PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TEMA 4PL UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII B SMPN 5 SAMPANG Ulfatul Karimah 1, Dyah Astriani 2, Harun Nasrudin 3 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Sains FMIPA UNESA [email protected] 2) Dosen Prodi Pendidikan Sains FMIPA UNESA [email protected] 3) Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA Abstrak Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tema 4PL (Pembersih, Pemutih, Pewangi, Pembasmi serangga dan Lingkungan) untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, mendeskripsikan aktivitas siswa, mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa, dan mendeskripsikan respon siswa dalam pembelajaran degan model kooperatif tipe STAD pada tema 4PL. Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan “One Grup Pretest Posttest Design” yang diterapkan di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran dalam penerapan model kooperatif tipe STAD sudah sesuai dengan sintak dan terlaksana sangat baik dengan persentase 92,3%, (2) Aktivitas siswa selama pembelajaran untuk memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru sebesar 20,84%, bertanya sebesar 12,5%, menyampaikan pendapat sebesar 21,87%, bekerjasama dalam kelompok sebesar 20,84%, berada dalam tugas sebesar 15,63%, dan untuk perilaku yang tidak relevan selama pembelajaran pada pertemuan sebesar 8,34%(3) Keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas VIII B bervariasi, 45% siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi, 30% berpikir kritis sedang, dan 25% siswa berpikir kritis rendah dari 20 siswa, (4) Siswa kelas VIII B merespon positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada tema 4PL terlaksana dengan baik dan lancar. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, STAD, Keterampilan Berpikir Kritis, Aktivitas Siswa Abstract Research on application of cooperative learning model type STAD theme 4PL (cleaners, Bleaches, fragrances, insect Exterminator and environment) train critical thinking skills aims to describe the cooperative learning model type the implementation of STAD describes the activity of the students, the critical thinking ability of the students, and the response of students in learning with a model cooperative type STAD on the theme of 4PL. Research this with pre-experimental research "One Group Pretest Posttest Design" that are applied at the class VIII B SMPN 5 Sampang. The result of Data analysis shows that (1) The implementation of model in the application of cooperative learning type STAD is in compliance with the syntax and done very well with the of 92.3%, (2) Student activity during learning to pay attention and listen to the teacher’s explanation of 20,84%, asked 12,5%, expression was 21,87%, work in teams by 20.84%, being the duty of 15,63, and irrelevant to behavior during learning at a meeting at 8.34 (3) Critical thinking skills of students in class VIII B varies from 20 students, 45% of students had a high critical thinking ability, critical thinking was 30%, and 25% of students think critically low, (4) Grade VIII B respond favorably towards cooperative Type STAD.STAD cooperativelearningmodelsonthe theme of4PLimplemented properly andsmoothly. Keywords: Cooperative Learning,STAD,Critical Thinking,Activities of students Satuan Pendidikan (KTSP) yang mana Kompetensi Dasar (KD) masih terpisah-pisah belum dipadukan. Hasil wawancara juga diperoleh keterangan bahwa di SMP Negeri 5 Sampang belum diberikan soal-soal dan LKS yang merujuk pada kemampuan berpikir kritis, sedangkan salah satu cara melatihkan keterampilan berpikir kritis, misalnya pengajuan pertanyaan, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar atau PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan melalui wawancara kepada salah satu guru IPA SMP Negeri 5 Sampang diperoleh keterangan bahwa di sekolah tersebut belum menerapkan pembelajaran IPA Terpadu, karena perangkat yang digunakan belum terpadu dan pembelajaran masih terpisah-pisah antara biologi dan fisika. Hal ini seperti Kurikulum Tingkat 1 salah atau tidak hanya satu jawaban benar, sehingga akan menuntut siswa untuk mencari jawaban dan mereka banyak berpikir (Trisniawati, 2013). Berpikir merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, dalam mempertahankan hidupnya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan manusia sangat bergantung