1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O DAN A2[Pt(OH)6] Sri Wilda Albeta Jurusan Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr.V , Medan Email: [email protected] A. Pendahuluan Sintesis senyawa kompleks terbentuk dari logam-logam transisi yang merupakan asam dengan ligan yang bersifat basa (Banerjea, 1993). Prinsip yang digunakan adalah prinsip reaksi kondensasi dimana dua atau lebih molekul bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil. (Sembiring, 2008). Pada makalah ini disintesis kompleks besi(II) dengan ligan NH2trz dan beragam anion terdiri atas klorida, tetrafluoroborat dan perklorat membentuk senyawa kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O, kemudian kompleks Pt dengan ligan –OH dan kation kalium dan ammonium membentuk senyawa kompleks A2[Pt(OH)6]. Ligan NH2trz dan -OH, menunjukkan bahwa nitrogen dan oksigen yang merupakan donor karena memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan dalam ikatan kovalen koordinasi yang terbentuk dalam senyawa kompleks. Ligan inilah yang kemudian akan diikatkan atau digabungkan dengan logam-logam transisi seperti Fe(II) dan Pt(IV) membentuk senyawa kompleks. Ligan yang terbentuk tergolong dalam ligan multidentat atau ligan khelat, tergantung dari banyaknya tempat yang dapat diikat oleh atom pusat. Senyawa kompleks yang terbentuk dari ligan dan ion logam transisi mengalami proses hibridisasi yang berbeda-beda untuk tiap logam. Struktur senyawa 2 kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan valensi, teori medan kristal dan teori orbital molekul. Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O dapat diukur sifat magnetik yang merupakan salah satu karakteristiknya dengan perubahan kontinu temperatur dilakukan dengan menggunakan MPMS-7 (Magnetic Properties Measurement System). Karakteristik kompleks A2[Pt(OH)6] dapat diidentifikasi dengan menggunakan berbagai metode yang meliputi spektroskopi inframerah(IR). B. TINJUAN PUSTAKA Atom Pusat dari Senyawa Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Atom pusat dari senyawa kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O adalah Fe. Atom Fe (besi) adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. 26Fe : (18Ar) 3d6 4s2 (Wikipedia, 2011) Atom Pusat dari Senyawa Kompleks A2[Pt(OH)6] Atom pusat dari senyawa kompleks A2[Pt(OH)6] adalah Pt. Platina adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pt dan nomor atom 78. Sebuah logam transisi, berharga, berwarna putih-keabuan. Platinum tahan karat dan terdapat dalam beberapa bijih nikel dan copper. 78Pt : (54Xe) 4f14 5d9 6s1 (Wikipedia, 2011) 3 Platinum terdapat di alam, dengan sejumlah kecil iridium, osmium, palladium, ruthenium dan rhodium, yang merupakan grup logam yang sama. Platinum adalah logam dengan putih keperak-perakan yang indah. Mudah ditempa delam keadaan murni. Platinum memiliki koefisien muai yang hampir sama dengan kaca silika-natrium karbonat, dan karenanya digunakan untuk membuat elektroda bersegel dalam sistem kaca. Logam ini tidak teroksidasi di udara pada suhu berapapun, tapi termakan oleh halogen, sianida, sulfur dan basa kaustik. Platinum tidak dapat larut dalam asam klorida dan asam nitrat, tapi melarut dengan aqua regia membentuk asam kloroplatinum. Logam ini, seperti palladium, menyerap sejumlah besar hidrogen, menahannya pada suhu biasa dan melepaskannya ketika dipanaskan. Dalam kondisi yang sangat halus, platinum merupakan katalis yang sempurna, yang banyak digunakan untuk menghasilkan asam sulfat. (Chem-is-try, 2010). Ligan NH2trz dan Ligan –OH Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang dapat menyumbangkan sepasang electron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Ligan yang menyumbangkan sepasang elektron disebut unidentat, sementara ligan dapat menyumbangkan dua pasang elektron disebut bidentat, dan ligan yang dapat menyumbangkan lebih dari sepasang elektron dari atom yang berbeda pada tempat yang berbeda dalam struktur geometri ion kompleks disebut multidentat. (Petrucci, 1987). Ligan 4-amino-1,2,4-triazol (NH2trz = C2H4N4). .. N H .. NH 2 N: N .. H Ligan hidrokso (-OH) H .. O: .. 