OPTIMASI BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN RATIH RAHHUTAMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Ratih Rahhutami NIM A252130051 RINGKASAN RATIH RAHHUTAMI. Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun. Dibimbing oleh SUDRADJAT dan SUDIRMAN YAHYA. Penentuan jenis dan dosis pupuk menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit. Penggunaan jenis dan dosis pupuk yang tepat dapat menunjang pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respons morfologi dan fisiologi tanaman kelapa sawit TBM II terhadap pemberian pupuk tunggal, pupuk majemuk, pupuk organik, dan pupuk mikro serta menentukan dosis optimum pupuk tunggal dan pupuk majemuk untuk tanaman kelapa sawit TBM II. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai Maret 2015 di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargil Jonggol, Bogor, Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Terdapat sebelas perlakuan yang terbagi dalam kelompok jenis pupuk: pupuk tunggal (0, ½, 1, dan 2 kali dosis rekomendasi; kontrol, 1125 g urea + 975 g SP-36 + 1125 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, 4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1), pupuk majemuk (0, ½, 1, dan 2 kali dosis rekomendasi; kontrol, NPK 1800 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK 7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1), pupuk organik (0, 1, dan 2 kali dosis rekomendasi; kontrol (2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl), 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 30 kg pupuk organik, 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg pupuk organik tanaman-1 tahun-1), dan pupuk mikro (dengan dan tanpa pupuk mikro; 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O dan NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O; 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl dan NPK 3600 g tanaman-1 tahun-1). Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf α = 0.05, apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal dan kontras ortogonal untuk masingmasing kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk tunggal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara kuadratik terhadap jumlah pelepah daun, dan secara linier terhadap tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah daun, dan panjang pelepah ke-9, namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Pemberian pupuk majemuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara kuadratik terhadap tinggi tanaman, dan secara linier terhadap lingkar batang, jumlah pelepah daun, panjang pelepah ke-9, dan laju fotosintesis, namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Pemberian pupuk organik hanya meningkatkan kadar hara P daun umur 24 bulan. Pemberian pupuk mikro hanya meningkatkan kadar hara B daun umur 18 bulan. Hasil penelitian ini hanya dapat menentukan dosis optimum pupuk tunggal, yaitu: 3667.5 g urea + 3178.5 g SP-36 + 3667.5 g KCl tanaman-1 tahun-1. Kata kunci: pertumbuhan vegetatif, pupuk anorganik, titik kritis hara SUMMARY RATIH RAHHUTAMI. Optimization of Some Fertilizer Dosage on Growth of Two Years Old Immature Oil Palm. Supervised by SUDRADJAT and SUDIRMAN YAHYA. Determining the kind and rate of oil palm fertilizing is considered very important. The use of the right kind and rate of a fertilizer should support the growth and the production of oil palm. The objectives of this research were to study the response of morphology and physiology on two years old immature oil palm and to determine the optimum rate of the single fertilizer dosage, compound fertilizer dosage, organic fertilizer dosage, and micro fertilizer. This research was conducted from April 2014 to march 2015 at IPB-Cargill Teaching of Oil Palm, Jonggol, Bogor, West Java, Indonesia. The experiment was arranged in a randomized block design with one factor and three replications. There are eleven treatments that divided into groups of kind of fertilizers: single fertilizer (0, ½, 1, and 2 times recommendation dosage; control, 1125 g urea + 975 g SP-36 + 1125 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, 4500 g urea + 3900 g SP36 + 4500 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O plant-1 year-1), compound fertilizer (0, ½, 1, and 2 times recommendation dosage; control, NPK 1800 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, NPK 7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O plant-1 year-1), organic fertilizer (0, 1, and 2 times recommendation dosage; control (2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl), 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 30 kg organic fertilizer, and 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg organic fertilizer plant-1 year1 ), and micro fertilizer (with and without micro fertilizer; 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O and NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O; 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl and NPK 3600 g plant-1 year-1). Data were analized with analysis of variance, If there is a significant treatment effect, the further analysis using orthogonal polynomial and contrast orthoganal were conducted for each group of kind of fertilizer. The result showed that the single fertilizer significantly and quadraticly increased the leaf number, and linearly increased plant height, trunk girth, length of leaf frond number nine. However, it did not significantly affect other variables. The compound fertilizer significantly and quadraticly increased the plant height, and linierly increased trunk girth, leaf number, length of leaf frond number nine, and net assimilation rate. However, it did not significantly affect other variables. The organic fertilizer only significantly increased the P content of the leaf at the 24 month. The micro fertilizer only significantly increased the B content of the leaf at the 18 month. This experiment showed that only the optimum rate of single fertilzer was able to determine, there was 3667.5 g urea + 3178.5 g SP-36 + 3667.5 g KCl plant-1 year-1. Keywords: critical nutrient level, inorganic fertilizer, vegetative growth © Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB OPTIMASI BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN UMUR DUA TAHUN RATIH RAHHUTAMI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam tesis ini adalah pemupukan tanaman kelapa sawit dengan judul Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Dua Tahun. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Sudradjat, MS dan Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku komisi pembimbing atas segala bimbingan dan saran selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini. 2. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura atas arahan selama menyelesaikan studi. 3. Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr selaku penguji luar komisi atas masukan dan saran yang telah diberikan. 4. Ayahanda Indarto (alm) dan Ibunda Sulistyowati serta kakak Haryo Parisunu dan adik Tunjung Andarwangi atas segala doa, perhatian, dan bantuan selama ini. 5. Ega Faustina, Adinda Nurul Huda, dan Putri Irene Kanny atas segala bantuan, diskusi, dan motivasinya selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini. 6. Manager dan seluruh staf pegawai kebun Penelitian dan Pendidikan IPBCargill Jonggol yang telah banyak membantu selama penelitian. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan saran yang diberikan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat. Bogor, September 2015 Ratih Rahhutami DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian 1 1 2 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Kelapa Sawit Kebutuhan Hara Tanaman Kelapa Sawit Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun Penentuan Dosis Optimum 2 2 4 5 5 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan Alat Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Pengamatan Prosedur Analisis Data 6 6 6 6 6 8 8 10 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Respons terhadap Taraf Pupuk Tunggal Penentuan Dosis Optimum Pupuk Tunggal Respons terhadap Taraf Pupuk Majemuk Respons terhadap Taraf Pupuk Organik Respons terhadap Pemberian Pupuk Mikro Pembahasan Umum 11 11 12 17 18 24 28 31 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 32 32 32 DAFTAR PUSTAKA 33 LAMPIRAN 35 RIWAYAT HIDUP 39 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Perlakuan berbagai taraf pemupukan Hasil analisis tanah awal di lokasi penelitian Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk tunggal Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap tinggi tanaman Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap lingkar batang Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap jumlah pelepah daun Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap panjang pelepah ke-9 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap luas daun pelepah ke-9 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kadar hara N, P, dan K daun Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kadar hara B dan Cu daun Persamaan regresi dosis optimum pupuk tunggal Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk majemuk Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap tinggi tanaman Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap lingkar batang Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap jumlah pelepah daun Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap panjang pelepah ke-9 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap luas daun pelepah ke-9 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintes Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kadar hara N, P, dan K daun Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kadar hara B dan Cu daun Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk organik Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap peubah morfologi Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kadar hara N, P, dan K daun Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kadar hara B dan Cu daun Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian pupuk mikro Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap peubah morfologi Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar hara N, P, dan K daun Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar hara B dan Cu daun Rekapitulasi pengaruh taraf pupuk terbaik dari masing-masing kelompok pemupukan terhadap rata-rata jumlah pelepah daun pada umur 24 bulan 7 11 12 13 13 14 14 15 16 16 17 18 19 19 20 20 21 21 23 24 24 25 26 26 27 27 28 29 30 30 30 32 DAFTAR GAMBAR 1 Kurva dan persamaan regresi respons tinggi tanaman dan jumlah pelepah daun pada berbagai taraf pupuk tunggal umur 24 bulan 2 Kurva dan persamaan regresi respons lingkar batang dan jumlah pelepah daun pada berbagai taraf pupuk majemuk umur 24 bulan 18 22 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 Batas kritis kadar hara makro pada daun kelapa sawit Batas kritis kadar hara mikro pada daun kelapa sawit Uptake hara oleh tanaman kelapa sawit Hasil analisis pupuk organik yang digunakan Hasil analisis pupuk anorganik yang digunakan Hasil uji korelasi antarpeubah pupuk tunggal umur 24 bulan Hasil uji korelasi antarpeubah pupuk majemuk umur 24 bulan Data rata-rata curah hujan, hari hujan, suhu, dan kelembaban udara 36 36 36 37 37 37 38 38 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan andalan Indonesia yang dapat menghasilkan minyak untuk tujuan komersil, seperti minyak goreng, margarin, sabun, dan lilin. Produksi minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh pemeliharaan kelapa sawit terutama pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM). Salah satu faktor yang berperan dalam pemeliharaan tanaman adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang harus diperhatikan dengan baik mengingat biayanya yang cukup tinggi. Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan memaksimalkan produksi tandan buah segar atau TBS. Unsur hara yang diberikan melalui pemupukan harus memperhatikan prinsip pemupukan berimbang yaitu memberikan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk dengan dosis yang lebih rendah dari kebutuhan tanaman tidak akan memberi pengaruh optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas, sedangkan pemberian pupuk secara terus menerus melebihi kebutuhan tanaman akan menurunkan kualitas lingkungan dan penurunan pertumbuhan serta produksi tanaman (Safuan et al. 2013). Pupuk yang diberikan untuk mencukupi kebutuhan akan unsur hara bagi tanaman dapat berupa pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik pada umumnya berada dalam bentuk pupuk tunggal dan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman seperti pupuk tunggal urea, KCl, SP-36, B, dan Cu serta pupuk majemuk NPK. Pemberian pupuk anorganik dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan hara yang tidak dapat disediakan oleh tanah. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Penelitian Siallagan et al. (2014) menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk anorganik dan organik menghasilkan tinggi tanaman dan lingkar batang yang baik pada tanaman kelapa sawit TBM I. Pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik juga dapat meningkatkan pertumbuhan fisiologi pada tanaman kelapa sawit. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Manurung et al. (2015) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK sampai dosis 4.8 kg tanaman-1 tahun-1 memberikan pengaruh nyata terhadap laju fotosintesis, kadar hara N dan P pada daun kelapa sawit TBM II. Begitu juga dengan hasil penelitian Kanny et al. (2015) yang menunjukkan bahwa kadar hara P daun kelapa sawit TBM II terbaik yaitu pada pemberian pupuk organik dengan dosis 90 kg tanaman1 tahun-1. Penetapan dosis optimum dalam pemupukan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dengan kualitas yang baik dan meningkatkan efisiensi. Analisis jaringan tanaman dan tanah merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk menetapkan dosis optimum pemupukan. Webb (2009) menyatakan bahwa fungsi kuadratik dapat dijadikan teori dalam menetapkan dosis optimum, karena dari fungsi tersebut akan diketahui keadaan status hara pada tanaman (kahat, cukup, atau berlebihan). 2 Berdasarkan hasil penelitian Sudradjat et al. (2015) pada TBM I menunjukkan bahwa taraf pupuk yang diujikan yaitu ½ dosis, sesuai dosis, dan 1½ kali dosis PPKS, belum memberikan pengaruh nyata secara kuadratik sehingga dosis optimum belum dapat ditentukan. Dengan demikian pada penelitian lanjutan ini yaitu pada TBM II digunakan taraf pemupukan yang berbeda dari penelitian sebelumnya untuk pupuk urea, SP-36, KCl, dan NPK menggunakan taraf ½ dosis, sesuai dosis, dan 2 kali dosis rekomendasi. Ketepatan jenis dan dosis pemupukan akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dan keefektifan pemupukan di suatu daerah. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mempelajari respons morfologi dan fisiologi tanaman kelapa sawit TBM II terhadap pemberian pupuk tunggal, majemuk, organik, dan mikro. 2. Menentukan dosis optimum pupuk tunggal dan pupuk majemuk pada tanaman kelapa sawit TBM II. 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Kelapa Sawit Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit untuk mencapai produksi maksimal. Unsur hara utama yang memerlukan perhatian dalam pemupukan kelapa sawit yaitu N, P, K, Mg, B, dan Cu. Tanaman memperoleh unsur hara dari berbagai sumber seperti dari tanah, pupuk organik, maupun pupuk anorganik. Pupuk anorganik dan organik Pupuk anorganik yang dapat ditambahkan pada tanaman kelapa sawit dapat berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk. Pupuk tunggal merupakan pupuk yang mengandung satu jenis hara saja. Pupuk tunggal yang umum digunakan untuk tanaman kelapa sawit adalah Urea dan ZA sebagai sumber hara N. Triple Superfosfat (TSP), SP-36 dan Rock Phosphate (RP) sebagai sumber hara P. Muriate of Potash (MOP) sebagai sumber hara K. Kieserit dan Dolomit sebagai sumber hara Mg. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara dalam satu jenis pupuk. Pupuk majemuk merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat digunakan dalam meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara secara bersamaan. Keunggulan dari pupuk majemuk dibandingkan dengan pupuk tunggal diantaranya adalah lebih praktis dalam aplikasinya di lapangan karena satu jenis pupuk majemuk mengandung sebagian besar hara yang dibutuhkan tanaman. Salah satu produk pupuk NPK yang telah banyak beredar di pasaran 3 adalah pupuk NPK Phonska (15:15:15) dengan kandungan nitrogen (N) 15%, Fosfor (P2O5) 15%, dan Kalium (K2O) 15%. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa (serasah) tanaman, kotoran hewan atau bagian hewan dan atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos. Pemberian pupuk organik berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika tanah seperti struktur tanah dan kapasitas menahan air, sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation, dan sifat biologi tanah dalam menambah energi yang diperlukan mikroorganisme tanah. Selain itu pemberian pupuk organik dapat menambah kandungan hara dalam tanah, meskipun kandungan hara dalam pupuk organik relatif rendah (Uwumarongie et al. 2012). Pupuk organik yang sering digunakan dalam budidaya tanaman adalah pupuk kandang. Pupuk kandang dari kotoran sapi merupakan jenis pupuk kandang yang sering diaplikasikan untuk tanaman kelapa sawit. Pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah. Untuk mendapatkan hasil maksimal, pupuk organik kotoran sapi ini harus dikomposkon terlebih dahulu sebelum digunakan dengan C/N rasio di bawah 20. Jika belum dikomposkan pupuk organik dari kotoran hewan memiliki C/N rasio yang masih sangat tinggi sehingga akan kurang efektif karena sulit diserap tanaman dan mudah terbawa air hujan (Hartatik dan Widowati 2010). Unsur hara makro Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang besar seperti N, P, dan K karena berperan dalam penyusun protoplasma sel. Peran nitrogen bagi pertumbuhan kelapa sawit diantaranya adalah sebagai penyusun protein, klorofil, dan berperan pada proses fotosintesis karena unsur ini terkandung dalam klorofil. Kekurangan N pada kelapa sawit menyebabkan daun menjadi klorosis, pelepah pertama berwarna hijau pucat kemudian menjadi kuning, anak daun yang baru muncul berukuran sempit (Ng 1972). Namun jika N diberikan secara berlebih, akan berakibat sangat merugikan bagi tanaman. Selain itu, pemberian N yang berlebih juga dapat merugikan secara ekonomis karena pada waktu-waktu tertentu N mudah larut dan hilang dalam air drainase, serta mudah menguap, sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Soepardi 1979). Tanaman menyerap nitrogen terutama dalam bentuk nitrat NO3- namun bentuk lain yang juga dapat diserap adalah amonium (NH4+) (Munawar 2011). Fosfor terdapat dalam setiap tanah, walaupun jumlahnya tidak sebanyak N dan K. Menurut Soepardi (1979) fungsi-fungsi utama pupuk P adalah : sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks, sebagai aktivator, kofaktor, atau pengatur enzim, dan berperan dalam proses fisiologi seperti dalam pembentukan ATP. Masalah terpenting dari P adalah bahwa sebagian P tidak tersedia bagi tanaman. Bila P larut ditambahkan ke dalam tanah, sebagian daripadanya diikat atau dibuat menjadi tidak tersedia bagi tanaman sekalipun keadaan tanah sangat baik. Adapun masalah umum unsur P adalah jumlah di dalam tanah sedikit dan adanya fiksasi fosfor yang tinggi. Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4dan HPO42-. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam nukleat dan phytin (Munawar 2011). 4 Peran utama K bagi tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim, berperan pada aktifitas stomata, menjamin vigor tanaman, tanaman lebih tahan terhadap penyakit, dan merangsang pertumbuhan akar. Namun, pada saat tertentu sebagian besar dari unsur ini tidak tersedia bagi tanaman karena K peka terhadap pencucian (Soepardi 1979). Kekurangan K menyebabkan klorosis pada daun tua kemudian tepi daun memperlihatkan gejala nekrosis. Tanaman yang kekurangan unsur ini akan lebih peka terhadap penyakit dan kekeringan. Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+, kalium dapat ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KCl, K2SO4, dan KNO3 (Munawar 2011). Unsur hara mikro Unsur mikro dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit meskipun dalam jumlah yang sedikit. Salah satu unsur mikro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah Boron (B) dan Tembaga (Cu). Boron pada tanaman kelapa sawit berperan untuk membantu proses pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel serta pembentukan serbuk sari. Unsur B juga membantu translokasi gula melalui floem. Kekurangan boron dapat menyebabkan ujung daun menjadi tidak normal dan tumbuh membengkok, rapuh, berwarna hijau gelap, serta daun yang baru tumbuh memendek (Ng 1972). Di dalam tanaman B merupakan salah satu unsur mikro yang tidak mobil, namun mobil di dalam tanah. Boron larut dalam bentuk H3BO3 atau B(OH)4. Ketersediaan B sensitif terhadap pH dengan kadar maksimum pada pH 5-7 (Munawar 2011). Tembaga (Cu) merupakan bagian dari enzim polifenol oxidase yang berperan dalam sintesis lignin yang juga dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, lipid, dan nitrogen (Munawar 2011). Tembaga (Cu) berperan dalam membantu pembentukan klorofil (zat hijau daun) dan katalisator proses fisiologi tanaman. Selain itu tembaga juga berperan dalam metabolisme karbohidat dan protein, juga berperan dalam terbentuknya bunga (akhir masa vegetatif). Kekurangan Cu pada tanaman kelapa sawit yang masih muda mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan daun tampak kekuningan, hal ini dikarenakan pembentukan zat hijau daun (klorofil) terhambat yang juga dapat mengakibatkan fotosintesis tanaman terganggu, sehingga mengurangi pembentukan karbohidrat dan zat tepung sebagai bahan makan tanaman (Stephanus et al. 2013). Kebutuhan Hara Tanaman Kelapa Sawit Kebutuhan hara pada tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh jenis tanah, iklim, dan umur tanaman. Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat ditentukan melalui analisis daun. Analisis daun menggambarkan kadar hara tanaman pada kondisi kahat, cukup, atau berlebih (Lampiran 1 dan 2). Kandungan hara K dan Mg umumnya lebih bervariasi daripada N dan P, karena K dan Mg sangat sensitif terhadap iklim. Selain melaui analisis daun, kebutuhan hara pada tanaman kelapa sawit juga dapat ditentukan dengan mengetahui jumlah hara yang ter-uptake oleh tanaman (terangkut saat panen, hara yang bersifat immobil dalam jaringan, dan hara yang kembali ke dalam tanah) (Lampiran 3) (IFA 1992). 