ghozwul fikri dan implikasinya dalam penerapan syariat

advertisement
GHOZWUL FIKRI DAN
IMPLIKASINYA DALAM PENERAPAN SYARIAT
Oleh H. Abdullah Qomaruddin, Lc 1
Pendahuluan
Islam adalah agama yang membawa kebaikan semesta, sebagaimana yang Allah
swt firman “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat alam
semesta”. Kerahmatan dan kebaikan semesta Islam, dapat dilihat dan dirasakan dari
aturan-aturannya dan syariatnya yang mencakup semua aspek kehidupan dan hal ini
sangat membantu manusia apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan ini. Sehingga
manusia tidak perlu lagi mencari, bekerja dan berfikir tentang prinsip-prinsip dasar
kehidupannya, karena semua telah dijelaskan oleh risalah yang di bawa oleh Nabi
Muhammad saw bahkan terujicoba dalam kehidupan masyarakat secara ril.
Masyarakat sahabat adalah contoh ril dalam menerapkan dan melaksanakan
syariat yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw dengan sukses. Betapa tidak? Terbukti
bahwa dalam sejarah kehidupan umat manusia secara umum, dan umat Islam secara
khusus, bahwa masyarakat sahabat adalah komunitas terbaik yang pernah muncul dalam
sejarah manusia. Karena kehidupan yang idial, baik dalam skala individu maupun social
ada pada masyarakat sahabat.
Dalam skala individu banyak sahabat, bahkan sebagaian besarnya adalah contoh
yang sangat idial. Baik dari aspek kecerdasannya, ibadahnya, aklahnya, perjuangannya,
kehidupan sosialnya maupun manejemen kehidupannya. Sehingga tidak berlebihan kalau
mereka para sahabat, dalam pandangan ulama hadits adalah orang-orang yang adil ( As
shobah kulluhum ‘udulun) yaitu orang yang seluruh ucapan dan informasi yang
bersumber darinya adalah benar.
Begitu pula dalam skala sosialnya adalah contoh idial. Misalnya tentang
kepemimpinan Umar ra yang sangat terkenal keadilannya dalam menjalankan roda
pemerintahannya. Sehingga keadilan beliau dalam menjalankan roda pemerintahannya
1
Dosen STID Dirosat Islamiyah Al-Hikmah Jakarta dan pengajar di beberapa instansi pemerintah
maupun swasta
1
diakui oleh seluruh ahli sejarah (terutama sejarawan muslim) dan juga non muslim.
Pernah suatu ketika utusan Romawi datang ke Madinah untuk menjumpai
Kahalifah Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra yang wilayah kekuasaannya mencapai
sepertiga wilayah dunia ketika itu.
Karena orang itu baru pertama kali datang ke
Madinah dan belum pernah melihat dan mengenal sosok Umar ra, maka ia bertanya
kepada salah seorang penduduk Madinah, “Dimanakah istana pemimpin kalian Umar ?”.
Sahabat yang ditanya mengatakan “Pemimpin kami tidak memiliki istana, ada perlu apa
dengan pemimpin kami”. Utusan Romawi berkata “Kami diutus raja kami untuk
menemuai pemimpin kalian Umar, dimanakah kami dapat menjumpai beliau?”. Sahabat
menjawab “Kalau kamu ingin bertemu Umar, itulah beliau yang tengah beristirahat
dibawah pohon kurma”. Ketika orang itu mengetahui bahwa yang tengah istirahat di
bawah pohon kurma itu adalah Umar ra seorang pemimpin yang sangat terkenal seantero
dunia saat itu ia merasa heran dan tercengang dan hampir tidak percaya Bagaimana
mungkin orang sehebat Umar ra istirahat (tidur) di bawah sebatang pohon kurma tanpa
perasaan takut dan pengawal seorangpun. Mungkin dalam benak utusan Romawi itu,
Umar adalah seorang raja yang tinggal disebuah istana megah, dengan dayang-dayang
dan pengawalan yang sangat ketat, hidup penuh dengan kemewahan dan fasilitas hidup
yang serba cukup, seperti yang selama ini dilihat dan dirasakan oleh utusan Romawi
dalam kehidupan rajanya. Dalam keterkejutan dan keheran nya itu , ia pun berguman
“Hakamta fa adilta # Fanimta fa aminta” (Engkau memimpin dengan adil maka engkau
tidurpun dengan aman). Suatu penilaian yang jujur, tulus tanpa rekayasa. Itulah suatu
bukti masyarakat sahabat yang sukses dalam peneran syariat yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw.
