pemenuhan hak anak pemulung melalui program

advertisement
PEMENUHAN HAK ANAK PEMULUNG MELALUI PROGRAM
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DI YAYASAN TUNAS MULIA
KELURAHAN SUMUR BATU BANTAR GEBANG BEKASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
EPIDA SARI
1110054100009
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untukmemenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya saya hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersediamenerima sanksi yang berlakudi UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2014
Epida Sari
ABSTRAK
Epida Sari
Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan
Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang
Bekasi
Pemenuhan hak anak sangatlah penting dalam mensejahterakan anak.
Khususnya pemenuhan akan pendidikan dan kesehatan. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 8: “Setiap
anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial”. Pasal 9: “(1) Setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Namun pada kenyataannya masih ada anak yang tidak mendapatkan hakhak tersebut yaitu anak-anak pemulung. Maka dari itu pelayanan sosial dalam
bidang pendidikan dan kesehatan merupakan salah satu cara pemunahan hak anak
pemulung. Hal ini yang membuat peneliti tertarik dalam mengambil judul terkait
dengan pemenuhan hak anak pemulung, yakni Pemenuhan Hak Anak Pemulung
melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan
Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.
Dari penelitian ini, peneliti merumuskan bagaimana pemenuhan hak anak
pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian
deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian, maka diperoleh data bahwa pertama, program
pendidikan di Yayasan Tunas Mulia yaitu pendidikan yang berbasis PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan jenjang pendidikan PAUD, Paket A, Paket
B, dan Beasiswa untuk SMK dan Kuliah. Kedua, Program kesehatan di Yayasan
Tunas Mulia yaitu Pengobatan Gratis dan Pendampingan Pasien
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah
dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan
Nabi yang mulia Muhammad Rasulullah Saw. Dengan selesainya skripsi yang
berjudul “Pemenuhan Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan
Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang
Bekasi.”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi Kesejahteraan Sosial.
Dalam pembuatan skripsi,penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf bila terjadi
kekurangan
ataupun
kekeliruan
dalam
pembuatan
skripsi
ini.Penulis
mengharapkan saran dan kritik bagi pembaca. Dengan dibuatnya skripsi,penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dalam mengerjakan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses terbentuknya skripsi ini. Terima
kasih kepada mama dan bapak yang selalu mendoakan tanpa putus, membimbing,
membantu penulis demi menyelesaikan tugas-tugas dalam penelitiandan
memberikan dukungannya baik moril dan materil kepada penulis selama proses
pembuatan skripsi. Kepada kedua abangku yang selalu memberikan bantuan
kepada penulis dimana bantuan tersebut satu sama lain sangat melengkapi dan
juga adiku yang selalu menghiburku. Semoga Allah SWT membalas semua
ii
kebaikan dan cinta yang telah mereka berikan kepada penulis. Ucapan terimaksih
juga penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan sebagai Pembimbing Akademik.
4. Bapak Helmi Rustandi, MA sebagai Dosen Pembimbing. Terima kasih
telah banyak meluangkan waktu selama bimbingan, memberikan
arahan, sebagai motivator penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Serta memberikan banyak sekali hal yang bermanfaat bagi penulis, dan
kritik sehingga dapat membangun penulis dalam penulisan skripsi.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Kesejahteraan Sosial yang telah
mendidik penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini.
6. Bapak Nadam Dwi Subekti, Pendiri Yayasan Tunas Mulia yang telah
mengizinkan penulis melakukan penulisan.
7. Bapak Johan , Ibu Eli Indah Yani, Ibu Mertianah, Ibu Siti Aminah dan
seluruh pengurus Yayasan Tunas Mulia yang telah membantu penulis
menyelesaikan penelitian.
8. Anak-anak didik di Yayasan Tunas Mulia yang menerima dan
membantu penulis dalam mendapatkan informasi-informasi dalam
melakukan penelitian di Yayasan Tunas Mulia
iii
9. Orang tua, Mama dan Bapak yang selalu memberikan doa, juga kedua
Kakak ku yaitu Abang Maraden yang selalu memberikan fasilitas
untuk mengerjakan skripsi dan Abang Mahfudin yang selalu
mengantar bahkan menunggu penulis di saat kuliah maupun penulisan
dari awal perkuliahan hingga sekarang. Serta Adiku Achmad Novrizal
dan Dede Mutiara Nur Asyiyah yang selalu membuatku tertawa.
10. Keluarga Bapak H. Hamim, Khususnya Abang Ahmad Zarkasih, S.Th
I dan Teteh Amalia Alaydrus yang telah sabar membantu penulis untuk
mengerjakan skripsi serta abang-abang dan teteh-teteh yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
11. Abang Ibrahim Hanif yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan
penuh
kasih
sayang
serta
selalu
membantu
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebahagian dan keberkahan selalu
untuk kita.
12. My Boclays terima kasih untuk kebersamaannya setiap hari selama 4
tahun ini. Syarifah Lubna Asseggaf, Asisah, Ratih Eka Susilawati,
Ilma Hasanah dan Nur Hikmah.
13. Adik-adik sepupu di rumah, Arief, Syifa, Vinka, Ryan, Risa, Rani,
Fauzan, Fikri, Faisal, Reyhan, Ike yang selalu menemani dan
menghibur penulis ketika mengerjakan skripsi
14. Teman-teman seperjuangan khususnya untuk angkatan 2010 di
Kesejahteraan Sosial
yang Best of The Best yang selalu kompak
dalam hal apapun.
iv
15. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
membantu, mendoakan serta mendukung penulis dalam mengerjakan
skripsi ini. Peneliti banyak mengucapkan terima kasih.
Jakarta, Agustus 2014
Epida Sari
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Pembatasan Masalah .....................................................................................5
C. Perumusan Masalah ......................................................................................6
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................6
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................6
1. Manfaat Akademik..................................................................................6
2. Manfaat Praktis .......................................................................................7
F. Metodologi Penelitian ...................................................................................7
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................7
2. Sumber Data............................................................................................8
3. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................8
4. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................9
5. Teknik Analisis Data.............................................................................11
6. Teknik Keabsahan Data ........................................................................12
7. Pedoman penulisan Skripsi ...................................................................12
8. Teknik Pemilihan Informan ..................................................................13
G. Tinjauan Pustaka........................................................................................14
vi
H.
Sistematika Penulisan ..............................................................................16
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hak Anak ....................................................................................................18
1. Pengertian Anak ....................................................................................18
2. Pengertian Hak Anak ............................................................................19
3. Regulasi Hak Anak .............................................................................. 20
a. Sistem Hukum Indonesia ................................................................20
b. Hukum yang Mengatur Tentang Hak Anak ....................................21
B. Pelayanan Sosial..........................................................................................24
1. Definisi dan Makna Kesejahteraan sosial .............................................24
2. Masalah Kesejahteraan Sosial ..............................................................27
3. Metode Perubahan Sosial Terencana (Metode Intervensi Sosial).........31
a. Perubahan sosial terencana di level mikro
(individu, keluarga, dan kelompok kecil) .......................................31
b. Perubahan sosial terencana di level makro
(komunitas dan organisasi) .............................................................32
4. Definisi Pelayanan Sosial......................................................................33
5. Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan........................35
6. Pelayanan Sosial Luar Panti .................................................................35
a) Definisi Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti ....................35
b) Tujuan Pelayanan Sosial Luar Panti ...............................................36
c) Sistem Pelayanan Sosial..................................................................36
1) Sistem Dasar Pelayanan ............................................................36
vii
2) Metode Pelayanan .....................................................................37
3) Bentuk Pelayanan......................................................................38
(a) Pelayanan kelembagaan ......................................................38
(b) Pelayanan masyarakat .........................................................39
7. Program Pelayanan Pendidikan.............................................................40
a. Pengertian Pendidikan.....................................................................40
b. Satuan Pendidikan ..........................................................................40
c. Bentuk Pendidikan Nonformal........................................................41
8. Program Pelayanan Kesehatan..............................................................43
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang .........................44
B. Visi dan Misi Yayasan Tunas Mulia...........................................................46
1. Visi Yayasan Tunas Mulia ....................................................................46
2. Misi Yayasan Tunas Mulia ...................................................................46
C. Tujuan Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang ............................................47
1. Tujuan Umum .......................................................................................47
2. Tujuan Khusus ......................................................................................47
D. Sasaran Penerima Layanan .........................................................................48
E. Fasilitas Sarana Prasarana dan Sumber Dana Manusia yang dimiliki
Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang.........................................................48
1. Sarana dan Prasarana.............................................................................48
2. Sumber Pendanaan Yayasan Tunas Mulia............................................51
F. Susunan Pengurus Yayasan.........................................................................53
G. Program Pelayanan Sosialdi Yayasan Tunas Mulia....................................54
1. Program Pelayanan Pendidikan.............................................................54
viii
a. Pelayanan pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Paket A (Setara SD), dan Paket B (Setara SMP) ............................54
b. Pelayanan pendidikan kesenian dan keterampilan .........................55
2. Program Pelayanan Kesehatan..............................................................56
a. Pengobatan Gratis ...........................................................................56
b. Pendampingan Pasien......................................................................56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISATENTANG PELAYANAN
YAYASAN TUNAS MULIA TERHADAP ANAK-ANAK PEMULUNG
1. Program Pelayanan Pendidikan...................................................................57
a. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), PAKET A (Setara
Sekolah Dasar), PAKET B (Setara Sekolah Menengah Pertama): .......59
1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ..............................................59
2) PAKET A (Setara Sekolah Dasar) ..................................................60
3) PAKET B (Setara SMP) .................................................................61
b. Pelayanan Pendidikan Kesenian dan Keterampilan .............................63
1) Pelayanan Kesenian ........................................................................63
2) Pelayanan Keterampilan .................................................................64
2. Program Pelayanan Kesehatan Yayasan Tunas Mulia................................65
a. Pengobatan Gratis .................................................................................65
b. Pendampingan Pasien............................................................................66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................68
1. Jenis Pelayanan Pendidikan di Yayasan Tunas Mulia: .........................68
2. Pelayanan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia ....................................68
ix
B. Saran............................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi
sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala kebutuhan hidup, khususnya
yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan
perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sosial
sebagai tujuan dari sutu kegiatan pembangunan. Misalnya, tujuan pembangunan
adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. 1 Dalam konteks
tujuan pembangunan hal yang paling penting adalah mempersiapkan generasi
penerus bangsa yaitu anak-anak Indonesia agar menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas baik dalam melakukan pembangunan sosial di Indonesia.
Dalam Undang-Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak sudah
jelas ”bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus
yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan;
bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia
perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu
dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), hal. 3.
2
dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya
perlakuan tanpa diskriminasi”.2
Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan sosial pada
lingkup anak. Salah satunya yaitu permasalahan anak terlantar. Anak terlantar
merupakan salah satu permasalahan sosial anak yang sampai saat ini masih belum
bisa terpecahkan. Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah
tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang tuanya. Tetapi, terlantar
di sini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara
wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian,
ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan.3
Menurut Bagong Suyanto, meski kemiskinan bukan satu-satunya
penyebab anak ditelantarkan dan tidak selalu pula keluarga miskin akan
menelantarkan anaknya. Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan
kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan
mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak-hak anaknya sangat terbatas.4
Seperti halnya anak pemulung termasuk kedalam kategori anak terlantar,di mana
hak mereka ini tidak dapat terpenuhi yaitu; hak akan pemenuhan kebutuhan
makanan, pakaian, pendidikan dan juga kesehatan.
Anak pemulung sering kali kita jumpai di sekitar tempat pembuangan
akhir sampah di mana tempat orang tua mereka mengais rezeki, seperti di Tempat
2
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
3
4
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana 2010), h. 213
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana 2010), h. 214.
3
Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang tepatnya di Kelurahan Sumur Batu.
Luas desa sumur batu ± 568.955 ha, sekitar 318 ha dipergunakan untuk
pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan sisanya dipergunakan untuk
sarana gedung perkantoran dan prasarana pendidikan serta TPA Pemda DKI
seluas 27 ha dan Kota Bekasi seluas 18 ha.5
Keberadaan lokasi TPA Bantar Gebang membawa dampak tersendiri bagi
masyarakat sekitarnya. Para pemulung yang datang dari luar daerah untuk
mengais rejeki, penduduk pribumi pun pada akhirnya ikut mengumpulkan
sampah-sampah plastik yang laku dijual sebagai bahan mata pencaharian untuk
menopang kebutuhan hidup keluarga sehari – hari, sekitar ± 415 orang di
Kelurahan Sumur Batu yang menjadi pemulung.
Para pemulung di wilayah Kelurahan Sumur Batu menempati rumahrumah kumuh tepat di bawah tumpukan sampah, mereka mengais sampah demi
kelangsungan hidup keluarganya. Penghasilan yang diperoleh sangatlah minim
yaitu sekitar Rp.30.000-Rp.40.000 per hari. 6 Dari penghasilan tersebut bagaimana
bisa seorang pemulung memenuhi kebutuhan pendidikan untuk anak-anak
mereka. Uang tersebut hanya bisa digunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari,
terlebih untuk kesehatan, anak-anak pemulung ini tidak bisa bebas dari tempat
yang tidak bersih tersebut mereka harus menghirup udara tidak segar, mandi
menggunakan air yang bau dan kotor karena sudah tercemar oleh sampah.
Sesungguhnya pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang
keberhasilan anak di masa mendatang, pemerintah pun telah menargetkan
5
6
Dokumen Kelurahan Sumur Batu, Program Selayang Pandang Kel. Sumur Batu, 2012.
Wawancara Pribadi dengan orang tua Dede, pada tanggal 25 Maret 2014.
4
pembangunan pendidikan di masa ini adalah pendidikan dasar sembilan tahun.
Begitupun dalam aspek kesehatan, tentunya anak-anak pemulung harus mendapat
kan pelayanan kesehatan yang baik sehingga mampu mengikuti pendidikan untuk
dirinya.
Namun pada kenyataannya kondisi mereka sangat memprihatinkan,
mereka tidak bisa merasakan indahnya pendidikan dan juga nikmatnya lingkungan
yang sehat. Mereka hanya bisa pasrah merasakan pahitnya kenyataan akan
ketidakterpenuhinya hak-hak mereka sebagai anak khususnya dalam bidang
pendidikan dan kesehatan.
Terkait dengan permasalahan ini hal yang bisa dilakukan untuk membantu
anak-anak pemulung adalah melalui program pendidikan dan kesehatan. Program
tersebut merupakan bentuk pemenuhan hak-hak anak pemulung oleh Yayasan
Tunas Mulia.
Usaha pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan
kesehatan ini pun tentunya sudah banyak di bentuk oleh berbagai Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) baik dalam kategori milik pemerintah maupun non
pemerintah. Salah satu lembaga non pemerintah yang bergerak dalam program
pemenuhan hak anak pemulung adalah Yayasan Tunas Mulia. Yayasan ini terletak
di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Jalan Pangkalan 2
RT. 002/ RW. 04, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.
Yayasan Tunas Mulia menyediakan pelayanan pendidikan gratis, beasiswa
untuk anak pemulung yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
5
tinggi, sanggar kreatifitas anak pemulung, pengobatan kesehatan gratis, serta
program pendampingan pasien. Yayasan ini diperuntukan bagi anak pemulung di
sekitar kompleks tempat pembuangan akhir Bantar Gebang,
Peneliti tertarik pada program pendidikan dan kesehatan untuk anak
pemulung karena letak yayasan ini sangat tepat dengan keberadaan anak
pemulung yaitu di TPA Bantar Gebang, di mana orang tua mereka yaitu pemulung
tidak bisa memenuhi kebutuhan pendidikan dan juga memfasilitasi kesehatan
anak-anak mereka karena keterbatasan ekonomi, maka dengan adanya yayasan
tunas mulia sudah pasti sangat membantu para pemulung untuk memenuhi hakhak anak mereka dan tentunya akan memberikan kebaikan kepada anak- anak
pemulung di masa depan.
Untuk itu dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh
bagaimana pemenuhan hak-hak anak pemulung melalui program pendidikan dan
kesehatan yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia di Kelurahan Sumur Batu
TPA Bantar Gebang, Bekasi. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul “Pemenuhan
Hak Anak Pemulung melalui Program Pendidikan dan Kesehatan di
Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.”
B. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang
peneliti teliti, agar lebih terfokus dan efektif dalam penelitian ini peneliti
membatasi masalah yang terkait dengan penelitian. Peneliti membatasi penelitian
6
ini hanya pada pemenuhan hak anak pemulung melalui program pendidikan dan
kesehatan di Yayasan Tunas Mulia, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang,
Bekasi, Jawa Barat.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar lebih terarah maka
perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemenuhan hak anak
pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia?
D. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada permasalahan yang dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin peneliti capai yaitu untuk mengetahui pemenuhan hak anak
pemulung melalui program pendidikan dan kesehatan di Yayasan Tunas Mulia.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
a. Dapat dijadikan informasi dalam pengembangan mutu pembelajaran
kesejahteraan sosial (Kessos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Diharapkan dapat bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi
sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial
dalam dimensi usaha kesejahteraan sosial yaitu pemberian pelayanan
sosial khususnya kepada anak pemulung.
7
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengurus lembaga
Yayasan Tunas Mulia agar tetap Istiqomah karena keberadaan program
pelayanan sosial untuk anak pemulung ini dapat membantu
menyelesaikan permasalahan anak pemulung.
b. Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca, mengenai
pelayanan sosial yang di berikan oleh Yayasan Tunas Mulia kepada
Anak Pemulung di Bantar Gebang.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Karena penelitiannya merupakan studi yang mendalam dengan menggunakan
teknik pengumpulan data langsung dari subjek lingkungan alamiahnya.
Peneliti menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari
makna daripadanya. Peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang
kompleks dan menyeluruh dengan deskripsi detail dari pandangan para
informan.7
Sedangkan menurut Lexy J. Moleong pendekatan kualitatif ini
bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diteliti. Penggunaan pendekatan kualitatif ini yaitu dengan
melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
7
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h. 39-44.
8
tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati8 Pendekatan ini
digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang program pendidikan
dan kesehatan untuk anak pemulung yang dilakukan oleh Yayasan Tunas
Mulia.
2. Sumber Data
Data primer adalah data pokok yang mendukung penelitian dimana
data diperoleh secara langsung dari subjek penelitian yaitu anak-anak didik
(anak pemulung) dan juga yayasan tunas mulia seperti pengurus yayasan,
dan juga para pengajar yayasan.9
Sedangkan data sekunder peneliti adalah para informan yaitu
orang- orang selain dari subjek penelitian seperti misalnya ayah dan ibu
pemulung atau warga sekitar yayasan. Kemudian sumber data sekunder
juga berupa data-data atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penelitian dari lembaga, dan referensi, serta berbagai sumber buku dari
perpustakaan.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 12 Mei 2014 sampai
dengan 05 Juli 2014. Adapun lokasi yang dijadikan objek penelitian yaitu
Yayasan Tunas Mulia, yang beralamat lengkap di Jalan Pangkalan 2 RT.
002/ RW. 04, Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Jawa
Barat.
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998), Cet, Ke-15, h. 3.
9
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h.157.
9
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan penelitian ini. Teknik pengumpulan data ini dilakukan
dengan:
a. Observasi atau pengamatan, merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal
yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,
waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan
cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian
seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan
tertentu.10 Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke tempat penelitian
yaitu di Jalan Pangkalan Dua Kelurahan Sumur Batu Kompleks
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang, peneliti juga
mengamati proses program pendidikan dan kesehatan untuk anak
pemulung yang dilakukan oleh Yayasan Tunas Mulia.
b. Wawancara, merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data
dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan.
Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa
yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang
tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang
ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas
10
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h. 165.
10
waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa
mendatang11. Peneliti melakukan wawancara kepada subjek penelitian
yaitu anak-anak didik sekolah alam yang dimana anak-anak didiknya
adalah anak-anak pemulung, ketua yayasan tersebut, juga para
pengajar yayasan tersebut serta unsur yang berkaitan dengan
permasalahan yang ingin digali.
c. Wawancara Kelompok
Wawaancara kelompok adalah suatu percakapan kelompok dengan
suatu tujuan. Peneliti kualitatif menyatukan suatu kelompok orang
untuk menemukan apa yang mereka pikirkan, rasakan, atau tahu
mengnai fokus penyelidikan dari peneliti. Wawancara kelompok bisa
menjadi suatu cara yang efisien dalam membantu peneliti untuk
berfokus pada aspek yang lebih menonjol dari fenomena yang sedang
dipelajari.12
Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara kelompok sebagai
metode pengumpulan
data
karena agar
lebih mudah dalam
mengumpulkan data dan dengan memikirkan keterbatan waktu yang
d. Dokumentasi
Studi Dokumentasi- catatan tertulis yang didapat dari lokasi
penelitian.13 Dokumen sendiri dapat dipahami sebagai setiap catatan
11
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 176.
12
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 192-193
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Jakarta (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 1993), h.
234.
11
tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang
dipersiapkan maupun yang tidak dipersiapkan untuk suatu penelitian.14
Dalam studi dokumentasi ini peneliti mencari catatan tertulis mengenai
hal-hal atau variable yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diteliti di lokasi penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Secara umum dinyatakan bahwa analisis data merupakan suatu
pencarian pola-pola dalam data perilaku yang muncul, objek-objek, terkait
dengan fokus penelitian. Suatu pola diidentifikasi dan diinterpretasi ke
dalam istilah-istilah teori sosial atau latar, di mana teori sosial itu terjadi.
Peneliti kualitatif pindah dari deskripsi peristiwa historis atau latar sosial
ke interpretasi maknanya yang lebih umum. Analisis data mencakup,
menguji,
menyeleksi,
menyortir,
mengategorikan,
mengevaluasi,
membandingkan, menyintesiskan, dan merenungkan data yang telah
direkam, juga meninjau kembali data mentah dan terekam.15
Adapun proses dari analisis data menurut Seiddel (1998) sebagai
berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan memilih dan memilah, mengklasifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
14
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 199.
15
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 246.
12
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.16
Berdasarkan hal tersebut maka metode analisis data yang
digunakan adalah metode deskripsi
analisis
yakni
dengan cara
mengumpulkan data, menyusun, menyajikan, baru kemudian menganalisis
untuk mengungkapkan arti data tersebut.
6. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara triangulasi sumber yaitu cara mengecek kembali data yang
telah diperoleh pada sumber yang sama dalam waktu yang berbeda, atau di
cek dengan sumber yang berbeda.17 Dalam hal ini peneliti melakukan
wawancara dengan ketua Yayasan Yayasan Tunas Mulia, Bantar Gebang
pada saat hari pertama penelitian kemudian data tersebut peneliti cek
kembali pada penelitian berikutnya dengan cara mewawancarai kembali
ketua yayasan tersebut dan juga mewawancarai sumber yang lain yaitu
para tenaga pengajar dan anak didik (anak pemulung) yang ada di Yayasan
Tunas Mulia, Bantar Gebang.
7. Pedoman penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi, maka peneliti
menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2007.
16
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 248.
17
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2012), h. 318.
13
8. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian
ini adalah teknik purvosive sampling yaitu penentuan sampel penelitian
tidak secara random karena dianggap tidak penting. Oleh karena itu,
sampel ditentukan secara purposive (sengaja) sehingga sampel penelitian
tidak perlu mewakili populasi. Adapun pertimbangan sampel purposive
lebih pada kemampuan sampel (informan) untuk memasok informasi
selengkap mungkin kepada peneliti. Dengan kata lain informan yang
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orangorang yang dapat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian18. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkannya
pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Informan Penelitian
No.
Informan
1. Pengurus
Yayasan
Mulia
Informasi yang dicari
Jumlah
Gambaran tentang Yayasan 3
Tunas Tunas
Mulia
mendetail,
secara
program
pelayanan pendidikan dan
kesehatan yang disediakan
oleh yayasan.
2. Orang Tua Anak Gambaran
18
yang diketahui 3
M. Djunaedi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), h. 89.
14
Pemulung
tentang
Yayasan
Tunas
Mulia, program pelayanan
pendidikan
yang
dan
kesehatan
disediakan
oleh
yayasan serta kualitasnya
3. Anak- anak didik
Program
pelayanan 15
pendidikan
yang
dan
kesehatan
disediakan
oleh
yayasan serta kualitasnya
G. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian ini, peneliti memuat penelitian yang sudah ada, dengan
membandingkan judul yang akan diteliti yaitu, “Upaya Pemenuhan Hak-hak Anak
Pemulung melalui Program Pelayanan Sosial oleh Yayasan Tunas Mulia di Kel.
Sumur Batu, Kompleks Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang, Bekasi”
Adapun beberapa kajian pelaksanaan program yang pernah diteliti diantaranya
ialah skripsi yang berjudul “Pelayanan Sosial bagi Gelandangan dan Pengemis di
Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi.” yang disusun oleh Muhammad
Akmal Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada
tahun 1430H/2009M. Dalam penelitian tersebut peneliti melihat bahwa
pembahasannya lebih terfokus kepada bagaimana tahapan pelayanan sosial, jenis
pelayanan sosial terhadap gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh panti
15
dan bagaimana faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemberian
pelayanan sosial.
Kemudian tinjauan pada skiripsi yang berjudul “Pelayanan Sosial Anak
Jalanan Berbasis Panti sebagai Wujud Perlindungan Hak Anak (Studi Kasus di
Social Development Center for Street Children, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta
Timur)”, yang disusun oleh Ipul Suharma Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan
Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1430H/2009M. Dalam penelitian
tersebut peneliti melihat bahwa pembahasan lebih terfokus kepada tahapan
pelayanan sosial yang di berikan kepada anak jalanan dan juga jenis pelayanan
sosial untuk anak jalanan di Social Development Center for Street Children,
Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur.
Dari penelitian tersebut peneliti menilai penelitian tersebut memiliki fokus
yang berbeda walaupun sama-sama membahas tentang pelayanan sosial. Dari dua
penelitian tersebut masing-masing memiliki fokus pelayanan yang berbeda yaitu
pelayanan untuk gelandangan dan pengemis dan juga pelayanan untuk anak
jalanan. Sedangkan peneliti lebih fokus kepada pelayanan untuk anak pemulung.
Dengan demikian penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang peneliti kaji.
Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap
perkembangan ilmu kesejahteraan sosial.
16
H. Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan skripisi ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan; memuat latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodelogi
peneltian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II: Kajian Teori; Hak Anak memuat di dalamnya: Pengertian Hak,
Macam-macam Hak, Pengertian Anak, Pengertian Hak Anak, Regulasi Hak Anak
memuat di dalamnya; Sistem Hukum di Indonesia dan Hukum yang Mengatur
Hak Anak. Pelayanan Sosial memuat di dalamnya Definisi dan Makna
Kesejahteraan Sosial, Masalah Kesejahteraan Sosial, Metode Perubahan Sosial
Terencana, Definisi Pelayanan Sosial, Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus
Diselenggarakan, Pelayanan Sosial Luar Panti, Sistem Pelayanan Sosial, Program
Pelayanan Pendidikan dan Program Pelayanan Kesehatan.
BAB III: Gambaran Umum Lembaga; Yayasan Tunas Mulia Bantar
Gebang Bekasi. Menguraikan tentang Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi Yayasan,
Tujuan Yayasan, Sasaran Penerima Layanan, Sarana dan Prasarana, Struktur
Organisasi, Sumber Pendanaan Lembaga, Susunan Pengurus Lembaga, , Program
Pelayanan Sosial di Yayasan.
BAB IV:Temuan dan Analisis data; Program Pelayanan Pendidikan
memuat di dalamnya Pelayanan PAUD, Kejar Paket A, Kejar Paket B serta
Beasiswa unruk SMK dan Kuliah. Program Pelayanan Kesehatan memuat di
dalamnya Pengobatan Kesehatan Gratis dan Pendampingan Pasien.
17
BAB V: Penutup; yang memuat Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hak Anak
1. Pengertian Anak
Berdasarkan UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, “anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.”19
Sedangkan menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak,
yang berarti makna anak (pengertian tentang anak) yaitu “seseorang yang
harus memperoleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin
pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rahasia, jasmaniah,
maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan
kemampuan dan kehidupan sosial. Anak juga berhak atas pemeliharaan dan
perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesuadah ia dilahirkan”.
20
Dalam pengertian khusus menurut ajaran islam, anak adalah generasi
penerus untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam
pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan mewarisi
kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan. Karena itu,
19
Republik Indonesia, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
20
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak.
19
anak perlu dirawat dan dididik di dalam keluarga dengan sebaik-baiknya, agar
ia berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dalam ajaran agama islam, sebagaimana disebutkan dalam ayat- ayat
Al-Quran dan Sunnah Rasul serta pendapat para ulama, anak menempati
posisi yang sangat mulia, sejak masa pembuahan, pembentukan embrio,
perkembangan janin, hingga ia menjadi manusia dewasa sebagai khalifah di
muka bumi.
Pemenuhan hak untuk hidup dan perlindungan keselamatan, kesehatan,
disayangi dan dikasihi harus didapatkan oleh setiap anak. Hak anak
merupakan kewajiban yang harus di penuhi oleh orang tua, masyarakat, dan
negara untuk diberikan kepada setiap anak yg terlahir di dunia ini.21
2. Pengertian Hak Anak
Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungaan Anak Bab 1
Pasal 1 ayat 12 bahwa “Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara.”22
Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak
anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum sejak anak dalam kandungan.
21
Maria Ulfah dan Abdullah Ghalib, Parenting With Love. Panduan Islami Mendidik
Anak Penuh Cinta, (Bandung: Pt. Mizan Pustaka, 2010), h. 17
22
Republik Indonesia, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
20
3. Regulasi Hak Anak
a. Sistem Hukum Indonesia
Dalam Undang- undang Dasar 1945 Bab XA telah dijelaskan
secara umum tentang hak asasi manusia yang didalamnya terdapat hak
anak, beberapa pasal yang berkaitan dengan hak anak adalah sebagai
berikut
Pasal 28A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Pasal 28B: “(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Pasal 28C: “(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat,
bangsa, dan negaranya”.
Dari uraian tersebut sudah terlihat bahwa Indonesia telah memiliki
dasar hukum yang kuat tentang permasalahan hak asasi manusia
khususnya hak- hak anak.
21
b. Hukum yang Mengatur Tentang Hak Anak
Sejak ditetapkannya Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak pada tanggal 22 Oktober 2002, perlindungan anak
Indonesia telah memiliki landasan hukum yang lebih kokoh. Hak anak
relatif lebih lengkap dan cukup banyak dicantumkan dalam UndangUndang Perlindungan Anak. Pasal-pasal yang berkaitan dengan hak-hak
anak antara lain, yaitu:
Pasal 4: “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”.
Pasal 5: “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri
dan status kewarganegaraan”.
Pasal 6: “Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya,
berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya,
dalam bimbingan orang tua”.
Pasal 8: “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan
sosial”.
Pasal 9: “(1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. (2) Selain hak anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang
menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,
22
sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan
pendidikan khusus”.
Pasal 10: “Setiap anak berhak menyatakan dan didengar
pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai tingkat
kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilainilai kesusilaan dan kepatutan”.
Pasal 53: “(1) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan
biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi
anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yangbertempat
tinggal
di
daerah
terpencil.
(2)
Pertanggungjawaban
pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk pula mendorong
masyarakat untuk berperan aktif”.
Dalam Konvensi Hak- hak anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989, telah
dituliskan beberapa hal tentang hak- hak anak yang harus diwujudkan.
Salah satunya yaitu pada pasal 24 ayat 1 “Negara- Negara peserta
mengakui hak anak untuk menikmati status kesehatan tertinggi yang dapat
dicapai dan untuk memperoleh sarana- sarana perawatan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Negara- negara peserta akan berusaha untuk
menjamin bahwa tak seorang anak pun yang dirampas haknya untuk
memperoleh pelayanan perawatan kesehatan seperti itu.
Kemudian dalam pasal 27 ayat 1“Negara- negara peserta mengakui
hak setiap anak atas taraf hidup yang layak bagi pengembangan fisik,
mental, spiritual, moral dan sosial anak”. Serta dalam pasal 28 ayat 1
23
Negara- negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk
mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang
sama mereka akan khususnya:
(a) Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan tersedia secara cumacuma untuk semua;
(b) Mendorong pengembangan bentuk- bentuk yang berbeda dari
pendidikan menengah, termasuk pendidikan umum dan kejuruan,
menyediakannya untuk setiap anak dan mengambil langkah- langkah
yang tepat seperti memperkenalkan pendidikan cuma- cuma dan
menawarkan bantuan keuangan bila diperlukan;
(c) Membuat pendidikan yang lebih tinggi tersedia bagi semua
berdasarkan kemampuan dengan semua cara yang layak;
(d) Membuat informasi dan bimbingan pendidikan dan kejuruan tersedia
untuk semua anak dan bisa diperoleh oleh semua anak;
(e) Mengambil langkah- langkah untuk mendorong kehadiran teratur di
sekolah dan pengurangan angka putus sekolah23.
