13 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Dalam dunia modern

advertisement
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
Umum
Dalam dunia modern seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi
bagian kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan
produk pangan. Sejalan dengan itu pengemasan telah berkembang dengan pesat
menjadi bidang ilmu dan teknologi yang makin canggih. Ruang lingkup bidang
pengemasan saat ini juga sudah semakin luas, dari mulai bahan yang sangat
bervariasi hingga model atau bentuk dan teknologi pengemasan yang semakin
canggih dan menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan
kertas, plastik, gelas logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Industri
bahan kemasan di Indonesia juga sudah semakin banyak, seperti industri
penghasil kemasan karton, kemasan gelas, kemasan plastik, kemasan laminasi
yang produknya sudah mengisi kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Fungsi
paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk
dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan
dipasarkan. Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan,fleksibel, multiguna, kuat,
tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal).
3.1.1 Mesin Packaging
Mesin packaging adalah mesin produksi yang digunakan untuk
mengemas produk yang di hasilkan di suatu perusahaan. Mesin
packaging ini masih ada yang dikendalikan secara manual atau
menggunakan komputerisasi. Dalam pembahasan kerja praktek ini
penulis membahas mesin packaging yang hanya difungsikan untuk
mengemas makanan. Kemasan yang digunakan menggunakan material
kemasan metalize.
Gambar 3.1 Mesin Packaging UE 25
Bagian – bagian mesin packaging , yaitu ;
1. Panel Kontrol
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2. Conveyor Input.
3. Film Roll
4. Center Sealer dan End Sealer
.
3.1.2 Panel Kontrol
Panel kontrol pada mesin packaging berfungsi untuk mengatur
seluruh kegiatan sistem pada mesin. Beberapa komponen dan fungsinya
yang ada di dalam kontrol panel, yaitu :
1.
Touch Screen
Untuk menunjukan dan mengatur temperatur , speed dan setting-an
semua kontrol mesin.
2.
Sensor Indikator
Untuk menunjukan sensor dalam keadaan beroprasi
3.
Forward / Reverse Indikator
Untuk menunjukan maju mundur nya film
4.
Speed Kontrol Potensiometer
Untuk mengatur kecepatan mesin
5.
Inching
Untuk mengoperasikan mesin secara manual
6.
Stop Push Button
Untuk menghentikan mesin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
7.
Start Push Button
Untuk mengoperasikan mesin
8.
Emergency Push Button
Untuk menghentikan mesin dalam keadaan terkunci dan start push
button tidak berfungsi dalam mode ini.
Gambar 3.2 Panel Kontrol
3.1.3 Conveyor Input
Pada mesin packaging conveyor input berfungsi untuk membawa
produk secara otomatis dan kontinyu sebelum masuk pada kemasan.
Struktur mekanik conveyor input adalah serangakian rantai stainless dan
finger pembawa. Penggaturan conveyor sangat di perlukan agar supply
produk lancar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Gambar 3.3 Conveyor Input
3.1.4 Film Roll
Pemasangan film roll pada holder roller di atur sehingga center
dari lebar film sama dengan center dari gerak produk yang juga center
dengan center seal. Jika center film tidak pada center yang di tentukan
maka atur adjuster inner cone flange dan outer cone flange.
Gambar 3.4 Film Roll
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3.1.5 Center Sealer dan End Sealer
Sealer dalam mesin packaging berperan sangat fital untuk menjaga
kualitas produk tetap terjaga. Center sealer berfungsi untuk penyegelan
awal dalam proses pengemasan produk sedangkan end sealer berfungsi
untuk melakukan penyegelan dan pemotongan akhir. Kedua part ini di
hubungkan dengan pemanas / heater untuk memanaskan kemasan.
Gambar 3.5 Center dan End Sealer
3.2.
Teori Dasar Sistem Kontrol
Sistem yang mempunyai kemampuan untuk melakukan start, mengatur
dan memberhentikan suatu proses untuk mendapatkan output yang sesuai dengan
yang diinginkan disebut “Sistem Kontrol.” Jika sistem kontrol bekerja secara
otomatis (tanpa menggunakan tenaga manusia) maka sistem tersebut dinamakan
sistem kontrol otomatis. Setiap sistem kontrol mempunyai tiga elemen pokok,
yaitu: input, proses, dan output.
