Analisis Budaya dalam Masalah Kesehatan KRINGET BUNTET: ETIOLOGI DAN PENGOBATANNYA Oleh Surono Program S2 Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2011 I. Latar Belakang Memiliki bayi yang sehat dan montok pasti menjadi dambaan setiap keluarga. Namun, tidak mudah mewujudkan itu semua karena bayi sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Bayi sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Ketika cuaca berubah sedikit saja maka kemungkinan besar bayi terserang penyakit tertentu sangat besar. Gangguan kesehatan yang umumnya menimpa bayi sangat beragam, misalnya gangguan saluran pernapasan atau yang ringan seperti influenza, penyakit kulit, dan sebagainya. Salah satu bentuk penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat/kringet buntet). Pada minggu-minggu pertama setelah kelahiran kringet buntet kemungkinan disebabkan tersumbatnya sel-sel pada bayi yang belum sempurna, retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Terjadi dalam beberapa minggu dan menghilang sendiri tanpa melalui pengobatan. (http://www.sitiaisyah.com). Permasalahan yang berkaitan kringet buntet tidak pernah habis-habisnya untuk dibahas. Penyakit ini umumnya sering dikaitkan dengan lancar atau tidaklancarnya pembuangan keringat dari dalam tubuh. Misalnya, keringat yang keluar dari tubuh pada saat suhu dingin sering dikaitkan dengan penyakit masuk angin, keringat yang tidak bisa keluar dari tubuh sering dikatakan sebagai kringet buntet/ biang keringat dan sebagainya. Kringet buntet meskipun bukan termasuk penyakit yang berbahaya, namun ketika menyerang anak-anak akan memiliki dampak psikologis yang besar pada orang tua tentunya selain penderitaan dari anak-anak itu sendiri. Pada umumnya anak-anak yang terserang kringet buntet akan merasakan gatal yang luar biasa pada daerah-daerah (bagian tubuh) yang terserang. Biasanya pada kepala, dada, dan daerah-daerah yang biasa memproduksi keringat banyak. Rasa gatal yang berlebihan ini kemudian akan mengakibatkan anak menggaruk-garuk pada bagian badan yang gatal. Persoalan sebenarnya adalah akibat dari garukan anak inilah yang justru berbahaya, karena biasanya anak menggaruk tubuhnya tanpa kontrol sehingga bisa menimbulkan infeksi. Berkaitan dengan hal tersebut maka pada permasalahan pengobatan terhadap kringet buntet pada saat ini telah memunculkan berbagai macam kajian/studi dan penafsiran, baik dari kalangan masyarakat awam maupun dari kalangan medis, baik dari model pengobatan tradisional maupun modern. Secara modern telah mampu menghasilkan berbagai produk bedak dan salep pembasmi kringet buntet1. Sedangkan secara tradisional bisa memunculkan berbagai 1 Pengobatan secara modern adalah cukup dengan mengoleskan lotion Biniodide yang diencerkan dengan air setelah mandi dan membiarkannya sampai kering (Walton, 1948). 2 jenis metode penyembuhan berupa pemanfaatan berbagai daun-daunan, hingga penggunaan tanaman umbi-umbian, hingga pati kanji. Pengkajian kringet buntet berdasarkan sudut pandang budaya masyarakat belum banyak dikaji oleh para antropolog maupun para ilmuwan sosial lainnya. Untuk itu dalam paper ini penulis akan mencoba mengkaji permasalahan pengobatan tradisional terhadap kringet buntet dari sudut pandang budaya. Penulis mencoba memahami permasalahan di atas dengan menggunakan pendekatan emik, yakni berusaha untuk memahami perilaku individu/ masyarakat dari sudut pandang si pelaku sendiri (individu/ masyarakat yang bersangkutan (Sarwono, 1993:12). Dan, sebenarnya kasus seperti ini merupakan salah satu bahasan pokok dalam Antropologi Kesehatan, dimana Menurut Hochstrasser (dalam Djoht: 2002), Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karyakaryanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan. II. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas maka paper ini akan membahas: 1. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap kringet buntet? Apakah kringet buntet dikategorikan sebagai penyakit? 