pada kemampuan berpikirnya. Berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan, berpikir sangat penting dalam dunia pendidikan terutama dalam proses pembelajaran. Banyak cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, misalnya guru melatih kemampuan berpikir siswa dengan memberikan contohcontoh kasus, memberikan masalah yang menuntut siswa berpikir, dan menerapkan keterampilan untuk mengambil keputusan. Cara-cara melatih kemampuan berpikir tersebut dilakukan pada proses pembelajaran, jadi yang berperan penting dalam melatih mengembangkan keterampilan berpikir siswa adalah guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Berpikir kritis telah didefinikan secara beragam oleh para ahli. Ernest (1991) mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan membuat kesimpulan berdasarkan pada informasi dan observasi. Berpikir kritis dapat pula berguna untuk mengevaluasi apa yang telah dipelajari di kelas. Hal ini dapat mendorong siswa untuk berdiskusi dengan sesama siswa maupun dengan guru. Sedangkan Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008) mendefinisikan bahwa berpikir kritis adalah berpikir yang memiliki maksud, masuk akal, dan berorientasi tujuan, dan kecakapan untuk menganalisis sesuatu informasi dan ide-ide secara hati-hati dan logis dari berbagai macam perspektif. Definisi berpikir kritis yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis mempunyai ciri-ciri tertentu. Keterampilan berpikir kritis yang dilatihkan pada penelitian mencakup keterampilan (1) interpretasi, (2) eksplanasi, (3) analisis, dan (4) inferensi (Filsaime, 2008). interpretasi adalah kemampuan untuk memahami, menjelaskan dan memberi makna suatu data atau informasi. Ekplanasi adalah kemampuan untuk menjelaskan atau menyatakan hasil pemikiran adalah lembar kegiatan siswa (LKS), kemudian untuk mengetahui keterampilan berpikir krtitis siswa dengan memberikan soal yang mengacu pada indikatir berpikir kritis yang digunakan pada penelitian ini. Setiap keterampilan berpikir kritis masing-masing mempunyai dua indikator yang akan dilatihkan dalam bentuk soal. Penelitian memilih materi bahan kimia rumah tangga dan lingkungan yang disatukan menjadi tema 4PL (pemutih, pembersih, pewangi, pembasmi serangga, dan lingkungan), karena dalam memberikan tema harus berhubungan dengan lingkungan disekitar siswa. Bahan kimia rumha tangga dan lingkungan berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sehari-hari tidak lepas dari bahan kimia rumah tangga, misalnya seperti mencuci, mengepel, dll, selain itu lingkungan juga bagian dari manusia, lingkungan tercemar dan tidak tergantung dari manusia yang menjaga lingkungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. (2) Mendeskripsikan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. (3) Mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. (4) Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. METODE Penelitian ini merupakan penelitian penerapan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah pembelajaran tersebut terdiri dari enam fase, (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, (4) membimbing kelompok belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. 1. Rancangan Penelitian rancangan peneltian ini adalah melakukan survei kesekolah, menyusun proposal dan perangkat, menyusun instrumen, validasi perangkat, dan mempersiapkan alat dan bahan. 2. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian yang dilakukan ini bertempat di SMP Negeri 5 Sampang pada kelas VIII B yang berjumlah 20 siswa dan dilaksanakan paa tanggal 4-7 Juni 2014. berdasarkan bukti, metodologi, dan konteks. Analaisis adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan dari beberapa informasi yang dipergunakan untuk mengekspresikan pemikiran atau pendapat. Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan yang masuk akal. Salah satu bahan ajar dalam penelitian ini yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis kepada siswa 2 2. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan tiga metode, yaitu metode observasi, metode tes, dan metode angket respon siswa. a. Metode Observasi Merupakan metode pengumpalan data yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan secara langsung. b. Metode Tes Tes digunakan untuk mendapatkan data berupa skor tes yang menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa. c. Metode Angket Merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh dari angket yang berisi pernyataanpernyataan. 