4 Senyawa Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Senyawa Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O dapat disintesis dari atom pusat Fe dengan ligan 4-amino-1,2,4-triazol (NH2trz = C2H4N4) dengan anion X. Pada makalah anion X adalah klorida, tetrafluoroborat dan perklorat. Senyawa kompleks yang terbentuk dari anion klorida adalah [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O berwarna ungu, Senyawa kompleks yang terbentuk dari anion tetrafluoroborat adalah [Fe(NH2trz)3](BF4)2.H2O berwarna ungu muda dan Senyawa kompleks yang terbentuk dari anion perklorat adalah [Fe(NH2trz)3](ClO4)2 berwarna putih. Senyawa Kompleks A2[Pt(OH)6] Senyawa Kompleks A2[Pt(OH)6] dapat disintesis dari atom pusat Pt dengan ligan hidrokso (-OH) dengan kation A. Pada makalah kation A adalah kalium dan ammonium. Senyawa kompleks yang terbentuk dari kation kalium adalah kalium heksahidroksoplatinat(IV) dan Senyawa kompleks yang terbentuk dari kation ammonium adalah amonium heksahidroksoplatinat(IV). C. METODOLOGI Sintesis Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Kompleks besi(II) dengan ligan NH2trz disintesis dari 0,21 gram FeCl2.4H2O dengan 0,28 gram ligan NH2trz dalam pelarut metanol di bawah atmosfer gas N2. Endapan [Fe(NH2trz)3]Cl2 berwarna ungu diisolasi dari larutannya dan dikeringkan dalam desikator vakum berisi P2O5. Untuk mendapatkan kompleks dengan anion berbeda, prosedur yang sama diterapkan dengan menggunakan 0,36 gram Fe(ClO4)2.6H2O dan 0,34 gram Fe(BF4)2.6H2O sebagai pengganti FeCl2.4H2O. 5 Hasil Sintesis Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Kompleks besi(II) dengan ligan NH2trz diperoleh berupa serbuk mikrokristalin dengan rendeman untuk anion klorida, tetrafluoroborat dan perklorat semakin meningkat yakni 63, 79 dan 86 %. Ini karena anion perklorat lebih ruah dibanding tetrafluoroborat dan tetrafluoroborat lebih ruah dibanding klorida. Anion lebih ruah menyebabkan sistem dalam larutan lebih sesak sehingga hasil reaksi lebih mudah mengendap. Kompleks dengan anion klorida berupa serbuk berwarna ungu. Sedangkan kompleks dengan anion perklorat berwarna putih dan kompleks dengan anion tetrafluoroborat berwarna ungu muda. Warna serbuk ketiga kompleks disajikan pada Gambar 1. (1) (2) (3) Gambar 1 Warna serbuk kompleks besi(II) dengan ligan NH2trz dan anion: klorida (1), tetrafluoroborat (2) dan perklorat (3) Senyawa kompleks ini memiliki rumus kimia [Fe(NH2trz)3]A2.nH2O dengan A adalah anion klorida, perklorat dan tetrafluoroborat. Rumus kimia ini ditentukan berdasarkan kadar unsur C, H, N dan besi(II) yang dirangkum pada Tabel 1. 