PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU DI SLB-AB KEMALA BHAYANGKARI 2 GRESIK Oleh : Perdana Nur Arifianto NIM 08010044205 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2014 PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU DI SLB-AB KEMALA BHAYANGKARI 2 GRESIK Perdana Nur Arifianto dan Zaini Sudarto (Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) [email protected] ABSTRACT Constain in the hearing cause deaf children’s skill in comprehending the learning materials given by the teacher is still low, especially in the science lesson. It is because there are many abstract materials. The puzzle is considered as the media which can affects the deaf children’s deaf science study result at Kemala Bhayangkari 2 School for special needs children AB Gresik. This research aims to analyze the result of deaf children’s science study skill before and after applying the puzzle. This research is pre experiment research by using “one group pre-test post-test” design. This research uses pre experiment because this research is only conducted to one comparative group or controlled group. The sample is not chosen randomly. Based on the data analysis which based on the collected data in the pre-test and post-test, it can be concluded that the student’s average score in pre-test is 64.03. After applying puzzle in the treatment for 6 meetings (each meeting is 2x35 minutes), the children’s average score in post-test is 78.39. It shows that the children’s post-test score is better than their pre-test score. The next step is conducting sign test. The Zh is 2.04. It is bigger than the critical score of α = 5% and its error level for 1.64. Therefore the alternate hypothesis (Ha is accepted and Ho is rejected). It can be concluded that there is significant effect between puzzle and deaf children’s science study result at Kemala Bhayangkari 2 School for special needs children AB Gresik. Keywords : deaf children, puzzle, science study result. PENDAHULUAN Pada dasarnya, kemampuan intelektual anak tunarungu sama seperti anak yang normal pendengarannya lebih banyak dan lebih mudah untuk dipahami oleh anak. tetapi Rendahnya tingkat prestasi anak perkembangan intelegensi anak tunarungu tunarungu pada umumnya disebabkan karena tidak sama cepatnya dengan mereka yang intelegensinya tidak mendapat kesempatan mendengar (Somad dan Hernawati: 1996). untuk berkembang dengan maksimal. Untuk Hal ini dikarenakan anak tunarungu mengalami hambatan dalam hal pendengaran itu, diperlukan suatu upaya agar mereka dapat berkembang secara optimal. sehingga informasi yang masuk hanya melalui Tidak semua aspek intelegensi anak indera penglihatan saja. Sedangkan anak yang tunarungu terhambat, tetapi hanya yang normal bersifat pendengaran dapat memperoleh verbal. informasi melalui indera penglihatan dan kemampuan pendengaran sehingga informasi yang masuk pendidikan Dengan mendengar, dan layanan hilangnya diperlukan khusus sesuai dengan kondisi anak sehingga kemampuan dan anak dapat dioptimalkan. tunarungu, digunakan media visual. Media Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau audio-visual. visual sebagian penting anak dalam tunarungu yang cenderung belajar melalui indera penglihatan. Media pembelajaran tidak harus berupa benda tetapi juga dapat berupa suatu dapat permainan. Bermain adalah cara efektif untuk menggunakan alat pendengarannya dalam belajar sebab bermain merupakan aktivitas kehidupan yang dampak sehingga sehari-hari terhadap seluruh anak untuk alat pendengaran, atau berperan pembelajaran IPA seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sangat Khusus ia tidak yang membawa bagi anak. Lewat secara bermain, anak akan mengalami rasa bahagia. kompleks (Somad dan Hernawati: 1996). Dengan perasaan senang itulah syaraf di otak Sehingga anak dengan cepat saling berkoneksi untuk dapat kehidupannya menyenangkan dikatakan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami membentuk gangguan pada organ pendengaran baik sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah sebagian belajar sesuatu melalui permainan. atau seluruhnya sehingga satu memori baru. Itulah mengakibatkan