BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kebutuhan Ruang Publik Kota Sebagai Media Hiburan Masih minimnya jumlah ruang terbuka publik di beberapa area di Indonesia menjadi salah satu penyebab ke-monoton-an tempat hiburan masyarakat. Pada umumnya ruang publik seharusnya dapat mewadahi berbagai aktifitas masyarakat, secara bebas, sebagaimana fungsinya untuk publik. Ruang publik juga merupakan alternatif area hiburan yang seharusnya menjadi opsi paling mudah diakses oleh masyarakat. Namun kenyataannya di Indonesia masih sulit menjumpai ruang publik yang selayaknya dikatakan ruang publik. Contoh saja di Jakarta, area hiburan yang umumnya dikunjungi oleh masyarakat kebanyakan adalah shopping mall, bioskop ataupun cafe dan restoran sebagai tempat nongkrong. Hiburan yang dapat diakses dengan mudah tanpa merogoh kocek yang banyak jarang ditemukan di sana. Yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan dikategorikan sebagai ruang publik salah satunya adalah taman terbuka, luas, hijau dengan beberapa fasilitas atau instalasi sebagai pendukung fungsi taman sebagai ruang bebas untuk publik. Definisi ruang publik yang paling general dan mudah dimengerti yaitu suatu ruang, area yang dapat diakses dan digunakan oleh publik secara bebas. Secara fisik, ruang publik harus memiliki visibilitas yang tinggi dimana wujud ruang publik itu sendiri dapat dengan mudah ditemukan oleh masyarakat dan nyata keberadaannya dalam suatu bagian wilayah. Suatu ruang publik yang baik harus dapat mengakomodir publik dengan akses yang mudah, dalam artian siapapun dapat mengaksesnya tanpa batasan waktu maupun pengenaan biaya untuk dapat menggunakannya. Namun dalam perkembangannya ruang publik yang ada saat ini kebanyakan bersifat terbatas. Terbatas dalam konteks berbayar maupun berbatas waktu penggunaannya. Maka dari itu dibutuhkan suatu tempat yang dapat menampung publik dalam beraktifitas di bidang rekreasi maupun hiburan yang aksesibel untuk semua kalangan. Aksesibel yang dimaksud yaitu dapat diakses secara bebas oleh publik, 1 secara bebas biaya dan bebas batasan waktu. Dibutuhkan suatu area yang dapat menampung esensi ruang publik sebagaimana mestinya, aksesibel untuk semua, dalam berbagai aspek. 1.1.2. Pentingnya Kampung Nostalgia Generasi 90-an “Masa lalu jangan kita biarkan berlalu, mari kita ungkit-ungkit kembali.” -halaman 4 dari buku Generasi 90an Sebuah kutipan yang diambil dari buku Generasi 90an menjadi salah satu latar belakang paling berpengaruh dari perencanaan Kampung Nostalgia “Generasi 90-an” ini. Setiap orang pasti mempunyai masa lalu untuk dikenang, diceritakan dan diungkit kembali. Terlepas masa lalu yang baik ataupun buruk, semua pasti punya peran tersendiri dalam melengkapi kehidupan saat ini. Dimulai dari baju kesayangan bergambarkan super hero sang idola, poster dinding kamar grup band paling populer, ataupun mainan sederhana berbentuk kepingan hadiah dari makanan ringan “ciki-cikian”, muncul segudang cerita yang dapat dibagi dan dikenang bersama teman-teman. Kampung Nostalgia merupakan suatu wadah yang menampung segala koleksi, aktifitas, interaksi terkait dengan tema Generasi 90-an. Nostalgia merupakan suatu aktifitas mengingat, merasa bahkan terjun kembali ke masa tertentu. Kampung Nostalgia berkaitan erat dengan aktifitas nostalgia. Nostalgia sebagai aktifitas utama yang diwadahi dalam area bangunan ini. Mengapa Generasi 90-an? Masing-masing era memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda. Era 80-an terkenal