6 Tabel IV.1 Kadar unsur penyusun kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O No. Rumus kimia 1 [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O 2 [Fe(NH2trz)3](BF4)2.H2O 3 [Fe(NH2trz)3](ClO4)2 Kadar unsur penyusunnya (%) Fe C H N 13,12 16,61 3,88 38,21 (4,19) (38,81) 2,83 33,93 (12,90) (16,64) 11,34 13,93 11,09 14,78 (11,18) (14,42) (11,02) (14,21) (2,82) (33,64) 2,23 33,68 (2,39) (33,15) Keterangan: Nilai dalam tanda kurung merupakan kadar teoretis. Pengukuran Sifat Magnetik/ Karakteristik Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Pengukuran sifat magnetik dengan perubahan kontinu temperatur dilakukan dengan menggunakan MPMS-7 (Magnetic Properties Measurement System). Kira-kira 5–30 mg sampel dimasukkan ke dalam kapsul gelatin. Kemudian kapsul berisi sampel dimasukkan ke dalam sedotan transparan dengan kedalaman kira-kira 2/3 panjang sedotan. Selanjutnya sedotan tersebut ditempatkan pada stik yang terdapat pada MPMS-7. Proses pengukuran dilakukan dengan metode ZFC (Zero Field Cool) yakni sampel diturunkan temperaturnya dari temperatur ruang ke 5 K tanpa medan magnetik. Pada saat temperatur telah mencapai 5 K, medan magnetik mulai digunakan sebesar 1000 Oe dan proses pengukuran mulai dijalankan dari temperatur 5 K sampai dengan kira-kira 330 K dengan kenaikan temperatur 1–10 K/step. Dari pengukuran sifat magnetik ini dapat dihitung nilai suseptibilitas molar terkoreksi (χM,) dengan faktor koreksi diamagnetik (∆) sebesar -234,8 x 10-6 untuk kompleks [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O; -211,8 x 10-6 untuk kompleks [Fe(NH2trz)3](ClO4)2 dan -230,8 x 10-6 untuk kompleks [Fe(NH2trz)3](BF4)2.H2O. 7 Berdasarkan χM, ini dihitung nilai momen magnetik (μ) menggunakan persamaan: μ = [8 x χM, T]1/2 BM Untuk mengidentifikasi transisi spin, besarnya fraksi mol spin tinggi besi(II) pada berbagai temperatur pengukuran ditentukan menggunakan persamaan: (2)T = XHS(2HS) + (1 - XHS) (2LS) dengan XHS adalah fraksi mol spin tinggi besi(II), HS adalah nilai limit momen magnetik spin tinggi ditentukan sebesar 5,4 BM dan LS nilai limit momen magnetik spin rendah ditentukan sebesar 0,7 BM. (Jahro, et al, 2006). Karakteristik Transisi Spin Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Ketiga senyawa kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O menunjukkan transisi spin di atas temperatur 220 K dengan temperatur transisi berbeda-beda bergantung pada anion dan molekul air yang tergabung pada kompleks. Ini teridentifikasi dari nilai momen magnetik dan fraksi mol spin tinggi besi(II) pada berbagai temperatur. Pada temperatur rendah 5–240 K, nilai momen magnetik (μ) kompleks [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O diperoleh hampir konstan 0,8–1,0 BM yang menunjukkan besi(II) pada keadaan spin rendah. Peningkatan temperatur mulai dari 260 K menyebabkan besi(II) pada keadaan spin rendah mengalami transisi ke keadaan spin tinggi hingga pada temperatur 298 K ditemukan fraksi mol besi(II) keadaan spin tinggi (XHS) sama dengan fraksi mol besi(II) keadaan spin rendah (XLS) = 0,5. Temperatur pada saat XHS = XLS = 0,5 dikenal sebagai temperatur transisi (T1/2). Sejalan dengan naiknya temperatur, fraksi mol besi(II) keadaan spin tinggi semakin bertambah dan mencapai 0,9 dengan nilai 8 momen magnetik 5,2 BM pada temperatur 310 K. Ini berarti transisi spin besi(II) pada kompleks [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O dari keadaan spin rendah ke spin tinggi berlangsung dalam daerah temperatur 260–310 K dengan temperatur transisi 298 K. Kurva fraksi mol spin tinggi (XHS) besi(II) pada kompleks ini dan kedua kompleks lainnya dalam rentang temperatur 5–320 K disajikan pada Gambar 2. Kurva ini dikenal sebagai kurva transisi spin. (1) (2) (3) Gambar 2 Kurva transisi spin kompleks [Fe(NH2trz)3]A2.nH2O: (1) A = Cl- dan n = 3 (2) A = BF4- dan n = 1 (3) A = ClO4- dan n = 0 Transisi spin besi(II) pada kompleks dengan anion tetrafluoborat monohidrat berlangsung pada daerah temperatur lebih rendah yakni 245–295 K dengan temperatur transisi kira-kira 280 K. Pada kompleks dengan anion perklorat anhidrat, transisi spin