya untuk menemui peneliti dan juga Ibu Eli, setelah itu kedua orang tua Dede sudah turun dari tempat memulung, peneliti melakukan wawancara seputar profil keluarga dari Dede. Dari wawancara tersebut peneliti mendapatkan informasi tentang penghasilan keluarga pemulung. Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia Senin 12 Mei 2014 Observasi kali ini peneliti ingin mencari informasi tentang sarana dan prasarana di Yayasan Tunas Mulia. Peneliti datang ke yayasan menemui Ibu Eli dan menanyakan tentang program di yayasan serta sarana dan prasarana di yayasan. Saat itu peneliti menemui Ibu Eli di ruang guru dan langsung mewawancarai beliau tentang program yang ada di yayasan. Ibu Eli menjelaskan tentang program sekolah yang ada di yayasan yaitu jenjang PAUD, Paket A, dan Paket B. Ibu Eli juga menjelaskan tentang program keterampilan yang ada di yayasan yaitu keterampilan membuat kerajinan dan limbah plastik dan juga koran, peneliti melihat langsung hasil keterampilan yang sudah jadi, diantaranya seperti topi dari koran, tas, gantungan kunci tempat pensil, dan juga bros yang terbuat dari sampah bungkus kopi ataupun bungkus sampah deterjen. Tidak hanya dari limbah plastik tapi juga limbah koran seperti tempat tisu, topi dan vas bunga. Setelah wawancara tentang program-program yang ada di yayasan, peneliti mengamati sarana dan prasarana yang ada di yayasan tentunya dengan bantuan dari Ibu Eli, beliau menunjukan semua ruangan yang ada di yayasan. Mulai dari ruang guru terdapat dua buah lemari kaca yang berisikan buku- buku untuk mengajar serta dokumen- dokumen yayasan di atas lemari ini terdapat tiga piala yang di pajang untuk menghiasi ruangan. Kemudian terdapat empat buah lemari kecil yang berisikan buku- buku, hasil karya kerajinan tangan anak- anak dan alat shalat. Di ruangan ini terdapat meja dan kursi guru sebanyak dua belas buah, satu meja komputer dan printer, alat pengerassuara, alat musik marawis, dua buah mesin jahit, satu buah kipas angin, satu buah dispenser, dua buah karpet, dan dua buah tirai. Kemudian Ibu Eli menunjukan ruang koperasi. Di ruang koperasi terdapat dua buah meja etalase yang berisi barang dagangan koperasi seperti obat-obatan, sabun, sampo, gula, kopi, teh, kecap dan lain sebagainya. Kemudian ada sepuluh rak besi untuk menaruh barang- barang dagangan koperasi juga namun rak-rak ini sudah terlihat kosong karena banyak barang dagangan yang sudah kadaluarsa. Kemudian ada lemari pendingin untuk berjualan minuman dingin, dispenser dan galon, dan juga satu set meja dan kursi. Kemudian di dalam ruang koperasi ini terdapat ruangan kecil yang berisi tiga set meja dan kursi, satu buah lemari berangkas, dan tiga buah kursi tamu. Setelah ruang koperasi, peneliti mengamati ruangan perpustakaan. Perpustakaan ini hasil dari sumbangan Perusahaan Indonesia Power. Di dalam perpustakaan terdapat lima rak buku, dua rak buku diantaranya terbuat dari kayu, sedangkan tiga rak buku lain terbuat dari besi. Kemudian ada satu lemari kaca yang berisikan buku-buku namun di letakan tidak berdekatan dengan rak buku lainnya, kemudian ada dua buah meja yang digunakan berlainan fungsi, satu meja di gunakan untuk menaruh lemari loker kecil dan rabana, sedangkan meja yang satu digunakan untuk menaruh komputer dan patung organ tubuh manusia. Kemudian terdapat patung tengkorak yang berdiri di dekat meja komputer. Ruangan-ruangan tersebut berbentuk permanen selain banguna tersebut terdapat bangunan lain yaitu ruang