dengan polos dan konvensionalnya, sedangkan era 2000-an terkenal dengan ke-modern-an nya dengan julukan generasi milenium. Mengutip buku “Generasi 90-an”, generasi 90-an merupakan perpaduan dari kedua era tersebut, generasi yang sempat mencicipi rasa konvensional tapi juga tidak ketinggalan jaman. Terlepas dari itu, Kampung Nostalgia ini merupakan wadah dari komunitas “Generasi 90-an” yang telah ada. Komunitas “Generasi 90-an” ini merupakan perkumpulan orang-orang kreatif yang mayoritas menjuluki dirinya sendiri sebagai anak 90-an, dalam artian merasakan masa muda nya di tahun 90-an. Bermula dari sebuah buku karya Marchella FP yang terbit pada tahun 2012 dan menjadi salah satu deretan buku best seller di sejumlah toko buku, komunitas ini 2 mulai terbentuk. Buku ini berjudul “Generasi 90-an”, dengan materi buku yang bercerita mengenai benda-benda populer, kenangan yang sempat dirasakan di era 90-an, gaya hidup yang menjadi trend pada masa itu dikemas menjadi kumpulan gambar ilustrasi menarik. Dari suksesnya penjualan buku tersebut, mulai muncul akun Generasi 90-an di berbagai media sosial, seperti Twitter, Facebook dan Instagram. Melihat respon yang positif dari masyarakat, kemudian komunitas di balik buku dan sosial media ini menyelenggarakan sebuah event bernama “Mesin Waktu Generasi 90-an” yang digelar setahun sekali di Jakarta. Event ini memiliki tujuan sederhana yaitu nostalgia bersama dengan mengundang artis populer pada masanya juga menghadirkan mainan, makanan, koleksi benda yang hits di era 90an. Respon antusias yang tinggi seketika diperoleh dari kalangan anak muda yang merasa dirinya termasuk Generasi 90-an melalui jumlah penjualan buku, tanggapan berbagai media sosial maupun event yang digelar per tahun tersebut. Mengapa respon masyarakat yang didapat sangat positif mengenai Generasi 90-an ini? Alasan yang sederhana, manusia menyukai nostalgia. Terlebih nostalgia pada masa muda dengan lika-liku trend yang ada membuat seulas senyum di wajah yang mengenangnya. Atas dasar tersebut dirasa perlunya suatu wadah yang menampung segala bentuk “kenangan” yang berkaitan dengan gaya hidup di era 90-an, yang juga dapat menjadi pusat aktifitas komunitas Generasi 90-an. Selain itu wadah ini juga menjadi solusi dari permasalahan kebutuhan ruang publik. Kampung Nostalgia ini mewadahi segala bentuk kenangan di era 90-an dengan wujud benda yang populer di zaman nya, mode pakaian, mainan, artis dunia hiburan yang ternama, dan bermacam barang yang menggugah pengunjung untuk bernostalgia di dalamnya. Fungsi utama yang ditampung oleh Kampung Nostalgia yaitu sebagai area pamer barang-barang terkait era 90-an dan ruang komunitas yang ada di belakang nama Generasi 90-an. Sedangkan sebagai fungsi tambahannya yaitu memberikan kontribusi kepada area sekitar sebagai wujud ruang publik yang dapat diakses secara bebas oleh masyarakat. 3 1.1.3. Kampung Nostalgia Generasi 90-an Sebagai Solusi Ruang Publik Kota Museum sebenarnya merupakan salah satu contoh wadah hiburan yang dapat menjadi opsi masyarakat. Namun museum di mata masyarakat masih terkesan kaku, lama, tua, bosan dan segala impresi yang tidak begitu mengenakkan lainnya. Kampung Nostalgia merupakan sebuah area dengan bangunan utama berfungsi sebagai museum yang memamerkan barang kekinian di era 90-an. Konsep tersebut dikemas menjadi sebuah area yang tidak kaku, fleksibel, menyenangkan dan dapat menimbulkan berbagai interaksi di dalamnya. ”Ahiya! Dulu hobi banget ngumpulin koleksi mainan yang kayak gini!” atau ”Ih dulu inget banget tiap minggu dari pagi udah duduk depan TV cuma buat nungguin maraton kartun ini!”, ”Yaampun masih aja ada barang kayak gini!” dan lain sebagainya. Dialog tersebut diharapkan menjadi awal mula timbulnya interaksi di dalam area bangunan yang dinamakan Kampung Nostalgia. Berbagai interaksi. Museum merupakan hasil dari proses yang ada berdasar kronologi waktu. Museum Generasi 90-an merupakan hasil dari proses kronologi waktu selama rentan waktu kurang lebih sepuluh tahun, yang dinamakan dengan era 90-an, 1990 hingga 1999. Segala bentuk gaya hidup yang pernah populer di masanya dituangkan menjadi objek pamer di dalamnya. Mengapa dikatakan Kampung? Definisi berkampung menurut KBBI yaitu berkumpul, berhimpun. Adapun definisi kampung sendiri yaitu suatu tempat dimana manusia masih menyandang status makhluk sosial sejati.1 Makhluk sosial yang bersosial dapat dikatakan juga manusia yang berinteraksi. Interaksi dapat diklasifikasikan kembali menjadi interaksi sesama manusia, interaksi dengan alam, interaksi dengan bangunan, sculpture dan lain sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kampung erat kaitannya dengan interaksi satu sama lain. Diharapkan area ini dapat menjadi wadah interaksi yang bersifat kreatif, menghasilkan ide-ide inovatif yang diselimuti tema besar tentang “nostalgia” di Generasi 90an. Berawal dari ide memunculkan interaksi sosial secara aktif pada area 1 Dikutip dari http://3-sueprizal.blogspot.jp/2008/11/definisi-kampung.html diakses pada 12 November 2014, 17.20 4 ini, juga sebagai solusi dari butuhnya ruang publik yang mudah diakses, Kampung Nostalgia Generasi 90-an menerapkan konsep free zone pada proses pembagian zonasi nya. Free zone adalah suatu zonasi area yang bebas diakses oleh siapapun di dalam komplek bangunan tertentu, tanpa mengharuskan pengunjung untuk membeli tiket masuk atau membayar biaya administrasi bila ingin mengaksesnya. Istilah free zone ini digunakan sebagai lawan dari paid zone yang mengharuskan pengunjung membayar biaya administrasi. Biasanya free zone terbentuk karena adanya paid zone di dalam suatu komplek bangunan. Misalnya pada taman hiburan Universal Studio Japan, untuk dapat mengakses dan menikmati hiburan di USJ pengunjung harus membeli tiket. Namun sebelum menemui loket penjualan tiket, terdapat area yang cukup luas bersifat free dimana pengunjung dapat dengan bebas mengaksesnya, tanpa membayar biaya apapun. Pengunjung bebas bersantai, duduk, melihat dan merasakan suasana yang dibuat tetap berkaitan dengan tema USJ, atau bahkan mengambil gambar di sekeliling area tanpa ada batas yang mengikat terkait dengan aksesibilitas area tersebut. Adapun contoh lain yaitu sebuah museum di Kanazawa, Jepang, 21st Century Museum of Contemporary Art yang dalam proses perancangan nya menerapkan konsep free zone. Museum ini adalah salah satu museum seni terpopuler dengan koleksi seni kontemporer yang memiliki konsep arsitektural yang baik. Museum ini terkenal dengan keberadaan ruang komunal, ruang untuk publik di sekitar museum yang terintegrasi dengan museum itu sendiri. Ruang komunal itulah yang biasa disebut sebagai free zone, dan area museum sendiri sebagai paid zone nya. Di ruang komunal tersebut masyarakat di sekitar museum dapat dengan bebas mengunjungi dan melakukan berbagai aktifitas di dalamnya. Terbukti dengan adanya ruang publik bebas tersebut, masyarakat dapat menggunakannya secara aktif dan area tersebut menjadi area hiburan sederhana. Kampung Nostalgia Generasi 90-an merupakan suatu area, bersifat hiburan dengan tema nostalgia. Bangunan utama dari Kampung Nostalgia ini adalah museum dengan koleksi objek yang pernah populer dan selalu dekat di masyarakat pada era 90-an. Museum yang bersifat fleksibel, tidak kaku, tidak 5 monoton dan dilengkapi dengan ruang komunitas Generasi 90-an serta fasilitas pendukung lainnya yang bersifat publik. Bangunan museum itu sendiri dikategorikan sebagai paid zone dan dikelilingi oleh suatu area yang bersifat free zone, sehingga dapat menjadi solusi dari permasalahan kebutuhan ruang publik kota. Area free zone tersebut dapat berupa taman terbuka dengan berbagai instalasi, maupun ruang-ruang komunal untuk saling berinteraksi tanpa melenceng dari tema besar nostalgia. 1.2. Permasalahan 1.2.1. Permasalahan Umum Bagaimana merancang Kampung Nostalgia Generasi 90-an sebagai bentuk ruang publik kota Jakarta, yang sekaligus sebagai wadah komunitas Generasi 90-an dan segala koleksinya. 1.2.2. Permasalahan Khusus Bagaimana menerapkan konsep free zone sebagai ruang interaksi sosial di dalam Kampung Nostalgia Generasi 90-an. 1.3. Tujuan Tujuan dari penulisan karya ini adalah mengerti dan memahami bagaimana desain fasilitas yang sesuai untuk mewadahi koleksi dan aktivitas komunitas Generasi 90-an. Serta mempopulerkan dan menyediakan wadah untuk interaksi publik. 1.4. Lingkup Pembahasan 1.4.1. Arsitektural Pembahasan arsitektural meliputi fungsi, zonasi dan organisasi ruang, sirkulasi aktivitas, elemen ruang, tata ruang dalam maupun luar pada area Kampung Nostalgia Generasi 90-an. Termasuk pendekatan konsep free zone sebagai ruang interaksi sosial. 1.4.2. Non Arsitektural Pembahasan non arsitektural meliputi pengertian dan kilasan tentang Generasi 90an, komunitas di baliknya, dan segala hal berkaitan dengan aktifitas nostalgia yang akan menjadi objek utama pada Kampung Nostalgia Generasi 90-an ini. 6 1.5. Metode Pembahasan Metode yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah: 1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan mencari data, teori dan standar yang berkaitan dengan desain Kampung Nostalgia Generasi 90-an. Kata kunci yang digunakan diantaranya Kampung, Generasi 90-an, Museum, Free Zone, Interaksi, dll. 2. Studi Analisis Menelusuri, menanggapi data dan isu yang ada, serta mengidentifikasinya dengan memperhatikan standar dan acuan yang telah ada untuk memperoleh sebuah solusi desain bangunan. Serta menganalisis kebutuhan pengunjung, fungsi ruang, tata ruang dan fasilitas pendukung apa saja yang diperlukan. 3. Sintesis Dari segala data yang ada disintesis untuk memperoleh berbagai masukan arsitektural maupun non arsitektural bagi keperluan perancangan. 1.6. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, lingkup pembahasan, metode pembahasan dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka Berisikan teori, kajian dan prinsip-prinsip perancangan berkaitan dengan museum sebagai ruang publik dengan konsep free zone yang digunakan pada Kampung Nostalgia Generasi 90-an dan analisis studi kasus preseden. Bab III Pendekatan Konsep Berisi hasil analisis berupa prinsip-prinsip desain yang digunakan untuk area Kampung Nostalgia Generasi 90-an dengan konsep free zone sebagai ruang interaksi sosial, diperoleh dari hasil komparasi teori dan studi kasus preseden. Bab IV Konsep Perencanaan dan Perancangan Analisis dan penjabaran terhadap ide konsep desain yang digunakan pada Kampung Nostalgia Generasi 90-an, serta tinjauan lokasi dan karakter tapak. 7