Orang yang membaca sejarah sahabat dengan kaca iman dan pandangan yang
objektif, terutama para pemimpinnya dalam mengelola negara dan menjalankan roda
pemerintahannya pasti merindukan model dan sistem pemerintahan dan kekuasaan yang
dilaksanakan dan dikelola oleh para sahabat. Dan ketika mereka menelusuri sumber
kesuksesan para sahabat dalam melaksanakan dan menjalankan roda pemerintahan dan
kekuasaannya, maka mereka akan menemui bahwa sumbernya adalah penerapan syariat
secara konsekwen dan menajadikannya sebagai pijakan dan landasan bernegara dan
bermasyarakat. Sehingga siapun orang itu, apalagi ia adalah manusia yang beriman
2
kepada Allah swt , percaya akan kebenaran yang Allah turunkan, tunduk yang
dilambangkan dengan statusnya sebagai kaum muslimn, maka pasti ia merindukan dan
mengingankan adanya penerapan syariat Islam dalam kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Karena terbuti – dalam sejarah kehidpan manusia, khususnya kaum
muslimin- bahwa hanya syariat Islam sajalah yang dapat menciptakan dan memberikan
rasa adil dan keadilan yang seseungguhnya. Hal ini disebabkan bahwa tanggung jawab
yang dipikul oleh seorang pemimpin bukan hanya pada skala dunia dan dihadapan
manusia saja, tapi juga skala akhirat dan dihadapan Allah swt Yang Maha Hakim. Umar
pernah berkata dalam kontek ini, “Seandainya ada seekor unta yang tersesat, tidak tahu
jalan, maka aku harus mempertanggungjawabkanhnya di hadapan Allah swt kelak di hari
kiamat”.
Diapula yang memmerintahakan petugas kas negara untuk memberikan
jaminan hidup kepada seoraang Yahudi yang sudah lanjut usia, tidak dapat berusaha lagi,
Umar ra berkata: “Berikanlah jaminan hidup kepada orang ini. Jangan hanya mengambil
pajak darinya (jizyah) ketika ia muda dan kalian campakan ketika ia tua”.
Apalagi peneran syariat mendapatkan jaminan UUD 1945 dimana setiap agama
berhak untuk menjalan perintah agamanya disamaping pelaksanaan syariat Islam adalah
salah satu konsekwensi beriman kepada Allah dan Islamnya seseorang.
Namun sering kita dapati, banyak dikalangan umat Islam yang tidak memahami
akan hal ini. Mereka khawatit terhadap penerapan dan pelaksanann syariat Islam, bahkan
melakukan penolakan dan resistensi yang sangat luar biasa. Hal ini disebabkan bisa
karena ketidak tahuan mereka tentang keharusan dan indahnya penerapan syariat Islam,
atau karena adanya propaganda-propaganda musuh Islam yang memberikan gambaran
yang menyeramkan dan menakutkan tentang penerapan syariat Islam, sehingga mereka
umat Islam pun termakan isu dan propaganda tersebut.
Propaganda dan isu yang memeberikan gambaran yang menakutkan dan
menyeramkan tentang syariat Islam adalah strategi musuh Islam untuk melemahkan
kaum muslimin. Dan ini merupakan suatu bentuk perang baru yang dilancarkan musuh
Islam yang dikenal dengan sebutan Al Ghozwu Al Fikri.
3
Pengertian Ghozwul Fikri
Al Ghozwu Al Fikri, selanjut penulis menyebutnya dengan ghozwul fikri dengan
menghilangkan Al yang pertama dan mengganti Al yang kedua dengan konsonan l yang
diletakan di akhir kata ghozwu, karena hal ini lebih mudah dilafalkan.
Ghozwul fikri adalah kalimat yang terdiri dari dua kata. Yaitu ghozwun dan
fikrun. Secara bahasa ghozwun adalah
‫ﻬﺎﺑﻪ‬‫ﻧﺘ‬ ‫ ﻭﺍ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺘﺎ ﹺﻝ ﺍﻟ‬‫ﲑ ﺇﹺﱃ ﻗ‬
 ‫ﻭ ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺍﻟ‬
Perjalanan memerangi musuh dan menguasainya (Lisanul Arob, ibnul manzhur, vol. 15
hal.123). sedangkan secara istilah tidak ada fuqoha ( ulama fiqh ) yang memberikan
definisi secara khusus yang ada adalah sinonimnhya yaitu jihad. Hanya ahli sejarah Nabi
saw yang memberikan definisi secara khusu bahwa al ghozwu atau alghozwah adalah
perang yang dipimpin langsung oelh Nabi Muhammad saw. Sedangkan yang tidak
langsung dipimpin oleh Nabi saaw disebut sariyah yaitu perang yang dipimpin oleh
sahabat.