besi(II) diamati pada daerah temperatur paling rendah yakni 230–285 K dengan temperatur transisi 271 K. Data ni menunjukkan indikasi yang kuat bahwa temperatur transisi besi(II) pada ketiga kompleks ini dipengaruhi oleh anion dan molekul air. Temperatur transisi kompleks dengan anion klorida (298 K) > kompleks dengan anion tetrafluoroborat (280 K) > kompleks dengan anion perklorat 9 (271K). Data ini menunjukkan semakin besar ukuran anion semakin rendah temperatur transisi dari keadaan spin rendah ke spin tinggi. Hal ini dikarenakan ukuran anion yang besar memberikan efek ruang terhadap kompleks yang memudahkan ikatan Fe-N menjadi lebih panjang sehingga temperatur transisi ke keadaan spin tinggi bergeser ke temperatur lebih rendah. Sebagaimana dilaporkan bahwa pada kompleks besi(II), jarak ikatan Fe-N keadaan spin tinggi lebih panjang kira-kira 10 % daripada jarak ikatan Fe-N keadaan spin rendah dan volume kompleks pada keadaan spin tinggi lebih besar kira-kira 5% daripada volume kompleks pada keadaan spin rendah. Pada temperatur ruang (293 K) fraksi mol spin rendah besi(II) pada kompleks perklorat anhidrat ditemukan kira-kira 0,04 < kompleks tetrafluorobat monohidrat (0,13) < kompleks klorida trihidrat (0,62). Data ini menunjukkan keberadaan H2O meningkatkan stabilitas keadaan spin rendah besi(II). Ini sangat dimungkinkan karena terbentuknya jaringan ikatan hidrogen antara atom O dari H2O dengan atom H dari gugus amino pada ligan NH2trz meningkatkan densitas elektron atom donor N sehingga ikatan Fe-N menjadi lebih kuat dan jarak ikatannya menjadi lebih pendek. Sebagai konsekuensinya stabilitas keadaan spin rendah besi(II) meningkat. Oleh karena itu temperatur transisi dari keadaan spin rendah ke spin tinggi semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah molekul H2O yang tergabung pada kompleks. Pada penelitian ini ditemukan temperatur transisi kompleks klorida trihidrat (298 K) > kompleks tetrafluoroborat monohidrat (280 K) > kompleks perklorat anhidrat (271 K). Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan sejumlah peneliti sebelumnya yang mengungkapkan bahwa keberadaan H2O menstabilkan 10 keadaan spin rendah, bahkan transisi dari keadaan spin rendah ke spin tinggi terkait dengan lepasnya H2O (dehidrasi) dari kompleks. Transisi spin kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O ini disertasi perubahan warna (efek termokromis) yang tajam dari ungu pada keadaan spin rendah menjadi putih pada keadaan spin tinggi. Perbedaan warna pada keadaan spin rendah dan tinggi muncul disebabkan perbedaan nilai 10Dq yakni nilai 10Dq pada keadaan spin rendah lebih besar daripada nilai 10Dq pada keadaan spin tinggi. Warna ungu terlihat sebagai warna komplementer dari serapan kompleks pada daerah cahaya hijau (λ = 500–560 nm) sedangkan warna putih menunjukkan bahwa kompleks tidak menyerap energi pada daerah cahaya tampak. Perubahan warna kompleks [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O pada rentang temperatur 293–308 K, disajikan pada Gambar 3. 308 K 305 K 302 K 299 K 293 K Gambar 3 Warna kompleks [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O pada 293–308 K 11 Pada temperatur 293 K, kompleks [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O memiliki nilai momen magnetik kira-kira 3,37 BM yang sesuai untuk keberadaan fraksi mol spin rendah besi(II) kira-kira 0,62 adalah lebih besar daripada fraksi mol spin tinggi (0,38). Oleh karena itu kompleks ini berwarna ungu. Pada peningkatan temperatur dari 293 hingga mencapai 308 K, warna ungu makin berkurang dan berubah menjadi putih. Ini sejalan dengan berlangsungnya transisi spin