belajar berupa saung terbuat dari kayu sebanyak empat buah. Di saung- saung ini masing masing hanya tersedia papan tulis saja, tidak ada meja atau kursi belajar, karena anak- anak belajar dengan cara duduk secara lesehan. Namun ada yang berbeda dengan satu ruang belajar yaitu tempat belajar yang disediakan untuk jenjang PAUD bukan sebuah bangunan saung, tetapi sebuah ruangan kelas bekas kandang kelinci, walaupun bekas kandang kelinci tetapi ruangan ini sudah dibersihkan dan dirapihkan. Meskipun tidak diberi lantai hanya plesteran semen yang diberi alas karpet dan diberi meja kecil untuk belajar Mushola Hasanah, Musholla ini hasil dari sumbangan Bank BNI. Di musholla terdapat karpet sajadah dan perlatan shalat. Kamar mandi dan WC 2 buah Tepat di depan pintu kamar mandi terdapat empat buah keran air untuk tempat berwudhu. Di dekat Kamar mandi terdapat kolam lele sebanyak tujuh kolam. Observasi Keterampilan di Yayasan Tunas Mulia Sabtu 21 Juni 2014 Pada hari ini peneliti datang ke yayasan untuk melakukan wawancara dengan salah satu pendiri yayasan yaitu Bapak Nadam Dwi Subekti tentang profil yayasan dan program-program yang disediakan di yayasan tunas mulia. Peneliti datang ke yayasan ketika sedang akan ada acara kegiatan sumbangan dari donatur. Wawancara sempat peneliti lakukan sebelum acara namun terpotong ketika acara tersebut dimulai. Kemudian peneliti mengikuti kegiatan tersebut dan setelah itu baru peneliti melanjutkan wawancara dengan pendiri yayasan. Setelah mewawancarai pendiri yayasan, peneliti juga mewawancari anak-anak didik yang sedang duduk di saung. Selain itu peneliti juga melihat hasil keterampilan anakanak berupa jam dinding yang terbuat dari cangkang telur yang merupakan pesanan dari beberapa lembaga. Observasi Ke Rumah Keluarga Pemulung Sabtu 5 Juli 2014 Observasi kali ini peneliti pergi sendiri menggunakan sepeda motor ke Bantar Gebang. Peneliti tidak datang ke Yayasan Tunas Mulia namun ke rumah Ibu Eli karena peneliti meminta bantuan Bu Eli untuk mengantarkan peneliti ke rumah anak didik. Peneliti mendatangi rumah anak didik karena ingin mewawancarai orang tua anak-anak didik untuk mencari data yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti mendatangi rumah keluarga Omih yang kebetulan rumahnya bersebelahan dengan beberapa anak-anak didik yang lain. Rumah Omih tepat didepan gunung sampah yang masih basah dan banyak para pemulung yang sedang memulung di sana. Di depan teras rumah Omih ada tumpukan sampah plastik yang sedang dipilah-pilah oleh Akbar salah satu anak didik yayasan. Saat itu peneliti merasakan bau sampah yang sangat menyengat dari sampah-sampah plastik tersebut bahkan ketika sudah pulang peneliti masih merasakan bau tersebut menempel di baju peneliti. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan bagi anak-anak pemulung dan keluarganya, bagaimana bisa keadaan tersebut memberikan kesehatan untuk mereka. Observasi ke Yayasan Tunas Mulia Sabtu 13 September 2014 Observasi kali ini peneliti datang bersama adik peneliti. Peneliti datang ke yayasan untuk melalukan wawancara kelompok dengan anak-anak di yayasan dan juga pengurus yayasan. saat itu peneliti datang menemui Ibu Eli dan meminta bantuan untuk menghubungkan peneliti dengan anak-anak yang akan di wawancara secara berkelompok. Saat itu sedang berlangsung sekolah PKBM Paket A kelas 3 dan 4, mereka sedang senam sore. Setelah mereka senam peneliti mendatangi mereka bersama Ibu Eli dan kemudian melakukan