Sedangkan kata fikri secara bahasa adalah
‫ﺮ ﺇﹺﻋﻤﺎﻝ ﺍﳋﺎﻃﺮ ﰲ ﺍﻟﺸﻲﺀ‬ ‫ﻔ ﹾﻜ‬ ‫ﺮ ﻭﺍﻟ‬ ‫ﺍﻟ ﹶﻔ ﹾﻜ‬
Menggunaka akal dalam hal sesuatu (berfikir) [Lisanul Arob, Ibnul Manzhur, vol. 5 hal.
65]. Namun kata ini menjadi kata sifat dari ghozwun, sehingga arti secara harfiahnya
adalah perang pemiran bukan perang militer atau fisik.
Kemudian kedua kata tersebut digabung sehingga menjadi istilah baru yaitu:
Perang pemikiran dan kebudayaan yang dilakukan oleh kelompok/ bangsa
tertentu
secara intens yang terencana, tersusun, terprogram dan sisitemik, untuk menyerang
kelompok/ bangsa lain dalam rangka mempengaruhui dan merubah pola pikir, budaya
dan kepribadian bangsa tersebut sehingga dengan mudah dikuasai dan dikendalikan dan
penjadi pengikut dan pendukung setia.
Akar Sejarah Ghozwul Fikri
Tidak ada ahli sejarah Islam yang dapat memastikan kapan dimulainya gerakan
Ghozwul Fikri. Namun demikian ada beberapa teori dan analisa tentang kemunculannya.
4
Teori dan analisa pertama adalah bahwa munculnya Ghozwul Fikri berbarengan dan
sejalannya dengan munculnya Islam. Sehingga usianya sebaya dengan usia agama Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini sebagaimana turunnya ayat-ayat Al
Qur’an yang mengingatkan kaum muslimin tetang ancaman laten ‘Yahudi dan Nasrani’.
Seperti firman Allah swt:
3 3“y‰çλù;$# uθèδ «!$# “y‰èδ āχÎ) ö≅è% 3 öΝåκtJ‾=ÏΒ yìÎ6®Ks? 4®Lym 3“t≈|Á¨Ψ9$# Ÿωuρ ߊθåκuŽø9$# y7Ψtã 4yÌös? s9uρ
∩⊇⊄⊃∪ AŽÅÁtΡ Ÿωuρ <c’Í<uρ ÏΒ «!$# zÏΒ y7s9 $tΒ € ÉΟù=Ïèø9$# zÏΒ x8u!%y` “Ï%©!$# y‰÷èt/ Νèδu!#uθ÷δr& |M÷èt7¨?$# ÈÈ⌡s9uρ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk
(yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu.
Said Hawa dalam Al Asas Fit Tafsir mengomentari ayat ini “Pada ayat ini
menggambarkan hakikat sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap umat ini.
Bahwa mereka tidak rela terhadap umat ini kecuali mau meninggalkan Islam dan masuk
ke dalam agama mereka. Sikap tidak rela ini berlaku selamanya sekalipun mereka
manampakan penerimaannya terhadap Islam. Melupakan pelajaran yang berharga ini
adalah penyebab terjadinya bencana-bencana besar dimasa kita ini. Dimana banyak kaum
muslimin yang mencoba menyenangkan orang-orang kafir dengan mengikuti kemaun
mereka (dengan mengurangi tuntutan yang merupakan hak kaum muslimin) dan
melakukan kesepakatan-kesepakan yang merugikannya. Dengan keyakinan bahwa
mereka akan menerima semua ini, namun nyatanya itu adalah siasat dan strategi mereka”
[Al Asas Fit Tafsir 1/229]
Artinya umat Islam terjebak kepada permainan mereka, yang sesungguhnya target
mereka adalah menguasai umat Islam dan mengendalikannya kemudian pada akhirnya
memurtadan mereka, keluar dari agamanya dan ini adalah salah satu target besar mereka
dengan gerakan Ghozwul Fikrinya.