2. Apa makna konsep kringet buntet dan Kringet Lancar? III. Landasan Teori Menurut Foster dan Anderson (dalam Maas, 2004), masalah kesehatan selalu berkaitan dengan sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori penyakit menekankan pada penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan penyakit. Sedangkan sistem perawatan penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang. Persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan ke dalam dua golongan yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakit- penyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-lain termasuk dalam golongan personalistik. Sementara yang termasuk dalam golongan naturalistik adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain. Sedangkan menurut 3 Koentjaraningrat (1990:374) permasalahan kesehatan masuk dalam system pengetahuan manusia berkaitan dengan tubuh manusia. Geertz (1989), menuturkan bahwa berdasarkan pengakuan dukun di Jawa, teori tentang penyakit terdiri dari dua macam yakni penyakit yang spesifik (gigi, patah tulang, perut mulas, dan sebagainya) dan penyakit yang lebih umum. Penyakit yang umum ini terdiri dari beberapa variasi: darah kotor (disebabkan makan makanan yang buruk (basi atau terlalu pedas) dan makanan yang tidak bisa dimakan (yang mengagetkan perut, mengecewakan hati dan mengotori darah); kurang darah ( ditunjukkkan dengan gangguan perasaan, takut, cemas, depresi tanpa sebab); kekosongan jiwa(karena kurang disiplin batin); masuk angin dalam tubuh , masuknya panas, dan benda-benda asing. Dalam kaitannya dengan kringet buntet nampaknya lebih dekat sebagai penyakit umum yakni kemasukan panas dari luar tubuh dan tubuh kesulitan untuk mengeluarkannya kembali. Berkaitan dengan hal di atas masyarakat sebenarnya telah memiliki cara dan kearifan sendiri dalam mengatasi berbagai permasalahannya termasuk dalam hal kesehatan. Sayangnya kearifan lokal masyarakat ini sering di benturkan dengan kepentingan dunia modern yang sering kali tidak pas dengan kondisi masyarakat. Sebenarnya untuk membangun dunia kesehatan bagi masyarakat, perbedaan antara metode pengobatan tradisional dan modern, bukanlah merupakan hambatan yang tidak ada penyelesaiannya. Pekerjaan rumah bagi kita adalah bagaimana menjadikan dunia medis dengan ideologi kesehatan public tergabungkan ke dalam pengetahuan masyarakat local dalam menangani masalah kesehatan dan penyakit (Lupton, 1994: 104) Menurut Manan (1989:56), Suatu masyarakat sederhana menimbang segala–galanya dengan prinsip-prinsip yang telah baku, mereka cenderung untuk berubah sangat lambat. Masyarakat memiliki kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau kontra (Sarwono, 1993:14). Dan suatu kepercayaan dapat juga tumbuh jika seseorang berulang kali mendapakan informasi yang sama (Krech et al. dalam Sarwono 1993). Pengobatan secara tradisional terhadap kringet buntet yang sering di anggap tidak masuk akal ternyata dipercayai sebagian masyarakat sebagai sebuah kebenaran (manjur) karena dilakukan oleh sebagian besar masyarakat dan berulang-ulang. IV. Metode Penelitian Paper ini ditulis berdasarkan penelitian ringan terhadap sejumlah bayi dan orang tua di wilayah Wirobrajan dan Bragasan Yogyakarta. Fokus penelitiannya adalah pada bayi-bayi yang menderita kringet buntet dan pandangan masyarakat terhadap kringet buntet. 4 Menurut Foster GM dan Anderson, studi tentang etnomedisin merupakan upaya untuk memahami budaya kesehatan berdasarkan sudut pandang masyarakat (emic view), terutama sistem medis yang sudah menjadi tradisi masyarakat dan dipercayai secara turun temurun. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berusaha untuk melakukan penggalian data kualitatif dengan menggunakan metode penggalian data observasi dan wawancara. Observasi dilakukan terhadap beberapa bayi yang sedang mengalami kringet buntet maupun yang tidak. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan perbandingan bagaimana kondisi fisik dan perilaku bayi. Pada saat observasi peneliti sekaligus juga melakukan wawancara kepada orang yang kebetulan sedang menggendongnya (momong), selain itu peneliti juga melakukan wawancara secara sekilas kepada beberapa ibu ketika kebetulan sedang berjalan menuju ke dan atau dari masjid. Semua kegiatan ini dilakukan antara bulan Oktober – Desember 2011. Setelah data terkumpul maka peneliti kemudian melakukan analisis data secara deskriptif kualitatif. Analisis data juga diperdalam dengan menggunakan pustaka-pustaka yang relevan dengan bidang kesehatan dan kebudayaan. V. Hasil dan Pembahasan 1. Pandangan Masyarakat terhadap Kringet Buntet Rubel dan Hass (1996: 124) mengatakan bahwa wanita itu mampu menggabungkan diagnosis dokter dan menyesuaikan dengan konsep penyakit yang terbentuk sebelumnya. Dari sini kemudian mereka memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan dan urgensi dari gaya hidup mereka yang sudah mapan.Berdasarkan temuan lapangan keberadaan bayi dan pengobatan terhadap berbagai penyakit yang menimpa bayi ternyata sangat erat kaitannya dengan peran dan keberadaan perempuan, ibu, atau nenek. Penulis belum menjumpai seorang ayah atau kakek yang kebetulan sedang merawat bayi atau mengobati bayi. Sehingga hasil dari penelitian ini terus terang sangat dipengaruhi oleh latar belakang dan pemahaman perempuan terhadap kesehatan dan bayi. a. Tipe-tipe Kringet Buntet dan Penyebabnya Kringet Buntet dalam bahasa Indonesia sering juga disebut Biang Keringat, sedang dalam isitilah ilmu kesehatan dikenal dengan nama miliaria. Dalam ilmu kesehatan modern kringet buntet (jika dilihat dari bentuknya) paling tidak dibedakan menjadi tiga macam., yaitu miliaria kristalina, sumbatan saluran keringat terletak di permukaan kulit yaitu di stratum korneum (lapisan kulit paling luar). Ciri-cirinya tampak gelembung kecil berisi cairan jernih dengan ukuran 1-2 milimeter dan mudah pecah dengan penekanan. Jarang disertai peradangan dan biasanya 5 tidak tidak menimbulkan keluhan. Sering dijumpai di kepala, leher dan tubuh bagian atas bayi. Miliaria rubra, sumbatan terletak lebih dalam dari jenis yang pertama dan secara klinis tampak bintil-bintil kemerahan dan gelembung kecil berisi cairan jernih dengan dasar kulit kemerahan. Jenis ini memberikan rasa sangat gatal dan perih. Pada bayi sering dijumpai di leher, lipat paha dan ketiak sedangkan pada dewasa timbul pada tempat-tempat yang mendapat tekanan atau bergesekan dengan pakaian. Dan jenis inilah yang sering menyebabkan bayi sangat tidek nyaman. Sedangkan jenis terakhir adalah miliaria profunda. Jenis ini jarang terjadi kecuali di daerah yang sangat panas. Biasanya muncul setelah miliaria rubra yang terjadi berulang. Tidak menimbulkan rasa gatal dan peradangan. Karena letak sumbatan keringat yang lebih dalam. Dari ketiga jenis tersebut, miliaria kristalina dan miliaria rubra lebih sering terjadi pada bayi dan balita. Sedangkan miliaria profunda lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada bayi dan anak-anak. Secara jelas tampak dalam gambar berikut ini: 1. Miliaria Kristalina 2. Miliaria Rubra 6 3. Miliaria Profunda Dunia modern dan masyarakat nampaknya sepakat bahwa munculnya kringet buntet sangat erat kaitannya dengan adanya sumbatan pada kelenjar keringat. Keringat yang seharusnya bisa keluar dengan lancer tersumbat oleh berbagai macam kotoran yang melekat di kulit. Entah itu kotoran yang sifatnya datang dari dalam kulit (daki, dsb) maupun yang datang dari luar kulit seperti kotoran yang menempel, sisa-sisa kosmetik dan sebagainya. Seperti halnya mata air jika tersumbat lubangnya maka akibatnya aliran tidak lancar dan akan mencari lokasi lain yang lebih tipis. Demikian kondisi kringet buntet jika diibaratkan sebagai air. Senada dengan konsep di atas, berdasarkan data lapangan juga ditemukan bahwa kringet buntet juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kedalamannya. Akibatnya, dari masingmasing tingkat kedalaman ini