Gambar 3.6 Diagram Blok Elemen Dasar Sistem Kontrol
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Berikut ini penjelasan mengenai blok elemen dasar sitem kontrol tersebut :
1. Proses adalah operasi yang sengaja dibuat, berlangsung secara kontinyu,
yang terdiri dari beberapa aksi atau perubahan yang dikontrol, yang
diarahkan menuju ke suatu hasil atau keadaan akhir tertentu. Dalam modul
ini setiap operasi yang dikontrol disebut proses. Peralatan yang digunakan
untuk mengontrol operasi disebut controller. Sedangkan obyek fisik yang
dikontrol disebut plant. Bagian proses bertugas untuk memproses
(mengontrol) sinyal input (masukan) untuk menghasilkan sinyal output
(keluaran)
2. Input merupakan sinyal masukan yang umumnya dihasilkan dari sebuah
sensor. Sensor ini adalah suatu alat pengubah (tranduser) yang dapat
merubah kuantitas (besaran) fisik menjadi kuantitas (besaran) listrik.
Sensor sering digunakan untuk pendeteksi saat melakukan pengukuran
atau pengendalian.
3. Output merupakan sinyal keluaran yang dihasilkan dari bagian proses,
berupa sinyal listrik yang dipakai untuk mengaktifkan peralatan output
(actuator) seperti : motor, solenoid, lampu indikator, buzer, heater, katup,
dsb.
3.3.
Teori Dasar Adpator
Adaptor merupakan perangkat elektronika yang berfungsi mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC yang output tegangannya dapat di sesuaikan
dengan kebutuhan. Sebuah DC power supply atau adaptor pada dasarnya memiliki
empat bagian utama agar dapat menghasilkan arus DC yang stabil, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
1. Transformator.
2. Penyearah (Rectifier).
3. Penyaring (Filter).
4. Voltage Regulator.
Gambar 3.7 Dagram Blok Catu Daya
3.3.1 Transformator
Transformator (Transformer) atau disingkat dengan Trafo yang
digunakan untuk DC power supply adalah Transformer jenis Step-down
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sesuai dengan
kebutuhan komponen elektronika yang terdapat pada rangkaian adaptor
(DC Power Supply). Transformator bekerja berdasarkan prinsip Induksi
elektromagnetik yang terdiri dari 2 bagian utama yang berbentuk lilitan
yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder. Lilitan primer merupakan Input
dari pada transformator sedangkan output-nya adalah pada lilitan
sekunder. Meskipun tegangan telah diturunkan, output dari transformator
masih berbentuk arus bolak-balik (arus AC) yang harus diproses
selanjutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Gambar 3.8 Tranformator Step Down
3.3.2 Penyearah (Rectifier)
Rectifier atau penyearah gelombang adalah rangkaian elektronika
dalam power supply (catu daya) yang berfungsi untuk mengubah
gelombang AC menjadi gelombang DC setelah tegangannya diturunkan
oleh Transformator step down. Rangkaian rectifier biasanya terdiri
dari komponen dioda. Terdapat 2 jenis rangkaian rectifier dalam power
supply yaitu “Half Wave Rectifier” yang hanya terdiri dari 1 komponen
dioda dan “Full Wave Rectifier” yang terdiri dari 2 atau 4 komponen
dioda.
Gambar 3.9 Penyearah Tipe Jembatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
3.3.3
Penyaring (Filter)
Dalam rangkaian power supply (adaptor), filter digunakan untuk
meratakan sinyal arus yang keluar dari rectifier. Filter ini biasanya terdiri
dari komponen kapasitor (kondensator) yang berjenis elektrolit atau ELCO
(Electrolyte Capacitor).
Gambar 3.10 Penyearah Sistem Jembatan Dengan Kapasitor
3.3.4
Voltage Regulator.
Untuk menghasilkan Tegangan dan Arus DC (arus searah) yang
tetap dan stabil, diperlukan voltage regulator yang berfungsi untuk
mengatur tegangan sehingga tegangan output tidak dipengaruhi oleh suhu,
arus beban dan juga tegangan input yang berasal output filter. Voltage
Regulator pada umumnya terdiri dari diode zener, transistor atau IC
(Integrated Circuit).Pada DC power Supply yang canggih, biasanya
voltage regulator juga dilengkapi dengan short circuit protection
(perlindungan atas hubung singkat), current Limiting (pembatas arus)
ataupun over voltage protection (perlindungan atas kelebihan tegangan).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gambar 3.11 Voltage Regulator
3.4.
