use style: paper title

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TEMA 4PL
UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS VIII B SMPN 5 SAMPANG
Ulfatul Karimah 1, Dyah Astriani 2, Harun Nasrudin 3
1)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Sains FMIPA UNESA [email protected]
2)
Dosen Prodi Pendidikan Sains FMIPA UNESA [email protected]
3)
Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNESA
Abstrak
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tema 4PL (Pembersih, Pemutih,
Pewangi, Pembasmi serangga dan Lingkungan) untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis bertujuan untuk
mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, mendeskripsikan aktivitas siswa,
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa, dan mendeskripsikan respon siswa dalam pembelajaran
degan model kooperatif tipe STAD pada tema 4PL. Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental
dengan “One Grup Pretest Posttest Design” yang diterapkan di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran dalam penerapan model kooperatif tipe STAD sudah
sesuai dengan sintak dan terlaksana sangat baik dengan persentase 92,3%, (2) Aktivitas siswa selama
pembelajaran untuk memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru sebesar 20,84%, bertanya sebesar
12,5%, menyampaikan pendapat sebesar 21,87%, bekerjasama dalam kelompok sebesar 20,84%, berada dalam
tugas sebesar 15,63%, dan untuk perilaku yang tidak relevan selama pembelajaran pada pertemuan sebesar
8,34%(3) Keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas VIII B bervariasi, 45% siswa mempunyai kemampuan
berpikir kritis tinggi, 30% berpikir kritis sedang, dan 25% siswa berpikir kritis rendah dari 20 siswa, (4) Siswa
kelas VIII B merespon positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran model kooperatif tipe
STAD pada tema 4PL terlaksana dengan baik dan lancar.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, STAD, Keterampilan Berpikir Kritis, Aktivitas Siswa
Abstract
Research on application of cooperative learning model type STAD theme 4PL (cleaners, Bleaches, fragrances,
insect Exterminator and environment) train critical thinking skills aims to describe the cooperative learning
model type the implementation of STAD describes the activity of the students, the critical thinking ability of the
students, and the response of students in learning with a model cooperative type STAD on the theme of 4PL.
Research this with pre-experimental research "One Group Pretest Posttest Design" that are applied at the class
VIII B SMPN 5 Sampang. The result of Data analysis shows that (1) The implementation of model in the
application of cooperative learning type STAD is in compliance with the syntax and done very well with the of
92.3%, (2) Student activity during learning to pay attention and listen to the teacher’s explanation of 20,84%,
asked 12,5%, expression was 21,87%, work in teams by 20.84%, being the duty of 15,63, and irrelevant to
behavior during learning at a meeting at 8.34 (3) Critical thinking skills of students in class VIII B varies from
20 students, 45% of students had a high critical thinking ability, critical thinking was 30%, and 25% of students
think critically low, (4) Grade VIII B respond favorably towards cooperative Type STAD.STAD
cooperativelearningmodelsonthe theme of4PLimplemented properly andsmoothly.
Keywords: Cooperative Learning,STAD,Critical Thinking,Activities of students
Satuan Pendidikan (KTSP) yang mana Kompetensi Dasar
(KD) masih terpisah-pisah belum dipadukan. Hasil
wawancara juga diperoleh keterangan bahwa di SMP
Negeri 5 Sampang belum diberikan soal-soal dan LKS
yang merujuk pada kemampuan berpikir kritis,
sedangkan salah satu cara melatihkan keterampilan
berpikir kritis, misalnya pengajuan pertanyaan, yaitu
pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar atau
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
melalui wawancara kepada salah satu guru IPA SMP
Negeri 5 Sampang diperoleh keterangan bahwa di
sekolah tersebut belum menerapkan pembelajaran IPA
Terpadu, karena perangkat yang digunakan belum
terpadu dan pembelajaran masih terpisah-pisah antara
biologi dan fisika. Hal ini seperti Kurikulum Tingkat
1
salah atau tidak hanya satu jawaban benar, sehingga akan
menuntut siswa untuk mencari jawaban dan mereka
banyak berpikir (Trisniawati, 2013).