5 Pada Lampiran 3 terlihat bahwa hara K lebih banyak ter-uptake menyusul kemudian hara N, Mg, dan P. Hal tersebut menunjukkan bahwa hara yang paling dibutuhkan oleh kelapa sawit berturut-turut adalah K, N, Mg, dan P. Pada kelapa sawit, uptake hara selama tahun pertama tergolong rendah, tetapi meningkat secara bertahap antara tahun pertama sampai tahun ketiga ketika panen dimulai dan mulai stabil pada tahun kelima sampai keenam (IFA 1992). Optimasi Berbagai Taraf Pemupukan terhadap Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun Penentuan dosis optimum berbagai taraf pemupukan pada tanaman kelapa sawit TBM I adalah penelitian pendahuluan sebelum dilakukannya penelitian pada kelapa sawit TBM II ini. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2014) ini menggunakan 11 perlakuan yang terbagi dalam taraf pupuk tunggal, majemuk, organik, dan mikro seperti halnya pada penelitian TBM II namun menggunakan dosis yang berbeda dengan TBM II. Hasil penelitian pada TBM I menunjukkan bahwa untuk pemberian pupuk tunggal nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, lingkar batang, luas daun, kadar klorofil, kadar P daun, dan jumlah pelepah daun pada akhir pengamatan, namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang pelepah ke-9, kerapatan stomata, kadar N, dan K daun. Sementara pemberian pupuk majemuk nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah pelepah daun, luas daun pelepah ke-9, kadar klorofil, kadar N, dan P daun, namun tidak berpengaruh nyata terhadap lingkar batang, panjang pelepah ke-9, kerapatan stomata, dan kadar K daun. Pemberian pupuk organik dan mikro tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Dosis optimum pupuk tunggal dan majemuk untuk tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun belum dapat ditentukan pada rentang dosis yang digunakan. Kadar hara daun untuk pupuk tunggal sampai dosis tertinggi menunjukkan bahwa kadar P daun lebih tinggi dari titik kritis hara, sementara kadar N dan K daun belum mencapai titik kritis hara. Untuk pupuk majemuk, kadar N dan P daun lebih tinggi dari titik kritis hara, sementara kadar hara K daun belum mencapai titik kritis hara. Belum tercapainya dosis optimum untuk pupuk tunggal dan majemuk pada TBM I diduga karena kadar hara N dan K daun masih di bawah nilai titik kritis hara, sehingga respons pertumbuhan terhadap pemupukan masih terus meningkat secara linier untuk mencapai keseimbangan kadar hara dalam tanaman (Saputra 2014). Penentuan Dosis Optimum Dosis optimum dapat ditentukan dengan melakukan percobaan pemupukan menggunakan rancangan percobaan faktor tunggal atau faktorial. Rancangan faktor tunggal atau faktorial yang akan dipilih erat kaitannya dengan jumlah pupuk yang akan diberikan pada tanaman. Rancangan faktorial dapat digunakan untuk melihat interaksi antar hara yang terjadi. Percobaan faktorial dua faktor 6 merupakan rancangan yang umum digunakan dibandingkan dengan rancangan faktorial tiga atau empat faktor (Corley dan Tinker 2003). Data dari hasil percobaan dapat digunakan untuk menentukan respons tanaman (linier dan atau kuadratik) terhadap aplikasi pemupukan. Persamaan linier menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan, pertumbuhan tanaman masih menunjukkan peningkatan yang nyata atau dengan kata lain dosis optimum masih belum tercapai sampai rentang dosis pupuk yang diberikan. Sementara persamaan kuadratik menunjukkan bahwa dengan semakin tingginya dosis pupuk yang diberikan maka pertumbuhan tanaman pun akan meningkat yang kemudian akan terjadi penurunan pertumbuhan, sehingga dosis optimum sudah dapat ditentukan. Webb (2009) menyatakan bahwa dengan diketahuinya dosis optimum, maka dampak negatif dari pupuk berlebih dapat diminimalkan. Dosis optimum dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan dosis dasar pemupukan. 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargill Jonggol, Bogor, Jawa Barat yang terletak pada ketinggian 113 m di atas permukaan laut, pada bulan April 2014 sampai dengan Maret 2015. Analisis tanah, pupuk, dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit TBM II varietas Damimas berumur 16 bulan, pupuk organik (Lampiran 4), pupuk Urea, SP-36, KCl, pupuk NPK Phonska, terusi (CuSO4.5H2O), dan pupuk Borat (Lampiran 5), serta cat kuku bening. Alat Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, meteran, SPAD-502 plus chlorophyll meter, licor 6400, mikroskop, oven, dan preparat. Metode Penelitian Rancangan perlakuan menggunakan rancangan faktor tunggal dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) pengelompokan berdasarkan kemiringan lahan. Perlakuan yang diterapkan terdiri dari 11 perlakuan yaitu satu 7 perlakuan kontrol (pupuk dasar) dan 10 perlakuan dari kombinasi jenis dan dosis pupuk (Tabel 1). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan setiap satuan percobaan terdiri atas lima tanaman kelapa sawit sehingga total satuan percobaan sebanyak 165 tanaman. Dosis pupuk yang diterapkan terdiri atas 4 taraf untuk perlakuan pupuk urea, SP-36, KCl, dan NPK yaitu kontrol, ½ dosis, sesuai dosis, dan 2 kali dosis rekomendasi. Sementara untuk pupuk organik terdiri atas 3 taraf yaitu kontrol, sesuai dosis, dan 2 kali dosis rekomendasi. Perlakuan dosis yang digunakan berdasarkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2007) dengan mempertimbangkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saputra (2014). Tabel 1 Perlakuan berbagai taraf pemupukan Perlakuan Taraf pupuk (kali dosis rekomendasi) Kontrol ½ Pupuk tunggal 1 2 Kontrol ½ Pupuk majemuk* 1 2 Kontrol Pupuk organik 1 2 Pupuk mikro pupuk tunggal dengan pupuk mikro (M1a) pupuk majemuk dengan pupuk mikro (M1b) pupuk tunggal tanpa pupuk mikro (M0a) pupuk majemuk tanpa pupuk mikro (M0b) Keterangan : *: Pupuk majemuk NPK (15:15:15) Kombinasi dan jenis pupuk (tanaman-1 tahun-1) 60 kg pupuk kandang sapi + 500 g Rock phospate + 500 g dolomit 1125 g urea + 975 g SP-36 + 1125 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 60 kg pupuk kandang sapi + 500 g Rock phospate + 500 g dolomit 1800 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 7200 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 30 kg pupuk kandang sapi 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg pupuk kandang sapi 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl 3600 g NPK 8 Model linier aditif dari rancangan yang digunakan sebagai berikut: Yij = μ + αi + βj + εij Keterangan: i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 j = 1, 2, 3 Yij = respons pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan pemupukan ke-i pada kelompok ke-j μ = rataan umum αi = pengaruh pemupukan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j εij = pengaruh acak dari pemupukan ke-i dan kelompok ke-j Pelaksanaan Penelitian Pemupukan Tanaman kelapa sawit telah dipupuk dasar dengan pupuk kandang kotoran sapi sebanyak 60 kg, Rock Phospate 500 g, dan dolomit sebanyak 500 g tanaman-1 sebelum diberi perlakuan. Penerapan perlakuan dilakukan dua kali yaitu setiap enam bulan sekali pada 16 dan 22 bulan setelah pindah tanam dengan dosis pemupukan masing-masing setengah dari total dosis perlakuan. Piringan dibersihkan dari gulma yang tumbuh sebelum aplikasi pemupukan dilakukan. Pupuk diberikan dengan cara disebar merata di atas piringan kelapa sawit. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi kastrasi yang dilakukan sampai tanaman berumur 18 bulan dan pengendalian gulma pada piringan secara manual dan kimiawi menggunakan herbisida. Pengamatan Pengamatan Morfologi Tanaman Pengamatan morfologi tanaman dilakukan setiap bulan kecuali peubah tinggi tanaman yang diamati setiap dua bulan sekali selama 12 bulan. Adapun peubah-peubah morfologi yang diamati adalah: 1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari batas pangkal batang hingga pelepah termuda yang telah membuka sempurna yang ditegakkan menggunakan meteran kain yang dimodifikasi. 2. Jumlah pelepah daun. Pelepah daun yang dihitung merupakan pelepahpelepah daun yang telah membuka sempurna. 3. Lingkar batang (cm). Lingkar batang yang diukur adalah kumpulan pelepah daun yang masih terbungkus serabut menggunakan meteran kain. 4. Panjang daun pelepah ke-9 (cm). Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal yang berduri hingga ujung pelepah menggunakan meteran kain. 9 5. Luas daun (m2). Pengukuran luas daun dilakukan pada daun-daun tanaman contoh yaitu pada pelepah daun ke-9, dengan mengukur panjang, lebar, dan jumlah anak daun kemudian luas daun dihitung menggunakan rumus Sutarta dan Darmokusumo (2007) dalam Sudradjat et al. (2015) : Keterangan: p l n k = panjang anak daun (cm) = lebar anak daun = jumlah helai anak daun sebelah kiri atau kanan = konstanta (0.57 untuk TBM) Pengamatan Fisiologi Tanaman Pengamatan fisiologi tanaman dilakukan terhadap peubah-peubah sebagai berikut: 1. Kerapatan stomata (∑ mm-2). Pengamatan dilakukan setiap 6 bulan saat umur tanaman 18 dan 24 bulan. Sampel daun yang diamati adalah daun pelepah ke-9 dilakukan dengan cara mengoleskan cat kuku bening pada permukaan bawah anak daun seluas 2 cm x 2 cm dan dibiarkan mengering, kemudian ditempelkan selotip bening pada permukaan daun yang telah dioleskan cat kuku bening. Selotip dilepaskan dan ditempelkan pada preparat. Stomata dapat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40. Kerapatan stomata dapat dihitung dengan rumus : Luas bidang pandang dihitung dengan rumus: A = π r2 = 3.14 x (0.25)2 = 0.19625 mm2 2. Kehijauan daun. Pengamatan dilakukan setiap 6 bulan saat umur tanaman 18 dan 24 bulan dilakukan pada daun pelepah ke-9 menggunakan SPAD-502 plus chlorophyll meter. Penghitungan dilakukan pada tiga titik (pangkal, tengah dan ujung). 3. Laju fotosintesis (μmol CO2 m-2 s-1). Pengamatan laju fotosintesis dilakukan sebanyak satu kali selama penelitian saat umur tanaman 18 bulan menggunakan licor 6400. Analisis Jaringan Daun (N, P, K, B dan Cu) Sampel daun yang digunakan merupakan anak daun pada pelepah ke-9 bagian tengah yang berjumlah 3 helai sebelah kanan dan kiri kemudian dikomposit. Analisis dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 12 bulan. Bahan dikeringkan dan dioven pada suhu 700C sampai mencapai bobot konstan. Bahan dicampur, kemudian diambil ± 10 gram untuk dihaluskan sampai dapat lolos mata saring 0.5 mm untuk kemudian dianalisis di laboratorium. 10 Analisis Tanah Analisis tanah yang dilakukan yaitu: Analisis tanah awal diambil secara komposit dari beberapa titik dalam setiap kelompok. Sampel tanah diambil sedalam 20 cm dan dibersihkan dari sisa-sisa akar, diayak, dikeringkan, kemudian diambil sampel seberat 250 g untuk dianalisis. Analisis tanah dilakukan terhadap tekstur tanah, kadar C-organik, N total, P tersedia, K, B, Cu, pH, KTK, KB, Al-dd, H-dd, dan Fe-bebas. Prosedur Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf α = 0.05, a p a b i l a terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal dan kontras ortogonal untuk masing-masing kelompok perlakuan, analisis data dilakukan dengan program SAS (Statistical Analysis System). Pengelompokan perlakuan bertujuan untuk memperoleh informasi berbagai respons pertumbuhan tanaman terhadap beberapa taraf pemupukan pada masing-masing kelompok menurut jenis pupuk. Adapun pengelompokan perlakuan tersebut sebagai berikut: a. Kelompok polinomial ortogonal untuk melihat pengaruh peningkatan taraf pupuk tunggal: 1. 