5
Lebih jauh Sayyid Qutub berkata “Itulah uqdah ( hambatan psikologis) yang
selalu kita saksikan kebenarannya sepanjang zaman dan setiap tempat. Itulah aqidah
(idiologi mereka terhadap umat Islam). Inilah hakikat pertarungan yang dikobarkan
orang-orang Yahudi dan Nasrani disetiap tempat dan waktu terhadap komunitas muslimin
(jamaah muslimah). Yaitu pertarungan aqidah (idiologis) antara dua kekuatan militer,
kekuatan Islam dengan dua kekuatan (Yahudi dan Nasrani) yang kadang antara keduanya
saling bertarung, bahkan antar berbagai sekte dalam satu agama kadang juga saling
bertarung, namun semuanya senantiasa bersatu dalam pertarungan menghadapi Islam
dan kaum muslimin” [sayyid Qutub 1/108] (lihat juga firman Allah swt pada surat Al
Baqoroh ayat 109 dan 217 serta Al Anam ayat 112)
Diantara sarana yang digunakan Ghozwul Fikri untuk meninabobokan dan
memalingkan kaum muslimin dari ajarannya adalah musik dan hal-hal yang melalikannya
dan ternyata Al Qur’an telah menyebutkan hal ini dalam surat Luqman ayat 6.
FirmanNya:
4 #—ρâ“èδ $yδx‹Ï‚−Gtƒuρ 5Οù=Ïæ ΎötóÎ/ «!$# È≅‹Î6y™ tã ¨≅ÅÒã‹Ï9 Ï]ƒÏ‰ysø9$# uθôγs9 “ΎtIô±tƒ tΒ Ä¨$¨Ζ9$# zÏΒuρ
∩∉∪ ×Îγ•Β Ò>#x‹tã öΝçλm; y7Í×‾≈s9'ρé&
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan
Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
Ibnu Katsir berkata “Setelah Allah swt menyebutkan kondisi orang-orang yang
bahagia, yaitu orang-orang yang menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk dan mengambil
manfaat dengan mendengarkannya. Allah swt melanjutkan dengan menceritakan kondisi
orang-orang celaka yaitu orang-orang yang berpaling dari mengambil manfaat dengan
mendengarkan kalamulloh dan mereka lebih suka mendengarkan sruling, lagu yang
dipadukan dengan suara indah dan musik”. Bahkan Ibnu Masud ketika ditanya tetang
ayat ini beliau menjawab “nyanyian (lagu/ musik), demi Allah yang tidak ada Tuhan
kecuali Dia kecuali itu” [Mukhtashor Ibnu Katsir 3/62]. Konon katanya ayat ini turun
terkait dengan upaya orang kafir Quraisy untuk memalingkan dan mengalihkan kaum
6
muslimin dari mendengar Al Qur’an dengan membeli/ menyewa seorang biduanita [Lihat
Fathul Qodir 4/335] dan betapa banyak dewasa ini kaum muslimin yang meninggalkan
agamanya, atau minimal tidak peduli terhadap agamanya karena musik. Inilah salah satu
bentuk dan keberhasilan Ghozwul Fikri.
Teori dan analisa kedua adalah bahwa sejarah ghozwul fikri muncul saat terjadi
perang salib.
Sejak permulaan abad ke XI, semangat perang salib terus memotifasi banyak tindakakn
yang merugikan umat Islam. Karena perang salib ini secara tidak langsung telah mampu
membangkitkan kesadaran Barat akan warisan budayanya yang penuh catatan yaitu
budaya Yunani dan Romawi sehingga melahirkan semangat kolonialisme dan
memperbudak bangsa lain. Disisi lain, kekalahan yang mereka alami dalam perang salib
juga memberikan kesadaran bahwa sesungguhnya umat Islam tidak akan bisa dikalahkan
dan dilenyapkan dengan kekuata militer. Karena umat Islam memiliki spirit perlawanan
dan perjuangan yang sangat luar biasa yaitu ajaran jihad fi sabilillah dan kerinduan dan
keinginan yang mendalam untuk menggapai kematian yang mulia dan terbaik, yaitu
sebagai syuhada.
Orang pertama yang menyadari perlunya bentuk peperangan lain dalam rangka
menghancurkan Islam adalah Louis IX, raja perancis yang tertawan di Al Manshuriyah
pada perang salib ke VII.
