Identifikasi dan Isolasi Jenis Mikroalga Planktonik dari Embung Lowokjati Singosari Kabupaten Malang Dewi Aisah, Murni Saptasari, Sitoresmi Prabaningtyas Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang 65145, Telepon/ Fax: 0341-551312 Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi dan isolasi yang terdapat di embung Lowokjati Singosari Kabupaten Malang. Identifikasi ciriciri mikroalga yang diperoleh dibandingkan dengan menggunakan buku pegangan identifikasi mikroalga planktonik sedangkan untuk isolasi mikroalga menggunakan media Walne. Hasil identifikasi mikroalga planktonik dari embung Lowokjati terdiri dari 4 divisi (Chlorophyta, Bacillariophyta, Dinophyta dan Cyanophyta), 17 famili, 18 genus dan 11 spesies sedangkan Mikroalga planktonik dari embung Lowokjati yang berhasil diisolasi terdiri dari 3 divisi, 6 famili, 6 genus, dan 3 spesies. Spesies yang terisolasi yaitu Chlorococcum, Oscillatoria amphibia, Chlamydomonas, Diadesmis, Nitzschia palea dan Navicula amphiceropsis. Kata Kunci: Identifikasi, isolasi, mikroalga planktonik, embung Lowokjati Embung adalah bangunan yang menyerupai bendungan tetapi mempunyai dimensi yang lebih kecil yang berfungsi untuk menyimpan air hujan dalam suatu kolam dan kemudian dioperasikan selama musim kering untuk berbagai keperluan (Purnomo & Wibowo, 2003). Selain itu, embung berfungsi sebagai sumber air untuk meningkatkan produktivitas lahan masa pola tanam dan pendapatan petani di lahan tadah hujan, mencegah atau mengurangi luapan air di musim hujan dan menekan resiko banjir serta memperbesar peresapan air ke dalam tanah. Menurut Irianto (2007), keberadaan embung dapat menyediakan sumber air sebagai suplai irigasi di musim kemarau untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan peternakan. Embung sebagai kolam penampungan air juga berfungsi sebagai habitat perkembangbiakan mikroorganisme salah satunya adalah mikroalga. Kandungan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada perairan embung dapat menyuburkan perairan sehingga mikroalga dapat hidup danberkembangbiak karena mendapatkan nutrisi makanan (Apridayanti, 2008).Keberadaan mikroalga pada embung memiliki peranan sebagai makanan alami bagi ikan yang hidup didalamnya. Embung Lowokjati merupakan salah satu embung yang terdapat di Kabupaten Malang, memiliki luas 4,99 hektar. Berdasarkan keterangan dari penduduk sekitar, embung Lowokjati setelah mengalami rehabilitasi pada tahun 2011 hingga tahun 2013 ini, belum ada optimalisasi penggunaan embung baik digunakan sebagai lahan perikanan maupun irigasi pertanian. Permukaan air embung Lowokjati berwarna hijau pada bagian tepi dan warna merah bata pada permukaan tengah embung yang mengindikasikan adanya mikroalga planktonik didalamnya. 1 Mikroalga memiliki beragam manfaat, baik manfaat bagi organisme lain, ekosistem dan manusia. Mikroalga dapat dijadikan sebagai suplai bahan makanan bagi organisme lain seperti ikan dan hewan air lainnya, dapat juga dijadikan sebagai bioindikator bagi ekosistem dan banyak pula manfaatnya bagi manusia. Kandungan gizinya yang cukup tinggi menyebabkan mikroalga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar makanan, suplemen maupun obat-obatan.Salah satu Chlorella sebagai sumber makanan tambahan yang bergizi tinggi atau biasa digunakan untuk PST (protein sel tunggal). Menurut Chen (2009) diantara potensi pemanfaatan mikroalga adalah dijadikan sebagai bahan baku dalam teknologi energi alternatif berupa biofuel dikarenakan memiliki kandungan minyak yang tinggi, selain itu juga disebutkan beberapa produk hasil pengolahan mikroalga diantaranya senyawa etanol, gas metana dan pakan ternak yang memiliki kandungan protein tinggi. Meluasnya pemanfaatan mikroalga untuk berbagai produk dikarenakan mikroalga memiliki banyak keunggulan. Keunggulan mikroalga diantaranya mempunyai kemampuan berkembangbiak dengan cepat sehingga mudah diperoleh dalam skala besar dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu mikroalga dapat ditemukan diberbagai habitat, misalnya parairan tanah gersang, air payau dan air dengan kadar garam tinggi (Stout, 2011). Mikroalga mempunyai ukuran mikroskopis sehingga dalam pemanfaatan dalam skala besar memerlukan proses isolasi untuk memisahkan antar spesies, kultur dan pengolahan. Penelitian ini merupakan penelitian tahap awal untuk mengidentifikasi dan isolasi dari biodiversitas mikroalga di Embung Lowokjati untuk mendapatkan kultur murni setiap spesies mikroalga. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “Identifikasi dan Isolasi Jenis Mikroalga Planktonik dari Embung Lowokjati Singosari Kabupaten Malang”. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif eksploratif, pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap berikut. 1. Tahap Observasi Observasi dilakukan pada tempat pengambilan sampel yaitu Embung Lowokjati Singosari Kabupaten Malang. Observasi bertujuan untuk mengetahui kondisi embung Lowokjati dan untuk menentukan titik pengambilan sampel. 2. Tahap Koleksi Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jaring plankton. Titik pengambilan sampel meliputi 5 titik yaitu di tepi kanan dan kiri, di dekat pintu air masuk dan keluar serta ditengah embung. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali untuk identifikasi dan untuk isolasi. Pengambilan sampel untuk identifikasi dilakukan dengan menggunakan jaring plankton yang kemudian disemprot dengan menggunakan sprayer tetesan air ditampng dalam botol film dan ditambahkan 3 tetes formalin (5 %) untuk pengawetan sampel, sedangkan sampel untuk isolasi tanpa dilakukan penambahan formalin. 3. Tahap Identifikasi Sampel yang telah diambil dari embung kemudian diamati dengan mikroskop cahaya. Identifikasi ciri-ciri mikroalga yang diperoleh dibandingkan dengan menggunakan buku pegangan identifikasi, yaitu buku Easy Identification of the Most Common Freshwater Algae karangan Sanet Janse van Vuuren dkk (tahun 2006) dan buku Freshwater Algae Identification and Use As Bioindicators karangan Edward G. Bellinger dan David C. Sigee (tahun 2010). 4. TahapIsolasi Tahap isolasi menggunakan sampel mikroalga yang tidak diberi formalin, diawali dengan membuat larutan stok untuk media Walne. Metode isolasi yang digunakan adalah metode isolasi berulang. Adapun tahap-tahap isolasi mikroalga sebagai berikut. a) Membuat larutan stok media Walne b) Pembuatan media Walne untuk pertumbuhan mikroalga c) Tahapan isolasi mikroalga dengan menggunakan metode isolasi goresan HASIL 1. Pengukuran Faktor Abiotik Embung Lowokjati Tahap awal penelitian dilakukan pengukuran terhapap faktor abiotik pada embung Lowokjati. Pengukuran tersebut bertujuan sebagai faktor pendukung penelitian pada tahap identifikasi dan isolasi mikroalga. Faktor abiotik yang diukur yaitu tingkat kekeruhan air, kadar zat terlarut (salinitas), pH air, oksigen terlarut, suhu dan kelembapan. Berikut Tabel 4.1 menunjukkan data faktor abiotik Embung Lowokjati Singosari Kabupaten Malang. Tabel 4.1 Data Faktor Abiotik Embung Lowokjati No Faktor Abiotik Jumlah 1 Tingkat kekeruhan 19 2 Kadar zat terlarut (salinitas) 0 3 pH air 10,75 4 Oksigen terlarut (Disolved Oxigen) 7,1 5 Suhu air 29 Satuan mg/ l Saturation (20°C) mol/ l mg/ l °C 2. Identifikasi Mikroalga Planktonik Embung Lowokjati memiliki keanekaragaman jenis mikroalga planktonik yang beragam dan hampir mewakili dari setiap divisi mikroalga. Berdasarkan pengamatan mikroskopis sampel air embung Lowokjati dan dilakukan identifikasi berupa gambaran bentuk, warna dan ukuran mikroalga, maka mikroalga yang ditemukan dan berhasil diidentifikasi sebanyak 22 spesies. Berikut Tabel 4.2 menyajikan data mikroalga planktonik yang diidentifikasi beserta ciri-cirinya. Tabel 4.2 Spesies dan Ciri-ciri Mikroalga Planktonik yang Berhasil Ditemukan pada Embung Lowokjati, Kabupaten Malang No Kode spesies Ciri-ciri 1 Spesies a Sel koloni senobium, tersusun 4 sel yang tersusun linier dan tidak melengkung, warna hijau, bentuk lonjong, diselubungi gelatin, tidak 3 2 Spesies b 3 Spesies c 4 Spesies d 5 Spesies e 6 Spesies f 7 Spesies g 8 Spesies h 9 Spesies i 10 Spesies j 11 Spesies k 12 Spesies l 13 Spesies m 14 Spesies n 15 Spesies o 16 Spesies p 17 Spesies q 18 Spesies r 19 Spesies s 20 Spesies t 21 Spesies u memiliki spina, memiliki kloroplas dengan 1 pirenoid, uninukleat, ukuran 10 x 5 µm Sel soliter, berwarna hijau, bentuk bulat, tidak berflagel, memiliki 1 kloropas ditepi sel dengan 1 pirenoid, kloroplas bentuk mangkuk, ukuran sel 10-12,5 µm Sel koloni, bentuk filamen, warna hijau, kloroplas spiral, terdapat beberapa pirenoid, berbentuk silindris, ukuran 77,5 