wawancara kelompok dengan anak sebanyak 16 orang. Peneliti merasa senang bisa berkomunikasi dengan anak-anak, ternyata mereka sangat antusias ketika ditanyai oleh peneliti. Setelah wawancara kelompok peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Eli dan Ibu Mertianah wawancara dilakukan di saung yang paling besar kemudian pindah ke ruang guru. GAMBARAN UMUM, KONDISI FISIK, POTENSI WILAYAH DAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELURAHAN A. GAMBARAN UMUM Kelurahan Sumurbatu terbentuk pada tanggal : 19 April 2002, Kelurahan Sumurbatu merupakan salah satu dari delapan yang ada di Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat, yang wilayahnya diperuntukkan sebagai sentral agrobisnis/pertanian sekaligus sebagai daerah resapan air. Dari luas ± 568.955 ha areal yang ada, sekitar 318 ha dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan sisanya dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana pendidikan serta tempat pembuangan akhir ( TPA ) Pemda DKI 27 ha dan Kota Bekasi 178ha. Keberadaan lokasi TPA Bantargebang membawa dampak tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Para pemulung yang datang dari luar daerah untuk mengais rejeki, penduduk pribumi pun pada akhirnya ikut mengumpulkan sampah – sampah plastik yang laku dijual sebagai bahan mata pencaharian untuk menopang kebutuhan hidup keluarga sehari – hari. Permasalahan lain yang dihadapi dengan adanya lokasi TPA sampah : 1. Adanya udara yang tidak bersahabat di wilayah Kelurahan Sumurbatu dan sekitarnya akibat bau yang tidak sedap apabila tersengat hidung. 2. Terjadinya rembesan terhadap mata air di dalam tanah yang mencemari sumur – sumur penduduk disekitarnya sehingga air tidak layak dikonsumsi karena bau dan kotor. 3. Pencemaran terhadap tanaman padi penduduk apabila air yang kotor dan bau masuk ke areal pesawahan akibat gagal panen / puso. 4. Adanya penduduk luar yang datang dari luar daerah yang keberadaanya belum jelas akibat karena tidak melaporkan diri. 1 Meskipun demikian penduduk dan juga Pemerintah Kelurahan Sumurbatu merasa terbantu dengan adanya TPA sampah Bantargebang diantaranya : 1. Mata pencaharian terhadap penduduk sebagai tenaga tidak tetap bertambah 2. Nilai ekonomi terhadap sampah plastik yang dikumpulkan oleh penduduk sehingga menambah penghasilan mereka untuk keperluan keluarga sehari – hari. 3. sejak 5 Tahun terakhir ini Pemda DKI Jakarta memberikan dana kompensasi kepada masyarakat sekitar melalui Pemerintah Kota Bekasi yang diusulkan atas dasar peran serta dan partisipasi masyarakat yang hasilnya telah direalisasikan kedalam berbagai kebutuhan masyarakat itu sendiri seperti halnya : perbaikan lingkungan terhadap jalan – jalan yang ada, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan sarana sosial lainnya. B. KONDISI FISIK Letak Kota Pemerintahan Kelurahan Sumurbatu berada di sebelah tenggara dari Kota Pemerintahan Kecamatan Bantargebang, dengan luas ± 568.955 ha, berada pada 104 M di atas permukaan laut. C. POTENSI WILAYAH 1. Potensi Alam 1.1 Batas Wilayah ■ Sebelah Utara : Kel. Padurenan Kec. Mustika jaya ■ Sebelah Timur : Desa Burangkeng Kab. Bekasi ■ Sebelah Selatan : Desa Taman Rahayu Kab. Bekasi ■ Sebelah Barat : Kel. Cikiwul Kec. Bantargebang 2 1.2 Luas wilayah menurut penggunaan ■ Pemukiman penduduk : 123 ha ■ Tanah Perkantoran : 3.5 ha ■ Tanah Pemakaman Umum : 25.2 ha ■ Tanah Perusahaan / Industri : 10 ha : 138 ha ■ Tanah irigasi : 0,8 ha ■ Tanah TPA sampah DKI : 