besi(II) dari keadaan spin rendah ke keadaan spin tinggi. Pada temperatur 308 K ditemukan fraksi mol spin tinggi kira-kira 0,85. Ini konsisten dengan warna kompleks yang tampak putih dengan kilasan warna ungu. Sintesis Kompleks A2[Pt(OH)6] Sintesis kalium heksahidroksoplatinat(IV) dan ammonium heksahidroksoplatinat(IV) Kalium heksahidroksoplatinat(IV) disintesis dengan melarutkan 0,5 gram logam platina dalam 25 mL larutan asam sulfat pekat. Asam sulfat ditambahkan setiap saat untuk mengganti asam sulfat yang teruapkan bila pada pemanasan platina belum terlarut secara sempuma. Pada larutan platina dalam asam sulfat yang berwama kuning ditambahkan larutan HCI pekat sebanyak 10 mL dan pemanasan dilanjutkan untuk mengusir sisa asam nitrat dalam larutan. Penambahan HCI dilakukan secara berulang-ulang sampai tidak dihasilkan lagi gas berwarna coklat. Pada larutan yang diperoleh kemudian ditambahkan larutan KOH 2 M sedikit berlebihan. Endapan hijau muda yang terbentuk adalah kalium heksahidroksoplatinat(IV), [K2Pt(OH)6], yang dapat dipisahkan dengan cara penyaringan diikuti dengan pencucian dengan 10 mL air dingin, 10 mL aseton dan 2 mL metano1. Endapan yang diperoleh kemudian dikeringkan dalam deksikator. Senyawa ammonium heksahidroksoplatinat(IV) dapat diperoleh dengan cara yang sarna dengan senyawa kalium, hanya dalam hal ini larutan KOH digantikan dengan larutan NaOH 2 M. 12 Hasil Sintesis Kompleks A2[Pt(OH)6] Kristal kalium heksahidroksoplatinat(IV) dan amonium heksahidroksoplatinat(IV) hasil disintesis masing-masing berwarna kuning kehijauan dan kuning. Kalium heksahidroksoplatinat(lV) kering sangat higroskopis, sehingga bila dibiarkan di udara terbuka akan menjadi basah dalam waktu singkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengotor KOH yang melekat pada kristal. Larutan jenuh KOH berlebihan yang dimaksudkan sebagai penyedia -0H untuk mensubstitusi ligan -CI dalam senyawa hasil antara, K2[PtCI6], tidak mudah untuk dipisahkan dari K2[Pt(OH)6]. Besarnya kelarutan KOH dan K2[Pt(OH)6] dalam air hampir sama. Pengukuran Fisis/ Karakteristik Kompleks A2[Pt(OH)6] Sampel disiapkan dalam bentuk matriks KBr dan spektrum inframerah (IR) direkam dengan spektrometer Hitaehi 270-50 pada kisaran bilangan gelombang antara 400 cm-1 sampai4000 cm-1. Data mikrograf elektron penjejak sampel diperoleh denga mikroskop elektron Philips 505 yang dioperasikan pada tegangan 20 kV. Mikroskop ini dilengkapi dengan analisis dispersi energi (EDA) EDAX PV9900 untuk analisis kualitatif unsur logam dalam sampel. Pola difraksi sinar-X (XRD) sampel dalam bentuk serbuk direkam dengan difraktometer. Siemens D5000 dengan radiasi sinar-X Cu Kα monokromatik (λ=1,5418Ȧ). Data intensitas difraktogram dikumpulkan dengan kecepatan pencacahan 0,02° tiap 15 detik pada kisaran 5≤2Ө≤90°. 13 Hasil Karakteristik Kompleks A2[Pt(OH)6] Spektrum inframerah K2Pt(OH)6 tak tersokong dan tersokong alumina, dan alumina pada kisaran 400 cm-1 sampai 4000 cm-1 dapat dilihat pada Gambar 1. Spektra IR K2Pt(OH)6 (Gambar l.a dan c ) menunjukkan adanya serapan di kisaran antara 1590 cm-1 sampai 1700 cm-1 yang mengindikasikan adanya air dalam senyawa tersebut. Hal ini sesuai dengan asumsi tentang adanya KOH sebagai pengotor senyawa hasil sintesis. Air yang terserap oleh KOH memberikan serapan pada daerah sekitar 1590 cm-1 sampai dengan 1700 cm-1. Serapan pada daerah vibrasi 3400-3500 cm-1 menunjukkan terdapatnya gugus hidroksi (-OH) yang berasal dari KOH atau K2[Pt(OH)6]. Spektrum IR NH4[Pt(OH)6] juga menunjukkan adanya serapan pada daerah sekitar 1590 cm-1 sampai dengan 1700 cm-1 yang mengindikasikan 14 adanya