jurnal perdana new

advertisement
PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA ANAK TUNARUNGU
DI SLB-AB KEMALA BHAYANGKARI 2 GRESIK
Oleh :
Perdana Nur Arifianto
NIM 08010044205
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
2014
PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR
IPA ANAK TUNARUNGU DI SLB-AB KEMALA BHAYANGKARI 2 GRESIK
Perdana Nur Arifianto dan Zaini Sudarto
(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)
[email protected]
ABSTRACT
Constain in the hearing cause deaf children’s skill in comprehending the learning materials given by
the teacher is still low, especially in the science lesson. It is because there are many abstract materials. The
puzzle is considered as the media which can affects the deaf children’s deaf science study result at Kemala
Bhayangkari 2 School for special needs children AB Gresik. This research aims to analyze the result of deaf
children’s science study skill before and after applying the puzzle.
This research is pre experiment research by using “one group pre-test post-test” design. This research
uses pre experiment because this research is only conducted to one comparative group or controlled group. The
sample is not chosen randomly.
Based on the data analysis which based on the collected data in the pre-test and post-test, it can be
concluded that the student’s average score in pre-test is 64.03. After applying puzzle in the treatment for 6
meetings (each meeting is 2x35 minutes), the children’s average score in post-test is 78.39. It shows that the
children’s post-test score is better than their pre-test score. The next step is conducting sign test. The Zh is 2.04.
It is bigger than the critical score of α = 5% and its error level for 1.64. Therefore the alternate hypothesis (Ha is
accepted and Ho is rejected). It can be concluded that there is significant effect between puzzle and deaf
children’s science study result at Kemala Bhayangkari 2 School for special needs children AB Gresik.
Keywords : deaf children, puzzle, science study result.
PENDAHULUAN
Pada
dasarnya,
kemampuan
intelektual anak tunarungu sama seperti anak
yang
normal
pendengarannya
lebih
banyak
dan
lebih
mudah
untuk
dipahami oleh anak.
tetapi
Rendahnya
tingkat
prestasi
anak
perkembangan intelegensi anak tunarungu
tunarungu pada umumnya disebabkan karena
tidak sama cepatnya dengan mereka yang
intelegensinya tidak mendapat kesempatan
mendengar (Somad dan Hernawati: 1996).
untuk berkembang dengan maksimal. Untuk
Hal ini dikarenakan anak tunarungu
mengalami hambatan dalam hal pendengaran
itu, diperlukan suatu upaya agar mereka
dapat berkembang secara optimal.
sehingga informasi yang masuk hanya melalui
Tidak semua aspek intelegensi anak
indera penglihatan saja. Sedangkan anak yang
tunarungu terhambat, tetapi hanya yang
normal
bersifat
pendengaran
dapat
memperoleh
verbal.
informasi melalui indera penglihatan dan
kemampuan
pendengaran sehingga informasi yang masuk
pendidikan
Dengan
mendengar,
dan
layanan
hilangnya
diperlukan
khusus
sesuai
dengan kondisi anak sehingga kemampuan
dan
anak dapat dioptimalkan.
tunarungu, digunakan media visual. Media
Tunarungu adalah seseorang yang
mengalami
kekurangan
atau
kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau
audio-visual.
visual
sebagian
penting
anak
dalam
tunarungu yang
cenderung belajar melalui indera penglihatan.
Media
pembelajaran
tidak
harus
berupa benda tetapi juga dapat berupa suatu
dapat
permainan. Bermain adalah cara efektif untuk
menggunakan alat pendengarannya dalam
belajar sebab bermain merupakan aktivitas
kehidupan
yang
dampak
sehingga
sehari-hari
terhadap
seluruh
anak
untuk
alat
pendengaran,
atau
berperan
pembelajaran IPA
seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya
sangat
Khusus
ia
tidak
yang
membawa
bagi
anak.
Lewat
secara
bermain, anak akan mengalami rasa bahagia.
kompleks (Somad dan Hernawati: 1996).
Dengan perasaan senang itulah syaraf di otak
Sehingga
anak dengan cepat saling berkoneksi untuk
dapat
kehidupannya
menyenangkan
dikatakan
bahwa
anak
tunarungu adalah anak yang mengalami
membentuk
gangguan pada organ pendengaran baik
sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah
sebagian
belajar sesuatu melalui permainan.
atau
seluruhnya
sehingga
satu
memori
baru.
