View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
PERBEDAAN EFEKTIVITAS BERKUMUR DENGAN
CHLORHEXIDINE 0,2% DAN LARUTAN TEH HIJAU (MERK
TONG TJI) 2,5% TERHADAP JUMLAH KOLONI
STREPTOCOCCUS MUTANS PADA SALIVA ANAK USIA 6-12
TAHUN
SKRIPSI
JENNIFER NOVIA ANDRIANI
J 111 10 005
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2013
PERBEDAAN EFEKTIVITAS BERKUMUR DENGAN
CHLORHEXIDINE 0,2% DAN LARUTAN TEH HIJAU (MERK
TONG TJI) 2,5% TERHADAP JUMLAH KOLONI
STREPTOCOCCUS MUTANS PADA SALIVA ANAK USIA 6-12
TAHUN
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Hasanuddin untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Sarjana Kedokteran Gigi
Jennifer Novia Andriani
J 111 10 005
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2013
ABSTRAK
Chlorhexidine merupakan obat kumur gold standard yang efektif dalam mereduksi
jumlah koloni Streptococcus mutans serta menghambat pembentukan plak dan inflamasi
gingiva. Seiring berjalannya waktu, beberapa penelitian membuktikan bahwa teh hijau
juga dapat digunakan sebagai obat kumur dan dapat mengurangi jumlah bakteri patogen
seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan efektivitas berkumur dengan chlorhexidine dan larutan teh hijau
dalam menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans. Penelitian ini bersifat
eksperimental semu dengan desain cross-over. Jumlah sampel sebanyak 30 orang anakanak berusia 6-12 tahun dengan indeks OHI-S kurang. Sampel saliva diambil sebelum
dan setelah intervensi. Intervensi berkumur dengan kedua bahan tersebut diberikan
dengan periode wash-out 1 minggu. Setelah pemberian perlakuan, diambil saliva 15
menit dan 30 menit setelah berkumur. Sampel saliva dibawa ke laboratorium kemudian
dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans. Data dianalisis
dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 dengan uji ANOVA dan uji tberpasangan. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara chlorhexidine dan larutan teh
hijau terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans. Chlorhexidine menunjukkan
penurunan yang lebih besar. Namun chlorhexidine merupakan bahan kimia dengan
beberapa efek samping sedangkan teh hijau merupakan bahan alami yang lebih aman
digunakan pada anak-anak.
Kata kunci : chlorhexidine, teh hijau, Streptococcus mutans, efektivitas berkumur
ABSTRACT
Chlorhexidine is a gold standard mouthwash that effective in reducing the population of
Streptococcus mutans. Several studies shown that green tea can be used as a mouthwash
and reduce the number of pathogenic bacteria such as Streptococcus mutans and
Lactobacillus. The aim of this study was to determine differences in the effectiveness of
rinsing with 0,2% chlorhexidine and 2,5% green tea solution in reducing the number of
Streptococcus mutans. This study is quase experimental study with cross-over design. A
total of 30 children aged 6-12 years old with poor OHI-S index. Saliva samples were
collected before and after intervention. Rinsing intervention with chlorhexidine and
green tea solution were given with wash-out period for 1 week. After intervention, saliva
samples taken 15 minutes and 30 minutes after rinsing. Saliva samples were taken to the
laboratory then the number of Streptococcus mutans were evaluated. The statistical
analyzed were performed by SPSS version 18.0 with ANOVA and t-paired test. There is
no significant difference between chlorhexidine and green tea solution in reducing the
number of Streptococcus mutans. chlorhexidine showed a greater reduction than green
tea solution. However, chlorhexidine is a chemical mouthwash with some side effects
while green tea is a natural substance that is safer for children.
Keywords: chlorhexidine, green tea, Streptococcus mutans, effectiveness of rinsing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, karies gigi masih menjadi masalah utama dalam bidang kedokteran
gigi dan menjadi salah satu penyakit infeksi yang paling umum pada anak. Karies
merupakan suatu penyakit infeksi mikrobiologi pada gigi yang menyebabkan perubahan
secara lokal dan kerusakan jaringan keras gigi. Adanya kavitas / lubang pada gigi
merupakan tanda adanya infeksi bakteri. Karies memiliki etiologi multifaktorial seperti
substrat, mikroorganisme, host dan waktu yang mengakibatkan demineralisasi email.