Berpikir merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia, dalam mempertahankan hidupnya dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan manusia sangat
bergantung pada kemampuan berpikirnya. Berpikir pada
umumnya didefinisikan sebagai proses mental yang dapat
menghasilkan pengetahuan, berpikir sangat penting
dalam dunia pendidikan terutama dalam proses
pembelajaran. Banyak cara untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, misalnya guru melatih
kemampuan berpikir siswa dengan memberikan contohcontoh kasus, memberikan masalah yang menuntut siswa
berpikir, dan menerapkan keterampilan untuk mengambil
keputusan. Cara-cara melatih kemampuan berpikir
tersebut dilakukan pada proses pembelajaran, jadi yang
berperan penting dalam melatih mengembangkan
keterampilan berpikir siswa adalah guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran.
Berpikir kritis telah didefinikan secara beragam
oleh para ahli. Ernest (1991) mendefinisikan berpikir
kritis sebagai kemampuan membuat kesimpulan
berdasarkan pada informasi dan observasi. Berpikir kritis
dapat pula berguna untuk mengevaluasi apa yang telah
dipelajari di kelas. Hal ini dapat mendorong siswa untuk
berdiskusi dengan sesama siswa maupun dengan guru.
Sedangkan Silverman dan Smith (dalam Filsaime, 2008)
mendefinisikan bahwa berpikir kritis adalah berpikir
yang memiliki maksud, masuk akal, dan berorientasi
tujuan, dan kecakapan untuk menganalisis sesuatu
informasi dan ide-ide secara hati-hati dan logis dari
berbagai macam perspektif. Definisi berpikir kritis yang
dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kritis
mempunyai ciri-ciri tertentu.
Keterampilan berpikir kritis yang dilatihkan
pada penelitian mencakup keterampilan (1) interpretasi,
(2) eksplanasi, (3) analisis, dan (4) inferensi (Filsaime,
2008). interpretasi adalah kemampuan untuk memahami,
menjelaskan dan memberi makna suatu data atau
informasi. Ekplanasi adalah kemampuan untuk
menjelaskan atau menyatakan hasil pemikiran
adalah lembar kegiatan siswa (LKS), kemudian untuk
mengetahui keterampilan berpikir krtitis siswa dengan
memberikan soal yang mengacu pada indikatir berpikir
kritis yang digunakan pada penelitian ini. Setiap
keterampilan berpikir kritis masing-masing mempunyai
dua indikator yang akan dilatihkan dalam bentuk soal.
Penelitian memilih materi bahan kimia rumah
tangga dan lingkungan yang disatukan menjadi tema 4PL
(pemutih, pembersih, pewangi, pembasmi serangga, dan
lingkungan), karena dalam memberikan tema harus
berhubungan dengan lingkungan disekitar siswa. Bahan
kimia rumha tangga dan lingkungan berhubungan erat
dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sehari-hari
tidak lepas dari bahan kimia rumah tangga, misalnya
seperti mencuci, mengepel, dll, selain itu lingkungan juga
bagian dari manusia, lingkungan tercemar dan tidak
tergantung dari manusia yang menjaga lingkungan
tersebut.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk:
(1)
Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran IPA
Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B
SMPN 5 Sampang. (2) Mendeskripsikan aktivitas siswa
pada pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
di kelas VIII B SMPN 5 Sampang. (3) Mendeskripsikan
keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA
Terpadu tema 4PL dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII B
SMPN 5 Sampang. (4) Mendeskripsikan respon siswa
terhadap pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
di kelas VIII B SMPN 5 Sampang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian penerapan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Langkah-langkah pembelajaran tersebut terdiri
dari enam fase, (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, (4)
membimbing kelompok belajar, (5) evaluasi, dan (6)
memberikan penghargaan.
1. Rancangan Penelitian
rancangan peneltian ini adalah melakukan survei
kesekolah, menyusun proposal dan perangkat,
menyusun instrumen, validasi perangkat, dan
mempersiapkan alat dan bahan.
2. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian yang dilakukan ini bertempat di
SMP Negeri 5 Sampang pada kelas VIII B yang
berjumlah 20 siswa dan dilaksanakan paa tanggal 4-7
Juni 2014.
berdasarkan bukti, metodologi, dan konteks. Analaisis
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan
dari beberapa informasi yang dipergunakan untuk
mengekspresikan pemikiran atau pendapat. Inferensi
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk
membuat suatu kesimpulan yang masuk akal.
Salah satu bahan ajar dalam penelitian ini yang
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan dapat
melatihkan keterampilan berpikir kritis kepada siswa
2
2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan
tiga metode, yaitu metode observasi, metode tes, dan
metode angket respon siswa.
a. Metode Observasi
Merupakan metode pengumpalan data yang
diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan
secara langsung.
b. Metode Tes
Tes digunakan untuk mendapatkan data berupa
skor tes yang menunjukkan keterampilan berpikir
kritis siswa.
c. Metode Angket
Merupakan metode pengumpulan data yang
diperoleh dari angket yang berisi pernyataanpernyataan.
3. Teknik Analisis Data
a. Analisis Keterlaksanaan RPP
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Lembar
pengamatan keterlaksanaan RPP dibuat dalam
bentuk pilihan “YA” dan “TIDAK”, kemudian
pada bentuk pilihan “YA” diberikan skor 4, 3, 2,
dan 1 berdasarkan penilaian pengamat sesuai
dengan kriteria yang sudah ditentukan.
b. Analisis Aktivitas Siswa
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan
tiap lima menit, untuk mengetahui aktivitas apakah
yang dominan pada proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang.
Data hasil penelitian yang diperoleh akan
dibahas sebagai berikut berikut.
1. Keterlaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD
materi bahan kimia rumah tangga dan pencemaran
lingkungan di SMPN 5 Sampang dilakukan dalam
dua kali pertemuan dan diamati menggunakan
instrumen keterlaksanaan pembelajaran.
Tabel 1. Data Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran
Skor
Per
RataKri
pertemu
Aspek yang di
sent
rata
teri
an keamati
ase
skor
a
(%)
1
2
A. PERSIAPAN
4
4
4,00
100
SB
B. PELAKSANAAN
1. Pendahuluan
a. Memotivasi siswa
b. Membantu siswa
membuat
rumusan masalah
c. Menginformasikan
tujuan pembelajaran
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3,33
83,3
SB
3,6
90,0
SB
2. Kegiatan Inti
a.
Membagikan
handout pada siswa
dan membimbing
siswa
untuk
menggarisbawahi
ide pokok
b. Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok
yang
heterogen
c.
Membagikan
LKS dan alat pada
setiap kelompok
d.
Memberikan
kesempatan pada
siswa
untuk
berdiskusi dengan
anggota kelompok
e.
Membimbing
siswa
dalam
mengerjakan LKS
f.
Memberi
kesempa-tan pada
siswa
untuk
mempresentasikan
hasil
diskusinya
dan kelompok lain
menanggapi
g. Memberikan kesimpulan dari hasil
diskusi
dan
presentasi
c. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis
Data nilai kemampuan berpikir kritis dianalisis
menggunakan sistem persentase ketercapaian pada
tiap-tiap indikator.
d. Analisis Angket Respon Siswa
Analisis respon siswa terhadap pembelajaran
dilakukan dengan cara menghitung persentase
jawaban tiap pertanyaan kemudian dideskripsikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang akan diuraikan di sini,
sesuai dengan tujuan penelitian, yakni Mendeskripsikan
keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang, aktivitas siswa
pada pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
di kelas VIII B SMPN 5 Sampang, keterampilan berpikir
kritis siswa pada pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD di kelas VIII B SMPN 5 Sampang, dan respon
siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu tema 4PL
3
Aspek yang di
amati
h. Memberikan kuis
pada siswa yang
dikerjakan secara
individu
i. Merefleksi kegiatan pembelajaran
j. Menjawab rumusan masalah di
awal pembeleajaran
Skor
pertemu
an ke1
2
4
Ratarata
skor
Per
sent
ase
(%)
Tabel 2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Pembelajaran IPA Tema 4PL
Kri
teri
a
3
3
4
5
4
4,00
100
SB
C. PENGELOLAAN
WAKTU
3
4
3,50
87,5
SB
6
D. SUASANA KELAS
3.