kemudian memiliki gejala dan membawa akibat yang berbedabeda antara satu dan lainnya: Paling luar/ paling dangkal, kringet buntet ini merupakan jenis yang memiliki sumbatan paling dangkal dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Tepatnya di permukaan lapisan jangat atau lapisan tanduk. kringet buntet jenis inilah yang paling umum dan sering terjadi. Jika dilihat dari Gejalanya, kulit tubuh bayi yang sering mengeluarkan keringat akan tampak mengelupas, kering, dan kasat. Penyebab utaman biasanya adalah panasnya udara. Biang keringat bayi tipe ini ditandai bintik-bintik berisi air kecil-kecil dan akan mudah pecah sendiri karena lokasinya yang masih dangkal sekali. Biasanya bayi belum merasakan gatal. Medium, terjadinya sumbatan keringat pada bagian kulit jangat yang lebih dalam daripada yang pertama. Gejala yang paling mencolok dari tipe ini adalah: kulit menjadi bruntusan 7 (brontoken) merah dan disertai rasa gatal. Kringet buntet ini irritable atau mengganggu, dan biasanya pola tidurnya juga terganggu. Tipe terakhir adalah sumbatan yang terjadi di subkutis yang letaknya di bawah lapisan jangat. Jadi, sumbatannya lebih dalam dibanding tipe dua. Kringet buntet jenis ini biasanya terjadi di daerah-daerah yang suhunya sangat panas. Sementara itu, dalam pengetahuan masyarakat tradisional, dari jenisnya hanya dikenal dua macam kringet buntet, yaitu kringet buntet yang membuat gatal dan yang tidak membuat gatal. Tidak ada istilah khusus dari masyarakat untuk menyebutkan kedua jenis kringet buntet ini. Akan tetapi mereka memiliki pengetahuan bahwa jenis kringet buntet yang membuat gatal adalah jika kringet buntet tersebut sudah mruntus-mruntus (terlihat menyembul). Dan rasa gatal akan mulai berkurang dan kemudian menghilang seiring dengan membesarnya benjolan dan kemudian pecah. Menurut informan, kringet buntet disebabkan karena tidak lancarnya saluran pembuangan keringat dari dalam tubuh. Padahal keringat merupakan kotoran yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Ada dua hal yang menyebabkan hal tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal. Internal Penyebab internal adalah, pertama, jenis kulit bayi, ada bayi-bayi tertentu yang memiliki jenis kulit mudah terserang berbagai penyakit kulit, salah satunya adalah kringet buntet. Salah satu jenis kulit bayi yang mudah terserang penyakit kulit adalah kulit manis. Bayi yang memiliki jenis kulit ini memerlukan pengawasan yang ekstra hati-hati oleh para orang tuanya. Meski demikian, bukan berarti jenis-jenis kulit yang lainnya tidak bisa terserang kringet buntet. Jenis kulit bayi yang normal juga bisa terserang kringet buntet, walaupun kadarnya tidak sesensitif jenis kulit manis. Kedua, makanan yang dikonsumsi bayi, memiliki pengaruh terhadap terjadinya kringet buntet. Para bayi yang di beri makanan yang tidak banyak mengandung air akan memungkinkan bayi tersebut terserang kringet buntet. Kondisi seperti ini sangat dipengaruhi oleh adanya perilku para orang tua bayi yang lebih menyukai memberikan anak mereka makanan garingan (kering). Perilaku seperti ini secara otomatis mengurangi kandungan air pada tubuh anak. Sehingga produksi keringat juga tidak maksimal. Eksternal Pertama, kotoran pada kulit bayi. Kotoran pada badan bayi juga dipercayai sebagai salah satu penyebab munculnya kringet buntet, alasannya sangat jelas yaitu pori-pori kulit 8 yang seharusnya terbuka lebar pada kenyataannya tertutup kotoran dari luar. Kotoran ini secara otomatis akan menghambat keluarnya keringat bayi. Sebagian besar kotoran yang menempel pada bayi bukanlah kotoran seperti pada manusia dewasa umumnya. Akan tetapi biasanya kotoran tersebut dihasilkan dari bedak bayi yang menempel pada badan bayi. Sehingga bisa masyarakat sering mengatakan bahwa kotoran bayi sebenarnya bukan termasuk jenis kotoran karen berupa bedak yang menempel. Kedua, adalah cuaca, cuaca yang sering menyebabkan terjadinya kringet buntet pada bayi adalah ketika musim kemarau