Lois IX menyadari benar bahwa rahasia semangat dan keberanian tentara-tentara
Islam dalam peperangan terletak pada ajaran jihadnya, sebagai bagian integral dari ajaran
Islam. Dalam memorinya ia menulis:
“Setelah melalui perjalanan panjang , segalanya telah menjadi amat jelas buat kita,
kehancuran kaum muslimin dengan cara perang konvensional adalah mustahil. Karena
mereka memiliki manjhaj yang jelas yang tegas di atas konsep jihad fi sabilillah. Dengan
konsep ini mereka tidak akan pernah mengalami kekalahan militer. Karena itu bBarat
harus menempuh jalan lain (bukan jalan militer) yaitu dengan jalan idiologi dengan
mencabut akar manhaj ini dan mengkosongkannya dari kekuatan dan keberanian.
Caranya tidak lain, menghancurkan konsep-konseo dasar Islam dengan berbagai takwil
(penafsiran semberono) dan tasykik (menumbuhkan keraguan) ditengah-tengah umat”
[lihat Anwar Jundi, Haqoiq Ghozwul Fikri lil Islam, hal 6]
7
Teori dan analisa ketiga adalah berbarengan denga gerakan Kristenisasi yang
mulai marak di abad ke 19. Perang salib dengan segala pasang surutnya ,juga melahirkan
semangat kolonialisme dan imperialisme terhadap dunia lain, terutama dunia Islam.
Awalnya perang salib ini adalah perang sektoral yaitu pada kawasan timur tengah saja,
namun kemudian hal ini mengilhami bangsa-bangsa lain (eropa) yang tidak terlibat
langsung dengan perang salib untuk melakukan penjajahan terhadap bangsa lain (timur)
seperti belanda yang menjajah bangsa Indonesia selama 350 tahun.
Sebagaiman sudah dimaklumi bahwa kaum penjajah tidak hanya ingin
mereampasa kekayaan dan menguasai bangsa yang dijajah , tapi juga menyebarkan ajaran
dan agama mereka. Hal ini sesuai dengan semboyan dan spritit penjajahan mereka, Gold,
Glori dan Gospel.
Dengan gerakan Kristenisasi mereka, menyudutkan ajaran Islam dan menjauhkan
umat Islam dari ajarannya agar mudah menyeret umat Islam ke dalam agama mereka dan
sekaligus menjadi kaki tangan mereka yang setia.
Dan ini adalah target lain dari
Ghozwul fikri.
Teori dan analisa keempat adalah bahwa gerakan Ghozwul Fikri berbarengan
kelahirannya dengan gerakan orientalisme.
Kekalahan barat dalam perang salib juga mengilhami merka untuk mempelajari dan
mengkaji lebih jauh tentang ketimuran, terutama dunia islam dan budayanya. Hal ini
mereka lakukan, disamping ada diantara mereka ada yang bertujuan ilmiah, namum
kebanyakan mereka untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan umat Islam serta potensi
yang ada pada bangsa tersubut. Dengan mengetahui kekuatan umat Islam mereka akan
berupa untuk melemahkannya. Sepertiu sumber kekuatan utama umat Islam adalah Al
Qur’an, maka mereka berupaya untuk menjauhkan umat ini dari Al Qur’an. Sehingga
muncullah generasi yang tidak bisa membaca Al Quran apalagi memahaminya. Dan
dengan mengetahui kelemahan umat Islam mereka akan mudah menguasainya.
Namun demukian semua teori dan analisa itu sesungguhnya saling terkait dan
memiliki keterhubungan satu dengan yang lainnya.
8
Bahayanya Ghozwul Fikri
Serangan Ghozwul Fikri yang dilakukan musuh-musuh Islam terhadap kaum
muslimin secara sistimatik dan terus menerus memunculkan bahaya yang sangat serius.
Baik secara individu maupun keumatan, baik secara dunia maupun ukhrowi.
Secara individu, ghozwul fikri dapat menciptakan generasi yang luntur kepribadian
Islamnya dan tidak lagi memiliki kebanggan sebagai orang Islam. Yang pada akhirnya
akan membenci dan memusuhi Islam. Sedangkan secara keumatan, akan menghambat
kemajuan kaum muslimin dan sekaligus memberikan kontribusi kejumudan dan
kemunduran umat ini, yang pada akhirnya akan mudah dikuasai oleh musuh-musuh
Islam.
Bahaya-bahaya tersebut dapat disimpulkan dari target –terget yang hendak
dicapai dari gerakan Ghozwul fikri.
Diantara target dan sasaran Ghozwul fikri yang terkait dengan kaum muslimin
adalah
1.
Melemahkan keimanan dan aqidah
Aqidah dan keimanan adalah merupakan pijakan dasar kaum muslimin. Di
atasnya umat Islam membangun kehidupannya sekaligus mampu melahirkan daya juang
dan pengorbanan yang sangat tinggi.