3. Teknik Analisis Data a. Analisis Keterlaksanaan RPP Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dibuat dalam bentuk pilihan “YA” dan “TIDAK”, kemudian pada bentuk pilihan “YA” diberikan skor 4, 3, 2, dan 1 berdasarkan penilaian pengamat sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. b. Analisis Aktivitas Siswa Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan tiap lima menit, untuk mengetahui aktivitas apakah yang dominan pada proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. Data hasil penelitian yang diperoleh akan dibahas sebagai berikut berikut. 1. Keterlaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD materi bahan kimia rumah tangga dan pencemaran lingkungan di SMPN 5 Sampang dilakukan dalam dua kali pertemuan dan diamati menggunakan instrumen keterlaksanaan pembelajaran. Tabel 1. Data Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Skor Per RataKri pertemu Aspek yang di sent rata teri an keamati ase skor a (%) 1 2 A. PERSIAPAN 4 4 4,00 100 SB B. PELAKSANAAN 1. Pendahuluan a. Memotivasi siswa b. Membantu siswa membuat rumusan masalah c. Menginformasikan tujuan pembelajaran 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3,33 83,3 SB 3,6 90,0 SB 2. Kegiatan Inti a. Membagikan handout pada siswa dan membimbing siswa untuk menggarisbawahi ide pokok b. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok yang heterogen c. Membagikan LKS dan alat pada setiap kelompok d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dengan anggota kelompok e. Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS f. Memberi kesempa-tan pada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi g. Memberikan kesimpulan dari hasil diskusi dan presentasi c. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Data nilai kemampuan berpikir kritis dianalisis menggunakan sistem persentase ketercapaian pada tiap-tiap indikator. d. Analisis Angket Respon Siswa Analisis respon siswa terhadap pembelajaran dilakukan dengan cara menghitung persentase jawaban tiap pertanyaan kemudian dideskripsikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang akan diuraikan di sini, sesuai dengan tujuan penelitian, yakni Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang, aktivitas siswa pada pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang, keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang, dan respon siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL 3 Aspek yang di amati h. Memberikan kuis pada siswa yang dikerjakan secara individu i. Merefleksi kegiatan pembelajaran j. Menjawab rumusan masalah di awal pembeleajaran Skor pertemu an ke1 2 4 Ratarata skor Per sent ase (%) Tabel 2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pembelajaran IPA Tema 4PL Kri teri a 3 3 4 5 4 4,00 100 SB C. PENGELOLAAN WAKTU 3 4 3,50 87,5 SB 6 D. SUASANA KELAS 3. Pembelajara secara kooperatif 4 4 3 4 4 4 3,69 92,3 3,69 92,3 SB 4. Siswa antusias 5. Guru antusias RATA-RATA KESELURUHAN ASPEK Bertanya Menyampaikan pendapat Bekerjasama dalam kelompok 10,42 14,58 12,5 Berada dalam tugas Perilaku yang tidak relevan (seperti mengantuk, berbicara sendiri, dan tidak memperhatikan guru) Total 12,5 18,75 15,63 10,42 6,25 8,34 20,82 22,92 22,92 18,75 Ratarata (%) 21,87 20,84 100 100 100 4 4 92,5 3,7 Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa pertemuan pertama setelah diamati selama 80 menit, aktivitas siswa yang paling dominan adalah memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dan bekerjasama dalam kelompok yang mempunyai persentase sama yaitu 22,92%, sedangkan pada pertemuan kedua aktivitas siswa yang paling dominan adalah menyampaikan pendapat mencapai 22,92%. Rata-rata skor kategori kegiatan memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dan bekerjasama dalam kelompok mengalami penurunan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua hal ini dikarenakan pertemuan pertama siswa difokuskan pada pemberian materi dan kerja kelompok, sedangkan pada pertemuan kedua kegiatan lebih difokuskan bertanya dan menyampaikan pendapat serta persentase hasil diskusi kelompok. 