x 112,5 µm Berwarna hijau, diselubungi gelatin, ukuran 3 µm, sel berbentuk bulat, berupa koloni senobium, ukuran 3 µm Berwarna hijau kebiruan, bentuk lonjong memanjang, tidak berflagel, ukuran 4 µm, sel berbentuk silindris, sel terdapat garis paralel Sel soliter, berwarna hijau kecoklatan, diselubungi gelatin, berupa koloni yang dapat terpencar, bentuk seperti jarum, mempunyai 2 plastida, ukuran 13 x 17,5 µm Sel soliter, berwarna coklat keemasan pada bagian tepi sel, berbentuk persegi panjang, terdapat lapisan frustul yang bersifat araphid, tidak berflagel, ukuran 82,5 x 27,5 µm Sel soliter, warna coklat, tidak berflagel, memiliki 2 kloroplas, sel berbentuk simetris (oval), raphe jelas, ukuran 65 x 17,5 µm Sel soliter, sel berwarna kuning keemasan, bentuk lonjong, frustul bersifat biraphid, kloroplas berbentuk cakram, ukuran 65 x 14 µm Sel soliter, berwarna coklat kemerahan, berbentuk bulat tidak beraturan, dinding sel jelas, ukuran 48 x 39 μm Sel koloni senobium, berbentuk bulat berlubang berwarna hijau, kloroplas berbentuk mangkuk, lapisan dinding memiliki struktur biflagel, ukuran 6 μm x 1 mm Sel berupa filamen, bercabang, batas antar sel jelas, berwarna hijau, tidak berflagel, kloroplas berbentuk cakram, ukuran 34 x 32-80 μm Sel berwarna hijau, sel berbentuk lonjong, memiliki stigma berwarna merah yang menempel pada kloroplas, memiliki flagel, memiliki 1 atau lebih pirenoid, ukuran 5-20 x 8-22 μm Sel soliter, berwarna hijau, berbentuk bulan sabit, ujung meruncing, semi sel memiliki 1 kloroplas dan beberapa pirenoid , dinding sel berpori, ukuran 124 x 34 μm Sel soliter, berwarna hijau, sel berbentuk rektanguler, dinding sel membentuk ornamen dan berpori, terdapat kloroplas 2-4 yang berbentuk cakram dan terdapat beberapa pirenoid, tidak terdapat spina, ukuran 84 x 36 μm Sel koloni senobium, terdiri dari 8 sel yang tersusun linier, sel berbentuk fusiform, warna hijau , tidak memiliki spina, memiliki kloroplas dengan 1 pirenoid pada bagian tengah, uninukleat, ukuran 12,5 x 5 µm Warna coklat keemasan, sel tersusun linier, valve biraphid, kloroplas 1, kloroplas berbentuk mangkuk, sel berbentuk persegi, ukuran sel 18 x 5,5 μm Berwarna coklat keemasan, sel berbentuk simetris (oval), memiliki 2 kloroplas berukuran besar, ukuran Berbentuk filamen tidak bercabang, berwarna hijau, terdapat pirenoid, kloroplas berbentuk cakram, batas antar sel jelas, ukuran 34 x 80 μm Berwarna hijau kehitaman, tidak berflagel, berbentuk poligonal pada permukaan atas, sel saling berhimpit membentuk filamen yang dapat berpencar, ukuran 45 x 20 μm Sel membentuk filamen, tidak bercabang, bentuk silindris, berwarna hijau, kloroplas berbentuk jaring, batas antar sel jelas, ukuran 10 x 22 Spesies v 78 μm Sel soliter, berwarna coklat, sel berbentuk simetris, tidak berflagel, memiliki 2 kloroplas, raphe tidak jelas, ukuran 40 x 10 μm 3. Isolasi Mikroalga Planktonik Sampel mikroalga yang ditumbuhkan pada media Walne lempeng telah berhasil tumbuh dalam waktu 7-14 hari, pada minggu kedua menunjukkan pertumbuhan mikroalga yang banyak dan masih bercampur antara satu spesies dengan spesies yang lain dalam satu cawan. Tahap isolasi untuk mendapatkan isolat murni mikroalga dilakukan pada hari ke-14 dari awal masa pertumbuhan dengan metode isolasi goresan pada media Walne miring dan masa pertumbuhan 7-14 hari. Berikut Tabel 4.3 menyajikan data spesies mikroalga yang berhasil diisolasi dan mendapat isolat murni yaitu sebanyak 6 spesies. Tabel 4.3 Spesies dan Ciri-ciri Mikroalga Planktonik yang Berhasil Disolasi pada Embung Lowokjati Kecamatan Singosari Kabupaten Malang No Kode spesies Ciri-ciri 1 Spesies b Sel soliter, berwarna hijau, bentuk bulat, tidak berflagel, memiliki 1 kloropas ditepi sel dengan 1 pirenoid, kloroplas bentuk mangkuk, ukuran sel 10-12,5 µm 2 Spesies e Berwarna hijau kebiruan, bentuk lonjong memanjang, tidak berflagel, ukuran 4 µm, sel berbentuk silindris, sel terdapat garis paralel 3 Spesies m Sel berwarna hijau, sel berbentuk lonjong, memiliki stigma berwarna merah yang menempel pada kloroplas, memiliki 2 flagel, memiliki 1 atau lebih pirenoid, ukuran 5-20 x 8-22 μm 4 Spesies q Warna coklat keemasan, sel tersusun linier, valve biraphid, kloroplas 1, kloroplas berbentuk mangkuk, sel bentuk, sel berbentuk persegi, ukuran sel 18 x 5,5 μm 5 