ketidakmampuan mendengar Menurut Musfiqon (2012), permainan serta menghambat proses masuknya informasi (games) adalah setiap kontes antara para khususnya yang bersifat auditif. pemain yang berinteraksi satu sama lain Agar pembelajaran dapat disajikan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu secara menarik, efisien, dan efektif, guru untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. memerlukan media pembelajaran yang dapat Terdapat berbagai jenis permainan bagi anak, membantu guru dalam mengajar. Dengan diantaranya yaitu permainan edukatif yang menggunakan media, dapat mengefektifkan sangat baik untuk perkembangan kognitif waktu guru dalam mengajar karena salah satu maupun motorik anak. Menurut Ismail (dalam fungsi media yaitu dapat menjelaskan konsep Rianto dan Sri Wahyuni, 2009: 62) permainan yang abstrak sehingga dapat memudahkan edukatif proses pembelajaran untuk anak tunarungu. mendidik Sadiman (dalam Musfiqon, 2012: 26) mengatakan, media adalah perantara atau adalah suatu yang bentuk dilakukan kegiatan dengan menggunakan cara atau alat permainan yang bersifat mendidik pula. pengantar pesan dari pengirim pesan ke Permainan edukatif merupakan suatu penerima pesan. Menurut Arsyad (dalam kegiatan yang sangat menyenangkan dan Musfiqon, 2012: 26), dalam bahasa Arab, dapat merupakan cara atau alat pendidikan media juga berarti perantara (wasail) atau yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk pengantar meningkatkan pesan dari pengirim kepada kemampuan berbahasa, penerima pesan. Media dapat dibagi menjadi berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau tiga kelompok besar yaitu media visual, audio, untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan si anak, mengembangkan yang kepribadian, mendekatkan hubungan antara pertanyaan atau soal yang disertakan pada pendidik dengan peserta didik, kemudian teka-teki tersebut. Sehingga dapat dikatakan menyalurkan bahwa permainan teka-teki silang adalah kegiatan anak didik dan sebagainya. harus merupakan jawaban atas permainan dimana pemain harus mengisi Permainan edukatif juga dapat berarti setiap kotak yang tersedia dengan satu huruf, sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk kemudian huruf atau kata tersebut merupakan memperoleh kesenangan dari cara atau media suatu jawaban sesuai dengan pertanyaan yang pendidikan yang digunakan dalam kegiatan ada. bermain, yang disadari atau tidak, memiliki Tujuan dari permainan teka-teki muatan pendidikan yang dapat bermanfaat silang dalam mengembangkan diri peserta didik. mengembangkan Salah satu contoh permainan edukatif adalah memperkaya pengembang-an bahasa serta permainan teka-teki silang. memancing daya ingat (Purwandari, 2008: 84). Dengan untuk membina kemampua dan berfikir, media Teka-teki silang adalah sebuah permainan akan kata yang umumnya terdiri dari ruang-ruang membuat proses belajar menyenangkan dan kosong yang berbentuk kotak berwarna hitam anak tidak cepat merasa bosan untuk belajar dan putih kemudian kita harus mengisi setiap sehingga kotak yang tersedia dengan satu huruf yang pembelajaran menggunakan adalah berupa dapat permainan, membangkitkan motivasi belajar pada anak. Media pembelajaran juga nantinya dapat mengatasi keterbatasan bahasa, karena membentuk suatu kata. media pembelajaran mampu mengatasi huruf-huruf Pertanyaan pada tersebut akan teka-teki silang kesalahpaham-an akan keterbatasan anak- umumnya dibagi ke dalam 2 kategori yaitu anak untuk mengerti suatu bahasa. Hal ini “mendatar” dan “menurun”. Teka-Teki Silang sangat sesuai apabila diterapkan pada anak merupakan permainan yang membutuhkan tunarungu hambatan kesabaran dan ketekunan. Dengan terbiasa pendengaran yang menyebabkan kemiskinan bermain teka-teki silang, diharapkan mental bahasa yang dimilikinya. anak juga akan terbiasa untuk bersikap yang mempunyai Salah satu contoh permainan yang tenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan bersifat edukatif adalah permainan tekateki sesuatu. Kepuasan yang didapat pada saat silang. Menurut Arsyad (dalam Purwandari, menjawab suatu soal merupakan salah satu 2008: motivasi 84), teka-teki silang yaitu