Itulah
mengakibatkan ketidakmampuan mendengar
Menurut Musfiqon (2012), permainan
serta menghambat proses masuknya informasi
(games) adalah setiap kontes antara para
khususnya yang bersifat auditif.
pemain yang berinteraksi satu sama lain
Agar pembelajaran dapat disajikan
dengan
mengikuti
aturan-aturan
tertentu
secara menarik, efisien, dan efektif, guru
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.
memerlukan media pembelajaran yang dapat
Terdapat berbagai jenis permainan bagi anak,
membantu guru dalam mengajar. Dengan
diantaranya yaitu permainan edukatif yang
menggunakan media, dapat mengefektifkan
sangat baik untuk perkembangan kognitif
waktu guru dalam mengajar karena salah satu
maupun motorik anak. Menurut Ismail (dalam
fungsi media yaitu dapat menjelaskan konsep
Rianto dan Sri Wahyuni, 2009: 62) permainan
yang abstrak sehingga dapat memudahkan
edukatif
proses pembelajaran untuk anak tunarungu.
mendidik
Sadiman (dalam Musfiqon, 2012: 26)
mengatakan, media adalah perantara atau
adalah
suatu
yang
bentuk
dilakukan
kegiatan
dengan
menggunakan cara atau alat permainan yang
bersifat mendidik pula.
pengantar pesan dari pengirim pesan ke
Permainan edukatif merupakan suatu
penerima pesan. Menurut Arsyad (dalam
kegiatan yang sangat menyenangkan dan
Musfiqon, 2012: 26), dalam bahasa Arab,
dapat merupakan cara atau alat pendidikan
media juga berarti perantara (wasail) atau
yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk
pengantar
meningkatkan
pesan
dari
pengirim
kepada
kemampuan
berbahasa,
penerima pesan. Media dapat dibagi menjadi
berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau
tiga kelompok besar yaitu media visual, audio,
untuk
menguatkan
dan
menterampilkan
anggota badan si anak, mengembangkan
yang
kepribadian, mendekatkan hubungan antara
pertanyaan atau soal yang disertakan pada
pendidik dengan peserta didik, kemudian
teka-teki tersebut. Sehingga dapat dikatakan
menyalurkan
bahwa permainan teka-teki silang adalah
kegiatan
anak
didik
dan
sebagainya.
harus
merupakan
jawaban
atas
permainan dimana pemain harus mengisi
Permainan edukatif juga dapat berarti
setiap kotak yang tersedia dengan satu huruf,
sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk
kemudian huruf atau kata tersebut merupakan
memperoleh kesenangan dari cara atau media
suatu jawaban sesuai dengan pertanyaan yang
pendidikan yang digunakan dalam kegiatan
ada.
bermain, yang disadari atau tidak, memiliki
Tujuan
dari
permainan
teka-teki
muatan pendidikan yang dapat bermanfaat
silang
dalam mengembangkan diri peserta didik.
mengembangkan
Salah satu contoh permainan edukatif adalah
memperkaya pengembang-an bahasa serta
permainan teka-teki silang.
memancing daya ingat (Purwandari, 2008: 84).
Dengan
untuk
membina
kemampua
dan
berfikir,
media
Teka-teki silang adalah sebuah permainan
akan
kata yang umumnya terdiri dari ruang-ruang
membuat proses belajar menyenangkan dan
kosong yang berbentuk kotak berwarna hitam
anak tidak cepat merasa bosan untuk belajar
dan putih kemudian kita harus mengisi setiap
sehingga
kotak yang tersedia dengan satu huruf yang
pembelajaran
menggunakan
adalah
berupa
dapat
permainan,
membangkitkan
motivasi
belajar pada anak. Media pembelajaran juga
nantinya
dapat mengatasi keterbatasan bahasa, karena
membentuk suatu kata.