Pembelajara secara kooperatif
4
4
3
4
4
4
3,69
92,3
3,69
92,3
SB
4. Siswa antusias
5. Guru antusias
RATA-RATA
KESELURUHAN
ASPEK
Bertanya
Menyampaikan
pendapat
Bekerjasama dalam
kelompok
10,42
14,58
12,5
Berada dalam tugas
Perilaku yang tidak
relevan (seperti
mengantuk,
berbicara sendiri,
dan tidak
memperhatikan
guru)
Total
12,5
18,75
15,63
10,42
6,25
8,34
20,82
22,92
22,92
18,75
Ratarata
(%)
21,87
20,84
100
100
100
4
4
92,5
3,7
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa pertemuan
pertama setelah diamati selama 80 menit, aktivitas siswa
yang paling dominan adalah memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan guru dan bekerjasama dalam
kelompok yang mempunyai persentase sama yaitu
22,92%, sedangkan pada pertemuan kedua aktivitas siswa
yang paling dominan adalah menyampaikan pendapat
mencapai 22,92%. Rata-rata skor kategori kegiatan
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dan
bekerjasama dalam kelompok mengalami penurunan
pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua hal ini
dikarenakan pertemuan pertama siswa difokuskan pada
pemberian materi dan kerja kelompok, sedangkan pada
pertemuan kedua kegiatan lebih difokuskan bertanya dan
menyampaikan pendapat serta persentase hasil diskusi
kelompok.
1. Kesesuaian KBM
dengan
tujuan
pembelajaran
2. Kesesuaian sintak
dengan
model
pembelajaran
20,84
Memperhatikan dan
mendengarkan
penjelasan guru
4
4
18,75
1
3
a. Mengumumkan
skor pada setiap
kelompok
22,92
Kategori Kegiatan
2
3. Penutup
Pertem
uan 2
(%)
No
4
3
Pertemuan
1 (%)
SB
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
keempat aspek kegiatan yang diamati yakni persiapan,
pelaksanaan (kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
kegiatan penutup), pengelolaan waktu, dan pelaksanaan
kelas tergolong sangat baik. Rata-rata keselurahan aspek
pada kedua pertemuan adalah 92,3%(sangat baik).
Rincian persentase masing-masing 100%, (83,3%,
90,0%,100%), 92,5%, dan 92,3% sehingga kriteria
masaing-masing aspek dikategorikan sangat baik.
3. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 3 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Persen Perse
Kemampu
tase
ntase
an
No.
Indikator
tiap
KBk
Berpikir
Soal
tahap
kritis
(%)
Menafsirkan
85,0
1
85
%
Interpretasi
Memberikan
2
85
makna
Menjelaskan
82,5
3
95
%
Eksplanasi
Menjustifikasi
4
70
Analisis
Mendeskripsik
5
65
67,5
2. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa yang diamati yaitu memperhatikan
dan mendengarkan penjelasan guru, bertanya,
menyampaikan pendapat, bekerjasama dalam
kelompok, berada dalam tugas, dan perilaku yang
tidak relevan. Adapun data hasil penelitian aktivitas
siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut.
4
Kemampu
an
Berpikir
kritis
Indikator
No.
Soal
Persen
tase
tiap
tahap
(%)
4. Angket Respon
Setelah pembelajaran dengan model kooperatif tipe
STAD dilakukan, guru menyebarkan angket respon
siswa yang diisi oleh 20 siswa. Grafik respon siswa
dapat dilihat pada grafik berikut.