Melihat beberapa pasal diatas peneliti menyimpulkan bahwa anak
Indonesia berhak mendapat pelayanan perawatan kesehatan yang baik.
Kemudian anak juga berhak atas penghidupan yang layak demi
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Serta berhak
untuk mendapat pendidikan yang layak.
23
Republik Indonesia, Konvensi Hak- hak Anakyang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989, Pasal 24 ayat 1, Pasal 27 ayat 1,
Pasal 28 ayat 1.
24
B. Pelayanan Sosial
1. Definisi dan Makna Kesejahteraan sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kesejahteraan berasal
dari kata sejahtera yang memiliki ciri aman, sentosa dan makmur; selamat
(terlepas dari segala macam gangguan). Dengan demikian, kesejahteraan
sosial, merupakan keadaan masyarakat yang sejahtera.
Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana
global maupun nasional. Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB), misalnya telah
lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat
Internasional. PBB memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatankegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu individu atau masyarakat
guna
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
dasarnya
dan
meningkatkan
kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi
ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang
kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik
oleh lembaga- lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk
mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan
masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan
masyarakat.
Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai
kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan
hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini
25
menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu kegiatan
pembangunan.
Pengertian kesejahteraan sosial juga merujuk pada segenap aktivitas
pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok
masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung baik yang bersifat
formal maupun informal adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan merupakan cita- cita sosial yang tidak hanya diangankan
untuk dimiliki, tetapi juga harus diusahakan. Tanpa usaha dan kerjasama di
antara berbagai macam pihak, kesejahteraan sosial hanyalah fatamorgana.
Sebagian pakar menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang
digambarkan dalam al- Qur’an tercermin dari surga yang dihuni oleh Adam
dan istrinya, sesaat sebelum turunnya mereka menjalankan tugas kekhalifahan
mereka di muka bumi. Keadaan Adam dan istrinya di surga merupakan
bayang- bayang impian manusia akan kehidupan yang nyaman, tercukupinya
pangan, sandang, dan papan, dalam artian tidak lapar, dahaga, telanjang, dan
kepanasan. Tercukupinya kebutuhan Adam selama di surga merupakan unsur
pertama dan utama kesejahteraan sosial.24
Berikut disampaikan kutipan mengenai definisi kesejahteraan:
i. The University of Virginia Library’s Electronic Tex Centre 2003 explains
that the usual formalism of social welfare derived from economic theory,
viz. The preferences or tastes or value’s which may be expressed by the
government to meet the basic needs of the people. The theory of social
welfare is the interaction of the preferences of desires of the decisionmaker in the elite group with the range of the alternative decisions
actually available as opportunity set. The latter may vary from time to
time because of changes in the wealth of the community.
24
Misbahul Ulum, dkk., Model- model Kesejahteraan Sosial Islam; Perspektif Normatif
Filosofis dan Praktis, (Yogyakarta: Pt. LKiS Pelangi Aksara, 2007), h. 33-35
26
ii. UU No 11/2009 tentang kesejahteraan sosial mendefinisikan kesejahteraan
sosial sebagai suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun pemahaman
kesejahteraan sosial secara operasional adalah upaya yang terarah, terpadu
dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan
dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial
dan perlindungan sosial.
Pengertian kesejahteraan sosial tersebut baik menurut The University
of Virginia maupun menurut UU N0 11/2009 pada dasarnya memiliki
kesamaan konsep dalam menekankan pentingnya ekonomi. Implementasi
kesejahteraan sosial mengacu pada konsep ekonomi, yaitu teori preferensi dan
selera untuk menciptakan nilai tambah ekonomi. Karena itu teori
kesejahteraan adalah interaksi dan preferensi pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyrakat. Secara esensi, program kesejahteraan sosial
diajukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam tiga dimensi yaitu
material, spiritual dan sosial. Teori kesejahteraan adalah konsep kebutuhan
dasar bagi masyarakat yang membutuhkannya agar dapat melaksanakan
kembali fungsi-fungsi sosialnya.25
Dengan demikian kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu
kondisi di mana terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup dalam beberapa
25
Bambang Purwoko, Sistem Proteksi Sosial dalam Dimensi Ekonomi, (Jakarta: Oxford
Graventa Indonesia, 2011), h. 5-7.
27
aspek yaitu material, spiritual dan sosial agar dapat hidup layak dan
memungkinkan untuk berfungsi secara sosial.
2. Masalah Kesejahteraan Sosial
Terkait dengan konsep kesejahteraan sosial, belum tentu apa yang
warga masyarakat lakukan untuk mewujudkan kondisi sejahtera itu bisa
terwujud dengan sempurna. Tidak terwujudnya kondisi sejahtera akan
menimbulkan masalah- masalah sosial di masyarakat.
Menurut Earl Rubington dan Martin S. Weinberg (1989) masalah
sosial adalah suatu kondisi yang dinyatakan tidak sesuai dengan nilai- nilai
yang dianut oleh sebagian warga, yang sepakat bahwa suatu kegiatan bersama
diperlukan untuk mengubah kondisi itu.
Masalah sosial bersifat kompleks: salah satu ciri masalah sosial adalah
sifatnya yang kompleks, tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Masalah
sosial tidak pernah muncul melaikan dilatarbelakangi oleh penyebab yang
kompleks dan rumit.
Menurut D. M. Jensen (1947) berdasar atas penyebab timbulnya
masalah, masalah dapat dikelompokan dalam empat kelompok yaitu: (1)
masalah sosial yang bersumber fisik (penyakit fisik dan cacat), (2) masalah
sosial bersumber mental (gangguan jiwa dan keterbatasan mental), (3)
masalah sosial bersumber ekonomi (kemiskinan dan pengangguran), (4)
masalah sosial bersumber budaya (masalah kesejahteraan anak, gelandangan,
jompo, kejahatan dan kecanduan minuman keras).26
26
Universitas Terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Materi PokokMasalahmasalah Sosial (Suatu Pendekatan Analisis Sosiologi), (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 1012
28
Terkait dengan masalah sosial, salah satu masalah sosial yang cukup
kompleks yaitu masalah kesejahteraan anak, begitu banyak masalah tentang
kesejahteraan anak salah satunya yaitu masalah anak terlantar.
Dalam UU RI No. 23 Tahun 2009 ayat (6) anak terlantar adalah anak
yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual,
maupun sosial. Berdasarkan pendekatan kebutuhan minimum baik kebutuhan
jasmani, rohani, dan sosial ditetapkan kriteria untuk menentukan derajat
ketelantaran anak.
Ciri- ciri yang menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah:
a. Mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu,
atau anak yatim piatu.
b. Anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan
seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus
karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi
untuk memelihara anak yang dilahirkan.
c. Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh
kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung
diperlakukan salah.
d. Meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak ditelantarkan
dan tidak selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya.
Tetapi, bagaimanapun harus diakui bahwa tekanan kemiskinan dan
kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka
memberikan fasilitas dan memenuhi hak-hak anaknya sangat terbatas.
29
e. Anak yang berasal dari keluarga broken home,
karena korban
perceraian orang tuanya, anak yang hidup ditengah kondisi keluarga
yang bermasalah, pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat narkotika dan
sebagainya.27
Bentuk nyata dari salah satu ciri di atas adalah anak dari keluarga
pemulung atau yang sering disebut Anak Pemulung. Anak pemulung termasuk
kedalam ciri-ciri anak dari keluarga miskin atau keterbatasan ekonomi dimana
hak anak pemulung ini tidak dapat terpenuhi yaitu hak akan pemenuhan
kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan dan juga kesehatan.
Menurut Twikromo, yang dimaksud dengan pemulung adalah
seseorang yang mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas.
Terkait dengan ruang lingkup pembahasan pemulung, pada dasarnya terdapat
dua kategori pemulung yaitu pemulung jalanan dan pemulung menetap.
Twikromo mendefinisikan pemulung adalah pemulung yang hidup di jalanan
atau dideskripsikan oleh pemerintah sebagai gelandangan atau pemulung liar.
Sedangkan pemulung menetap yaitu pemulung yang menyewa sebuah rumah
secara bersama-sama di suatu tempat tertentu, pemulung tinggal di rumah
permanen atau semi permanen yang berlokasi di tempat pembuangan akhir
atau sekitarnya atau kampung yang memiliki mata pencaharian sebagai
pemulung.28
Dalam berbagai kondisi, pemulung seringkali mengalami berbagai
tekanan maupun kondisi yang berat dalam berbagai situasi kota. Dalam
27
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana 2010), h. 213-214.
Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan
perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999),
h. 74-75
28
30
beratnya tekanan situasi kota, pemulung berjuang untuk bertahan hidup dalam
ruang terbatas yang disediakan oleh masyarakat kota. Mereka merupakan
kaum marginal yang berjuang secara terus menerus tidak hanya menghadapi
tekanan- tekanan ekonomi tetapi juga tekanan- tekanan sosial dan budaya.
Mereka harus berjuang menahan rasa lapar, dinginnya malam, sampah yang
kotor dan berbau tidak sedap, sakit tanpa pengobatan yang wajar, tidur tanpa
rumah, hidup tanpa standar yang pasti, hidup tanpa lindungan hukum yang
sepantasnya. Selain mereka juga berjuang melawan rasa malu, rasa takut, rasa
khawatir, terhadap ancaman rasa tidak ada harapan, dan rasa kurang dihargai
martabatnya karena mereka tidak menjadi bagian dari masyarakat kota atau
mereka benar- benar dikucilkan dari sistem masyarakat kota.29 Hal ini
terutama dialami oleh pemulung jalanan. Sedangkan untuk pemulung
menetap, pada umumnya mereka memiliki kehidupan yang lebih teratur. Pada
umumnya mereka merupakan orang- orang pendatang dalam rangka mencari
pekerjaan dan tinggal pada suatu daerah terkonsentrasi dengan pemulung yang
lain baik sewa sendiri maupun tempat yang telah disediakan oleh pemilik
lapak. Walupun kehidupan mereka sudah lebih teratur, pada realitanya
seringkali mereka tidak memiliki hak terhadap jaminan pelayanan, seperti
jaminan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pelayanan maupun pelayanan
pendidikan.
30
Realita yang terjadi tentang tempat tinggal pemulung di TPA
yaitu pemulung di TPA Bantar Gebang Bekasi, pemulung tinggal tepat di
29
Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan
perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999),
h. 160
30
Y. Argo Twikromo, Pemulung Jalanan Yogyakarta : konstruksi marginalitas dan
perjuangan hidup dalam bayang-bayang budaya dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999),
h. 195
31
bawah sumber penghidupan mereka yaitu sampah. Pemulung- pemulung ini
merupakan orang- orang pendatang yang ingin mengadu nasib mencari
pekerjaan, namun dengan keberadaan mereka sebagai pendatang membuat
mereka termasuk kedalam golongan penduduk yang tidak resmi status
kependudukannya. Sehingga mereka tidak mendapatkan hak terhadap jaminan
pelayanan, seperti jaminan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, maupun
pelayanan pendidikan. Tentunya keadaan inilah yang membuat kondisi anakanak pemulung juga tidak memiliki hak akan pelayanan kesehatan, pelayanan
sosial, dan juga pelayanan pendidikan. Sungguh sangat memprihatinkan
kondisi anak- anak pemulung ini selain karena status kependudukannya yang
membuat mereka tidak bisa memiliki hak atas berbagai pelayanan tetapi juga
karena kondisi orang tua mereka sebagai pemulung yang tidak memiliki
penghasilan yang cukup untuk memenuhi hak-hak anak mereka.
3. Metode Perubahan Sosial Terencana (Metode Intervensi Sosial)
Metode perubahan sosial terencana (Metode Intervensi Sosial) dalam
ilmu kesejahteraan sosial pada dasarnya dapat dikelompokkan antara lain
berdasarkan level intervensinya. Level intervensi dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
a. Perubahan sosial terencana di level mikro (individu, keluarga, dan
kelompok kecil)
Metode perubahan sosial terencana pada individu, keluarga, dan
kelompok kecil dikenal juga sebagai metode intervensi sosial pada level
mikro (micro intervention). Sedangkan, metode intervensi dalam Ilmu
Kesejahteraan Sosial sendiri, pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk
32
memperbaiki keberfungsian sosial (social functioning) dari kelompok
sasaran perubahan, dalam hal ini individu, keluarga, dan kelompok kecil.31
Metode intervensi pada level mikro ini lebih memusatkan pada dua
metode besar (1) Metode social casework yaitu metode bimbingan sosial
perseorangan, (2) Metode social groupwork yaitu metode bimbingan
sosial kelompok.32
b. Perubahan sosial terencana di level makro (komunitas dan
organisasi).
Metode perubahan sosial terencana pada komunitas dan organisasi
dikenal juga sebagai metode intervensi sosial pada level makro (macro
intervention). Intervensi di tingkat makro ini merupakan bentuk intervensi
dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial yang digunakan guna melakukan
perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi.33
Praktek pada level makro itu sendiri pada dasarnya terdiri dari
beberapa model intervensi antara lain yang dikemukakan oleh Glen (1993)
yang
mengacu
pada
model
intervensi:
community
development
(pengembangan masyarakat), community action (aksi komunitas), dan
community service approach (pendekatan layanan masyarakat).
Sedangkan menurut Rothman (1995) model intervensi komunitas
terdiri dari: locality development (pengembangan komunitas lokal), social
31
Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Pengantar
pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan), (Depok: FISIP UI Press, 2005), h. 165
32
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Depok: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 35
33
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Depok: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 31
33
action (aksi sosial), dan social planning/ policy (perencanaan sosial dan
kebijakan sosial).34
Model intervensi yang berkaitan dengan masalah sosial anak
pemulung yaitu metode Perencanaan Sosial. Salah satu aspek dalam
Perencanaan Sosial adalah mengenain Perencanaan Pelayanan Sosial.
Walaupun perencanaan pelayanan sosial mungkin merupakan interpretasi
perencanaan sosial yang amat terbatas, namun perencanaan pelayanan
sosial sangatlah penting dan sering menyita sebagian besar pemikiran dan
waktu perencanaan-perencanaan sosial.
4. Definisi Pelayanan Sosial
Dalam ilmu kesejahteraan sosial pelayanan sosial didefinisikan sebagai
usaha, aktifitas, dan kegiatan. Pelayanan sosial adalah usaha pemberian
bantuan atau penolongan kepada orang lain, baik materi maupun non materi
agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri.35
The Social Work Dictionary (1999), menyebutkan sebagai berikut:
“Pelayanan Sosial merupakan aktifitas pekerja sosial dan profesi lain dalam
rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan,
memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial, individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat”.36
34
Isbandi Rukminto Adi, Perencanaan Parsipatoris Berbasis Aset Komunitas (Dari
Pemikiran Menuju Penerapan), (Depok: FISIP UI Press, 2007), h. 6-7
35
Departemen Sosial R.I. Badan Penelitian dan Pengembangan, istilah Usaha
Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:1997), h. 179.
36
Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dan Pelayanan Sosial, dalam Isu-isu Tematik
Pembangunan Sosial, (Jakarta: 1997), h. 119.
34
Brenda Dubois dan Karl Korgsurd Miley menyebut pelayanan sosial
sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian sosial atau untuk
memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga.37
Sedangkan menurut Alfed J. Khan menyebutkan pelayanan sosial
sebagai pelayanan oleh lembaga kesejahteraan sosial dan terbagi dalam dua
golongan yaitu pekerjaan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga
sulit ditentukan identitasnya dan pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup
dan batas-batas kewenangannya walaupun selalu mengalami perubahan.38
Istilah pelayanan sosial mempunyai dua macam kompenen yaitu sosial
dan ekonomi. Istilah tersebut pada umumnya digunakan untuk menyatakan
adanya beraneka ragam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
seluruhnya atau sebagian dengan tujuan pokok meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Tujuan pokok ini lebih ditekankan pada tujuan yang secara
langsung berujud sumbangan nyata terhadap hasil produksi atau membawa
secara langsung adanya keuntungan finansial.
Bentuk- bentuk pelayanan semacam itu seringkali meliputi kategori
pelayanan seperti: kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan,
sanitasi, dan pengadaan air bersih, serta berbagai pelayanan rekreasi. Sedang
bentuk pelayanan lain seperti listrik, transportasi dan komunikasi, mempunyai
implikasi sosial tetapi biasanya tidak dipandang sebagai pelayanan sosial
utama.
37
Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi,
Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004, h. 201.
38
Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi,
Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004, h. 201.