yang cukup panas. Pada umumnya masyarakat tidak mengerti seberapa panas cuaca yang bisa menyebabkan kringet buntet. Sementara itu berdasarkan ilmu pengetahuan modern panas (suhu) yang bisa menimbulkan kringet buntet adalah jika diatas 32 derajat Celcius. b. Pengobatan Modern dan Tradisional Dalam pengobatan modern, penanganan terhadap kringet buntet memiliki kesamaan antara satu daerah dan daerah lain (generalisasi). Tidak ada perbedaan mendasar antara satu pengobatan dan pengobatan lain, satu tempat dan tempat lainnya. Berikut ini model pengobatan modern terhadap kringet buntet: Memandikan bayi secara teratur pada pagi dan sore hari, dan menjaga daerah lipatan gar selalu kering. Menyeka keringat bayi pada saat beringat dengan kain basah dan mengeringkannya dengan handuk kering. Memberikan bedak bayi untuk menjaga agar kulit bayi tetap kering, sejuk dan segar. Memakaikan baju dari bahan katun, tidak terlalu sempit Menjaga agar sirkulasi udara di rumah bisa terjaga dengan baik Selama ini model pengobatan modern tersebut dianggap oleh sebagian besar masyarakat sudah mampu mengatasi kringet buntet sehingga dengan alasan murah dan praktis jenis pengobatan ini banyak dilakukan masyarakat. Meskipun demikian, bukan berarti praktik pengobatan modern ini dengan serta merta bisa menggantikan jenis pengobatan tradisional. Pada kenyataanya berbagai masyarakat Jawa masih banyak yang mempraktikkan pengobatan tradisional. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata praktik pengobatan tradisional terhadap kringet buntet masih banyak dilakukan oleh masyarakat, tidak hanya oleh masyarakat angkatan tua saja, mereka yang tergolong angkatan muda pun masih masih banyak yang mempraktikkannya. 9 Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa praktik pengobatan tradisional juga diakui kebenarannya oleh penduduk muda yang notabenenya memiliki pengetahuan tentang kesehatan lebih modern.2 Padahal jika diteliti, jenis pengobatan tradisional ini cukup rumit dibandingkan dengan pengobatan modern. Hal ini sekaligus juga menggugurkan anggapan banyak orang bahwa persoalan mudah dan murah yang diberikan oleh pengobatan modern mampu menggeser praktik pengobatan tradisional yang cenderung lebih rumit dan sering lebih mahal. Senada dengan kajian yang dilakukan oleh Limananti danTriratnawati, bahwa dalam hal pemilihan pengobatan tradisional yang umumnya dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, ternyata tidak berlaku mutlak dalam hal kringet buntet. Fakta yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa salah seorang informannya adalah seorang mantan mahasiswa kedokteran di salah satu PTN di Yogyakarta. Informan tersebut mengatakan bahwa tradisi pengobatan secara tradisional terhadap kringet buntet dengan pati kanji merupakan pilihan yang tidak buruk3. Berdasarkan temuan lapangan, masyarakat tineliti menggunakan pati kanji (tepung tapioka sebagai bahan pengobatan utama dalam pengobatan kringet buntet. Dalam pandangan mereka pati kanji memiliki sifat mendinginkan dan mempercepat proses pengeringan luka 4. Terdapat berbagai variasi pengobatan dengan menggunakan pati kanji ini: 1. Dibalurkan secara langsung Jenis pengobatan ini biasanya dilakukan ketika cuaca tidak terlalu panas dan untuk kringet buntet yang sudah pecah/berair. Penggunaannya pun sangat sederhana. Bagian tubuh bayi yang terlihat sakit dan gatal dibedaki dengan pati kanji sampai cukup tebal dan merata. Hanya bagian yang sakit saja yang diobati. Kelemahan dari model ini adalah ketika bayi menderita sakit pada bagian muka karena jika dalam menggunakan pati kanji tidak hati-hati akan menyebabkan batuk-batuk, tersedak, maupun kelilipan. Karena sebagian tepung masuk ke dalam mulut, hidung, atau mata. Jika demikian bisa mengakibatkan penyakit lainnya. 