media
pembelajaran
mampu
mengatasi
huruf-huruf
Pertanyaan
pada
tersebut
akan
teka-teki
silang
kesalahpaham-an akan keterbatasan anak-
umumnya dibagi ke dalam 2 kategori yaitu
anak untuk mengerti suatu bahasa. Hal ini
“mendatar” dan “menurun”. Teka-Teki Silang
sangat sesuai apabila diterapkan pada anak
merupakan permainan yang membutuhkan
tunarungu
hambatan
kesabaran dan ketekunan. Dengan terbiasa
pendengaran yang menyebabkan kemiskinan
bermain teka-teki silang, diharapkan mental
bahasa yang dimilikinya.
anak juga akan terbiasa untuk bersikap
yang
mempunyai
Salah satu contoh permainan yang
tenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan
bersifat edukatif adalah permainan tekateki
sesuatu. Kepuasan yang didapat pada saat
silang. Menurut Arsyad (dalam Purwandari,
menjawab suatu soal merupakan salah satu
2008:
motivasi
84),
teka-teki
silang
yaitu
sebuah
permainan sekelompok huruf yang diatur
untuk
menjawab
soal-soal
berikutnya.
sedemikian rupa sehingga dapat dibaca secara
Setiap media pembelajaran tidak ada
mendatar dan menurun. Sedangkan menurut
yang
Sawitri (dalam Purwandari, 2008: 84), teka-
kelebihan dan kekurangan masing-masing,
teki silang adalah isian pada teka-teki silang
begitu pula
sempurna
karena
pasti
dengan permainan
memiliki
teka-teki
silang. Penggunaan media permainan teka-
siswa dan faktor dari luar diri siswa atau
teki silang memiliki manfaat diantaranya yaitu
faktor lingkungan. Pada anak tunarungu,
:
faktor internal memiliki pengaruh yang sangat
(a)
mengasah
kemampuan
(b)
memperkaya
kosakata
(c)
mempertajam
insting
(d)
menjauhkan
pikiran
berpikir,
bahasa,
dari
besar
terhadap
hasil
belajar
yang
akan
menebak,
diperoleh anak, mengingat mereka memiliki
kepenatan,
hambatan dalam hal pendengaran sehingga
(e) menambah wawasan, (f) menguji daya
menghambat
ingat, dan (g) membuat selalu ingin tahu. Di
khususnya
samping
tunarungu memiliki gaya belajar visual yaitu
mempunyai
kelebihan,
media
informasi
yang
yang
bersifat
masuk
auditif.
Anak
permainan teka-teki silang juga memiliki
lebih
kelemahan diantaranya yaitu materi yang
penglihatan. Untuk itu, diperlukan media
berupa menjelaskan atau memaparkan tidak
pembelajaran yang bersifat visual.
dapat dijadikan bahan teka-teki silang karena
tempat yang terbatas.
Belajar
kumpulan
teori
yang
sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada
merupakan perilaku berupa pengetahuan,
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang
keterampilan, sikap, informasi, dan atau
melalui metode ilmiah seperti observasi dan
strategi kognitif yang baru dan diperoleh
eksperimen serta menuntut sikap ilmiah
siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan
seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan
dalam
kondisi
sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pembelajaran (Darmawati dan Purwati, 2009:
IPA atau sains adalah kumpulan dari berbagai
90).
dapat
ilmu pengetahuan tentang alam yang dapat
perubahan
diperoleh melalui observasi dan eksperimen
suasana
Sedangkan
diartikan
kemampuan
hasil
sebagai
yang
belajar
indera
adalah
suatu
hasil
menggunakan
Menurut Trianto (2012), IPA adalah
suatu
atau
dominan
atau
belajar
segala
terjadi
IPA
pada
siswa
berkenaan dengan mata pelajaran IPA sebagai
untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam
yang terjadi.
hasil dari mengikuti proses belajar mengajar.