Teori Dasar Relay
Relay adalah saklar (switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen electromechanical (elektromekanikal) yang terdiri dari 2
bagian utama yakni elektromagnet (coil) dan mekanikal (seperangkat kontak
saklar/switch). Relay menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan
kontak saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat
menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan
relay yang menggunakan elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan
armature relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik
220V 2A.
Gambar 3.12 Bentuk dan symbol Relay
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :
Gambar 3.13 Struktur sederhana relay
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi CLOSE (tertutup)

Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah besi (Iron Core) yang dililit oleh
sebuah kumparan coil yang berfungsi untuk mengendalikan besi tersebut. Apabila
Kumparan coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya elektromagnet yang
kemudian menarik armature untuk berpindah dari posisi sebelumnya (NC) ke
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
posisi baru (NO) sehingga menjadi saklar yang dapat menghantarkan arus listrik
di posisi barunya (NO). Posisi dimana armature tersebut berada sebelumnya (NC)
akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh relay
untuk menarik contact poin ke posisi close pada umumnya hanya membutuhkan
arus listrik yang relatif kecil.
3.4.1
Arti Pole dan Throw pada Relay
Karena relay merupakan salah satu jenis dari saklar, maka istilah
pole dan throw yang dipakai dalam saklar juga berlaku pada relay. Berikut
ini adalah penjelasan singkat mengenai Istilah pole and throw :
1.
Pole : Banyaknya kontak (contact) yang dimiliki oleh sebuah relay
2.
Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah kontak (contact)
Berdasarkan penggolongan jumlah pole dan throw-nya sebuah relay, maka
relay dapat digolongkan menjadi :
1.
Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4
terminal, 2 terminal untuk saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.
2.
Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5
terminal, 3 terminal untuk saklar dan 2 terminalnya lagi untuk coil.
3.
Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6
terminal, diantaranya 4 terminal yang terdiri dari 2 pasang terminal
saklar sedangkan 2 terminal lainnya untuk coil. Relay DPST dapat
dijadikan 2 saklar yang dikendalikan oleh 1 coil.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
4.
Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki
terminal sebanyak 8 terminal, diantaranya 6 terminal yang
merupakan 2 pasang relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single)
coil. sedangkan 2 terminal lainnya untuk coil.
Selain golongan relay diatas, terdapat juga relay - relay yang pole
dan throw-nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double
Throw) atau pun 4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelas mengenai penggolongan relay berdasarkan jumlah pole
dan throw, silakan lihat gambar dibawah ini :
Gambar 3.14 Jenis Relay Berdasarkan Pole dan Throw
3.4.2
Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay
Beberapa fungsi relay yang telah umum diaplikasikan kedalam
peralatan Elektronika diantaranya adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
1. Relay digunakan untuk menjalankan fungsi logika (Logic Function)
2. Relay digunakan untuk memberikan fungsi penundaan waktu (Time Delay
Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan sirkuit tegangan tinggi dengan
bantuan dari signal tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun
komponen lainnya dari kelebihan tegangan ataupun hubung singkat
(short).
3.5.
Teori Dasar Sensor
Sensor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah
besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi besarn listrik berupa
tegangan, resistansi dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian
pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian.
3.5. 1 Karakteristik Sensor
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan
sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan
persyaratan umum sensor berikut ini :
a. Linearitas Sensor
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah
secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan
tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini,
biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran
dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar dibawah
memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis
lurus pada gambar (a). memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada
gambar (b). adalah tanggapan non-linier.
Gambar 3.15 (a) Tanggapan Linier , (b) Tanggapan Non Linier
b. Sensitivitas Sensor
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap
kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan
yang menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan
masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang
dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu
derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada
keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt
per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang
pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk
jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan pada
gambar (b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari pada
temperatur yang rendah.
c. Tanggapan Waktu Sensor (Respon Time)
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya
terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan
tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri.
Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri.
Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu
terhadap waktu, seperti tampak pada gambar berikut.
Gambar 3.16 Tanggapan Respon (a) Perubahan Lambat , (b) Perubahan
Cepat
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam
satuan hertz (Hz). 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti
1000 siklus per detik. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur
berubah secara lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut
dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
gambar (b) maka tidak diharapkan akan melihat perubahan besar pada
termometer merkuri, karena bersifat lamban dan hanya akan menunjukan
temperatur rata-rata. Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan
frekuensi sebuah sensor. Misalnya “satu milivolt pada 500 hertz”.
Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan “decibel (db)”, yaitu
untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya
keluaran pada frekuensi referensi.
3.5. 2 Klasifikasi Sensor
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat
dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Sensor Thermal (Sensor Suhu)
Gambar 3.17 Sensor Termal
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala
perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi
ruang tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer,
hygrometer, dsb.
b. Sensor Mekanis
Gambar 3.18 Sensor Mekanik
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis,
seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar,
tekanan, aliran, level dsb. Contoh; strain gage, linear variable deferential
transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube,
dsb.
c. Sensor Optik (Sensor Cahaya)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Gambar 3.19 Sensor optic
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya
dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai
benda atau ruangan. Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode,
photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb.
3.6.
Pengenalan Zelio
Zelio adalah smart relay yang dibuat oleh Schneider Telemecanique yang
tersedia dalam 2 model yaitu: Model Compact dan Model Modular. Perbedaannya
adalah pada model modular dapat ditambahkan extension module sehingga dapat
ditambahkan input dan output. Meskipun demikiaan penambahan modul tersebut
tetap terbatas hanya bisa ditambahkan sampai dengan 40 I/O. Selain itu untuk
model modular juga dapat dimonitor dengan jarak jauh dengan penambahan
modul. Smart Relay adalah suatu alat yang dapat diprogram oleh suatu bahasa
tertentu yang biasa digunakan pada proses automatisasi. Zelio Logic Smart Relay
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
didesain untuk automated sistem yang biasa digunakan pada aplikasi industri dan
komersial. Tujuan diciptakannya Smart Relay Zelio Logic adalah untuk
menggantikan logika dan pengerjaan sirkit kontrol relay yang merupakan instalasi
langsung. Dengan smart relay rangkaian kontrol cukup dibuat secara software.
Gambar 3.20 PLC Zelio Smart Relay
Zelio Soft 2
Zelio logic dapat diprogram menggunakan Zelio Soft 2 melalui antarmuka
komputer atau menggunakan masukkan langsung pada panel depan Smart Relay
Zelio Logic (ladder Language). Zelio Soft 2 merupakan software berisi tool-tool
yang dapat digunakan untuk mempermudah pemrograman PLC Smart Relay
Zelio. Zelio Soft 2 memungkinkan anda untuk memprogram menggunakan Ladder
Language atau FBD (Function Block Diagram) Language. Diagram tangga atau
biasa disebut ladder diagram merupakan diagram satu garis yang menggambarkan
suatu proses kontrol sekuensial yang umum. Diagram ini menunjukkan hubungan
interkoneksi antara perangkat dan perangkat output sistem kontrol. Dinamakan
diagram tangga karena diagram ini mirip dengan tangga. Sama halnya dengan
sebuah tangga, diagram ini memiliki sejumlah anak tangga tempat setiap peralatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
dikoneksikan. Untuk menjalankan Zelio soft 2, PLC harus terhubung dengan
komputer menggunakan kabel SR2CBL01 untuk mengghubungkan modul ke PC
melelui serial port atau SR2USB01 untuk menghubungkan modul ke PC melalui
USB port.
Gambar 3.21 (a) Kabel SR2CBL01 , (b) Kabel SR2USB01
3.7
Solenoid Valve Pneumatic
Solenoid valve pneumatic adalah katup yang digerakan oleh energi listrik,
mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan
plunger yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC. Solenoid valve ini
merupakan elemen kontrol yang paling sering digunakan dalam sistem fluida.
Seperti pada sistem pneumatik, sistem hidrolik ataupun pada sistem kontrol mesin
yang membutuhkan elemen kontrol otomatis. Contohnya pada sistem pneumatik,
solenoid valve bertugas untuk mengontrol saluran udara yang bertekanan menuju
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
aktuator pneumatik(cylinder). Atau pada sebuah tandon air yang membutuhkan
solenoid valve sebagai pengatur pengisian air, sehingga tandon tersebut tidak
sampai kosong. Solenoid valve pneumatic atau katup (valve) solenoida
mempunyai lubang keluaran, lubang masukan, lubang jebakan udara (exhaust)
dan lubang Inlet Main. Lubang Inlet Main, berfungsi sebagai terminal / tempat
udara bertekanan masuk atau supply (service unit), lalu lubang keluaran (outlet
Port) dan lubang masukan (inlet Port), berfungsi sebagai terminal atau tempat
tekanan angin keluar yang dihubungkan ke pneumatic, sedangkan lubang jebakan
udara (exhaust), berfungsi untuk mengeluarkan udara bertekanan yang terjebak
saat plunger bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve pneumatic bekerja.