Di atas nilai-nilai aqidah umat Islam mampu menciptakan dan melahirka kekuatan yang
sangat dahsyat, yang tidak akan pernah tekalahkan oleh kekuatan apapun. Lihatlah
berbagai peristiwa sejarah yang mengiringi umat ini, dari zaman Rasul saw hinggar akhir
zaman nanti, perjuangan yang dilakukan umat Islam selalu memetik buah kemenagan
yang gemilang, karena sunatullahnya, kaum beriman akan selalu menang dalam setiap
perjuangannya.
Inilah kata kunci yang dipahami betul oleh musuh-musuh Islam, sehingga berupa
untuk melemahkan dan meruntuhkan keimanan dan aqidah umat Islam.
2.
Merusak moral dan akhlak
Misi moral yang dibawa Nabi saw, sebagaimana yang disebutkan dalam sabdanya
”sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak” mampu melahirkan
masyarakat yang memiliki moralitas yang sangat tinggi.
9
Moral (akhlak) adalah kekuatan lain yang dimiliki umat Islam yang sangat ditakuti
musuh-musuh Islam. Terutama akhlak Islam tetang ukhuwah islamiyah , solidaritas dan
soliditas umat, yang melahirkan sikap kebersamaan, tanggung jawab dan kepedulian yang
sangat besar terhadap sesama saudaranya, kaum muslimin, dimanapun mereka berada.
Sehingga inipun menjadi target besar Ghozwul Fikri, meruntuhkan moral dan akhlak
kaum muslimin.
3.
Melemahkan semangat dalam beribadah
Konsep ibadah dalam Islam sangat berbeda dengan konsep ibadah pada agama
manapun. Ibadah dalam Islam bukan sekedar serimonial hampa yang tidak memiliki
pengaruh dalam jiwa dan kehidupan.
Ibadah dalam Islam sangat
besar pengaruhnya dalam jiwa dan kehidupan.
Dengan ibadah, jiwa dan kehidupan kaum muslimin lebih stabil dan dinamis, sehingga
mampu melahirkan karya-karya besar dan mampu membangun kepribadian yang
memiliki izzah/ harga diri
serta mampu menghadapi dinamika kehidupan dan
tantangannya dengan baik.
4.
Menghancurkan pemikiran
Islam sebagai agama bukan sekedar mampu melahirkan pribadi-pribadi yang
berbudi luhur tinggi namun juga mampu melahirkan pribadi-pribadi yang cerdas dan
intelek, karena Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Sehingga tidaklah mengherankan Islam mampu melahirkan pemikir-pemikir yang handal
dari berbagai disiplin ilmu.
Bahkan konsep-konsep pemikiran yang dilahirkan oleh sarjana-sarjana Islam jauh
lebih maju dari konsep-konsep pemikiran di luar sarjana-sarjana Islam. Hal ini sangat
disadari betul oleh musuh-musuh Islam. Oleh karena itu mereka berusaha untuk
menghambat bahkan menjumudkan konsep-konsep pemikiran sarjana Islam dengan
meninabobokan kaum muslimin dengan berbagai hiburan atau kesibukan-kesibukan
dunia, sehingga umat Islam melupakan potensi besar yang ada dirinya.
5.
Menjauhkan umat dari ajaran dan syariatnya
Syariat Islam bukanlah sekedar seperangkat aturan yang mengatur kaum
muslimin bagaimana seharusnya menjalan roda kehidupan. Lebih jauh syariat adalah
kekuatan yang besar yang apabila pelaksanaannya dilakukan secara benar dan optimal
10
akan mampu menciptakan umat yang besar dan berjaya. Umar bin Khattab pernah
berkata: ”Dahulu kami adalah bangsa yang sangat rendah, lalu Allah memuliakan kami
dengan Islam. Siapa yang mencari kemulian dengan meninggalkan Islam maka Allah
pasti akan menghinakanya”
Sedangkan target dan sasaran Ghozwul Fikri yang terkait dengan komponen dasar
ajaran Islam adalah:
1.
Al Quran dan sunnah sebagai dasar berfikir dan beramal kaum muslimin
2.
Bahasa Arab sebagai bahsa din dan ilmu
3.
Sejarah Nabi saw dan sahabat sebagi teladan umat
4.
Syariat Islam sebagai peraturan dan undang-undang yang lengkap dan adil bagi
umat
5.