2 Jenis-jenis obat tradisional lain yang bisa digunakan untuk mengatasi kringet buntet adalah sari dan parutan kentang segar dan beras kencur yang di kunyah atau diblender/dihaluskan 3 Informan (mantan tenaga kesehatan di salah satu rumah sakit di Yogyakarta, 32 tahun) rela pergi ke warung untuk membeli pati kanji ketika anaknya terserang kringet buntet, padahal di rumahnya tersedia beberapa bedak anti gatal dan biang keringat untuk bayi. 4 Luka yang bisa disembuhkan/dikeringkan dengan pati kanji bukan hanya kringet buntet, tetapi juga berbagai jenis luka lainnya seperti korengan, bisul, dan sebagainya. 10 2. Diencerkan dengan air matang Cara pengobatan ini biasanya dilakukan ketika cuaca sedang sangat panas dan atau kondisi kringet buntet masih berupa bintik-bintik kecil. Pengobatan ini selain dimaksudkan untuk mengobati kringet buntet juga berfungsi sebagai bedak dingin. Cara pengobatannya adalah dengan mengencerkan pati kanji menggunakan air (biasanya air matang) sampai menyerupai adonan kue. Pati kanji yang sudah diencerkan tersebut kemudian di lulurkan secara merata keseluruh bagian tubuh bayi yang sakit. Ada pula sebagian orang tua yang melumurkannya ke seluruh tubuh bayi. Model pengobatan ini dirasa lebih aman bagi bayi daripada model yang pertama. Dua model pengobatan tersebut tidak serta merta selalu dipisahkan atau dikhususkan satu dengan lainnya. Keduanya bisa digunakan dalam kondisi yang berkebalikan atau digunakan secara bergantian, bisa juga bersamaan. Baik diencerkan maupun tidak keduanya bisa digunakan untuk penyakit yang kondisinya masih baru atau sudah lama. Kasiatnya juga tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil wawancara juga ditemukan bahwa ternyata fungsi pati kanji bukan hanya sebagai pengobatan kringet buntet saja. Akan tetapi pati kanji ini juga diyakini mampu mengobati segala jenis penyakit lain yang berhubungan dengan luka luar. Pendeknya pati kanji memiliki fungsi untuk mengeringkan luka. c. Kringet Buntet termasuk Penyakit Masyarakat mendefinisikan penyakit dengan cara yang berbeda-beda, dan gejala yang diterima sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu masyarakat mungkin diabaikan dalam masyarakat yang lain (Foster dan Anderson, 1986). Definisi tentang penyakit, penafsiran tentang gejala, dan respon terhadap penyakit ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh sosial dan budaya tempat individu tinggal (Pool and Geissler, 2005). Berkenaan dengan kasus ini beberapa upaya telah dibuat oleh dokter dan ilmuwan sosial di daerah tropis ini untuk meneliti klasifikasi tradisional setempat tentang penyakit. Kategori ini dibedakan dengan gejala seperti yang diakui oleh masyarakat setempat, dan oleh tubuh dan pikiran yang diduga berpengaruh pada orang sakit. (Read, p.24, 1966) Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kringet buntet dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis penyakit. Dimana salah satu cirinya adalah masyarakat berusaha untuk menyembuhkannya jika terserang. Walaupun mereka pada umumnya telah mengetahui bahwa kringet buntet akan tetap muncul lagi walaupun sudah diobati. 11 Ada satu hal yang membedakan kringet buntet dengan penyakit lainnya, dimana sebagian besar masyarakat menganggap bahwa penyakit kringet buntet tidak bisa diprediksi dan tidak dapat dicegah kedatangannya. Bagaimanapun bersihnya kondisi tubuh bayi dia akan bisa terkena kringet buntet. Lain halnya dengan penyakit lain yang kedatangannya bisa diprediksi dan dicegah. Jika dibandingkan, ada kemiripan antara kringet buntet dengan pilek. Dimana keduanya merupakan penyakit yang datang dan berulang. Meskipun demikian, ada sebagian kecil masyarakat yang menyikapi kringet buntet dengan sangat wajar, dimana mereka menganggap bahwa kringet buntet sebenarnya bukanlah penyakit. Akan tetapi itu hanyalah sebuah reaksi tubuh bayi yang normal ketika menghadapi cuaca yang sangat panas. Dimana setiap bayi/anak kecil akan mengalami itu. dan ini akan sembuh dengan sendirinya. 