Spesies r Berwarna coklat keemasan, sel berbentuk simetris (oval), memiliki 2 kloroplas berukuran besar, ukuran 6 Spesies v Sel soliter, berwarna coklat, sel berbentuk simetris, tidak berflagel, memiliki 2 kloroplas, raphe tidak jelas, ukuran 40 x 10 μm PEMBAHASAN 1. Identifikasi Mikroalga Planktonik dari Embung Lowokjati Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat 3 warna pada spesies mikroalga yang berhasil diidentifikasi yaitu hijau, coklat keemasan dan biru kehijauan. Warna dominan pada mikroalga merupakan representasi dari kandungan pigmen yang terkandung dalam struktur tubuhnya. Jenis pigmen mikroalga beragam diantaranya chlorophyll, fucoxanthin, xanthophylls atau phycobilisome. Rata-rata ukuran mikroalga yang ditemukan memiliki ukuran antara 20-200 µm baik yang berupa sel tunggal, koloni maupun filamen. Bentuk sel juga beragam seperti bulat, silindris, bulan sabit, poligonal, rektanguler, lonjong atau persegi. Embung Lowokjati merupakan jenis perairan tawar dan termasuk perairan lentik (standing water), menurut Bellinger & Sigee (2010:3) perairan lentik merupakan perairan yang tetap atau sedikit pergerakan dan didominasi mikroorganisme planktonik. Berdasarkan data penelitian, diperoleh keanekaragaman mikroalga dari setiap divisi yang terdapat dalam embung 5 Lowokjati. Tahap identifikasi dilakukan untuk menetapkan nama ilmiah masingmasing spesies yang didasarkan pada beberapa faktor penting yang menjadi ciri khusus mikroalga diantaranya warna, bentuk atau ukuran. Data hasil penelitian yang termasuk dalam mikroalga yang berwarna hijau terdapat 13 genus sehingga masuk dalam divisi Chlorophyta. Menurut Lee (2008:16) warna hijau pada divisi Chlorophyta karena adanya kandungan pigmen fotosintetik berupa chlorophyll a atau b. Beberapa spesies mikroalga hijau terlihat berwarna kuning kehijauan karena mengandung pigmen carotenoid atau berwarna hijau kehitaman (blackish-green) karena mengandung pigmen chlorophyll dengan konsentrasi tinggi (Vuren dkk, 2008: 123). Struktur kloroplas biasanya mengandung satu atau lebih pirenoid yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Sel divisi Chlorophyta beragam yaitu berupa sel tunggal, berkoloni atau filamen baik filamen bercabang maupun filamen tidak bercabang, beberapa sel bersifat immotile, motile dengan menggunakan 2-4 flagel atau melakukan gerakan meluncur (gliding movements) (Vuren dkk, 2006: 15). Berdasarkan faktor abiotik, embung Lowokjati mempunyai tingkat salinitas rendah dan distribusi divisi Chlorophyta tidak banyak ditemukan. Menurut Vuren dkk (2008:123) Chlorophyta mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat pada kondisi perairan dengan salinitas tinggi, air tawar oligothropic dan laut, baik mikroalga planktonik maupun bentik. Divisi mikroalga berwarna coklat atau coklat keemasan yang ditemukan terdapat 8 spesies. Mikroalga coklat atau coklat keemasan (termasuk Diatom, Chrysophyta, Dinoflagellata) mempunyai pigmen berupa kompleks fucoxanthin chlorophyll a/c atau xanthophyll (Lee, 2008: 16). Diatom sebagian besar bersifat uniseluler atau berupa sel yang saling berhimpit sehingga membentuk rangkaian. Selain berwarna coklat, juga terdapat Diatom yang berwarna kuning hingga coklat terang. Cara mudah mengenali spesies Diatom adalah dilihat dari struktur dinding sel yang mengandung zat silika khusus yang disebut frustul. Lapisan luar frustul biasanya membentuk motif tertentu yang memiliki pori dan striation. Selain motif frustul, spesies Diatom juga dapat dikenal dari bentuknya yaitu sentris (centric) atau pennate. Hasil identifikasi mikroalga Diatom juga ditemukan ciri khusus berupa garis belah pada bagian tengah sel. Menurut Vuuren dkk (2006: 45) beberapa spesies Diatom yang berbentuk pennate memiliki ciri khusus berupa struktur yang disebur raphe yaitu seperti garis belah pada bagian tengah sel. Berdasarkan pengamatan spesies mikrolaga yang ditemukan pada embung Lowokjati ditemukan beragam spesies Diatom dengan morfologi dan ukuran yang bervariasi. Berdasarkan pengamatan warna permukaan embung Lowokjati, pada bagian tepi (standing water) permukaan air berwarna merah kecoklatan yang mengindikasi terdapat mikroalga yang termasuk dari divisi Dinoflagellata. Warna dominan Dinoflagellata merupakan representasi dari pigmen peridinin yang terkandung