air. Air dalam senyawa merupakan salah satu indikasi bahwa sampel belum kering atau kelembaban ruang laboratorium yang tinggi sehingga memungkinkan terserapnya uap air dari udara oleh sampel yang bersifat higroskopis (Gambar I.b). Pita lebar dan kuat pada serapan antara 2800 cm-1 sampai dengan 3700cm-1 karakteristik untuk NH4+ dan OH-. NH4[Pt(OH)6], ligan -0H juga terikat secara koordinasi pada Pt. Pita lebar pada daerah 493 cm-1 dan 700 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi Pt-O dan Pt-OH. D. Kesimpulan Sintesis Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Kompleks besi(II) dengan ligan NH2trz diperoleh berupa serbuk mikrokristalin dengan rendeman untuk anion klorida, tetrafluoroborat dan perklorat semakin meningkat yakni 63, 79 dan 86 %. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah anion. Ini karena anion perklorat lebih ruah dibanding tetrafluoroborat dan tetrafluoroborat lebih ruah dibanding klorida. [Fe(NH2trz)3]Cl2.3H2O berwarna ungu. [Fe(NH2trz)3](BF4)2.H2O berwarna ungu muda. [Fe(NH2trz)3](ClO4)2 berwarna putih. Karakteristik Kompleks [Fe(NH2trz)3]X2.nH2O Temperatur transisi kompleks dengan anion klorida (298K) > kompleks dengan anion tetrafluoroborat (280K) > kompleks dengan anion perklorat (271K). Data ini menunjukkan semakin besar ukuran anion semakin rendah temperatur transisi dari keadaan spin rendah ke spin tinggi. 15 Sintesis Kompleks A2[Pt(OH)6] Kristal kalium heksahidroksoplatinat(IV) dan amonium heksahidroksoplatinat(IV) hasil disintesis masing-masing berwarna kuning kehijauan dan kuning. Kalium heksahidroksoplatinat(lV) kering sangat higroskopis, sehingga bila dibiarkan di udara terbuka akan menjadi basah dalam waktu singkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengotor KOH yang melekat pada kristal. Karakteristik Kompleks A2[Pt(OH)6] Spektrum inframerah K2[Pt(OH)6] menunjukkan adanya serapan di kisaran antara 1590 cm-1 sampai 1700 cm-1. Serapan pada daerah vibrasi 3400-3500 cm-1 menunjukkan terdapatnya gugus hidroksi (-OH) yang berasal dari KOH atau K2[Pt(OH)6]. Spektrum IR NH4[Pt(OH)6] juga menunjukkan adanya serapan pada daerah sekitar 1590 cm-1 sampai dengan 1700 cm-1. Pita lebar dan kuat pada serapan antara 2800 cm-1 sampai dengan 3700cm-1 karakteristik untuk NH4+ dan OH-. NH4[Pt(OH)6], ligan -0H juga terikat secara koordinasi pada Pt. Pita lebar pada daerah 493 cm-1 dan 700 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi Pt-O dan Pt-OH. 16 Daftar Pustaka Banerjea,D., 1993., Coordination Chemistry., Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited., New Delhi. Chem-is-try., 2010., (http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/platinum/). Jahro, Iis., Onggo, Djulia., Ismundar., Rahayu Iman Sunsanto., Esther Jacoba Martha Vertelman., Petra van Koningsbruggen., 2006., Synthesis and Magnetic Properties of a Fe-Mn-Cr Multinuclear Complex with 4- Amino-1,2,4-triazole and Oxalate Ligands., Jurnal Matematika dan Sains, September 2006, Vol. 11 No. 3. Petrucci, H, Ralp., 1987., Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern., Jilid 3., Penerbit Erlangga., Jakarta. Prodjosantoso, Anti Kolonial., 2003., Sintesis Senyawa Kalium Heksahidroksoplatinat(IV) dan Amonium Heksahidroksoplatinat(IV)., Jurnal Pelldidikan Matematika dan Sains, Edisi 3 Tahun VIII, 2003. Sembiring, Zipora., Illim., 2008., Sintesis Senyawa Kompleks Cu(II) dan Mn(II) dengan Derivat Ligan Basa Schiff 1,5 Dimethylcarbazone dan Seminar Masyarakat., Unila. Anilina., Hasil Penelitian Wikipedia., 2010., http://id.wikipedia.org/wiki/Platina. Wikipedia., 2010., http://id.wikipedia.org/wiki/Besi. & Pengabdian kepada