Pembelajaran IPA dapat dilakukan
Pencapaian hasil belajar siswa mencakup
dengan dua cara yaitu minds-on activities
perubahan kemampuan dalam hal memahami
(keterampilan
konsep, proses dan sikap IPA. Meski melalui
activities (keterampilan manual). Pembelajaran
proses belajar yang sama, hasil belajar yang
IPA
dicapai seseorang tidak bisa sama. Sebab
pengetahuan awal siswa tentang konsep yang
proses belajar dipengaruhi berbagai faktor
akan
yang bias menyebabkan pencapaian hasil
pembelajaran IPA pada anak tunarungu,
belajar menjadi beragam.
diperlukan suatu adanya penyesuaian dengan
Menurut Sudjana (2010), hasil belajar
yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua
faktor utama yakni faktor dari dalam diri
dapat
intelektual)
dimulai
dipelajari.
dan
dengan
Sedangkan
hands-on
menggali
untuk
gaya belajar anak tunarungu yang bersifat
visual,
hal
ini
dikarenakan
hambatan
pendengaran
yang
dialami
oleh
anak
tunarungu.
berupa permainan teka-teki silang yang sesuai
dengan
gaya
belajar
anak
tunarungu.
Menurut Laksmi Prihantoro (dalam
Diharapkan media permainan teka-teki silang
Trianto, 2012: 142), pendidikan IPA di sekolah
tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil
mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu :
belajar IPA anak tunarungu.
(a) memberikan pengetahuan kepada siswa
Berdasarkan
hasil
observasi
anak
tentang dunia tempat hidup dan bagaimana
tunarungu saat belajar di dalam kelas selama
bersikap, (b) menanamkan sikap hidup ilmiah,
mengikuti
(c)
seperti:
memberikan
keterampilan
untuk
pelajaran
tidak
mengalami
konsentrasi,
masalah
ramai sendiri,
melakukan pengamatan, (d) mendidik siswa
kurang memahami apa yang disampaikan
untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta
oleh guru, dan malas mengikuti materi
menghargai para ilmuwan penemunya, dan
pelajaran karena penggunaan media yang
(e) menggunakan dan menerapkan metode
kurang menarik. Sehubungan dengan hal
ilmiah dalam memecahkan permasalahan.
tersebut, masalah yang dikaji dalam artikel ini
Salah
satu
diberikannya
adalah “Apakah ada pengaruh penggunaan
pembelajaran IPA menurut Depdiknas (2003)
media permainan teka-teki silang terhadap
adalah
hasil belajar IPA anak tunarungu kelas IV di
kesadaran
keteraturan
tujuan
akan
alam
keindahan
untuk
dan
meningkatkan
SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik?“.
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun tujuan pengkajian ini yaitu
Dengan menyadari keindahan alam adalah
sebagai berikut: (a) untuk menganalisis hasil
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan
belajar IPA anak tunarungu kelas IV di SLB-
anak tunarungu ikut menjaga, merawat serta
AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik sebelum
melestarikan alam agar alam tidak sampai
diberikan treatment. (b) untuk menganalisis
rusak.
juga
hasil belajar IPA anak tunarungu kelas IV di
diharapkan untuk memiliki pengetahuan,
SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik sesudah
keterampilan
serta
untuk
diberikan treatment. (c) untuk mengetahui
memecahkan
masalah
berhubungan
apakah ada pengaruh antara penggunaan
Selain
itu,
anak
tunarungu
kemampuan
yang
dengan sains dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil wawancara dengan guru
mata pelajaran IPA kelas IV di SLB-AB
media permainan teka-teki silang terhadap
hasil belajar IPA anak tunarungu kelas IV di
SLB-AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik.
Kemala Bhayangkari 2 Gresik, diketahui
bahwa
anak
tunarungu
kesulitan
dalam
METODE
memahami penjelasan yang disampaikan oleh
Jenis
penelitian
ini
yaitu
quasi
semu)
dan
guru sehingga mengakibatkan hasil belajar
eksperimen
yang
pendekatan yang digunakan yaitu kuantitatif.
rendah.
Oleh
karena
itu,
untuk
(eksperimen
mengatasi permasalahan di atas, dipandang
Penelitian
perlu adanya sebuah media pembelajaran
(2012) yaitu penelitian yang difokuskan pada
kuantitatif
menurut
Musfiqon
kajian fenomena objektif yang jenis datanya
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
dikantifikasikan dalam bentuk angka dan
dianalisis secara statistik.