2. Konsep Kringet Buntet Dan Kringet Lancar Tidak banyak ditemukan data berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap kringet lancar. Pada dasarnya seseorang dikatakan menderita penyakit kringet buntet adalah ketika mereka mengalami keadaan khusus, dimana tubuhnya terdapat bintik-bintik merah kecil. Bintikbintik tersebut dipandang sebagai penyakit yang tidak menular, tidak akan sembuh total (akan kambuh lagi pada saat dan kondisi tertentu, dan tidak berbahaya). Sebaliknya, jika seseorang mengalami kondisi yang sebaliknya yaitu ketika tidak terserang kringet buntet maka masyarakat tidak mengenal konsep kringet lancar. Artinya kondisi seperti ini dipahami masyarakat sebagai kondisi normal. Apapun kondisinya, ketika tidak mengalami penyakit kringet buntet maka mereka termasuk memiliki keringat yang normal. Pendeknya, dalam masyarakat tineliti, meskipun mengenal konsep kringet buntet, tetapi tidak mengenal konsep kringet lancar. VI. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, 1. Kringet buntet dibedakan menjadi tiga macam yaitu kringet buntet luar, tengah dan dalam. Kringet buntet yang sering menyerang bayi adalah yang luar dan tengah. 2. Kringet buntet merupakan penyakit bayi yang disebakan oleh faktor internal (jenis kulit bayi dan asupan makanan pada bayi) dan fakor eksternal (kotoran pada kulit bayi dan cuaca). Sehingga kringet buntet memerlukan pengobatan secara teratur. 12 3. Pati kanji memiliki sifat mendinginkan dan menutup luka, sehingga dalam banyak praktik ditemukan bahwa pati kanji juga digunakan sebagai pengobatan penyakit kulit lainnya. 4. Meskipun masyarakat mengenal konsep kringet buntet namun mereka tidak mengenal konsep kringet lancar. VII. Daftar Pustaka Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006 Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Foster, George.M dan Anderson, Barbara Gallatin, 1986, Antropologi Kesehatan (terj), Universitas Indonesia Press, Jakarta Geertz, Clifford, 1989, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Pustaka Jaya, Jakarta. Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta Limananti, Afiani Ika, dan Triratnawati, Atik, 2003, Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan Kurang Nafsu Makan Pada Anak: Suatu Kajian Etnomedisin, Makara, Kesehatan, vol. 7, no. 1 tahun 2003 Lupton, Deborah, 1994, Medicine as Culture: Illness, Desease, and the Body in Western Societies,SAGE Publications, London Maas, Linda T., 2004, Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan Dampak Kesehatannya, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Manan, Imran, 1989, Anthropologi Pendidikan: Suatu Pengantar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik, Jakarta. Pool, Robert and Geissler, Wenzel, 2005, Medical Anthropology, London School of Hygiene and Tropical Medicine Read, Margaret, 1966, Culture, Health, and Disease: Social and Culture Influence on Helath Programmes in Developing Countries, Tavistock Publications, Great Britain. Rubel, Arthur J. dan Hass, Michael R. , 1996, Ethnomedicine dalam Medical Anthropology Contemporer Theory and Method, Revised Edition, Praeger, Westport, London Sarwono, Solita, 1993, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Jurnal: 13 Djoht, Djekky R., 2002, Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakat Papua dalam Jurnal Antropologi Papua, Volume 1. No. 1, Agustus 2002 Walton, W. F., 1948, Aetiology Of Prickly Heat, The British Medical Journal, Vol. 1, No. 4543 (Jan. 31, 1948) Online http://udechi.blogspot.com/2011/05/daun-anyang-anyang-obat-biang-keringat.html http://www.peutuah.com/aspek-sosial-budaya-kesehatan-ibu-dan-anak/ http://mommygadget.com/2009/03/15/berbahayakah-keringat-pada-bayi/ http://www.anneahira.com/perawatan-bayi/biang-keringat-bayi.htm http://www.anakku.net/forum/threads/penyakit-akibat-angin-cuaca.1017299/ http://anak.klikdokter.com/tanyajawab.php?id=9230 http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/2891.jpg http://www.aafp.org/afp/2008/0101/afp20080101p47-f6.jpg http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/2093.jpg (http://www.sitiaisyah.com). 14