sebuah permainan sekelompok huruf yang diatur untuk menjawab soal-soal berikutnya. sedemikian rupa sehingga dapat dibaca secara Setiap media pembelajaran tidak ada mendatar dan menurun. Sedangkan menurut yang Sawitri (dalam Purwandari, 2008: 84), teka- kelebihan dan kekurangan masing-masing, teki silang adalah isian pada teka-teki silang begitu pula sempurna karena pasti dengan permainan memiliki teka-teki silang. Penggunaan media permainan teka- siswa dan faktor dari luar diri siswa atau teki silang memiliki manfaat diantaranya yaitu faktor lingkungan. Pada anak tunarungu, : faktor internal memiliki pengaruh yang sangat (a) mengasah kemampuan (b) memperkaya kosakata (c) mempertajam insting (d) menjauhkan pikiran berpikir, bahasa, dari besar terhadap hasil belajar yang akan menebak, diperoleh anak, mengingat mereka memiliki kepenatan, hambatan dalam hal pendengaran sehingga (e) menambah wawasan, (f) menguji daya menghambat ingat, dan (g) membuat selalu ingin tahu. Di khususnya samping tunarungu memiliki gaya belajar visual yaitu mempunyai kelebihan, media informasi yang yang bersifat masuk auditif. Anak permainan teka-teki silang juga memiliki lebih kelemahan diantaranya yaitu materi yang penglihatan. Untuk itu, diperlukan media berupa menjelaskan atau memaparkan tidak pembelajaran yang bersifat visual. dapat dijadikan bahan teka-teki silang karena tempat yang terbatas. Belajar kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada merupakan perilaku berupa pengetahuan, gejala-gejala alam, lahir dan berkembang keterampilan, sikap, informasi, dan atau melalui metode ilmiah seperti observasi dan strategi kognitif yang baru dan diperoleh eksperimen serta menuntut sikap ilmiah siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan dalam kondisi sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran (Darmawati dan Purwati, 2009: IPA atau sains adalah kumpulan dari berbagai 90). dapat ilmu pengetahuan tentang alam yang dapat perubahan diperoleh melalui observasi dan eksperimen suasana Sedangkan diartikan kemampuan hasil sebagai yang belajar indera adalah suatu hasil menggunakan Menurut Trianto (2012), IPA adalah suatu atau dominan atau belajar segala terjadi IPA pada siswa berkenaan dengan mata pelajaran IPA sebagai untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam yang terjadi. hasil dari mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran IPA dapat dilakukan Pencapaian hasil belajar siswa mencakup dengan dua cara yaitu minds-on activities perubahan kemampuan dalam hal memahami (keterampilan konsep, proses dan sikap IPA. Meski melalui activities (keterampilan manual). Pembelajaran proses belajar yang sama, hasil belajar yang IPA dicapai seseorang tidak bisa sama. Sebab pengetahuan awal siswa tentang konsep yang proses belajar dipengaruhi berbagai faktor akan yang bias menyebabkan pencapaian hasil pembelajaran IPA pada anak tunarungu, belajar menjadi beragam. diperlukan suatu adanya penyesuaian dengan Menurut Sudjana (2010), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri dapat intelektual) dimulai dipelajari. dan dengan Sedangkan hands-on menggali untuk gaya belajar anak tunarungu yang bersifat visual, hal ini dikarenakan hambatan pendengaran yang dialami oleh anak tunarungu. berupa permainan teka-teki silang yang sesuai dengan gaya belajar anak tunarungu. Menurut Laksmi Prihantoro (dalam Diharapkan media permainan teka-teki silang Trianto, 2012: 142), pendidikan IPA di sekolah tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu : belajar IPA anak tunarungu. (a) memberikan pengetahuan kepada siswa Berdasarkan hasil observasi anak tentang dunia tempat hidup dan bagaimana tunarungu saat belajar di dalam kelas selama bersikap, (b) menanamkan sikap hidup ilmiah, mengikuti (c) seperti: memberikan keterampilan untuk pelajaran tidak mengalami konsentrasi, masalah ramai sendiri, melakukan pengamatan, (d) mendidik siswa kurang memahami apa yang disampaikan untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta oleh guru, dan malas mengikuti materi menghargai para ilmuwan penemunya, dan pelajaran karena penggunaan media yang (e) menggunakan dan menerapkan metode kurang menarik. Sehubungan dengan hal ilmiah dalam memecahkan permasalahan. tersebut, masalah yang dikaji dalam artikel ini Salah satu diberikannya adalah “Apakah ada pengaruh penggunaan pembelajaran IPA menurut Depdiknas (2003) media permainan teka-teki silang terhadap adalah hasil belajar IPA anak tunarungu kelas IV di kesadaran keteraturan tujuan akan alam keindahan untuk dan meningkatkan SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik?“. keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Adapun tujuan pengkajian ini yaitu Dengan menyadari keindahan alam adalah sebagai berikut: (a) untuk menganalisis hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan belajar IPA anak tunarungu kelas IV di SLB- anak tunarungu ikut menjaga, merawat serta AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik sebelum melestarikan alam agar alam tidak sampai diberikan treatment. (b) untuk menganalisis rusak. juga hasil belajar IPA anak tunarungu kelas IV di diharapkan untuk memiliki pengetahuan, SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik sesudah keterampilan serta untuk diberikan treatment. (c) untuk mengetahui memecahkan masalah berhubungan apakah ada pengaruh antara penggunaan Selain itu, anak tunarungu kemampuan yang dengan sains dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV di SLB-AB media permainan teka-teki silang terhadap hasil belajar IPA anak tunarungu kelas IV di SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik. Kemala Bhayangkari 2 Gresik, diketahui bahwa anak tunarungu kesulitan dalam METODE memahami penjelasan yang disampaikan oleh Jenis penelitian ini yaitu quasi semu) dan guru sehingga mengakibatkan hasil belajar eksperimen yang pendekatan yang digunakan yaitu kuantitatif. rendah. Oleh karena itu, untuk (eksperimen mengatasi permasalahan di atas, dipandang Penelitian perlu adanya sebuah media pembelajaran (2012) yaitu penelitian yang difokuskan pada kuantitatif menurut Musfiqon kajian fenomena objektif yang jenis datanya 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian dikantifikasikan dalam bentuk angka dan dianalisis secara statistik. Desain kerangka beberapa tahap dalam pelaksanaan penelitian antara lain: penelitian dalam Ada merupakan melaksanakan a) Mengadakan Pre-test kegiatan Pemberian pre-test bertujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan desain untuk mengetahui hasil belajar IPA “One group pre-test post-test design”, yaitu anak sebuah eksperimen yang dilakukan pada (kemampuan suatu kelompok tanpa adanya kelompok pemberian pre-test dapat diuraikan kontrol atau kelompok pembanding. sebagai berikut: sebelum diberikan awal treatment anak). Jadwal Desain penelitian “one group pre-test 1) Pre-test 1 diberikan pada hari post-test” adalah O1 - X - O2 dimana observasi kamis tanggal 16 Januari 2014, dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum Pre-test 1 berisi 8 soal pilihan eksperimen ganda dan 7 soal uraian. dan sesudah eksperimen. (O1) (O2) yaitu 2) Pre-test 2 diberikan pada hari diasumsikan sebagai efek dari eksperimen kamis tanggal 23 Januari 2014, yang dilakukan atau pemberian treatment. Pre-test 2 berisi 10 soal uraian. Perbedaan antara dan Subyek dalam penelitian berjumlah 6 3) Pre-test 3 diberikan pada hari anak dengan tingkat ketunarunguan ringan. kamis tanggal 30 Januari 2014, Dalam penelitian ini, terdapat 2 variabel yaitu Pre-test 3 berisi 11 soal pilihan variabel bebas dan variabel terikat. Dalam ganda dan 4 soal uraian. penelitian ini, yang merupakan variabel bebas b) Memberikan Perlakuan (treatment) adalah media permainan teka-teki silang. Dalam penelitian ini, Sedangkan variabel terikat dalam penelitian diharapkan media permainan teka- ini adalah hasil belajar IPA anak tunarungu. teki Teknik memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA digunakan berupa metode tes dalam bentuk anak tunarungu. Pemberian treatment dan post-test untuk data dapat yang pre-test pengumpulan silang mengetahui dilaksanakan sebanyak 6x pertemuan perubahan hasil belajar IPA sebelum dan dengan alokasi waktu sesudah diberikan treatment. dalam setiap pertemuan. Pemberian Prosedur Penelitian treatment