35
5. Bentuk Pelayanan Sosial yang Harus Diselenggarakan
Penelaahan mengenai metode pengadaan pelayanan sosial dengan
biaya rendah akan menghadapkan kita pada pertanyaan yang lebih luas
mengenai bentuk-bentuk pelayanan sosial macam apa yang cocok bagi negaranegara Dunia Ketiga. Pernah diasumsikan bahwa standar dan metode yang
dipakai di negara maju seharusnya ditiru dan dilaksanakan di negara
berkembang. Sebagai akibatnya, banyak negara Dunia Ketiga yang memilih
sistem pendidikan, standar kesehatan, corak rumah serta pendekatan terhadap
sarana pelayanan kesejahteraan sosial yang meniri model yang diterapkan di
Eropadan Amerika Utara.
Namun dewasa ini sudah banyak pemerintah berkembang yang
menyadari perlunya diadakan penyesuaian dalam penerapan pelayanan sosial,
dengan titik berat pada keadaan dan situasi setempat. Dalam hal ini
pemerintah tidak saja mencari cara yang lebih murah, tetapi yang lebih utama
yaitu menerapkan bentuk suatu pelayanan yang lebih cocok ditijau dari segi
fisik, sosial, serta ekonomi.39
6. Pelayanan Sosial Luar Panti
a. Definisi Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti
Pelayanan sosial anak terlantar luar panti yaitu sistem pelayanan
kesejahteraan sosial anak terlantar berbasis masyarakat yang memberikan
perlindungan, bimbingan, dan pembinaan baik fisik, mental, dan sosial,
serta keterampilan kepada anak agar dapat hidup, tumbuh kembang, dan
berprestasi secara wajar.
39
Diana Conyers, Perencanaan Sosial di Dunia ketiga, suatu pengantar, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1992), hal. 70
36
b. Tujuan Pelayanan Sosial Luar Panti
1) Tujuan Umum
Terpenuhinya hak dan kebutuhan anak terlantar meliputi;
kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi.
2) Tujuan Khusus
a) Terpenuhinya kebutuhan dasar anak terlantar mencakup
pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan,
keterampilan, perlindungan, persamaan perlakuan, dan mental
spiritual.
b) Terciptanya rasa aman dan peluang berpartisipasi dalam proses
pelayanan sosial dan kehidupan masyarakat
c. Sistem Pelayanan Sosial
1) Sistem Dasar Pelayanan
Sistem pelayanan sosial anak terlantar luar panti mendasarkan
pada praktik pekerjaan sosial. Oleh karena itu intervensi pekerjaan
sosial tidak hanya ditujukan kepada klien (anak terlantar) tetapi juga
lingkungan keluarga,kelompok, dan masyarakat.
Ada empat sistem dasar pemecahan masalah dalam pekerjaan
sosial yakni:
a) Sistem Klien, terdiri dari anak terlantar dan keluarganya
sebagai kelompok yang memanfaatkan pelayanan sosial anak
terlantar luar panti.
37
b) Sistem sasaran, terdiri dari keluarga, kelompok dan masyarakat
yang dapat dimanfaatkan untuk membantu penanganan anak
terlantar.
c) Sistem pelaksana perubahan, terdiri dari berbagai unsur yang
terlibat dalam upaya pelayanan sosial anak terlantar luar panti.
d) Sistem kegiatan, terdiri dari berbagai pihak terkait yang dapat
dimanfaatkan dalam proses pelayanan, seperti instansi terkait,
dunia usaha, dan suber- sumber lainnya sebagai mitra dalam
pelaksanaan pelayanan.
2) Metode Pelayanan
Pelayanan sosial anak terlantar luar panti menggunakan metode
pekerjaan sosial. Metode yang sesuai dengan kondisi masalah anak
terlantar adalah metode bimbingan sosial perorangan (social case
work), metode bimbingan sosial kelompok (social group work)dan
metode
bimbingan
pengembangan
masyarakat
(community
development).
a) Bimbingan sosial perorangan (social case work), yaitu metode
pekerjaan sosial yang merupakan proses bimbingan dan
pelayanan
yang
memberdayakan
bersifat
individual.
kemampuan
anak
Tujuannya
sehingga
adalah
mampu
memecahkan permasalahannya.
b) Bimbingan sosial kelompok (social group work), proses
bimbingan dan pelayanan sosial yang menggunakan kelompok
(kelompok sepermainan/ peer group, kelompok sekolah dan
38
sebagainya) sebagai media untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi anak.
c) Bimbingan
pengembangan
masyarakat
(community
development) proses bimbingan dan pelayanan sosial yang
menekankan pentingnya keterlibatan semua potensi dan sumber
yang terdapat di lingkungan masyarakat. Upaya pemberdayaan
dan peningkatan partisipasi masyarakat setempat merupakan
sasaran dan tujuan utama.
Metode ini diharapkan dapat menciptakan jaringan yang
harmonis dan berkelanjutan antara masyarakat lokal dengan
berbagai sumber yang ada (instansi terkait, dunia usaha,
Orsos/LSM/
Yayasan
dan
sebagainya)
dalam
upaya
memberikan pelayanan sosial kepada anak- anak terlantar di
lingkungannya.
3) Bentuk Pelayanan
Berdasarkan
kategori
anak
terlantar
sebagaimana
disebutkan pada kriteria sasaran, ada dua bentuk dalam pelayanan
sosial anak terlantar luar panti, yakni:
a) Pelayanan kelembagaan:
(1) Pelayanan ini dilakukan oleh berbagai kelembagaan yang
dimaksud
adalah
Organisasi
Sosial/LSM/Yayasan,
perusahaan-perusahaan, dan organisasi- organisasi atau
lembaga-
lembaga
baik
yang
bersifat
pendidikan, kemasyarakatan, dan sebagainya.
keagamaan,
39
(2) Jenis pelayanan yang berbasis kelembagaan ini dapat
berupa sumber pendanaan bagi anak- anak terlantar, atau
pelaksana pelayanan itu sendiri.
(3) Berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelayanan
untuk anak- anak terlantar dapat mengembangkan jaringan
kemitraan dengan lembaga- lembaga untuk memperluas
jangkauan pelayanan.
b) Pelayanan masyarakat
Pelayanan sosial anak terlantar ini dilakukan oleh kelompok
swadaya masyarakat (KSM), yang telah tumbuh di masyarakat.
Pelayanan sosial ini juga dilakukan oleh berbagai lembaga di luar
masyarakat sebagai pendukung dari pelayanan sosial yang
dilakukan oleh masyarakat.
Di lingkungan masyarakat terdapat berbagai kelompok
swadaya
masyarakat,
kelompok
kekerabatan,
kelompok
keagamaan, arisan, PKK, persatuan warga kompleks perumahan,
dan sebagainya.
Kelompok- kelompok ini potensial untuk menolong anak
terlantar di lingkungannya. Biasanya mereka mempunyai aktifitas
sosial,
misalnya
bantuan
beasiswa,
makanan,
pakaian,
perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya40
40
Departemen Sosial RI, Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar
Panti, h. 10-14
40
7. Program Pelayanan Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan perangkat penting dalam meningkatkan
kesejahteraan warga melalui penguasaan pengetahuan, informasi, dan
teknologi sebagai prasyarat masyarakat modern. Pelayanan pendidikan
bukan saja ditujukan untuk menyiapkan dan menyediakan angkatan kerja
yang sangat diperlukan oleh dunia kerja, melainkan pula untuk mencapai
tujuan-tujuan sosial dalam arti luas, yakni membebaskan masyarakat dari
kebodohan dan keterbelakangan.41 Selain itu juga, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.42
b. Satuan Pendidikan
Terkait dengan pembahasan pendidikan diatas. Pendidikan dapat
berbentuk pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.43 Sejalan dengan Peraturan Pemerintah yang terdapat dalam UU
No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu; satuan
pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang
41
Edi Suharto, Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik Peran Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam mewujudkan negara kesejahteraan (welfare
state) di Indonesia, (Jakarta: Alfabeta), h. 18-19.
42
Republik Indonesia, UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Pasal 1)
43
Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), h. 11.
41
dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur
pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan.44
c. Bentuk Pendidikan Nonformal
Pendidikan non-formal bisa berupa pendidikan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dan juga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Program PAUD dalam UU Sisdiknas No 20 dijelaskan sebagai berikut;
1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar.
2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.
3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk
Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain
yang sederajat.
4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal
berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
44
Nasional.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
42
5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal
berbentuk
pendidikan
keluarga
atau
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh lingkungan.45
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa
pembelajaran masyarakat yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat.
PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community Based
Institution). Terminologi PKBM dari masyarakat, berarti bahwa pendirian
PKBM merupakan inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Keinginan itu
datang dari suatu kesadaran akan pentingnya peningkatan mutu kehidupan
melalui suatu proses transformasional dan pembelajaran. Inisiatif ini dapat
dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan pentingnya PKBM sebagai
wadah pemberdayaan masyarakat kepada beberapa anggota atau tokoh
masyarakat setempat oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak lain di luar
komunitas tersebut. Oleh masyarakat,berarti bahwa penyelenggaraan,
pengembangan, dan keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggung
jawab masyarakat itu sendiri. Ini juga bermakna adanya semangat
kebersamaan, kemandirian, dan kegotongroyongan dalam pengelolaan
PKBM serta penyelenggaraan berbagai program pendidikan masyarakat
pada lembaga tersebut. Untuk masyarakat,berarti bahwa keberadaan
PKBM sepenuhnya untuk kemajuan dan keberdayaan kehidupan
masyarakat tempat lembaga tersebut berada. Eksistensi lembaga
didasarkan pada pemilihan program-program yang sesuai dengan
kebutuhan pendidikan atau pemberdayaan masyarakat. Hal ini tidak
45
Republik Indonesia, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
43
menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar komunitas tersebut ikut
serta dalam berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh
PKBM. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai subjek dan objek dalam
berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.46
8. Program Pelayanan Kesehatan
Selain program pendidikan, pelayanan kesehatan dapat dipandang
sebagai
aspek
penting.
Kesehatan
merupakan
faktor
penentu
bagi
kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki
pendapatan atau rumah memadai. Melainkan pula orang yang sehat, baik
jasmani maupun rohani.47
Sistem Kesehatan Nasional menjabarkan pelayanan kesehatan yang
akan dikembangkan untuk masa mendatang. Sistem kesehatan dibagi dalam
dua sub-sistem utama, yaitu sub-sistem yang menitikberatkan pelayanan
kuratif di mana sub-sistem ini berfokus pada penyembuhan penyakit pasien.
Fungsi-fungsi ini dapat dilakukan oleh warga masyarakat sebagai individu
ataupun kelompok. Kemudian Sub-sistem yang menitikberatkan pelayanan
preventif dan promotif yaitu sub-sistem ini berusaha mempertahankan
kesehatan warga yaitu melindungi kesehatan warga masyarakat, melakukan
dan mengelola usaha-usaha bantuan kesehatan, mempromosi hidup yang
menunjang kesejahteraan masyarakat secara fisik dan sosial, bukan melakukan
praktik-praktik kedokteran.48
46
Standar dan Prosedur Penyelenggaraann Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial denganKlien dalam Setting
Rumah Sakit, (Surakarta: Departemen Sosial RI, 1988) h. 7-9.
48
Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial dengan Pasien, h. 7-9.
47
44
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang
Bantar Gebang setiap kali mendengar nama ini, yang terbesit dalam
pikiran adalah sebuah tempat pembuangan akhir atau tempat pembuangan sampah
yang berada di bekasi, ribuan ton sampah perharinya dibuang ke tempat ini.
Sampah- sampah tersebut berasal dari Daerah Ibu Kota Jakarta dan juga Kota
Bekasi.
Gunung sampah adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan TPA
Bantar Gebang. Sejauh mata memandang akan terlihat tumpukan sampah warnawarni dari plastik dan kaleng yang menjadi incaran para pemulung. Tepat di atas
gunung sampah terlihat beko yang sedang mengeruk sampah untuk diatur
penumpukannya. Gunung sampah ini ada yang masih basah dan juga ada yang
sudah kering, sampah-sampah yang masih basah akan menjadi incaran para
pemulung, sedangkan sampah yang sudah kering tidak di incar para pemulung
karena sampahnya sudah tidak bisa di kumpulkan atau di jual kembali, tumpukan
sampah yang sudah kering diberi pipa-pipa untuk penyaluran gas dari sampah
tersebut. Gunung sampah yang sudah kering ini terlihat ditumbuhi rerumputan
sehingga menyerupai pegunungan asli.49
Keberadaan TPA Bantar Gebang tentunya mendatangkan permasalahan
pada pemukiman warga sekitar lingkungan TPA Bantar Gebang. Seperti
49
2014.
Observasi di TPA Bantar Gebang Kelurahan Sumur Batu, pada tanggal 3 Februari
45
permasalahan adanya udara yang tidak bersahabat akibat bau yang tidak sedap
apabila tersengat hidung, terjadinya rembesan terhadap mata air di dalam tanah
yang mencemari sumur- sumur penduduk disekitarnya sehingga air tidak layak
dikonsumsi karena bau dan kotor, serta pencemaran terhadap tanaman padi
penduduk apabila air yang kotor dan bau masuk ke areal pesawahan akibat gagal
panen/ puso.50
Namun keadaan yang lebih memilukan selain beberapa permasalahan yang
terjadi akibat sampah- sampah di TPA Bantar Gebang yaitu masalah anak- anak
dari keluarga pemulung, banyak anak usia belajar yaitu SD, SMP, dan SMA
terlihat bergulat dengan gunungan sampah –mengumpulkan sampah- sampah
juga.
Pertanyaan dari dasar hati menguak ke permukaan, tidakkah anak-anak itu
seharusnya sekolah? Betapapun alasan anak-anak tersebut melakukan pekerjaan
tersebut adalah untuk membantu keuangan keluarganya. Tetapi mereka harus
tetap bersekolah, bagaimanpun caranya.
Pada Oktober 2006, Nadam Dwi Subekti seorang tokoh masyarakat di
daerah Bantar Gebang membaca fenomena sosial diatas. Kemudian ia
mengajukan sebuah konsep sekolah untuk anak-anak bantar gebang yang
kesehariannya mencari sampah tetapi tidak bersekolah. Kemudian sebuah
Lembaga Amil Zakat (LAZ) PortalInfaq menangkap peluang yang dapat dijadikan
ladang kebaikan tersebut setelah Pak Nadam mengajukan konsepnya. Dalam hal
50
Dokumen Selayang Pandang Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang.
46
ini Yayasan PortalInfaq hanyalah sebagai penghubung antara muzakki dan
mustahiq.
Tepat pada tanggal 13 Oktober 2006 sebuah sekolah berkonsep alam di
buka dengan nama Sekolah Alam Tunas Mulia, karena sebelumnya telah didirikan
TPA yang bernama TPA Tunas Mulia selain itu diharapkan anak- anak pemulung
tersebut bisa menjadi anak- anak yang mulia. Respon positif dari masyarakat
bantar gebang membuat sekolah alam ini mendapatkan murid yang cukup banyak
dari kalangan anak-anak pencari sampah atau anak-anak pemulung.51
B. Visi dan Misi Yayasan Tunas Mulia
1. Visi Yayasan Tunas Mulia
Mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan pemulung dan dhuafa.