dalam kloroplas yang berwarna coklat keemasan dan beberapa memiliki pigmen hijau yaitu chlorophyllsa dan c (Vuuren dkk, 2006: 103). Dinoflagellata mempunyai cara hidup bervariasi, diantaranya yang terdapat di embung Lowokjati yaitu hidup bebas melayang pada permukaan air sebagai mikroalga planktonik. Kondisi Dinoflagellata yang banyak (blooms) dapat menyebabkan red tide yaitu fenomena warna air yang berubah menjadi oranye kecoklatan dan beberapa spesies dapat memproduksi neurotoxin (Vuuren dkk, 2006: 103). Racun tersebut membawa dampak negatif bagi organisme yang hidup didalamnya termasuk kesehatan manusia. Tahap identifikasi mikroalga planktonik pada embung Lowokati juga ditemukan mikroalga berwarna hijau kebiruan berjumlah 1 spesies yang masuk dalam divisi Cyanobacteria. Warna hijau kebiruan merupakan representasi dari pigmen chlorophyll-a (green pigment) dan phycocyanin (blue pigment), phycoerythrin (red pigment) yang merupakan pigmen pada divisi Cyanophyta (Vuuren dkk, 2006:17). Cyanophyta disebut juga sebagai Cyanobacteria karena merupakan organisme prokariotik. Menurut Lee (2008: 16) divisi Cyanobacteria, Cryptophyta dan alga merah mempunyai pigmen berupa phycobilisome. Ciri khusus divisi Cyanobacteria yaitu adanya struktur menyerupai vakuola. Cyanobacteria mempunyai dinding sel yang tebal dan dikelilingi membran mukus. Tahap identifikasi mikroalga pada penelitian ini bertujuan untuk memberi nama ilmiah setiap spesies berdasarkan ciri-ciri yang teramati. Tabel 4.4 menunjukkan hasil identifikasi spesies mikroalga planktonik dengan nama ilmiahnya yang ditemukan pada embung Lowokjati Singosari Kabupaten Malang. Tabel 4.4 Hasil Identifikasi Spesies dan Ciri-ciri Mikroalga Planktonik No Kode Ciri-ciri spesies 1 Spesies a Sel koloni senobium, tersusun 4 sel yang tersusun linier dan tidak melengkung, warna hijau, bentuk lonjong, diselubungi gelatin, tidak memiliki spina, memiliki kloroplas dengan 1 pirenoid, uninukleat, ukuran 10 x 5 µm 2 Genus b Sel soliter, berwarna hijau, bentuk bulat, tidak berflagel, memiliki 1 kloropas ditepi sel dengan 1 pirenoid, kloroplas bentuk mangkuk, ukuran sel 10-12,5 µm 3 Genus c Sel koloni, bentuk filamen, warna hijau, kloroplas spiral, terdapat beberapa pirenoid, berbentuk silindris, ukuran 77,5 x 112,5 µm 4 Spesies d Berwarna hijau, diselubungi gelatin, ukuran 3 µm, sel berbentuk bulat, berupa koloni senobium, ukuran 3 µm 5 Spesies e Berwarna hijau kebiruan, bentuk lonjong memanjang, tidak berflagel, ukuran 4 µm, sel berbentuk silindris, sel terdapat garis paralel, memiliki vakuola gas 6 Spesies f Sel soliter, berwarna hijau kecoklatan, diselubungi gelatin, berupa koloni yang dapat terpencar, bentuk seperti jarum, mempunyai 2 plastida, ukuran 13 x 17,5 µm 7 Spesies g Sel soliter, berwarna coklat keemasan pada bagian tepi sel, berbentuk persegi panjang, terdapat lapisan frustul yang bersifat araphid, tidak berflagel, ukuran 82,5 x 27,5 µm 8 Genus h 9 Genus i Sel soliter, warna coklat, tidak berflagel, memiliki 2 kromatofor, memiliki 2 kloroplas, sel berbentuk simetris (oval), raphe jelas, ukuran 65 x 17,5 µm Sel soliter, sel berwarna kuning keemasan, bentuk lonjong, frustul bersifat biraphid, kloroplas 7 Nama Spesies Scenedesmus bijuga Chlorococcum Spirogyra Sphaerocystis schroederi Oscillatoria amphibia Synedra ulna Diatomavulgaris Navicula Pinnularia 10 Genus j 11 Genus k 12 Genus l 13 Genus m 14 Spesies n 15 Spesies o 16 Spesies p 17 Genus q 18 Spesies r 19 Genus s 20 Spesies t 21 Genus u 22 Spesies v berbentuk cakram, ukuran 65 x 14 µm Sel soliter, berwarna coklat kemerahan, berbentuk bulat tidak beraturan, dinding sel jelas, ukuran 48 x 39 μm Sel koloni senobium, berbentuk bulat berlubang berwarna hijau, kloroplas berbentuk mangkuk, lapisan dinding memiliki struktur biflagel, ukuran 6 μm x 1 mm Sel berupa filamen, bercabang, batas antar sel jelas, berwarna hijau, tidak berflagel, kloroplas berbentuk cakram, ukuran 34 x 32-80 μm Sel berwarna hijau, sel berbentuk lonjong, memiliki stigma berwarna merah yang menempel pada kloroplas, memiliki flagel, memiliki 1 atau lebih pirenoid, ukuran 5-20 x 8-22 μm Sel soliter, berwarna hijau, berbentuk bulan sabit, ujung meruncing, semi sel memiliki 1 kloroplas dan beberapa pirenoid , dinding sel berpori, ukuran Sel soliter, berwarna hijau, sel