Gambar 3.22 Solenoid Valve Pneumatic
Prinsip kerja dari solenoid valve/katup (valve) solenoida yaitu katup listrik
yang mempunyai koil sebagai penggeraknya dimana ketika koil mendapat supply
tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga
menggerakan plunger pada bagian dalamnya ketika plunger berpindah posisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
maka pada lubang keluaran dari solenoid valve pneumatic akan keluar udara
bertekanan yang berasal dari supply (service unit), pada umumnya solenoid valve
pneumatic ini mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang
mempunyai tegangan kerja DC.
Gambar 3.23 Struktur Solenoid Valve Pneumatic
Berikut keterangan gambar Solenoid Valve Pneumatic:
1. Valve Body
2. Terminal masukan (Inlet Port)
3. Terminal keluaran (Outlet Port)
4. Manual Plunger
5. Terminal slot power suplay tegangan
6. Kumparan gulungan (coil)
7. Spring
8. Plunger
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
9. Lubang jebakan udara (exhaust from Outlet Port)
10. Lubang Inlet Main
11. Lubang jebakan udara (exhaust from inlet Port)
12. Lubang plunger untuk exhaust Outlet Port
13. Lubang plunger untuk Inlet Main
14. Lubang plunger untuk exhaust inlet Port
3.8
Kompressor
Kompressor digunakan untuk menghisap udara di atmosfer dan
memanfaatkan serta menyimpan dalam tangki penampungan hingga tekanan
tertentu.
Gambar 3.24 Kompressor Angin
3.9
Catu daya dan gauge
Kedua alat tersebut menjadi komponen wajib di setiap sistem pneumatik.
Regulator adalah alat yang berfungsi untuk mengatur supply udara terkompresi
masuk ke dalam sistem pneumatik. sedangkan gauge berfungsi sebagai penunjuk
besar tekanan udara di dalam sistem keduanya dapat berupa sistem mekanis
maupun elektrik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Gambar 3.25 Regulator Angin
3.10
Tangki akumulator
Tangki udara bertekanan berfungsi untuk menstabilkan pemakaian udara
bertekanan yang dihasilkan oleh kompressor. Tangki ini juga berfungsi sebagai
cadangan suplai udara darurat ke sistem ke sistem apabila kompressor mengalami
kegagalan. Ukuran tangki udara bertekanan tergantung dari penghantar volume
kompressor (debit kompressor), pemakaian udara konsumen, jenis dari
pengaturan jenis kerja kompressor, dan perbedaan tekanan yang didingginkan
dalam jaringan
Gambar 3.26 Tangki Akumulator
3.11
Komponen Pendukung Pneumatik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Selain komponen utama di atas, sistem pneumatik, khususnya elektro
pneumatic, juga mempunyai beberapa komponen pendukung, antara lain :
3.11.1 Selang
Jika sistem kontrol listrik menggunakan kabel sebagai media
penghantar arus listrik maka pada sistem pneumatik digunakan selang
dengan diameter yang bervarariasi, tergantung kekuatan energi udara
bertekanan yang melewatinya. Selang ini biasanya mempunyai sifat elastis
atau lentur yang memungkinkan selang dapat diatur maupun ditempatkan
sesuai kebutuhan. selang biasanya terbuat dari campuran plastik dan karet
agar tidak mudah robek dan mempunyai sifat elastis.
Gambar 3.27 Selang Festo
3.11.2 Sambungan / Fitting
Fitting adalah komponen pendukung dari sistem pneumatik yang
berfungsi sebagai penghubung antara komponen pneumatik dengan selang
sebagai sambungan antar selang. biasanya pada fitting terdapat pengunci
sehingga menjamin bahwa selang akan tetap berada pada sambungan
apabila udara bertekanan melewatinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Gambar 3.28 Fitting Pneumatik
3.11.3
Silincer
Silincer adalah komponen pendukung dalam sistem pneumatik
yang berfungsi untuk meredam suara bising saat ada tekanan udara
keluaran yang dibuang ke terminal R atau S. Pada katup kontrol arah,
silincer dipasang pada terminal R dan S.
Gambar 3.29 Filter Silincer
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download