2. Misi Yayasan Tunas Mulia
a. Melaksanakan program pendidikan umtuk anak pemulung dan dhuafa
di TPA Bantar Gebang
b. Melakukan kegiatan pembinaan sosial dan kerohanian masyarakat
pemulung dan sekitarnya
c. Memberikan dana beasiswa kepada anak- anak pemulung dan dhuafa
di TPA Bantar Gebang
d. Memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga pemulung dan
dhuafa di TPA Bantar Gebang
51
Yayasan Tunas Mulia, Sekolah Anak Pemulung,
http://yayasantunasmulia.blogspot.com pada tanggal tanggal 27 Maret 2014.
di
akses
dari
47
e. Memberdayakan ekonomi masyarakat pemulung dan dhuafa di TPA
Bantar Gebang
f. Memberikan dana santunan untuk yatim piatu, dhuafa, dan orang tua
jompo di TPA Bantar Gebang
g. Meningkatkan kreatifitas masyarakat pemulung dan dhuafa di TPA
Bantar Gebang
h. Meningkatkan program pemberdayaan perempuan pemulung dan
dhuafa di TPA Bantar Gebang
i. Meningkatkan minat membaca masyarakat di TPA Bantar Gebang52
C. Tujuan Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang
1. Tujuan Umum
Tujuan pelayanan yang diberikan oleh yayasan kepada anak-anak
pemulung yaitu untuk mensejahterakan anak- anak pemulung dari kondisi
tidak baik menjadi lebih baik serta melayani kebutuhan anak-anak
pemulung baik dalam hal pendidikan, kesehatan, maupun keterampilan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan umum
dan agama islam
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keahlian
khusus
c. Meningkatkan pengalaman agama islam di lingkungan sekolah
maupun rumah
52
Dokumen brosur Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang
48
d. Memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang layak bagi anakanak pemulung di komplek TPA Bantar Gebang
e. Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif bagi peserta
didik dan guru.
f. Menciptakan lingkungan yang baik bagi anak didik, khususnya yang
tinggal di lingkungan sekolah
g. Menciptakan budaya sehat baik kebersihan dari segi lingkungan
maupun kebersihan diri sendiri
h. Mencarikan dukungan dana bagi siswa yang berprestasi yang dikirim
untuk belajar di pendidikan formal
D. Sasaran Penerima Layanan
Sasaran pelayanan ditujukan kepada anak- anak pemulung, anak yatim,
piatu, yatim piatu dan dhuafa mulai dari usia 4 tahun sampai dengan 17 tahun
atau usia setara dengan usia anak pada jenjang pendidikan SMP/SMK dan
tinggal di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.53
E. Fasilitas Sarana Prasarana dan Sumber Dana Manusia yang dimiliki
Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang
Agar semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien
maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang, yaitu
sebagai berikut:
1. Sarana dan Prasarana
a. Fasilitas bangunan yang dimiliki:
53
Proyek Proposal, Permohonan Biaya Opersional Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia
49
1) Tanah wakaf seluas 5336 m2, tanah ini di beli melalui dana zakat,
infaq, sadaqah yang telah di kelola oleh Yayasan PortalInfaq dan
kemudian di waqafkan.
2) Ruang belajar berupa Saung terbuat dari kayu sebanyak empat
buah, berukuran masing- masing 4 x 8 m2, 4x4 m2, 4x8 m2 dan 6 x
12 m2. Dua saung yang berukuran 4x4 m2 dan 6 x 12 m2 berasal
dari gabungan
donatur tidak tetap yaitu PT. Telekomunikasi
Indonesia, PT. Arlajasa, PT. Indosat M2, PT. Telkomsel, PT. NEC
Indonesia, Alumni Lab School’ 85, Yayasan Kesetiakawanan dan
kepedulian, Pengajian Orbit, Bank Permata Tbk, H. Usmani
Usman dan H. Renaldi Zein. Kemudia satu saung yang berukuran 4
x 8 m2 berasal dari donatur pengajian orbit yaitu pengajian yang
beranggotakan artis-artis Indonesia, dan saung 4 x 8 m2 yang
terahir berasal dari sumbangan Persatuan Wanita Parta (PWP). Di
saung- saung ini masing masing hanya tersedia papan tulis saja,
tidak ada meja atau kursi belajar, karena anak- anak belajar dengan
cara duduk secara lesehan. 54
3) Perpustakaan, berukuran 5 x 10 m2. Perpustakaan ini hasil dari
sumbangan Perusahaan Indonesia Power. Di dalam perpustakaan
terdapat lima rak buku, dua rak buku diantaranya terbuat dari kayu,
sedangkan tiga rak buku lain terbuat dari besi. Kemudian ada satu
lemari kaca yang berisikan buku-buku namun di letakan tidak
berdekatan dengan rak buku lainnya, kemudian ada dua buah meja
54
Hasil pengamatan di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014.
50
yang digunakan berlainan fungsi, satu meja di gunakan untuk
menaruh lemari loker kecil dan rabana, sedangkan meja yang satu
digunakan untuk menaruh komputer dan patung organ tubuh
manusia. Kemudian terdapat patung tengkorak yang berdiri di
dekat meja komputer.
4) Kantor Guru dan Pengurus yayasan berukuran 5x7 m2. Di dalam
ruangan kantor ini terdapat dua buah lemari kaca yang berisikan
buku- buku untuk mengajar serta dokumen- dokumen yayasan di
atas lemari ini terdapat tiga piala yang di pajang untuk menghiasi
ruangan. Kemudian terdapat empat buah lemari kecil yang
berisikan buku- buku, hasil karya kerajinan tangan anak- anak dan
alat shalat. Di ruangan ini terdapat meja dan kursi guru sebanyak
dua belas buah, satu meja komputer dan printer, alat pengerassuara,
alat musik marawis, dua buah mesin jahit, satu buah kipas angin,
satu buah dispenser, dua buah karpet, dan dua buah tirai.55
5) Gedung Kopersi berukuran 6x10 m2. Gedung koperasi ini hasil
sumbangan dari Bank BNI Syariah, fungsi koperasi yaitu untuk
memberikan pinjaman kepada keluarga pemulung. Di ruangan
koperasi ini terdapat dua buah meja etalase yang berisi barang
dagangan koperasi seperti obat-obatan, sabun, sampo, gula, kopi,
teh, kecap dan lain sebagainya. Kemudian ada sepuluh rak besi
untuk menaruh barang- barang dagangan koperasi juga namun rakrak ini sudah terlihat kosong karena banyak barang dagangan yang
55
Hasil pengamatan di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014.
51
sudah kadaluarsa. Kemudian ada lemari pendingin untuk berjualan
minuman dingin, dispenser dan galon, dan juga satu set meja dan
kursi. Kemudian di dalam ruang koperasi ini terdapat ruangan kecil
yang berisi tiga set meja dan kursi, satu buah lemari berangkas, dan
tiga buah kursi tamu.
6) Mushola Hasanah berukuran 6x6 m2.
Musholla ini hasil dari
sumbangan Bank BNI. Di musholla terdapat karpet sajadah dan
perlatan shalat.
7) Kamar mandi dan WC 2 buah berukuran 2x2 m2. Kamar mandi ini
hasil sumbangan dari gabungan donatur. Tepat di depan pintu
kamar mandi terdapat empat buah keran air untuk tempat
berwudhu.
8) Kolam Ikan Lele berukuran 5x7 m2 sebanyak 7 buah. Kolam ikan
lele ini dibuat untuk membantu keungan yayasan, agar yayasan
bisa lebih mandiri dalam mengumpulkan dana.
b. Sejumlah peralatan seperti peralatan belajar, peralatan kantor,
peralatan pelatihan keterampilan, peralatan kesenian, olah raga, ibadah,
dan lain-lain. 56
2. Sumber Pendanaan Yayasan Tunas Mulia
Sumber pendanaan Yayasan Tunas Mulia diperoleh dari:
a. Dana Zakat Infak dan Shadaqah yang di kelola oleh Lembaga Amil
Zakat Portalinfaq
56
Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal
12 Mei 2014
52
b. Kerjasama dengan pihak donatur baik dari segi perseorangan atau
pribadi maupun perusahaan
c. Dana dari hasil kemandirian yayasan yaitu berupa usaha koperasi
syariah pemulung, budi daya ikan lele, ternak kambing, ternak sapi dan
produksi pupuk kompos57
57
Hasil wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada hari senin tanggal 12 Mei 2014
53
F. Susunan Pengurus Yayasan Tunas Mulia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PENDIRI
Wahyu Prihantono
Renaldi Zein
Widita Prasetyawadi S
Nur Rochim Achmad Anwari
Hadis Noveri
Damir Hasan
Agus Suprihatin
Pengawas
1. Yusuf
Suprapto
(Ketua)
2. Faizaluddin
(Anggota)
Pengurus
1. Juwarto (Ketua)
2. Nadam
Dwi
Subekti
(Sekertaris)
3. Widyawan
Hendrayana
(Bendahara)
4. Ely Indah Yani (Administrasi)
Program Pendidikan
1. Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)
2. PKBM Paket A (Setara SD)
3. PKBM Paket B (Setara SMP)
Program Kesehatan
1. Pengobatan Gratis
2. Pendampingan Pasien
Penerima Manfaat
Anak-anak Pemulung di TPA Bantar Gebang
54
G. Program Pendidikan dan Kesehatan di Yayasan Tunas Mulia
Yayasan Tunas Mulia menyelenggarakan program pendidikan dan
kesehatan untuk anak pemulung, yakni sebagai berikut:
1. Program Pelayanan Pendidikan
Pada dasarnya pelayanan pendidikan di Yayasan Tunas Mulia ini
bersifat non formal dengan sistem PKBM yaitu Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat dengan beberapa jenjang pendidikan, yaitu:
a. Pelayanan pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Paket
A (Setara SD), dan Paket B (Setara SMP)
1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)ini,
terdapat dua kelas yaitu PAUD A dan PAUD B. Pada kelas PAUD
A siswa berusia sekitar empat tahun, dengan jumlah siswa delapan
belas siswa dan pada kelas PAUD B siswa berusia sekitar lima
sampai enam tahun dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa.
Dengan waktu belajar setiap hari selasa, kamis, sabtu jam 08.0009.30 WIB.58
2) PAKET A (Setara SD)
Pada jenjang PAKET A (Setara SD) ini, terdapat enam
kelas dengan jumlah siswa pada tiap kelasnya berbeda-beda, kelas
satu jumlah siswa sebanyak 13 siswa, kelas dua dengan sebanyak
28 siswa, kelas tiga sebanyak 21 siswa, kelas empat sebanyak 20
siswa, kelas lima sebanyak 22 siswa, kelas enam sebanyak 32
58
Wawancara dengan Ibu Siti Aminah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014.
55
siswa. Mata pelajaran yang diajarkan seperti mata pelajaran pada
sekolah formal pada umumnya yaitu Matematika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), namun tidak sesuai KTSP yang berlaku,
buku mata pelajaran yang digunakan yaitu buku dari hasil
sumbangan para donatur namun dipilah terlebih dahulu agar
terpilih buku yang sesuai dengan tahun ajaran sekarang. Waktu
belajar jenjang Paket A setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu jam
13.00-15.30 WIB. 59
3) PAKET B (Setara SMP)
Pada
jenjang
pendidikan
Paket
B
ini,
tidak
ada
pengklasifikasian murid baik kelas satu, dua, dan tiga, semua siswa
belajar secara bersama dalam satu kelas. Waktu belajar jenjang
Paket B ini setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 10.00-13.00
WIB.60
b. Pelayanan pendidikan kesenian dan keterampilan
Pelayanan pendidikan kesenian yang ada di Yayasan Tunas Mulia
yaitu kesenian rampak gendang yang dilakukan setiap hari Senin jam
13.00 WIB. Kegiatan pendidikan keterampilan yang ada di Yayasan
Tunas Mulia yaitu keterampilan membuat kerajinan tangan dari
sampah plastik, sampah plastik ini diperoleh dari hasil anak- anak
memulung di TPA Bantar Gebang, sampah plastik ini di bersihkan
terlebih dahulu kemudian di jemur dan setelah itu dibuat kerajinan
59
60
Wawancara dengan Ibu Siti Aminah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014
Wawancara dengan Ibu Siti Aminah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014
56
seperti bros, tas, gantungan kunci. Tidak hanya plastik, koran pun bisa
dibuat kerajinan tangan seperti topi, vas bunga, tempat tisu dan lain
sebagainya. Kegiatan ini dilakukan setiap satu minggu sekali dan
diikuti oleh anak-anak pada jenjang pendidikan Paket A dan Paket B.61
2. Program Pelayanan Kesehatan
a. Pengobatan Gratis
Pengobatan gratis ini berasal dari donatur, biasanya donatur tersebut
mendatangkan dokter ke yayasan dan memeriksakan kesehatan anakanak pemulung dan warga sekitar setiap dua bulan sekali.
b. Pendampingan Pasien
Pendampingan pasien yang dimaksud dalam pelayanan kesehatan di
Yayasan Tunas Mulia dilakukan oleh divisi kesehatan dengan jalan
membantu mengurus persyaratan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan seperti jamkesmas atau BPJS. Selain itu Yayasan Tunas
Mulia juga bekerja sama dengan Lembaga Kesehatan Cuma- Cuma
(LKC) milik dompet dhuafa, LKC setiap saat siap membantu
pengobatan kesehatan keluarga pemulung melalui divisi kesehatan
yang ada di yayasan. Seperti misalnya ada keluarga pemulung yang
sakit parah dan meminta bantuan ke yayasan kemudian yayasan
menghubungkan ke LKC setelah itu pasien bisa dirujuk ke rumah sakit
untuk mendapatkan pengobatan.62
61
Wawancara dengan Ibu Mertianah pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014
Wawancara pribadi dengan Bapak Johan selaku kepala sekolah alam yayasan tunas
mulia, pada hari sabtu tanggal 3 Mei 2014
62
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Hak anak adalah suatu hak yang harus dipenuhi oleh orang tua kepada
anaknya. Hak yang harus didapatkan oleh anak yaitu seperti hak akan
pembelajaran atau pendidikan, baik pendidikan umum, pendidikan kreativitas
maupun pendidikan akhlak atau kepribadian anak. Hak anak telah diatur dalam
undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 secara tersirat bahwa anak-anak harus
diberikan pendidikan yang layak, perawatan kesehatan yang memadai, serta
perlakuan tanpa diskriminasi maupun kekerasan.
“ yaa yang kita ketahui tentang hak anak itu bahwa anak berhak
mendapat pembelajaran baik pembelajaran dalam bidang umum,
kreativitas dan juga akhlak. Yang saya tahu dalam undang-undang
tentang perlindungan anak, hak anak yaitu harus mendapatkan
pendidikan yang layak, mendapat perawatan kesehatan, tidak boleh
disakiti.”63
Maka dari itu Yayasan Tunas Mulia memandang pemenuhan hak anak
pemulung dalam bidang pendidikan dan kesehatan itu perlu di wujudkan. Berikut
penjabaran lebih jelas tentang program pendidikan dan program kesehatan di
Yayasan Tunas Mulia:
1. Program Pelayanan Pendidikan
Sesuai dengan teori di bab dua halaman 42 tentang satuan pendidikan
maka, Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia termasuk kedalam satuan pendidikan
non-formal. Yayasan ini menyediakan pelayanan pendidikan dengan sistem Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Program pendidikan di Yayasan Tunas
Mulia dikenal dengan nama Sekolah Alam Tunas Mulia, karena konsep
63
Wawancara dengan Ibu Mertiana pada hari sabtu tanggal 13 September 2014
58
sekolahnya tidak permanen berbentuk gedung sekolah seperti sekolah formal pada
umumnya melainkan bangunan berupa saung.
“Bangunan di sini itu enggak permanen seperti bangunan sekolah formal,
disini hanya ada saung-saung buat kegiatan belajar anak-anak”64
Selain itu juga para tenaga pengajar (Guru) di Yayasan Tunas Mulia
adalah tenaga sukarelawan yang direkrut berdasarkan relasi pendiri yayasan
dengan berbagai tingkatan pendidikan mulai dari SMA sampai Sarjana.
“Proses perekrutan guru-guru di sini berdasarkan dari relasi-relasi para
pengurus yayasan”65
Metode belajar di Yayasan Tunas Mulia juga berbeda dengan metode
belajar di sekolah formal. Pengajar di Yayasan Tunas Mulia harus menguasai
materi ajar, karena para pengajar harus mengajarkan secara langsung kepada
anak-anak yang tidak mempunyai buku pelajaran.Tempat yang disediakan untuk
belajar anak-anak pemulung ini adalah tanah yang diwakafkan oleh Yayasan
Portal Infaq. Kemudian waktu belajar di Yayasan Tunas Mulia berbeda dengan
sekolah formal pada umumnya. Di Sekolah Alam kegiatan belajar mengajar hanya
tiga kali dalam seminggu dan dilaksanakan pada siang hari. Hal ini disebabkan
karena anak-anak pemulung harus membantu orang tua mereka memulung.66
“Metode belajar yang diterapkan di sini beda dengan sekolah biasa
karena guru harus benar-benar memahami mata pelajaran yang akan
diajarkan dikarenakan anak-anak tidak punya buku pelajaran sebagai
pegangan. Jam belajar di sini tidak setiap hari karena anak-anak harus
memulung di TPA jadi sekolahnya sehari sekolah, sehari tidak. Jam
belajarnya pun siang hari setelah mereka selesai memulung. “67
64
Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani, pada tanggal 05 Juli 2014.
Wawancara dengan Bapak Nadam Dwi Subekti, pada tanggal 21 Juni 2014.
66
Wawancara dengan Ibu Mertianah, pada tanggal 21 Juni 2014.
67
Wawancara dengan Ibu Mertianah, pada tanggal 21 Juni 2014.