Perse
ntase
KBk
an argumen
%
Menganalisis
6
70
argumen
Mendeskripsik
50,0
7
45
an
%
Inferensi
Menyimpulka
8
55
n
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dianalisis bahwa
untuk persentase kemampuan berpikir kritis tertingi
terdapat pada interpretasi (menafsirkan dan memberikan
makna) yaitu sebesar 85,0%. Nilai persentase tersebut
berdasarkan pada banyaknya jumlah siswa yang
menjawab dengan benar indikator berpikir kritis
menafsirkan dan memberikan makna. Sedangkan
persentase kemampuan berpikir kritis terendah yaitu
inferensi sebesar 50,0%, hal ini karena sedikit siswa yang
menjawab benar soal indikator kemampuan berpikir kritis
(mendeskripsikan dan menyimpulkan). Kemampuan
berpikir kritis lainnya adalah sebesar 82,5% yaitu
eksplanasi (menjelaskan dan menjustifikasi) dan 67,5%
yaitu
kemampuan
berpikir
kritis
analisis
(mendeskripsikan argumen dan menganalisis argumen).
Persentase kemampuan berpikir kritis ekplanasi dan
analisis tersebut juga berdasarkan jumlah siswa yang
dapat menjawab dengan benar masing-masing indikator
tersebut.
Hasil persentase kemampuan berpikir kritis siswa
dapat dikelompokkan menjadi kemampuan berpikir kritis
tinggi, rendah, dan sedang. Pengelompokkan tersebut
dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 4 Pengelompokkan Kemampuan Berpikir
Kritis
No
Pengelompokkan
Persentase
kemampuan berpikir
(%)
kritis
1
Berpikir kritis tinggi
45%
2
Berpikir kritis sedang
30%
3
Berpikir kritis rendah
25%
Grafik 1 Persentase Respon Siswa
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe
STAD (Student Team Achievment Division) diterima
dengan baik oleh siswa dan memberikan respon positif
bagi siswa. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1 bahwa
pada pernyataan 1 sampai 9 siswa memberikan respon
sangat setuju dengan memperoleh persentase antara 30%
sampai 80%, sedangkan siswa memberikan respon setuju
memperoleh persentase antara 20% sampai 70%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Keterlaksanaan
pembelajaran
dalam
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah sesuai
sintak dengan rata-rata skor keseluruhan aspek
sebesar 92,3% dengan kategori sangat baik.
2. Aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan model
kooperatif tipe STAD yang dinilai baik mengalami
peningkatan pada pertemuan pertama dan pertemuan
kedua, misalnya seperti Bertanya pada pertemuan
pertama hanya mencapai 10,42% sedangkan pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 14,58% dan
Menyampaikan pendapat) pada pertemuan pertama
mencapai 20,82% sedangkan pada pertemuan kedua
meningkat menjadi 22,92%.
3. Keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII B sangat
bervariasi. Berdasarkan pembahasan maka dapat
dikelompokkan menjadi siswa dengan keterampilan
berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah sesuai
jumlah indikator keterampilan berpikir kritis yang
dicapai. Sebesar 45% siswa mempunyai keterampilan
berpikir kritis tinggi, sebesar 30% siswa mempunyai
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa siswa
dapat dikelompokkan menjadi siswa dengan kemampuan
berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah. Siswa
mempunyai kemampuan berpikir kritis tinggi sebesar
45% dari 20 siswa, 30% mempunyai kemampuan
berpikir kritis sedang, dan 25% mempunyai kemampuan
berpikir kritis rendah dari 20 siswa.
5
Fotosintesis di SMP GIKI-3 Surabaya. Skripsi
tidak dipublikasikan. UNESA
Mitarlis dan Sri Mulyaningsih. 2009. Pembelajaran
IPA Terpadu. Surabaya: Unesa University
Press
Mulyaningsih, Sri dan Susanah. 2010. Pembelajaran
kooperatif. Surabaya: Unesa University Press
Nur, Mohammad. 2011. Model Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: PUSAT Sains dan
Matematika Sekoleh Universitas Negeri
Surabaya
Rahayu.2013. Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD
Pada Pembelajaran IPA Terpadu Tema
Fotosintesis Untuk melatih Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A SMPN 2
Sugio-Lamongan.