Desain
kerangka
beberapa
tahap
dalam
pelaksanaan penelitian antara lain:
penelitian
dalam
Ada
merupakan
melaksanakan
a)
Mengadakan Pre-test
kegiatan
Pemberian pre-test bertujuan
penelitian. Penelitian ini menggunakan desain
untuk mengetahui hasil belajar IPA
“One group pre-test post-test design”, yaitu
anak
sebuah eksperimen yang dilakukan pada
(kemampuan
suatu kelompok tanpa adanya kelompok
pemberian pre-test dapat diuraikan
kontrol atau kelompok pembanding.
sebagai berikut:
sebelum
diberikan
awal
treatment
anak).
Jadwal
Desain penelitian “one group pre-test
1) Pre-test 1 diberikan pada hari
post-test” adalah O1 - X - O2 dimana observasi
kamis tanggal 16 Januari 2014,
dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
Pre-test 1 berisi 8 soal pilihan
eksperimen
ganda dan 7 soal uraian.
dan
sesudah
eksperimen.
(O1)
(O2)
yaitu
2) Pre-test 2 diberikan pada hari
diasumsikan sebagai efek dari eksperimen
kamis tanggal 23 Januari 2014,
yang dilakukan atau pemberian treatment.
Pre-test 2 berisi 10 soal uraian.
Perbedaan
antara
dan
Subyek dalam penelitian berjumlah 6
3) Pre-test 3 diberikan pada hari
anak dengan tingkat ketunarunguan ringan.
kamis tanggal 30 Januari 2014,
Dalam penelitian ini, terdapat 2 variabel yaitu
Pre-test 3 berisi 11 soal pilihan
variabel bebas dan variabel terikat. Dalam
ganda dan 4 soal uraian.
penelitian ini, yang merupakan variabel bebas
b) Memberikan Perlakuan (treatment)
adalah media permainan teka-teki silang.
Dalam
penelitian
ini,
Sedangkan variabel terikat dalam penelitian
diharapkan media permainan teka-
ini adalah hasil belajar IPA anak tunarungu.
teki
Teknik
memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar IPA
digunakan berupa metode tes dalam bentuk
anak tunarungu. Pemberian treatment
dan
post-test
untuk
data
dapat
yang
pre-test
pengumpulan
silang
mengetahui
dilaksanakan sebanyak 6x pertemuan
perubahan hasil belajar IPA sebelum dan
dengan alokasi waktu
sesudah diberikan treatment.
dalam setiap pertemuan. Pemberian
Prosedur Penelitian
treatment diberikan pada tanggal 16,
1. Tahap Persiapan
Tahap
2x35 menit
21, 23, 28, dan 30 Januari serta pada
persiapan
merupakan
langkah awal yang dilakukan peneliti
tanggal 4 Februari.
c)
Mengadakan Post-test
sebelum mengadakan penelitian.
Post-test
semua
anak
pemberian
dilakukan
selesai
treatment
setelah
mengikuti
selama
batas
waktu yang telah ditentukan. Post-test
nilai kritis α = 5% diperoleh ketentuan daerah
digunakan
mengetahui
penerimaan Ho -1,96 sampai dengan 1,96.
perubahan hasil belajar IPA anak
Dengan demikian hasil Z hitung diperoleh
setelah
treatment
2,04 > Z tabel 1,96. Dengan demikian, Ho
menggunakan media permainan teka-
ditolak artinya ada perubahan yang signifikan
teki silang. Jadwal pemberian post-test
tentang hasil belajar IPA anak tunarungu
dapat diuraikan sebagai berikut:
melalui penggunaan media permainan teka-
untuk
diberikan
1) Post-test 1 diberikan pada hari
selasa tanggal 21 Januari 2014,
Post-test 1 berisi 8 soal pilihan
ganda dan 7 soal uraian.
teki silang pada siswa kelas IV di SLB-AB
Kemala Bhayangkari 2 Gresik.