65
59
Berdasarkan hasil observasi, fasilitas yang disediakan oleh Yayasan Tunas
Mulia yaitu saung untuk tempat belajar sebanyak empat buah saung namun tidak
semua saung berkondisi baik, ada satu saung yang rusak karena memang sudah
rapuh. Tiga saung lainnya masih berkondisi baik dan bisa digunakan hingga
sekarang. Di dalamnya hanya tersedia papan tulis untuk proses belajar-mengajar
tidak ada meja dan kursi, hanya duduk secara lesehan. Sedangkan buku yang
dimiliki oleh yayasan adalah sumbangan para donatur, namun buku tersebut
dipilah terlebih dahulu agar lebih sesuai atau mendekati dengan kurikulum
sekolah formal. Yayasan juga menyediakan sebuah perpustakaan untuk
menunjang kegiatan belajar di sekolah alam ini, perpustakaan juga sebagai hasil
sumbangan dari sebuah perusahaan swasta.68
Pendidikan Di Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia ini memeiliki jenjang
pendidikan diantaranya:
a. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), PAKET A (Setara
Sekolah Dasar), PAKET B (Setara Sekolah Menengah Pertama):
1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
PAUD di Sekolah Alam terdapat dua kelas yaitu PAUD A dan
PAUD B. Pada kelas PAUD A siswa berusia sekitar empat tahun, dengan
jumlah siswa delapan belas siswa dan pada kelas PAUD B siswa berusia
sekitar lima sampai enam tahun dengan jumlah siswa sebanyak 58 siswa.
Dengan waktu belajar setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 08.00-09.30
WIB.69
68
69
Observasi Sarana dan Prasarana pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014
Papan jumlah siswa-siswi Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia.
60
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, tempat belajar yang
disediakan untuk jenjang PAUD bukan sebuah bangunan saung, tetapi
sebuah ruangan kelas bekas kandang kelinci, walaupun bekas kandang
kelinci tetapi ruangan ini sudah dibersihkan dan dirapihkan. Meskipun tidak
diberi lantai hanya plesteran semen yang diberi alas karpet dan diberi meja
kecil untuk belajar.70
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan agar anak-anak lebih
mengenal huruf atau bisa membaca dan menulis sehingga mampu masuk ke
Sekolah Dasar (SD) formal. Di sini anak-anak juga di tanamkan ilmu
keislaman agar memiliki budi pekerti yang baik.
“PAUD di sini tujuannya supaya anak-anak mampu membaca dan
menulis, sehingga bisa masuk SD di sekolah formal” 71
2) PAKET A (Setara Sekolah Dasar)
Adapun PAKET A /Setara SD di Yayasan ini dimulai sejak tahun
2006 sampai sekarang, sesuai dengan sistem yang digunakan oleh Yayasan
Tunas Mulia yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) pada
umumnya.
Data peserta Jenjang pendidikan PAKET A tahun 2014 ini terdapat
enam kelas dengan jumlah siswa pada tiap kelasnya berbeda-beda, dengan
rincian sebagai berikut; kelas satu jumlah siswa sebanyak 13 siswa, kelas
dua sebanyak 28 siswa, kelas tiga sebanyak 21 siswa, kelas empat sebanyak
20 siswa, kelas lima sebanyak 22 siswa, kelas enam sebanyak 32 siswa.72
70
Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal
12 Mei 2014
71
Wawancara dengan Ibu Mertianah pada tanggal 12 Mei 2014
72
Papan jumlah siswa-siswi Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia
61
Kemudian dari observsasi yang peneliti lakukan dapat dijelaskan
bahwa bangunan tempat belajar anak-anak pada jenjang pendidikan PAKET
A berbentuk saung dengan luas 6 x 12 m2 dengan fasilitas satu buah papan
tulis, di sini anak-anak belajar tanpa menggunakan meja atau kursi hanya
duduk secara lesehan terkadang ketika menulis mereka tidak duduk tetapi
telengkup. Saung ini tidak hanya digunakan untuk satu kelas saja tetapi
terkadang untuk dua kelas karena saung ini merupakan saung yang paling
besar.73
Mata pelajaran yang diajarkan sama seperti mata pelajaran pada
sekolah formal pada umumnya yaitu Matematika, Pendidikan Agama Islam,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), Seni
Budaya dan Keterampilan (SBK). Adapun waktu belajar jenjang Paket A
setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu jam 13.00-15.30 WIB.
“Pelajaran yang dipelajarin mtk, agama, bahasa inggris, bahasa
Indonesia, pkn, ipa, ips, sbk. Belajarnya setiap hari senin, rabu,
sabtu jam satu siang sampe jam setengah empat” 74
3) PAKET B (Setara SMP)
Sebagaimana halnya di atas, PAKET B sama seperti PAKET A yaitu
sistem
Pusat
Kegiatan
Belajar
Masyarakat
(PKBM)
tidak
ada
pengklasifikasian kelas pada jenjang pendidikan ini yaitu kelas satu, dua dan
tiga dijadikan satu kelas. Waktu belajar jenjang Paket B ini setiap hari
Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 10.00-13.00 WIB.
73
Hasil Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia pada hari Senin tanggal
12 Mei 2014
74
Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014
62
“Paket B tidak ada pembedaan kelas, semua belajar dalam satu
kelas. Jam belajarnya setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 10
pagi sampai jam 1 siang”75
PAKET B ini adalah jenjang pendidikan tertinggi karena yayasan
hanya menyediakan pelayanan sampai pada tingkat ini yaitu setara SMP.
Jika ada anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan tingkat
SMA/SMK, maka yayasan akan memberikan beasiswa bahkan sampai pada
tingkat perguruan tinggi, ini terbukti dengan sudah ada lima anak pemulung
yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan sepenuhnya di biayai
oleh Yayasan Tunas Mulia. Mereka yang mendapatkan biaya siswa sebagai
berikut;
“Di Sekolah Alam hanya menyediakan pendidikan sampai tingkat
SMP yaitu Paket B, tapi kita juga memberi beasiswa untuk anakanak yang mau lanjut ke SMK bahkan sampai kuliah, sudah ada
lima anak yang kuliah dan kami biayai”76
a) Cayem, sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas Bina
Insani semester 3.
b) Masnah, sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas Jaya baya
semester 3.
c) Nurjanah sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas Jaya baya
semester 3
d) Julaeha sekarang masih menjalani perkuliahan di Universitas STBA JIA
semester 3
e) Omih, sekarang baru masuk perkuliahan di Universitas Islam 45
semester 1
75
76
Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada tanggal 12 Mei 2014
Wawancara dengan Bapak Nadam Dwi Subekti, pada tanggal 21 Juni 2014
63
b. Pelayanan Pendidikan Kesenian dan Keterampilan
Yayasan Tunas Mulia selain mengadakan pelayanan di bidang
pendidikan juga menyediakan pelayanan pendidikan kesenian dan keterampilan
agar anak-anak pemulung dapat memperoleh manfaat dari ilmu keterampilan,
seni, dan budaya.
1) Pelayanan Kesenian
Pelayanan kesenian yang disediakan di Yayasan Tunas Mulia yaitu
kesenian rampak gendang, rongsok band dan angklung.
Kegiatan ini mempunyai jadwal tersendiri yaitu; Latihan rampak
gendang dilakukan setiap hari Senin jam 14.30 WIB, dan angklung setiap hari
Rabu pukul 14.00 WIB, serta latihan rongsok band pada hari Sabtu pukul
14.30 WIB.
“Rampak gendang latihannya setiap hari senin jam setengah tiga sore,
angklung hari rabu jam dua siang, rongsok band jam setengah tiga
sore hari sabtu”77
Mereka yang ikut serta dalam latihan kesenian juga telah menampilkan
kebolehannya di berbagai acara, diantaranya; kesenian angklung pernah tampil
di Plaza Bapindo pada tahun 2009, rongsok band pernah shooting dengan Abu
Marlo dan Jo Sandy di Taman Matahari untuk acara di KOMPAS TV dengan
judul Sains is Fun.
“Kesenian di sini alhamdulillah sudah memiliki prestasi yaitu
diantaranya kesenian angklung pernah tampil di Plaza Bapindo pada tahun
2009, rongsok band pernah shooting dengan Abu Marlo dan Jo Sandy di
Taman Matahari untuk acara di KOMPAS TV dengan judul Sains is Fun”78
77
78
Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia, pada tanggal 13 September 2014
Wawancara dengan Bapak Nadam Dwi Subekti, pada tanggal 21 Juni 2014.
64
2) Pelayanan Keterampilan
Pelayanan pendidikan keterampilan di Yayasan Tunas Mulia yaitu;
keterampilan membuat kerajinan tangan dari sampah plastik, sampah plastik
ini diperoleh dari hasil anak- anak memulung di TPA Bantar Gebang.
Kerajinan tersebut menggunakan beberapa tahapan; Sebelum diolah menjadi
kerajinan tangan, sampah plastik yang dikumpulkan dibersihkan terlebih
dahulu kemudian di jemur.
“Sampah-sampah plastiknya dari hasil kita ngumpulin, kalau udah
kumpul terus dicuci terus dijemur, baru deh di buat kerajinan
tangan”79
Sampah-sampah plastik tersebut bisa dibuat kerajinan seperti bros, tas,
gantungan kunci, sampah botol air mineral pun bisa di buat bunga hia. Tidak
hanya kerajinan bahan plastik saja, melainkan koran pun bisa dibuat kerajinan
tangan seperti topi, vas bunga, tempat tisu dan lain sebagainya. Selain itu
sampah kulit telur pun bisa dimanfaatkan untuk membuat keterampilan seperti
gambar kaligrafi dan gambar peta Indonesia. Bahkan keterampilan dari kulit
telur ini sudah pernah dipamerkan di Pakistan.
“kesenian di sini bikin bunga dari botol aqua, bikin ikan-ikanan dari
bungkus milkuat, bikin love-love dari kertas origami, sama bikin
bendera dari bungkus soklin, rinso, sama superpel”80
Kegiatan pelatihan keterampilan ini dilakukan setiap satu minggu
sekali dan diikuti oleh anak-anak pada jenjang pendidikan Paket A dan Paket
B. Oleh karena itu, semua kerajinan yang dihasilkan di sini dapat
menghasilkan nilai tambah bagi para perajin dan yayasan. Hal ini diperkuat
79
80
Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014
Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014
65
dengan dengan adanya pesanan kerajinan jam dinding yang terbuat dari kulit
telur, dan kaligrafi dari kulit telur.81
2. Program Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Yayasan Tunas Mulia
merupakan suatu pemenuhan hak-hak anak pemulung. Pelayanan kesehatan yang
tersedia di Yayasan Tunas Mulia berupa pengobatan gratis, serta pendampingan
pasien, sesuai dengan konsep pelayanan sosial kesehatan dalam aspek kuratif yang
telah dijelaskan pada bab dua halaman 44. Pelayanan ini diberikan karena kondisi
tempat tinggal anak-anak pemulung sangat dekat sampah sehingga membuat
keluarga pemulung rentan terhadap berbagai penyakit. Berikut adalah penjelasan
beberapa pelayanan kesehatan yang disediakan:
a. Pengobatan Gratis
Pengobatan rutin gratis adalah salah satu tindakan pelayanan kuratif
didanai
oleh
perusahaan-perusahaan
yang melakukan kegiatan
CSR
(Corporate Social Responsibility), kegiatan ini mendatangkan dua orang
dokter kemudian memeriksakan kesehatan anak-anak pemulung serta warga
sekitar.
“pengobatan gratis kita biasanya dapet dari Bank Mandiri,
terjadwalkan setidaknya satu tahun sekali, selain Bank Mandiri juga
ada lembaga ACT yang memberikan pengobatan gratis tapi tidak
terjadwalkan pengadaannya.”82
Pengobatan gratis ini mendatangnya dokter ke yayasan kemudian
memeriksakan keadaan anak-anak pemulung, orang tua, dan juga masyarakat
81
82
Observasi Keterampilan di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 21 Juni 2014.
Wawancara dengan Ibu Mertianah pada tanggal 13 September 2014.
66
sekitar. Pemeriksaannya bukan hanya untuk orang sakit, yang sehat pun
diperiksa kemudian diberi vitamin.
“ada berobat gratis dari tamu, kita diperiksain sama dokter,
dokternya ada satu terus diperiksain satu-satu, abis itu dikasih obat.
Orang tua yang anak-anak paud juga diperiksa”83
Pada bulan Mei 2014 Yayasan Berani Bhakti Bangsa mengadakan
pemeriksaan kesehatan mata, dengan mendatangkan tenaga medis untuk
memeriksakan mata ke seluruh anak-anak yang bersekolah di Yayasan Tunas
Mulia, jika ada yang terkena rabun mata maka akan diberikan kaca mata
gratis.
“waktu itu ada periksa mata gratis, semua anak-anak matanya
diperiksa, periksanya disuruh baca tulisan gitu hurufnya dari besar
sampe kecil tapi matanya di tutup satu. Kalau ada yang matanya min
nanti dikasih kaca mata.” 84
b. Pendampingan Pasien
Pendampingan pasien yang dimaksud dalam pelayanan kesehatan di
Yayasan Tunas Mulia dilakukan oleh divisi kesehatan dengan jalan membantu
mengurus persyaratan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seperti
jamkesmas atau BPJS, agar mereka bisa mendapatkan hak kesehatan dari
pemerintah setempat. Pendampingan dilakukan hingga pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan dan bahkan sampai pasien ke luar dari rumah sakit, jika
dilakukan rawat inap.
“Selain pengobatan gratis yang diadakan di sekolah, Yayasan juga
membantu masyarakat sekitar untuk mengurus persyaratan bebas
biaya berobat di rumah sakit, yayasan mengirimkan satu orang
pengurus untuk membantu masyarakat seperti membuat kartu
BPJS.”85
83
Wawancara Kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014
Wawancara kelompok di Yayasan Tunas Mulia pada tanggal 13 September 2014
85
Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada tanggal 13 September 2014
84
67
Selain melakukan pendampingan kepada pasien, yayasan juga bekerja
sama dengan Lembaga Kesehatan Cuma- Cuma (LKC) milik Dompet Dhuafa.
Dalam hal ini, LKC setiap saat siap membantu pengobatan kesehatan keluarga
pemulung melalui divisi kesehatan yang ada di yayasan seperti; ada keluarga
pemulung yang sakit parah kemudianmeminta bantuan ke yayasan selanjutnya
yayasan menghubungkan langsung ke LKC setelah itu pasien dapat di rujuk
ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan gratis.
“Untuk pelayanan kesehatan kita bekerja sama dengan LKC, di mana
LKC akan selalu membantu kita dalam menangani masalah kesehatan,
seperti misalnya membantu orang tua dari anak murid kita yang butuh
bantuan untuk rujukan ke rumah sakit, di sini lah LKC membantu
proses penyembuhan pasien” 86
86
Wawancara dengan Ibu Eli Indah Yani pada tanggal 13 September 2014.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan dalam uraian pada bab di atas
peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemenuhan hak anak-anak pemulung di
Yayasan Tunas Mulia adalah melalui program pendidikan dan kesehatan .
Adapun program yang disediakan Yayasan Tunas Mulia kepada anak-anak
pemulung adalah sebagai berikut;
1. Program Pelayanan Pendidikan di Yayasan Tunas Mulia yaitu:
a. Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), PAKET A (Setara
Sekolah Dasar), PAKET B (Setara Sekolah Menengah Pertama
b. Pelayanan Pendidikan Kesenian dan Keterampilan
2. Program
Pelayanan
Kesehatan
di
Yayasan
Tunas
Mulia,
dikategorikan sebagai berikut;
a. Pengobatan Gratis
Pengobatan gratis ini merupakan bentuk dari sub-sistem
kuratif. Anak- anak pemulung dan keluarga pemulung diberikan
pengobatan gratis yang dilakukan satu bulan sekali.
Seperti; pada
bulan Mei 2014 Yayasan Berani Bhakti Bangsa mengadakan
pemeriksaan kesehatan mata.
b. Pendampingan Pasien
Pendampingan pasien yang dilakukan yayasan yaitu bekerja
sama dengan Lembaga Kesehatan Cuma- Cuma (LKC) milik dompet
69
dhuafa, LKC setiap saat siap membantu pengobatan kesehatan
keluarga pemulung melalui divisi kesehatan yang ada di yayasan.
B. Saran
Demi memenuhi hak-hak anak pemulung dalam bidang pendidikan dan
kesehatan, setelah peneliti melakukan penelitian di Yayasan Tunas Mulia, maka
peneliti mempunyai saran-saran diantaranya:
1. Bekerjasama dengan Dinas Sosial setempat agar mendapatkan fasilitas
dalam bidang sosial dari pemerintah.