berbentuk rektanguler, dinding sel membentuk ornamen dan berpori, terdapat kloroplas 2-4 yang berbentuk cakram dan terdapat beberapa pirenoid, tidak terdapat spina, ukuran 84 x 36 μm Sel koloni senobium, terdiri dari 8 sel yang tersusun linier, sel berbentuk fusiform, warna hijau , tidak memiliki spina, memiliki kloroplas dengan 1 pirenoid pada bagian tengah, uninukleat, ukuran 12,5 x 5 µm Warna coklat keemasan, sel tersusun linier, valve biraphid, kloroplas 1, kloroplas berbentuk mangkuk, sel bentuk, sel berbentuk persegi, ukuran sel 18 x 5,5 μm Berwarna coklat keemasan, sel berbentuk simetris (oval), memiliki 2 kloroplas berukuran besar, ukuran Berbentuk filamen tidak bercabang, berwarna hijau, terdapat pirenoid, kloroplas berbentuk cakram, batas antar sel jelas, ukuran 34 x 80 μm Berwarna hijau kehitaman, tidak berflagel, berbentuk poligonal pada permukaan atas, sel saling berhimpit membentuk filamen yang dapat berpencar, ukuran 45 x 20 μm Sel membentuk filamen, tidak bercabang, bentuk silindris, berwarna hijau, kloroplas berbentuk jaring, batas antar sel jelas, ukuran 10 x 78 μm Sel soliter, berwarna coklat, sel berbentuk simetris, tidak berflagel, memiliki 2 kloroplas, raphe tidak jelas, ukuran 40 x 10 μm Sphaerodinium Volvox Cladophora Chlamydomonas Closteriumehrenbergii Cormarium abruptum Scenedesmus acuminatus Diadesmis Nitzschia palea Microspora Staurastrum margaritaceum Oedogonium Navicula amphiceropsis Proses identifikasi mikroalga pada embung Lowokjati secara umum berdasarkan ciri-ciri tampak berupa warna, bentuk dan ukurannya. Lebih lanjut, selain ketiga ciri utama tersebut proses identifikasi juga didasarkan pada bentuk koloni, bentuk sel, ada tidaknya flagel, percabangan filamen, bentuk kloroplas dan tipe frustul. Tabel 4.5 Klasifikasi Mikroalga Planktonik Berdasarkan Ciri-ciri yang Dimiliki Ciri-ciri Mikroalga Genus dan Spesies Mikroalga Warna Hijau Scenedesmus bijuga, Chlorococcum, Spirogyra, Sphaerocystis schroederi, Volvox, Cladophora, Closterium ehrenbergii, Cosmarium abruptum., Scenedesmus acuminatus, Chlamydomonas, Microspora, Staurastrum margaritaceum, Oedogonium Hijau kebiruan Oscillatoria amphibia Coklat Keemasan Synedra ulna, Diatoma vulgaris, Navicula, Pinnularia, Sphaerodinium, Diadesmis, Nitzschia palea, Navicula amphiceropsis Bentuk sel Bulat Clorococcum, Sphaerocystis schroederi, Volvox Persegi Diatoma vulgaris, Diadesmis, Synedra ulna Poligonal Staurastrum margaritaceum Bulan sabit Closterium ehrenbergii Silindris Spirogyra, Oscillatoria amphibia, Cladophora, Microspora, Oedogonium, Scenedesmus bijuga Oval Navicula, Nitzschia palea, Navicula amphiceropsis Rektanguler Cosmarium abruptum Fusiform Scenedesmus acuminatus Lonjong Sphaerodinium, Pinnularia, Chlamydomonas Bentuk koloni Bulat berlubang Volvox Bulat solid Sphaerocystis schroederi Linier Scenedesmus bijuga, Scenedesmus acuminatus Filamen Spirogyra, Cladophora, Microspora,Oedogonium, Staurastrum margaritaceum, Diadesmis Tipe filamen Bercabang Cladophora Tidak bercabang Spirogyra, Microspora,Oedogonium, Diadesmis Tipe frustul Sentris Pennate Navicula, Nitzschia palea, Navicula amphiceropsis, Pinnularia Flagel Ada Volvox, Chlamydomona, Sphaerodinium, Tidak ada Scenedesmus bijuga, Clorococcum, Spirogyra, Sphaerocystis schroederi, Oscillatoria amphibia, Synedra ulna, Diatoma vulgaris, Navicula, Pinnularia, Closterium ehrenbergii, Cosmarium abruptum, Scenedesmus acuminatus, Diadesmis sp., Nitzschia palea, Microspora, Staurastrum margaritaceum, Oedogonium, Navicula amphiceropsis Mikroalga berwarna coklat keemasan masuk dalam divisi Bacillariophyta terdapat 3 genus dan 4 spesies yaitu Navicula, Pinnularia, Diadesmis, Synedra ulna, Diatoma vulgaris, Nitzschia palea dan Navicula amphiceropsis, sedangkan genus Sphaerodinium yang masuk divisi Dinoflagellata. Mikroalga berwarna biru kehijauan yang masuk dalam divisi Cyanobacteria adalah Oscillatoria amphibia. 