Kebudayaan Islam sebagai produk pemikiran dapa ulama dan sarjana muslim
Ghozwul Fikri dan Penerapan Syariat
Pengertian Syariat Islam
Sebelum membicarakan dan membahas lebih jauh lagi tentang pengaruh dan
implikasi Ghozwul fikri terhadap penerapan syariat Islam dalam kehidupan, kiranya kita
perlu terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud syariat Islam itu sendiri. Mengingat
masih banyak masyarakat kita yang belum memahami hakikat syariat Islam. Atau
kalaupun mereka mengetahu dan memahaminya hanya sebatas pemahaman yang parsial,
tidak utuh. Sehingga timbul pemahaman dan persepsi yang keliru tentang syariat Islam
itu sendiri.
Syariat Islam adalah sekumpulan aturan yang universal yang mencakup seluruh
dimensi kehidupan manusia. Baik yang tekait dengan aqidah, ibadah, akhlak, muamalat
dan berbagai aturan hidup lainnya. Syariat Islam tidak hanya terbatas pada muamalat atau
hudud (hukum pidana dalam Islam) tapi mencakup berbagai dimensi kehidupan. [Mana’
Qotton, Tarikh Tasyri’ Islami, hal 15, 1993]
Islam adalah aturan yang universal mencakup seluruh dimensi kehidupan. Ia
adalah negara dan bangsa, pemerintahan dan umat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang
dan keadilan, wawasan dan undang-undang, ilmu dan pengadilan, materi dan kekayaan,
usaha dan kecukupan, jihad dan dakwah, kemiliteran dan konsep kehidupan, aqidah dan
ibadah yang benar. [Hasan Albana, Majmuatur Rosail, hal. 357, 1992]
11
Perbedaan syariat Islam dengan Undang-undang lainnya.
Sebenarnya tidak mungkin untuk membandingkan antara syariat Islam dengan
undang-undang lainnya. Karena syariat Islam bersumber dari Allah sang Kholik yang
maha segalanya, sedangkan undang-undang lain adalah produk manusia sang makhluk
dengan segala keterbatasan dan kekurangannya. Namun untuk membuktikan bahwa
syariat Islam lebih unggul dari undang-undang manapun, tidak salahnnya kalau kita
membuat perbandingannya. Diantaranya:
1.
Undang-undang produk manusia sangat didominasi oleh kepentingan dan nafsu
sekelompo orang serta keterbatasan dalam mengetahui segala sesuatu sehingga
subyektifitasnya sangat tinggi. Inilah yang menyebabkan selalu terjadi revisi undangundang atau peraturan yang dibuat olehh manusia.
Sedangkan syariat Islam yang bersumber dari Allah yang maha segalanya, tidak
memiliki kepentingan apapun, yang mengetahui segalanya dan apa yang baik buat
manusia sebagai makhluk ciptaannya , dunia dan akhirat.
2.
Undang-undang produk manusia kaidah-kaidahnya sangat terbatas tidak
mencakup semua apa yang dibutuhkan masyarakat dalam menata kehidupannya.
Sedangkan syariat Islam mencakup semua kaidah yang dibutuhkan manusia
dimana kaidah-kaidah itu terangkai dengan rangkaian yang sangat indah.
3.
Undang-undang produk manusia dimensi waktunya sangat terbatas, hanya berlaku
pada masa tertentu, tidak mengantisipasi perubahan yang kadang sangat cepat.
Syariat Islam hadir bukan untuk masa tertentu dan kelompok masyarakat tertntu.
Akan tetapi syariat Islam hadir untuk seluruh komutas manusia sepanjang
zaman.
Karena syariat Islam berisikan kaidah-kaidah yang memiliki murunah (fleksibelitas/
kelenturan) dan tsabitah (tetap/ kokoh).
4.
Undang-undang produk manusia hanya sebatas mengatur masalah-masalah
muamalat (pidana dan perdata) yang terkait kehidupan sosial dan ekonomi yang menjadi
bidang garapan utama sebuah pemerintahan dan kekuasaan.
Sedangkan syariat Islam mencakup keimanan kepada Allah, RasulNya dan
kehidupan akhir serta bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya.
12
5.
Undang-undang produk manusia hanya mengkedapankan dimensi rasio dan
mengabaikan dimensi akhlak. Sehingga dua orang apabila bersepakat untuk melakukan
kejahatan zina dan suka sama suka maka tidak ada sanksi dan hukuman baginya.