2. Meningkatkan kualitas pengajar dengan cara memperbaiki proses
perekrutan pengajar serta pelatihan terhadap pengajar dalam bidang
pendidikan.
3. Meningkatkan fasilitias untuk kegiatan belajar mengajar seperti
memberi meja untuk menulis. Memperbaiki bangunan saung yang
rusak agar anak-anak bisa belajar di tempat yang lebih luas.
4. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan setempat agar mutu pendidikan
sesuai dengan yang dicita-citakan.
5. Mengusahakan agar program pelayanan pengobatan gratis selalu
berjalan rutin setiap bulanagar dapat terlaksana dengan baik tanpa
menunggu donatur serta bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adi, Isbandi Rukminto Perencanaan Parsipatoris Berbasis Aset Komunitas: Dari
Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press. 2007.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis. Depok: Lembaga Penerbit FakultasEkonomi UI. 2001.
Adi,Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Depok: FISIP
UI Press. 2005.
al-Qur’an dan Terjemah. Depag RI Tahun 2009.
Conyers, Diana. Perencanaan Sosial di Dunia ketiga, Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1992.
Ghony, M. Djunaedi & Fauzan Almanshur. Metode Penelitian Kualitatif .
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-15. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1998
Nazaruddin, Pepen Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta:
Badan Pelatihan dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004.
Purwoko, Bambang. Sistem Proteksi Sosial dalam Dimensi Ekonomi. Jakarta:
Oxford Graventa Indonesia. 2011
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005.
Sukoco, Dwi Heru. Kemitraan dan Pelayanan Sosial, dalam Isu-isu Tematik
Pembangunan Sosial. Jakarta: 1997.
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana, 2010
Twikromo,Y. Argo, Pemulung Jalanan Yogyakarta :
Konstruksi
Marginalitas dan Perjuangan Hidup dalam Bayang-bayang Budaya
Dominan. Yogyakarta: Media Pressindo. 1999
Ulum, Misbahul dkk. Model- model Kesejahteraan Sosial Islam;
Perspektif Normatif Filosofis dan Praktis, Yogyakarta: Pt. LKiS Pelangi Aksara,
2007.
Ulfah, Maria dan Abdullah Ghalib. Parenting With Love: Panduan Islami
Mendidik Anak Penuh Cinta. Bandung: Pt. Mizan Pustaka. 2010
Universitas Terbuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Materi Pokok
Masalah- masalah Sosial: Suatu Pendekatan Analisis Sosiologi. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2009
Artikel Internet:
Kompas. Definisi Anak. Artikel diakses pada tanggal 24 Maret 2014 dari
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak/
Yayasan Tunas Mulia. Sekolah Anak Pemulung. Artikel di akses pada tanggal
tanggal 27 Maret 2014 dari http://yayasantunasmulia.blogspot.com
Lain-lain:
Brosur Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang
Dokumen Kelurahan Sumur Batu, Program Selayang Pandang Kel. Sumur Batu,
2012
Proyek Proposal, Permohonan Biaya Opersional Sekolah Alam Yayasan Tunas
Mulia
RI, Departemen Sosial. Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar
Panti.
RI, Departemen Sosial. Badan Penelitian dan Pengembangan: Istilah Usaha
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: 1997
RI, Konvensi Hak- hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan
Bangsa- bangsa pada tanggal 20 November 1989
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Pedoman Wawancara
Wawancara kepada pemberi manfaat (Yayasan Tunas Mulia)
1. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang Hak Anak?
2. Apakah Ibu/Bapak mengetahui Undang-undang yang mengatur tentang hakhak anak?
3. Apakah Ibu/Bapak mengetahui definisi tentang anak menurut Undang-undang
Perlindungan anak?
4. Hak-hak apa saja yang harus dipenuhi oleh orang tua kepada anaknya?
5. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang pelayanan sosial?
6. Pelayanan sosial seperti apa yang disediakan di yayasan?
7. Apakah pelayanan di yayasan sudah sesuai dengan kondisi sosial lingkungan?
8. Pelayanan yang diberikan berisifat pelayanan panti atau non-panti.
9. Bentuk pelayanan di Yayasan Tunas Mulia berupa pelayanan kelembagaan
atau pelayanan kemasyarakatan?
10. Menurut Bapak/Ibu pendidikan itu apa dan apa arti pentingnya pendidikan
bagi anak?
11. Apakah Yayasan tunas mulia sudah menyediakan program pelayanan
pendidikan?
12. Apa landasan di dirikannya program pendidikan di Yayasan Tunas Mulia?
13. Program pendidikan di Yayasan Tunas Mulia termasuk kedalam satuan
pendidikan formal, non-formal atau informal?
14. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang PKBM?
15. Pendirian PKBM di Yayasan Tunas Mulia merupakan inisiatif dari siapa?
16. Apa dasar pendirian PKBM di Yayasan Tunas Mulia?
17. Penyelenggaraan PKBM di Yayasan Tunas Mulia sepenuhnya menjadi
tanggung jawab yayasan atau bersama dengan masyarakat juga?
18. Apa tujuan didirikannya PKBM di Yayasan Tunas Mulia?
19. Apakah penyelenggaraan PKBM di Yayasan Tunas Mulia sudah memiliki izin
dari dinas pendidikan setempat?
20. Menurut Ibu/Bapak, apakah aspek kesehatan untuk anak itu penting?
21. Apakah Yayasan Tunas Mulia menyediakan program pelayanan kesehatan?
22. Pelayanan kesehatan seperti apa yang diberikan yayasan?
23. Apakah ada persyaratan tertentu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di
yayasan?
Wawancara Kelompok kepada penerima manfaat (Anak-anak Pemulung)
1. Apa yang kalian merasa senang selama bersekolah di Yayasan Tunas Mulia?
2. Apakah keberadaan Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia di Bantar Gebang
membuat kalian merasa senang?
3. Apakah kalian hanya sekolah di sekolah alam saja atau sekolah di sekolah
formal juga?
4. Program kegiatan apa saja yang ada di Yayasan Tunas Mulia?
5. Sesuai tingkatan kelasnya, mata pelajaran apa saja yang di ajarkan di
Yayasan Tunas Mulia?
6. Apakah kalian mendapatkan buku paket mata pelajaran dari yayasan?
7. Apakah yayasan memberikan peralatan sekolah?
8. Apakah kalian mengikuti program kegiatan keterampilan? Keterampilan apa
saja yang sudah pernah kalian buat?
9. Siapa pengajar program kegiatan keterampilan di yayasan?
10. Apakah kalian mengetahui tentang pelayanan kesehatan di yayasan?
11. Program pelayanan kesehatan apa yang diberikan yayasan?
12. Apakah kalian pernah mengikuti pelayanan kesehatan di yayasan?
13. Apakah keluarga kalian pernah mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan
untuk berobat inap di rumah sakit?
Pedoman Observasi
Observasi Pertama ke Yayasan Tunas Mulia
Senin, 3 Februari 2014.
Pada hari ini peneliti akan mencoba mencari alamat Yayasan Tunas Mulia
yang sudah peneliti dapatkan dari web resmi Yayasan Tunas Mulia. Peneliti pergi
bersama kakak peneliti karena beliau sudah mengetahui alamat tersebut walaupun
sebenarnya belum tahu pasti. Peneliti sebelumnya sudah menghubungi pihak
yayasan bahwasannya peneliti akan datang ke yayasan. Perjalanan menuju
yayasan peneliti tempuh dalam waktu kurang lebih satu jam, dalam perjalanan
mencari alamat yayasan peneliti sudah mencium aroma sampah padahal belum
melihat sampahnya itu dikarenakan bau TPA Bantar Gebang yang sudah tercium
dalam jarak kurang lebih satu kilometer. Ini adalah pertama kalinya peneliti
melihat langsung TPA Bantar Gebang.
Pertama kali memasuki gapura Yayasan Tunas Mulia yang peneliti rasakan yaitu
benar-benar konsep alam yang terbuka, di mana peneliti melihat banyak
pepohonan rindang dan juga sawah, namun yang masih peneliti rasakan yaitu bau
sampah dari TPA Bantar Gebang, karena lokasi yayasan tepat di belakang
gundukan sampah TPA Bantar Gebang.
Ketika sudah sampai di Yayasan Tunas Mulia, peneliti menuju ke ruang guru
untuk mencari pengurus yayasan yang bisa ditemui. Saat itu peneliti bertemu
dengan Pak Johan selaku kepala sekolah di Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia
namun pada saat itu beliau sedang menerima telepon sehingga saya mencoba
mencari pengurus yayasan yang lainnya, kebetulan saya bertemu dengan pengurus
yayasan yang lain di ruang koperasi yang letaknya tepat berhadapan dengan ruang
guru. Peneliti bertemu dengan Ibu Eli selaku bagian administrasi yayasan,
kemudian peneliti segera mencari informasi tentang profil yayasan, Ibu Eli
memberikan penjelasan secara singkat tentang program yang ada di yayasan dan
juga brosur yayasan tunas mulia. Setelah itu peneliti kembali menemui Pak Johan
untuk memberikan penjelasan bahwa peneliti akan melakukan penelitian di
yayasan.
Observasi ke Yayasan Tunas Mulia dan ke Rumah Anak Pemulung
Sabtu, 3 Mei 2014
Observasi kali ini peneliti ingin mencari data untuk latar belakang masalah di bab
satu, peneliti membutuhkan data tentang bagaimana kondisi keluarga pemulung
dan juga mencari tahu berapa penghasilan mereka setiap harinya.
Peneliti datang ke yayasan menemui Ibu Eli untuk menghubungkan peneliti
dengan anak-anak didik (anak pemulung) di yayasan dan bisa mendatangkan
rumahnya, agar bisa melakukan wawancara kepada orang tuanya. Saat itu Ibu Eli
menghubungkan peneliti dengan anak yang bernama Dede dan kemudian peneliti
pergi menuju rumah Dede bersama Ibu Eli mengikuti Dede yang menggunakan
sepeda. Sesampainya di rumah Dede, peneliti bertemu dengan kakak dari Dede,
sedangkan kedua orang tua Dede sedang memulung di atas gundukan sampah
kemudian Dede memanggil kedua orang tuanya untuk menemui peneliti dan juga
Ibu Eli, setelah itu kedua orang tua Dede sudah turun dari tempat memulung,
peneliti melakukan wawancara seputar profil keluarga dari Dede. Dari wawancara
tersebut peneliti mendapatkan informasi tentang penghasilan keluarga pemulung.
Observasi Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia
Senin 12 Mei 2014
Observasi kali ini peneliti ingin mencari informasi tentang sarana dan prasarana di
Yayasan Tunas Mulia. Peneliti datang ke yayasan menemui Ibu Eli dan
menanyakan tentang program di yayasan serta sarana dan prasarana di yayasan.
Saat itu peneliti menemui Ibu Eli di ruang guru dan langsung mewawancarai
beliau tentang program yang ada di yayasan. Ibu Eli menjelaskan tentang program
sekolah yang ada di yayasan yaitu jenjang PAUD, Paket A, dan Paket B. Ibu Eli
juga menjelaskan tentang program keterampilan yang ada di yayasan yaitu
keterampilan membuat kerajinan dan limbah plastik dan juga koran, peneliti
melihat langsung hasil keterampilan yang sudah jadi, diantaranya seperti topi dari
koran, tas, gantungan kunci tempat pensil, dan juga bros yang terbuat dari sampah
bungkus kopi ataupun bungkus sampah deterjen. Tidak hanya dari limbah plastik
tapi juga limbah koran seperti tempat tisu, topi dan vas bunga.
Setelah wawancara tentang program-program yang ada di yayasan, peneliti
mengamati sarana dan prasarana yang ada di yayasan tentunya dengan bantuan
dari Ibu Eli, beliau menunjukan semua ruangan yang ada di yayasan. Mulai dari
ruang guru terdapat dua buah lemari kaca yang berisikan buku- buku untuk
mengajar serta dokumen- dokumen yayasan di atas lemari ini terdapat tiga piala
yang di pajang untuk menghiasi ruangan. Kemudian terdapat empat buah lemari
kecil yang berisikan buku- buku, hasil karya kerajinan tangan anak- anak dan alat
shalat. Di ruangan ini terdapat meja dan kursi guru sebanyak dua belas buah, satu
meja komputer dan printer, alat pengerassuara, alat musik marawis, dua buah
mesin jahit, satu buah kipas angin, satu buah dispenser, dua buah karpet, dan dua
buah tirai.
Kemudian Ibu Eli menunjukan ruang koperasi. Di ruang koperasi terdapat dua
buah meja etalase yang berisi barang dagangan koperasi seperti obat-obatan,
sabun, sampo, gula, kopi, teh, kecap dan lain sebagainya. Kemudian ada sepuluh
rak besi untuk menaruh barang- barang dagangan koperasi juga namun rak-rak ini
sudah terlihat kosong karena banyak barang dagangan yang sudah kadaluarsa.
Kemudian ada lemari pendingin untuk berjualan minuman dingin, dispenser dan
galon, dan juga satu set meja dan kursi. Kemudian di dalam ruang koperasi ini
terdapat ruangan kecil yang berisi tiga set meja dan kursi, satu buah lemari
berangkas, dan tiga buah kursi tamu.
Setelah ruang koperasi, peneliti mengamati ruangan perpustakaan. Perpustakaan
ini hasil dari sumbangan Perusahaan Indonesia Power. Di dalam perpustakaan
terdapat lima rak buku, dua rak buku diantaranya terbuat dari kayu, sedangkan
tiga rak buku lain terbuat dari besi. Kemudian ada satu lemari kaca yang berisikan
buku-buku namun di letakan tidak berdekatan dengan rak buku lainnya, kemudian
ada dua buah meja yang digunakan berlainan fungsi, satu meja di gunakan untuk
menaruh lemari loker kecil dan rabana, sedangkan meja yang satu digunakan
untuk menaruh komputer dan patung organ tubuh manusia. Kemudian terdapat
patung tengkorak yang berdiri di dekat meja komputer. Ruangan-ruangan tersebut
berbentuk permanen selain banguna tersebut terdapat bangunan lain yaitu ruang
belajar berupa saung terbuat dari kayu sebanyak empat buah. Di saung- saung ini
masing masing hanya tersedia papan tulis saja, tidak ada meja atau kursi belajar,
karena anak- anak belajar dengan cara duduk secara lesehan. Namun ada yang
berbeda dengan satu ruang belajar yaitu tempat belajar yang disediakan untuk
jenjang PAUD bukan sebuah bangunan saung, tetapi sebuah ruangan kelas bekas
kandang kelinci, walaupun bekas kandang kelinci tetapi ruangan ini sudah
dibersihkan dan dirapihkan. Meskipun tidak diberi lantai hanya plesteran semen
yang diberi alas karpet dan diberi meja kecil untuk belajar
Mushola Hasanah, Musholla ini hasil dari sumbangan Bank BNI. Di musholla
terdapat karpet sajadah dan perlatan shalat. Kamar mandi dan WC 2 buah Tepat di
depan pintu kamar mandi terdapat empat buah keran air untuk tempat berwudhu.
Di dekat Kamar mandi terdapat kolam lele sebanyak tujuh kolam.
Observasi Keterampilan di Yayasan Tunas Mulia
Sabtu 21 Juni 2014
Pada hari ini peneliti datang ke yayasan untuk melakukan wawancara dengan
salah satu pendiri yayasan yaitu Bapak Nadam Dwi Subekti tentang profil yayasan
dan program-program yang disediakan di yayasan tunas mulia. Peneliti datang ke
yayasan ketika sedang akan ada acara kegiatan sumbangan dari donatur.
Wawancara sempat peneliti lakukan sebelum acara namun terpotong ketika acara
tersebut dimulai. Kemudian peneliti mengikuti kegiatan tersebut dan setelah itu
baru peneliti melanjutkan wawancara dengan pendiri yayasan. Setelah
mewawancarai pendiri yayasan, peneliti juga mewawancari anak-anak didik yang
sedang duduk di saung. Selain itu peneliti juga melihat hasil keterampilan anakanak berupa jam dinding yang terbuat dari cangkang telur yang merupakan
pesanan dari beberapa lembaga.
Observasi Ke Rumah Keluarga Pemulung
Sabtu 5 Juli 2014
Observasi kali ini peneliti pergi sendiri menggunakan sepeda motor ke Bantar
Gebang. Peneliti tidak datang ke Yayasan Tunas Mulia namun ke rumah Ibu Eli
karena peneliti meminta bantuan Bu Eli untuk mengantarkan peneliti ke rumah
anak didik. Peneliti mendatangi rumah anak didik karena ingin mewawancarai
orang tua anak-anak didik untuk mencari data yang berkaitan dengan penelitian.
