Mengenal Lebih Dekat HIV/AIDS - Jurusan Kebidanan Poltekkes

advertisement
•
•
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency
virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel
sistem kekebalan tubuh manusia. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan
yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi
kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi
dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya
defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap
berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang
menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi
kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi
oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan
sistem kekebalan tubuh yang melemah.
•
•
•
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya
karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi
infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar
yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi,
gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang
dapat terjadi pada saat seroconversion (pembentukan antibodi
akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga
bulan setelah terjadinya infeksi).
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang
yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut
kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan
apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes
HIV.
Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem
kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap
infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya
AIDS.
Jumlah Kasus HIV dan AIDS Menurut Tahun,
2005-2011
25000
21591
Jumlah Kasus..
20000
14427
15000
10845
10362
10000
7195
6048
4969
5000
2639
2873
3863
2947
4158
2352
859
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Tahun
2011: s.d. Juni
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah Kasus HIV
Jumlah Kasus AIDS
10 Provinsi dengan Kumulatif Kasus AIDS
Terbanyak
Sampai dengan Juni 2011
4500
3997
4000
3938
3809
3775
Jumlah Kasus
3500
3000
2500
2000
1747
1336
1500
1125
995
1000
673
557
500
0
Jakarta Papua
Jabar
Jatim
Bali
Jateng
Provinsi
Kalbar
Sulsel
DIY
Sulut
Persentase Kematian AIDS
Tahun 2005-2011
14
12
11,5
10
9,3
8,6
8
%
6
5,3
4
2
3
2,5
2
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Tahun
2011: s.d. Juni
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi
Kematian AIDS
Jumlah Orang yang Berumur ≥15 Tahun
yang Menerima Konseling dan Testing HIV, 2011
380.000
369.966
370.000
370.000
359.181
360.000
350.000
340.000
340.000
330.000
320.000
310.000
315.045
310.000
300.000
290.000
280.000
B03
B06
Target
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi
B09
Capaian
•
•
•
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan
menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi
berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
• Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak
dikategorikan sebagai AIDS.
• Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi
saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
• Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang
berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC
paru-paru), atau
• Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran
tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran
paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV
digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila
diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.

Lamanya dapat bervariasi dari satu individu
dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup
sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan
menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar
antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan
lebih lama. Terapi antiretroviral dapat
memperlambat perkembangan AIDS dengan
menurunkan jumlah virus (viral load) dalam
tubuh yang terinfeksi.
•
•
•
•
•
•
•
•
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
berpantang seks
hubungan monogami antara pasangan yang tidak
terinfeksi
seks non-penetratif
penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara
konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
Bila anda seorang pengguna narkoba suntikan, selalu
gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai
atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum
digunakan kembali.
Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes
HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.

Tak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih
aman menyangkut upaya-upaya kewaspadaan
untuk menurunkan potensi penularan dan
terkena infeksi menular seksual (IMS),
termasuk HIV, saat melakukan hubungan seks.
Menggunakan kondom secara tepat dan
konsisten selama melakukan hubungan seks
dianggap sebagai seks yang lebih aman.
•
•
Kondom yang kualitasnya terjamin adalah satusatunya produk yang saat ini tersedia untuk
melindungi pemakai dari infeksi seksual karena HIV
dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Ketika
digunakan secara tepat, kondom terbukti menjadi alat
yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di kalangan
perempuan dan laki-laki.
Walaupun begitu, tidak ada metode perlindungan
yang 100% efektif, dan penggunaan kondom tidak
dapat menjamin secara mutlak perlindungan terhadap
segala infeksi menular seksual (IMS). Agar
perlindungan kondom efektif, kondom tersebut harus
digunakan secara benar dan konsisten. Penggunaan
yang kurang tepat dapat mengakibatkan lepasnya atau
bocornya kondom, sehingga menjadi tidak efektif.
•
•
•
•
•
•
Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil
untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun
kesehatan pribadi, yaitu:
Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapat
diminum secara oral.
Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian
menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.
Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumber yang
dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran
jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan
narkoba.
Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air
bersih dari sumber yang dapat diandalkan.
Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan
tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan.
•
Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi
dapat terjadi selama masa kehamilan, selama
proses persalinan atau setelah kelahiran
melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun,
sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi
HIV akan menularkan infeksi selama masa
kehamilan dan proses persalinan. Pemberian
air susu ibu meningkatkan risiko penularan
sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada
faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi
tergantung dari pola dan lamanya masa
menyusui.
•
Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka
pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan
dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian
makanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi
anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada
nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis
kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosis kepada anak
dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat
menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam
bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses
persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran.
Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat
masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya.
Secara umum, efektivitas regimen obat-obatan akan sirna bila bayi terus
terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan
antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.
•
•
Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di
mana bayi dilahirkan melalui sayatan pada dinding perut dan uterus
ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke
anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa
kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui
vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke
anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan
terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu
dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.
Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu ke anak
meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai
nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif,
sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna
mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini
hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi
kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam
kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh
keluarga.
•
•
•
Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya
terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan
bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui
bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan
hendaknya diputus sesegera mungkin.
Prosedur apakah yang harus ditempuh oleh seorang petugas
kesehatan untuk mencegah penularan dalam setting
perawatan kesehatan?
Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan
Universal (Universal Precaution). Kewaspadaan Universal
adalah panduan mengenai pengendalian infeksi yang
dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang
kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari
berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan
tubuh tertentu.
•
•
•
•
•
Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam
(yakni barang-barang yang dapat menimbulkan sayatan
atau luka tusukan, termasuk jarum, jarum hipodermik,
pisau bedah dan benda tajam lainnya, pisau, perangkat
infus, gergaji, remukan/pecahan kaca, dan paku);
Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
dilakukannya semua prosedur;
Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan,
celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles)
saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan
tubuh lainnya;
Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang
terkontaminasi;
Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.

Bila anda menduga bahwa anda telah terpapar
HIV, anda hendaknya mendapatkan konseling
dan melakukan testing/pemeriksaan HIV.
Kewaspadaan hendaknya diambil guna
mencegah penyebaran HIV kepada orang lain,
seandainya anda benar terinfeksi HIV.
Download