2. Isolasi Mikroalga Planktonik dari Embung Lowokjati Tahap isolasi mikroalga betujuan untuk mendapatkan isolat murni dari spesies mikroalga yang ditemukan di embung Lowokjati.Isolasi mikroalga menggunakan media walne miring dengan menggunakan metode isolasi goresan.Tampak secara fisik dalam media walne miring menunjukkan adanya 9 pertumbuhan mikroalga dan memiliki ciri yang berbeda.Terdapat 3 isolat berwarna hijau dan seperti berlendir dan 3 isolat berwarna coklat seperti serabut. Isolat mikroalga yang berhasil didapatkan sebanyak 3 genus dan 3 spesies, yaitu Chlorococcum, Oscillatoria amphibia, Chlamydomonas, Diadesmis, Nitzschia palea dan Navicula amphiceropsis. Diperkirakan dari 6 isolat yang diperoleh, terdapat 5 mikroalga yang didapat kultur murni dan 1 isolat yang masih bercampur. Lima kultur murni tersebut adalah Oscillatoria amphibia, Chlamydomonas, Diadesmis, Nitzschia palea dan Navicula amphiceropsis dan yang masih tercanpur dengan genus lain adalah Chlorococcum berikut Tabel 4.6 menunjukkan klasifikasi spesies mikroalga yang berhasil diisolasi. Tabel 4.6 Klasifikasi Mikroalga yang Berhasil Diisolasi pada Embung Lowokjati Divisi Class Famili Genus Spesies Mikroalga Mikroalga Mikroalga Mikroalga Mikroalga Chlorophyta Chlorophycea Chlorococcaceae Chlorococcum Chlamydomonaceae Chlamydomonas Bacillariophyta Bacillariophyceae Naviculaceae Navicula Navicula amphiceropsis Diadesmiaceae Diadesmis Bacillariaceae Nitzschia Nitzschia palea Cyanobacteria Cyanophyceae Oscillatoriaceae Oscillatoria Oscillatoria amphibia Hasil identifikasi mikroalga pada penelitian ini didapatkan 22 genus dan tidak semua mikroalga berhasil diisolasi. Mikroalga yang berhasil diisolasi terdiri 6 genus dari 3 divisi, yaitu divisi Chlorophyta, Bacillariophyta dan Cyanobacteria. Menurut Lutfia (2011) menyatakan bahwa ketidakberhasilan isolasi juga dipengaruhi oleh adanya toleransi, kebutuhan nutrisi dan kondisi lingkungan yang dibutuhkan mikroalga berbeda-beda antar spesies. Mikroalga yang tumbuh pada habitat asli yaitu embung Lowokjati berbeda dalam ketiga hal tersebut dengan habitat pada saat isolasi diskala laboratorium dan media pertumbuhannya. Diantara spesies yang berhasil diisolasi adalah genus Oscillatoria yang masuk dalam divisi Cyanobacteria. Cyanobacteria merupakan organisme prokariotik yang mampu beradaptasi pada seluruh tipe lingkungan air tawar termasuk habitat yang ekstrim seperti parairan panas, air payau atau habitat baik kondisi nutrisi rendah atau tinggi (Bellinger & Sigee, 2010:15). Cyanobacteria mengalami pertumbuhan yang optimal pada suhu tinggi, akan tetapi dapat bertahan atau toleransi pada suhu rendah. Toleransi Cyanobacteria juga dapat dilakukan pada kondisi lingkungan dengan rasio N/P rendah dan dapat melakukan pertumbuhan meskipun unsur nitrogen terbatas. Embung Lowokjati merupakan perairan dengan kadar pH tinggi atau konsentrasi CO2 rendah, dengan kondisi tersebut Cyanobacteria mampu bertahan dan melangsungkan pertumbuhan. Divisi mikroalga yang paling banyak ditemukan dan teridentifikasi adalah divisi Chlorophyta yaitu 13 spesies dan didapatkan 2 isolat yaitu genus Chlorococcum dan Chlamydomonas. Habitat kedua genus tersebut sebagian besar adalah air tawar seperti danau atau kolam. Chlamydomonas mempunyai toleransi terhadap kondisi habitat dengan rendah nutrisi, sedangkan Chlorococcum mempunyai toleransi terhadap berbagai tipe habitat dan dapat toleransi terhadap habitat tanah (Lee, 2008:212). Berbeda dengan genus Closterium dan Cladophora yang membutuhkan habitat dengan kadar nutrisi yang tinggi termasuk kebutuhan terhadap unsur alkalin dan kalsium (Bellinger & Sigee, 2010:20), berdasarkan hal tersebut dimungkinkan tidak berhasilnya isolasi genus Closterium karena kurangnya ketersediaan nutrisi pada media kultur. Genus Scenedesmus sebagian besar hidup pada habitat estuari atau air payau yang mempunyai kadar garam terlarut. Divisi Bacillariophyta mendominasi berbagai macam habitat baik dalam perairan yang berarus maupun yang tergenang, sebagai mikroalga planktonik maupun bentik. Beberapa spesies Bacillariophyta (Diatom) mempunyai beragam habitat dan memiliki toleransi terhadap berbagai kondisi habitat seperti rendah nutrisi dan toleransi terhadap kadar logam tinggi (Bellinger & Sigee, 2010:39). Mikroalga dari divisi Bacillariophyta yang teridentifikasi adalah 7 spesies dan didapatkan 3 isolat yaitu dari genus Navicula, Diadesmis dan Nitzschia. Divisi Bacillariophyta toleransi terhadap perubahan musim tahunan, seperti musim dingin ke musim panas, pertumbuhan tetap stabil meskipun dalam keadaan cahaya dan suhu terbatas (Lee, 2008:393). Diatom dapat memproduksi oksigen dengan jumlah relatif tinggi terutama