Peneliti mendatangi rumah keluarga Omih yang kebetulan rumahnya bersebelahan
dengan beberapa anak-anak didik yang lain. Rumah Omih tepat didepan gunung
sampah yang masih basah dan banyak para pemulung yang sedang memulung di
sana. Di depan teras rumah Omih ada tumpukan sampah plastik yang sedang
dipilah-pilah oleh Akbar salah satu anak didik yayasan. Saat itu peneliti
merasakan bau sampah yang sangat menyengat dari sampah-sampah plastik
tersebut bahkan ketika sudah pulang peneliti masih merasakan bau tersebut
menempel di baju peneliti. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan bagi
anak-anak pemulung dan keluarganya, bagaimana bisa keadaan tersebut
memberikan kesehatan untuk mereka.
Observasi ke Yayasan Tunas Mulia
Sabtu 13 September 2014
Observasi kali ini peneliti datang bersama adik peneliti. Peneliti datang ke
yayasan untuk melalukan wawancara kelompok dengan anak-anak di yayasan dan
juga pengurus yayasan. saat itu peneliti datang menemui Ibu Eli dan meminta
bantuan untuk menghubungkan peneliti dengan anak-anak yang akan di
wawancara secara berkelompok. Saat itu sedang berlangsung sekolah PKBM
Paket A kelas 3 dan 4, mereka sedang senam sore. Setelah mereka senam peneliti
mendatangi mereka bersama Ibu Eli dan kemudian melakukan wawancara
kelompok dengan anak sebanyak 16 orang. Peneliti merasa senang bisa
berkomunikasi dengan anak-anak, ternyata mereka sangat antusias ketika ditanyai
oleh peneliti. Setelah wawancara kelompok peneliti melakukan wawancara
dengan Ibu Eli dan Ibu Mertianah wawancara dilakukan di saung yang paling
besar kemudian pindah ke ruang guru.
GAMBARAN UMUM, KONDISI FISIK, POTENSI WILAYAH DAN
TINGKAT PERKEMBANGAN KELURAHAN
A. GAMBARAN UMUM
Kelurahan Sumurbatu terbentuk pada tanggal : 19 April 2002,
Kelurahan Sumurbatu merupakan salah satu dari delapan yang ada di
Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat, yang
wilayahnya diperuntukkan sebagai sentral agrobisnis/pertanian sekaligus
sebagai daerah resapan air. Dari luas ± 568.955 ha areal yang ada, sekitar
318 ha dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian,
sedangkan sisanya dipergunakan untuk sarana gedung perkantoran dan
prasarana pendidikan serta tempat pembuangan akhir ( TPA ) Pemda DKI
27 ha dan Kota Bekasi 178ha. Keberadaan lokasi TPA Bantargebang
membawa dampak tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Para pemulung
yang datang dari luar daerah untuk mengais rejeki, penduduk pribumi pun
pada akhirnya ikut mengumpulkan sampah – sampah plastik yang laku
dijual sebagai bahan mata pencaharian untuk menopang kebutuhan hidup
keluarga sehari – hari.
Permasalahan lain yang dihadapi dengan adanya lokasi TPA sampah :
1. Adanya udara yang tidak bersahabat di wilayah Kelurahan Sumurbatu
dan sekitarnya akibat bau yang tidak sedap apabila tersengat hidung.
2. Terjadinya rembesan terhadap mata air di dalam tanah yang mencemari
sumur – sumur penduduk disekitarnya sehingga air tidak layak
dikonsumsi karena bau dan kotor.
3. Pencemaran terhadap tanaman padi penduduk apabila air yang kotor
dan bau masuk ke areal pesawahan akibat gagal panen / puso.
4. Adanya penduduk luar yang datang dari luar daerah yang keberadaanya
belum jelas akibat karena tidak melaporkan diri.
1
Meskipun demikian penduduk dan juga Pemerintah Kelurahan
Sumurbatu merasa terbantu dengan adanya TPA sampah Bantargebang
diantaranya :
1. Mata pencaharian terhadap penduduk sebagai tenaga tidak tetap
bertambah
2. Nilai ekonomi terhadap sampah plastik yang dikumpulkan oleh
penduduk sehingga menambah penghasilan mereka untuk keperluan
keluarga sehari – hari.
3. sejak 5 Tahun terakhir ini Pemda DKI Jakarta memberikan dana
kompensasi kepada masyarakat sekitar melalui Pemerintah Kota Bekasi
yang diusulkan atas dasar peran serta dan partisipasi masyarakat yang
hasilnya telah direalisasikan kedalam berbagai kebutuhan masyarakat
itu sendiri seperti halnya : perbaikan lingkungan terhadap jalan – jalan
yang ada, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan,
dan sarana sosial lainnya.
B. KONDISI FISIK
Letak Kota Pemerintahan Kelurahan Sumurbatu berada di sebelah
tenggara dari Kota Pemerintahan Kecamatan Bantargebang, dengan luas ±
568.955 ha, berada pada 104 M di atas permukaan laut.
C. POTENSI WILAYAH
1. Potensi Alam
1.1 Batas Wilayah
■ Sebelah Utara
: Kel. Padurenan Kec. Mustika
jaya
■ Sebelah Timur
: Desa Burangkeng Kab. Bekasi
■ Sebelah Selatan
: Desa
Taman
Rahayu
Kab.
Bekasi
■ Sebelah Barat
: Kel. Cikiwul Kec. Bantargebang
2
1.2 Luas wilayah menurut penggunaan
■ Pemukiman penduduk
: 123
ha
■ Tanah Perkantoran
: 3.5
ha
■ Tanah Pemakaman Umum
: 25.2
ha
■ Tanah Perusahaan / Industri
: 10
ha
: 138
ha
■ Tanah irigasi
: 0,8
ha
■ Tanah TPA sampah DKI
: 27
ha
■ Tanah TPA sampah Kota Bekasi
: 18
ha
■ Tanah sarana pendidikan
: 1
ha
■ Tanah tegalan dan kebun
: 237,647 ha
■ Tanah lapangan
: 1
ha
■ Sarana jalan
: 5
ha
■ Tanah sawah tadah hujan / milik
Perorangan
1.3 Topografi atau Bentang Lahan
■ Dataran
: 568.955 ha
■ Perbukitan / pegunungan
: -
ha
■ Jarak ke Ibu Kota Kecamatan
: 3,5
Km
■ Jarak ke Ibu Kota Pemda Bekasi
: 13
Km
: 20
Menit
: 40
Menit
1.4 Orbitasi
■ Waktu tempuh ke Ibu Kota
Kecamatan
■ Waktu tempuh ke Ibu Kota Pemda
Bekasi
1.5 Kualitas Lingkungan fisik
■ Sungai
: Terkena Pencemaran TPA
■ Air sumur
: Sebagian terkena pencemaran TPA
■ Udara
: Sebagian terkena pencemaran TPA
■ Lahan pertanian
: Sebagian terkena pencemaran TPA
3
■ Kumuh
: Ya
2. Potensi Penduduk
2.1 Jumlah penduduk jiwa
: 10.115 Jiwa
■ Laki – laki
:
5.231 Jiwa
■ Perempuan
:
4.884 Jiwa
■ Jumlah Kepala Keluarga
:
4.036 Kepala Keluarga
■ Pegawai Negeri Sipil
:
381 Orang
■ Pegawai swasta / karyawan
:
674 Orang
■ Petani
: 1.144 Orang
■ Pertukangan
:
203 Orang
■ Pemulung
:
415 Orang
■ Buruh tidak tetap
:
574 Orang
■ TNI / POLRI
:
27 Orang
■ Pensiunan ABRI / Sipil
:
62 Orang
■ Pedagang
:
317 Orang
■ Jasa angkutan
:
239 Orang
2.2 Mata pencaharian penduduk
2.3 Tingkat pendidikan umum penduduk
■ Tidak tamat SD
:
3.654 Orang
■ Sedang sekolah di SD
:
4.161 Orang
■ Tamat SD / sederajat
:
896 Orang
■ Tamat SLTP / sederajat
:
678 Orang
■ Tamat SLTA / sederajat
:
571 Orang
■ Akademi D1-D2
:
45 Orang
■ Universitas
:
95 Orang
2.4 Tingkat pendidikan khusus penduduk
■ Pondok pesantren
:
4
15 Orang
■ SLB
:
- Orang
■ Kursus keterampilan
:
10 Orang
2.5 Penduduk menurut agama yang dianut
■ Islam
: 10.063 Orang
■ Kristen protestan
:
15 Orang
■ Kristen katholik
:
37 Orang /
■ Budha
:
-
Orang
■ Hindu
:
-
Orang
■ Kong Hu Cu
:
-
Orang
2.6 Posyandu
■ Jumlah Posyandu
:
10 Buah
■ Kader Posyandu
:
50 Orang
■ Kader Dasawisma
:
173 Orang
■ Kepala Kelurahan
:
1 Orang
■ Sekretaris Kelurahan
:
1 Orang
■ Kasi Pemerintahan
:
1 Orang
■ Kasi Ekbang
:
1 Orang
■ Kasi Trantib dan Linmas
:
1 Orang
■ Staf Pelaksana
:
26 Orang
■ Pelaksana Fungsional
:
1 Orang
3. Potensi Kelembagaan
Aparat Pemerintahan Kelurahan
Organisasi kelembagaan kemasyarakatan
■ Lembaga pemberdayaan
Masyarakat
:
5
1 Buah
■ Jumlah RW
:
7 Buah
■ Jumlah RT
:
44 Buah
■ Jumlah Karang Taruna
:
1 Buah
■ Jumlah PKK
:
1 Buah
■ Jumlah Masjid Islam
:
5 Buah
■ Jumlah Mushola Islam
:
23 Buah
■ Jumlah Majlis Ta’lim Islam
:
22 Buah
■ Jumlah gereja (Kristen/katholik)
:
- Buah
■ Jumlah wihara ( Budha )
:
- Buah
■ Jumlah Pura ( Hindu )
:
- Buah
4. Sarana dan Prasarana
4.1 Sarana Ibadah
Jenis kegiatan yang ada
■ Musik dangdut
:
1 Buah
■ Musik Qasidah
:
15 Buah
■ Vokal group
:
1 Buah
Sarana jalan
■ Jalan aspal
: 16.924 Km
■ Jalan diperkeras
:
15 Km
■ Jalan Tanah
:
3.466 Km
Prasarana pendidikan formal
NO
JUMLAH
PRASARANA
( BUAH )
6
KONDISI
BAIK
BURUK
1
PAUD
5
5
-
2
Sekolah Dasar ( SD )
3
3
-
3
SLTP / MIN
2
2
-
4
SLTA / SMK
1
1
-
5
Universitas/Akademi/Sekolah tinggi
-
-
-
6
Mis
1
1
-
Prasarana kesehatan
NO.
PRASARANA
KETERANGAN
JUMLAH
( ADA / TIDAK )
( BUAH )
1
Puskesmas pembantu
Ada
1 Buah
2
Poliklinik
Ada
2 Buah
3
Apotik
Ada
1 Buah
4
Rumah bersalin
Tidak
-
KETERANGAN
JUMLAH
( ADA / TIDAK )
( BUAH )
Prasarana Olah raga
NO.
PRASARANA
1
Lapangan sepak bola
Ada
2 Buah
2
Lapangan Volley
Ada
6 Buah
3
Lapangan Bulu tangkis
Ada
3 Buah
4
Lapangan Tenis meja
Ada
5 Buah
Pos Keamanan Lingkungan ( Pos Kamling )
NO.
1
NAMA POS KAMLING
LOKASI
RW 01
RT 02 / 01
7
KETERANGAN
RT 03 / 01
2
RW 02
RT 01 / 02
RT 02 / 02
RT 03 / 02
3
RW 03
RT 01 / 03
RT 02 / 03
RT 03 / 03
RT 04 / 03
4
RW 04
RT 01 / 04
RT 02 / 04
RT 03 / 04
5
RW 05
RT 01 / 05
RT 02 / 05
RT 03 / 05
6
RW 06
RT 02 / 06
RT 03 / 06
RT 05 / 06
RT 07 / 06
RT 09 / 06
RT 011 / 06
7
RW 07
RT 03 / 07
RT 04 / 07
RT 05 / 07
RT 06 / 07
RT 07 / 07
RT 08 / 07
RT 09 / 07
4.8 Alat pasca panen
8
■ Perontak gabah
: -
Buah
■ Penggiling padi
: 3 Buah
■ Parut kelapa
: 5 Buah
■ Penggiling tepung
: 5 Buah
D. TINGKAT PERKEMBANGAN KELURAHAN
I. Kesehatan Masyarakat
1. Kematian bayi
■ Jumlah bayi tahun ini
:
-
Orang
■ Jumlah bayi lahir mati tahun ini
:
-
Orang
2. Status gizi balita
■ Jumlah balita tahun ini
:
810 Orang
■ Jumlah balita bergizi buruk
:
- Orang
■ Jumlah balita bergizi kurang
:
1 Orang
■ Jumlah balita bergizi baik
:
809
Orang
Keluarga Berencana
■ Jumlah pos KB
:
8 Buah
■ Jumlah sub pos KB
:
10 Buah
■ Jumlah pasangan usia subur (PUS) : 2.642 PUS
■ Jumlah ibu hamil
:
283 Orang
■ Jumlah PUS ingin anak
:
245 Orang
■ Jumlah PUS tida ingin anak
:
342 Orang
■ Jumlah kelompok BKB
:
3 Kelompok
■ Jumlah kelompok BKR
:
2 Kelompok
■ Jumlah kelompok BKL
:
2 Kelompok
■ Jumlah kader posyandu
:
10 Kelompok
3Tenaga kesehatan
■ Dokter
:
1
Orang
■ Bidan
:
4
Orang
9
■ Perawat / Mantri
:
2
Orang
■ Dukun terlatih
:
3
Orang
■ Malaria
:
-
Orang
■ Demam berdarah
:
-
Orang
■ Kolera
:
-
Orang
4. Wabah penyakit
5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga
■ Keluarga pra sejahtera
:
903 Orang
■ Keluarga sejahtera I
: 1.743 Orang
■ Keluarga sejahtera II
:
965 Orang
■ Keluarga sejahtera III
:
396 Orang
■ Keluarga sejahtera plus
:
■ Jumlah keseluruhan
: 4.036 KK
29 KK
II. Keamanan Ketentraman dan Ketertiban
1. Data Kriminal
■ Jumlah peristiwa pencurian
:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa perampokan
:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa penodongan
:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa penganiayaan
:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa perkelahian
:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa penculikan
:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa pembunuhan
:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa percobaan pembunuhan:
-
Kali
■ Jumlah peristiwa penipuan
:
-
Kali
■ Curanmor
:
4
Kali
■ Demo
:
-
Kali
■ Bencana alam angin puting beliung
:
-
Kali
■ Kebakaran rumah
:
- Kali
2. Sistem Keamanan Lingkungan
10
■ Pos kamling
:
34
Pos
■ Jadwal Pos kamling
:
ada
■ Kegiatan piket malam kelurahan
:
ada
■ Jumlah anggota Linmas
:
14 Orang
III. Ekonomi Kelurahan
1. Koperasi Tingkat Kelurahan Sumurbatu
■ Pengurus sudah terbentuk tetapi belum berjalan dikarenakan belum
ada bantuan modal.
2. Pelaksanaan K- 3
■ Dilaksanakan rutin setiap hari Sabtu
■ Meliputi unsur RT, RW, Kelurahan, Pospol, Babinsa TNI AD, LPM,
Karang Taruna dan masyarakat sekitar
11
Foto Hasil Keterampilan Anak-anak di Yayasan Tunas Mulia
Topi dan tas hasil keterampilan anak-anak yang terbuat dari limbah sampah
Keterampilan dari kulit telur hasil karya anak-anak pemulung
Sarana dan Prasarana di Yayasan Tunas Mulia
Ruang Guru di Yayasan Tunas Mulia (tampak depan dan bagian dalam)
Ruang Koperasi di Yayasan Tunas Mulia (tampak depan dan bagian dalam)
Ruang kamar mandi dan Musholla Yayasan Tunas Mulia
Tempat cuci tangan dan Lapangan di Yayasan Tunas Mulia.
Saung tempat belajar dan ruang belajar PAUD
Ruang Perpustakaan di Yayasan Tunas Mulia dan saung belajar jenjang Paket B
Kegiatan santunan dari SD Rabbani
Rumah Ibu Odeh dan Ibu Onas (orang tua murid)
Foto Papan Jumlah siswa Yayasan Tunas Mulia
Siswa PAUD Sekolah Alam Yayasan Tunas Mulia
Download