1. BAHAN PAPARAN DEPUTI 7 --

advertisement
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
RPJMN 2015-2019
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH PULAU JAWA-BALI
DAN KEPULAUAN NUSA TENGGARA
Oleh:
Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
Kementerian PPN/Bappenas
Mataram, 10 Desember 2014
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
ISU UTAMA PENGEMBANGAN WILAYAH 2015 – 2019
PERAN WILAYAH/PULAU DALAM
PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1978-2013 (persen)
PULAU
1978
1983
1988
1993
1998
2003
2008
2013
Sumatera
27,6
28,7
24,9
22,8
22,0
22,4
22,9
23,8
Jawa
50,6
53,8
57,4
58,6
58,0
60,0
57,9
58,0
Kalimantan
10,2
8,7
8,9
9,2
9,9
8,9
10,4
8,7
Sulawesi
5,5
4,2
4,1
4,1
4,6
4,0
4,3
4,8
Bali dan Nusa
Tenggara
3,1
2,8
3,0
3,3
2,9
2,8
2,5
2,5
Maluku dan Papua
2,9
1,8
1,7
2,0
2,5
1,8
2,0
2,2
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
Sumber: BPS
Pergeseran peran wilayah Jawa dalam pembentukan PDB Nasional cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan untuk Bali-Nusa Tenggara mengalami penurunan.
Slide - 3
REALISASI INVESTASI PMA 2010-2014
(Nilai Investasi dalam US$)
2010
No.
2011
2012
2013
2014
TOTAL
%
Wilayah
Proyek
747,13
Proyek
2
Jawa
3
Bali-Nusa
Tenggara
372
502,66
474
952,65
477
1.126,55
932
4
Kalimantan
254
2.011,45
331
1.918,85
355
3.208,65
5
Sulawesi
80
859,10
146
715,26
187
6
Maluku
10
248,89
31
141,54
7
Papua
28
346,77
61
1.345,14
3.076 16.214,77
2.076,56
2.632 12.324,54
4.342 19.474,54
695
3.729,29
Proyek
Sumatera
1.973 11.498,77
667
Investasi Proyek Investasi
1
Jumlah
359
Investasi
Investasi
Proyek
Investasi
3.395,35
990
2915.21
3.892
12.863,54
13,02
11,54
6.059 17.326,38
5443
11619.88 18.914
66.429,49
63,27
59,58
888,87
673
1675.63
2.928
5.146,36
9,80
4,62
849
2.773,40
645
3675.55
2.434
13.587,90
8,14
12,19
1.507,03
343
1.498,16
359
1569.05
1.115
6.148,60
3,73
5,51
19
98,77
94
321,23
71
97.09
225
907,52
0,75
0,81
39
1.234,47
154
2.414,16
102
1081.60
384
6.422,14
1,28
5,76
9.612 28.617,55
8283
100,00
100,00
2.807 13.659,92
4.579 24.564,68
1.181
Investasi Proyek Investasi Proyek
2.2634.01 29.892 111.505,55
Sumber: BKPM, 2014 s/d Q 3
Slide - 4
REALISASI INVESTASI PMDN 2010-2014
(Nilai Investasi dalam miliar rupiah)
2010
No.
2011
2012
2013
2014
TOTAL
%
Wilayah
Proyek
Investasi
Proyek
Investasi
Proyek
Investasi
Proyek
Investasi
Proyek Investasi Proyek
Investasi
Proyek
Investasi
1
Sumatera
222
4.224,20
370
16.334,26
287
14.256,24
522
22.913,76
107
9.321,30
1508
67.049,76
30,46
16,82
2
Jawa
397
35.140,34
601
37.176,19
636
52.692,94
1.085
66.495,67
276
21.107,10
1911 212.612,24
38,61
53,35
3
Bali-Nusa
Tenggara
39
2.119,27
32
356,74
29
3.167,76
71
4.400,25
10
53,96
181
10.097,98
3,66
2,53
4
Kalimantan
149
14.575,58
198
13.467,39
183
16.739,69
305
28.713,61
64
7.703,90
899
81.200,17
18,16
20,37
5
Sulawesi
58
4.337,57
82
7.227,52
59
4.900,99
101
3.624,19
36
3.091,58
336
23.181,85
6,79
5,82
6
Maluku
2
0,00
4
13,57
4
323,89
7
1.114,91
1
53,71
18
1.506,08
0,36
0,38
7
Papua
8
229,31
26
1.425,02
12
100,51
38
888,21
13
242,80
97
2.885,85
1,96
0,72
875
60.626,27
1.313
76.000,69
1.210
92.182,02
1.045
128.150,60
507
41.574,35
4.950 398.533,93 100,00
100,00
Jumlah
Sumber: BKPM, 2014 s/d Q3
Slide - 5
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
ARAH DAN KERANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH
ISU UTAMA PENGEMBANGAN WILAYAH:
 Masih besarnya kesenjangan antar wilayah, khususnya kesenjangan
pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur
Indonesia (KTI).
 Hal ini tercermin salah satunya dari kontribusi PDRB terhadap PDB, yang mana
selama 30 tahun (1983-2013), kontribusi PDRB KBI sangat dominan dan tidak
pernah berkurang dari 80 persen terhadap PDB.
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH:
• Mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu
Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua;
• Tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.
Slide - 7
KERANGKA PAPARAN
Meningkatan
Produktivitas dan
Daya Saing Daerah
Membangun
Indonesia dari
Pinggiran dengan
Memperkuat
Daerah-daerah
dan Desa

Pembangunan Kawasan Strategis:
Pusat -pusat Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan Kawasan Perkotaan