Menurut laporan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) pada tahun
2000 yang dikutip oleh Tedjosasongko, prevalensi karies gigi pada anak-anak di
Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 yang dikutip oleh
Darwita, prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah dasar
mencapai 72,1%.1,2,3
Salah satu mikroba patogen penyebab karies yang banyak ditemukan dalam biofilm
kariogenik atau plak adalah Streptococcus mutans. Selain Streptococcus mutans, bakteri
lain yang juga terlibat yaitu Lactobacillus dan Actinomyces. Streptococcus mutans ini
dapat memetabolisme karbohidrat dan menghasilkan asam, yang dapat melarutkan email
dan merusak jaringan organik gigi. Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya
hubungan yang erat antara jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans pada saliva
dengan prevalensi karies gigi. Anak-anak dengan tingkat karies tinggi juga mengalami
peningkatan jumlah koloni Streptococcus mutans. 1,4
Ada banyak cara menurunkan jumlah koloni bakteri dalam rongga mulut. Salah
satunya yaitu dengan penggunaan obat kumur. Di Indonesia, salah satu contoh obat
kumur yang sangat mudah kita peroleh di pasaran yaitu chlorhexidine. Chlorhexidine
merupakan agen antimikroba berspektrum luas. Sebagai antiseptik, chlorhexidine
memiliki efek bakterisidal terhadap semua jenis mikroba, termasuk bakteri, jamur dan
virus. Penelitian Fardal et al yang dikutip oleh Kocak menunjukkan bahwa
chlorhexidine terbukti dapat menghambat pembentukan plak, mengurangi inflamasi
gingiva dan mencegah karies gigi. Penelitian Rindom et al yang dikutip oleh Gupta
mengemukakan bahwa berkumur dengan chlorhexidine 0,2% sebanyak 10 ml sekali
sehari dapat mereduksi koloni Streptococcus mutans 30-50%. Chlorhexidine merupakan
obat kumur yang paling efektif mengurangi jumlah Streptococcus mutans. 5,6,7
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak penelitian telah dilakukan dan ditemukan
tanaman herbal yang juga memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai obat
pencegah penyakit gigi dan mulut, misalnya teh hijau. Teh hijau dapat digunakan
sebagai obat kumur untuk menghambat pembentukan plak serta mencegah karies gigi,
penyakit periodontal, halitosis dan kanker mulut. Selain itu, teh hijau juga dapat
mencegah penyakit kardiovaskular, stroke, obesitas dan kanker.8,9
Teh hijau mempunyai beberapa komponen aktif yang salah satunya adalah polifenol.
Kandungan polifenol di dominasi oleh katekin, suatu senyawa yang aktif dalam
melindungi gigi dari karies karena memiliki aktivitas anti-streptococcal dan
menghambat enzim yang penting dalam fermentasi sukrosa yang menghasilkan asam
laktat. Komponen bioaktif dari teh hijau mampu mempengaruhi proses terjadinya karies
gigi dengan menghambat proliferasi, produksi asam, metabolisme, dan aktivitas enzim
glukosiltransferase (GTF) dari Streptococcus mutans dan plak. Liu et al mengemukakan
bahwa konsumsi tablet teh hijau dapat menghambat deposisi plak. Penelitian Signoretto
yang dikutip oleh Tehrani menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau dapat menghambat
deposisi plak dan mengurangi tingkat koloni Streptococcus mutans dan Lactobacillus
pada plak dan saliva. Menurut Cao Jin yang dikutip oleh Wijaya, katekin dengan
konsentrasi 0,125%-1% menunjukkan penurunan jumlah bakteri, pembentukan plak dan
jumlah total protein bakteri dan extracellular glucan. Penelitian tersebut membuktikan
bahwa katekin dengan konsentrasi 0.125%-1% dapat menghambat pembentukan
extracellular glucan, sehingga proses karies oleh bakteri menjadi berkurang, bahkan
tidak ada. Menurut Wijaya dan Samad, daya hambat minimal teh hijau terhadap
Streptococcus mutans adalah 2,5%, meskipun pada konsentrasi 1% telah dapat
menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. 8,10,11
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
larutan teh hijau dan chlorhexidine efektif mengurangi jumlah koloni dari Streptococcus
mutans. Namun belum diteliti lebih lanjut mengenai perbedaan efektivitas kedua bahan
tersebut. Berdasarkan pertimbangan ini, peneliti ingin mengetahui apakah larutan teh
hijau memiliki efektivitas yang sama dengan chlorhexidine atau berbeda dalam
mengurangi jumlah koloni dari Streptococcus mutans.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan efektivitas berkumur dengan chlorhexidine dan larutan
teh hijau terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans pada saliva anak usia 6-12
tahun?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efektivitas berkumur dengan
chlorhexidine dan larutan teh hijau terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans pada
saliva anak usia 6-12 tahun.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam :
1. Mengembangkan pengetahuan mengenai efektivitas bahan sintetik dan bahan
alami yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam bidang kedokteran gigi,
terutama kedokteran gigi anak.
2. Sebagai acuan untuk dilakukannya penelitian selanjutnya.
1.5 HIPOTESIS PENELITIAN
Terdapat perbedaan efektivitas berkumur dengan chlorhexidine dan larutan teh hijau
terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans pada saliva anak usia 6-12 tahun.
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
1. Terdapat
perbedaan
efektivitas
yang
signifikan
dari
masing-masing
chlorhexidine dan larutan teh hijau terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans
pada saliva anak usia 6-12 tahun.
2. Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang berarti antara chlorhexidine dan
larutan teh hijau terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans pada saliva anak
usia 6-12 tahun. Penurunan chlorhexidine lebih besar dibandingkan dengan
larutan teh hijau. Namun, perlu diingat bahwa chlorhexidine merupakan bahan
kimia dengan beberapa efek samping yang dapat timbul selama penggunaan.
Sedangkan teh hijau merupakan bahan alami yang lebih aman bagi anak-anak.
7.2 SARAN
1. Chlorhexidine dan larutan teh hijau dapat digunakan sebagai obat kumur pada
anak karena memiliki banyak manfaat bagi kesehatan gigi dan mulut.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas chlorhexidine dan
larutan teh hijau terhadap jenis bakteri lain yang menjadi penyebab terjadinya
karies seperti Lactobacillus.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan efektivitas antara
chlorhexidine atau larutan teh hijau dengan bahan alami lainnya yang lebih
disukai anak-anak, mengingat rasa pahit pada chlorhexidine dan larutan teh hijau
yang kurang disukai anak-anak.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bekerja sama dengan farmasi dalam
menghasilkan formulasi larutan kumur teh hijau yang tidak pahit dan disukai
anak-anak tanpa mengurangi kandungan murni dari teh hijau itu sendiri.
Download