1. Kesesuaian KBM dengan tujuan pembelajaran 2. Kesesuaian sintak dengan model pembelajaran 20,84 Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru 4 4 18,75 1 3 a. Mengumumkan skor pada setiap kelompok 22,92 Kategori Kegiatan 2 3. Penutup Pertem uan 2 (%) No 4 3 Pertemuan 1 (%) SB Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa keempat aspek kegiatan yang diamati yakni persiapan, pelaksanaan (kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup), pengelolaan waktu, dan pelaksanaan kelas tergolong sangat baik. Rata-rata keselurahan aspek pada kedua pertemuan adalah 92,3%(sangat baik). Rincian persentase masing-masing 100%, (83,3%, 90,0%,100%), 92,5%, dan 92,3% sehingga kriteria masaing-masing aspek dikategorikan sangat baik. 3. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tabel 3 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Persen Perse Kemampu tase ntase an No. Indikator tiap KBk Berpikir Soal tahap kritis (%) Menafsirkan 85,0 1 85 % Interpretasi Memberikan 2 85 makna Menjelaskan 82,5 3 95 % Eksplanasi Menjustifikasi 4 70 Analisis Mendeskripsik 5 65 67,5 2. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa yang diamati yaitu memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, bertanya, menyampaikan pendapat, bekerjasama dalam kelompok, berada dalam tugas, dan perilaku yang tidak relevan. Adapun data hasil penelitian aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut. 4 Kemampu an Berpikir kritis Indikator No. Soal Persen tase tiap tahap (%) 4. Angket Respon Setelah pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dilakukan, guru menyebarkan angket respon siswa yang diisi oleh 20 siswa. Grafik respon siswa dapat dilihat pada grafik berikut. Perse ntase KBk an argumen % Menganalisis 6 70 argumen Mendeskripsik 50,0 7 45 an % Inferensi Menyimpulka 8 55 n Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dianalisis bahwa untuk persentase kemampuan berpikir kritis tertingi terdapat pada interpretasi (menafsirkan dan memberikan makna) yaitu sebesar 85,0%. Nilai persentase tersebut berdasarkan pada banyaknya jumlah siswa yang menjawab dengan benar indikator berpikir kritis menafsirkan dan memberikan makna. Sedangkan persentase kemampuan berpikir kritis terendah yaitu inferensi sebesar 50,0%, hal ini karena sedikit siswa yang menjawab benar soal indikator kemampuan berpikir kritis (mendeskripsikan dan menyimpulkan). Kemampuan berpikir kritis lainnya adalah sebesar 82,5% yaitu eksplanasi (menjelaskan dan menjustifikasi) dan 67,5% yaitu kemampuan berpikir kritis analisis (mendeskripsikan argumen dan menganalisis argumen). Persentase kemampuan berpikir kritis ekplanasi dan analisis tersebut juga berdasarkan jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar masing-masing indikator tersebut. Hasil persentase kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikelompokkan menjadi kemampuan berpikir kritis tinggi, rendah, dan sedang. Pengelompokkan tersebut dapat disajikan sebagai berikut. Tabel 4 Pengelompokkan Kemampuan Berpikir Kritis No Pengelompokkan Persentase kemampuan berpikir (%) kritis 1 Berpikir kritis tinggi 45% 2 Berpikir kritis sedang 30% 3 Berpikir kritis rendah 25% Grafik 1 Persentase Respon Siswa Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Division) diterima dengan baik oleh siswa dan memberikan respon positif bagi siswa. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1 bahwa pada pernyataan 1 sampai 9 siswa memberikan respon sangat setuju dengan memperoleh persentase antara 30% sampai 80%, sedangkan siswa memberikan respon setuju memperoleh persentase antara 20% sampai 70%. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Keterlaksanaan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah sesuai sintak dengan rata-rata skor keseluruhan aspek sebesar 92,3% dengan kategori sangat baik. 2. Aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD yang dinilai baik mengalami peningkatan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, misalnya seperti Bertanya pada pertemuan pertama hanya mencapai 10,42% sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 14,58% dan Menyampaikan pendapat) pada pertemuan pertama mencapai 20,82% sedangkan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 22,92%. 3. Keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII B sangat bervariasi. Berdasarkan pembahasan maka dapat dikelompokkan menjadi siswa dengan keterampilan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah sesuai jumlah indikator keterampilan berpikir kritis yang dicapai. Sebesar 45% siswa mempunyai keterampilan berpikir kritis tinggi, sebesar 30% siswa mempunyai Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa siswa dapat dikelompokkan menjadi siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah. Siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar 45% dari 20 siswa, 30% mempunyai kemampuan berpikir kritis sedang, dan 25% mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah dari 20 siswa. 