Berdasarkan hasil uji nonparametrik
dengan rumus uji tanda atau sign test
2) Post-test 2 diberikan pada hari
menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha
selasa tanggal 28 Januari 2014,
diterima,
Post-test 2 berisi 10 soal uraian.
menggunakan media permainan teka-teki
3) Post-test 3 diberikan pada hari
silang dapat meningkatkan hasil belajar IPA
selasa tanggal 4 Februari 2014,
anak tunarungu kelas IV di SLB-AB Kemala
Post-test 3 berisi 11 soal pilihan
Bhayangkari 2 Gresik. Pernyataan tersebut
ganda dan 4 soal uraian.
didukung dengan hasil pre-test dan hasil post-
ini
berarti
bahwa
dengan
Teknik analisis data yang digunakan
test yang terlihat dalam table kerja uji tanda
dalam penelitian ini adalah analisis data
serta hasil dari uji tanda dengan taraf
statistik nonparametrik dengan menggunakan
signifikan sebesar 5% yang
rumus uji tanda (Sign Test).
menunjukkan hasil Zh = 2,04.
Dari sini, dapat kita lihat hasil belajar
anak mengalami perubahan nilai yang positif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data
hasil
penelitian
yang
Hasil nilai rata-rata pre-test sebesar 64,03,
berupa nilai pre-test dan post-test yang telah
sedangkan
dimasukkan dalam tabel kerja perubahan,
sebesar 78,39. Hal ini membuktikan adanya
kemudian dianalisis dengan menggunakan
perubahan hasil belajar IPA anak tunarungu
rumus Sign Test (Zh). Dari hasil perhitungan
kelas IV di SLB-AB Kemala Bhayangkari 2
tersebut, dikonfirmasikan dengan Z tabel pada
Gresik melalui permainan teka-teki silang
taraf signifikan angka kritis α = 0,05 daerah
sebesar 14,36%.
rata-rata
nilai
post-test
Pembelajaran IPA dapat dilakukan
kritis Z > 1,96 dan Z < -1,96.
hasil
hasil
Perubahan nilai pre-test dan post-test
dengan dua cara yaitu minds-on activities
belajar
(keterampilan
IPA.menunjukkan
adanya
intelektual)
(keterampilan
perubahan, selanjutnya dimasukkan ke dalam
activities
rumus uji tanda (Zh). Berdasarkan pengolahan
keterampilan
data, diperoleh hasil Z hitung 2,04. Dengan
tunarungu
hands-on
manual).
Pada
inilah
anak
hambatan
untuk
intelektual
mengalami
dan
memahami materi yang disampaikan oleh
kelas D4 di SDLB-B Karya Mulia I Surabaya.
guru karena mereka memiliki hambatan
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hasil
pendengaran yang menyebabkan minimnya
penelitian yang menunjukkan bahwa hasil
informasi
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam
yang
masuk
khsusunya
yang
bersifat auditif.
media teka-teki silang yang dilakukan oleh
Untuk itulah, diperlukan suatu media
untuk pembelajaran IPA bagi anak tunarungu.
subjek penelitian menjadi lebih meningkat
setelah diberikan treatment.
Media tidak harus berupa benda tetapi dapat
pula berupa suatu permainan. Permainan
SIMPULAN DAN SARAN
teka-teki silang dipandang dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar IPA anak tunarungu.
Purwandari
Dari hasil penelitian di atas, maka
dapat
disimpulkan
sebagai
berikut:
(a)
(2008),
dalam
berdasarkan hasil nilai rata-rata pre-test anak,
menemukan
bahwa
nilai anak masih kurang. Hal ini dapat dilihat
kemampuan dalam menggunakan kosakata
dari rata-rata pre-test anak yaitu 64,03, (b) dari
dapat dilakukan dengan melalui kegiatan
hasil intervensi yang diberikan selama 6x
permainan dalam bentuk menulis,
pertemuan
penelitiannya
salah
melalui
penggunaan
media
satunya yaitu dengan menjawab soal-soal
permainan teka-teki silang, nilai post-test anak
yang ada pada permainan teka-teki silang.
lebih baik dibandingkan dengan nilai pre-test
Ardiana (dalam Purwandari, 2008:
anak. Hasil nilai rata-rata post-test anak yaitu
84), menegaskan dalam penelitiannya bahwa
78,39, lebih besar jika dibandingkan hasil nilai
teka-teki silang dapat dimanfaatkan sebagai
rata-rata pre-test anak yaitu 64,03.