Pembangunan Kawasan Perbatasan

Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Pulau-Pulau
Terpencil

Pengembangan Tata Kelola Pemerintahan Daerah
dan Otonomi Daerah
Slide - 8
SKETSA HIRARKI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN
DAN HINTERLAND
Slide - 9
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA, BALI
DAN NUSA TENGGARA
RPJMN 2015 – 2019
TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI
RPJMN 2015-2019

Lumbung pangan nasional

Pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan
pengembangan industri makanan-minuman, tekstil,
otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja;

Salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia
dengan pengembangan ekonomi kreatif

Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan
pariwisata bahari
Slide - 11
TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA
RPJMN 2015-2019

Pintu
gerbang
pariwisata
ekologis
melalui
pengembangan industri Meeting, Incentive, Convetion,
Exhibition (MICE);

Penopang pangan nasional dengan percepatan
pembangunan perekonomian berbasis maritim
(kelautan) melalui pengembangan industri perikanan,
garam, dan rumput laut;

Pengembangan
industri
terutama sapi, jagung;

Serta pengembangan industri mangan, dan tembaga
berbasis
peternakan
Slide - 12
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN
WILAYAH JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
RPJMN 2015-2019
SASARAN/TARGET PERAN PDRB PER WILAYAH
2015-2019
No.
Wilayah
Peran PDRB Wilayah (%)
Tahun 2013
Peran PDRB Wilayah (%)
Tahun 2019
1
Sumatera
23,8
24.6
2
Jawa
58,0
55,1
3
Kalimantan
8,7
9,6
4
Sulawesi
4,8
5,2
5
Bali Nustra
2,5
2,6
6
Maluku Papua
2,2
2,9
100,0
100,0
Nasional
Keterangan :
 Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 5,8-8% tahun 2015-2019
 Perhitungan proyeksi masih menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000.
 Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahun dasar 2010.
Slide - 14
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN WILAYAH
JAWA, BALI & NUSA TENGGARA 2015-2019 (1/7)
 Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan : 3 Kawasan Ekonomi Khusus, 2 Kawasan
Ekonomi Terpadu dan kawasan potensial lainnya.
 Pengentasan 6 Kabupaten di Wilayah Pulau Jawa-Bali dengan sasaran outcome :
(a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,23
persen;
(b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 8,89
persen; dan
(c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar
73,69
 Pengentasan 16 Kabupaten tertinggal di Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara dengan
sasaran outcome:
(a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 5,90
persen;
(b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 15,80
persen; dan
(c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar
68,98.
 Pengembangan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong
pengembangan kawasan sekitarnya.
Slide - 15
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN
WILAYAH JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
RPJMN 2015-2019 (2/7)
JAWA-BALI
 Peningkatan efisiensi pengelolaan 5 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang
sudah ada saat ini, serta mengembangkan 1 kota baru serba lengkap dan
terpadu di kawasan perkotaan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke
bawah.
 Pengurangan jumlah desa tertinggal sedikitnya 1670 desa atau meningkatnya
jumlah desa mandiri sedikitnya 670 desa.
 Perkuatan 4 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW).
NUSA TENGGARA
 Percepatan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan baru, serta mewujudkan
optimalisasi peran 1 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer)
urbanisasi
 Pengurangan jumlah desa tertinggal menjadi sedikitnya 260 desa atau
meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 100 desa.
 Perkuatan 5 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW).
Slide - 16
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN
WILAYAH JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
RPJMN 2015-2019 (3/7)
 Pelaksanaan otonomi daerah, sasaran untuk wilayah Pulau Jawa-Bali adalah:
(1) Peningkatan:
•
proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 35 persen
untuk provinsi dan 25 persen untuk kabupaten/kota;
•
proporsi belanja modal dalam APBD provinsi sebesar 30 persen dan
untuk Kabupaten/Kota sebesar 25 persen pada tahun 2019 serta
sumber pembiayaan lainnya dalam APBD;
•
jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
(WTP) sebanyak 7 Provinsi dan 60 Kabupaten/Kota di Wilayah Pulau
Jawa-Bali;
•
kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur sipil negara untuk
jenjang S1 sebesar 65 persen dan S2-S3 sebesar 10 persen;
•
implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
(2) Pembentukan kerjasama daerah diantara 8 daerah Jawa-Bali dalam rangka
percepatan konektivitas dan peningkatan pelayanan publik;
(3) Penyusunan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang tepat fungsi dan
ukuran sesuai dengan karakteristik Wilayah Pulau Jawa-Bali
Slide - 17
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN
WILAYAH JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
RPJMN 2015-2019 (4/7)
 Pelaksanaan otonomi daerah, sasaran untuk wilayah Kepulauan Nusa Tenggara
adalah:
(1) Peningkatan:
• proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 25 persen
untuk provinsi dan 10 persen untuk kabupaten/kota;
• proporsi belanja modal dalam APBD provinsi sebesar 25 persen dan
untuk Kabupaten/Kota sebesar 25 persen pada tahun 2019 serta
sumber pembiayaan lainnya dalam APBD;
• jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
(WTP) sebanyak 2 Provinsi dan 10 Kabupaten/Kota di Wilayah
Kepulauan Nusa Tenggara ;
• kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur sipil negara untuk
jenjang S1 sebesar 50 persen dan S2-S3 sebesar 5 persen:
• implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan,
kesehatan dan infrastruktur.
(2) Pembentukan kerjasama daerah diantara 2 daerah Nusa Tenggara dalam
rangka percepatan konektivitas dan peningkatan pelayanan publik;
(3) Penyusunan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang tepat fungsi dan
ukuran sesuai dengan karakteristik Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara;
Slide - 18
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN WILAYAH
JAWA, BALI & NUSA TENGGARA RPJMN 2015-2019 (5/7)
 Untuk mengurangi risiko serta dampak bencana, maka sasaran penanggulangan
bencana di wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara adalah kawasan
pengembangan wilayah berisiko tinggi yaitu:
• 5 (lima) PKN Kawasan Perkotaan (Jabodetabek, Bandung Raya, Kedung Sepur,
Gerbangsusila, Sarbagita),
• 2 (dua) PKN rawan tsunami (Cilacap dan Yogyakarta),
• 2 (dua) PKN terdiri dari Kota Kupang dan Kota Mataram
• 5 (lima) PKW rawan tsunami (Kebumen, Banyuwangi, Semarapura, Ciamis,
Pengandaran),
• 8 (delapan) PKW rawan letusan gunung api (Cilegon, Tasikmalaya, Wonosobo,
Magelang, Kediri, Blitar, Klaten, Sleman).
• 5 (lima) PKW terdiri dari Kabupaten Bima ( Kawasan Bima), Kabupaten Ngada
(Kawasan Mbay), Kabupaten Lombok Tengah (termasuk KEK Mandalika),
Kabupaten Dompu dan Kabupaten Ende yang akan dikembangkan sebagai
pusat pertumbuhan baru.
Slide - 19
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN
WILAYAH JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA
RPJMN 2015-2019 (6/7)
SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Wilayah
2015
2016
2017
2018
DKI Jakarta
5,4 - 5,5
6,5 - 6,8
7,1 - 7,5
7,1 - 7,7
Jawa Barat
5,4 – 5,5
6,5 – 6,8
7,0 – 7,4
7,2 – 7,8
Banten
5,4 – 5,5
6,0 – 6,2
6,2 – 6,6
6,5 -7,0
Jawa Tengah
5,4 – 5,5
6,5 – 6,8
6,9 – 7,3
7,0 –7,6
D.I Yogyakarta
5,3 – 5,4
5,8 – 6,0
5,9 – 6,3
6,1 – 6,7
Jawa Timur
6,1 -6,2
6,5 -6,7
6,8 – 7,2
7,0 -7,6
Bali
5,3 -5,4
6,3 – 6,6
6,3 – 6,7
6,6 -7,2
Nusa Tenggara Barat
5,9 -6,0
5,9 -6,1
6,1 -6,4
7,0-7,5
Nusa Tenggara Timur
6,0 -6,1
6,6 -6,9
7,0 -7,5
7,6 -8,3
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Tingkat Kemiskinan (Persen)
Wilayah
2015
2016
2017
2018
DKI Jakarta
3,2 – 3,1
3,0 -2,9
2,7 – 2,6
2,4 -2,2
Jawa Barat
8,1 -7,9
7,7 – 7,4
6,9 -6,5
6,1 – 5,6
Banten
4,8 -4,7
4,6 -4,4
4,1-3,8
3,6-3,3
Jawa Tengah
11,9 -11,7
11,5 – 11,0
10,3 -9,7
9,2 -8,5
D.I Yogyakarta
12,6 -12,3
12,0 -11,6
10,8 – 10,2
9,6 – 8,8
Jawa Timur
10,9 – 10,7
10,5 -10,1
9,5 – 8,9
8,4-7,8
Bali
3,7 -3,6
3,5-3,4
3,2-3,0
2,8-2,6
Nusa Tenggara Barat
15,4-15,1
14,7-14,1
13,2-12,4
11,7-10,8
Nusa Tenggara Timur
16,8 -16,5
16,0-15,4
14,3-13,5
12,6-11,6
2019
7,4 - 8,2
7,4 -8,2
7,0 -7,8
7,6 –8,4
6,2 – 6,9
7,5 -8,2
6,8 – 7,5
7,0 -7,7
7,6 -8,4
2019
1,9 -1,7
4,8 -4,4
2,8 -2,6
7,3 – 6,6
7,6 -6,9
6,7 -6,1
2,2-2,0
9,3-8,4
10,0-9,0
Slide - 20
SASARAN UTAMA PENGEMBANGAN
WILAYAH JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA
RPJMN 2015-2019 (7/7)
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN PER PROVINSI TAHUN 2015-2019
Tingkat Pengangguran (Persen)
Wilayah
2015
2016
2017
2018
DKI Jakarta
9,4 -9,3
9,3 -8,9
9,1-8,6
8,9 – 8,2
Jawa Barat
8,7 – 8,5
8,5- 8,2
8,2 -7,7
8,0 -7,4
Banten
9,7-9,5
9,4-9,0
9,1-8,5
8,7-8,1
Jawa Tengah
5,4-5,3
5,3 -5,1
5,2-4,9
5,1-4,7
D.I Yogyakarta
3,9-3,8
3,8-3,6
3,7-3,5
3,6-3,3
Jawa Timur
4,0-3,9
3,9-3,8
3,8-3,6
3,7-3,5
Bali
2,0-1,9
1,9-1,8
1,8-1,7
1,8-1,6
Nusa Tenggara Barat
5,0-4,9
4,9-4,7
4,7-4,4
4,6-4,2
Nusa Tenggara Timur
2,7-2,6
2,5-2,4
2,4-2.3
2,3-2,1
2019
8,7 -7,9
7,7 -7,0
8,4-7,6
5,0-4,5
3,5-3,2
3,7 -3,3
1,7-1,5
4,4-4,0
2,2-2,0
Slide - 21
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA, BALI &
NUSA TENGGARA RPJMN 2015-2019
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Arah dan Strategi Pengembangan Wilayah Strategis
Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
ISU DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN
PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI
• Rendahnya nilai tambah komoditas sapi, garam, rumput laut, dan jagung
• Terbatasnya konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan yang terdapat di 2
KEK,dan 2 Kawasan Ekonomi Terpadu, dengan kawasan penyangga
• Keterbatasan infrastruktur kawasan menyebabkan minimnya investasi industri
• Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
di bidang pengolahan sapi, garam, rumput laut, dan jagung
• Hambatan regulasi dalam mendukung peningkatan iklim investasi dan iklim
usaha
• Belum didukung oleh Kawasan Industri dalam mendukung percepatan
pertumbuhan ekonomi Wilayah Nusa Tenggara
Slide - 24
ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH STRATEGIS DI JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
Arah Kebijakan:
 percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dengan
memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan
peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur.
Strategi :
 Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Jawa-Bali-Nusa Tenggara melalui percepatan
pengembangan klaster-klaster industri/hilirisasi pengolahan SDA sesuai dengan potensi dan
keunggulan yang dapat menciptakan kesempatan kerja baru;
 Percepatan penguatan konektivitas/infrastruktur dengan menyiapkan infrastruktur jalan akses,
bandara, pelabuhan, listrik dan air bersih dalam mendukung produktivitas kawasan;
 Penguatan kemampuan SDM dan Iptek dengan membangun BLK-BLK, SMK Kejuruan, Politeknik
dan science dan techno park berbasis pertanian, peternakan, logistik, dan perikanan-kelautan;
 Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha di kawasan pertumbuhan
ekonomi, termasuk didalamnya memperkuat kinerja Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan
pemberian insentif fiskal dan non fiskal.
Slide - 25
SEBARAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN
WILAYAH JAWA-BALI-NUSA TENGGARA (1)
Pontesi Pengembangan
KEK JAWA BARAT
•
•
•
High tech Industries
Resource & Development
Jasa Pendidikan/ Kesehatan
KI SAYUNG
•
Aneka Industri Padat Karya
KEK TANJUNG LESUNG
•
Jasa Pariwisata
JIIPE
• Peleburan Tembaga dan
Permesianan
Slide - 26
SEBARAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN
WILAYAH JAWA-BALI-NUSA TENGGARA (2)
KEK MANDALIKA
•
Jasa Pariwisata
Kawasan BIMA
Potensi: Jagung,
Rumput Laut,
Peternakan
Kawasan MBAY
Potensi: Garam,
Rumput Laut,
Peternakan
Slide - 27
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN STRATEGIS WILAYAH NUSA TENGGARA
No.
1
2
3
1
2
3
1
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional
Bandara
Pengembangan Bandara Internasional Lombok
Pengembangan Bandara Komodo
Pembangunan Bandar Udara Banten Selatan (Panimbang)
Jalan
Pembangunan Jalan Bangau - Dompu - Ramba - Lb. Bajo
Penanganan ruas jalan Pemenang – Mataram
Pembangunan jalan Tol Serang-Panimbang
Ketenagalistrikan
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bima, PLTP Hu’u,
PLTP Mataloka dan penyediaan jaringan penyaluran energi berupa saluran
udara tegangan tinggi (SUTT) di sekitar kawasan
Slide - 28
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Arah Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan
Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN
WILAYAH JAWA-BALI DAN NUSA TENGGARA
PERKOTAAN
KETERKAITAN KOTA - DESA
Arah Kebijakan :
Memperkuat keterkaitan kota –
desa serta membangun kota
berkelanjutan dan berdaya saing
berdasarkan karakter fisik,
potensi ekonomi dan budaya lokal,
melalui:
1. Perwujudan Sistem Perkotaan
Nasional (SPN);
2. Perwujudan Kota Layak Huni
yang Aman dan Nyaman,
melalui Pemenuhan Standar
Pelayanan Perkotaan (SPP)
yang mudah diakses bagi
seluruh kalangan masyarakat
kota, termasuk kelompok
lansia, disabel, wanita, anak;
3. Perwujudan kota hijau yang
berketahanan iklim dan
bencana;
4. Pengembangan Kota Cerdas
dan daya saing kota;
5. Peningkatan kapasitas tata
kelola pembangunan
perkotaan.
Arah Kebijakan:
Menghubungkan keterkaitan
fungsional antara pasar dan kawasan
produksi, melalui:
1. Perwujudan konektivitas antar
kota sedang dan kota kecil, dan
antar kota kecil dan desa sebagai
tulang punggung (backbone)
keterhubungan desa-kota
2. Perwujudan keterkaitan antara
kegiatan ekonomi hulu (upstream
linkages) dan kegiatan ekonomi
hilir (downstream linkages) desakota dengan pengembangan
agribisnis (agrowisata dan
agroindustri), melalui pusat
kawasan transmigrasi, kawasan
agropolitan dan minapolitan, serta
kawasan pariwisata.
3. Peningkatan kapasitas tata kelola,
kelembagaan, dan masyarakat
dalam peningkatan keterkaitan
kota-desa
DESA DAN KAWASAN
PERDESAAN
Arah Kebijakan :
Menguatkan desa dan masyarakat
desa serta pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan di perdesaan untuk
mendorong keterkaitan desa-kota dan
perdesaan berkelanjutan, melalui :
1. Pemenuhan Standar Pelayanan
Minimum sesuai dengan kondisi
geografis Desa
2. Penanggulangan kemiskinan dan
pengembangan usaha ekonomi
masyarakat Desa
3. Pembangunan Sumber Daya
Manusia, peningkatan
Keberdayaan, dan pembentukan
Modal Sosial Budaya Masyarakat
Desa
4. Penguatan Pemerintahan Desa
5. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup Berkelanjutan,
serta Penataan Ruang Kawasan
Perdesaan
6. Pengembangan ekonomi kawasan
perdesaan untuk mendorong
keterkaitan desa-kota.
PETA LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN
KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN WILAYAH JAWA-BALI
2015-2019
Slide - 32
PETA LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN
KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN WILAYAH NUSA TENGGARA
2015-2019
Slide - 33
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal
Wilayah Jawa, Bali, & Nusa Tenggara
ISU DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL WILAYAH JAWA-BALI dan
NUSA TENGGARA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lemahnya koordinasi antarpelaku pembangunan untuk percepatan pembangunan
daerah tertinggal;
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tingkat kesejahteraan masyarakat di
daerah tertinggal, khususnya di kawasan perbatasan dan wilayah terisolir di Nusa
Tenggara;
Rendahnya jumlah ketersediaan dan distribusi tenaga pendidik (guru) dan tenaga