0 kali dosis rekomendasi: Kontrol 2. ½ kali dosis rekomendasi: Pupuk 1125 g urea + 975 g SP-36 + 1125 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 3. 1 kali dosis rekomendasi: Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 4. 2 kali dosis rekomendasi: Pupuk 4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 b. Kelompok polinomial ortogonal untuk melihat pengaruh peningkatan taraf pupuk majemuk: 1. 0 kali dosis rekomendasi: Kontrol 2. ½ kali dosis rekomendasi: NPK 1800 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 3. 1 kali dosis rekomendasi: NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 4. 2 kali dosis rekomendasi: NPK 7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 c. Kelompok polinomial ortogonal untuk melihat pengaruh peningkatan taraf pupuk organik: 1. 0 kali dosis rekomendasi (kontrol): Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl tanaman-1 tahun-1 2. 1 kali dosis rekomendasi: Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 30 kg pupuk kandang sapi tanaman-1 tahun-1 3. 2 kali dosis rekomendasi: Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg pupuk kandang sapi tanaman-1 tahun-1 d. Kelompok kontras ortogonal untuk membandingkan pengaruh pemberian pupuk mikro B dan Cu: 11 1. Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 (M1a) dan NPK 3600 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 (M1b) 2. Pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl tanaman-1 tahun-1 (M0a) dan NPK 3600 g tanaman-1 tahun-1 (M0b) Pada perlakuan pupuk tunggal dan majemuk digunakan polinomial ortogonal dengan taraf yang tidak sama (unequally spaced intervals) yaitu: 0, ½, 1, dan 2 kali dosis rekomendasi sehingga nilai koefisien polinomial yang digunakan adalah : Linier : -7 -3 1 9 dan Kuadratik : 7 -4 -8 5 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa tekstur tanah yang diambil dalam piringan terdiri dari 17.04% pasir, 38.22% debu, dan 44.74% liat. Berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (2005), tanah dalam piringan tergolong masam dengan pH (H2O) 4.70, kandungan C-organik rendah (1.83), unsur Ca rendah (4.04 me 100 g-), N rendah (0.17), P (Bray I) tersedia rendah (7.04 ppm), K sedang (0.42 me 100 g-1), Cu rendah (0.18 ppm), dan B rendah (0.96 ppm). Kapasitas tukar kation tergolong tinggi (29.58 me 100 g-1) dan kejenuhan basa rendah (23.73%). Tabel 2 Hasil analisis tanah awal di lokasi penelitian Parameter pH: H2O KCl C-org (%) N-total (%) C/N P-Bray (ppm) Ca (me 100 g-1) Mg (me 100 g-1) K (me 100 g-1) Na (me 100 g-1) Cu (ppm) B (ppm) KTK (me 100 g-1) KB (%) Al-dd (me 100 g-1) H-dd (me 100 g-1) Tekstur: Pasir Debu Liat Sampel tanah di piringan 4.70 4.00 1.83 0.17 10.76 7.04 4.04 2.30 0.42 0.26 0.18 0.96 29.58 23.73 9.59 1.59 17.04 38.22 44.74 Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB Kriteria Masam Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Sangat tinggi 12 Data iklim selama penelitian (April 2014-Maret 2015) menunjukkan bahwa curah hujan berkisar antara 5-472 mm bulan-1, dengan curah hujan tertinggi pada April 2014 dan terendah pada Oktober 2014, rata-rata curah hujan 224.67 mm bulan-1. Jumlah hari hujan berkisar antara 1-19 hari dengan jumlah hari tertinggi pada Maret 2015 dan terendah pada September serta Oktober 2014, rata-rata jumlah hari hujan 11 hari bulan-1. Jumlah bulan basah sebanyak 7 bulan, sedangkan bulan kering sebanyak 3 bulan. Suhu bulanan berkisar antara 25-350C dengan suhu tertinggi pada Oktober 2014 dan terendah Januari-Maret 2015, ratarata suhu 26-320C. Kelembaban berkisar antara 59-85% dengan kelembaban tertinggi pada Februari 2015 dan terendah pada Oktober 2014, rata-rata kelembaban 73.92% (Lampiran 8). Respons terhadap Taraf Pupuk Tunggal Pemberian pupuk tunggal meningkatkan peubah tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah, dan panjang pelepah daun ke-9, tetapi tidak untuk peubah luas daun pelepah ke-9, kadar hara N, P, K, B, dan Cu, kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis (Tabel 3). Data peubah morfologi yang disajikan hanya pada umur 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 bulan. Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk tunggal Waktu pengamatan TT 13 bulan 14 bulan tn 15 bulan 16 bulan tn 17 bulan 18 bulan tn 19 bulan 20 bulan tn 21 bulan 22 bulan tn 23 bulan 24 bulan * Respons morfologi dan fisiologi tanaman LB JP PP LD KS KD tn ** ** tn tn ** tn tn tn ** tn tn tn ** tn tn tn ** tn tn * ** tn tn tn tn * ** tn tn * ** tn tn tn ** tn tn tn ** * tn tn ** tn tn tn ** tn tn tn tn LF tn - KH tn tn Keterangan: *: nyata pada α = 5% , **: nyata pada α = 1% , tn: tidak nyata pada α = 5%, -: tidak diamati, TT: tinggi tanaman, LB: lingkar batang, JP: jumlah pelepah, PP: panjang pelepah ke-9, LD: luas daun pelepah ke-9, KS: kerapatan stomata, KD: kehijauan daun, LF : laju fotosintesi, KH: kadar hara daun Respons Morfologi Tanaman terhadap Pemberian Taraf Pupuk Tunggal Tinggi Tanaman. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara linier tinggi tanaman kelapa sawit umur 24 bulan (Tabel 4). Pemberian pupuk tunggal dengan dosis tertinggi, yaitu 4500 g urea + 3900 g SP-36 + 4500 g KCl + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O g tanaman-1 tahun-1 masih menunjukkan adanya peningkatan tinggi tanaman. Pemberian pupuk sampai dosis tertinggi 13 meningkatkan tinggi tanaman sebesar 6.87% dibandingkan dengan kontrol pada umur 24 bulan. Tabel 4 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap tinggi tanaman Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 362.47 362.13 379.27 381.73 tn 16 bulan 392.53 390.53 418.00 406.33 tn Tinggi tanaman (cm) 18 20 bulan bulan 417.47 429.67 418.93 431.33 441.73 455.07 438.40 452.73 tn tn 22 bulan 455.93 472.33 477.55 489.60 tn 24 bulan 477.13 501.07 503.33 509.93 *L Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Lingkar Batang. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara linier lingkar batang kelapa sawit umur 18-20 bulan (Tabel 5). Pemberian taraf pupuk tunggal dengan dosis tertinggi masih menunjukkan adanya peningkatan lingkar batang. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sudradjat et al. (2014) yang menunjukkan bahwa lingkar batang bibit kelapa sawit TBM I dapat meningkat karena aplikasi pupuk N, P, dan K. Hara P dan K sangat berperan dalam meningkatkan lingkar batang tanaman, karena hara P dan K berfungsi sebagai pembentuk karbohidrat yang sangat berguna untuk pertumbuhan lingkar batang yang baik. Bonggol atau lingkar batang adalah daerah akumulasi pertumbuhan tanaman khususnya tanaman yang masih muda (Gusmawartati dan Wardati 2012). Tabel 5 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap lingkar batang Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 85.20 85.53 89.20 91.60 tn 16 bulan 96.60 98.60 102.60 105.40 tn Lingkar batang (cm) 18 20 bulan bulan 107.87 115.60 111.00 120.00 116.20 123.47 117.60 126.60 *L *L 22 bulan 124.93 129.87 122.80 133.13 tn 24 bulan 131.80 139.60 140.52 140.53 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Jumlah Pelepah Daun. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara linier jumlah pelepah daun umur 14 bulan dan meningkatkan secara kuadratik pada umur 13, 15-24 bulan (Tabel 6). Pemberian pupuk sampai dosis tertinggi meningkatkan jumlah pelepah daun sebesar 8.94% dibandingkan dengan kontrol pada umur 24 bulan. Faktor lingkungan seperti pemupukan sangat memengaruhi terbentuknya pelepah pada kelapa sawit. 14 Tabel 6 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap jumlah pelepah daun Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 47.07 49.40 51.60 52.33 **L 16 bulan 52.33 54.93 57.53 57.60 **Q Jumlah pelepah daun 18 20 bulan bulan 58.20 62.60 61.00 66.07 63.47 68.93 64.13 69.27 **Q **Q 22 bulan 68.60 72.07 74.71 75.27 **Q 24 bulan 74.60 78.07 80.71 81.27 **Q Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, Q: Kuadratik, **: nyata pada taraf 1%, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Panjang Pelepah ke-9. Pemberian pupuk tunggal meningkatkan secara linier panjang pelepah ke-9 umur 13 dan 22 bulan (Tabel 7). Pemberian pupuk tunggal dengan dosis tertinggi, masih menunjukkan adanya peningkatan panjang pelepah ke-9. Gusmawartati et al. (2013) menyatakan bahwa panjang rachis kelapa sawit disebabkan oleh faktor genetik dari tiap genotipe tanaman kelapa sawit. Rachis sendiri merupakan tempat tumbuhnya anak daun. Tabel 7 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap panjang pelepah daun ke-9 Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 264.67 257.27 266.93 276.47 tn Panjang pelepah ke-9 (cm) 16 18 20 22 bulan bulan bulan bulan 276.73 305.07 322.13 355.80 282.33 319.93 332.80 360.00 286.67 311.93 333.07 364.08 305.33 321.93 346.13 378.40 tn tn tn *L 24 bulan 365.47 364.20 366.33 382.20 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Luas Daun Pelepah ke-9. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun pelepah ke-9 dari awal sampai akhir pengamatan (13-24 bulan) (Tabel 8). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sudradjat et al. (2014) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk N, P, dan K tidak memengaruhi luas daun pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun. 15 Tabel 8 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap luas daun pelepah ke-9 Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 1.99 2.29 2.32 2.46 tn Luas daun pelepah ke-9 (m2) 16 18 20 22 bulan bulan bulan bulan 2.61 2.32 2.64 3.36 2.58 2.34 3.09 3.38 2.52 2.33 2.95 3.39 2.52 2.29 2.95 3.67 tn tn tn tn 24 bulan 3.19 3.27 3.10 3.42 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Peningkatan pertumbuhan tertinggi terjadi pada peubah jumlah pelepah daun sebesar 8.94%, sementara untuk tinggi tanaman peningkatan pertumbuhan sebesar 6.87% lebih banyak dibandingkan dengan kontrol pada umur 24 bulan. Nilai korelasi menunjukkan bahwa jumlah pelepah daun berkorelasi secara nyata positif terhadap tinggi tanaman (0.676) (Lampiran 6). Nilai korelasi tersebut menjelaskan bahwa jika jumlah pelepah daun semakin banyak maka tanaman pun akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini diduga karena jika jumlah pelepah semakin banyak, proses fotosintesis akan meningkat. Asimilat yang dihasilkan dari proses fotosintesis berguna untuk meningkatkan pertumbuhan dan perpanjangan sel. Respons Fisiologi Tanaman terhadap Taraf Pupuk Tunggal Kehijauan Daun. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap kehijauan daun pada umur 18 dan 24 bulan (Tabel 9). Tingkat kehijauan daun erat kaitannya dengan kecukupan hara N. Dari hasil analisis jaringan diketahui kadar N jaringan daun cukup tinggi yaitu berkisar antara 2.83-3.07%. Menurut Ochs dan Olivin (1977) nilai titik kritis N pada daun ke-9 adalah 2.52.75%. Warna daun digunakan untuk menentukan secara visual gejala kekurangan atau kelebihan N, dimana jika terjadi kahat N maka daun akan berwarna hijau pucat kemudian akan menjadi kuning pucat atau kuning cerah (klorosis). Kerapatan Stomata. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan stomata baik pada umur 18 dan 24 bulan (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan tidak dapat memengaruhi kerapatan stomata. Kerapatan stomata pada penelitian ini berkisar antara 182-220 mm-2. Laju Fotosintesis. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap laju fotosintesis pada 18 bulan (Tabel 9). Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Kanny et al. (2015) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk tunggal N, P, dan K sampai dosis 1.88 kg N, 1.34 kg P2O5, dan 2.28 kg K2O tidak memengaruhi laju fotosintesis pada kelapa sawit TBM II. Laju fotosintesis lebih banyak dipengaruhi oleh cahaya, konsentrasi karbondioksida, dan persediaan air. 16 Tabel 9 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respon¢ Kehijauan daun 18 bulan 72.02 71.38 66.77 70.08 tn 24 bulan 70.47 70.65 70.03 67.63 tn Kerapatan stomata (∑ mm-2) 18 24 bulan bulan 205.80 214.86 190.52 211.46 182.31 217.41 193.35 220.81 tn tn Laju fotosintesis (μmol CO2 m-2 s-1) 18 bulan 15.13 15.53 15.51 15.55 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Kadar Hara Jaringan. Pemberian pupuk tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hara N, P, K, B, dan Cu daun umur 18 dan 24 bulan (Tabel 10 dan Tabel 11). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dosis pupuk tunggal yang diberikan belum mampu memengaruhi kadar hara N, P, K, B, dan Cu dalam jaringan tanaman. Kadar hara daun pada pelepah ke-9 berkisar antara 2.57-2.76% N, 0.190.20% P, 0.88-0.98% K (Tabel 10), 3.93-4.64 ppm B, dan 9.75-10.57 ppm Cu pada umur 24 bulan (Tabel 11). Sementara titik kritis hara daun pelepah ke-9 tanaman kelapa sawit belum menghasilkan yaitu 2.5-2.75% N, 0.15-0.16% P, dan 1.00-1.25% K (Ochs dan Olivin 1977), 15-25 ppm B dan 5-7 ppm Cu (IFA 1992). Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk kadar hara N, P, dan Cu lebih tinggi dari nilai titik kritis hara, sementara untuk kadar hara K dan B belum mencapai nilai titik kritis hara. Tabel 10 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kadar hara N, P, dan K daun Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respons¢ Kadar hara jaringan daun N (%) P (%) K (%) 18 24 18 24 18 24 bulan bulan bulan bulan bulan bulan 2.83 2.76 0.17 0.20 0.78 0.88 3.07 2.67 0.18 0.20 0.78 0.89 2.95 2.57 0.18 0.19 0.82 0.98 2.96 2.57 0.18 0.20 0.78 0.91 tn tn tn tn tn tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar 17 Tabel 11 Pengaruh pemberian pupuk tunggal terhadap kadar hara B dan Cu daun Taraf pupuk tunggal kontrol ½x x 2x Pola respons¢ Kadar hara jaringan daun B (ppm) Cu (ppm) 18 bulan 24 bulan 18 bulan 24 bulan 4.10 3.93 4.62 10.57 4.92 4.51 4.51 9.75 3.38 4.64 4.67 9.75 5.78 4.35 6.40 10.44 tn tn tn tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata, x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Kalium dan boron merupakan hara yang sangat dibutuhkan kelapa sawit selama pertumbuhannya. Kekurangan kalium pada tanaman kelapa sawit mengakibatkan nekrosis pada tanaman, klorosis pada pelepah-pelepah muda, pelepah memendek, bercak kuning pada daun, white stripe, daun tua menjadi kering dan mati (Ng 1972). Pada tanaman muda yang kekurangan boron pertumbuhan daun muda lamban dan batang kecil. Kekurangan boron pada tanaman muda menghasilkan dan tanaman menghasilkan ditandai dengan meningkatnya persentase buah yang gugur. Selain itu, kekurangan boron dapat menurunkan produktivitas tanaman (Stephanus et al. 2013). Pada Tabel 10 terlihat bahwa terjadi penurunan kadar N daun pada umur 24 bulan dibandingkan dengan umur 18 bulan tetapi masih pada kisaran di atas titik kritis termasuk kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena pupuk N yang diberikan pada tanaman saat aplikasi pemupukan yang kedua lebih banyak digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif daripada kadar hara daun, sementara kadar hara tanah pada kontrol masih mampu menyokong taraf hara N daun yang cukup. Dengan diketahuinya status hara dalam tanaman maka jumlah pupuk yang harus ditambahkan pada waktu yang akan datang dapat diperkirakan. Penentuan Dosis Optimum Pupuk Tunggal Perlakuan pupuk tunggal nyata meningkatkan secara kuadratik peubah jumlah pelepah daun (13, 15-24 bulan) dan meningkatkan secara linier peubah tinggi tanaman (24 bulan), lingkar batang (18-20 bulan), jumlah pelepah daun (14 bulan), dan panjang pelepah ke-9 (13 dan 22 bulan), tetapi tidak berpengaruh nyata untuk peubah luas daun pelepah ke-9. Kurva dan persamaan regresi untuk respons tiap peubah morfologi pada umur 24 bulan disajikan pada Gambar 1. Penentuan dosis optimum pupuk tunggal menggunakan peubah jumlah pelepah daun karena menunjukkan adanya pengaruh secara kuadratik. Berdasarkan analisis regresi diperoleh dosis optimum pada taraf 1.63 kali dosis rekomendasi (Tabel 12). Dengan demikian dosis optimum untuk pupuk tunggal adalah: 3667.5 g urea+ 3178.5 g SP-36+ 3667.5 g KCl tanaman-1 tahun-1. 18 (b) 510 Jumlah pelepah daun Tinggi tanaman (cm) (a) 520 500 490 y = 14,26x + 485,3 R² = 0,722 480 470 460 0 0,5 1 1,5 2 82 81 80 79 78 77 76 75 74 73 72 y = -2,677x2 + 8,729x + 74,53 R² = 0,998 0 Taraf pupuk tunggal 0,5 1 1,5 2 Taraf pupuk tunggal Gambar 1 Kurva dan persamaan regresi respons tinggi tanaman (a) dan jumlah pelepah daun (b) pada berbagai taraf (x: dosis rekomendasi: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O) pupuk tunggal umur 24 bulan Tabel 12 Persamaan regresi dosis optimum pupuk tunggal Peubah Jumlah pelepah daun Umur (bulan) 13 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Persamaan y = -1.818x2 + 6.215x + 43.86 y = -2.2x2 + 7.06x + 49.46 y = -2.333x2 + 7.393x + 52.19 y = -2.2x2 + 7.193x + 55.26 y = -2.151x2 + 7.329x + 58.11 y = -2.412x2 + 8.006x + 58.52 y = -2.836x2 + 9.071x + 62.50 y = -2.836x2 + 9.071x + 65.50 y = -2.677x2 + 8.729x + 68.53 y = -2.677x2 + 8.729x + 71.53 y = -2.677x2 + 8.729x + 74.53 Rata-rata Dosis Optimum (kali dosis rekomendasi) 1.71 1.60 1.58 1.63 1.70 1.66 1.60 1.60 1.63 1.63 1.63 1.63 ±0.041 Keterangan : Dosis rekomendasi pupuk tunggal pada kelapa sawit TBM II: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl Respons terhadap Taraf Pupuk Majemuk Pemberian pupuk majemuk meningkatkan peubah tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah daun, panjang pelepah ke-9, dan laju fotosintesis, tetapi tidak untuk peubah luas daun pelepah ke-9, seluruh kadar hara daun, kehijauan daun, dan kerapatan stomata (Tabel 13). Data peubah morfologi yang disajikan hanya pada umur 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 bulan. 19 Tabel 13 Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk majemuk Waktu pengamatan 13 bulan 14 bulan 15 bulan 16 bulan 17 bulan 18 bulan 19 bulan 20 bulan 21 bulan 22 bulan 23 bulan 24 bulan Respons morfologi dan fisiologi tanaman TT LB JP PP LD KS KD LF KH tn * * * tn tn tn tn tn tn tn tn tn * * * * * * * * * * * * * * * * * tn tn tn tn tn tn tn tn tn ** tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn * - tn tn Keterangan: *: nyata pada α = 5% , **: nyata pada α = 1% , tn: tidak nyata pada α = 5%, -: tidak diamati, TT: tinggi tanaman, LB: lingkar batang, JP: jumlah pelepah, PP: panjang pelepah ke-9, LD: luas daun pelepah ke-9, KS: kerapatan stomata, KD: kehijauan daun, LF: laju fotosintesis, KH: kadar hara Respons Morfologi Tanaman terhadap Pemberian Taraf Pupuk Majemuk Tinggi Tanaman. Pemberian pupuk majemuk meningkatkan secara kuadratik tinggi tanaman umur 16 bulan (Tabel 14). Pengaruh kuadratik menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk meningkatkan tinggi tanaman pada dosis tertentu kemudian menurun. Namun saat 18 dan 20 bulan pemberian pupuk majemuk meningkat secara linier. Pemberian pupuk majemuk dengan dosis tertinggi, yaitu perlakuan 7200 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 masih menunjukkan adanya peningkatan tinggi tanaman. Tabel 14 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap tinggi tanaman Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 362.47 368.87 374.33 387.67 tn 16 bulan 392.53 402.80 424.53 407.07 *Q Tinggi tanaman (cm) 18 20 bulan bulan 417.47 429.67 429.00 443.20 444.07 459.40 453.47 466.27 *L *L 22 bulan 455.93 468.60 486.60 493.53 tn 24 bulan 477.13 494.07 509.93 516.33 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, Q: Kuadratik, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Lingkar Batang. Pemberian pupuk majemuk meningkatkan secara linier lingkar batang tanaman kelapa sawit umur 20-24 bulan (Tabel 15). Pemberian pupuk majemuk dengan dosis tertinggi masih menunjukkan adanya peningkatan 20 lingkar batang. Pemberian pupuk sampai dosis tertinggi meningkatkan lingkar batang sebesar 10.11% dibandingkan dengan kontrol pada umur 24 bulan. Tabel 15 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap lingkar batang Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 85.20 90.33 90.00 95.07 tn 16 bulan 96.60 101.40 103.27 106.07 tn Lingkar batang (cm) 18 20 bulan bulan 107.87 115.60 107.07 122.87 114.13 122.00 118.67 127.87 tn *L 22 bulan 124.93 131.47 130.33 136.80 *L 24 bulan 131.80 140.40 140.07 145.13 *L Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Jumlah Pelepah Daun. Pemberian pupuk majemuk meningkatkan secara linier jumlah pelepah daun dari awal sampai akhir pengamatan (13-24 bulan) (Tabel 16). Pemberian pupuk majemuk dengan dosis tertinggi masih menunjukkan adanya peningkatan jumlah pelepah daun. Pemberian pupuk sampai dosis tertinggi meningkatkan jumlah pelepah daun sebesar 10.63% dibandingkan dengan kontrol pada umur 24 bulan. Tabel 16 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap jumlah pelepah daun Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 47.07 49.60 51.27 53.00 *L 16 bulan 52.33 54.93 56.87 59.27 *L Jumlah pelepah daun 18 20 bulan bulan 58.20 62.60 60.67 65.93 63.13 68.53 65.67 70.53 *L *L 22 bulan 68.60 71.93 74.53 76.53 *L 24 bulan 74.60 77.93 80.53 82.53 *L Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Panjang Pelepah ke-9. Pemberian pupuk majemuk meningkatkan secara linier panjang pelepah daun ke-9 saat umur 22 bulan (Tabel 17). Pemberian pupuk majemuk dengan dosis tertinggi masih menunjukkan adanya peningkatan panjang pelepah ke-9. 