teknik dalam pembelajaran bahasa, khususnya
Setelah hasil penelitian dimasukkan
dalam pengembangan kosakata siswa. Teka-
dalam tabel kerja perubahan nilai pre-test dan
teki silang juga dapat digunakan sebagai
post-test, kemudian dianalisis menggunakan
strategi
Selain
rumus Uji Tanda (Sign Test), maka diperoleh
juga
hasil Zh = 2,04. Nilai kritis α = 5% (untuk
atau
pengujian satu sisi) maka nilai kritisnya Z =
mempelajari berbagai konsep dalam bidang
1,64 sehingga diperoleh hasil Zh > Ztabel. Hal
studi lain, misalnya IPA, IPS, Matematika,
ini berarti ada pengaruh yang signifikan
Kesenian, dan yang lain dapat sekaligus
antara penggunaan media permainan teka-teki
dipelajari siswa.
silang
pembelajaran
pengembangan
dimanfaatkan
terpadu.
kosakata,
untuk
ia
dapat
mengajarkan
terhadap
hasil
Lain halnya dengan Lestari (dalam
tunarungu kelas IV
Purwandari, 2008: 84), dalam penelitiannya
Bhayangkari 2 Gresik.
menemukan bahwa penggunaan media teka-
Saran
teki
silang
dapat
memberikan
pengaruh
memberikan
ini
belajar
di
IPA
SLB-AB Kemala
dimaksudkan
masukan
anak
atau
untuk
pendapat
positif terhadap peningkatan hasil belajar Ilmu
mengenai hal-hal yang dapat membantu anak
Pengetahuan Sosial (IPS) siswa tunarungu
tunarungu dalam pembelajaran IPA, saran-
saran tersebut adalah sebagai berikut: (a) guru
53. Diakses pada 1 januari 2013 pukul
17.50
perlu memilih media pembelajaran yang tepat
sesuai dengan gaya belajar, karakteristik dan
kebutuhan anak, (b) guru perlu menggunakan
media pembelajaran agar pembelajaran lebih
efektif
dan
menggunakan
efisien,
media
(c)
guru
pembelajaran
perlu
yang
menarik bagi anak, sehingga anak akan
termotivasi untuk belajar, (d) guru perlu
mengetahui dimana letak kelemahan dan
kekuatan
anak
sehingga
guru
dapat
memaksimalkan kekuatan yang dimiliki anak.
DAFTAR PUSTAKA
Http://paudanakceria.wordpress.com/2011/
08/06/bermain-dan-kreativitas-pada
anakusia-dini/. Diakses pada 30
November 2012 pukul 12.40
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media & Sumber
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Purwandari. 2008. “Peningkatan Penguasaan
Kosakata Anak Tunarungu Melalui
Permainan Teka-Teki Silang”. Jurnal
Pendidikan Luar Biasa Volume 5
No.1. Surabaya: UNESA.
Rianto,
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Darmawati, E. dan Purwanti, Siti. 2009.
“Kepercayaan Diri Dalam Belajar Melalui
Kegiatan Ekspose Karya Pribadi”. Jurnal
Pendidikan Luar Biasa Volume 5
No.1. Surabaya: UNESA.
Http://alatperagasekolah.com/permainandan-ciri-ciri-permainan-edukatif-bagianak/
Http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/11
/mengasah-otak-berteka-teki-silang/
Http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/12
/macam-macam-permainan
mendidikedukatif-untuk-anak
387574.html. Diakses pada 1 januari
2013 pukul 21.10
Http://mayadikiria.wordpress.com/2011/05
/22/permainan-edukatif-sebagaimediabelajar- anak-usia-dini/#more-
Edi dan Sriwahyuni, Siti. 2009.
“Prestasi Belajar Matematika Melalui
Alat Permainan Edukatif Pada Anak
Tunagrahita”. Jurnal Pendidikan Luar
Biasa Volume 5 No.1. Surabaya:
UNESA.
Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Nonparametrik.
Yogyakarta: BPFE.
Somad,
P. dan Hernawati, Tati. (1996).
Ortopedagogik
Anak
Tunarungu.
Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Tim. 2006. Panduan Penulisan Dan Penilaian
Skripsi Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya: University Press.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudi, Ari. 2009. Metode
Pendidikan Luar Biasa.
UNESA
University
Penelitian
Surabaya:
Press.
Download