Skripsi
tidak
dipublikasikan. UNESA.
Riduwan, 2010. “Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian”. Bandung: Alfabeta
Riduwan, 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Ruggiero, Vincent R. 1998. The Art hinking. A Guide
to Critical and Creative Throught. New
York: Longman An Imprint of Addison
Wesley Longman, Inc.
Sanjaya,
Wina.
2006.
Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Group
Slavin, 2009. Cooperative Learnin. Teori, Riset, dan
Praktik. Bandung: Nusa Media
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Syafi’ah R. 2012. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achivement
Divisions (STAD) Tema Pemanasan
GlobalPada Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi
tidak dipublikasikan. UNESA.
Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tim IPA Terpadu. 2009. Panduan Pengembangan
Model Pembelajaran IPA Terapdu. Jakarta:
Depertemen Pendidikan Nasional
keterampilan berpikir kritis sedang, dan sebesar 25%
siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis rendah.
4. Seluruh siswa (100%) memberikan respon positif
pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
maka peneliti memberikan beberapa saran agar penelitian
berikutnya menjadi lebih baik, diantaranya:
1. Melatihkan kemampuan berpikir kritis tidak cukup
dilatihkan hanya dalam satu atau dua kali pertemuan
sehingga hasil yang didapatkan bisa lebih optimal.
2. Dalam melakukan penelitian selanjutnya, sebaiknya
indikator kemampuan berpikir kritis yang dilatihkan
pada siswa difokuskan hanya dua atau tiga indikator
atau semua indikator dilatihkan tetapi lebih dari dua
pertemuan agar hasilnya bisa lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani, 2004. Pengelolaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Ayuict. 2013. Teori Ausubel Kognitivisme
Konstruktivisme, (online) diakses dari
http://ayu4ict.wordpress.com/2013/04/18/t
eori-ausubel-kognitivisme-konstruktivisme/
pada tanggal 6 Mei 2014
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006.
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Tingkat Sekolah Menengah Pertama dan
Madrasah Tsanawiyah (PerMendiknas No. 22
dan No. 23Tahun 2006). Jakarta: PT. Binatama
Raya.
Dahar, Ratna Willis. 1998. Teori-Teori Belajar.
Bandung: Glora Aksara Pratama
Ernest, P. 1991. The Philosophy of Mathemaics
Education. New York: The Falmer Prees
Filsaime, K. D. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis
dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka
Trianto.2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori
dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara.
Trisniawati. 2013. MAKALAH BERFIKIR KRITIS,
(online)
diakses
dari
http://trisniawati87.blogspot.com/2013
/01/makalah-berfikir-kritis.html pada
tanggal 18 Oktober 2013
Universitas Negeri Surabaya. 2006. Panduan
Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi.
Surabaya: Unesa University Press.
Fogarty, R. and McTighe, J. 1993. Educating Teacher
for Higer Order Thinking: The Three-Story
Intellect. Teory into Practice. 32(3); 161-169.
Ibrahim, Muslimin., dkk. 2005. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Unesa Uneversitay Press
Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan
Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, E. (2006). Contextual Teaching and Learning.
Bandung : MLC.
Lestari. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
IPA Berbasis Kooperatif Tipe STAD Pada Tema
6
USAID. 2013. KILAS BALIK DUNIA PENDIDIKAN
DI INDONESIA, (online) diakses dari
http://www.prestasiiief.org/index.php/id/feature/68-kilasbalik-dunia-pendidikan-di-indonesia,
pada tangga 4 Mei 2014
Wikipedia. 2009. Detergen, (online) diakses dari
http://www.
wikipedia.org//wiki/Detergen,
pada
tangga 4 mei 2014
Wikipedia. Zat Kimia Wewangian, (online) diakses
dari
http://www.chemis.try.org/artikel-kimia-material/zatkimia-wewangian, pada tanggal 4 mei
2014
7
Download