21 Tabel 17 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap panjang pelepah ke-9 Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 264.67 265.67 272.27 286.20 tn Panjang pelepah ke-9 (cm) 16 18 20 22 bulan bulan bulan bulan 276.73 305.07 322.13 355.80 281.40 311.67 312.27 363.27 290.40 318.13 343.80 361.40 305.67 336.00 356.00 385.33 tn tn tn **L 24 bulan 365.47 373.40 363.27 376.27 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, **: nyata pada taraf 1%, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Luas daun Pelepah ke-9. Pemberian pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun pelepah ke-9 dari awal sampai akhir pengamatan (13-24 bulan) (Tabel 18). Tabel 18 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap luas daun pelepah ke-9 Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ 14 bulan 1.99 2.24 2.34 2.48 tn Luas daun pelepah ke-9 (m2) 16 18 20 22 bulan bulan bulan bulan 2.61 2.32 2.64 3.36 2.40 2.34 2.69 3.26 2.54 2.32 3.11 3.51 2.73 2.37 3.10 3.48 tn tn tn tn 24 bulan 3.19 3.27 3.09 3.26 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Perlakuan pupuk majemuk meningkatkan secara linier peubah morfologi tanaman yaitu tinggi tanaman (18 dan 20 bulan), lingkar batang (20-24 bulan), jumlah pelepah daun (13-24 bulan), dan panjang pelepah ke-9 (22 bulan), sementara pada umur 16 bulan tinggi tanaman meningkat secara kuadratik. Dosis optimum untuk pupuk majemuk ini masih belum dapat ditentukan karena kurva respons kuadratik pada peubah tinggi tanaman berada pada awal penelitian (umur 16 bulan) dan terjadi perubahan kurva respons menjadi linier di akhir penelitian (umur 18 dan 20 bulan). Kurva dan persamaan regresi untuk respons tiap peubah morfologi disajikan pada Gambar 2. Tanaman sangat memerlukan unsur hara N, P, K dan unsur lainnnya dalam jumlah yang cukup dan seimbang selama masa pertumbuhan vegetatif. Penelitian Ramadhaini et al. (2014) menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK sampai dosis 80 g bibit -1 memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun dan diameter batang kelapa sawit di pembibitan utama. Peningkatan pertumbuhan tanaman dapat terjadi karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi dari pemberian pupuk majemuk NPK. Pupuk majemuk dapat melepaskan hara N, P, dan K secara perlahan (slow release) dengan baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam pemupukan (Wu et al. 22 2008). Kekurangan N pada tanaman ditandai dengan daun tua mengalami klorosis dan daun-daun gugur pada kasus yang parah. Tanaman yang kahat fosfor menjadi kerdil dan berwarna hijau tua, sedangkan kekurangan K menyebabkan tanaman mengalami nekrosis dan akar mudah terserang penyakit (Salisbury dan Ross 1995). (b) 84 Jumlah pelepah Lingkar batang (cm) (a) 150 145 140 y = 5,855x + 134,2 R² = 0,814 135 130 82 80 y = 3,847x + 75,53 R² = 0,917 78 76 74 72 70 125 0 0,5 1 1,5 Taraf pupuk majemuk 2 0 0,5 1 1,5 2 Taraf pupuk majemuk Gambar 2 Kurva dan persamaan regresi respons lingkar batang (a) dan jumlah pelepah daun (b) pada berbagai taraf (x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O) pupuk majemuk umur 24 bulan Peningkatan pertumbuhan tertinggi terjadi pada peubah jumlah pelepah daun sebesar 10.63%, sementara untuk lingkar batang peningkatan pertumbuhan sebesar 10.11% lebih banyak dibandingkan dengan kontrol pada umur 24 bulan. Nilai korelasi menunjukkan bahwa jumlah pelepah daun berkorelasi secara nyata positif terhadap lingkar batang (0.676) (Lampiran 7). Nilai korelasi tersebut menjelaskan bahwa jika jumlah pelepah daun semakin banyak maka lingkar batang yang terbentuk akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Hal ini diduga karena jika jumlah pelepah semakin banyak maka proses fotosintesis pada tanaman akan meningkat sehingga fotosintat yang dihasilkan semakin banyak yang berguna untuk pertumbuhan vegetatif tanaman seperti lingkar batang. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang menunjang daun, bunga, dan buah karena merupakan sistem pembuluh yang mengangkut hara, air, dan hasil fotosintesis serta sebagai organ penimbun zat makanan (Corley dan Tinker 2003). Respons Fisiologi Tanaman terhadap Pemberian Taraf Pupuk Majemuk Kehijauan Daun. Pemberian pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap kehijauan daun pada umur 18 dan 24 bulan (Tabel 19). Tingkat kehijauan daun erat kaitannya dengan kecukupan hara nitrogen karena nitrogen merupakan salah satu penyusun utama klorofil (zat hijau daun). Kerapatan Stomata. Pemberian pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan stomata pada umur 18 dan 24 bulan (Tabel 19). Hal ini serupa dengan hasil penelitian Siallagan et al. (2014) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK tidak memengaruhi kerapatan stomata tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun. 23 Laju Fotosintesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk meningkatkan secara linier laju fotosintesis pada umur 18 bulan (Tabel 19). Pemberian pupuk majemuk dengan dosis tertinggi masih menunjukkan adanya peningkatan laju fotosintesis. Pemberian pupuk sampai dosis tertinggi meningkatkan laju fotosintesis sebesar 3.04% dibandingkan dengan kontrol pada umur 18 bulan. Salah satu yang memengaruhi laju fotosintesis adalah faktor lingkungan seperti curah hujan. Kekurangan air menyebabkan stomata menutup dan menghambat penyerapan karbondioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis (Salisbury dan Ross 1995). Pada saat dilakukan pengamatan bulan September 2014, curah hujan di lokasi penelitian tergolong rendah yaitu 27 mm (Lampiran 8). Tabel 19 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ Kehijauan daun 18 bulan 72.02 68.65 68.90 71.73 tn 24 bulan 70.47 68.77 70.82 69.12 tn Kerapatan stomata (∑ mm-2) 18 24 bulan bulan 205.80 214.86 196.46 208.07 195.33 209.77 187.97 229.30 tn tn Laju fotosintesis (μmol CO2 m-2 s-1) 18 bulan 15.13 15.57 15.37 15.59 *L Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; L: Linier, tn: tidak nyata, *: nyata pada taraf 5%, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Kadar Hara Jaringan. Pemberian pupuk majemuk tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hara N, P, K, B, dan Cu daun umur 18 dan 24 bulan (Tabel 20 dan Tabel 21), sehingga dosis optimum belum dapat ditentukan. Kadar hara daun pelepah ke-9 berkisar antara 2.70-2.76% N, 0.19-0.20% P, 0.88-0.99% K (Tabel 20), 3.93-5.76 ppm B, dan 9.57-10.57 ppm Cu pada umur 24 bulan (Tabel 21). Titik kritis hara daun pelepah ke-9 tanaman kelapa sawit belum menghasilkan yaitu 2.5-2.75% N, 0.15-0.16% P, dan 1.00-1.25% K (Ochs dan Olivin 1977), untuk B dan Cu yaitu 15-25 ppm B dan 5-7 ppm Cu (IFA 1992). Hasil ini menunjukkan bahwa untuk kadar hara N, P, dan Cu lebih tinggi dari nilai titik kritis hara, sementara untuk kadar hara K dan B belum mencapai nilai titik kritis hara. Kadar hara K dan B daun yang masih di bawah nilai titik kritis hara ini diduga yang menyebabkan belum didapatkannya dosis optimum untuk pupuk majemuk karena terjadi ketidakseimbangan hara dalam tanaman yang mengakibatkan respons tanaman terhadap pemupukan masih terus meningkat. 24 Tabel 20 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kadar hara N, P, dan K daun Kadar hara jaringan daun N (%) P (%) K (%) 18 24 18 24 18 24 bulan bulan bulan bulan bulan bulan 0.78 0.88 2.83 2.76 0.17 0.20 2.98 2.70 0.16 0.19 0.81 0.92 3.04 2.74 0.19 0.20 0.75 0.89 2.93 2.70 0.18 0.20 0.73 0.99 tn tn tn tn tn tn Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Tabel 21 Pengaruh pemberian pupuk majemuk terhadap kadar hara B dan Cu daun Taraf pupuk majemuk kontrol ½x x 2x Pola respons¢ Kadar hara jaringan daun B (ppm) Cu (ppm) 18 bulan 24 bulan 18 bulan 24 bulan 4.10 3.93 4.62 10.57 4.83 5.76 22.13 9.57 5.03 5.60 12.79 9.75 4.96 5.02 16.45 9.92 tn tn tn tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata. P0: pupuk organik 60 kg, Rock Phospate 500 g dan dolomit 500 g lubang-1, x: dosis rekomendasi: 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Respons terhadap Taraf Pupuk Organik Pemberian pupuk organik ditambah pupuk tunggal urea, SP-36, dan KCl tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah morfologi dari awal sampai akhir pengamatan (13-24 bulan). Sementara untuk peubah fisiologi hanya meningkatkan kadar hara P daun umur 24 bulan (Tabel 22). Data peubah morfologi yang disajikan hanya pada umur 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 bulan (Tabel 23). 25 Tabel 22 Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian taraf pupuk organik Waktu pengamatan 13 bulan 14 bulan 15 bulan 16 bulan 17 bulan 18 bulan 19 bulan 20 bulan 21 bulan 22 bulan 23 bulan 24 bulan Respons morfologi dan fisiologi tanaman TT LB JP PP LD KS KD LF KH tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn - tn * Keterangan: tn: tidak nyata pada α = 5%, *: nyata pada taraf 5% -: tidak diamati, TT: tinggi tanaman, LB: lingkar batang, JP: jumlah pelepah, PP: panjang pelepah ke-9, LD: luas daun pelepah ke-9, KS: kerapatan stomata, KD: kehijauan daun, LF: laju fotosintesis, KH: kadar hara Penambahan pupuk organik sampai 60 kg tanaman-1 tahun-1 belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan morfologi tanaman kalapa sawit, kehijauan daun, kerapatan stomata, laju fotosintesis (Tabel 24), dan kadar hara daun (N, K, B, dan Cu) (Tabel 25 dan Tabel 26) sampai bulan ke 24. Asrul et al. (2012) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik tidak memengaruhi pertambahan jumlah daun, berat bibit, dan diameter batang bibit kelapa sawit. Begitu juga pada penelitian Siallagan et al. (2014) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik tidak berpengaruh terhadap panjang pelepah, jumlah pelepah, luas daun, kadar K daun, kerapatan stomata, dan kehijauan daun kelapa sawit umur satu tahun. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk organik sebagai pupuk dasar sebanyak 60 kg tanaman-1 tahun-1 sudah cukup banyak, sehingga perlakuan yang diberikan pada penelitian ini (30 kg dan 60 kg tanaman-1 tahun-1) tidak memberikan efek. Penyebab lain diduga karena tanaman belum merespons pupuk organik yang diberikan, membutuhkan waktu yang cukup lama bagi tanaman untuk menyerap hara dari pupuk organik. Berbeda dengan hasil penelitian Uwumarongie et al. (2012) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik meningkatkan pertumbuhan vegetatif, kadar klorofil, dan kadar nitrogen pada pembibitan kelapa sawit. 26 Tabel 23 Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap peubah morfologi Taraf pupuk organik kontrol x 2x 14 bulan 379.07 362.60 370.40 kontrol x 2x 90.47 89.20 86.67 kontrol x 2x 51.33 50.13 51.00 kontrol x 2x 272.73 260.53 268.67 kontrol x 2x Pola respons ¢ 2.45 2.18 2.37 tn Tinggi tanaman (cm) 18 20 22 bulan bulan bulan 436.20 450.27 483.67 428.87 445.60 476.93 431.80 448.93 472.07 Lingkar batang (cm) 104.13 115.47 124.20 133.13 101.53 113.87 123.27 132.87 100.27 113.27 124.53 131.33 Jumlah pelepah daun 56.80 63.00 68.27 74.27 55.87 61.87 67.67 73.33 56.73 62.73 68.13 73.93 Panjang pelepah daun ke-9 (cm) 290.27 325.00 331.33 369.20 275.53 332.40 324.73 358.93 282.33 315.40 331.80 369.87 Luas daun pelepah ke-9 (m2) 2.62 2.32 2.64 3.34 2.35 2.25 2.90 3.31 2.60 2.33 3.26 3.59 tn tn tn tn 16 bulan 415.47 392.47 408.53 24 bulan 510.40 502.93 494.07 142.40 141.53 139.40 80.27 79.33 79.93 378.60 358.13 366.73 3.25 3.22 3.35 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata. kontrol: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl, x: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 30 kg pupuk organik, 2x: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg pupuk organik, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Tabel 24 Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis daun Taraf pupuk organik kontrol x 2x Pola respons ¢ Kehijauan daun 18 bulan 66.98 67.02 70.50 tn 24 bulan 68.27 69.57 70.47 tn Kerapatan stomata (∑ mm-2) 18 24 bulan bulan 189.67 214.86 194.20 221.66 179.48 214.86 tn tn Laju fotosintesis (μmol CO2 m-2 s-1) 18 bulan 15.57 15.74 15.46 tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata. kontrol: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl, x: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 30 kg pupuk organik, 2x: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 