kesehatan (dokter, bidan dan paramedis), khususnya di kawasan perbatasan dan
wilayah terisolir di Nusa Tenggara Timur;
Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana publik dasar di daerah tertinggal
perbatasan, khususnya di bidang pendidikan, kesehatan, telekomunikasi dan
informasi, serta transportasi (darat, air, dan udara).
Rendahnya tingkat aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat
pertumbuhan wilayah, khususnya di kawasan perbatasan dan wilayah terisolir di
Nusa Tenggara;
Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lokal dalam pengembangan
perekonomian di daerah tertinggal;
Belum adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha untuk berinvestasi
di daerah tertinggal.
Slide - 35
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
WILAYAH JAWA, BALI, NUSTRA (1/2)
Arah Kebijakan:
 Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan
dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat
yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang
konektivitas
Strategi :
 Mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan
nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antarkawasan;
 Meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat
pertumbuhan;
 Meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata
kelola kelembagaan pemerintahan daerah tertinggal;
 Mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik,
terutama di bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, air bersih, energi/listrik, telekomunikasi,
serta mendukung upaya pemenuhan kebutuhan dasar, seperti: sandang, pangan, dan
perumahan di daerah tertinggal;
 Memberikan tunjangan khusus kepada tenaga kesehatan, pendidikan, penyuluh pertanian,
pendamping desa di daerah tertinggal;
Slide - 36
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
WILAYAH JAWA, BALI, NUSTRA (2/2)
Strategi :
 Melakukan penguatan regulasi terhadap daerah tertinggal dan pemberian insentif kepada pihak
swasta dalam pengembangan iklim usaha di daerah tertinggal;
 Meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah pinggiran, seperti kawasan perbatasan
dalam upaya mendukung pembangunan daerah tertinggal;
 Melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal yang sudah terentaskan melalui penguatan
kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM;
 Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan
kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan
transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru dapat mendukung upaya percepatan
pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan kawasan perdesaan, disamping perlu
dukungan semua sektor terkait;
 Meningkatkan koordinasi dan peran serta lintas sektor dalam upaya mendukung pembangunan
daerah tertinggal melalui pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai program
pembangunan lintas sektor.
Slide - 37
PETA SEBARAN DAERAH TERTINGGAL
WILAYAH JAWA-BALI 2015 – 2019
Slide - 38
PETA SEBARAN DAERAH TERTINGGAL
WILAYAH NUSA TENGGARA 2015 – 2019
Slide - 39
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DAERAH TERTINGGAL WILAYAH JAWA, BALI & NUSTRA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengembangan sekolah kecil di wilayah Nusa Tenggara bagian barat;
Penyelenggaraan sekolah satu atap di daerah tertinggal dan perbatasan (SD, SMP, SMA/SMK);
Pembangunan sekolah berasrama dan asrama sekolah di wilayah Nusa Tenggara bagian timur dan perbatasan;
Penyediaan bus sekolah, khususnya di kawasan perbatasan dan wilayah terisolir di wilayah Nusa Tenggara;
Pengadaan sarana kesehatan keliling di bagian timur Nusa Tenggara dan perbatasan;
Pengadaan puskesmas terapung dan rumah sakit terapung di kawasan pulau kecil terluar;
Pengembangan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pratama di bagian timur Nusa Tenggara dan
perbatasan;
8. Pengembangan PLTMH, PLTS, PLTU diutamakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Manggarai Timur, Sumba Barat
Daya, Sabu Raijua, Belu, Sumba Barat, dan Sumba Timur;
9. Pembangunan menara penguat sinyal dan siaran RRI dan TVRI, khususnya di Kabupaten Manggarai Timur,
Manggarai Barat, Sabu Raijua, Lembata, dan Sumba Tegah;
10. Pengembangan jaringan irigasi dan embung untuk mendukung jaringan irigasi;
11. Pengembangan gudang dan fasilitas pengolahan pasca panen bidang pertanian;
12. Pembangunan pasar kecamatan;
13. Pengembangan kegiatan kepariwisataan bahari dan sosial-budaya melalui peningkatan insfrastruktur, sarana,
promosi, serta peningkatan peran serta masyarakat adat, khususnya di Kabupaten Sumba Barat, Bima, Manggarai
Barat, Ende, Alor, Flores Timur, Kupang, dan Rote Ndao;
14. Peningkatan kapasitas pelabuhan kapal penumpang dan ferry;
15. Pengadaan unit armada ferry baru di wilayah Nusa Tenggara;
16. Pengembangan jalan penghubung menuju kawasan strategis (Kapet Bima) di Kabupaten Dompu dan Bima;
17. Pengembangan bandara perintis di kawasan Nusa Tenggara;
18. Pengembangan jalan dan jembatan difokuskan pada wilayah Nusa Tenggara bagian barat;
19. Pembangunan pelabuhan di pulau-pulau kecil yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara;
20. Pengembangan Balai Pelatihan Kerja dan Kewirausahaan.
Slide - 40
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan
Wilayah Jawa-Bali dan Nusa Tenggara
ISU DAN PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN

Aspek Ekonomi, SDA, dan Lingkungan Hidup
 Pemanfaatan SDA alam belum optimal karena minimnya sumber daya manusia (SDM)
dalam mengelola potensi lokal
 Rendahnya ketersediaan dan kualitas infrastruktur, khususnya infrastruktur jalan, dan
moda transportasi
 Peningkatan nilai transaksi perdagangan lintas batas antar negara


Aspek Sosial

Ketergantungan yang tinggi masyarakat RDTL terhadap wilayah perbatasan Indonesia,
aspek sosial-budaya, ekonomi.

Beberapa wilayah perbatasan Nusa Tenggara, kesulitan sinyal telekomunikasi (kalah
dengan RDTL)

Minimnya ketersediaan dan pelayanan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan
yang berkualitas
Aspek Batas Wilayah Negara, Pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum

Terdapat 2 unressolved segment dan 1 unsurvey segment

Tingginya tingkat penyelundupan (BBM, SDA, bahan kebutuhan pokok), penyelundupan
manusia (pencari suaka)
Slide - 42
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
KAWASAN PERBATASAN WILAYAH NUSA TENGGARA
Arah Kebijakan:
 Mewujudkan halaman depan negara sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan
negara tetangga
Strategi :
 Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara: Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN) Atambua, Kefamenanu, dan PKSN lainnya;
 Peningkatan konektivitas dengan membangun sistem jaringan jalan lokal di desa-desa dalam
Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) dan antar Lokpri yang saling terhubung dengan pusat kegiatan
ekonomi, serta penguatan transportasi laut;
 Membangun kedaulatan telekomunikasi dan energi di wilayah perbatasan Nusa Tenggara;
 Peningkatan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan di distrik-distrik terdepan dan terisolir
dengan penyediaan sarana prasarana sesuai karakteristik geografis wilayah serta pengembangan
sekolah bertaraf internasional (standarisasi kawasan perbatasan) dan sekolah berasrama;
 Mengembangkan pusat perdagangan lintas batas negara berbasis komoditas lokal berorientasi pasar
ke negara tetangga serta secara bertahap menurunkan jumlah pelintas batas tradisional dititik lintas
batas (RI-RDTL);
 Penguatan fungsi pertahanan dan keamanan, kerjasama pertahanan dan keamanan, dan pelibatan
peran serta masyarakat dalam menjaga kedaulatan.
Slide - 43
PETA SEBARAN KAWASAN PERBATASAN
WILAYAH JAWA-BALI-NUSA TENGGARA
Slide - 44
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN PERBATASAN WILAYAH JAWA, BALI &
NUSA TENGGARA
1.
2.
3.
4.
5.
Pengembangan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan terpadu;
Pengembangan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
Pengembangan pusat aktifitas perdagangan lintas batas negara;
Penyelenggaraan sekolah satu atap berasrama (SD, SMP, SMA/SMK);
Pengembangan sekolah kejuruan (SMK, politeknik) berbasis kelautan, standarisasi kawasan
perbatsan;
6. Pengembangan energi terbarukan (PLTMH, PLTS, dan PLTU), berbasis potensi lokal,
khususnya di desa-desa terluar
7. Pembangunan menara penguat sinyal dan penguat siaran RRI,TVRI, dan telekomunikasi
khususnya di desa-desa terluar;
8. Pembangunan kawasan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain (CIQS Terpadu)
9. Pembangunan kawasan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin (CIQS Terpadu)
10. Pembangunan Jalan Strategis Perbatasan: (1) Soe – Kapan; (2) Kapan - Nenas - Sutual; (3) Sp.
Tablolong - Oelalus – Oepaha; (4) Oepaha - Buraen - Teres – Rium; (5) Jalan Lintas Selatan
Pulau Timor (Batuputih-Panite-Oinlausi-Boking-Motamasin); (6) Pembangunan Jalan Perbatasan
NTT - Timor Leste (Motomasin - Laktutus – Fatubesi – Dafala – Wedomu.
11. Pembangunan Dermaga Penyeberangan Raijua Kab. Sabu Raijua
Slide - 37
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Tata Ruang
Wilayah Jawa-Bali dan Nusa Tenggara
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH JAWA BALI
Arah Kebijakan, untuk mewujudkan:
 Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana
 Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing
 Lumbung pangan nasional yang berkelanjutan
 Keterkaitan ekonomi antarpusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan
 Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk
pembangunan
Strategi :
 Perwujudan struktur ruang wilayah
 Pengembangan kawasan lindung
 Pengembangan kawasan budidaya
 Pengembangan kawasan strategis nasional perkotaan
Slide - 47
STATUS PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG JAWA-BALI
PROVINSI
BANTEN
No. 2 Tahun 2011
DKI JAKARTA
No. 1 Tahun 2012
JAWA BARAT
No. 22 ahun 2010
YOGYAKARTA
No. 2 Tahun 2010
JAWA TENGAH
No. 6 Tahun 2010
JAWA TIMUR
No. 5 Tahun 2012
BALI
No. 16 Tahun 2009
Provinsi
Total Kab.
Sudah Perda
Total Kota
Sudah Perda
BANTEN
4
4
4
4
JAWA BARAT
17
17
9
7
YOGYAKARTA
4
4
1
1
JAWA TENGAH
29
29
6
6
JAWA TIMUR
29
28
9
9
BALI
8
8
1
1
91
90
30
28
TOTAL
Slide - 48
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH
KEPULAUAN NUSA TENGGARA
Arah Kebijakan, untuk mewujudkan:
 Pusat pengembangan lumbung ternak nasional
 Pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan dan kelautan, hortikultura dan
perkebunan, pertanian tanaman pangan serta kehutanan
 Kelestarian ekosistem kepulauan dan kawasan berfungsi lindung minimal 30%
 Kawasan Perbatasan sebagai beranda depan negara dan pintu gerbang internasional
 Kawasan strategis nasional perbatasan dan ekonomi
Strategi :
 Perwujudan struktur ruang wilayah
 Pengembangan kawasan lindung
 Pengembangan kawasan budidaya
 Pengembangan kawasan strategis nasional perbatasan dan ekonomi
Slide - 49
STATUS PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG
NUSA TENGGARA
PROVINSI
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Provinsi
Perda No. 3 Tahun 2010
Perda No. 1 Tahun 2011
Total
Kab.
Sudah
Perda
Total
Kota
Sudah
Perda
Nusa Tenggara
Barat
8
8
2
2
Nusa Tenggara
Timur
20
19
1
1
28
27
3
3
TOTAL
Slide - 50
REFORMA AGRARIA (1/3)
Konsep Ideal Reforma Agraria
 Reforma agraria meliputi asset reform, yaitu penyediaan tanah bagi masyarakat
petani yang belum memiliki tanah (landless farmer) dan juga access reform yaitu
penyediaan bantuan program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan petani penerima dalam mengelola dan mengambil manfaat bidang
tanah yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya;
 Pemerintah melakukan reforma agraria untuk melakukan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sekaligus untuk
memperbaiki ketimpangan kesejahteraan khususnya petani;
Reforma agraria meliputi beberapa tahap yaitu:

Koordinasi lokasi pelaksanaan redistribusi tanah (dan legalisasi aset) dengan
lokasi pemberdayaan masyarakat;

Pengembangan teknologi pertanian;

Pengembangan jasa keuangan mikro;

Interkoneksi UKM dengan industri.
Slide - 51
REFORMA AGRARIA (2/3)
Tantangan Reforma Agraria
Walaupun secara konsep reforma agraria cukup sederhana yaitu mensinergikan
lokasi aset dan akses, namun mengingat:

Kewenangan birokrasi yang berbeda dimana reforma aset merupakan
kewenangan BPN, sedangkan reforma akses berada pada K/L dan pemda;

Jumlah bidang tanah dan jumlah keluarga yang terlibat cukup besar yaitu 9 juta
hektar dan 4,5 juta keluarga, tersebar pada sekitar 9 ribu desa di 512 kab/kota
pada 34 provinsi;
Seringkali koordinasi lokasi dan sinergi aset dan akses tidak dapat dilakukan dengan
optimal.
Untuk itu diperlukan peran Gubernur/ Bupati/ Walikota sebagai koordinator
untuk mensinergikan lokasi aset dan akses pada wilayah administrasinya
masing-masing.
Slide - 52
REFORMA AGRARIA (3/3)
Peran Kepala Daerah (Pemerintah Daerah) sebagai koordinator perlu melakukan:

Bersama dengan Kemenhut, mengidentifikasi tanah kawasan hutan yang sesuai bagi
pertanian dan akan dilepaskan sebagai sumber TORA (tanah obyek reforma agraria);

Mengidentifikasi seluruh program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
seluruh K/L (termasuk Pemda) yang ada pada wilayahnya.

Memimpin koordinasi antara K/L dengan Kanwil BPN/Kantah setempat dalam
mensinergikan lokasi dan target keluarga sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat
dengan lokasi-lokasi pelaksanaan redistribusi tanah dan legalisasi aset (by name by
address);

Melakukan kerjasama dengan Bank Indonesia dan bank umum setempat untuk
memastikan bank melakukan penyaluran pinjaman kredit KUR dan UMKM, termasuk
mekanisme dan prosedur penyediaan fasilitas jaminan pinjaman – penyediaan
collateral fund (dana jaminan pinjaman) – bagi pinjaman modal usaha masyarakat
miskin sehingga tidak perlu dilakukan penyitaan agunan pinjaman apabila terjadi gagal
bayar.