diberikan pada tanggal 16, 1. Tahap Persiapan Tahap 2x35 menit 21, 23, 28, dan 30 Januari serta pada persiapan merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti tanggal 4 Februari. c) Mengadakan Post-test sebelum mengadakan penelitian. Post-test semua anak pemberian dilakukan selesai treatment setelah mengikuti selama batas waktu yang telah ditentukan. Post-test nilai kritis α = 5% diperoleh ketentuan daerah digunakan mengetahui penerimaan Ho -1,96 sampai dengan 1,96. perubahan hasil belajar IPA anak Dengan demikian hasil Z hitung diperoleh setelah treatment 2,04 > Z tabel 1,96. Dengan demikian, Ho menggunakan media permainan teka- ditolak artinya ada perubahan yang signifikan teki silang. Jadwal pemberian post-test tentang hasil belajar IPA anak tunarungu dapat diuraikan sebagai berikut: melalui penggunaan media permainan teka- untuk diberikan 1) Post-test 1 diberikan pada hari selasa tanggal 21 Januari 2014, Post-test 1 berisi 8 soal pilihan ganda dan 7 soal uraian. teki silang pada siswa kelas IV di SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik. Berdasarkan hasil uji nonparametrik dengan rumus uji tanda atau sign test 2) Post-test 2 diberikan pada hari menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha selasa tanggal 28 Januari 2014, diterima, Post-test 2 berisi 10 soal uraian. menggunakan media permainan teka-teki 3) Post-test 3 diberikan pada hari silang dapat meningkatkan hasil belajar IPA selasa tanggal 4 Februari 2014, anak tunarungu kelas IV di SLB-AB Kemala Post-test 3 berisi 11 soal pilihan Bhayangkari 2 Gresik. Pernyataan tersebut ganda dan 4 soal uraian. didukung dengan hasil pre-test dan hasil post- ini berarti bahwa dengan Teknik analisis data yang digunakan test yang terlihat dalam table kerja uji tanda dalam penelitian ini adalah analisis data serta hasil dari uji tanda dengan taraf statistik nonparametrik dengan menggunakan signifikan sebesar 5% yang rumus uji tanda (Sign Test). menunjukkan hasil Zh = 2,04. Dari sini, dapat kita lihat hasil belajar anak mengalami perubahan nilai yang positif. HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data hasil penelitian yang Hasil nilai rata-rata pre-test sebesar 64,03, berupa nilai pre-test dan post-test yang telah sedangkan dimasukkan dalam tabel kerja perubahan, sebesar 78,39. Hal ini membuktikan adanya kemudian dianalisis dengan menggunakan perubahan hasil belajar IPA anak tunarungu rumus Sign Test (Zh). Dari hasil perhitungan kelas IV di SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 tersebut, dikonfirmasikan dengan Z tabel pada Gresik melalui permainan teka-teki silang taraf signifikan angka kritis α = 0,05 daerah sebesar 14,36%. rata-rata nilai post-test Pembelajaran IPA dapat dilakukan kritis Z > 1,96 dan Z < -1,96. hasil hasil Perubahan nilai pre-test dan post-test dengan dua cara yaitu minds-on activities belajar (keterampilan IPA.menunjukkan adanya intelektual) (keterampilan perubahan, selanjutnya dimasukkan ke dalam activities rumus uji tanda (Zh). Berdasarkan pengolahan keterampilan data, diperoleh hasil Z hitung 2,04. Dengan tunarungu hands-on manual). Pada inilah anak hambatan untuk intelektual mengalami dan memahami materi yang disampaikan oleh kelas D4 di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya. guru karena mereka memiliki hambatan Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hasil pendengaran yang menyebabkan minimnya penelitian yang menunjukkan bahwa hasil informasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam yang masuk khsusunya yang bersifat auditif. media teka-teki silang yang dilakukan oleh Untuk itulah, diperlukan suatu media untuk pembelajaran IPA bagi anak tunarungu. subjek penelitian menjadi lebih meningkat setelah diberikan treatment. Media tidak harus berupa benda tetapi dapat pula berupa suatu permainan. Permainan SIMPULAN DAN SARAN teka-teki silang dipandang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA anak tunarungu. Purwandari Dari hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) (2008), dalam berdasarkan hasil nilai rata-rata pre-test anak, menemukan bahwa nilai anak masih kurang. Hal ini dapat