60 kg pupuk organik, semua perlakuan ditambah pupuk dasar 27 Tabel 25 Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kadar hara N, P, dan K daun Taraf pupuk organik kontrol x 2x Pola respon¢ Kadar hara jaringan daun N (%) P (%) K (%) 18 24 18 24 18 24 bulan bulan bulan bulan bulan bulan 2.98 2.55 0.18 0.21 0.70 0.93 2.93 2.80 0.20 0.20 0.72 0.82 2.89 2.80 0.17 0.20 0.82 0.91 tn tn tn *S tn tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; S: Residu; tn: tidak nyata; *: nyata pada taraf 5%, kontrol: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl, x: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 15 kg pupuk organik, 2x: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 30 kg pupuk organik, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Tabel 26 Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap kadar hara B dan Cu daun Taraf pupuk organik kontrol x 2x Pola respons¢ Kadar hara jaringan daun B (ppm) Cu (ppm) 18 24 18 24 bulan bulan bulan bulan 4.53 5.24 29.69 10.21 6.01 6.49 14.25 10.45 5.65 5.85 8.03 10.10 tn tn tn tn Keterangan : ¢: Uji polinomial ortogonal; tn: tidak nyata. kontrol: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl, x: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 15 kg pupuk organik, 2x: 600 g urea + 750 g SP-36 + 700 g KCl + 30 kg pupuk organik, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Pemberian pupuk organik hanya meningkatkan kadar hara P daun umur 24 bulan (Tabel 25). Kadar hara daun pelepah ke-9 berkisar antara 2.50-2.80% N, 0.20-0.21% P, 0.82-0.93% K (Tabel 25), 5.24-6.49 ppm B, dan 10.10-10.45 ppm Cu pada umur 24 bulan (Tabel 26). Titik kritis hara daun pelepah ke-9 tanaman kelapa sawit belum menghasilkan yaitu 2.5-2.75% N, 0.15-0.16% P, dan 1.001.25% K (Ochs dan Olivin 1977), untuk kadar B dan Cu, yaitu 15-25 ppm B dan 5-7 ppm Cu (IFA 1992). Hasil ini menunjukkan bahwa untuk kadar hara N, P, dan Cu lebih tinggi dari nilai titik kritis hara, sementara untuk kadar hara K dan B belum mencapai nilai titik kritis hara. Tabel 25 menunjukkan bahwa tanaman yang tidak diberi pupuk organik memberikan kadar hara P dan K yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman dengan pupuk organik pada umur 24 bulan. Pupuk organik hanya mampu menyumbangkan hara bagi tanaman dengan kadar yang rendah. Dari hasil analisis, kandungan hara N, P, dan K pada pupuk organik yang digunakan tergolong rendah yakni 1.34% N, 1.03% P, dan 1.02% K. Pupuk organik lebih berperan dalam memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah. 28 Respons terhadap Pemberian Pupuk Mikro Pemberian pupuk mikro B dan Cu tidak berpengaruh terhadap semua peubah morfologi, kehijauan daun, kerapatan stomata, laju fotosintesis, kadar hara N, P, K, dan Cu sampai umur 24 bulan (Tabel 29), tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar hara B daun umur 18 bulan (Tabel 27). Data peubah morfologi yang disajikan hanya pada umur 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 bulan (Tabel 28). Tabel 27 Rekapitulasi hasil analisis ragam data penelitian pemberian pupuk mikro Waktu pengamatan 13 bulan 14 bulan 15 bulan 16 bulan 17 bulan 18 bulan 19 bulan 20 bulan 21 bulan 22 bulan 23 bulan 24 bulan Respons morfologi dan fisiologi tanaman TT LB JP PP LD KS KD LF KH tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn - * tn Keterangan: *: nyata pada α = 5% , tn: tidak nyata pada α = 5%, -: tidak diamati,TT: tinggi tanaman, LB: lingkar batang, JP: jumlah pelepah, PP: panjang pelepah ke-9, LD: luas daun pelepah ke-9, KS: kerapatan stomata, KD: kehijauan daun, LF : laju fotosintesi, KH: kadar hara daun Tengoua et al. (2015) menunjukkan bahwa pemberian pupuk B sampai konsentrasi 2 mg l-1 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah morfologi dan fisiologi pada kelapa sawit di pembibitan. Unsur B sangat diperlukan untuk pertumbuhan semua tanaman terutama pada fase generatif. Kandungan B yang cukup sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan hasil tanaman, karena B dapat meningkatkan transportasi fotosintat yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah (Munawar 2011). Sementara Cu berperan penting dalam proses fotosintesis sebagai pembentuk klorofil. Hasil penelitian Tengoua et al. (2015) menunjukkan pemberian pupuk Cu memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman dan bobot kering kelapa sawit di pembibitan pada konsentrasi 2 mg l-1. Peran Cu lebih terlihat pada tanah gambut (Wanasuria dan Gales 1990). Kadar hara daun pelepah ke-9 yaitu 2.55–2.74% N, 0.19–0.21% P, dan 0.89–0.98% K (Tabel 30) serta 4.64-5.60 ppm B dan 9.75-10.21 ppm Cu pada umur 24 bulan (Tabel 31). Titik kritis hara daun pelepah ke-9 tanaman kelapa sawit belum menghasilkan yaitu 2.5-2.75% N, 0.15-0.16% P, dan 1.00-1.25% K (Ochs dan Olivin 1977), serta 15-25 ppm B dan 5-7 ppm Cu (IFA 1992). Hasil ini menunjukkan bahwa untuk kadar hara N, P, dan Cu lebih tinggi dari nilai titik kritis hara, sementara untuk kadar hara K dan B belum mencapai nilai titik kritis hara. 29 Tabel 28 Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap peubah morfologi Pupuk mikro M1a M1b M0a M0b 14 bulan 379.27 374.33 379.07 366.13 M1a M1b M0a M0b 89.20 90.00 90.47 88.47 M1a M1b M0a M0b 51.60 51.27 51.33 50.33 M1a M1b M0a M0b 2.32 2.34 2.45 2.23 M1a M1b M0a M0b Pola respons¢ 266.93 272.27 272.73 259.53 tn Tinggi tanaman (cm) 16 18 20 22 bulan bulan bulan bulan 418.00 441.73 455.07 477.55 424.53 444.07 459.40 486.60 415.47 436.20 450.27 483.67 395.53 425.47 439.87 469.47 Lingkar batang (cm) 102.60 116.20 123.47 122.80 103.27 114.13 122.00 130.33 104.13 115.47 124.20 133.13 99.60 111.07 121.13 128.40 Jumlah pelepah daun 57.53 63.47 68.93 74.78 56.87 63.13 68.53 74.53 56.80 63.00 68.27 74.27 55.87 61.80 67.13 73.13 Luas daun pelepah ke-9 (m2) 2.52 2.33 2.95 3.39 2.54 2.32 3.11 3.51 2.62 2.32 2.64 3.34 2.46 2.11 2.63 3.32 Panjang pelepah ke-9 (cm) 286.67 311.93 333.07 364.08 290.40 318.13 343.80 361.40 290.27 325.00 331.33 369.20 288.33 324.47 321.13 357.20 tn tn tn tn 24 bulan 503.33 509.93 510.40 493.07 140.52 140.07 142.40 140.53 80.78 80.53 80.27 79.13 3.10 3.09 3.25 3.07 366.33 363.27 378.60 364.00 tn Keterangan: ¢: Uji kontras ortogonal; tn: tidak nyata, M1a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, M1b: 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, M0a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl, M0b: 3600 g NPK, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Pada Tabel 31 dapat dilihat bahwa kadar hara B daun pada umur 18 bulan meningkat dan menunjukkan bahwa perlakuan 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 (M1b) menghasilkan kadar hara B yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1 (M1a). Hal ini diduga karena konsentrasi N (948.37 g N) pada pupuk tunggal lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk majemuk (443.88 g N). Tingginya konsentrasi N akan menurunkan akumulasi dan ketersediaan B pada tanah yang dapat diserap tanaman (Goh et al. 2007). Penelitian Broschat (2011) menunjukkan bahwa aplikasi pupuk B pada tanaman kelapa tidak dapat meningkatkan kensentrasi B pada daun sampai dua bulan setelah aplikasi. Analisis jaringan tanaman pada tahap awal pertumbuhan vegetatif akan membantu untuk mencegah defisiensi B. 30 Tabel 29 Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kehijauan daun, kerapatan stomata, dan laju fotosintesis daun Pupuk mikro M1a M1b M0a M0b Pola respon ¢ Kerapatan stomata (∑ mm-2) 18 24 bulan bulan 182.31 217.41 195.33 209.77 189.67 214.86 181.74 228.45 tn tn Kehijauan daun 18 bulan 66.77 68.90 66.98 71.53 tn 24 bulan 70.03 70.82 68.27 68.77 tn Laju fotosintesis (μmol CO2 m-2 s-1) 18 bulan 15.51 15.37 15.57 15.42 tn Keterangan: ¢: Uji kontras ortogonal; tn: tidak nyata , M1a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, M1b: 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, M0a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl, M0b: 3600 g NPK, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Tabel 30 Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar hara N, P, dan K daun Pupuk mikro M1a M1b M0a M0b Pola respon¢ Kadar hara jaringan daun N (%) P (%) K (%) 18 24 18 24 18 24 bulan bulan bulan bulan bulan bulan 2.95 2.57 0.18 0.19 0.82 0.98 3.04 2.74 0.19 0.20 0.75 0.89 2.98 2.55 0.18 0.21 0.70 0.93 3.08 2.59 0.18 0.20 0.72 0.94 tn tn tn tn tn tn Keterangan: ¢: Uji kontras ortogonal; tn: tidak nyata, M1a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, M1b: 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, M0a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl, M0b: 3600 g NPK, semua perlakuan ditambah pupuk dasar Tabel 31 Pengaruh pemberian pupuk mikro terhadap kadar hara B dan Cu daun Pupuk mikro M1a M1b M0a M0b Pola respons¢ Kadar hara jaringan daun B (ppm) Cu (ppm) 18 bulan 3.38 5.03 4.53 5.55 * M1a vs M1b 24 bulan 4.64 5.60 5.24 5.58 18 bulan 4.67 12.79 29.69 15.55 24 bulan 9.75 9.75 10.21 9.99 tn tn tn Keterangan: ¢: Uji kontras ortogonal; tn: tidak nyata, M1a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O, M1b: 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O, M0a: 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl, M0b: 3600 g NPK, semua perlakuan ditambah pupuk dasar 31 Pembahasan Umum Pupuk sangat diperlukan tanaman kelapa sawit terutama pada fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Prinsip lima tepat (tepat cara, waktu, dosis, jenis, dan frekuensi) menjadi hal yang harus diupayakan dalam pemupukan agar tidak terjadi pemborosan dalam pemberian pupuk. Pupuk yang diberikan untuk mencukupi kebutuhan akan unsur hara bagi tanaman dapat berasal dari pupuk anorganik tunggal maupun majemuk serta pupuk organik yang mengandung unsur makro dan mikro yang diperlukan tanaman. Dosis optimum untuk pupuk tunggal sudah dapat ditentukan pada penelitian ini, sementara untuk pupuk majemuk belum dapat ditentukan pada rentang dosis yang digunakan. Penentuan dosis optimum pupuk tunggal menggunakan peubah jumlah pelepah daun karena menunjukkan pengaruh yang kuadratik. Jumlah pelepah daun dapat dijadikan peubah penentu dosis optimum karena daun merupakan bagian tanaman yang terlibat langsung pada proses fotosintesis. Fotosintesis menghasilkan fotosintat yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Berdasarkan persamaan regresi untuk pupuk tunggal diperoleh dosis optimum pada taraf 1.63 ± 0.041 kali dosis rekomendasi, sehingga dosis pupuk tunggal untuk tanaman kelapa sawit TBM II adalah: 3667.5 g urea+ 3178.5 g SP36+ 3667.5 g KCl tanaman-1 tahun-1. Dosis yang didapat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan dosis rekomendasi yang digunakan. Belum tercapainya dosis optimum untuk pupuk majemuk dan tidak adanya pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pada perlakuan pupuk organik dan mikro diduga karena dari hasil analisis tanah awal terlihat bahwa kandungan Al-dd sangat tinggi. Tingginya kandungan Al-dd dapat menyebabkan gangguan terhadap akar tanaman baik fisiologi maupun morfologinya. Gangguan sistem perakaran ini akan menghambat serapan hara dan air yang berakibat pada gangguan pertumbuhan dan penurunan produksi tanaman (Soepardi 1979). Namun tingginya Al-dd di dalam tanah tersebut belum sampai meracuni tanaman karena tidak ditemukan gejala keracunan di lapangan. Untuk perlakuan pupuk majemuk, organik, dan mikro, pada Tabel 32 terlihat bahwa nilai rata-rata tertinggi jumlah pelepah daun umur 24 bulan untuk perlakuan pupuk majemuk ada pada dosis tertinggi yaitu pupuk NPK 7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O tanaman-1 tahun-1. Untuk pupuk organik, nilai ratarata tertinggi ada pada perlakuan tanpa pupuk organik yaitu pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl tanaman-1 tahun-1. Sementara untuk pupuk mikro nilai rata-rata tertinggi ada pada perlakuan pupuk 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O (M1a) dan 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O (M1b). Pada semua perlakuan yang diujikan terlihat bahwa kadar kalium dalam daun di akhir pengamatan masih di bawah nilai titik kritis hara. Hal ini diduga karena pada saat pengambilan sampel daun bulan Maret 2015 curah hujan di lokasi penelitian tergolong tinggi yaitu 403 mm, kalium merupakan unsur hara yang mobil dan sangat peka terhadap pencucian, terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi (Soepardi 1979). 