Memastikan kelanjutan pemberdayaan masyarakat pasca pelaksanaan reforma
agraria dengan terus berkoordinasi baik dengan BPN maupun K/L hingga masyarakat
penerima benar-benar lepas dari garis kemiskinan;
Slide - 53
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Arah Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Bencana
dan Resiko Bencana Wilayah Jawa-Bali dan Nusa Tenggara
INDEKS RISIKO BENCANA
PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DI WILAYAH PULAU JAWA-BALI
300
250
250
231.2
224.8
215.2215.2
200.8
200
179.2174.4
167.2
167.2
182.4
181.2
164.8
153.6
154
150
124.8
123.3
107.2102.4
100
50
0
Keterangan:
Risiko Tinggi: >144 (warna peta MERAH);
Risiko Sedang: 36 – 144 (warna peta KUNING)
Risiko Rendah: < 36 (warna peta HIJAU)
162
215.2
203.2
219.2
183.6 183.6
167.2
143.2
215.2219.2219.2
175.2
174
164.4166.8
150
149.6
INDEKS RISIKO BENCANA
PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DI WILAYAH
KEPULAUAN NUSA TENGGARA
250
209.2
205.2
200
174.8
170.8
168.4
150
186
184.4
180.4
149.2
200.8
158.8
152.4
100
50
0
Keterangan:
Risiko Tinggi: >144 (warna peta MERAH);
Risiko Sedang: 36 – 144 (warna peta KUNING)
Risiko Rendah: < 36 (warna peta HIJAU)
138
183.2
181.2
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENANGGULANGAN BENCANA DAN RESIKO BENCANA
WILAYAH JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
Arah Kebijakan:
 Peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana;
 Penguatan tata kelola penanggulangan bencana di pusat dan daerah.
Strategi :
Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan,melalui:
a.Penyusunan kajian dan peta risiko bencana tingkat kabupaten/kota
b.Integrasi kajian dan peta risiko dalam RPJMD dan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.
c.Penyusunanrencana kontinjensi menghadapi bencana banjir, kekeringan , tanah longsor, letusan
gunung api dan cuaca ekstrim.
Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana,melalui:
a.Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana dalam masyarakat,
b.Peningkatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat,
c.Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam
d.Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar DAS kritis
Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,melalui:
a.Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana
b.Penyediaan sistem peringatan dini bencana banjir, kekeringan, gempa bumi, tanah longsor, letusan
gunung api dan cuaca esktrim
c.Penyediaan sistem pemantauan gunung api
d.Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana, tsunami, gempa bumi,
dan letusan gunung api
e.Pengembangan Desa Tangguh Bencana
Slide - 57
PETA INDEKS RISIKO BENCANA
WILAYAH PULAU JAWA-BALI 2015-2019
Slide - 58
PETA INDEKS RISIKO
WILAYAH PULAU NUSA TENGGARA
Slide - 59
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PENANGGULANGAN BENCANA KAWASAN JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
1. Pembangunan Pembangunan Waduk Ciawi ,Waduk Sindang Heula Kab. Serang, Waduk Karian Kab.
Lebak, Waduk Tegal Luar Bandung, Waduk Santosa Bandung, Waduk Sadawarna Bandung, Waduk Cimeta
Bandung, Waduk Sukawana Bandung, Waduk Cikapundung Bandung, Waduk Citarik Bandung, Waduk
Raknamo Kab. Kupang, Waduk Jawa Tiwa (Multi Years) Kab. Nagekeo, Linamnutu D.I. Bena Kab. TTS,
2. Pembangunan embung kecil / telaga Gunungkidul, Sleman, Kulon Progo, Temanggung, Magelang,
Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kebumen, Purworejo
3. Pembangunan Waduk Gari Gunung Kidul, Karang Talun Sleman, Bener Purworejo dan Wonosobo, Gintung
Banjarnegara, Wanadadi / Punggelan Banjarnegara, Pasuruan Magelang
4. Pembangunan Kantong Lahar Kali Gendol Sleman
5. Pembangunan Sabo/DAM Pengendali Sedimen Sleman
6. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Serang dan anak sungainya Kulon Progo, Sungai
Opak dan anak sungainya Gunung Kidul, Bantul.
7. Normalisasi Alur Sungai Cibeureum dan Sungai Cihaur Kab. Cilacap, Normalisasi Kali Ciliwung
8. Rehabilitasi, peningkatan kapasitas dan perkuatan tebing Sungai Serayu, Sungai Tipar / Bengawan, Sungai
Ijo, Sungai Telomoyo, Sungai Wawar, Sungai Cokroyasan, Sungai Bogowonto, Sungai Progo
9. O&P Banjir Kanal Barat dan Timur Jakarta
10.Pembangunan Sudetan Kali Ciliwung ke KBT Jakarta
11.Pembangunan Pengendali Banjir Sungai Dodokan Lombok Barat
12.Pembangunan Pengaman Pantai Bintaro/Ampenan Kota Mataram, Pantai Batu Nampar Lombok Timur
Slide - 60
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Tata Kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah
Wilayah Jawa, Bali & Nusa Tenggara
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN
DAN OTONOMI DAERAH WILAYAH JAWA-BALI
Arah Kebijakan wilayah Jawa-Bali:
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang mendorong daya saing nasional berbasis industri, lumbung
pangan nasional, serta perdagangan dan jasa berskala internasional
Strategi :
1. Percepatan inovasi pembiayaan untuk wilayah perkotaan, khususnya melalui Kerja Sama Pemerintah Swasta
(KPS) untuk pembangunan infrastruktur publik.
2. Percepatan reformasi birokrasi pemerintah daerah yang berorientasi kepada kebutuhan pelayanan
masyarakat dan dunia usaha, khususnya di bidang industri.
3. Pengembangan informasi dan inovasi pelayanan publik di wilayah-wilayah metropolitan Jawa-Bali.
4. Peningkatan local taxing power, melalui penguatan struktur pajak dan retribusi daerah, dan peningkatan
kepatuhan pajak untuk mendorong kapasitas fiskal daerah.
5. Penguatan kelembagaan badan kerja sama daerah dalam peningkatan peran dan fungsinya meningkatkan
pelayanan publik dalam bidang persampahan, air minum, pengelolaan limbah dan sebagainya.
6. Harmonisasi peraturan daerah yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah dalam rangka mendorong
daya saing nasional, khususnya Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah.
7. Peningkatan kapasitas forum-forum perencanaan tingkat regional dalam pelaksanaan sinergi perencanaan
berbasiskan wilayah Jawa-Bali.
8. Penguatan partisipasi dunia usaha dalam rangka peningkatan daya saing nasional serta pelaksanaan
kebijakan publik
Slide - 62
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN
DAN OTONOMI DAERAH WILAYAH NUSA TENGGARA
Arah Kebijakan wilayah Nusa Tenggara:
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang mendorong daya saing berbasis potensi ekonomi lokal dengan
prinsip berkelanjutan
Strategi :
1. Peningkatan kualitas belanja daerah untuk kualitas pelayanan yang terkait dengan pelayanan dasar,
khususnya bidang Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur.
2. Peningkatan kapasitas dan cakupan pelayanan publik berbasis wilayah kepulauan dan perbatasan.
3. Pengembangan kompetensi aparatur daerah berdasarkan potensi ekonomi lokal, baik peternakan,
pertanian serta kelautan dan perikanan.
4. Peningkatan fasilitasi untuk Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka pembentukan kerja
sama daerah-daerah perbatasan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.
5. Membangun sinergitas kebijakan antar wilayah, khususnya di daerah terluar dan perbatasan dengan Timur
Leste maupun Australia.
6. Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai dengan beban kerja dalam rangka optimalisasi
belanja modal daerah.
Slide - 63
TERIMA KASIH
Download