27 ha ■ Tanah TPA sampah Kota Bekasi : 18 ha ■ Tanah sarana pendidikan : 1 ha ■ Tanah tegalan dan kebun : 237,647 ha ■ Tanah lapangan : 1 ha ■ Sarana jalan : 5 ha ■ Tanah sawah tadah hujan / milik Perorangan 1.3 Topografi atau Bentang Lahan ■ Dataran : 568.955 ha ■ Perbukitan / pegunungan : - ha ■ Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : 3,5 Km ■ Jarak ke Ibu Kota Pemda Bekasi : 13 Km : 20 Menit : 40 Menit 1.4 Orbitasi ■ Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan ■ Waktu tempuh ke Ibu Kota Pemda Bekasi 1.5 Kualitas Lingkungan fisik ■ Sungai : Terkena Pencemaran TPA ■ Air sumur : Sebagian terkena pencemaran TPA ■ Udara : Sebagian terkena pencemaran TPA ■ Lahan pertanian : Sebagian terkena pencemaran TPA 3 ■ Kumuh : Ya 2. Potensi Penduduk 2.1 Jumlah penduduk jiwa : 10.115 Jiwa ■ Laki – laki : 5.231 Jiwa ■ Perempuan : 4.884 Jiwa ■ Jumlah Kepala Keluarga : 4.036 Kepala Keluarga ■ Pegawai Negeri Sipil : 381 Orang ■ Pegawai swasta / karyawan : 674 Orang ■ Petani : 1.144 Orang ■ Pertukangan : 203 Orang ■ Pemulung : 415 Orang ■ Buruh tidak tetap : 574 Orang ■ TNI / POLRI : 27 Orang ■ Pensiunan ABRI / Sipil : 62 Orang ■ Pedagang : 317 Orang ■ Jasa angkutan : 239 Orang 2.2 Mata pencaharian penduduk 2.3 Tingkat pendidikan umum penduduk ■ Tidak tamat SD : 3.654 Orang ■ Sedang sekolah di SD : 4.161 Orang ■ Tamat SD / sederajat : 896 Orang ■ Tamat SLTP / sederajat : 678 Orang ■ Tamat SLTA / sederajat : 571 Orang ■ Akademi D1-D2 : 45 Orang ■ Universitas : 95 Orang 2.4 Tingkat pendidikan khusus penduduk ■ Pondok pesantren : 4 15 Orang ■ SLB : - Orang ■ Kursus keterampilan : 10 Orang 2.5 Penduduk menurut agama yang dianut ■ Islam : 10.063 Orang ■ Kristen protestan : 15 Orang ■ Kristen katholik : 37 Orang / ■ Budha : - Orang ■ Hindu : - Orang ■ Kong Hu Cu : - Orang 2.6 Posyandu ■ Jumlah Posyandu : 10 Buah ■ Kader Posyandu : 50 Orang ■ Kader Dasawisma : 173 Orang ■ Kepala Kelurahan : 1 Orang ■ Sekretaris Kelurahan : 1 Orang ■ Kasi Pemerintahan : 1 Orang ■ Kasi Ekbang : 1 Orang ■ Kasi Trantib dan Linmas : 1 Orang ■ Staf Pelaksana : 26 Orang ■ Pelaksana Fungsional : 1 Orang 3. Potensi Kelembagaan Aparat Pemerintahan Kelurahan Organisasi kelembagaan kemasyarakatan ■ Lembaga pemberdayaan Masyarakat : 5 1 Buah ■ Jumlah RW : 7 Buah ■ Jumlah RT : 44 Buah ■ Jumlah Karang Taruna : 1 Buah ■ Jumlah PKK : 1 Buah ■ Jumlah Masjid Islam : 5 Buah ■ Jumlah Mushola Islam : 23 Buah ■ Jumlah Majlis Ta’lim Islam : 22 Buah ■ Jumlah gereja (Kristen/katholik) : - Buah ■ Jumlah wihara ( Budha ) : - Buah ■ Jumlah Pura ( Hindu ) : - Buah 4. Sarana dan Prasarana 4.1 Sarana Ibadah Jenis kegiatan yang ada ■ Musik dangdut : 1 Buah ■ Musik Qasidah : 15 Buah ■ Vokal group : 1 Buah Sarana jalan ■ Jalan aspal : 16.924 Km ■ Jalan diperkeras : 15 Km ■ Jalan Tanah : 3.466 Km Prasarana pendidikan formal NO JUMLAH PRASARANA ( BUAH ) 6 KONDISI BAIK BURUK 1 PAUD 5 5 - 2 Sekolah Dasar ( SD ) 3 3 - 3 SLTP / MIN 2 2 - 4 SLTA / SMK 1 1 - 5 Universitas/Akademi/Sekolah tinggi - - - 6 Mis 1 1 - Prasarana kesehatan NO. PRASARANA KETERANGAN JUMLAH ( ADA / TIDAK ) ( BUAH ) 1 Puskesmas pembantu Ada 1 Buah 2 Poliklinik Ada 2 Buah 3 Apotik Ada 1 Buah 4 Rumah bersalin Tidak - KETERANGAN JUMLAH ( ADA / TIDAK ) ( BUAH ) Prasarana Olah raga NO. PRASARANA 1 Lapangan sepak bola Ada 2 Buah 2 Lapangan Volley Ada 6 Buah 3 Lapangan Bulu tangkis Ada 3 Buah 4 Lapangan Tenis meja Ada 5 Buah Pos Keamanan Lingkungan ( Pos Kamling ) NO. 1 NAMA POS KAMLING LOKASI RW 01 