32 Tabel 32 Rekapitulasi pengaruh taraf pupuk terbaik dari masing-masing kelompok pemupukan terhadap rata-rata jumlah pelepah daun pada umur 24 bulan Perlakuan taraf pemupukan (tanaman-1 tahun-1) Jumlah pelepah daun NPK 7200 g + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl 2250 g urea + 1950 g SP-36 + 2250 g KCl + 50 g borat +50 g CuSO4.5H2O 3600 g NPK + 50 g borat + 50 g CuSO4.5H2O 82.53 80.27 80.78 80.53 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Perlakuan pupuk tunggal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara linier terhadap peubah tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah daun, dan panjang pelepah ke-9, serta secara kuadratik terhadap peubah jumlah pelepah daun. Dosis optimum untuk pupuk tunggal diperoleh pada taraf 1.63 kali dosis rekomendasi, dengan demikian dosis untuk tanaman kelapa sawit TBM II adalah: 3667.5 g urea + 3178.5 g SP-36 + 3667.5 g KCl tanaman-1 tahun-1. 2. Perlakuan pupuk majemuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara linier terhadap peubah tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah pelepah daun, dan panjang pelepah ke-9, sementara pada awal pengamatan tinggi tanaman meningkat secara kuadratik. Dosis optimum untuk pupuk majemuk belum bisa ditentukan sampai rentang dosis yang digunakan. 3. Perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan tanaman, namun meningkatkan kadar hara P daun saat umur 24 bulan. 4. Pemberian pupuk mikro tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan tanaman, namun meningkatkan kadar hara B daun umur 18 bulan. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan. 33 DAFTAR PUSTAKA Asrul L, Mustari K, Ahmad F. 2012. Pertumbuhan bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik di PT Perkebunan Nusantara XIV Unit I Burau Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan. J Agronomika. 1(3): 126-135. Broschat TK. 2011. Uptake and distribution of boron in coconut and paurotis palms. Hort Science. 46(12):1683–1686. Corley RHV, Tinker PB. 2003. The Oil Palm. 4th ed. Oxford (GB): Blackwell Science Ltd. Goh KJ, Gan HH, Kee KK, Chew PS, Teoh KC. 2007. Boron Requirement and Distribution in the Oil Palm (Elaeis guineensis. Jacq) and Some Implications on Manuring Practices. Proceedings of the 3rd International Symposium on all Aspects of Plant and Animal Boron Nutrition. p 189-192. Gusmawartati, Hapsoh, Rambe WPD. 2013. Pemberian mikroorganisme selulotik (MOS) dan pupuk anorganik pada pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di TBM II. J Agroteknologi. 3(2):21-26. ------------------, Wardati. 2012. Pemberian pupuk anorganik dan air pada tanah gambut terhadap pertumbuhan kelapa sawit di pre nursery. J. Agrotek. Trop. 1 (1): 23-26. Hartatik W, Widowati LR. 2010. Pupuk kandang. [internet]. [diunduh pada 2014 Mar 15]. Tersedia pada http://balittanah.litbang.deptan.go.id. [IFA] International Fertilizer Industry Association. 1992. IFA World Fertilizer Use Manual. Germany. Kanny PI, Sudradjat, Sugiyanta. 2015. The role of manure, nitrogen, phosporus, and potassium fertilizer on growth of two year old palm oil in Jonggol, Bogor, Indonesia. International J of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). 23(1): 25-33. Manurung ANH, Sudradjat, Hariyadi. 2015. Optimization rate of organic and NPK compound fertilizers on second year immature oil palm. Asian journal of applied sciences. 3(3):375-381. Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press. Ng SK. 1972. The Oil Palm, its Culture, Manuring and Utilisation. International Potash Institute. Ochs R, Olivin J. 1977. Le diagnostic foliaire pour le controle de la nutrition des plantations de palmiers à huile: Prélèvement des échantillions foliares. Oléagineux. 32(5):211-216. Pusat Penelitian Tanah. 2005. Analisis Tanah dan Tanaman. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Ramadhaini RF, Sudradjat, Wachjar A. 2014. Optimasi dosis pupuk majemuk NPK dan kalsium pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan utama. J Agron Indonesia: 42(1): 52-58. Safuan LO, Fransiscus S, Rembon, Syaf H. 2013. Evaluasi status hara tanah dan jaringan sebagai dasar rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada tanaman kelapa sawit. J Agriplus. 23(2):154-162. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. Bandung (ID): ITB. 34 Saputra H. 2014. Optimasi dan pengaruh berbagai paket pemupukan pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siallagan I, Sudradjat, Hariyadi. 2014. Optimasi dosis pupuk organik dan NPK majemuk pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. J Agron Indonesia. 42(2): 166-172. Soepardi G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah I. Bogor (ID): IPB. Stephanus D, Supriadi, Sarifuddin. 2013. Survei dan pemetaan status hara tembaga dan boron perkebunan kelapa sawit rakyat hutabayu raja. J Agroekoteknologi. 2(1):64-71. Sudradjat, Saputra H, Yahya S. 2015. Optimization of NPK compound fertilizer package rate on one year old oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) trees. International J of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). 20(1): 365372. -------------, Sukmawan Y, Sugianta. 2014. Influence of manure, nitrogen, phosphorus, and photassium fertilizer aplication on growth of one-year-old oil palms on marginal soil in Jonggol, Bogor, Indonesia. J Of Tropical Crop Science. 1(2): 18-24. Tengoua FF, Hanafi MM, Idris AS, Syed-Omar SR. 2015. Screening for optimum concentrations of Boron, Copper, and Manganese for the growth of three-month old oil palm seedlings in solution culture. Pertanika J Trop Agric Sci. 38 (1): 113 – 126. Uwumarongie-Ilori EG, Sulaiman-Ilobu BB, Ederion O, Imogie A, Imoisi BO, Garuba N, Ugbah M. 2012. Vegetative growth performance of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) seedling in response to inorganic and organic fertilizer. Greener J of Agricultural Sciences. 2(2); 26-30. Wanasuria S, Gales K. 1990. Copper Deficiency of Oil Palm on Mineral Soils in Sumatra. Proceedings 1989 PORIM International Development Conference Module II Agriculture. pp 431-439. Webb MJ. 2009. A conceptual framework for determining economically optimal fertiliser use in oil palm plantations with factorial fertiliser trials. Nutr Cycl Agroecosyst. 83:163-178. Winarna, Darmosarkoro W, Sutarta ES. 2007. Teknologi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Wu L, Liu M, Liang R. 2008. Preparation and properties of a double-coated slowrelease NPK compound fertilizer with superabsorbent and water-retention. Bioresource Technology. 99(2008):547-554. 35 LAMPIRAN 36 Lampiran 1 Batas kritis kadar hara makro pada daun kelapa sawit Umur Tanaman Batas Kekurangan Tanaman muda (di bawah 6 tahun) Optimal Kelebihan Kekurangan Tanaman tua (di atas 6 tahun) Optimal Kelebihan N < 2.50 2.602.90 > 3.10 < 2.30 2.402.80 > 3.00 Persentase (%) P K < 0.15 < 1.00 0.161.100.19 1.30 > 0.25 > 1.80 < 0.14 < 0.75 0.150.900.18 1.20 > 0.25 > 1.60 Mg < 0.20 0.30-0.45 > 0.70 < 0.20 0.25-0.40 > 0.70 Sumber: IFA (1992) Lampiran 2 Batas kritis kadar hara mikro pada daun kelapa sawit Umur Tanaman Batas Kekurangan Tanaman muda (di bawah 6 tahun) Tanaman tua (di atas 6 tahun) Optimal Kelebihan Kekurangan Optimal Kelebihan Ca < 0.30 0.500.70 > 1.00 < 0.25 0.500.70 > 1.00 Persentase (%) S Cl < 0.20 < 0.25 0.250.500.40 0.70 > 0.60 > 1.00 < 0.20 < 0.25 0.250.500.35 0.70 >0.60 > 1.00 B <8 1525 > 35 <8 1525 > 40 Ppm Cu <3 5-7 > 15 <3 5-8 > 15 Sumber: IFA (1992) Lampiran 3 Uptake hara oleh tanaman kelapa sawit Uptake hara Diangkut saat panen Immobil dalam jaringan Dikembalikan ke tanah Total hara ter-uptake N 0.49 0.27 0.53 1.29 Total hara ter-uptake ha-1 191 Sumber: Ng dan tamboo (1967) dalam IFA (1992) Unsur hara (kg pohon-1 tahun-1) P2O5 K2O 0.18 0.76 0.05 0.56 0.17 0.83 0.40 2.15 kg ha-1 62 318 MgO 0.23 0.12 0.32 0.66 98 37 Lampiran 4 Hasil analisis pupuk organik yang digunakan Parameter pH C (%) N (%) P2O5 (%) K2O (%) Ca (%) Mg (%) Kadar air (%) Hasil uji mutu 7.50 33.10 1.34 1.03 1.02 1.99 0.37 48.02 Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB Lampiran 5 Hasil analisis pupuk anorganik yang digunakan Parameter Urea N (%) SP36 P2O5 (%) KCl K2O (%) Cu CuSO4 (%) B B2O3 (%) NPK N (%) P2O5 (%) K2O (%) Hasil uji mutu 42.15 34.84 51.19 21.68 51.35 12.33 15.31 14.12 Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB Lampiran 6 Hasil uji korelasi antarpeubah pengamatan pupuk tunggal pada umur 24 bulan Peubah TT JP TT 0.837a ** JP - Keterangan: a: nilai korelasi pearson *: nyata pada α = 5%, **: nyata pada α = 1% , TT: tinggi tanaman, JP: jumlah pelepah 38 Lampiran 7 Hasil uji korelasi antarpeubah pengamatan pupuk majemuk pada umur 24 bulan Peubah LB JP LB 0.676a * JP - Keterangan: a: nilai korelasi pearson *: nyata pada α = 5%, **: nyata pada α = 1%, LB: lingkar batang, JP: jumlah pelepah Lampiran 8 Data curah hujan, hari hujan, suhu, dan kelembaban udara April 2014Maret 2015 Bulan-tahun April 2014 Mei 2014 Juni 2015 Juli 2014 Agustus 2014 September 2014 Oktober 2014 November 2014 Desember 2014 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 Total Curah hujan (mm) 472 155 250 167 75 27 5 282 298 318 244 403 2696 Hari hujan (hari) 17 13 7 10 4 1 1 15 11 18 16 19 132 Suhu ratarata (0C) 26-33 27-33 27-32 26-31 26-33 26-34 27-35 27-33 26-31 25-29 25-29 25-31 26-32 Sumber: Kebun Pendidikan dan Percobaan Jonggol IPB-Cargill Kelembaban (%) 77 77 78 76 71 64 59 67 69 83 85 81 887 39 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Desember 1989 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Indarto (alm) dan Ibu Sulistyowati. Pendidikan dasar dan menengah penulis selesaikan pada tahun 1995–2007 di SD Kartika II-5 Bandar Lampung, SMPN 8 Bandar Lampung, dan SMAN 9 Bandar Lampung. Penulis melanjutkan pendidikan S1 tahun 2007 pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pada tahun 2013 penulis diterima di Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah berjudul Optimization and effect of N, P, and K single fertilizer package rate on two years old immature oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) yang merupakan bagian dari tesis penulis sudah diterbitkan oleh Asian Journal of Applied Sciences.