pada saat terjadi proses fotosintesis, sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan terhadap oksigen meskipun ditumbuhkan dalam kondisi lingkungan yang rendah oksigen (Smagula & Connor, 2007:93). Beragam potensi mikroalga telah banyak dikembangkan baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi maupun industri. Isolasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat murni spesies mikroalga sehingga dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan. Hasil isolat termasuk dalam divisi Chlorophyta, sebagian besar mikroalga hijau memiliki struktur dinding sel yang mengandung polimer asam lemak (fatty acid) yang dikenal dengan namaalgaenans dan silikon (Bellinger & Sigee, 2010:21). Dinding sel juga mengandung senyawa polifenol yang resisten terhadap pembusukan bakteri. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Mikroalga yang berhasil diidentifikasi terdiri dari 4 divisi yaitu Chlorophyta, Bacillariophyta, Dinoflagellata dan Cyanobacteria.Divisi Chlorophyta teridentifikasi 7 genus dan 6 spesies.Kunci dikotomi dari 22 genus mikroalga yang ditemukan menggunakan kunci analisis paralel yang terdiri dari 22 kuplet pasang ciri dan 1 ciri tidak berpasangan dan Spesies mikrolaga yang berhasil terisolasi terdiri dari 3 genus dan 3 spesies. 2. Saran Saran untuk penelitian kedepan dapat mengeksplorasi kembali potensi setiap spesies mikroalga yang telah berhasil diisolasi, sehingga dapat dioptimalisasi peranan mikroalga air tawar (fresh water) dalam skala besar. DAFTAR PUSTAKA Apridayanti, E. 2008.Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur, (Online), (http://eprints.undip.ac.id) diakses 2 Desember 2012. 11 Barsanti, Laura & Gualtieri, Paolo. 2006. Algae: Anatomy, Biochemistry, and Biotechnology. London: CRC Press. Belinger, Edward G & Sigee, David C. 2010.Freshwater Algae Identification and Use as Bioindicators. USA: Wiley-Blackwell. Bold, Harold C & Claire II, John W. 1987.The Plant Kongdom 5th Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Chen. 2009. Review of Biological and Engineering Aspects of Algae to Fuels Approach. IJABE Vol 2(4): 1-30. Daftar Embung PPSA/PKSDA yang dibangun dari Tahun Anggaran 1999 s/d 2007. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Balai Besar Wilayah Sungai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (Online), (http://bbwsbrantas.pdsda.net) diakses 04 April 2013. Irianto, S. Gatot. 2007. Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung, (Online), (http://bebasbanjir2025.wordpress.com), diakses 28 Februari 2013. Isnansetyo, Alim dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Yogyakarta: Kanisius. Lee, Robert, Edward. 2008. Phycology. New York: Cambridge University Press. Lutfia, Fadilah Nurlaili. 2011. Identifikasi dan Isolasi Jenis Mikroalga Planktonik dari Waduk Selorejo Kabupaten Malang Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan UM Prescott, G. W. 1978. How to Know the Freshwater Algae. United States of America: Wm. C. Brown Publisers. Rideng, I Made.1989.Taksonomi Tumbuhan Berbiji. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Round. 1965. The Biology of the Algae. London: Edward Arnold. Saptasari, Murni & Martono, Achmad. 1999. Petunjuk Praktikum Botani Tumbuhan Rendah I (Ganggang). Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang: Malang. Saptasari, Murni; Prasetyo, Triastono I. &Mahanal, Susriyati. 2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Bertalus Alga. Malang: FMIPA UM. Smagula, Amy P & Connor, Jody. 2007. Aquatic Plants and Algae of New Hampshire’s Lakes and Ponds. New Hampshire: Public Information Center. Smith, Gilbert M. 1950. The Freshwater Algae of The United States. New York: McGraw-Hill Book Company. Stout, Bill A.2011. Algae for Fuel. (Online), (http://www2.caams.org) diakses 28 Januari 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Wilayah Sungai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (Online), (http://bbwsbrantas.pdsda.net), diakses 04 April 2013. Purnomo & Wibowo, Tony. 2003. Studi Perencanaan Embung Ngepeh Kabupaten Trenggalek Jawa Timur, (Online), (http://elib.unikom.ac.id), diakses 28 Februari 2013. Vuuren, Sanet, Janse van dkk. 2006. Easy Identification of the Most Common Freshwater Algae. Pretoria: Resource Quality Services (RQS). 13