dilihat kemampuan dalam menggunakan kosakata dari rata-rata pre-test anak yaitu 64,03, (b) dari dapat dilakukan dengan melalui kegiatan hasil intervensi yang diberikan selama 6x permainan dalam bentuk menulis, pertemuan penelitiannya salah melalui penggunaan media satunya yaitu dengan menjawab soal-soal permainan teka-teki silang, nilai post-test anak yang ada pada permainan teka-teki silang. lebih baik dibandingkan dengan nilai pre-test Ardiana (dalam Purwandari, 2008: anak. Hasil nilai rata-rata post-test anak yaitu 84), menegaskan dalam penelitiannya bahwa 78,39, lebih besar jika dibandingkan hasil nilai teka-teki silang dapat dimanfaatkan sebagai rata-rata pre-test anak yaitu 64,03. teknik dalam pembelajaran bahasa, khususnya Setelah hasil penelitian dimasukkan dalam pengembangan kosakata siswa. Teka- dalam tabel kerja perubahan nilai pre-test dan teki silang juga dapat digunakan sebagai post-test, kemudian dianalisis menggunakan strategi Selain rumus Uji Tanda (Sign Test), maka diperoleh juga hasil Zh = 2,04. Nilai kritis α = 5% (untuk atau pengujian satu sisi) maka nilai kritisnya Z = mempelajari berbagai konsep dalam bidang 1,64 sehingga diperoleh hasil Zh > Ztabel. Hal studi lain, misalnya IPA, IPS, Matematika, ini berarti ada pengaruh yang signifikan Kesenian, dan yang lain dapat sekaligus antara penggunaan media permainan teka-teki dipelajari siswa. silang pembelajaran pengembangan dimanfaatkan terpadu. kosakata, untuk ia dapat mengajarkan terhadap hasil Lain halnya dengan Lestari (dalam tunarungu kelas IV Purwandari, 2008: 84), dalam penelitiannya Bhayangkari 2 Gresik. menemukan bahwa penggunaan media teka- Saran teki silang dapat memberikan pengaruh memberikan ini belajar di IPA SLB-AB Kemala dimaksudkan masukan anak atau untuk pendapat positif terhadap peningkatan hasil belajar Ilmu mengenai hal-hal yang dapat membantu anak Pengetahuan Sosial (IPS) siswa tunarungu tunarungu dalam pembelajaran IPA, saran- saran tersebut adalah sebagai berikut: (a) guru 53. Diakses pada 1 januari 2013 pukul 17.50 perlu memilih media pembelajaran yang tepat sesuai dengan gaya belajar, karakteristik dan kebutuhan anak, (b) guru perlu menggunakan media pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif dan menggunakan efisien, media (c) guru pembelajaran perlu yang menarik bagi anak, sehingga anak akan termotivasi untuk belajar, (d) guru perlu mengetahui dimana letak kelemahan dan kekuatan anak sehingga guru dapat memaksimalkan kekuatan yang dimiliki anak. DAFTAR PUSTAKA Http://paudanakceria.wordpress.com/2011/ 08/06/bermain-dan-kreativitas-pada anakusia-dini/. Diakses pada 30 November 2012 pukul 12.40 Musfiqon. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. Purwandari. 2008. “Peningkatan Penguasaan Kosakata Anak Tunarungu Melalui Permainan Teka-Teki Silang”. Jurnal Pendidikan Luar Biasa Volume 5 No.1. Surabaya: UNESA. Rianto, Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Darmawati, E. dan Purwanti, Siti. 2009. “Kepercayaan Diri Dalam Belajar Melalui Kegiatan Ekspose Karya Pribadi”. Jurnal Pendidikan Luar Biasa Volume 5 No.1. Surabaya: UNESA. Http://alatperagasekolah.com/permainandan-ciri-ciri-permainan-edukatif-bagianak/ Http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/11 /mengasah-otak-berteka-teki-silang/ Http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/12 /macam-macam-permainan mendidikedukatif-untuk-anak 387574.html. Diakses pada 1 januari 2013 pukul 21.10 Http://mayadikiria.wordpress.com/2011/05 /22/permainan-edukatif-sebagaimediabelajar- anak-usia-dini/#more- Edi dan Sriwahyuni, Siti. 2009. “Prestasi Belajar Matematika Melalui Alat Permainan Edukatif Pada Anak Tunagrahita”. Jurnal Pendidikan Luar Biasa Volume 5 No.1. Surabaya: UNESA. Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE. Somad, P. dan Hernawati, Tati. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti. Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Tim. 2006. Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: University Press. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wahyudi, Ari. 2009. Metode Pendidikan Luar Biasa. UNESA University Penelitian Surabaya: Press.