RT 02 / 01 7 KETERANGAN RT 03 / 01 2 RW 02 RT 01 / 02 RT 02 / 02 RT 03 / 02 3 RW 03 RT 01 / 03 RT 02 / 03 RT 03 / 03 RT 04 / 03 4 RW 04 RT 01 / 04 RT 02 / 04 RT 03 / 04 5 RW 05 RT 01 / 05 RT 02 / 05 RT 03 / 05 6 RW 06 RT 02 / 06 RT 03 / 06 RT 05 / 06 RT 07 / 06 RT 09 / 06 RT 011 / 06 7 RW 07 RT 03 / 07 RT 04 / 07 RT 05 / 07 RT 06 / 07 RT 07 / 07 RT 08 / 07 RT 09 / 07 4.8 Alat pasca panen 8 ■ Perontak gabah : - Buah ■ Penggiling padi : 3 Buah ■ Parut kelapa : 5 Buah ■ Penggiling tepung : 5 Buah D. TINGKAT PERKEMBANGAN KELURAHAN I. Kesehatan Masyarakat 1. Kematian bayi ■ Jumlah bayi tahun ini : - Orang ■ Jumlah bayi lahir mati tahun ini : - Orang 2. Status gizi balita ■ Jumlah balita tahun ini : 810 Orang ■ Jumlah balita bergizi buruk : - Orang ■ Jumlah balita bergizi kurang : 1 Orang ■ Jumlah balita bergizi baik : 809 Orang Keluarga Berencana ■ Jumlah pos KB : 8 Buah ■ Jumlah sub pos KB : 10 Buah ■ Jumlah pasangan usia subur (PUS) : 2.642 PUS ■ Jumlah ibu hamil : 283 Orang ■ Jumlah PUS ingin anak : 245 Orang ■ Jumlah PUS tida ingin anak : 342 Orang ■ Jumlah kelompok BKB : 3 Kelompok ■ Jumlah kelompok BKR : 2 Kelompok ■ Jumlah kelompok BKL : 2 Kelompok ■ Jumlah kader posyandu : 10 Kelompok 3Tenaga kesehatan ■ Dokter : 1 Orang ■ Bidan : 4 Orang 9 ■ Perawat / Mantri : 2 Orang ■ Dukun terlatih : 3 Orang ■ Malaria : - Orang ■ Demam berdarah : - Orang ■ Kolera : - Orang 4. Wabah penyakit 5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga ■ Keluarga pra sejahtera : 903 Orang ■ Keluarga sejahtera I : 1.743 Orang ■ Keluarga sejahtera II : 965 Orang ■ Keluarga sejahtera III : 396 Orang ■ Keluarga sejahtera plus : ■ Jumlah keseluruhan : 4.036 KK 29 KK II. Keamanan Ketentraman dan Ketertiban 1. Data Kriminal ■ Jumlah peristiwa pencurian : - Kali ■ Jumlah peristiwa perampokan : - Kali ■ Jumlah peristiwa penodongan : - Kali ■ Jumlah peristiwa penganiayaan : - Kali ■ Jumlah peristiwa perkelahian : - Kali ■ Jumlah peristiwa penculikan : - Kali ■ Jumlah peristiwa pembunuhan : - Kali ■ Jumlah peristiwa percobaan pembunuhan: - Kali ■ Jumlah peristiwa penipuan : - Kali ■ Curanmor : 4 Kali ■ Demo : - Kali ■ Bencana alam angin puting beliung : - Kali ■ Kebakaran rumah : - Kali 2. Sistem Keamanan Lingkungan 10 ■ Pos kamling : 34 Pos ■ Jadwal Pos kamling : ada ■ Kegiatan piket malam kelurahan : ada ■ Jumlah anggota Linmas : 14 Orang III. Ekonomi Kelurahan 1. Koperasi Tingkat Kelurahan Sumurbatu ■ Pengurus sudah terbentuk tetapi belum berjalan dikarenakan belum ada bantuan modal. 2. Pelaksanaan K- 3 ■ Dilaksanakan rutin setiap hari Sabtu ■ Meliputi unsur RT, RW, Kelurahan, Pospol, Babinsa TNI AD, LPM, Karang Taruna dan masyarakat sekitar 11 Foto Hasil Keterampilan Anak-anak di Yayasan Tunas Mulia Topi dan tas hasil keterampilan anak-anak yang terbuat dari limbah sampah Keterampilan dari kulit telur hasil karya anak-anak pemulung Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia Ruang Guru di Yayasan Tunas Mulia (tampak depan dan bagian dalam) Ruang Koperasi di Yayasan Tunas Mulia (tampak depan dan bagian dalam) Ruang kamar mandi dan Musholla Yayasan Tunas Mulia Tempat cuci tangan dan Lapangan di Yayasan Tunas Mulia. Saung tempat belajar dan ruang belajar PAUD Ruang Perpustakaan di Yayasan Tunas Mulia dan saung belajar jenjang Paket B Kegiatan santunan dari SD Rabbani Rumah Ibu Odeh dan Ibu Onas (orang tua murid) Foto Papan Jumlah siswa Yayasan Tunas Mulia Siswa PAUD Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia