PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan arah kebijakan peternakan dan kesehatan hewan 2015 dari program swasembada daging sapi atau kerbau tahun 2009 hingga tahun 2014 menjadi pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat, menuntut pemerintah untuk fokus dalam penanganan semua komoditas peternak dan mendorong peningkatan daya saing peternak (Anonim, 2014). Upaya untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan sumber daya ternak lokal, salah satunya ayam kampung yang memiliki karakter perlemakan daging yang rendah. Namun pengembangan produksinya masih terhambat karena laju reproduksi dan pertumbuhannya lambat. Persilangan antara ayam kampung jantan dan ayam ras petelur betina akan menghasilkan ayam yang diharapkan dapat memproduksi daging dalam jumlah banyak dan memiliki laju reproduksi dan pertumbuhan yang cepat (Maryanto dkk., 2002). Salah satu hasil persilangan yang banyak diternakan di Indonesia adalah Ayam Jawa Super yang merupakan hasil persilangan ayam kampung jantan dan ayam ras petelur betina strain Lohman (Anonim, 2012). Ayam Jawa Super memiliki keunggulan yakni daging empuk dan tidak lembek, manis dan gurih, memiliki kemampuan bertelur yang tinggi hingga 180 butir per ekor per tahun, serta memiliki ketahanan fisik yang baik seperti tingkat kematian kecil, tahan penyakit, dan tahan suara bising (Anonim, 2012). Namun populasi ayam jawa super umumnya rendah karena manajemen pemeliharaan dan reproduksinya masih tradisional dan daya fertilitas dari jenis ayam ini belum 2 diketahui. Oleh karena itu, untuk meningkatkan populasi dan produksi Ayam Jawa Super diperlukan kualitas indukan yang memiliki fertilitas tinggi dan manajemen reproduksi yang baik seperti penentuan jenis kelamin hewan jantan dan betina sejak dini. Penentuan jenis kelamin merupakan hal yang penting dalam industri perunggasan sebagai pertimbangan dalam efisiensi biaya produksi seperti praktek manajemen, kebutuhan nutrisi antara jantan dan betina, dan tingkat keseragaman. Metode penentuan jenis kelamin secara tradisional meliputi vent sexing, analisis kariotipe, dan pemeriksaan morfologi tubuh (Kalina dkk., 2012). Jenis kelamin pada mamalia dan unggas dapat ditentukan sejak perkembangan awal embrio dengan adanya warisan gen spesifik pada kromosom seks. Mamalia memiliki kromosom seks XY untuk jantan dan XX untuk betina, sedangkan unggas memiliki kromosom seks ZZ untuk jantan dan ZW untuk betina (Caetano dkk., 2014). Diferensiasi morfologi gonad pada ayam (Gallus gallus) dimulai antara hari ke 5.5 dan 6.5 (Hamburger dan Hamilton, 1951). Kepastian tahap-tahap perkembangan normal dari embrio ayam tidak terlalu dibutuhkan sebelum masa dimana embrio ayam banyak digunakan secara deskriptif dan ekperimental dalam berbagai percobaan virus dan kanker di dunia medis. Sejak Aristotle mengemukakan bahwa embrio ayam adalah objek paling ideal untuk pembelajaran embriologi telah banyak dijelaskan mengenai waktu inkubasi secara umum, kecuali dalam tiga hari pertama yang memiliki karakteristik yang lebih rinci seperti jumlah somites dalam umur tertentu. Kekurangan dari klasifikasi tahap perkembangan embrio berdasarkan umur sering terjadi meskipun semua telur 3 diinkubasi dalam pengaturan tempat dan waktu yang sama. Hal ini berkaitan dengan perbedaan genetik pada setiap breed (contoh : embrio dari breed White Leghorn lebih cepat berkembang dibandingkan breed Barred Plymouth Rock dan akan menetas lebih cepat), perbedaan musim, ketahanan embrio, tahap perkembangan saat embrio mulai diinkubasi, perbedaan waktu telur dikeluarkan oleh ayam betina, serta temperatur dan ukuran inkubator (Hamburger dan Hamilton, 1951). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat fertilitas dan identifikasi jenis kelamin embrio Ayam Jawa Super umur nol sampai tujuh hari berdasarkan gambaran morfologi. Manfaat Penelitian Dengan penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat fertilitas dan identifikasi jenis kelamin embrio Ayam Jawa Super umur nol sampai tujuh hari yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai dasar penelitian lanjutan yang berkaitan dengan identifikasi jenis kelamin.