5 Fotosintesis di SMP GIKI-3 Surabaya. Skripsi tidak dipublikasikan. UNESA Mitarlis dan Sri Mulyaningsih. 2009. Pembelajaran IPA Terpadu. Surabaya: Unesa University Press Mulyaningsih, Sri dan Susanah. 2010. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unesa University Press Nur, Mohammad. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: PUSAT Sains dan Matematika Sekoleh Universitas Negeri Surabaya Rahayu.2013. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran IPA Terpadu Tema Fotosintesis Untuk melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A SMPN 2 Sugio-Lamongan. Skripsi tidak dipublikasikan. UNESA. Riduwan, 2010. “Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian”. Bandung: Alfabeta Riduwan, 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Ruggiero, Vincent R. 1998. The Art hinking. A Guide to Critical and Creative Throught. New York: Longman An Imprint of Addison Wesley Longman, Inc. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group Slavin, 2009. Cooperative Learnin. Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Syafi’ah R. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achivement Divisions (STAD) Tema Pemanasan GlobalPada Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi tidak dipublikasikan. UNESA. Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Tim IPA Terpadu. 2009. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terapdu. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional keterampilan berpikir kritis sedang, dan sebesar 25% siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah. 4. Seluruh siswa (100%) memberikan respon positif pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran agar penelitian berikutnya menjadi lebih baik, diantaranya: 1. Melatihkan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dilatihkan hanya dalam satu atau dua kali pertemuan sehingga hasil yang didapatkan bisa lebih optimal. 2. Dalam melakukan penelitian selanjutnya, sebaiknya indikator kemampuan berpikir kritis yang dilatihkan pada siswa difokuskan hanya dua atau tiga indikator atau semua indikator dilatihkan tetapi lebih dari dua pertemuan agar hasilnya bisa lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rohani, 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Ayuict. 2013. Teori Ausubel Kognitivisme Konstruktivisme, (online) diakses dari http://ayu4ict.wordpress.com/2013/04/18/t eori-ausubel-kognitivisme-konstruktivisme/ pada tanggal 6 Mei 2014 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (PerMendiknas No. 22 dan No. 23Tahun 2006). Jakarta: PT. Binatama Raya. Dahar, Ratna Willis. 1998. Teori-Teori Belajar. Bandung: Glora Aksara Pratama Ernest, P. 1991. The Philosophy of Mathemaics Education. New York: The Falmer Prees Filsaime, K. D. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Trianto.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Trisniawati. 2013. MAKALAH BERFIKIR KRITIS, (online) diakses dari http://trisniawati87.blogspot.com/2013 /01/makalah-berfikir-kritis.html pada tanggal 18 Oktober 2013 Universitas Negeri Surabaya. 2006. Panduan Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Unesa University Press. Fogarty, R. and McTighe, J. 1993. Educating Teacher for Higer Order Thinking: The Three-Story Intellect. Teory into Practice. 32(3); 161-169. Ibrahim, Muslimin., dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Uneversitay Press Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johnson, E. (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung : MLC. Lestari. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Kooperatif Tipe STAD Pada Tema 6 USAID. 2013. KILAS BALIK DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA, (online) diakses dari http://www.prestasiiief.org/index.php/id/feature/68-kilasbalik-dunia-pendidikan-di-indonesia, pada tangga 4 Mei 2014 Wikipedia. 2009. Detergen, (online) diakses dari http://www. wikipedia.org//wiki/Detergen, pada tangga 4 mei 2014 Wikipedia. Zat Kimia Wewangian, (online) diakses dari http://www.chemis.try.org/artikel-kimia-material/zatkimia-wewangian, pada tanggal 4 mei 2014 7