Sedangkan syariat Islam sangat dominan dengan moral dan akhlak, bahkan akhlak
dalam Islam bukanlah pilihan melainkan keharusan karena akhlak adalah tujuan dalam
pelaksanaan ibadat dalam Islam.
Ghozwul Fikri dan Penerapan Syariat.
Syariat Islam adalah undang-undang yang telah diterapkan masyarakat Islam
lebih dari seribu tahun. Karena syariat ini mampu memenuhui kebutuhan masyarakat
tersebut sejalan dengan perkembangan kemajuan yang terjadi pada kehidupan mereka.
Bermula dari masyarakat semanajung Arabia yang berhasil membangun kekuasaan yang
sangat luas mencakup wilayah Syam, Iraq, Mesir, Andalusia, Spanyol dan wilayah
lainnya.
Musuh Islam sadar betul peran dan kekuatan yang tersimpan pada syariat Islam.
Oleh karena itu mereka berupaya keras untuk merintangi dan menggagalkan penerapan
dan pelaksanaan syariat Islam denagan berbagai slogan dan propaganda. Mereka
mengatkan bahwa syariat Islam adalah budaya primitif yang tidak memahami hak-hak
asasi manusia. Mereka juga mengatkan syariat Islam sadis dan kejam hanya cocok pada
masa tertentu saja tidak pada abad modern.
Dan apabila syariat Islam itu telah tegak pada suatu bangsa, maka mereka akan
berusaha keras menghancurkan dan mengganti syariat tersebut dengan produk manusia.
Contoh keberhasilan Ghozwul Fikri dalam hal ini adalah tentang keruntuhan Kihilafah
Ustmaniya di Turki, dengan cara memopakan (penolakan terhadap syariat) melalui
sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, pengiriman misionaris Eropa, kemudian lewat media
masa Eropa, arena politik, kesusastraan dan sosia. Sehingga lahirlah undang-unadang
dengan nama ”Aturan Sosial” yang dinamakan ”Mahkamah Campuran” yang
mempraktekan undang-undang asing atas nama negara Khilafah Islam yang memiliki
kkekuasaan luas terhadap umat Islam. Dan inilah kejadian yang penting yang mengawali
runtuhnya syariat Islam dari segi peneran dan pelaksanaan. Bahkan mereka terus
mempropagandakan melalu majalah Al Ahkan Al Adaliyah yang terbit tahun 1869 M,
13
membuat hukum-hukum perdata dari mazhab Imam Abu Hanifah agar mau menrima
”Hukum Modern”.
Dr. Muhammad Mustofa berkata: ”Undang-undang hukuman produk Prancis
tahun 1810 M merupakan hal baru dalam sejarah hukum pidana. Undang-undang ini
ditiru oleh berbagai negara eropa dan non eropa. Turki menginginkan strategi politiknya
mendekati undang-undangnya dan undang-undang Eropa Modern. Kemudian Turki
mengeluarkan undang-undang Pidana Utsmani tahun 1858 yang bersumber dari hukum
Perancis. Dengan dikeluarkannya hukum ini, tamatlah riwayat berlakunya syariat Islam
di berbagai daerah Arab” [Abdus Sattar, Bahaya Perang Intelektual, hal. 54-58, 1987]
Begitu pula apa yang terjadi di India.
“Daerah pertama
Abul A’la Al Maududi mengatakan:
yang mula-mula membatalkan syariat Islam adalah India. Dahulu
syariat Islam menjadi hukum mutlak bagi negara India sampai setelah berlakunya hukum
Inggris di negara itu. Seorang pencuri dipotong tangannya sampai pada tahun 1791 M,
akan tetapi Inggris dari waktu ke waktu membekukan hukum Islam dan menggantinya
dengan hukum buatan, hingga sempurnalah pembekuan itu pada pertengahan abad ke
19.”
Penutup
Upaya menggagalkan dan menghalang-halangi penerapan syariat Islam yang
dilakukan musuh-musuh Islam telah berlangsung semenjak masa Nabi saw hingga di
abad ini dengan berbagai cara dan ragamnya. Dari mulai mendiskriditkan hukum Islam
dengan berbagai macam propgandanya terutama melalui gerakan Ghozwul Fikri hingga
melalui teror dan intimidasi seperti yang pernah terjadi pada masa-masa penjajahan pisik
yang di alami dunia Islam hingga kini dalam bentuk penjahan ekonomi dan lainnya. Oleh
karena itu Umat Islam yang merindukan dan menginginkan kejayaannya harus selalu
mewaspadai gerakan Ghozwul Fikri
14
Download